You are on page 1of 10

Pannavaro Mawas Diri

Mawas Diri
oleh: YM Bhikkhu Sri Paññavaro Mahâthera

Saudara-saudara umat Buddha yang kepada orang tua atau kepada suami,
berbahagia, tidak sampai seminggu istri saudara sendiri. Tetapi saudara,
kurang lebih lima atau enam hari berusahalah untuk melihat dan
kemudian, kita akan menginggalkan mengakui dengan jujur satu tahun
tahun ini dan memasuki tahun yang yang telah saudara lewatkan, dengan
baru. Kalau saudara-saudara jujur kepada diri sendiri. Kalau kita
mengikuti kebaktian pada pagi hari ini, tidak pernah melakukan mawas diri
dengan tidak terasa hari ini adalah saudara, maka akan sulit untuk maju.
minggu yang terakhir. Kalau kita sulit melihat kekurangan
kita, sikap-sikap yang tidak baik yang
Saudara-saudara pada saat menjelang telah kita lakukan dalam satu tahun,
tutup tahun, terutama generasi muda maka sulit untuk memperbaiki itu pada
dan apalagi yang tinggal di kota-kota tahun yang selanjutnya. Oleh karena
besar, seperti Jakarta ini, pada saat itu, dalam dua, tiga hari ini jadikanlah
tutup tahun seperti ini, maka hari-hari ini sebagai hari-hari yang
kemudian kegiatan sejenak berhenti. baik, untuk membuat evaluasi, untuk
Apakah saudara akan berlibur di membuat rincian kembali, apa saja
rumah ataukah mungkin melancong yang telah saudara lalui, apa sajakah
piknik ke luar kota, yang semuanya itu yang telah saudara lakukan dalam
merupakan acara tutup tahun. setahun ini dengan sejujur-jujurnya
Saudara-saudara, memang sudah kepada diri saudara sendiri.
merupakan tradisi dalam kehidupan
bermasyarakat membuat acara pada Saudara-saudara, kemudian
saat menjelang tutup tahun, meskipun menjelang memasuki tahun yang
sudah tentu saya ingin mengingatkan baru, gunakanlah kesempatan itu
saudara, cobalah saudara membuat untuk bertekad membuat revolution,
acara yang wajar saja dan lebih membuat tekad mempertahankan
penting dari acara-acara kebiasaan yang sudah baik, dan memperbaiki
menutup tahun, mengakhiri tutup yang masih belum kita capai. Oleh
tahun dan menyambut tahun yang karena saudara, kehidupan kita ini
baru itu. Saya ingin mengajak kepada adalah akumulasi hasil timbunan dari
saudara gunakanlah waktu dua, tiga perjuangan kebajikan kita. Kehidupan
hari ini untuk bersama-sama kita ini bukan untung-untungan, bukan
melakukan mawas diri, melihat seperti orang memungut lotere, atau
setidak-tidaknya satu tahun yang telah bermain dadu, kadang-kadang kita
kita lalui bersama. berhasil, tetapi kadang-kadang kita
gagal. Sesungguhnya kehidupan kita
Saudara-saudara, marilah kita melihat adalah sesuatu yang pasti, sesuatu
perjalanan kehidupan kita, setidaknya yang tidak beralasan. Kalau kita
setahun yang lalu, dengan satu kaca menjadi was-was, menjadi ragu-ragu
mata kejujuran. Saudara tidak perlu atau khawatir atas hari depan kita.
mengakui dengan jujur apa yang telah Kehidupan ini pasti karena didasari
saudara lakukan dalam satu tahun oleh satu hukum yang pasti. Apapun
kepada orang lain termasuk mungkin yang kita alami kemudian tidak lain

Hal 1 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

adalah akibat timbunan dari Saudara-saudara, penghalang apakah


perjuangan perbuatan dan keuletan yang menjadi penghalang atas
kita masing-masing. Kehidupan kita semuanya ini, Saudara melihat pagar,
bukanlah seperti boneka yang saudara melihat penyekat takbir bukan
dimainkan para sutradara, kita bukan saja pagar itu dari besi, bukan saja
seperti wayang yang dijalani oleh pagar itu dari tembok, mungkin juga
mereka yang menjadi dalang tetapi dari tembok yang sangat tebal seperti
kita masing-masing adalah sutradara kalau saudara pernah melihat sendiri
yang menyutradarai kehidupan kita atau melihat gambar The Great Wall
masing-masing. Kalau kita lengah dan namun demikian saudara, pagar
ceroboh maka hari depan kita akan apapun, pagar yang kita lihat, apakah
banyak masalah, tetapi kalau sekarang besi, cor, apakah tembok, apakah
saudara berjuang dengan keuletan, tembok yang sangat tebal, semuanya
tidak pantang menyerah, maka itu sesungguhnya bukan pemisah yang
semuanya itu akan menjadi faktor sangat berbahaya.
yang amat menentukan bagi
kehidupan saudara kemudian. Selain pagar-pagar yang bisa kita lihat
ada pemisah lainnya, ada pagar
Saudara-saudara, mungkin saya tidak lainnya, ada The Great Wall yang lain
bisa bertemu dengan saudara pada yang tidak bisa dilihat dengan mata
saat tutup tahun atau pada saat tahun daging ini, yang sering memisahkan
baru 1 Januari nanti, oleh karena itu kita sehingga manusia sulit untuk
saya akan menggunakan kesempatan bergaul dengan manusia yang lain.
sekarang untuk membawakan pesan Sekalipun mungkin itu saudaranya,
tahun baru untuk saudara. Saya ingin mungkin orang tuanya sendiri atau
membawakan satu uraian yang mungkin saudara kandungnya sendiri.
mudah-mudahan akan menjadi bahan Pemisah itu saudara, lebih hebat dari
renungan bagi saudara sekarang dan pagar yang memagari masing-masing
untuk kemudian. rumah kita. Pemisah itu lebih dahsyat
dari The Great Wall yang sangat tebal
Saudara-saudara, kalau kita mau itu. Pemisah atau penyekat itu
menyadari kehidupan ini dan mau memang tidak kasat mata, tidak
dengan jujur melihat masyarakat di mampu dideteksi dengan mata ini
sekitar, sering sekali saudara sulit tetapi dia memisahkan manusia yang
antara manusia yang satu untuk satu dengan manusia yang lain.
bergaul dengan manusia yang lain.
Kakak beradik memang pada waktu Apakah pemisah itu saudara? Yang
masih kanak-kanak bertengkar dan kadang-kadang amat jahat sekali dan
kemudian selesai, tetapi setelah mungkin amat pekat sekali yang sulit
menjadi dewasa tidak jarang mereka untuk diterobos, yang mengalahkan
kemudian bermusuhan, sering kita persaudaraan, yang mengalahkan budi
menjumpai suami istrri yang sudah baik, yang mengalahkan hubungan
tidak bisa harmoni kembali, untuk baik, yang mengalahkan yang lain-
menegurpun rasanya sulit meskipun lain. Sehingga kemudian kita sulit
anaknya sudah banyak, dengan unutk bergaul dengan yang lain.
mertua, dengan tetangga kita, dengan Pemisah atau penyekat itu tidak lain
teman-teman kita, suatu saat saudara adalah predikat-predikat yang kita
akan melihat saudara jauh dengan kita punyai. Kalau saya menyebutkan saya
dan mungkin suatu saat saudara umat Buddha maka saya sudah
merasa sulit bergaul dengan mereka. membuat pemisah, penyekat dengan
umat beragama lain. Saya umat
Buddha dan anda umat beragama lain,
saya bhikku dan anda adalah umat

Hal 2 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

awam, saya pimpinan dan anda demikian juga saudara, pimipinan kita
karyawan, saya murid dan anda guru, adalah manusia, saudarapun
saya orang mampu dan anda bawahan manusia,. Saudara yang menjadi
saya, sangat banyak saudara, kalau pimpinan manusia dan yang saudara
saudara menuliskan predikat-predikat pimpin juga manusia seperti saudara.
ini mungkin lebih tebal dari buku
telepon yang saudara punyai. Saya Saudara-saudara, kesadaran akan
ibu, saya ayah, saya anak, saya umat hakekat kita sebagai manusia, inilah
Buddha, saya karyawan atau saya yang kadang-kadang dibungkus dan
majikan, saya pimpinan, sedangkan kemudian disekat oleh bermacam-
anda bukan. Begitu saya menyadari macam predikat. Kalau saudara sudah
saya umat Buddha maka saya merasa maju dan sukses berhasil menjadi
berbeda dengan umat yang beragama pimpinan, mempunyai jabatan
lain. Begitu saya menyadari saya tertentu, merasa menjadi mempunyai
bhikkhu maka saya mengganggap peranan tertentu, maka kadang-
saudara berbeda dengan saya. kadang saudara berpikir seolah-olah
sudah bukan manusia lagi atau
Saudara-saudara, jangan saudara mungkin saudara memandang yang
salah mengerti, agama Buddha dan lain menjadi bukan manusia lagi.
saya pribadi tidak keberatan dengan
predikat-predikat itu karena memang Saudara-saudara adalah esensi,
predikat-predikat itu diperlukan dalam adalah hakekat dari kita semua.
kehidupan masyarakat, tetapi saudara Memang saudara kalau saya ditanya,
untuk kepentingan batin kita, untuk "Bhante, apakah Bhante sama dengan
pembentukan mental kita yang sehat saya?" Saya menjawab tidak, "Kalau
kalau suatu saat kita mau tidak sama Bhante, tentu Bhante
menyingkirkan semua predikat itu. berbeda dengan saya". Yah… tetapi
Saya umat Buddha, saya bhikkhu, tidak sepenuhnya berbeda. Sebaliknya
saya pemimpin, saya orang tua, saya saudara, kalau saudara bertanya
karyawan, saya atasan, kalau saudara kepada saya, "Bhante, apakah Bhante
mau menyingkirkan semuanya itu berbeda dengan saya?" Saya akan
untuk sementara demi kepentingan menjawab tidak. "Kalau tidak berbeda
mental saudara, maka apakah yang Bhante, tentu Bhante sama dengan
saudara lihat, kalau predikat-predikat saya". Saya juga akan menjawab
yang merupakan pagar, yang tidak, memang saudara dengan saya
merupakan penyekat yang dahsyat itu tidak sepenuhnya berbeda, tetapi juga
kadang-kadang saudara, saudara mau tidak sepenuhnya sama. Saya dan
menyingkirkan sesaat maka saudara anda sama, tetapi tidak persis sama.
akan melihat akar yang sama pada Saudara berbeda dengan saya, tetapi
setiap orang. Apakah bhikkhu, apakah tidak berbeda sama sekali. Apapun
umat, apakah dia umat Buddha, perbedaan saudara dengan saya,
apakah dia seorang muslim, apakah apapun perbedaan saudara dengan
dia seorang Kristen, apakah dia umat saudara yang lain, kita semua adalah
Hindu, apakah mereka yang tidak manusia.
menentu apakah agamanya, apakah
mereka atasan saya, apakah mereka Perbedaan apapun yang boleh kita
bawahan saya, apakah mereka orang lihat bersama, semuanya itu tidak
kebanyakan, apakah saya pemimpin, akan melunturkan sifat kita yang sejati
kalau semuanya itu sejenak kita bahwa kita adalah manusia. Hal yang
singkirkan maka kita akan melihat lain saudara yang akan saya
akar yang satu dan sama. Apakah itu sampaikan kepada saudara, sebagai
saudara, tidak lain bahwa kita semua renungan akhir tahun dan menjelang
adalah manusia, saya adalah manusia,

Hal 3 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

memasuki tahun yang baru dan tujuan dia mencuri sebagai manusia
ingatlah saudara semua manusia dia ingin bahagia, tidak ada pencuri
mempunyai perjuangan yang sama. yang mencuri untuk mencari
Umat beragama apapun, seorang kesengsaraan.
Buddhis, seorang Muslim, seorang
Kristen, seorang Hindu, atau mereka Saudara-saudara, kalau saudara mau
yang tidak kenal agama, mereka yang merenungkan apa yang saya uraikan
kaya, mereka yang miskin, mereka ini, dengan jujur, sebagai sesama
yang intelektual, atau mereka yang manusia semuanya menginginkan
mempunyai tingkat pendidikan rendah, kebahagiaan, maka akan timbullah
semua manusia mempunyai obsesi kasihan, akan timbullah kasih sayang
yang sama, mempunyai tujuan yang alami, kasih sayang yang wajar
perjuangan yang sama. Apakah itu dari dalam diri kita, melihat atau
saudara? Semua manusia setiap orang bertemu setiap orang. Kasih sayang
menginginkan kebahagiaan, tidak ada yang tidak dibuat-buat, kasih sayang
seorangpun yang tidak menginginkan yang tidak dipaksa-paksakan tetapi
kebahagiaan. Saya mohon kepada kasih sayang yang alami, kasih sayang
saudara ingatlah ini, meskipun bukan yang natural karena kita menyadari
sesama umat Buddha, saudara- siapapun adalah sesama manusia,
saudara kita umat beragama lainpun sama seperti kita, sama seperti
menginginkan kebahagiaan, termasuk saudara, sama seperti saya yang
mereka yang tidak menyenangi sama-sama juga menginginkan
saudara, yang memusihi saudara, kebahagiaan. Mereka mencari
yang mengganggu saudara, kebahagiaan dengan cara yang salah
merekapun menginginkan justru bukan kebencian yang timbul
kebahagiaan. dalam diri kita, kasihan, kasih sayang
yang akan timbul dan timbul melihat
Saya ingin memberikan contoh kepada dia.
saudara, cobalah saudara lihat.
Seorang pencuri yang dengan cerdik Saudara-saudara semua, agama,
mencuri barang-barang saudara atau semua kepercayaan mengajarkan cinta
merampas milik saudara, kalau boleh kasih, janganlah engkau membenci,
saya bertanya kepada pencuri itu, janganlah engkau memusuhi orang
"Hai… engkau mencuri". "Ya.. Bhante lain, karena mereka juga manusia
saya tahu, apa yang saya lakukan itu seperti engkau, meskipun mereka
sesuatu yang tidak baik". "Apa membencimu, memusuhimu,
tujuanmu mencuri?" Pencuri itu akan janganlah engkau marah kepada
menjawab saudara, "Bhante, saya mereka. Tetapi banyak orang berkata
mencuri ini saya ingin bahagia". Saya kepada saya, "Baik bhante, saya ingin
percaya saudara, tidak ada pencuri menjalani ajaran agama saya, saya
yang mencuri yang ingin menderita, ingin untuk tidak marah kepada orang
tidak orang yang mencuri karena dia yang marah kepada saya, saya tidak
ingin menderita, tidak ada pencuri ingin membenci kepada orang yang
yang mencuri karena dia ingin jahat kepada saya, tetapi bhante,
tertangkap dan kemudian digebuki bagamaimanakah caranya? Amat sulit
beramai-ramai dan kemudian sekali untuk tidak membenci kepada
dijebloskan di penjara. Dia mencuri orang yang mengganggu saya, amat
sekalipun karena dia juga ingin sulit sekali untuk tidak jengkel kepada
bahagia. Memang cara untuk bahagia orang yang menjengkelkan saya, yah…
yang dia tempuh adalah cara yang saya ingin menjalani agama saya,
salah, karena cara yang dia tempuh tetapi bagaimana caranya? Apakah
membuat penderitaan, membuat saya harus menyayangi dia, apakah
kesulitan manusia yang lain, tetapi saya harus mencintai dia yang

Hal 4 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

menyulitkan saya dengan pura-pura, Saudara-saudara, di dalam permulaan


apakah mencintai, menaruh kasih khotbah saya, saya mengutip Karanīya
sayang kepada seseorang dengan Metta Sutta, salah satu baitnya
pura-pura adalah ajaran agama juga?" menyebutkan:

Saudara-saudara, oleh karena itu Sang Na paro param nikubbetha


Buddha meletakkan pengertian benar Nātimaññetha katthaci nam kañci
sebagai unsur yang pertama dalam Byārosanā patīghasaññā
delapan unsur jalan Ariya. Unsur yang Nāññamaññassa dukkhamiccheyya
pertama dari delapan unsur jalan Ariya
itulah pengertian benar, karena Artinya:
seseorang untuk dibangkitkan
pengertian, diperluas wawasannya, Jangan menipu orang lain
maka dengan sendirinya akan timbul Atau menghina siapa saja
sifat-sifat yang baik secara alami, Jangan karena marah dan benci
bukan timbul secara artifision, secara Mengharapkan orang lain celaka
pura-pura yang mungkin orang lain
mengatakan munafik. Kalau seseorang
Semua orang menginginkan
diperluas wawasannya, dibukakan
kebahagiaan, semua orang takut
pengertiannya, diberikan
penderitaan. Dengan memikirkan dan
kesadarannya, bahwa kita adalah
merenungkan ini saudara, maka akan
sesama manusia yang memang tidak
timbullah rasa kasihan, karena yang
sama, tetapi tidak sepenuhnya
sesungguhnya saudara-saudara
berbeda, yang memang berbeda tetapi
memang kita mempunyai profesi dan
tidak sepenuhnya tidak sama. Kita
profesi itu, tugas itu memberikan
adalah sesama manusia sebagai
predikat kepada kita, masyarakat
sesama manusia demikian juga kita,
membutuhkan itu, saudara sebagai
merekapun menginginkan
kepala rumah tangga, saudara sebagai
kebahagiaan.
suami, saudara sebagai istri, saudara
sebagai mahasiswa, saudara sebagai
Dengan menyadari ini saudara, maka atasan, saudara sebagai pengurus,
akan timbullah kasih sayang yang saudara sebagai pemimpin, tetapi
sejati. Kasih sayang yang bukan kita untuk kepentingan ke dalam, untuk
jalankan, karena semata-mata takut kepentingan kemajuan batin saudara,
pada agama, kasih sayang yang tidak saudara harus sadar bahwa di
kita paksakan karena itu sudah belakang predikat itu, di belakang
perintah agama, tetapi kasih sayang semua jabatan itu, jabatan kita yang
yang muncul karena pengertiaan kita utama adalah manusia.
berkembang, karena wawasan kita
berkembang. Kalau pengertian kita
Yang kita pimpin atau yang menjadi
berkembang saudara, maka sikap
atasan kita, saudara kita, sesama
mental kita akan berubah. Kalau sikap
umat Buddha atau umat beragama
mental kita berubah, maka prilaku kita
lain, mereka semua adalah manusia
akan berubah, jangan harap saudara
yang mempunyai obsesi yang sama,
akan bisa merubah prilaku seseorang,
berjuang untuk mendapatkan
tingkah laku anak-anak saudara,kalau
kebahagiaan.
saudara tidak berhasil mengubah cara
berpikir, sikap mentalnya, tanpa
perubahan sikap mental, perubahan Saudara-saudara, oleh karena itu,
tingkah laku hanya sementara. saya pernah menyampaikan di Klaten,
Semarang dan beberapa tempat di
Jawa Tengah, sayapun juga minta
kepada umat Buddha untuk

Hal 5 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

diperlakukan sebagai manusia, karena halus lagi, saudara sangat halus…


Bhikkhu juga manusia, yang bisa sakit, sekali, hanya mereka yang telah
yang bisa capai, yang mempunyai mencapai penerangan sempurna
tenaga terbatas seperti juga saudara. seperti Sang Buddha yang mampu
mendeteksi penyekat ini.
Mungkin menjadi tidak adil dan tidak
sesuai dengan Dhamma, kalau Saudara rajin mendengarkan
saudara melihat saya sebagai bukan Dhamma, saudara mengerti Dhamma,
manusia, apakah dewa, apakah saudara mengerti bahayanya
mungkin robot, saya minta perlakukan kejahatan, resiko kalau berbuat jahat,
juga para Bhikkhu sebagai manusia, mungkin mempunyai reputasi yang
karena mereka juga manusia seperti jelek, nama yang jelek, mungkin bisa
saudara. dikeluarkan dari pekerjaan, dsb, tetapi
pengertian itu akan bisa menjadi
Saudara-saudara, mengapa kalau kita lenyap total pada saat kekotoran batin
menyadari bahwa semua manusia itu muncul. Mengapa kekotoran batin
ingin bahagia, tetapi kemudian kita itu muncul saudara? Kekotoran batin
dengan tega melakukan perbuatan- itu muncul karena dipancing untuk
perbuatan yang membuat manusia muncul. Apakah, siapakah yang
yang lain menderita, seperti yang saya memancing, yang memancing adalah
contohkan di depan: mencuri, panca indria kita, yang terpancing
melakukan tindakan-tindakan yang adalah objek yang diluar ini. Mata
merugikan mahkluk atau manusia lain, melihat, telinga mendengar, hidung
mengapa? Menurut Dhamma saudara, membau sesuatu, lidah kita memakan,
kekotoran batin itulah yang menjadi fisik kita meraba sesuatu, maka itulah
penyebabnya. yang memancing atau yang membuat
panca indra ini terpancing dan
Kalau kekotoran batin itu kemudian kemudian memancing hawa nafsu itu
muncul, maka kekotoran batin itulah untuk muncul, timbullah kejengkelan,
akan menjadi sekat yang lain. kemarahan, kebencian, keserakahan,
hawa nafsu, kesombongan, dsb. Oleh
karena itu saudara, kesadaran
Penyekat yang tidak seberapa, adalah
merupakan kunci untuk menjaga
pagar yang kita lihat, tembok, dinding,
panca indra ini melihat dengan
dsb. Penyekat yang lebih halus yang
kesadaran, mendengar dengan
sangat berbahaya adalah predikat-
kesadaran, membau dengan
predikat yang kita punyai tanpa sadar.
kesadaran, menyentuh sesuatu
Ada penyekat yang lebih halus lagi,
dengan kesadaran, kalau sati
dan lebih berbahaya lagi, penyekat itu
(kesadaran) itu muncul, maka
adalah kekotoran batin yang dalam
sampajjana (pengertian) yang kita
bahasa Pali disebut Kilesa. Kalau kilesa
punyai akan berfungsi. Kalau sati
itu sudah muncul seolah-olah dunia
(kesadaran) itu absen, maka
kita ini menjadi gelap, ceramah-
pengertian apapun yang kita punyai
ceramah, khotbah-khotbah, kaset-
lenyap saudara, saat itu menjadi
kaset yang kita punyai, diskusi-diskusi
lenyap dan kemudian kita akan berani
yang pernah kita ikuti semua seolah-
melakukan kejahatan. Oleh karena itu
olah lenyap, dunia kita menjadi hitam,
saudara, marilah kita memasuki tahun
pekat, kita tidak bisa membedakan
yang baru ini dengan mengingat
mana yang benar, mana yang salah,
betapa pentingnya kesadaran kita.
mana yang berguna, mana yang
Pada saat mata kontak dengan yang
merugikan, mana yang baik, mana
dilihat, melihatlah dengan kesadaran,
yang jahat, pendeknya saya mau, saya
jangan apa yang dilihat itu membuat
akan melakukan penyekat ini lebih
panca indria ini terpancing dan

Hal 6 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

memancing hawa nafsu sehingga kita sekonyong-konyong itu tidak pernah


hanyut pada perbuatan yang cocok dengan hukum semesta. Hukum
merugikan kita. semesta ini tidak mengenal proses
sekonyong-konyong, hukum semesta
Ada satu contoh saudara. Kalau sang ini mempunyai hukum bertahap, kalau
suami kerja di perusahaan yang besar, sudah tidak bisa bertahan, maka
kemudian mendapatkan tugas ke luar saudara berada di tengah jalan.
kota 3 hari, 4 hari kalau di luar kota
yang sudah 3 hari, 4 hari, dia Saudara-saudara, hal yang lain yang
meninggalkan rumahnya sendiri itu dia ingin saya pesankan kepada saudara.
melihat orang tua yang berjalan Kalau kita melihat sifat yang alami dari
tertatih-tatih, maka penglihatan atas si kehidupan ini, yang pertama saya
orang tua itu memancing ingatannya, ingin mengajak saudara di depan
dia ingat orang tuanya yang di rumah, untuk menyadari sifat yang alami kita
bagaimana ibu, mama yang dirumah, sebagai manusia, tetapi ada sifat alami
sudah 2, 3 hari, mudah-mudahan dari kehidupan ini yang lain saudara.
sehat, karena waktu saya pergi mama
sakit, kalau sudah 3 hari, seminggu Sifat alami atau sifat yang sangat
meninggalkan rumah, kemudian wajar dari kehidupan ini yang kedua,
melihat anak kecil tertawa-tawa lucu kalau boleh saya memberikan nomor
sekali, maka kemudian yang kita lihat dua adalah kehidupan itu saling
itu memancing ingatan kita, ingat bergantungan, saling membutuhkan,
anak yang di rumah, bagaimana anak jangan saudara meremehkan atau
saya sekarang, sudah saya tinggalkan mencemooh siapapun juga sekalipun
seminggu, tetapi saudara kalau sang mereka yang tidak senang kepada
suami melihat wanita yang cantik, saudara, sekalipun mereka yang tidak
yang terpancing bukan ingatan istri di peduli kepada saudara, saya ingin
rumah, yang terpancing eh.. cewek itu memberikan contoh yang sederhana
kok cantik, saya mau dekat, saya mau sekali.
kenalan, dsb.
Saudara semua mengerti tawon yang
Itulah apa yang kita lihat, apa yang kecil, tawon itu tidak mengenal
kita dengar, apa yang kita raba, kalau saudara, dan kalau saudara
tidak kesadaran itu memancing hawa mengganggu, dia akan menyengat
nafsu indria, tidak peduli saudara bisa saudara mati-matian meskipun
berkhotbah, mempunyai pengertian sesudah menyengat dia itu mati, dia
Dhamma yang lengkap, mengerti tidak kenal pada saudara dan sebagai
agama yang baik, tidak ada mahkluk, dia mahkluk yang sangat
kesadaran, maka hawa nafsu muncul kecil, tidak pernah kita perhatikan,
dan semua menjadi gelap, tidak ingat tidak pernah kita urus, tetapi saudara,
lagi hukum Kamma, tidak ingat resiko, saudara membutuhkan madu, madu
tidak ingat nama jelek, dsb, tidak itu tawon yang membuat, manusia
ingat oleh karena hawa nafsu itu memerlukan madu, manusia memuji-
memberikan kenikmatan yang spontan muji madu, manusia memberikan
dan manusia mencari kenikmatan harga yang sangat mahal kepada
yang spontan, hawa nafsu kita tidak madu yang murni dan saudara harus
sabar untuk menunggu, untuk dengan ingat binatang-binatang yang kecil-
tekun dan ulet memperjuangkan kecil itu yang membuat madu untuk
kebahagiaan yang sejati, tetapi kalau saudara, yang menghasilkan,
bisa sekonyong-konyong kaya, mempunyai koneksi dengan
sekonyong-konyong enak, sekonyong- keberadaan mereka. Dengan
konyong nikmat, sekonyong-konyong keberadaan tawon-tawon yang kecil-
maju, itulah tuntutan hawa nafsu dan

Hal 7 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

kecil itu demikianlah saudara, kita intelek saudara, nggak usah panjang-
harus menghargai mahkluk-mahkluk panjang, pendek saja, tetapi cukup
yang lain demikianlah kita harus dan berguna, cocok untuk setiap
menghargai semuanya itu sebagai kesempatan.
kehidupan yang menginginkan
kebutuhan orang lain itu. Ada satu cerita saudara. Ada
seseorang yang datang ke vihara
Pada waktu saya diminta berceramah karena mengalami kesulitan dan
di depan mahasiswa-mahasiswa berkata kepada bhikkhu yang sudah
fakultas Theologia Universitas Kristen selesai bermeditasi, selesai membaca
Duta Wacana di Yogya sangat menarik paritta, saya ceritakan itu pada waktu
saudara. Di aula yang besar cukup saya memberikan ceramah di Duta
penuh, saya menyampaikan dengan Wacana. "Bhante doakanlah saya, saya
pelan-pelan, karena mereka mengalami banyak kesulitan, semoga
menginginkan pengertian tentang kesulitan saya bisa selesai". Bhikkhu
agama Buddha dari tangan yang itu menjawab: "Baik, saya sudah
pertama, dari penganutnya sendiri, mendoakan saudara bahkan sebelum
tidak hanya dari buku. Saya yakin saudara datang kemari saya sudah
meskipun mereka tidak menjadi umat mendoakan saudara, sebelum saudara
Buddha kemudian dan itu bukan kenal pada saya dan sebelum saya
harapan saya, tetapi mereka kenal saudara, saya sudah mendoakan
memberikan respek, hormat pada untuk saudara". Orang itu mengatakan
agama Buddha, tidak ada satupun "Ah bhante, yang benar sajalah,
yang kemudian mencemooh, dan mungkinkah itu? Sebelum bhante
kemudian secara frontal menyerang kenal saya, bhante sudah mendoakan
uraian saya, semuanya merasa puas saya?" "Benar, karena setiap saat saya
dan mereka menginginkan suatu saat bermeditasi, setiap saat saya
akan datang ke Vihara untuk membaca paritta, saya mengucapkan
bermalam, mungkin lebih kurang 7 semoga semua makhluk berbahagia
hari (seminggu) untuk belajar dan saudara sudah termasuk didalam
mengerti kehidupan di dalam vihara. semua makhluk". Semoga semua
Mereka menanyakan doa saudara, makhluk berbahagia saudara, saya
saya menjawab doa umat Buddha jelaskan kepada mereka semoga
sesungguhnya sangat sederhana dan semua makhluk yang tampak, yang
doa ini bisa digunakan pada setiap tidak tampak termasuk binatang,
kesempatan. Di dalam bahasa pali termasuk mereka yang tidak
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitatta menyenangi saudara, termasuk
—semoga semua makhluk berbahagia. mereka yang mengatakan umat
"Kalau mau tidur bagaimana bhante?" Buddha kafir, menyembah berhala
Ucapkan saja semoga semua bakhluk termasuk semuanya itu kita doakan
berbahagia. "Kalau bangun tidur semoga mereka semuanya
bagaimana bhante?" Semoga semua berbahagia.
makhluk berbahagia. "Kalau makan
bhante doanya bagaimana?" Kalau Sulit saudara mencari doa yang
anda butuh doa mau makan ucapkan singkat dan sangat bermakna seperti
saja 'Semoga semua makhluk ini, saya mengatakan hanya orang-
berbahagia'. Itu doa yang universal orang intelek yang mau menggunakan
saudara, berlaku untuk semua doa yang seperti ini, tidak usah
kepentingan. "Kalau menghadapi panjang, sulit menghafal, hanya
saudara saya yang meninggal, semoga semua makhluk berbahagia.
bagaimana bhante?" Doakan saja Kalau saudara naik pesawat Sempati,
semoga saudara saya, semoga semua di situ ada kartu doa, bermacam-
makhluk berbahagia, itu doanya orang macam doa, ada yang panjang sekali,

Hal 8 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

sampai satu halaman, ada yang memberikan kekuatan pada saya,


setengah halaman. Pada waktu umat kekuatan saya sebagai manusia untuk
Buddha ditanya oleh pihak Sempati bertahan, kekuatan saya sebagai
apa doa perjalanan umat Buddha, bhikkhu untuk bertahan, kesulitan
bhikkhu, yah sederhana saja, Namo apapun tidak ada yang abadi,
Tassa tiga kali, lalu Sabbe Satta kejengkelan apapun tidak ada yang
Bhavantu Sukkhitatta —semoga abadi, kejenuhan apapun tidak ada
semua makhluk berbahagia, mungkin yang abadi, kalau saudara mengerti
juga kalau penumpang-penumpang dan menyadari sifat kehidupan ini,
yang lain melihat wah ini sajalah yang maka itu akan menimbulkan kekuatan
pendeng, gampang diingat. saudara untuk bertahan.

Saudara-saudara saya harus Saudara-saudara. Satu hal yang tidak


menyelesaikan uraian saya pagi hari boleh kita abaikan adalah keuletan,
ini dengan pesan saya yang terakhir, daya tahan, dan itu meliputi juga
satu tahun telah kita lalui, dan kita kesabaran (khanti). Sebagai
telah lalui bertahun-tahun yang penutupan dari uraian khotbah saya
dibelakang kita, kita akan memasuki saudara, saya ingin mengingatkan
ditahun yang baru, apa yang akan kita saudara siapakah yang bisa melatih
hadapi, kita tidak mengerti, apa yang saudara untuk sabar? Bukan para
menjadi tantangan kita, kita tidak bhikkhu, bukan para pandita, mungkin
mengerti, tetapi jangan khawatir juga bukan orang tua saudara, orang
saudara, apapun yang terjadi tidak tua, para bhikkhu dan para pandita itu
mungkin lebih dari kapasitas saudara. hanya menceritakan tentang
Jadi kalau saudara itu satu kendaraan, kesabaran, menceritakan tenatang
kalau saudara itu satu traktor, apa keuletan, tetapi mereka mungkin tidak
yang menjadi beban saudara itu tidak bisa mendidik, melatih keuletan, dan
akan mungkin lebih dari kemampuan kesabaran saudara. Siapakah guru
angkut dan kemampuan tahan yang sesungguhnya yang bisa melatih
saudara, Mengapa demikian? Saya keuletan dan kesabaran saudara?!
cukup mempunyai alasan, karena Guru yang paling baik yang bisa
apapun yang akan terjadi kemudian melatih meningkatkan, menambah
saudara, itu tidak lain adalah akibat keuletan dan kesabaran saudara
perbuatan saudara sendiri bukan adalah orang-orang yang tidak
produk buatan makhluk lain, bukan menyenangi saudara. Orang-orang
hukum, bukan kutukan, bukan hadiah yang mengganggu saudara, mereka
makhluk lain, tetapi semata-mata hasil yang menjengkelkan saudara, mereka
akumulasi timbunan-timbunan dari yang membuat masalah pada saudara,
perbuatan-perbuatan saudara. Kalau mereka itulah yang sesungguhnya
saudara sendiri yang melakukan dan yang melatih saudara untuk sabar,
membuat, saya yakin akibatnya itu untuk ulet dan untuk bertahan.
tidak akan lebih dari daya tahan
saudara sendiri, karena saudara Orang yang menjengkelkan saudara,
sendiri yang melakukan, apakah itu yang memfitnah saudara, yang marah
baik, apakah itu tidak baik, yang lain pada saudara, yang salah paham pada
saudara apapun yang terjadi saudara, yang sengaja merongrong
kekecewaan, kegagalan, kemunduran, pada saudara, mereka itulah guru
semuanya adalah tidak kekal, tidak yang baik, guru yang sebenarnya
ada kebahagiaan yang kekal, tidak ada melatih saudara untuk sabar dan
kenikmatan yang kekal, tetapi juga mempunyai keuletan. Orang yang
tidak ada penderitaan, kesulitan, memanjakan saudara, orang yang
problema-problema dan itulah membantu saudara bukan guru yang
sesungguhnya bagi saya pribadi yang baik, yang bisa melatih kesabaran

Hal 9 dari 10
Pannavaro Mawas Diri

untuk saudara tetapi saudara saya karena itu saya sendiri ingin
minta nanti kalau pulang ke rumah, menyumbangkan pengetahuan
anaknya, familinya, jangan kemudian Dhamma saya kepada masyarakat,
bikin gara-gara, bikin ramailah, itulah bukan tujuan saya membuat mereka
"Eh.. kamu ini bagaimana, aku inilah semuanya menjadi umat Buddha,
menurut Bhante Pañña guru yang silahkan mereka menjadi umat
terbaik". Nanti anda melakukan Kristen, umat Islam, umat Hindu,
kejahatan, anda menjadi guru tetapi tetapi sebagai umat Buddha saya ingin
melakukan kejahatan. menyumbangkan Dhamma yang saya
miliki, yang saya ketahui sebagai
Mereka adalah guru yang terbaik bagi kontribusi saya kepada masyarakat.
kita, yang diganggu, yang digoda,
tetapi memang kita tidak perlu Semoga mereka mendapatkan
berterima kasih kepada guru yang baik manfaat dari dalam yang diwariskan
itu, kita anggap mereka guru yang Sang Buddha yang demikian luas dan
baik di dalam latihan kita supaya kita yang demikian dalam sekali yang
tidak membenci mereka. Orang Jawa menyejukkan dan memperluas
mengatakan Wong mereka wawasan kita. Selamat memasuki
mengganggu anda juga punya tujuan tahun baru saudara, semoga timbul
yang sama juga kok dengan anda, semangat yang baru, tekad yang lebih
apakah? Ingin bahagia, jadi mereka kuat, arah yang benar, jangan berhenti
yang mengganggu anda, mereka yang di tengah jalan. Tujuan kita masih
merongrong anda, mereka yang panjang dan jangan mengkhawatirkan
meminta anda, mereka juga ingin sesuatu, semangat baru, tekadnya
bahagia, hanya caranya salah, ngawur baru, dan semoga anda mencapai
karena itu kita kasihan kepada kesejahteraan yang baru, rejekinya
mereka. juga baru, hanya satu hal suaminya
atau istrinya jangan baru.
Saudara-saudara, semoga renungan
saya pada akhir tahun ini bermanfaat Semoga semua makhluk berbahagia,
bagi saudara. Apa yang saya Semoga Sang Tiratana selalu
sampaikan ini, saya yakin bukan memberkahi saudara, sekian dan
persolan bagaimana umat Buddha terima kasih.***
saja, persolan ini adalah persoalan
kehidupan, persoalan ini adalah Sumber:
persoalan bagi semua orang, oleh KUMPULAN DHAMMADESANA Jilid 4; Sri Paññavaro
Mahâthera; 2001

*****&&&&&******

Hal 10 dari 10

You might also like