You are on page 1of 27

PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN KONSELING

Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN

Landasan relegius bimbingan dan konseling pada dasarnya ingin menetapkan klien sebagai makhluk Tuhan dengan segenap kemuliannya menjadi focus sentral upaya bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman Amti,2003).

Pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi didalam dimensi agama,ternyata sangat disenangi oleh masyarakat Amerika dewasa ini.Ini didasarkan pada hasil polling Gallup pada tahun 1992 yang menunjukkan: 1. sebanyak 66% masyarakat menyenangi konselor yang professional,yang memiliki nilai-nilai keyakinan dan spiritual. 2. Sebanyak 81% masyarakat menyenangi proses konseling yang memperhatikan nilai-nilai keyakinan (agama)

Terkait dengan perlunya pengintegrasian nilai-nilai agama dalam konseleing, Marsha Wiggins Frame (2003) mengemukakan bahwa agama sepatutnya mendapat tempat dalam praktek-praktek konseling atau psikoterapi. Pemikiran ini didasarkan kepada beberapa alas an (kasus di Amerika). 1. Mayoritas orang mereka meyakini Tuhan, dan mereka banyak yang aktif di gereja, sinagog, masjid, atau tempat lainnya. 2. Terdapat tumpang tindih dalam nilai dan tujuan antara konseling dengan agama, seperti menyangkut upaya membntu individu agar dapat mengelola berbagai kesuliatn hidupnya. 3. banyak bukti empiric yang menunjukkan bahwa keyakinan beragama teleh berkontribusi secara positif terhadap kesehatan mental.

4. Agama sudah patut diintegrasikan ke dalam konseling dalam upaya mengubah pola berfikir yang berkembang di akhir abad-20. 5. Kebutuhan yang serius untuk mempertimbangkan konteks dan latar belakang budaya klien, mengimplikasikan bahwa konselor harus memperhatikan secara sungguh-sungguh tentang peranan agama dalam budaya.

BAB II PERANAN AGAMA DALAM BIMBINGAN KONSELING

Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan dan

pengembangan mental (rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat, agama berfungsi sebagai berikut. a. Memelihara Fitrah Manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Namun manusia mempunyai hawa nafsu (naluri atau dorongan untuk memenuhi

kebutuhan/keinginan), dan juga ada pihak luar yang senantiasa menggoda atau menyelewengkan manusia dari kebenaran, yaitu setan, manusia sering terjerumus melakukan perbuatan dosa. Agar terhindar dan dapat

mengendalikan hawa nafsu dari godaan setan (sehingga dirinya tetap suci), maka manusia harus beragama, atau bertaqwa kepada Allah, yaitu beriman dan beraqmal shaleh, atau melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Apabila manusia telah bertaqwa kepada Tuhan, berarti di telah memelihara fitrahnya, dan juga berarti dia termasuk orang yang akan memperoleh rahmat Allah.

b.

Memelihara Jiwa Agama sangat menghargai harkat dan martabat, atau kemuliaan

manusia. Dalam memelihara kemuliaan jiwa manusia, agama mengharamkan atau melarang manusia melakukan penganiayaan, panyiksaan, atau

pembunuhan, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

c.

Memelihara Akal Allah telah memberikan karunia kepada manusia yang tidak diberikan

kepada makhluk lain, yaitu akal. Dengan akalnya inilah, manusia memeiliki (a) kemampuan membedakan yang baik dan buruk, atau memahami dan menerima nilai-nilai agama, dan (b) mengembangkan ilmu dan teknologi, atau mengembangkan kebudayaan. Karena pentingnya peran akal ini, maka agama memberi petunjuk kepada manusia untuk mengembangkan dan memeliharanya, yaitu hendaknya manusia (a) mensyukuri nikmat akal itu,dengan cara memenfaatkan seoptimal mungkin untuk berfikir, belajar, atau mencari ilmu; dan (b) menjauhkan diri dari perbuatan yang merusak akal, seprti minum miniman keras (miras), menggunakan obat-obatan terlarang, menggunakaan narkoba (naza),dan halhal lain yang dapat merusak fungsi akal yang sehat.

d.

Memelihara Keturunan Agama mengajarkan kepada manusia tentang cara memelihara

keturunan atau system regenerasi yang suci. Aturan atau norma agama untuk untuk memelihara keturunan itu dengan pernikahan. Pernikahn merupakan upacara agama yang sakral (suci), yang wajib ditempuh oleh sepasang suami istri. Perniakhan ini bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sakinah (tentram, nyaman), mawaddah (cinta kasih), dan rahmah (mendapat curahan karunia dari Allah). Menurut Zakiah Darajat (1982) salah satu peranan agama adalah sebagai terapi (penyembuhan) bagi ganguan kejiwaan. Pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari dapat membentengi orang dari kejatuhan kepada gangguan jiwa dan dapat pula mengembalikan kesehatan jiwa bagi orang yang gelisah. Semakin dekat seseorang kepada Tuhan, semakin banyak ibadahnya,

maka akan semakin tentram jiwanya, serta semakin mampu menghadapi kekecewaan dan kesukaran dalam hidup. Demikian pula sebaliknya, semakin jauh orangitu dari agama akan semakin susahlah mencari ketentraman batin. M. Surya (1977) mengemukakan bahwa agama memegang peranan sebagai penentu dalam proses penyesuaian diri. Hal ini diakui oleh ahli klinis, psikiater, pendeta, dan konseloar bahwa agam adalah faktor penting dalam memelihara dan memperbaiki kesehatan mental. Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik, frustasi, dan ketegangan lainnya, dan memberi akan suasana yang damai dan tenang. Agama merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberiakn tuntunan bagi arti, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia. Kehidupan yang efektif menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak. Sholat dan doa merupakan medium dalam agama untuk menuju ke arah kehidupan yang berarti. Pemberian layanan bimbingan semakin diyakini kepentingannya bagi anak dan siswa, mengingat dinamika kehidupan masyarakat dewasa ini cenderung lebih kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta praktik-praktik kehidupan politik dan ekonomi yang tidak berlandaskan moral agama telah menyebabkan berkembangnya gaya hidup tersebut adalah merebaknya dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai agama, baik di kalangan orang dewasa, remaja, maupun anak-anak. Mengapa dekadensi moral (delinquency), khususnya dikalangan remaja, itu semakin marak? Dalam hal ini Zakiah Darajat (1973: 12) mengemukakan bahwa masalah itu disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku Menyimpang 1. Kurang tertanamkan jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam

masyarakat. 2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi,

social, maupun politik. 3. 4. Suasana rumah tangga yang kurang baik. Banyaknya tulisan, gambar, siaran, dan kesenian yang tidak

mengindahkan dasar dan tuntunan moral. 5. Pendidikan moral tidak terlaksana dengan mestinya, baik dirumah

tangga, sekolah, maupun masyarakat. 6. 7. Diperkenalkan secara popular obat-obat, dan alat-alat anti hamil. Kurang adanya bimbingan untuk mengisi waktu luang, dengan

cara yang baik dan yang membawa kepada pembinaan moral. 8. Dan tidak ada atau kurangnya markas-markas bimbingan dan

konseling (konseling) bagi anak-anak dan pemuda.

Berikut akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengaruh agama terhadap kesehatan mental. 1) William James (seorang filosof dan ahli ilmu jiwa Amerika)

berpendapat sebagai berikut. a. Tidak diragukan lagi bahwa terapi yang terbaik bagi

keresahan adalah keimanan kepada Tuhan. b. Keimanan kepada Tuhan merupakan salah satu kekuatan

yang harus terpenuhi untuk menopang seseorangdalam hidup ini. c. Antara kita dengan Tuhan terdapat suatu ikatan yang tidak

terputus apabila kita menundukkan diri di bawah pengarahan-Nya.

d.

Gelombang lautan yang menggelora, sama sekali tidak

membuat keruh ketenangan relung hati yang dalam dan tidak membuatnya resah. Demikian halnya dengan individu yang

keimanannya mendalam, ketenangannya tidak akan terkeruhkan oleh gejolak superficial yang sementara sifatnya. Sebab individu yang benar-benar religius akan terlindung dari keresahan, selalu terjaga keseimbangannya, dan selalu siap untuk menghadapi segalai malapetaka yang terjadi.

2)

Carl G. Jung (ahli psikoanalisasis dari Jerman) menemukan

sebagai berikut. a. Selama tiga puluh tahun yang lalu, pribadi-pribadi dari

berbagai bangsa di dunia telah mengadakan konseling denganku dan aku pun telah banyak menyembuhkan pasien, tidak kudapatkan seorang pasien pun di antara yang telah di antara yang telah ada pada penggal kedua umur mereka, yakni dari 35 tahun yang problem esensialnya kehidupan. b. Dapat kukatakan bahwa masing-masing mereka telah bukan kebutuhan akan wawasan agama tentang

menjadi mangsa penyakit, sebab mereka telah kehilangan sesuatu yang telah diberikan oleh agama-agama yang ada di setiap masa. Sungguh, tidak ada seorang pun di antara mereka yang menjadi sembuh kecuali setelah ia kembali pada wawasan agama tentang kehidupan.

3)

A.A. Briel (psikoanalisis) mengatakan bahwa, individu yang

benar-benar religius tidak akan pernah menderita sakit jiwa.

4)

Henry Link (ahli ilmu jiwa Amerika) mengatakan bahwa

berdasarkan pengalamannya yang dalam menerapkan percobaan-percobaan kejiwaan atas kaum buruh dalam proses pemulihan dan pengarahan profesi, ia mendapatkan bahwa pribadi-pribadi yang religius dan sering mendatangi tempat ibadah menikmati kepribadian yang lebih kuat dan baik ketimbang pribadi-pribadi yang tidak beragama yang sama sekali tidak menjalankan suatu ibadah. 5) Arnold Toynbee (sejarahan Inggris) mengemukakan bahwa

krisis yang diderita orang-orang Eropa pada zaman modern ini satu-satunya bagi penderita yang sedang mereka alami ialah kembali kepada agama. 6) Dadang Hawari Idries (psikiater) mengemukakan, bahwa dari

sejumlah penelitian para ahli bias disimpulkan (1) komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari pnyakit, meningkatan kemampuan mengatasi penyakit, dan mempercepat pemulihan penyakit, (2) agama lebih bersifat protektif daripada problem producing, dan (3) komitmen agama mempunyai hubungan signifikan dan positif dengan clinical benefit. 7) Larson berpendapat bahwa: in navigating the complexities of

human health and relationship,religious commitment is a force to consider. (Untuk mengemudikan atau mengendalikan kompleksitas hubungan dan

kesehatan manusia, maka komitmen terhadap agama merupakan suatu kekuatan yang patut diperhatikan. 8) Zakiah Darajat (1982: 58) mengemukakan bahwa apabila

manusia ingin terhindar dari kegelisahan, kecemasan, dan ketegangan jiwa serta ingin hidup tenag, tentram, bahagia dan dapat membahagiakan orang lain, maka hendaklah manusia percaya kepada Tuhan dan hidup mengamalkan ajaran agama. Agama bukanlah dogma, tetapi agama adalah kebutuhan jiwa yang perlu dipenuhi.

9)

Carrel Aulia, 1980:19,20) mengemukan bahwa Apabila doa itu

dibiasakan dan bersungguh-sungguh, maka pengaruhnya menjadi sangat jelas. Ia merupakan semacam perubahan kejiwaan dan kebadanan. Ketentraman ditimbulkan oleh doa itu merupakan pertolongan yang besar pada pengobatan.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak akan mencapai atau memiliki mental yang sehat tanpa agama.

10

BAB III PENUTUP (KESIMPULAN)

1. Agama merupakan pedoman hidup bagi manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan yang hakiki di dunia dan di akhirat kelak. Karena agama sebagai pedoman hidup, maka dalam semua kegiatan kehidupan manusia harus merujuk kepada nilai-nilai agama. 2. Manusia adalah makhluk yang mempunyai fitrah beragama, homo religius, yang berpotensi untuk dapat memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama. 3. Hakikat manusia adalah makhluk Allah, yang berfungsi sebagai hamba dan khalifah-Nya. Sebagai hamba, manusia mempunyai tugas suci untuk beribadah kepada-Nya. Sebagai khalifah, manusia mempnyai kewajiban atau amanah untuk menciptakan dan menata kehidupan yang bermakna bagi kesejahteraan hidup bersama (rahmatan lilalamiin). 4. Berdasarkan pendapat para ahli dan temuan-temuan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa agama sangat berperan terhadap pencerahan diri dan kesehatan mental individu. Bertitik tolak dari hal ini, maka pengintegrasian atau penerapan nilai-nilai agama dalam layanan bimbingan dan konseling merupakn suatu keniscayaan yang harus ditumbuh kembangkan. 5. Agar penerapan nilai-niali agama dalam layanan bimbingan dan konseling berlangsung secara baik, maka konselor dipersyaratkan untuk memiliki pemahaman dan pengamalan agama yang dianutnya, dan menghormati agama klien yang berbeda dengan agama yang dianutnya.

11

Peran Agama Dalam Bimbingan Konseling


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan agama islam pastilah terdapat berbagai macam problem baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini sangatlah memerlukan perhatian khusus dari guru agama, karena guru agama dianggap sebagai kunci sentral dalam membendung dan memfilter pengaruh negatif dari luar, karena kita mengetahui suatu hal yang paling urgen dampaknya. Dalam hal ini adalah kenakalan remaja. Oleh karena itulah kelompok kami akan membahas dan mengupas peranan agama dan psikologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, sesuai dengan referensi yang kami dapatkan dan bermanfaat untuk kami kembangkan, pertamanya kami acuh tak acuh terhadap pokok bahasan ini karena teori- teori yang banyak dikembangkan di buku- buku bimbingan dan konseling adalah teori barat yang sangat minim sekali pada peribahan bimbingan dan konseling dalam sudut pandang islam.tapi rasab acuh tak acuh itu berkembang menjadisebuah kesadaran untuk memotifasi kami membuat suatu makalah yang sangat urgen ini,karena kami menganggap diri kami sebagai kaum intelektual muslim yang masih tahap belajar sering mendapat suatu pertanyaan-pertayaan dimnakah peranan agama dan nilai budaya (Moral) dalam pengembangan anak?. Dan diri kami tersentuh dan bertanya tiada henti, ketika seorang remaja muslim sudah tidak sesuai dengan norma-norma yang ada di dalam dirinya dan menghianati apa yang telah ia pelajari mulai awal tentang agama norma tersebut. Oleh karena itu kami merumuskan beberapa masalah diantaranya adalah B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah peran agama dalam bimbingan dan konseling? 2. Bagaimanakah pendekatan agama dalam bimbingan dan konseling? C. Tujuan 1. Mengetahui sejauh mana peran agama dalam bimbingan dan konseling? 2. Mengetahui kedekatan agama dalam bimbingan konseling?

12

BAB II PEMBAHASAN A. Ajaran Islam Yang Berkaitan Dengan Bimbingan Konseling Bebicara tentang agama terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaiton. Seperti tertuang dalam ayat berikut ini : y9$#ur b) z`|SM}$# s9 Az w) t%!$# (#qZtB#u (#q=Jtur Mys=9$# (#q|#uqs?ur d,ys9$$/ (#q|#uqs? ur 99$$/ Demi masa. Sungguh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran. (Al-Ashr :1-3) Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Aq)tur t%!$# (#r xx. Iwqs9 tAR& mn=t pt#u `iB mn/ 3 @% c) !$# @ `tB !$to kuur ms9) `tB z>$tRr& Berkata orang-orang tiada beriman:Mengapa tiada diturunkan kepadanya (Muhammad) sebuah mukjizat dari Tuhannya? Jawablah :Allah membiarkan sesat siapa yang Ia kehendaki, dan membimbing orang yang bertobat kepadaNya. (Ar-Rad :27) Dari ayat-ayat diatas sehingga dapat dipahami bahwa ada jiwa yang menjadi fasik dan adapula jiwa yang menjadi takwa, tergantung kepada manusia yang memilikinya. Ayat ini menunjukan agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain membimbing kearah mana seseorang itu akan menjadi, baik atau buruk. Proses pendidikan dan pengajaran agama tersebut dapat dikatakan sebagai bimbingan dalam bahasa psikologi. Nabi Muhammad SAW, menyuruh manusia muslim untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam yang diketahuinya, walaupun satu ayat saja yang dipahaminya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasihat agama itu ibarat bimbingan (guidance) dalam pandangan psikologi.

13

Dalam hal ini Islam memberi perhatian pada proses bimbingan,. Allah menunjukan adanya bimbingan, nasihat atau petunjuk bagi manusia yang beriman dalam melakukan perbuatan terpuji, seperti yang tertuang pada ayat-ayat berikut : s)s9 $uZ)n=y{ z`|SM}$# `|mr& 5Oq)s? OO mtRyu @xr& t,#y Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya (At-Tiin :4-5)

)ur xs{r& y7/u .`B _t/ tPy#u `B Odqg NktJh Ndy pkr&ur #n?t NkRr& Ms9r& N3n/t / ( (#q9$s% 4n?t/ ! $tRgx cr& (#q9q)s? tPqt pyJu)9$# $R) $Z2 `t #xyd t,#x Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan-keturunan anak-anak Adam dari tulang sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi). Kami lakukan yang demikian itu agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan :Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Al-ARaf :172)

3tF9ur N3YiB pB& tbqt n<) s:$# tbr Btur` $r pRQ$$/ tbqygZtur `t s3YJ9$# 4 y7s9r&ur Nd cqs=J9$# Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran:104) $# 4n<) @6y y7n/u pyJ3t:$$/ psqyJ9$#ur puZ|pt:$# ( Og9y_ur L9$$/ }d `|mr& 4 b) y7/u uqd On=r& `yJ/ @| `t &#6y ( uqdur On=r& ttGgJ9$$/ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An Nahl:125)

14

Ada beberapa ayat yang lebih khusus menerangkan tugas seseorang dalam pembinaan agama bagi keluarganya. pkrt t%!$# (#qZtB#u (#q% /3|Rr& /3=dr&ur #Y$tR$ $ydq%ur $Z9$# ou$yft:$#ur $pkn=t ps3n=tB x #y w tbqt !$# !$tB Ndt tBr& tbq=ytur $tB tbr sDs Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim:6) Rr&ur y7s?u t /t %F{$# Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat (AsSyuara:214) Selanjutnya yang berkaitan dengan perkembangan konseling, khusus konseling sekolah adalah adanya kebutuhan nyata dan kebutuhan potensial para siswa pada beberapa jenjang pendidikan, yaitu meliputi beberapa tipe konseling berikut ini : 1. Konseling krisis, dalam menghadapi saat-saat krisis yang dapat terjadi misalnya akibat kegagalan sekolah, kegagalan pergaulan atau pacaran, dan penyalahgunaan zat adiktif. 2. Konseling fasilitatif, dalam menghadapi kesulitan dan kemungkinan kesulitan pemahaman diri dan lingkungan untuk arah diri dan pengambilan keputusan dalam karir, akademik, dan pergaulan social. 3. Konseling preventif, dalam mencegah sedapat mungkin kesulitan yang dapat dihadapi dalam pergaulan atau sexual, pilihan karir, dan sebagainya. 4. Konseling developmental, dalam menopang kelancaran perkembangan individual siswa seperti pengembangan kemandirian, percaya diri, citra diri, perkembangan karir dan perkembangan akademik. Dengan demikian, kebutuhan akan hubungan bantuan (helping relationship), terutama konseling, pada dasarnya timbul dari diri dan luar individu yang melahirkan seperangkat pertanyaan mengenai apakah yang harus diperbuat individu. Dalam konsep Islam, pengembangan diri merupakan sikap dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu mengoptimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pakar dalam disiplin ilmu pengetahuan dijadikan kedudukan yang mulia disisi Allah SWT.

15

s)ur @% (#rS$# (#rS$$s s t !$# t%!$## ) (#qZtB#u N3ZB t%!$#ur (#q?r& zO=9$# ;My_uy 4 !$#ur $yJ/ tbq=yJs? 7yz niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Mujadalah 58:11) B. Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Selalu memiliki Prinsip Landasan dan Prinsip Dasar yaitu hanya beriman kepada Allah SWT. 2. 3. Memiliki Prinsip Kepercayaan, yaitu beriman kepada Malaikat. Memiliki Prinsip Kepemimpinan, yaitu beriman kepada Nabi dan Rasulnya.

4. Selalu memiliki Prinsip Pembelajaran, yaitu berprinsip kepada Al-Quran Al Karim. 5. 6. Memiliki Prinsip Masa Depan, yaitu beriman kepada Hari Kemudian Memiliki Prinsip Keteraturan, yaitu beriman kepada Ketentuan Allah

Jika konselor memiliki prinsip tersebut (Rukun Iman) maka pelaksanaan bimbingan dan konseling tentu akan mengarahkan counselee kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaannya pembimbing dan konselor perlu memiliki tiga langkah untuk menuju pada kesuksesan bimbingan dan konseling. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu Dua Kalimat Syahadat, kedua memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus symbol kehidupan yaitu Shalat lima waktu, dan ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Prinsip dan langkah tersebut penting bagi pembimbing dan konselor muslim, karena akan menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Akhlakul Karimah). Dengan mengamalkan hal tersebut akan memberi keyakinan dan kepercayaan bagi counselee yang melakukan bimbingan dan konseling.

16

3tF9ur N3YiB pB& tbqt n<) s:$# tbrBtur` $rpRQ$$/ tbqygZtur `t s3YJ9$# 4 y7s9r&ur Nd cqs=J9$# Dan hendaklah ada diantara kamu suatu umat yang menyeru berbuat kebaikan, dan menyuruh orang melakukan yang benar, serta melarang yang mungkar. Merekalah orang yang mencapai kejayaan. (Ali Imran : 104) Pada ayat tersebut memberi kejelasan bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarahkan seseorang pada kesuksesan dan kebijakan, dan bagi konselor sendiri akan mendapat nilai tersendiri dari Allah SWT. Para pembimbing dan konselor perlu mengetahui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologie), manusia disebut homo divians yaitu mahluk yang berke-Tuhan-an, berarti manusia dalam sepanjang sejarahnya senantiasa memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang menggetarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik kepadanya. Hal demikian oleh agama-agama besar di dunia dipertegas bahwa manusia adalah mahluk yang disebut mahluk beragama (homo religious), oleh karena itu memiliki naluri agama (instink religious), sesuai dengan firman Allah SWT : O%rs y7yg_ur e$#9 $ZZym 4 |Nt !$# L9$# t ss } $Z9$# $pkn=t 4 w @7s? ,=y9 !$# 4 9s e$!$# Ohs)9$# 3s9ur usY2r& $Z9$# w tbqJn=t Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah (tetaplah atas) fitrah (naluri) Allah yang telah menciptakan manusia menurut naluri itu, tidak ada perubahan pada naluri dari Allah itu. Itulah agama yang lurus, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (Ar-Rum : 30) Pada diri counselee juga ada benih-benih agama, sehingga untuk mengatasi masalah dapat dikaitkan dengan agama, dengan demikian pembimbing dan konselor dapat mengarahkan individu (counselee) kearah agamanya, dalam hal ini Agama Islam. Dengan berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan muncullah berbagai bentuk pelayanan kejiwaaan, dari yang paling ringan (bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat (terapi), sehingga berkembanglah psikologi yang memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya bimbingan, konseling dan terapi. Selanjutnya ditemukan bahwa agama, terutama Agama Islam mempunyai fungsifungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi dimana filosopinya didasarkan atas ayat-ayat Alquran dan Sunnah Rosul. Proses pelaksanaan bimbingan, konseling dan psikoterapi dalam Islam, tentunya membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan hidup yang di ridai Allah SWT.

17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Dari paparan dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa : seorang manusia diharapkan saling memberi bimbingan satu sama lain sesuai dengan kemampuan dan keahlian manusia itu sendiri, sekaligus memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi masalah yang ada di depan mata kita. Agar manusia selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dan membimbing manusia kearah yang baik. Menyuruh manusia untuk menyebarkan atau menyampaikan ajaran Agama Islam sesuai dengan apa yang diketahui, walaupun satu ayat yang dipahaminya. Sebagaimana seperti ayat-ayat di bawah ini : s)s9 $uZ)n=y{ z`|SM}$# `|mr& 5Oq)s? OO mtRyu @xr& t,#y Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal soleh, maka bagi mereka pahala yang tidak putus-putusnya (At-Tiin :4-5)

3tF9ur N3YiB pB& tbqt n<) s:$# tbr Btur` $r pRQ$$/ tbqygZtur `t s3YJ9$# 4 y7s9r&ur Nd cqs=J9$# Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran:104) $# 4n<) @6y y7n/u pyJ3t:$$/ psqyJ9$#ur puZ|pt:$# ( Og9y_ur L9$$/ }d `|mr& 4 b) y7/u uqd On=r& `yJ/ @| `t &#6y ( uqdur On=r& ttGgJ9$$/ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalann-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (An Nahl:125)

18

pkrt t%!$# (#qZtB#u (#q% /3|Rr& /3=dr&ur #Y$tR$ $ydq%ur $Z9$# ou$yft:$#ur $pkn=t ps3n=tB x #y w tbqt !$# !$tB Ndt tBr& tbq=ytur $tB tbr sDs Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim:6) Rr&ur y7s?u t /t %F{$# Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat (AsSyuara:214)

DAFTAR PUSTAKA Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab. 2004. Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta : Kencana. Andi Mappiare AT. 2002. Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ.Jakarta : Penerbit Arga. Sahilun A. Nasir. 2002. Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja. Jakarta :Kalam Mulia. Zakiah Daradjat. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta : Toko Gunung Agung. Zakiah Daradjat. 2002. Psikoterapi Islami. Jakarta : Bulan Bintang

19

peranan agama dan psikologi dalam BK


1. Perkembangan Kejiwaan Pada Anak Guru Agama dalam menjalankan tugasnya sebagai konselor/ pembimbing Agama disamping perlu menyadari langkah-langkahnya dengan sumber ajaran Agama juga dalam proses kounseling perlu memperhatikan perkembangan jiwa keagamaan pada anak bimbing. Oleh karena itu tugas pengamatan yang pertama-tama harus di lakukan oleh guru Agama saebagai kounselor ialah pengamatan langsung pada situasi dan sikap Agama pada keluarga serta lingkungan hidup anak bimbing yang selanjutnya dijadikan bahan dasar pengartian di dalam melaksanakan tugas sesuai dengan metode mana yang hendak dipakai dalam proses bimbingan dan konselingagama itu. 1.1 Perkembangan Hidup Pada Anak Tingkat Sekolah Dasar. a. Pada usia 6 tahun penertiannya terhadap Agama menjadi makin kuat, apalagi bilamana praktek ibadah selalu di berikan kepada mereka, hubungan dengan tuhan sangat bersifat pribadi atau personal mereka, senang berdoa dengan sepenuh hati. b. Usia 7 sampai 10 tahun mereka mulai memperoleh sikap yang lebih matang terhadap aghama. Mereka lebih ingin mengetahui tentang tuhan dan banyak mengajukan pertanyaan tentang hal tersebut. Oleh sementara ahli didik, periode usia inilah duianggap merupan masa- masa peka terhadap penidikan agama, oleh karenanya sangat mudah untuk di pengaruhi oleh guru Agama.

20

c. Usia 10 sampai 12 tahun anak telah benar-benar dapat menghayati cerita serta peristiwa- peristiwa yang mengandung kegiatan (spiritual) seperti kematian dsb. Dalam periode inilah guru agama sebagai konselor dapat melakukan bimbingan dan konseling melalui pendekatan situasional (kematian , bencana alam dll). Perasaan itu perlu dikembangkan melalui partisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti sembahyang berjamah, panitia hari besar agama serta organisasi dan kegiatan- kegiatan keagamaan lainnya. 1.2. Perkembangn Hidup Keagamaan Pada Anak Tingkat SLTP. Anak pada tingkat pendidikan sltp telah memasuki masa pubertas yang oleh para ahli psikologi di anggap masa usia dimana peasaamn keagamaan mul;ai terbentuk dalam pribadinya. Masa pubertas tersebut dialami oleh mereka sebagai permulaan timbulnya kegoncangan batin yang sangat memerlukan tempat perlindungan jiwa, yang mampu memberikan pengarahan positif dalam perkembangan hidup selanjutnya. Kekosongan batin dalam kegoncangan jiwa sangat terbuka kepada pengaruh nilai- nilai keagamaan yang di bimbing oleh konselor yang me3njadikan dirinya sebagai pelindung atau penyelamat baginya. 1.3. Perkembangan Keagamaan Pada Anak Tingkat SLTA Demikian pula pada anak tingkat pendidikan SLTA sering terjadi konflik batin yang tidak mereka ketahui jalan keluarnya, dan konflik

21

demekian memerlukan bantuan pencerahan atau penyelesaian dari konselor yang meletakkan dirinya sebagai petunjuk jalan keluar. Penyaluran nafsu-nafsu yang berejolak dalam pribadi mereka perlu diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersifat sublimatif sepeti kegiatan olahraga, seni budaya dan organisasi yang terkendalikan. 2. Metode Bimbingan Dan Konseling Yang Dapat Diterapkan Dalam Keagamaan Para pembimbing keagamaan memerlukan beberapa metode yang dapat menghampiri sasaran tugasnya antara lain: 2.1 Metoe Interview (wawancara) Interview adalah suatu metode untuk mendapatkan data dengan mengadakan wawancara secara langsung. 2.2 Metode kelompok Yaitu metode yang diakukan diluar kelas atau jam pelajaran yangmeliputi karya wisata, diskusi kelompok, osis, dan sosio drama. Dengan menggunakan kelompok, pembimbing dapat

menggembangkan sikap sosial (relasi sosial) 2.3 Metode Non Directif (Tidak Mengarahkan) Dalam metode ini terdapat dasar pandangan bahwa klient sebagai mahluk yang bulat yang memilii kemampuan berkembang sendiri dan sebagai pencari kemantapan diri sendiri. Dr. Willam E. Hulme metode ini sangat cocok di gunakan oleh penyuluh Agama, karena kondelor akan lebih memahami kenyataan

22

penderitaaan klient yang biasanya bersumber pada perasaan dosa yang banyak menimbulkan perasaan cemas, konflik kejiwaan dan gangguan jiwa lainya. 2.4 Metode directive conseling Directive conseling merupakan bentuk psikoterapi yang paling sederhana, karena counselor dapat secara langsung memberikan jawaban terhadap problem yang o;eh klient disadari menjadi sumber kecemasannya. 2.5 Metode educatif (pencerahan) Metode educatif adalah pemberian pencerahan terhadap unsurunsur kejiwaan yang menjadi sumber konflik seseorrang dan selanjutnya koonselor menganaliisa fakta kejiwaan klient untuk penyembuuan. Dalam hubungan dengan penggunaan metode tersebut di atas guru agama sebagai orang yang hrus melakukan bimbingan dan konseling dalam agama perlun juga menjiwai langkah- langkahnya dengan sumber sumber petunjuk aghama misalnya : Maka di sebabkan Rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkan mereka dan bermusyawarqahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabbila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allaah menyukai mereka bertawakkal kepadanya.. ( Qs Ali imron 159)

23

Disamping itu prinsip pendekatan yang telah diajarkan nabi kepada Abbu musa Al- Asyaary dan Muadz binJabal ketika hendak beerangkat ke Yaman untuk menunaikan misi khusus : Permudahlah jangan mempersukar dan gembiralah ( bbbesarkan jiwanya) dan jangaan melakukan tindakan yang menyebbabbbkan mereka lari pada-Mu (Al Haditst). 3. Guru Agama Sebagai Pendidik Dan Pembimbing Tugas dan fungsi guru dalam proses kependidikan disekolah (Madrasah) tidak hanya sebagai pengajar ilmu pengetahuan semata-mata melainkan juga betugas sebagai pendidik dan pembimbing atau konselor. Menurut beberapa ahli bahwa bimbingan dan pendidikan tidak dapat dipisahkan dalam proses, terutama yang berkegiatan dalam rangka mencapai tujuan hidupnya. Pada umumnya para ahli memandang bahwa konselor agama menempuh berbagai jalan atau cara yang lebih sulit dari pada menjadi konselor dibidang lain yang non agama; karena konselor agama harus memiliki beberapa persyaratan khusus, antara lain kematangan jiwa dan keimanan yang tangguh serta berkemampuan menjadi uswatun hasanah (contoh teladan) sesuai norma-norma ajaran agamanya, baik dilingkungan sekolah naupun diluar sekolah. Di lihat dari segi missioner, jabatan guru agama dapat dikatakan sebagai reeping (panggilan tuhan) untuk berbakti kepada tuhan dengan

24

fungsinya yang amat penting bagi pembinaan iman melalui proses kependidikan individual manusia. Dalam pandangan islam, seseorang iman atau ulama secara builtin (melekat), juga di pandang oleh para pengikutnya, selain sebagai guru agama dan pendidik juga sebagai penyuluh atau konselor agama yang tugasnya menjadi guru penerang, pemberi, petunjuk jalan arah

kebenaran, juru pengingat, juru penghibur hati duka, serta muballig yang perilaku sehari-harinya mencerminkan uswatun hasanah di tengah ummatnya. Sebagaimana halnya fungsi nabi Muhammad SAW yang di utus menjadi muallim (guru) dan pendidik akhlak al-karimah.

Sebagaimana sabda beliau yang artinya: aku diutus untuk menjadi guru dan sabdanya lagi: saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mullia

4. Program Khusus Bimbingan Agama Bagi Penanggulangan Kenakalan


Remaja 2.4.1 Kenakalan Remaja Sebagai Suatu Problema. Dalam melihat masslah ini kita perlu membedakan manakah yang kita kategorikan kenakalan dengan bukan kenakalan. Kenakalan remaja adalah tingkah laku atau perbuatan yang berlawanan dengan hokum-hukum yang berlaku yang dilakukan oleh anak-anak dari antara umur 10 tahun sampai dengan 18 tahun. Perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak dibawah usia 10 tahun dan diatas 18

25

tahun dengan sendirinya tidak di kategorikan dalam apa yang kita sebut kenakalan Tingkah laku anak remaja yang dipandang kenakalan karena a. Mengangu tertib sosial dan hokum b. Merugikan perkembangan generasi muda itu sendiri c. Menggangu jalanya perkembangan sosial paedegogis, ekonomi, dan kebudayaan dan sebagainya 2.4.2 Faktor- faktor yang Mengakibatkan Kenakalan Remaja a. Faktor lingkungan 1. Keadaan ekonomi masyrakat 2. Masa daerah peralihan 3. Keretakan hidup keluarga 4. Praktek mengasuh anak 5. Pengaruh teman sebaya 6. Pengaruh pelaksanaan hokum (kurang dapat di pertanggung jawabkan) b. Faktor Kepribadian 1. Penyakit syraf 2. Dorongan nafsu 3. Penilaian yang tidak tepat kepada diri sendiri dan orang lain (buta moral) 4. Pandangan terhadap diri sendiri yang negatif. dalam hubungannya dengan kkenakalan remaja yang telah di uraikan diatas maka pendidik agama sebagai konselor di samping perlu memahami berbagai faktor penyebabnya perlu pula mengambil langkah-

26

langkkah prreventif (mencegah) dan kuratif (mengobati) yang meliiputi prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Di lingkungan sekolah hendaknya bekerja sama dengan guru d bidang lain 2. Berusaha membina kerjasama dengan Biro konsultasi remaja yang ada, dan pejabat peradilan anak atau kepolisian bidang pengawasan anak. 3. Bila mana terjadi kenakalan didalam limgkungan tanggung jawabnya, maka berusahalah melakukan pendekatan kepada remaja yang

bersangkutan. 4. Hendaknya mempolakan rencana program pencegahan dilingkungan sekolah dengan kegiatan diskusi. 5. Berusaha membina hubungan kkerja sama dengan orang tua murid yang sebaik-baiknya. 6. Dalam rangka pencegahan, hendaknya konselor agama berusaha mengisi acaara koonseling di pusat-pusat kegiatan remaja. Misal: karang taruna dalam organisasi remaja. 7. Berusaha menghindarkan remaja dari pengaruh mass media yang mengandung unsur mmerusak moral. Missal: majalah porno. Akan tetapi yang penting perlu diingat konselor agama senantiasa menanamkan pengeertian kepada remaja bahhwa kaum reemajapun dapat beriman yang teguh dan beraagama yang taat, sebagaimana dilukiskan oleh allah dalam firmannya tentang pemuda al-kahfi: Artinya: Sesungguhnya meereka adalah kaum remaja yang teguh beriman dan aku tambah kepada mereka petunjuk. (QS Al-kahfi:13)

27

You might also like