You are on page 1of 9

REAKSI REDOKS

A Aburizal Bakhri Achmad Joddy C A Adelina Kurnia R Andreas Jeffreyaldi S XII IPA2

SMAN 1 MALANG

TEORI DASAR
Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:

Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.

Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen). Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge) dikenal sebagai reaksi metatesis. Oksidator dan Reduktor Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2, MnO4, CrO3, Cr2O72, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin). Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4), reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik[1][2], terutama dalam reduksi
2

senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon. Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks. Contoh Reaksi Redoks Salah satu contoh reaksi redoks adalah antara hidrogen dan fluorin:

Kita dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah: reaksi oksidasi

dan reaksi reduksi

Penganalisaan masing-masing reaksi setengah akan menjadikan keseluruhan proses kimia lebih jelas. Karena tidak terdapat perbuahan total muatan selama reaksi redoks, jumlah elektron yang berlebihan pada reaksi oksidasi haruslah sama dengan jumlah yang dikonsumsi pada reaksi reduksi. Unsur-unsur, bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki bilangan oksidasi nol. Pada reaksi di atas, hidrogen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan fluorin tereduksi dari bilangan oksidasi 0 menjadi -1. Ketika reaksi oksidasi dan reduksi digabungkan, elektron-elektron yang terlibat akan saling mengurangi:

Dan ion-ion akan bergabung membentuk hidrogen fluorida:

Sel Volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang memberikan aliran elektron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang teroksidasi ke zat kimia yang direduksi. Dalam sel Volta , oksidasi berarti dilepaskannya elektron oleh atom, molekul, atau ion. Sedangkan reduksi berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel ini.
3

Contoh oksidasi dan reduksi spontan yang sederhana, perhatikan reaksi seng dengan tembaga berikut. Zn(s) + CuSO4(aq) ZnSO4(aq) + Cu(s) Reaksi spontan ion tembaga berubah menjadi logam tembaga akan menyepuh (melapisi) lembaran seng, lembaran seng melarut, dan dibebaskan energi panas. Reaksi tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan ion sebagai berikut. Zn(s) + Cu2+(aq) Zn2+(aq) + Cu(s) Tiap atom seng kehilangan dua elektron untuk menjadi sebuah ion seng dan tiap ion tembaga akan memperoleh dua elektron menjadi sebuah atom tembaga. Oksidasi : Zn(s) Zn2+(aq) + 2e Reduksi : Cu2+(aq) + 2e Cu(s) Meskipun gejala ini sifat dasarnya adalah listrik, namun aliran elektron tak dapat dideteksi jika seng bersentuhan langsung dengan larutan tembaga sulfat. Elektron itu diberikan langsung dari atom-atom seng ke ion-ion tembaga. Salah satu metode yang memungkinkan untuk difusi ion-ion adalah dengan membenamkan lembaran seng ke dalam suatu larutan garam seng, seperti seng sulfat dan membenamkan sepotong tembaga ke dalam suatu larutan tembaga sulfat. Larutan seng sulfat dihubungkan dengan larutan tembaga sulfat oleh jembatan garam, yang memungkinkan terjadinya difusi ion-ion. Jembatan garam diisi dengan larutan elektrolit dari garam yang tidak berubah secara kimia dalam proses tersebut. Sebagai contoh adalah kalium sulfat, natrium sulfat, natrium klorida, kalium klorida, dan kalium nitrat

PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan Alat dan Bahan Tabung reaksi/rak tabung Pipet tetes Larutan KMnO4 Larutan asam oksalat Larutan formaldehid Larutan Na2S2O3 Laturan I2 Larutan AgNO3 Larutan ammonia Larutan H2SO4 Ukuran/Satuan panjang 0,1 M 0,1 M 5% 0,1 M 0,1 M 0,1 M 1M 4M Jumlah 7/1 8 3 mL 3 mL 3 mL 3 mL 3 mL 3 mL 3 mL 3 mL

Langkah Kerja Reaksi Redoks 1. Masukkan kira-kira 3 mL larutan asam oksalat (H2C2O4) 0,1 M ke dalam sebuah tabung reaksi, tambahkan kira-kira 3 mL H2SO4 4M. Kemudian tambahkan 1 tetes larutan KMnO4. Aduk campuran itu dengan mengguncangkan tabung. Tunggu sampai terjadi perubahan warna, kemudian tambahkan lagi 1 tetes larutan KMnO4. Lanjutkan penetesan larutan KMnO4 sampai tidak terjadi lagi perubahan warna. 2. Masukkan kira-kira 3 mL larutan AgNO3 0,1 M ke dalam sebuah tabung reaksi. Tetesi larutan itu dengan larutan NH3 1M tetes demi tetes sampai endapan yang mula mula terbentuk larut kembali. Kemudian tambahkan kira-kira 1mL larutan formaldehid 5%. Aduk campuran dengan mengguncangkan tabung kemudian diamkan. Catat pengamatan anda.

3.

Masukkan kira-kira 3mL larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Tambahkan 2 tetes larutan kanji, kemudian tetesi dengan larutan iodin tetes demi tetes hingga campuran berwarna biru-ungu (warna biru-ungu menunjukkan bahwa Na2S2O3 telah habis bereaksi. Reaksi Redoks 2 Amplaslah lempeng logam seng dan tembaga hingga bersih, kemudian guntinglah menjadi ukuran 0,5 x 2 cm, masing masing 2 potong. Siapkan 4 tabung reaksi yang bersih dan beri nomor 1 sampai 4. Isilah keempat tabung itu sebagai berikut: Tabung 1 dengan larutan CuSO4 kira-kira 3 mL Tabung 2 dengan larutan ZnSO4 kira-kira 3 mL Tabung 3 dan 4 dengan larutan HCl masing-masing kira-kira 3 mL. Tambahkan lempeng logam seng ke dalam tabung 1 dan 3, sedangkan lempeng logam tembaga ke dalam tabung 2 dan 4. Catat pengamatan anda

1.

2.

3. 4.

ANALISIS DATA
Reaksi Redoks 1 1. Warna larutan H2C2O4 + larutan H2SO4 = jernih Warna larutan KMnO4 = ungu Warna larutan H2C2O4 + H2SO4, setelah ditetesi larutan KMnO4 = kuning jernih (8 tetes) 2. Warna larutan AgNO3 = bening Larutan AgNO3 ditetesi larutan NH3 = bening Larutan AgNO3 + larutan NH3 setelah dicampur dengan larutan formaldehid = silver 3. Warna larutan Na2S2O3 = bening Larutan Na2S2O3 + larutan kanji setelah ditetesi dengan larutan I2 = biru ungu (18 tetes) Reaksi Redoks 2 Tabung 1
6

Tabung 2

Tabung 3

Tabung 4

Larutan yang diisikan Warna larutan Logam yang ditambahkan Perubahan

CuSO4 Biru Zn Rontok

ZnSO4 Bening Cu Tetap

HCl Bening Zn Timbul gas

HCl Bening Cu Tetap

Analisa data Reaksi Redoks 1 Pada percobaan redoks pertama, kita mengamati reaksi redoks pada 3 suasana, yakni asam, basa dan netral. Pada percobaan pertama kita mengamati redoks dengan suasana asam, dapat diperhatikan bahwasannya zat yang mulanya berwarna jenih dan ungu (KMnO4) pada waktu dicampurkan lama kelamaan menjadi bening kembali, ini menandakan bahwa seluruh zat sudah tereaksi, yaitu dengan reaksi redoks. Pada percobaan kedua merupakan reaksi redoks dengan suasana basa. Diketahui dari adanya NH3 yang merupakan senyawa basa. Dalam reaksi redoks kedua AgNO3 yang awalnya bening menjadi berwarna silver pekat setelah penambahan formaldehid. Pada percobaan ketiga, merupakan reaksi redoks dengan suasana netral, dimana penambahan Na2S2O3 dan larutan kanji akan bereaksi dengan iodin. Analisa data Reaksi Redoks 2 Pada percobaan redoks yang ke 2 ini, kita akan memeperhatikan reaksi redoks spontan dan tidak spontan, atau bisa di instilahkan dengan bereaksi dan tidak bereaksi. Pada tabung 1, penambahan Zn dan CuSO4 bereaksi secara spontan, karena dalam deret volta kedudukan Zn berada di sebelah kiri Cu, sehingga Zn mengoksidasi, hasil oksidasi tersebut diperlihatkan dengan rontoknya Zn pada percobaan. Pada tabung 2 tidak terjadi reaksi spontan, karena Cu tak mampu mendesak Zn, sehingga reaksi pun tak terjadi. Pada tabung 3 Zn mampu mendesak HCl, sebab pada deret volta kedudukan H berada di sebelah kanan Zn, sehingga terjadilah reaksi. Reaksi tersebut ditandai dengan adanya gelembung gelembung gas. Pada tabung 4 tidak terjadi reaksi, karna Cu tak mampu mendesak H untuk bereaksi dengan nya.

PENUTUP
Kesimpulan 1. Bahwa reaksi redoks yang terjadi pada suasana asam, basa dan netral terjadi sedemikian rupa dan memiliki keunikan tersendiri. 2. Reaksi spontan akan terjadi apabila logam berada di sebelah kiri ion logam yang didesak pada deret volta. Dan tidak akan terjadi reaksi redoks apabila logam berada di sebelah kanan ion logam yang didesak pada deret volta.

Pertanyaan 1. Pada tabung manakah terjadi reaksi redoks spontan dan pada tabung yang mana tidak terjadi reaksi ?

2. Tulislah persamaan reaksi setara untuk reaksi yang berlangsung spontan ! Jawaban 1. Yang terjadi reaksi redoks spontan pada tabung 1 dan 3, yang tidak terjadi reaksi pada tabung 2 dan 4. 2. Zn + CuSO4 -> ZnSO4 + Cu2+ Zn+ 2HCl -> ZnCl2 + 2H+

You might also like