You are on page 1of 13

PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Oleh Wakhinuddin 1.

PENGERTAN Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20 THN 2003, PSL 39 (2)) Tenaga Kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 (BAB 1 Ketentuan umum) 2. PENDIDIK TENAGA PROFESIONAL MERENCANAKAN PEMBELAJARAN. MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN. MENILAI HASIL PEMBELAJARAN. MEMBIMBING MELATIH MENILITI MENGABDI KEPADA MASYARAKAT. Seperti: GURU DOSEN TUTOR INSTRUKTUR PAMOMG BELAJAR KONSELOR WIDYAISWARA FASILITATOR PENGUJI DST 3. TENAGA KEPENDIDIKAN Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. (UU No. 20 Ketentuan umum)tahun 2003 psl 1, BAB 1 Merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (UU No.20 THN 2003, PSL 39 (1))

A. PENGERTIAN PENDIDIK Dalam pengertian yang sederhana, pendidik adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di mesjid, di surau/musala, di rumah, dan sebagainya. 1. Syarat pendidik Menjadi pendidik menurut Prof. Dr. Zakariah Darajdat dan kawan-kawan (1992: 41) tidak sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah ini : a. Takwa kepada Allah SWT b. Berilmu c. Sehat jasmani d. Berkelakuan baik 2. Tugas dan tanggung jawab pendidik a. Tugas pendidik : Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita pancasila. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai Undang-Undang Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun 1983. Sebagai perantara dalam belajar. Pendidik adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya. Pendidik sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. Sebagai penegak disiplin, pendidik menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila pendidik dapat menjalani lebih dahulu. Pendidik sebagai administrator dan manajer Pendidik sebagai perencana kurikulum Pekerjaan pendidik sebagai suatu profesi Pendidik sebagai pemimpin Pendidik sebagai sponsor dalam kegiatan anak anak b. Tanggung jawab pendidik Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik, serta bertanggung jawab untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa di masa yang akan datang. B. HAKEKAT PESERTA DIDIK Menurut Raka Joni menyatakan bahwa hakikat peserta didik didasarkan pada 4 hal yaitu:

a. Peserta didik bertanggung jawab terhadap pendidikan sesuai dengan wawasan pendidikan seumur hidup. b. Memiliki potensi baik fisik maupun psikologi yang berbeda-beda sehingga masing-masing subjek didik merupakan insan yang unik. c. Memerlukan pembinaan individual serta perlakuan yang manusiawi. d. Pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungan.

C. Siapa Pendidik itu? Pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung-jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung-jawab adalah orangtua (ayah dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan oleh dua hal yaitu pertama, karena kodrat yaitu karena orangtua ditakdirkan menjadi orangtua anaknya, dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggungjawab mendidik anaknya. Kedua, karena kepentingan kedua orangtua yaitu orangtua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Selain itu sukses tidaknya anak mereka juga sangat tergantung pada pola pengasuhan dan pendidikan yang diberikan di lingkungan rumah tangga.[1] Inilah yang tercermin dalam QS. Al-Tahrim : 6 yang berbunyi:

Terjemah :

Wahai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

Kemudian pendidik berikutnya dalam pandangan Islam adalah guru/dosen. Sederhananya guru bisa disebut sebagai pengajar dan pendidik sekaligus. Dalam pendidikan formal tingkat dasar dan menengah disebut pendidik, sedangkan pada perguruan tinggi disebut dengan dosen. Menurut Ramayulis, pendidik dalam pendidikan Islam setidaknya ada empat macam. Pertama, Allah SWT sebagai pendidik bagi hamba-hamba dan sekalian makhluk-Nya. Kedua, Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya telah menerima wahyu dari Allah kemudian bertugas untuk menyampaikan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya kepada seluruh manusia. Ketiga, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga bagi anak-anaknya. Keempat, guru sebagai pendidik di lingkungan pendidikan formal, seperti di sekolah atau madrasah.[2] Namun pendidik yang lebih banyak dibicarakan dalam pembahasan ini adalah pendidik dalam bentuk yang keempat. Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru / pendidik. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Mengapa demikian? Karena pendidik selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan), sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan. Sebenarnya tingginya kedudukan pendidik dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang belajar adalah calon pendidik, dan yang mengajar adalah pendidik. Maka, tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan pendidik. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang yang belajar dan mengajar, tidak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya pendidik. Karena Islam adalah agama, maka pandangan tentang pendidik, kedudukan pendidik, tidak terlepas dari nilai-nilai kelangitan.[3] Ada penyebab khas mengapa orang Islam amat menghargai pendidik, yaitu pandangan bahwa ilmu (pengetahuan) itu semuanya bersumber pada Tuhan :

Terjemah : Tidak ada pengetahuan yang kami miliki kecuali yang Engkau ajarkan kepada kami (QS. Al-Baqarah : 32) Ilmu datang dari Tuhan, pendidik pertama adalah Tuhan. Pandangan yang menembus langit ini tidak boleh tidak telah melahirkan sikap pada orang Islam bahwa ilmu itu tidak terpisah dari Allah, ilmu tidak terpisah dari pendidik, maka kedudukan pendidik amat tinggi dalam Islam.[4] Dari beberapa hadis dapat dilihat bahwa Nabi Muhammad SAW juga memposisikan pendidik di tempat yang mulia dan terhormat. Dia menegaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi, sementara makna ulama adalah orang yang berilmu. Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidik termasuk ulama. Tegasnya, pendidik adalah pewaris para nabi. Ini bisa dilihat misalnya pada contoh hadis berikut:

Artinya : Para ulama (pendidik) adalah pewaris para nabi (Dari Abu Darda r.a. dan diriwayatkan oleh Ibn Majah) Hadis di atas juga menunjukkan bahwa Rasulullah SAW memberikan perhatian yang besar terhadap pendidik sekaligus memberikan posisi terhormat kepadanya. Hal ini beralasan mengingat peran pendidik sangat menentukan dalam mendidik manusia untuk tetap konsisten dan komitmen dalam menjalankan risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kemudian ada pula hadits yang menjelaskan bahwa kedudukan orang alim itu lebih unggul dibanding abid. Juga hadits tentang pujian Nabi SAW terhadap orang yang belajar ilmu Al-Quran dan mengajarkannya kepada orang lain.

SYARAT PENDIDIK DAN ANAK DIDIK


A. PENDAHULUAN Komponen yang tidak bisa dilupakan dan yang menentukan di dalam keberhasilan proses pendidikan adalah pendidik dan anak didik. Anak didik sebagai individu yang akan dipenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya. Sedang pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan tadi. Tetapi dalam proses kehidupan dan pendidikan sacara umum batas antara keduanya sulit untuk ditentukan, karena adanya saling isi mengisi dan butuhmembutuhkan, meniru dan ditiru, juga memberi dan menerima informasi yang dihasilkan, akibat dari adanya komunikasi dimulai dari kepekaan indera, fikiran, daya apresiasi dan keterampilan untuk melakukan sesuatu yang mendorong kepada internalisasi dan individualisasi pada diri individu itu sendiri, yang kemudian melahirkan interaksi dengan individu-individu yang lainnya di dalam kehidupan sesuai dengan lingkungan yang dimiliki. Proses ini terjadi dimulai dari lingkungan yang terdekat yaitu Ayah, Ibu yang kemudian berkembang kepada lingkungan yang luas secara bertahap. Demikian pula peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan, tetapi pada saat-saat tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa posisi peserta didik pun tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi peserta didik harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya, sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya Konsep pendidik dan peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Karakteristik ini akan membedakan konsep pendidik dan peserta didik dalam pandangan pendidikan lainnya. Hal itu juga dapat ditelusuri melalui tugas dan persyaratan ideal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik dan peserta didik yang dikehendaki oleh Islam. Tentu semua itu tidak terlepas dari landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-Quran dan Sunnah yang menginginkan perkembangan

pendidik dan peserta didik tidak bertentangan dengan ajaran kedua landasan tersebut sesuai dengan pemahaman maksimal manusia. B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Syarat, pendidik dan Anak Didik a. Pengertian Syarat Dalam berbagai literature yang ditulis para ahli pendidikan Islam, uraian tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik ini berbeda-beda, bahkan ada pula uraian-uaian yang mencampuradukkan antara tugas utama pendidik, sifat-sifat yang harus dimiliki dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Memang harus diakui sulit sekali membedakan secara tegas antara tugas, sifat dan syarat bagi seorang pendidik. Sebab itu Ahmad Tafsir mencoba membedakan antara tugas syarat dan sifat bagi seorang pendidik. Yang dimaksud dengan syarat adalah sifat pendidik yang pokok yang dapat dibuktikan secara empiris, sedang sifat adalah pelengkap syarat tersebut : bisa juga disederhanakan bahwa syarat adalah sifat minimal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, sedang sifat adalah syarat pelengkap sehingga guru tersebut bisa dikategorikan sebagai guru yang memenuhi syarat maksimal. Dan tugas utama guru adalah sebagai pengajar. b. Pengertian Pendidik Abudin Nata menjelaskan jika kita mencoba mengikuti petunjuk Al-Quran, akan dijumpai informasi bahwa secara garis yang menjadi pendidik dalam perspektif Islam ada empat: pertama, Allah swt. Sebagai pendidik Allah berkehendak agar manusia baik dan bahagia di dunia maupun diakhirat. Karena itu manusia harus memiliki etika dan bekal pengetahuan. Untuk mencapai tujuan tersebut Allah mengutus para nabi dan para nabi bertugas untuk menyampaikan ajaran Allah sekaligus sebagai pendidik umatnya. Kedua Rosul Muhammad saw. Sejalan dengan pembinaan yang telah dilakukan Allah kepada nabi Muhammad, Allah juga memerintahkan kepada beliau agar mendidik umatnya dengan cara berdakwah sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quran Q.S. 74 ayat 1-3. ketiga Orang tua . Al-Quran menjelaskan sifat-sifat yang harus dimiliki orang tua, yaitu memiliki hikmah atau kesadaran tentang kebenaran yang diperoleh melalui ilmu dan intelektual, dapat bersyukur kepada Allah swt , dapat menasehati anaknya agar tidak musyrik kepada Allah : memerintahkan anaknya agar mendirikan sholat, melaksanakan amar maruf nahyi munkar, bersabar dan jangan sombong sebagaimana terdapat dalam Quran Surat 31 ayat 12-19. keempat Orang lain. Informasi ini dapat kita lihat dalam Q.S. 18 ayat 60-62. Pengertian Guru secara etimoligi yaitu orang yang mempunyai pekerjaan (mata pencaharian atau profesinya) menhajar. Bila dilihat dalam bahasa Inggris, guru berasal dari kata teach (teacher), yang memiliki arti sederhana person who occupation is teaching others yang artinya guru adalah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Sedang untuk jabatan guru adalah teachership. kemudian jika ditelusuri dalam bahasa Arab, kata guru berasal dari kata Al-Mualim, al-Mudarris yang berarti guru. Atau pengajar bagi laki-laki, sedangkan untuk guru perempuan dibedakan, alMualimah, al-Mudarrisah. Sedangkan dalam literature pendidikan Islam, guru laki-laki (ustadz), guru perempuan (ustadzah). Dalam kontek pendidikan Islam guru sering disebut dengan kata murabbi, mualim, mudaris, muadib, dan mursyid yang dalam penggunaannya mempunyai tempat tersendiri sesuai konteknya dalam pendidikan. Terkadang istilah guru juga disebut melalui gelarnya, seperti istilah al-Ustadz dan al-Syaikh. Meskipun terdapat berbagai perbedaan istilah, yang jelasnya makna dasar dari masing-masing istilah tersebut terkandung di dalam konsep pendidik dalam pendidikan Islam. Dengan demikian, pendidik tidak hanya sebagai orang yang menyampaikan materi an sich kepada peserta didik (transfer of knowladge), tetapi lebih dari itu ia juga bertugas untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal (tranformation of knowladge) serta menanamkan nilai (internalitation of values) yang berlandaskan kepada ajaran Islam. Tegasnya, seorang pendidik berperan besar dalam menumbuh-kembangkan berbagai potensi positif peserta didik secara optimal sehingga tujuan pendidikan Islam yang ideal dapat diraih. Dalam sejarah bangsa Indonesia, status pendidik juga mendapat penghormatan yang mulia. Bahkan sering dikenal pepatah yang menyebutkan bahwa guru adaha digugu dan ditiru. Di beberapa wilayah Indonesia, ada beberapa ungkapan populer untuk menyebut guru. Di Minangkabau, misalnya, guru biasanya disebut Buya berasal dari kata abuyya yang berarti Bapakku tercinta; sementara di daerah lain, seperti Sunda, dikenal sebutan Yang guru, Nyai guru, Kang guru, Uwa guru dan Aki guru. Walaupun sebutan itu ditujukan kepada guru yang memiliki keunggulan, namun hal ini bisa dijadikan alasan kuat untuk menyatakan bahwa guru berada pada posisi terhormat di mata masyarakat. Dalam sistem pendidikan nasinal, pendidik dikenal dengan beberapa sebutan, seperti yang

ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 1 ayat (6): Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sementara dalam pendidikan formal, pendidik dikenal dengan sebutan guru untuk tingkat sekolah dasar dan menengah dan dosen untuk tingkat perguruan tinggi. Hal ini dapat dilihat dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada Bab II pasal 2 disebutkan bahwa: 1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 2. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8 disebutkan juga bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud dijelaskan sebelumnya pada pasal 1 ayat (10): Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan kompetensi itu meliputi empat aspek, sebagaimana yang dijelaskan pada pasal 10 ayat (1) Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. c. Pengertian Anak didik Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan makna peserta didik, yaitu murid, al-tilmdz, dan al-thlib. Murid berasal dari kata arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang yang menginginkan (the willer). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh. Sedangkan al-tilmdz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan untuk menunjuk kepada peserta didik yang belajar di madrasah. Sementara al-thlib berasal dari thalaba, yathlubu, thalaban, thlibun, yang berarti orang yang mencari sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang yang mencari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat. Kemudian, dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan berdasarkan tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmdz untuk sekolah menengah, dan al-thlib untuk perguruan tinggi. Namun, menurut Abuddin Nata, istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik adalah al-mutaallim. Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang yang menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Terlepas dari perbedaan istilah di atas, yang jelasnya peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam sebagai objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan. Ia adalah orang yang belajar untuk menemukan ilmu. Karena dalam Islam diyakini ilmu hanya berasal dari Allah, maka seorang peserta didik mesti berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dengan senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada perintah-Nya. Namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut, seorang peserta didik mesti belajar pada orang yang telah diberi ilmu, yaitu guru atau pendidik. Akhlak tersebut tentunya tetap mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung di dalam al-Quran dan hadi Islam menjelaskan bahwa objek didik dalam lingkup keluarga terdiri dari anak-anak yang menjadi anggota keluarga seseorang dan objek didik dalam lingkup masyarakat adalah rakyat atau warga yang berada di bawah kepemimpinan seseorang. Hal ini sebagai mana dijelaskan dalam Al-Quran surat At-Tahrim: 6 dan hadits nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari yang menjelaskan bahwa seorang pemimpin bertanggung jawab mengurus orang-orang yang dipimpinnya atau rakyatnya. Para pemimpin berfungsi sebagai pendidik bagi pengikuit atau rakyatnya dan rakyat atau pengikut menjadi objek didik di bawah kepemimpinan seorang pemimpin. 2. Syarat Pendidik Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa syarat dan sifat pendidik banyak sekali para ahli pendidikan tidak banyak membedakannya. Oleh karena itu, penulis agak sedikit kesulitan untuk menemukan syarat pendidik yang jelas . Ahmad Tafsir dalam uraiannya menyimpulkan bahwa tugas guru (pendidik) dalam Islam ialah

mendidik muridnya (peserta didik) dengan cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya, menuju tercapainya perkembangan maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam. Untuk memperoleh kemampuan melaksanakan tugas itu secara maksimal, sekurang-kuranya harus memenuhi syaratsyarat seperti yang dijelaskan Soejono : (1) tentang umur, harus sudah dewasa, (2) tentang kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani, (3) tentang kemampuan mengajar, ia harus ahli, (4) harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi. Dalam konsep Islam, syarat untuk menjadi guru meliputi: (1) umur, harus sudah dewasa, (2) kesehatan, harus sehat jasmani dan rohani, (3) keahlian, harus menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar), dan (4) harus berkepribadian muslim. Dari penjelasan di atas penulis melihat seolah-olah tidak ada konsistensi Ahmad Tafsir yang mengharuskan syarat guru adalah harus empiris, sementara ia mencantumkan syarat berkepribadian muslim, yang mau-tidak mau akan ada indikasi kepada penilayan sifat sepertihalnya tentang akhlak yang merupakan bagian dari kepribadian muslim dan hal itu bagian dari sifat yang tidak empiris. Sebenarnya Ahmad Tafsir mengetahui hal itu, ketika mengomentari tentang syarat dedikasi tinggi yang disebut oleh soejono yang sulit dibuktikan menurut Tafsir. Penulis lebih sependapat dengan membedakan antara sifat dan syarat lebih kepada antara syarat maksimal dan syarat minimal, dan syarat ini dibutuhkan oleh semua guru apalagi seorang pendidik. Hal yang sama dijelaskan oleh Ngalim Purwanto bahwa ada syarat umum yang berhubungan dengan jabatan guru di dalam masyarakat yaitu; berijazah, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik, bertanggung jawab, berjiwa nasional. dan ada syarat yang lebih erat hubungannya dengan tugas guru di sekolah yaitu; Guru harus adil, percaya suka pada muridnya, sabar dan rela berkorban, berwibawa, penggembira, baik kepada rekan guru yang lain dan masyarakat,menguasai mata pelajaran, suka kepada pelajarannya, berpengetahuan luas. Al-Kanani (w. 733 H), seperti yang dikutip oleh Ramayulis, bahwa ada beberapa persyaratan seorang pendidik dalam pandangan pendidikan Islam. Persyaratan tersebut sebagai berikut: Pertama, syarat-syarat pendidik berhubungan dengan dirinya sendiri, yaitu: 1. Pendidik hendaknya senantiasa insyaf akan pengawasan Allah terhadapnya dalam segala perkataan dan perbuatan bahwa ia memegang amanat ilmiah yang diberikan Allah kepadanya. Karenanya ia tidak mengkhianati amanat itu, malah ia tunduk dan merendahkan diri kepada Allah SWT. 2. Pendidik hendaknya memelihara kemuliaan ilmu. Salah satu bentuk pemeliharaannya ialah tidak mengajarkannya kepada orang yang tidak berhak menerimanya, yaitu orang-orang yang menuntut ilmu untuk kepentingan dunia semata. 3. Pendidik hendaknya bersifat zuhud. 4. Pendidik hendaknya tidak berorientasi duniawi dengan menjadikan ilmunya sebagai alat untuk mencapai kedudukan, harta, prestise atau kebanggaan atas orang lain. 5. Pendidik hendaknya menjauhi mata pencaharian yang hina dalam pandangan syara dan menjauhi situasi yang bisa mendatangkan fitnah dan tidak melakukan sesuatu yang dapat menjatuhkan hara dirinya di mata orang banyak. 6. Pendidik hendaknya memelihara syiar-syiar Islam, seperti melaksanakan shalat berjamaah di masjid, mengucapkan salam, dsb. 7. Pendidik hendaknya rajin melakukan hal-hal yang disunahkan oleh agama, baik dengan lisan maupun perbuatan, seperti membaca al-Quran, berzikir dan shalat tengah malam. 8. Pendidik hendaknya memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulannya dengan orang banyak dan menghindarkan diri dari akhlak buruk. 9. Pendidik hendaknya selalu mengisi waktu-waktu luangnya dengan hala-hal yang bermanfaat, seperti beribadah, membaca, mengarang, dsb. 10. Pendidik hendaknya selalu belajar dan tidak merasa malu untuk menerima ilmu dari orang yang lebih rendah dari padanya, baik dari segi kedudukan maupun usianya. 11. Pendidik hendaknya rajin meneliti, menyusun dan mengarang dengan memperhatikan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan untuk itu. Kedua, syarat-syarat yang berhubungan dengan pelajaran (syarat-syarat paedagogis-didaktis), yaitu: 1. Sebelum keluar dari rumah untuk mengajar, hendaknya pendidik bersuci dari hadas dan kotoran serta mengenakan pakaian yang baik dengan maksud mengagungkan ilmu dan syariat. 2. Ketika keluar dari rumah, hendaknya pendidik selalu berdoa agar tidak sesat menyesatkan dan terus berzikir kepada Allah SWT. Artinya, sebelum mengajarkan ilmu, seorang pendidik harus membersihkan hati dan niatnya. 3. Hendaknya pendidik mengambil tempat pada posisi yang membuatnya dapat terlihat oleh semua peserta didik. 4. Sebelum mulai mengajar, pendidik hendaknya membaca sebagian dari ayat al-Quran agar

memperoleh berkah dalam mengajar, kemudian membaca basmalah. 5. Pendidik hendaknya mengajarkan bidang studi sesuai dengan hirarki nilai kemuliaan dan kepentingan yaitu tafsir al-Quran, hadis, ilmu-ilmu ushuluddin, ushul fiqh, dan seterusnya. 6. Hendaknya pendidik selau mengatur volume suaranya agar tidak terlalu keras. 7. Hendaknya pendidik menjaga ketertiban majelis dengan mengarahkan pembahasan pada objek tertentu. 8. Pendidik hendaknya menegur peserta didik-peserta didik yang tidak menjaga sopan santun dalam kelas. 9. Pendidik hendaknya bersikap bijak dalam melalkukan pembahasan, menyampaikan pelajaran dan jawaban pertanyaan. 10. Terhadap peserta didik, pendidik hendaknya berperilaku wajar dan menciptakan suasana yang membuatnya merasa telah menjadi bagian dari kesatuan teman-temannya. 11. Pendidik hendaknya menutup setiap akhir kegiatan pembelajaran dengan kata-kata wallahu alam yang menunjukkan keikhlasan kepada Allah SWT. 12. Pendidik hendaknya tidak mengasuh bidang studi yang tidak disukainya. Ketiga, syarat-syarat pendidik di tengah-tengah peserta didiknya, antara lain: 1. Pendidik hendaknya mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah, menyebarkan ilmu, menghidupkan syara, menegakkan kebenaran, melenyapkan kebatilan, dan memelihara kemaslahatan umat. 2. Pendidik hendaknya menolak untuk mengajar peserta didik yang tidak mempunyai niat tulus dalam belajar. 3. Pendidik hendaknya mencintai peserta didiknya seperti ia mencintai dirinya sendiri. 4. Pendidik hendaknya memotivasi peserta didik untuk menuntut ilmu seluas mungkin. 5. Pendidik hendaknya menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah dan berusaha agar peserta didiknya dapat memahami pelajaran. 6. Pendidik hendaknya melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya. 7. Pendidik hendaknya bersikap adil terhadap semua peserta didiknya. 8. Pendidik hendaknya berusaha membantu memenuhi kemaslahatan peserta didik, baik dengan kedudukan ataupun hartanya. 9. Pendidik hendaknya terus memantau perkembangan peserta didik, baik intelektual maupun akhlaknya. Peserta didik yang shaleh akan menjadi tabungan bagi pendidik, baik di dunia maupun di akhirat. 10. Syarat-syarat di atas harus diupayakan oleh seorang guru secara optimal sehingga ia akan menjadi guru yang profesional, baik dalam kemampuan paedagogik, profesional, individual hingga kepada sosialnya. Semua kemampuan/kompetensi tersebut tentunya berlandaskan kepada ajaran Islam. Bagir Sharif Al-Qarashi menjelaskan bahwa seorang guru adalah pelopor bangsa serta pengajar generasi-generasi yang terikat dengan berbagai tanggung jawab sosial yang besar. Beberapa hal yang para guru harus miliki: a. Para guru harus dibekali dengan sejumlah ilmu dan pengetahuan yang pas sebagai pendukung dalam mengidentifikasi sifat dasar manusia, alasan-alasan, dan berbagai hasil yang berada di balik prilaku itu. b. Para guru harus memperoleh seperangkat keterampilan yang membantu menjalankan berbagai macam kegiatan tertentu. c. Para guru harus memiliki kemampuan dalam membangun interaksi yang baik dengan muridmurid d. Para guru harus tepat waktu dan mampu menjalankan serta pertimbangan keadaan serta situasi yang beraneka macam e. Para guru harus menjaga dengan cermat fungsi-fungsi mereka serta bertindak agar membawa hasil terbaik dalam pelaksanaanya. Adapun Assnely Ilyas menyatakan jika orang tua menginginkan keberhasilan dalam meningkatkan setiap sisi kehidupan jasmani dan rohani anak mereka maka orang tua harus memenuhi persyaratan kepribadian, yaitu: a. Bertakwa kepada Allah, artinya setiap orang tua harus memiliki cerminan dalam dirinya sebagai orang yang layak ditiru oleh anggota keluarganya; b. Ikhlas, adalah segala dasar pijakan dalam setiap perbuatan, tanpa adanya keikhlasan suatu perbuatan akan terasa terpaksa dan tidak bersungguh-sungguh melaksanakan kewajibannya. c. Berakhlak mulia. Orang tua harus menjadi model dan cerminan bagi anak dari sikap dan akhlak mulia. Karenanya, orang tua senantiasa menjadi model yang akan ditiru oleh anakanaknya. Yang dimaksud dengan akhlak mulia adalah kelakuan atau tingkah laku yang

sepenuhnya berpola kepada akhlak Nabi Muhammad saw. Menurut Ummu Yasmin ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang murabbi. a. memiliki kepribadian Islam b. Memiliki fikrah (pola pikir) yang benar tentang Islam, akidah yang dalam, dan amal yang berkelanjutan. c. Memiliki tshakofah islamiyah yang cukup dengan menguasai madah (materi-materi) pendidikan. 3. syarat Anak didik Adapun syarat anak didik menurut Ummu Yasmin adalah: a. Memiliki kepribadian hanif dan kesiapan menerima tarbiyah b. Memiliki niat yang kuat untuk merubah diri dan orang lain c. Bersih dari unsur yang merugikan diri, keluarga dan orang lain d. Melaksanakan shalat lima waktu e. Memiliki potensi untuk turut ambil bagian dalam membangun umat dan bangsa. Selain dari tugas dan kewajiban di atas, peserta didik juga mesti memiliki sifat-sifat terpuji dalam kepribadiannya. Imam al-Ghazali, seperti yang dikutip oleh Samsul Nizar, bahwa sifatsifat ideal yang mesti dimiliki oleh setiap peserta didik paling tidak meliputi sepuluh hal. a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Konsekuensi dari sikap ini, peserta didik akan senantiasa mensucikan diri dengan akhlaq al-karimah dalam kehidupan sehari-harinya dan berupaya meninggalkan watak dan akhlak yang rendah/tercela sebagai refleksi atas firman Allah dalam Q.S. al-Anam/6: 162 dan adz-Dzariyat/51:56). b. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi atau sebaliknya. Sifat yang ideal adalah menjadikan kedua dimensi kehidupan (dunia akhirat) sebagai alat yang integral untuk melaksanakan amanah-Nya, baik secara vertikal maupun horizontal. c. Bersikap tawadhu (rendah hati). d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran. Dengan pendekatan ini, peserta didik akan meihat berbagai pertentangan dan perbedaan pendapat sebagai sebuah dinamika yang bermanfaat untuk menumbuhkan wacara intelektual, bukan sarana saling menuding dan menganggap diri paling benar. e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun agama. f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah (konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu yang fardhu ain menuju ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. a;l-Fath/48: 19). g. Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya. Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam. h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari. i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi. j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan yang bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi kesematan hidup dunia dan akhirat, baik untuk dirinya maupun manusia pada umumnya.

SYARAT SEORANG PENDIDIK


September 8, 2010 Disimpan dalam Kuliah Tagged PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN Dalam proses belajar-mengajar, pendidik memiliki peran utama dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Yakni memberikan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (affektif) dan keterampilan (psikomotor). Dengan kata lain tugas dan peran pendidik yang utama terletak di bidang pengajaran. Pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu seorang pendidik dituntut untuk dapat mengelola (manajemen) kelas, penggunaan metode mengajar, strategi mengajar, maupun sikap dan karakteristik pendidik dalam mengelola proses belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pengajaran dengan baik,

dan meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Ketidak pahaman terhadap hakikat metode maka si pendidik tidak bijaksana dalam memilih dan menggunakan metode. Singkatnya kualitas pendidikan sangat dipengaruhi kualitas pendidiknya. Salahnya pemahaman seorang pendidik terhadap dirinya, memungkinkan si pendidik tidak mampu secara baik memerankan diri sebagai pendidik, dan tidak memenuhi kualifikasi sebagai pendidik. pendidik seharusnya digugu lan ditiru, atau tut wuri handayani. Beberapa kasus banyak kita temukan perbuatan asusila dilakukan oleh pendidik, yang seharusnya tidak terjadi jika mengingat kualifikasi seorang pendidik. hal ini selanjutnya akan menjadi problem tersendiri dalam kegiatan pendidikan. Problem-problem ini terjadi dikarenakan adanya problem filosofis yang belum tertanam dalam diri seorang pendidik. Problem mentalitas; orientasi, keikhlasan, peran, niatan, tuntutan kesejateraan, kepribadian dan lain sebagainya. Selanjutnya adalah problem kapabilitas pendidik; kompetensi, profesionalisme dan lain sebagainya. Tentunya banyak faktor lain yang bisa mempengaruhi kualitas seorang pendidik.Persyaratan dan Sifat Pendidik Pendidik membimbing peserta didik untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain, dan mampu untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhoi oleh Allah. Sebagaimana yang tercantum dalam tujuan pendidikan Nasional sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kecakapan dan pengetahuan dasar haruslah dimiliki oleh pendidik, sebagaimana disampaikan oleh Winarno Surachmad dengan mengadopsi istilah guru sebagai berikut : (a) Pendidik harus mengenal peserta didik yang dipercayakan kepadanya, (b) memiliki kecakapan memberi bimbingan. (c) Memiliki dasar pengetahuan yang jelas tentang tujuan pendidikan di Indonesia pada umumnya sesuai dengan tahap-tahap pembangunan. (d) Pendidik harus memiliki pengetahuan yang bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan. Mengacu pada ungkapan di atas bahwa pendidik adalah bukan asal pandang saja, melainkan dia harus menyadari akan tugas dan tanggung jawab yang berat. Dia harus berkompeten di bidangnya, dia harus memiliki kecakapan dan pengetahuan dasar yang cukup dan sebagainya. Untuk itu seorang pendidik harus memenuhi berbagai persyaratan baik persyaratan fisik, psikis, mental, moral maupun intelektual yang terangkum dalam persyaratan profesionalnya.

Ada tiga persyaratan atau ciri dasar (sifat) yang selalu dapat dilihat pada setiap profesional yang baik mengenai etos kerjanya. Yaitu: (1) Keinginan untuk menjungjung tinggi mutu pekerjaan (job quality); (2) Menjaga harga diri dalam melaksanakan pekerjaan; dan (3) Keinginan untuk memberikan layanan kepada masyarakat melalui karya profesioanalnya. Pemenuhan syarat-syarat diatas adalah kondisi ideal yang harus dimiliki oleh seorang pendidik

Guru merupakan ujung tombak dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Oleh karena itu kemampuan guru marupakan indikator pada keberhasilan proses belajar mengajar. Disamping itu tugas profesionalisme guru juga mencakup tugas terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, dan terutama tugas dalam lingkungan masyarakat dimana guru tersebut tinggal. Tugas-tugas tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang guru, karena bagaimanapun juga sosok kehidupan seorang guru adalah merupakan sosok utama yang berkaitan dengan lingkungan dimana guru tinggal, sehingga guru harus mempunyai pribadi yang rangkap yang harus dapat diperankan dimana guru itu berada. Tugas personal guru yang dimaksud disini adalah tugas yang berhubungan dengan tanggungjawab pribadi sebagai pendidik, dirinya sendiri dan konsep pribadinya. Tugas guru yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai seorang pendidik, sangat erat hubungannya dengan tugas profesionalisme yang harus dipenuhi oleh seorang guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan proses belajar mengajar. Dewasa ini sering dijumpai bahwa seorang guru lebih mementingkan tugas pribadinya dari pada harus melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik, sehingga tidak mustahil adanya guru yang tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan baik, karena lebih mementingkan persoalan yang berkenaan dengan pribadinya sendiri. Misalnya seorang guru tidak mengajar karena harus mengajar ditempat lain untuk menambah pendapatan pribadinya. Hal semacam ini seringkali mengakibatkan jatuhnya korban pada salah satu pihak, yaitu anak didiknya, hal ini dikarenakan keteledoran guru yang berusaha mencari tambahan penghasilan untuk dirinya pribadi. Kenyataan diatas, menunjukkan bahwa sering kali guru tidak dapat memisahkan antara tanggung jawab sebagai seorang pendidik dan kepentingan pribadinya, karena itu seorang guru harus mengetahui peran dan tanggung jawab pekerjaan yang diembannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh DR. Zakiah Darajat, bahwa setiap guru hendaknya mengetahui dan menyadari betul bahwa kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya, dan tujuan lembaga pendidikan tempat ia mengajar khususnya . Pernyataan tersebut mengandung pengertianbahwa seorang guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang mantap dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik pada umumnya, ataupun citra dirinya yang menyandang predikat sebagai seorang guru. Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108555-tugas-personalguru/#ixzz1bJXdqU5J

PROFESI VS TUGAS GURU A. Profesi Guru Di Mata Masyarakat berbagai wacana muncul dalam masyarakat tentang profesi guru. tanggapan tersebut bisa baik dan bisa buruk. Apalagi di zaman yang dipenuhi oleh hiruk pikuk pencarian jati diri ini. Beberapa pergeseran nilai yang terjadi di tengah masyarakat, kini mulai berdampak pada profesi guru. Tentunya dampak disini tidak selalu berorientasi negatif. Berikut adalah beberapa fakta di lapangan yang dapat kita jadikan sebagai suatu dasar tentang kemerosotan pandangan masyarakat terhadap profesi guru. Banyak kalangan mulai meragukan kapabilitas dan kredibiltas guru. Perannya sebagai pengajar dan pendidik mulai dipertanyakan. Misinya sebagai pencetak generasi pinunjul terampil dan bermoral belum sepenuhnya terwujud. Para pelajar kita justru kian menjauh dari kondisi ideal seperti yang diharapkan. Yang lebih memperihatinkan, para pelajar itu dinilai mulai kehilangan kepekaan moral, terbius ke dalam atmosfer zaman yang serba gemerlap, tersihir oleh perikehidupan yang memburu selera dan kemanjaan nafsu, terjebak ke dalam sikap hidup instan. Tawur antarpelajar merajalela, pesta pil setan menyeruak, pergaulan bebas semakin mencuat ke permukaan. Contoh kecil lain yaitu seorang guru yang tergoda keimanannya, lalu mau mengorbankan kewibawaannya, dan berani mengorbankan nilai idealismenya yang tinggi tersebut atas penawaran pihak swasta yang menggeluti usaha penerbitan buku pelajaran. Dari sisi bisnis ini baik, asal dilakukan sesuai dengan prosedur bisnis. Akan tetapi, kenyataan di lapangan jauh berbeda. Banyak guru yang melupakan kaidah standar mutu. Yang mereka utamakan, asal mendapat pemasukan uang sehingga apa pun bisa di lakukan. Tentu saja hal ini membuat beberapa masyarakat awam berpendapat bahwa guru adalah penjual buku. Maraknya peristiwa kekerasan guru kepada siswa belakangan menyebabkan kemorosotan profesi guru semakin menjadi-jadi. Meskipun penghargaan masyarakat terhadap guru kian merosot. Akan tetapi minat masyarakat akan profesi guru semakin tinggi. Hal ini terlihat dari semakin tingginya minat calon mahasiswa terhadap program studi kependidikan di berbagai daerah di Indonesia. Bukan hanya itu bahkan pemilik gelar non kependidikan pun berbondong-bondong mengejar sertifikat akta IV. Mengapa hal ini bisa terjadi? Hal ini tentunya tidak akan terlepas dari kebutuhan masyrakat akan pekerjaan. Dibeberapa kalngan elite profesi guru pun tak jarang dikatakan sebagai profesi yang tidak begitu dianggap. Apakah hal ini disebabkan oleh incm guru yang tidak begitu besar? Memang kalau kita kaji terus akan banyak pertanyaan yang muncul tentang profesi guru di mata masyarakat. Akan tetapi, sebagai salah satu insan pendidikan sudah selayaknya kita semua mencarikan solusi untuk mengangkat profesi guru. B. Tugas Guru Dalam konsep pendidikan guru, L P T K menegaskan bahwa tugas guru meliputi tugas personal, tugas sosial dan tugas profesional, dengan demikian komponen yang dipersyaratkan juga menyangkut kompentensi personal, kompentensi sosial, dan kompentensi profesional. Dalam bahasan ini kita bahas ketiga tugas guru tersebut. 1.Tugas personal. Tugas pribadi ini menyangkut pribadi guru, itulah sebabnya setiap guru perlu menatap dirinya dan memaharni konsep dirinya. Guru itu digugu dan ditiru. Dalam bukunya Student teacher in Action, P Wiggens menulis tentang potret diri sebagai pendidik, la menuliskan bahwa seorang guru harus mampu berkaca pada dirinya sendiri. Bila ia berkaca pada dirinya, ia akan melihat bukan satu pribadi, tetapi tiga pribadi yaitu : - Saya dengan konsep diri saya [ self Concept ] Saya dengan ide diri saya [ self Idea ] - Saya dengan realita diri saya [ self Reality setelah mengajar guru perlu mengadakan refleksi did. la bertanya pada diri sendiri, apakah ada hasil yang diperoleh dari hasil didiknya ? atau selesai mengajar ia bertanya pada dirinya sendiri apakah siswa mengereti apa yang telah dia ajarkan ?. 2. Tugas sosial Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia. Guru punya tugas sosial. Menurut Langeveld, 1955 " Guru adalah seorang penceramah jaman". Lebih seram lagi tulisan Ir, Soekamo tentang " Guru dalam Masa Pembangunan". Dia menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembagunan. Tugas guru adalah mengabdi kepada masyarakat. Oleh karena itu tugas guru adalah tugas pelayanan manusia [gogos Humaniora). 3. Tugas profesional

Sebagai suatu profesi, guru melaksanakan peran profesi [profesional role]. Sebagai peran profesi, guru memiliki kualifikasi profesional, seperti yang telah dikernukakan, kualifikasi profesional itu antara lain ;menguasai pengetahuan yang diharapkan sehingga ia dapat memberi sejumlah pengetahuan kepada siswa dengan hasil yang baik Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/1960923-profesi-guru-vs-tugasguru/#ixzz1bJYPyzxi

You might also like