You are on page 1of 14

Kliping Tugas Ekonomi Bab I-Uang,Kebijakan Pemerintah Untuk Mengendalikan Jumlah Uang Beredar

Oleh: Irvan Wijaya Ludianto Sovia Dumiyanti Syenni Linggar Thoby Tommy Veronica Natasya 9e-18 9e-26 9e-28 9e-29 9e-30 9e-32

Smp Waringin Jl.Kebonjati no.209 Bandung

Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan,proses penyusunan dan pengumpulan data untuk kliping ini berjalna lancar dan sesuai jadwal.Kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,baik secara langsung,maupun tidak langsung.Semoga saja kliping ini dapat membantu,bagi yang kebetulan mencari informasi tentang kebijakan pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar di pasaran.Akhir kata,kami meminta saran dan komentar dari anda sekalian.Apibila ada isi yang kurang berkenan pada anda sekalian,kami mohon maaf sebesar-besarnya.Sekali lagi,maaf dan terima kasih atas perhatiannya.

Kami,Para penyusun

Bandung,2 Agustus 2011

Halaman Penilaian
Kliping tugas ekonomi,tentang: Kebijakan Pemerintah Untuk Mengendalikan Jumlah Uang Beredar

Irvan Wijaya Ludianto Sovia Dumiyanti Syenni Linggar Thoby Tommy Veronica Natasya Unsur Penilaian 1.Halaman Judul 2.Kata Pengantar 3.Pendahuluan 4.Isi Kliping

9e-18 __________ 9e-26__________ 9e-28__________ 9e-29__________ 9e-30__________ 9e-32__________

=......................................... =......................................... =......................................... =......................................... :...........................................

Penilaian dilaksanakan pada: Hari,Tanggal

Guru Mata Pelajaran

_____________________

Pendahuluan
Definisi/Pengertian Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal, Instrumen Serta Penjelasannya Kebijakan berasal dari kata bijak ditambah dengan imbuhanke-an. Bijak artinya pandai, mahir, atau selalu menggunakan akal budi. Sedangkan kebijakan artinya kepandaian atau kemahiran. Moneter artinya keuangan atau mengenali keuangan. Jadi, menurut arti katanya kebijakan moneter adalah kepandaian mengenai keuangan. Kebijakan moneter adalah langkah-langkah yang diambil penguasa moneter (Bank Sentral atau Bank Indonesia) untuk memengaruhi jumlah uang yang beredar dan daya beli uang. Caranya adalah dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan moneter, seperti operasi pasar terbuka, kebijakan diskonto, rasio cadangan minimum, batas maksimum pemberian kredit, dan moral suasion. Melalui instrumen-instrumen tersebut akan terjadi perubahan jumlah uang yang beredar. Perubahan jumlah uang ini pada akhirnya akan memengaruhi kestabilan moneter agar lebih kondusif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Keberhasilan kebijakan moneter biasanya diukur dari peningkatan kesempatan kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan perbaikan kualitas kerja. Secara garis besar, tujuan kebijakan moneter adalah menjaga kestabilan ekonomi yang ditandai dengan bergairahnya dunia usaha dan meningkatnya kesempatan kerja. Jika secara rinci, tujuan kebijakan moneter adalah sebagai berikut. a. Menjaga stabilitas ekonomi Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan perekonomian yang berjalan sesuai dengan harapan, terkendali, dan berkesinambungan. Artinya, pertumbuhan arus uang yang beredar seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia. b. Menjaga stabilitas harga Kebijakan moneter selalu dihubungkan dengan jumlah uang beredar dan jumlah barang dan jasa. Interaksi jumlah uang beredar dengan jumlah barang dan jasa akan menghasilkan harga. Ada kalanya harga itu naik turun tidak beraturan sehingga perubahan harga dapat memengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Kalau harga cenderung naik secara terus-menerus, maka orang akan membelanjakan semua uangnya yang justru mengakibatkan gejala ekonomi yang disebut inflasi. c. Meningkatkan kesempatan kerja Jika jumlah uang beredar seimbang dengan jumlah barang dan jasa, maka perekonomian akan stabil. Pada keadaan ekonomi stabil, pengusaha akan

mengadakan investasi. Investasi akan memungkinkan adanya lapangan pekerjaan baru. Adanya lapangan pekerjaan baru atau perluasan usaha berarti meningkatkan kesempatan kerja. d. Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran Kebijakan moneter dapat memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Jika negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing maka harga-harga barang ekspor akan menjadi lebih murah sehingga memperkuat daya saing dan meningkatkan jumlah ekspor. Peningkatan jumlah ekspor akan memperbaiki neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Ada dua jenis kebijakan moneter, yaitu tight money policy dan easy money policy.

Tight money policy (kebijakan uang ketat) adalah kebijakan bank sentral untuk

mengurangi jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan menaikkan suku bunga, menjual SBI, menaikkan cadangan kas, dan membatasi pemberian kredit. Easy money policy (kebijakan uang longgar) adalah kebijakan yang di ambil bank sentral untuk menambah jumlah uang beredar. Kebijakan uang longgar ini dapat berupa penurunan tingkat suku bunga (kebijakan diskonto), pembelian surat-surat berharga (kebijakan pasar terbuka), penurunan cadangan kas (kebijakan cash ratio), dan kelonggaran pemberian kredit.

Perangkat/Sarana/Instrumen Kebijakan Moneter 1. Kebijakan Pasar Terbuka (Open Market Policy) Yaitu kebijakan pemerintah dengan jalan menjual surat-surat berharga pada saat inflasi dan membeli/ menarik surat-surat berhaga pada saat deflasi. Apabila pemerintah menghendaki menurunkan jumlah uang yang beredar, pemerintah harus menjual obligasi di pasar bebas. Bank Indonesia dalam kebijakan pasar terbuka dengan menngeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Sertifikat Pasar Uang. 2. Kebijakan Diskonto (Discount Policy) Yaitu kebijakan pemerintah dengan jalan menaikkan suku bunga pada saat inflasi dan menurunkan pada saat deflasi, ditunjukkan untuk menaikkan tingkat bunga karena dengan bunga kredit tinggi maka aktivitas ekonomi yang menggunakan dana pinjaman akan tertahan karena modal diskontonya atau discount rate policy (tingkat bunga yang dikenakan pada bank umum atas pinjaman dana yang diberikan), maka jumlah uang yang beredar cenderumg berkurang, begitu sebaliknya. 3. Kebijakan Cadangan kas (Cash Ratio Policy)

Yaitu kebijakan pemerintah dengan jalan menaikkan cadangan kas pada saat inflasi dan menurunkan cadangan kas pada saat deflasi, atau bisa juga menaikkan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yan mengendap di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang. Cara baru untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat yaitu dengan car amengubah-ubah minimum kas rasio. Bank sentral pada umumnya menentukan anka banding minimum antara uang tunai dengan kewajiban giral bank. Angka banding tersebut biasa disebut minimum cash ratio. Bila pemerintah menurunkan minimum kas rasio, maka dengan uang tunai yang sama bank dapt menciptakan uang lebuih banyak dari jumlah sebelumnya. 4. Kebijakan Kredit Ketat Yaitu kebijakan pemerintah dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara memperketat pemberian kredit, kredit boleh diberikan asal memenuhi syarat 5C, Character, Capability, collateral, capital, dan Condition of economy, tetapi pada saat deflasi syarat dapat dipelonggar. Bank sentral (Bank Indonesia) berusaha mempengaruhi bank-bank umum dalam hal memberikan kredit kepada nasabah melalui berbagai macam peraturan kredit. 5. Kebijakan Dorongan Moral (Moral Suasion) Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian. 6. Kebijakan Sanering Yaitu kebijakan memotong nilai nominal pada saat inflasi, misalnya Rp 1.000,00 menjadi Rp 1,00 7.Kebijakan Devaluasi Yaitu menurunkan nilai mata uang asing, dengan tujuan mendorong ekspor dan menghambat impor. 8. Kebijakan revaluasi Yaitu kebijakan menaikkan nilai mata uang sendiri terhadap nilai mata uang asing.

untuk Indonesia, sudah terlalu banyak kesalahan dalam kebijakan moneter yang kita buat di masa yang lalu akibat kita tidak cukup memahami mengenai peran bank dan pasar kredit dalam perekonomian. Dalam buku terbarunya, Towards a New Paradigm in Monetary Economics, Stiglitz dan Greenwald (2003) coba menghapus dikotomi ini. Argumen utama mereka adalah efektivitas kebijakan moneter sangat bergantung pada kondisi dari dunia perbankan, terutama dalam penyaluran kredit. Yang perlu diperhatikan hampir seluruh mekanisme transmisi kebijakan moneter harus melewati sektor perbankan. Agar dapat mencapai sasaran, otoritas moneter harus memahami komplet soal bagaimana sektor perbankan akan bereaksi terhadap perubahan dalam kebijakan moneter. Dalam ilmu ekonomi moneter konvensional, peran bank hanya diperhitungkan dari sisi kewajibannya. Broad money (M2) didefinisikan sebagai penjumlahan uang kartal, giro, tabungan (saving deposit), dan deposito (time deposit). Definisi ini hanya mengukur uang dari sisi transactional demand dan spending powerpara penabung. Konsep ini jelas meniadakan peran bank sebagai lembaga intermediasi keuangan, yaitu pengumpul dana masyarakat yang sekaligus merangkap sebagai penyalur kredit.

Kebijakan-Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Operasi Pasar Terbuka 1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang. 2. Operasi Moneter : Operasi Pasar Terbuka(berdasarkan website Bank Indonesia) 3. Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan bagian dari kegiatan Operasi Moneter (OM) yang berfungsi untuk mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga di PUAB. OPT terdiri dari 2 jenis, yaitu: 1. OPT Absorpsi OPT absorpsi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun dari indikator suku bunga di PUAB, pasar uang diperkirakan mengalami kelebihan likuiditas. Salah satu indikatornya adalah suku bunga PUAB yang turun tajam. Instrumen yang digunakan dalam OPT absorpsi ini adalah (i) Lelang SBI, (ii) Term Deposit, (iii) SBN outright jual, (iv) Reverse Repo SBN serta (v) sterilisasi valas dengan menjual USD/IDR ataupun melakukan swap jual USD/IDR. 2. OPT Injeksi OPT injeksi dilakukan apabila dari perkiraan perhitungan likuiditas maupun dari indikator suku bunga di PUAB, pasar uang diperkirakan mengalami kekurangan likuiditas. Salah satu indikatornya adalah suku bunga PUAB yang naik tajam. Instrumen yang digunakan dalam OPT injeksi ini adalah (i) Repo, (ii) SBN outright beli serta (iii) sterilisasi valas dengan membeli USD/IDR ataupun melakukan swap beli USD/IDR. 1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

2. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang. Kebijakan segi penawaran Kebijakan Segi Penawaran : langkah pemerintah yang bertujuan untuk memperngaruhi penawaran agregat. Efektivitas berbagai kebijakan Secara kontinu kebijakan pemerintah di perlukan untik menjaga kestabilan harga dan mengurangi tingkat pengangguaran pada tingkat yang sangat rendah.Kebijakan pemerintah tersebur dapat dibedakan kepada tiga bentuk yaitu : kebijakan fiscal, kebijakan moneter, kebijakan segi penawaran. Ketiga bentuk kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan secara serentak untuk meningkatkan keefektifannya. Bentuk masing-masing kebijakan pemerintah tersebut untuk mengatasi maslah pengangguran dan inflasi adalah sebagai berikut : Untuk mengatasi pengangguran : 1. Kebijakan Fiskal : dengan mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah. 2. Kebijakan Moneter : menambah penawaran uang, mengurangi/menurunkan suku bunga dan menyediakan kredit khusus untuk mendorong sector atau kegiatan tertentu. 3. Kebijakan Segi Penawaran : mendorong lebih banyak investasi, mengembangkan infrastuktur, meningkatakan efisiensi adminitrasi-adminitrasi pemerintah, member subsidi dan mengurangkan pajak perusahaaan dan individu. Untuk mengatasi inflasi : 1. 2. Kebijakan Fiskal : menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah. Kebijakan Moneter : mengurangi, menaikan suku bunga dan mengatasi kredit.

3. Kebijakan Segi Penawaran : melakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilakan harga seperti mengurang pajak impor dan pajak keatas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakan pertambahan produksi dan menggalakan perkembangan teknologi

4. Kebijakan fiskal Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:

Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi Pola persebaran sumber daya Distribusi pendapatan

Arti dan Tujuan Kebijakan Fiskal Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau dengan kata lain, kebijakan fiscal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara. Dari semua unsure APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal. Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran. Tujuan kebijakan fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).

Contoh
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS DISKONTO SURAT PERBENDAHARAAN NEGARA

Pasal 2 (1) Atas penghasilan tertentu dari Wajib Pajak berupa Diskonto SPN dikenakan pemungutan Pajak Penghasilan yang bersifat final. (2) Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 20% (dua puluh persen) dari diskonto SPN.

Penutup
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. [4] Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

Referensi:
http://id.shvoong.com/social-sciences/1997514-arti-dan-tujuan-kebijakan-fiskal/#ixzz1TsTTdozc http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-sertapenjelasannya http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Operasi+Moneter/Operasi+Pasar+Terbuka/ http://www.ekon.go.id/pages/search?q=kebijakan+fiskal&mode=0&mod=topic|produkhukum&kirim=go&submit=go

Kliping Tugas Ekonomi


Bab I-Uang,Kebijakan Pemerintah Untuk Mengendalikan Jumlah Uang Beredar

Irvan Wijaya Ludianto

9e-18 Sovia Dumiyanti 9e-26

Syenni Linggar Tommy

9e-28 9e-30 Thoby 9e-29

Veronica Natasya 9e-33

9e-33

Smp Waringin Jl.Kebonjati no.209 Bandung

You might also like