You are on page 1of 8

Sejarah XII IPA semester gasal

Indonesia Masa Orde Baru

BAB I INDONESIA PADA MASA ORDE BARU

Standar Kompetensi 1. Merekonstruksi perjuangan bangsa Indonesia sejak masa Proklamasi sampai masa Reformasi. Kompetensi Dasar 1.1 Merekonstruksi perkembangan masyarakat Indonesia pada masa Orde Baru Indikator Pencapaian Setelah selesai proses belajar mengajar siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan proses pertumbuhan serta mobilitas penduduk pada masa Orde Baru. (toleransi, kerja keras, semangat kebangsaan, komunikatif) 2. Menjelaskan perkembangan masyarakat intelektual pada masa Orde Baru. (jujur, kerja keras, kreatif, menghargai prestasi, gemar membaca) 3. Menjelaskan dampak revolusi hijau dan industrialisasi terhadap perubahan teknologi dan lingkungan di berbagai daerah pada masa Orde Baru. (toleransi, komunikatif, peduli lingkungan, tanggungjawab) 4. Menjelaskan respon masyarakat Indonesia terhadap perubahan dunia ke arah globalisasi di bidang teknologi. (religius, toleransi, kerja keras, kreatif, komunikatif) Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan proses pertumbuhan serta mobilitas penduduk pada masa Orde Baru. 2. Menjelaskan perkembangan masyarakat intelektual pada masa Orde Baru. 3. Menjelaskan dampak revolusi hijau dan industrialisasi terhadap perubahan teknologi dan lingkungan di berbagai daerah pada masa Orde Baru. 4. Menjelaskan respon masyarakat Indonesia terhadap perubahan dunia ke arah globalisasi di bidang teknologi. Materi Pembelajaran

A. Proses Pertumbuhan Serta Mobilitas Penduduk Pada Masa Orde Baru Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan jiwa Pancasila serta UUD 1945. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Dengan demikian Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) sebagai tonggak lahirnya Orde Baru. Sebagai tindak lanjut keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Letnan Jenderal Soeharto sebagai pengemban Supersemar segera mengambil tindakan untuk menata kembali kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, yaitu sebagai berikut. a. Tanggal 12 Maret 1966, dikeluarkanlah surat keputusan yang berisi pembubaran dan larangan PKI beserta ormas-ormasnya yang bernaung dan berlindung atau senada dengannya, beraktivitas dan hidup di seluruh wilayah Indonesia. Keputusan tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS No.1/3/1966 tangal 12 Maret 1966. Keputusan pembubaran PKI beserta ormas-ormasnya mendapat sambutan dan dukungan dari seluruh rakyat karena merupakan salah satu realisasi dari
Page 1 of 8

Sejarah XII IPA semester gasal

Indonesia Masa Orde Baru

b.

c.

d.

e.

Tritura. Tanggal 18 Maret 1966 pengemban Supersemar mengamankan 15 orang menteri yang dinilai tersangkut dalam G 30 S/PKI dan diragukan etika baiknya yang dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 5 Tanggal 18 Maret 1966. Tanggal 27 Maret pengemban Supersemar membentuk Kabinet Dwikora yang disempurnakan untuk menjalankan pemerintahan. Tokoh-tokoh yang duduk di dalam kabinet ini adalah mereka yang jelas tidak terlibat dalam G 30 S/PKI. Membersihkan lembaga legislatif dimulai dari tokoh-tokoh pimpinan MPRS dan DPRGR yang diduga terlibat G 30 S/PKI. Sebagai tindak lanjut kemudian dibentuk pimpinan DPRGR dan MPRS yang baru. Pimpinan DPRGR baru memberhentikan 62 orang anggota DPRGR yang mewakili PKI dan ormas-ormasnya. Memisahkan jabatan pimpinan DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan DPRGR tidak lagi diberi kedudukan sebagai menteri. MPRS dibersihkan dari unsurunsur G 30 S/PKI. Seperti halnya dengan DPRGR, keanggotaan PKI dalam MPRS dinyatakan gugur. Sesuai dengan UUD 1945, MPRS mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada lembaga kepresidenan.

Pada tanggal 20 Juni sampai 5 Juli 1966 diadakan Sidang Umum IV MPRS dengan hasil sebagai berikut. a. Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang Pengesahan dan Pengukuhan Supersemar. b. Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966 mengatur Kedudukan Lembaga- Lembaga Negara Tingkat Pusat dan Daerah. c. Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI Bebas Aktif. d. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang Pembentukan Kabinet Ampera. e. Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali Tap. MPRS yang Bertentangan dengan UUD 1945. f. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum RI dan Tata Urutan Perundang-undangan di Indonesia. g. Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI dan Pernyataan PKI dan Ormas-Ormasnya sebagai Organisasi Terlarang di Indonesia. Dengan berakhirnya Sidang Umum IV MPRS, berarti landasan awal Orde Baru berhasil ditegakkan. Demikian pula dua dari tiga tuntutan rakyat (Tritura) telah dipenuhi, yaitu pembubaran PKI dan pembersihan kabinet dari unsur- unsur PKI. Sementara itu, tuntutan ketiga, yaitu penurunan harga yang berarti perbaikan bidang ekonomi belum diwujudkan. Hal itu terjadi karena syarat mewujudkannya perlu dilakukan dengan pembangunan secara terus-menerus dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Pelaksanaan pembangunan agar lancar dan mencapai hasil maksimal memerlukan stabilitas nasional. Setelah G 30 S dapat ditumpas dan diketahui bahwa PKI terindikasikan ada di balik peristiwa tersebut, maka masyarakat bereaksi. Muncul gerakan masyarakat yang menuntut untuk membubarkan PKI dan mengadili tokoh-tokoh yang terlibat. Sehingga lahir berbagai kelompok kesatuan aksi yaitu KAMMI, KAPPI, KAPI, KABI, KAWI, KAGI, KASI dan KAPBI. Selanjutnya berbagai kesatuan itu membentuk Front Pancasila. Bentrokan pun muncul antara Front Pancasila dengan PKI dan pendukung-pendukungnya di berbagai daerah. Jatuhlah korban jiwa yang hingga saat ini tidak diketahui jumlahnya secara pasti. Pada 10 Januari 1966, terjadi demonstrasi di halaman gedung DPR GR dengan tuntutan Tritura. Isi Tritura adalah bebarkan PKI, bersihkan kabinet Dwikora dari unsur-unsur G 30 S dan turunkan harga. Pemerintah menanggapi dengan merombak kabinet Dwikora menjadi kabinet Dwikora yang disempurnakan (kabinet 100 menteri). Pada tanggal 24 Pebruari 1966, saat pelantikan kabinet, gugur Arief Rahman Hakim dalam bentrokan dengan aparat keamanan. Demonstrasi makin luas, sehingga presiden mengambil tindakan dengan
Page 2 of 8

Sejarah XII IPA semester gasal

Indonesia Masa Orde Baru

membubarkan KAMMI (26 Pebruari 1966) dan menutup kampus Universitas Indonesia (3 Maret 1966). Gelombang demonstrasi makin keras dan keadaan ibukota menjadi tegang. Pada tanggal 11 Maret 1966, diawali sidang kabinet Dwikora yang disempurnakan, terjadi serangkaian peristiwa yang berlangsung cepat. Sehingga pada tanggal tersebut, presiden Soekarno memberikan perintah kepada Letjen Soeharto untuk memulihkan keadaan dan wibawa pemerintah melalui Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Dengan landasan Supersemar, Soeharto mengambil tindakan membubarkan PKI (12 Maret 1966) dan mengamankan 15 menteri kabinet yang terindikasi terlibat dalam peristiwa G 30 S. Hal ini sering diidentikkan sebagai tonggak kelahiran Orde Baru (orba). Pada tanggal 2 Mei 1966 dilakukan sidang DPR GR dengan hasil keputusan menyatakan pimpinan DPR GR demisioner dan mengangkat pengganti (caretaker) pimpinan DPR GR. Pada 17 Mei 1966, DPR GR berhasil menetapkan susunan pimpinan yaitu Ahmad Syaichu (Ketua), M. Isnaeni, Drs. Ben Mang Reng Say, Mursalin Daeng Mamanggung dan Syarif Thayeb (Wakil Ketua). DPR GR juga memberhentikan 65 anggota yang mewakili PKI dan ormasnya. Setelah DPR GR mengadakan sidang, maka diikuti sidang MPRS IV yang berlangsung tanggal 20 Juni - 5 Juli 1966 dengan hasil 24 keputusan. Tanggal 25 Juli 1966, presiden Soekarno melaksanakan Tap MPRS XIII/ MPRS/ 1966 tentang kabinet Ampera, dengan membentuk kabinet Ampera dan membubarkan kabinet Dwikora yang disempurnakan. Dalam perkembangan berikutnya, dengan pertimbangan keadaan ketatanegaraan yang perlu dinormalisasikan. Berdasarkan Tap MPRS XV/ MPRS/ 1966, pada tanggal 22 Pebruari 1966 berlangsung penyerahan kekuasaan pemerintahan dari presiden Soekarno kepada Soeharto (pengemban Tap MPRS IX/ MPRS/ 1966). Peristiwa ini mendapat sambutan luas dari seluruh penjuru tanah air. Pada tanggal 4 Maret 1967, jend. Soeharto memberi keterangan resmi dalam sidang DPR GR. Dan sebelumnya, 24 Pebruari 1967, ABRI menyatakan kebulatan tekad untuk mengamankan penyerahan kekuasaan tersebut. Menanggapi perkembangan dan perubahan tersebut, MPRS mengadakan Sidang Istimewa tanggal 7 12 Maret 1967. Sidang berhasil merumuskan Tap MPRS no XXXIII/ MPRS/ 1967 yang berisi: 1) Mencabut kekuasaan pemerintah negara dari Presiden Soekarno 2) Menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Soekarno dengan segala kekuasaan pemerintah sebagaimana yang diatur dalam UUD 1945. 3) Mengangkat pengemban Tap MPRS IX/ MPRS/ 1966 sebagai Pejabat Presiden hingga terpilihnya presiden menurut hasil pemilihan umum. Pada tanggal 12 Maret 1967, jend. Soeharto secara resmi dilantik dan diambil sumpah oleh Ketua MPRS, Jend. AH Nasution sebagai Pejabat Presiden RI. Sidang juga menghasilkan 2 keputusan. Dalam Sidang Umum MPRS tanggal 21 30 Maret 1968, Pejabat Presiden Soeharto dikukuhkan sebagai presiden RI sampai dengan terpilihnya presiden RI hasil pemilihan umum. Di samping itu juga dihasilkan 7 ketetapan MPRS. Selanjutnya pada tanggal 27 Maret 1968, Jend. Soeharto diambil sumpah sebagai Presiden RI yang ke dua. Sejak munculnya pemerintahan Orde Baru, diupayakan melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konskuen. Pemerintahan ini menjalankan kebijakan-kebijakan stabilisasi dan pembangunan ekonomi, menyandarkan legitimasi sebagian besar kemampuan memajukan kesejahteraan sosial dan ekonomi rakyat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari program perjuangan Orde Baru yaitu: b. Memperbaiki kehidupan rakyat baik sandang maupun pangan. c. Melaksanakan pemilihan umum d. Melaksanakan politik luar negeri bebas dan aktif e. Melanjutkan program anti imperialisme dan kolonialisme.

Page 3 of 8

Sejarah XII IPA semester gasal

Indonesia Masa Orde Baru

Yang diperjuangkan dalam Orde Baru adalah: a. Sikap mental yang positif untuk menghentikan segala penyimpangan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. b. Masyarakat adil dan makmur c. Sikap mental yang mengabdi kepada rakyat. Pada awalnya, pemerintahan ini tidak dapat segera melaksanakan pembangunan secara terencana. Program yang ada diarahkan kepada usaha penyelamatan ekonomi nasional menyangkut usaha memberantas inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Stabilisasi ekonomi dilakukan dengan cara pengendalian inflasi agar harga-harga tidak melonjak terus secara cepat. Sedangkan rehabilitasi dengan perbaikan secara fisik terhadap sarana prasarana, rehabilitasi ekspor dan rehabilitasi alat-alat produksi yang banyak mengalami kerusakan. Langkah utama pelaksanaan pembangunan nasional adalah membentuk kabinet pembangunan I yang diikuti terus hingga kabinet pembangunan VI. Untuk merealisasikan pembangunan, sesuai amanat GBHN, pemerintah Orde Baru melaksanakan konsep pembangunan Pelita yaitu : a. Pelita I (1April 1969 - 31 Maret 1974) b. Pelita II ( 1 April 1974 31 Maret 1979) c. Pelita III ( 1 April 1979 31 Maret 1984) d. Pelita IV ( 1 April 1984 31 Maret 1989) e. Pelita V (1 April 1989 31 Maret 1994) f. Pelita VI (1 April 1994 31 Maret 2004) Program pembangunan disusun oleh Bappenas dengan tujuan : 1) Dapat menaikkan penghasilan rakyat 2) Berdasarkan keadaan dan kemampuan 3) Meletakkan dasar bagi pelaksanaan pembangunan selanjutnya. Dengan dimulainya Pelita VI, Indonesia telah memasuki masa Pembangunan Jangka Panjang Tahap II dengan sasaran lebih menekankan pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas dan maju untuk mempersiapkan Indonesia tinggal landas menuju masyarakat maju. Pesatnya pembangunan Indonesia mengacu pada trilogi pembangunan yaitu: a. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis Program pemilihan umum dilaksanakan tahun 1971 (10 peserta), 1977, 1982, 1987, 1992, 1997 (masing-masing tiga peserta). Program pembangunan sudah melewati PJP I dan mulai masuk PJP II (1994 2020), namun dalam pelaksanaannya terhenti di tengah jalan (ingat adanya peristiwa Reformasi Mei 1998). Di bidang kesehatan, pemenuhannya cukup signifikan. Tahun 1971 perbandingan dokter dengan penduduk (1 : 20.900), 1980 (1 : 11.400). Namun demikian distribusi pelayanan medis tetap tidak merata dan tingkat persediaan yang jauh dari memuaskan. Pendapatan perkapita meningkat yaitu US$ 600 tahun 1982, sehingga dikategorikan negara yang berpenghasilan menengah. Namun selama tahun 1980an terjadi peningkatan jumlah penduduk yang hidupnya dalam kemiskinan. Pendapatan pada umumnya tidak merata. Program stabilitasi ekonomi dapat dikatakan berhasil. Inflasi per tahun dapat ditekan lebih rendah 650% (1966), 100% (1967), 85% (1968), 10% (1969) dan tahun- tahun berikutnya inflasi berjalan dibawah dua digit. Sebagian besar keberhasilan ini ditopang besarnya bantuan (hutang) luar negeri yang mengalir, terutama melalui IGGI. Hal ini menimbulkan masalah hutang bagi Indonesia. Harga minyak internasional mengalami
Page 4 of 8

Sejarah XII IPA semester gasal

Indonesia Masa Orde Baru

booming tahun 1970an akan mempengaruhi pembangunan ekonomi Indonesia. Namun ketergantungan utama Indonesia terhadap minyak sangat riskan dengan adanya fluktuasi harga minyak. Langkah penghematan dilakukan dan berusaha mengembangkan sektor ekonomi industri. Dalam aspek politik, pemerintah Orde Baru berkebalikan dengan Orde Lama (Demokrasi Terpimpin). Orde Baru bukan berusaha memobilisasi melainkan mengendalikan keterlibatan rakyat dalam kehidupan politik praktis. Sehingga hasil pemilu sulit ditafsirkan sebagai ukuran pilihan rakyat. Kedua, terjadi ketidaksepakatan politik yang penting. Organisasi keagamaan (khususnya Islam) dianggap secara luas semacam oposisi tidak resmi kepada pemerintah. Muncul keberatan pada aspek urusan pemerintah, keraguan terhadap prioritas pembangunan, pelaksanaan peradilan. Korupsi dikalangan aparat pemerintah dan kalangan sipil yang berhubungan dengan pemerintah berkembang luas. Produk pertanian di Indonesia meningkat pesat, sebagian besar karena tersedianya bibit yang bertambah baik dan melimpahnya persediaan pupuk. Hal ini tidak lepas dari penerapan revolusi hijau di Indonesia. Berbagai usaha dilakukan oleh Deptan yaitu menyelenggarakan Bimmas, Inmas, Insus dan untuk meningkatkan produksi dengan program Supra Insus dan Panca Usaha Tani. Disamping itu juga pengerahkan tenaga PPL, pengembangan agrobisnis. Tingkat konsumsi beras naik (menurut Anne Booth). Perbandingannya 1960an (95kg), 1970 (<110kg) dan 1980an (>140kg). Impor beras turun drastis, bahkan tahun 1985 Indonesia telah mencapai swasembada beras yang ditandai pemberian penghargaan dari FAO. Dalam aspek ekonomi, industri dan perdagangan dikembangkan. Pada Pelita IV ekonomi industri perdagangan menunjukkan prestasi luar biasa dan sering dikategorikan salah satu negara termaju lapis dua di Asia setelah Jepang, Korsel, Hongkong dan Taiwan. Booming perbankan tahun 1987, PMA dan PMDN yang bernilai trilyunan rupiah, ditopang pertumbuhan ekonomi 7 8% per tahun dan inflasi dibawah 10% per tahun, mendorong tumbuhnya industrialisasi skala besar. Interaksi dan komunikasi yang makin intensif antar manusia mendorong terjadinya pertumbuhan dan mobilitas warga atau penduduk yang makin meningkat. Aktivitas pelayanan kebutuhan penduduk yang meningkat, nampak terpusat pada titik tertentu (daerah). Titik pusat tersebut dapat berupa ibukota ekcamatan, kabupaten, propinsi dan ibukota negara. Setiap titik sentral memiliki daya tarik terhadap penduduk untuk tinggal di sekitarnya dengan daya jangkauan yang berbeda. Proses pembangunan tidak bisa terjadi secara serempak dalam masyarakat, namun muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan identitas yang berlainan. Kawasan yang menjadi pusat pembangunan dapat menjadi awal penyebaran pembangunan di wilayah sekitarnya. Hal ini dapat dicontohkan kota Medan, Jakarta, Surabaya dan Makasar. Dari setiap kota akan menyebarkan proses pembangunan ke daerah sekitarnya. Perkembangan pusat pertumbuhan tersebut dapat menimbulkan pengaruh bagi kehidupan masyarakat sekitar, diantaranya : a. pemusatan dan persebaran sumber daya b. perkembangan ekonomi c. perubahan sosial budaya masyarakat d. perubahan tata ruang wilayah. B. Perkembangan masyarakat intelektual pada masa Orde Baru Upaya mengembangkan masyarakat terpelajar di Indonesia tidak lepas dari sektor pendidikan. Sejak masa Orde Baru, sektor pendidikan mendapatkan perhatian besar. Pada akhir tahun 1960an, telah disusun kurikulum terkini guna meningkatkan pendidikan. Memasuki tahun 1970an, diprogramkan penyiapan kurikulum, pendidik dan sarana pendidikan. Pada tahun 1976, atas dasar Instruksi Presiden masa dilakukan pembangunan dan penambahan SD di berbagai wilayah di Indonesia. Penyediaan pendidikan meningkat pesat. Sebagai perbandingan, penduduk yang bebas buta huruf adalah 1961 (59,8 % lakiPage 5 of 8

Sejarah XII IPA semester gasal

Indonesia Masa Orde Baru

laki dan 34,1 perempuan), 1971 (72% laki-laki dan 50,3% perempuan) dan 1980 (80,4 lakilaki dan 63,6% perempuan). Untuk mempercepat pemberantasan buta huruf, maka dicanangkan wajib belajar usia 7 12 tahun dan meningkatkan penguasaan materi keilmuan pada akhir 1970an. Selain pendidikan dasar, juga dikembangkan pendidikan menengah dan tinggi. Maka bermunculan lembaga pendidikan dari berbagai jenjang. Selain diusahakan pemerintah, pendidikan juga dikembangkan lebih lanjut oleh masyarakat. Dalam perkembangan berikutnya, terciptakan kaum intelektual muda. Memasuki tahun 1990an, maka dibentuk wadah bagi kalangan intelektual dari berbagai sudut, misal agama, atau latar belakang profesi keilmuan. Kaum intelektual ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan SDM masyarakat Indonesia. Bagi kaum intelektual dibentuklah berbagai badan, misal BPPT, LIPI, LAPAN, BATAN, IPTN, dan PT. PAL. Hasil karya kaum intelektual Indonesia dapat membanggakan bangsa dan negara. Dalam bidang teknologi kedirgantaraan lahirnya CN 235, N 250 dan rencana pembuatan N2130 (gagal karena perubahan politik). Bidang perkapalan, bangsa Indonesia mampu membuat kapal dengan tonase yang lebih besar. Dalam bidang pendidikan, misi pendidikan Indonesia dapat menjuarai berbagai even lomba ilmiah tingkat internasional. C. Dampak revolusi hijau dan industrialisasi terhadap perubahan teknologi dan lingkungan di berbagai daerah pada masa Orde Baru Revolusi hijau merupakan suatu revolusi dalam bidang pertanian dimana produksi biji-bijian dari hasil penelitian ilmiah berupa benih unggul baru dari berbagai varietas, misal gandum, padi dan jagung, yang mengakibatkan tingginya hasil panen komoditas tersebut. Revolusi ini didasari adanya masalah pertumbuhan penduduk yang pesat, yang membawa dampak masalah peningkatan produksi pertanian. Pelaksanaan revolusi ini diawali dengan penelitian melalui bantuan Ford and Rockefeller Foundation. Penelitian diselenggarakan di Meksiko, Philipina, India dan Pakistan. Penelitian dilakukan guna mendapatkan bibit unggul dari varietas padi, gandum dan jagung dan upaya pengembangan teknologi alat pertanian. Upaya peningkatan produksi pertanian gandum di Eropa dilakukan dengan : a. pembukaan lahan pertanian baru b. mekanisasi pertanian c. penggunaan pupuk baru d. mencari metode yang tepat untuk pemberantasan hama. Tujuan revolusi hijau adalah mengubah petani gaya lama (peasant) menjadi petani gaya baru (farmers) dengan memodernisasikan pertanian gaya lama guna memenuhi industrialisasi ekonomi nasional. Revolusi hijau ditandai dengan makin berkurangnya ketergantungan petani terhadap cuaca dan alam karena adanya peningkatan peran iptek dalam peningkatan produksi bahan makanan. Revolusi hijau mulai dikembangkan di Indonesia karena kebutuhan penduduk yang selalu meningkat pesat. Disamping itu juga tingkat produksi pertanian yang masih rendah dan produksi pertanian yang belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan penduduk. Upaya pemerintah Orde Baru dalam mensukseskan revolusi hijau adalah : a. Intensifikasi pertanian b. Ekstensifikasi pertanian c. Diversifikasi pertanian d. Rehabilitasi pertanian Dampak revolusi hijau dapat dibedakan atas : a. Dampak positif 1) Memberikan lapangan kerja bagi petani dan buruh pertanian 2) Daerah yang semula hanya memproduksi secara terbatas dan memenuhi kebutuhan minimal, dapat menikmati hasil yang lebih baik.
Page 6 of 8

Sejarah XII IPA semester gasal

Indonesia Masa Orde Baru

3) Kekurangan bahan pangan dapat teratasi. 4) Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga perekonomian Indonesia dalam berbagai situasi. b. Dampak negatif 1) Munculnya komersialisasi produksi pertanian 2) Muncul sikap individualis dalam penguasaan tanah 3) Terjadinya perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola hubungan antar lapisan petani di desa dimana hubungan antar lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang berlawanan kepentingan 4) Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang awalnya menjadi pengikat hubungan antar lapisan 5) Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas tanah melalui jual beli 6) Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan ekonomi petani lapisan bawah, sehingga petani kaya memiliki peluang besar untuk menambah luas tanah 7) Muncul kesenjangan sosial karena kepemilikan tanah yang berbeda berakibat tingkat pendapatan yang berbeda pula 8) Muncul kesenjangan dalam hal gaya bangunan dan gaya berpakaian penduduk sebagai simbol identitas sosial 9) Mulai ada upaya petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang lain terkait dengan kemajuan teknologi.

D. Respon masyarakat Indonesia terhadap perubahan dunia ke arah globalisasi di bidang teknologi Berakhirnya perang dingin, memunculkan kecenderungan baru yaitu berlangsungnya globalisasi. Globalisasi merupakan proses penyebaran hal-hal yang baru, khususnya berkaitan dengan informasi yang mendunia baik melalui media cetak maupun elektronik. Perubahan ini disebabkan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang akan menimbulkan perubahan pada sikap dan perilaku manusia. Dalam globalisasi, tidak ada negara yang mampu berdiri sendiri. Globalisasi menimbulkan adanya ketergantungan (interdependency) diantara negara-negara di dunia yang memunculkan bentuk kerjasama di berbagai aspek kehidupan. Adapun faktor penunjang berlangsungnya globalisasi meliputi : kemajuan ICT, permintaan pasar dunia dan munculnya perusahaan multinasional. Perubahan bidang politik dan ekonomi setelah Perang Dunia II telah mengarah dalam bentuk hubungan secara global dan regional. Perubahan ini ditujukan untuk dapat saling memenuhi, saling mengisi dan saling membantu guna mencapai tujuan kehidupan masyarakat yang sejahtera dan sadar akan hakikat kehidupannya. Namun demikian, dalam kenyataannya mengalami perbedaan besar. Kerjasama regional adalah kerjasama dari beberapa negara dalam suatu kawasan tertentu, baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi, kebudayaan, kepemudaan, olahraga maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan global artinya keseluruhan, secara umum, kebulatan. Sehingga kerjasama global dapat diartikan kerjasama yang dapat diikuti oleh semua bangsa dan negara di dunia. Menyadari manusia merupakan makhluk sosial, maka satu dengan yang lain terjadi saling ketergantungan, saling membutuhkan. Oleh karena itu kerjasama regional maupun global memiliki makna yang sangat penting, sebagai wadah untuk saling menghargai, menghormati, kerjasama, dan sebagainya. Jika hubungan antar negara tidak ada saling melakukan intervensi dan saling bersikap netral terhadap segala bangsa, maka akan tercipta rasa aman, jauh dari permusuhan. Sehingga akan terwujud saling pengertian, saling membutuhkan, saling melengkapi dan saling mencukupi segala aspek kehidupan yang makin kompleks.

Page 7 of 8

Sejarah XII IPA semester gasal

Indonesia Masa Orde Baru

Peningkatan hidup masyarakat akibat revolusi hijau, mendorong perkembangan industrialisasi yang ditandai dengan pemikiran ekonomi rasional. Dengan industrialisasi terjadi pula perkembangan budaya dimana dalam masyarakat dibangun pola hidup agraris tradisional menuju masyarakat berpola hidup dan budaya industri. Perkembangan demikian terkait dengan proses penemuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Industrialisasi di Indonesia meliputi bidang pertanian dan non pertanian. Bidang pertanian : industri pengolahan hasil pertanian, hasil perkebunan, hasil perikanan, hasil hutan, industri pupuk, industri pestisida, dan industri mesin dan peralatan pertanian. Sedangkan industri non pertanian : semen, perkapalan, otomotif, industri besi baja. Dalam rangka meningkatkan industrialisasi di Indonesia, pemerintah menyusun program : a. Meningkatkan perkembangan jaringan informasi komunikasi, transportasi untuk memperlancar arus komunikasi antar wilayah b. Mengembangkan industri pertanian c. Mengembangkan industri non pertanian terutama minyak dan gas bumi yang mengalami kemajuan pesat d. Perkembangan industri perkapalan dengan pembangunan galangan kapal PT. PAL Surabaya. e. Pembangunan industri dirgantara dengan IPTN yang kemudian diubah menjadi PT. Dirgantara Indonesia. Industrialisasi secara besar-besaran mendorong penguasaan teknologi baru. Kesempatan kerja makin luas dan terbuka. Namun demikian tidak semua lapisan masyarakat dapat menikmati. Hal ini terbentur pada masalah spesialisasi pekerjaan dan latar belakang pendidikan. Untuk memantapkan pertumbuhan industri, telah disusun strategi pengembangan industri nasional yaitu: a) Pemantapan dan pendalaman struktur industri nasional yang dikaitkan dengan sektor pertanian. b) Pengembangan industri mesin dan elektronika penghasil barang modal. c) Pengembangan industri kecil. d) Pengembangan ekspor komoditas industri e) Pengembangan kemampuan penelitian dan pengembangan terapan, rancang bangun dan rekayasa pembuatan mesin/ alat pabrik. f) Pengembangan SDM pelaksana industri. Industrialisasi yang berkembang pesat memunculkan perubahan lingkungan di berbagai daerah di Indonesia. Banyak pemukiman dan kawasan industri muncul menggantikan lahan pertanian dan kawasan hutan. Kawasan industri khusus bermunculan di berbagai wilayah. Berkembangnya industrialisasi membawa dampak pencemaran lingkungan, kerusakan tata lingkungan, menurunnya populasi fauna. Upaya untuk mengatasi dengan penggunaan air tanah secara wajar, pengolahan hutan menghindari penebangan secara semena-mena dan pengolahan limbah industri. Sumber Belajar Moedjanto, G. 1989. Indonesia Dalam Abad 20 Jilid 2. Jogjakarta: Kanisius I Wayan Badrika. 2006. Sejarah SMA Kelas XII Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Erlangga Matroji. 2007. Sejarah Program IPA. 3 SMA/ MA. Jakarta: Bumi Aksara Ricklefs, MC. 1999. Sejarah Indonesia Modern. Dikmenum. Jogjakarta: Gadjah Mada University Disusun : Eko Heru Prasetyo, S.Pd web : www.sosiosejarah.com email : prasty72@yahoo.com fb : Eko Heru Prasetyo

Page 8 of 8

You might also like