You are on page 1of 21

PENGGOLONGAN ZAT WARNA MENURUT CARA PEWARNAAN PADA BAHAN.

1. Zat Warna Basa Zat warna bassa juga di sebut dengan zat warna karlon, zat warna ini juga disebut dengan zat warna kation yang biasanya mencelup serat-serat binatang, poliamida ( niloin ), dan beberapa serat pollakrilat ( cresian, verel, dan onion ). Warna yang timbul pada zat warna basa ini akan timbul warna setelah terjadi pennggaraman, didalam perdagangan zat warna basa dijual dalam bentuk garam klorida, oksalat sengklorida. 2. Zat Warna Asam Zat warna asli dari zat warna asam ini mengandung asam-asam mineral atau asam organic, zat wramna asam ini kebanyakan berbentuk garam-garam asamsulforat, dan ada beberapa yang merupakan garam-garam asam kalbosilat. Zat warna asam ini biasanya mencelup serat-serat binatang, pollamida, hampir semua jenis serat pollaklirat, serat vicara dan serat gelas. 3. Zat Warna Direk Zat warna direk juga dikenal dengan zat warna substantive, yang mempunyai daya afinitas yang besar terhadap serat sselulosa, zat warna direk dapat mencelup serat binatang berdasarkan ikatan hydrogen dan kebanyakan merupakan senyawa azo yang disulfonasi. 4. Zat Warna Mordan Zat warna mordan ini termasuk zat warna yang tidak larut, zat warna mordan ini dapat mencelup serat-serat binatang, serat pollamida dan serat selulosa. Proses mordan bergantung pada kenyataan bahwa sejumlah elemen logam dapat berfungsi sebagai penerima ( aseptor ) terhadap pemberi electron ( donor ) untuk membentuk ikatan karbonat ( semipolar ). Zat warna mordan dapat digolongkan dalam:

a. Zat warna mordan alam b. Zat warna mordan asam d. Zat warna kompleks logam

3) Zat warna kompleks formazan Merupakan zat warna celup netral untuk mencelup wol. Gugus pokoknya sebagai berikut

Dimana R adalah gugusan :

Zat warna kompleks formazan

Pembentukan zat warna kompleks formazan atom hydrogen dari formazan diikat oleh CR3+, gugusan azo dan dua molekul air bertindak sebagai IIgands untuk melengkapi sistem duabelas electron dari kulit luar krom 5. Zat Warna Azoat Untuk mewarna kapas , dengan jalan mencelup bahan kapas larutan naftol B-naftol didalam suasana alkali kuat, yamng akan memberikan warna kekunungan pad bahan. Dikeringkan kain, kapas dikerjakan dengan larutan garam diazonium dari peranitroanilina, yang akan merubah kain menjadi merah pekat yang cerah. Tujuan dari pembuatan ini adalah untuk mendapatkan gugusan pigmen azo yang mengendap di dalam serat dengan menggandengkan dua komponen di dalammnya.Pigmen azo yang timbul di sebut zat warna azoat atau zat warna naftol. 2 HNO2 N = O + H2O ONO

Kestabilan dari pada katlon aromatik diazonsium adalah hasil delokalisasi muatan positif oleh sistem electron yang menghasilkan suatu hibria resonansi sbb :

Zat warna azoat dibedakan dalam jenis garam diazodium yang dipakai dan komponen naftol sebagai pengandenggnya. a. Garam diazonium dan basa naftol Sebelum didiazokan, senyawa aminoaromatik masih merupakan basa naftol, antara lain : 1) Senyawa flour Fast scarlet V. D. Base (5 kloro 2 aminobenzotrifluorida)

Fast orange RD Base (4 kloro 3 aminobenzotrifluorida)

Fast golden orange GR base (etil 2 amino 4 triflurometil fenil sulfon )

Fast orange GGD base 5 amino 1,3 bls trifluorometilbenzena)

2) Senyawa Sulfon

Fast Scarlet LG Base (benzyl 3 Amino 4 matoksifenilsulfon

Fast Red GTR Base

(etil 3 amino 4 metoksifonisulfon)

3) Fast Red (4 kloro 6 siano motoludina)

4) Basa Biru Beberapa basa yang dapat memberikan warna biru (atau hijau tua kalau digabungkan dengan naptol ASGR), adalah turunan defenilamina dan eteraminohidrokinon.

5) Garam Hitam Untuk mendapatkan warna hitam, digunakan senyawa garam diazonium yang sudah distabilkan.

Fast black K salt (4 nitro 4- amino 21,51 Dimetoksiazobenzena)

Fast Black G salt (4 amino 51 etoksi 4 (p aminofenilamino) 2 metilazobenzena) b. Komponen naftol Dalam rangka perbaikan daya tarik komponen naftol terhadap serat, ditemukan naftol AS yang merupakan substitusi hidroksi asamnaftoat menjadi anilida dari 2 hidroksi 3 3 asamnaftoat

Seri naftol AS terdiri dari dua golongan komponen penggandeng yaitu : Untuk semua warna kecuali warna kuning yang menggunakan arilamida dari asam o hidroksi karbosilat Untuk warna warna kuning asilasetat arilamida yang tergabung dengan gugussan metilena yang reaktif

Pada tabel 13 dapat dilihat bermacam macam komponen golongan arilamida dari asam o hidroksi karbosilat dengan asam asam sampai V dan amina amina yang terikat pada senyawa naftol dari nama nama dagang

Naftol AS AS D AS OT

Brentol

Cibanaphtol RF RTO RT

Golongan Asam I I I

Gugusan Anima Aniline O toluidina P toluidina

AS OL AS RL

FR PA

RK RBL RBH

I I I

O anisidina P anisidina P fenetisidina 5 metoksi o toluidina 2,5 metoksianilina m- nitroanilina p kloroanilina 5 kloro o toluidina 4 bromo o anisidina

AS LT AS BG AS BS AS E AS TR

MA PO MN BB CT BA RDM RM RC RCT I I I I I

AS ITR

3 kloro 4, 6 dimetoksi dina 3 kloro 4,6 dimetoksi aniline 4 kloro 2,5

AS LC

dimetoksi aniline AS BO AS SN AS S AN BN RN RA I I I - nafilamina - naftilamina 2 amino 3 metoksdibenzofuran Dianisidina O toluidina 2,5 dimetoksi aniline P - kloroanilina P anisidina 5 metoksi o toluidina

AS BR AS GR AS BT AS LB AS SG AS - SR

DA NG

1,2 mol II III

BT GB RD

IV V V

7. Zat warna bejana mengandung belerang. Zat warna bejana mengandung belerang yang disebut zat warna hidron merupakan zat warna belerang yang cara pencelupannya seperti zat warna bejana dengan zat pereduksi natrium hidrosulfit atau natriumsulfida da soda kaustik untuk membentuk alkali. Zat warna bejana mengandung belerang dapat dibagi atas : a. Turunan indofenol disulfonkan. Sebagai zat warna bejana yang mengandung belerang pertama kali adalah Hydron Blue. Hydron Blue adalah hasil pensulfuran karbazolum indofenol (senyawa 31).

Yang dengan natriumtiosulfat akan menjadi leukofenoltiosulfat (senyawa 32) dan kemudian dioksida menjadi tiazon (senyawa 33).

(32)

(33) Apabila ketiga posisi yang kosong dari gugus kinon pada senyawa tiazon (33) doreaksikan dengan belerang dan kemudian dioksidasi maka akan terjadi senyawa (34) yang merupakan suatu bentuk konstitusi zat warna Hydron Blue. Hydron Blue. Senyawa (34) Zat warna Hydron Blue hasil celupannya biru tua yang cerah, sedang kedua zat warna belerang tersebut hasil celupannya berwarna abu-abu dan biru keabu- abuan. b. Turunan tiantrena. Zat warna Hydron Blue dapat juga dibuat dari turunan tiantrena dari 2,3-dikloro-1,4-naftokinon (senyawa 35) atau dari senyawa (29) dan karbazolum, kemudian dioksidasi membentuk senyawa bis-sulfoksida (senyawa 36), dimana adisi dari gugusan belerang pada jembatan disulfida, membentuk polisulfida. c. Turunan antrakinon. Cibenon Orange F

Hydron Violet N

d. Turunan diartiaminobenzokinon. Helindone Brown CV

Adalah hasil pensulfuran 2,5-bis-p-kroloanilina-1,4- benzoki- non dalam suasana alkali, yang membentuk senyawa hidrokinon dengan gugusan tiazina.

8. Zat warna bejana Zat warna bejana merupakan zat warna alam yang paling tua digunakan pada bahan tekstil. Zat warna bejana tidak larut didalam air dan tidak dapat langsung mencelup serat tanpa suatu modifikasi . zat warna bejana mengandung gugus

karbon ( >c = 0) yang apabila direduksi misalnya dengan garam natriumhidrosulfit akan terbentuk senyawa leuko yang terdiri dari gugus > cOH. Gugus enol ini tidak larut didalam air, tetapi akan larut sebagai enolat atau leuko-natrium (>C-ONa) dalam suasana alkali dan mempunyai daya tarik terhadap serat selulosa. Kemudian leuko zat warna di dalam serat akan dioksidasi baik olah zat pengoksidasi maupun oleh oksidasi udara, kembali menjadi gugus karbonil, sehinggga terbentuk pigmen warna yang mengendap pada bahan, seperti terlihat pada reaksi (37) Untuk mencelup serat selulosa digunakan natriumhidrosulfit dan kaustik sebagai zat pereduksi dalam suasana alkali kuat. Sedangkan untuk mencelup wol, sutera dan nilon digunakan zat pereduksi dalam suasana alkali lebih lemah, misalnya soda abu, ammonia atau trinatriumfosfat. Secara garis besar, zat warna bejana dapat dibagi atas golongan antrakinon dan golongan indigo, dimana golongan antrakinon larut dalam larutan pereduksi dengan penambahan alkali kuat sedangkan golongan indigo dapat dibuat leuko dengan zat pereduksi dalam suasana alkali lemah. a. Golongan antrakinon Zat warna bejana dapat dibuat dari bermacam-macam turunan antrakinon, antara lain : 1. Turunan asilamidoantrakinon.

Adanya gugus hidroksil dan metoksi pada inti benzamidoantrakinon mempunyai pengaruh batokromik(warna mengarah lebih tua, dari warna kuning, merah, biru ke hijau, jadi penyerapan warna mengarah ke frekuensi lebih rendah atau kepanjang gelombang yang lebih panjang, pengaruh sebaliknya disebut hipsokromik). 2. Turunan antrimida. Senyawa antrimida adalah dua gugus antrakinon yang dihubungkan dengan satu gugus amida ( >NH) atau tiga gugus amida.

3. Turunan Karbazolim. Indanthrene Yellow FFRK

Indanthrene Brown GK.

4. Pirazolamantron. Pyrazolantrone Yellow

Indranthreno Rubin R

Indranthreno Navy Blue R

5. Flavantron Indantharene Yellow G Yang senyawa flavantron.

6. Antrakinonakridon. Dengan gugus inti Antrakinonakridon.

7. Dibenzopirenakinon. Ada dua isomer dibenzoirenakinon, yaitu 2,3,7,8 dibenzopirena.

8. Antrantron Antrantron ( untuk Z = H )

C.I. Vat Orange 19; 59305 untuk Z = Cl. C.I Vat Orange 3; 59300 untuk Z = Br. 9. Pirantron. C.I. Vat Orange 9 ; 59700 (pirantron untuk X = H)

Cibanon Gold Orange 2R (C.I.Vat Orange 2; 59705, untuk X = Br) 10.Turunan Bezantron. Bezantron

Violantrone C.I. Vat Blue 20; 59800 ( untuk X = H) Caledon Jade Green XBN (untuk X = -OMe)

b. Golongan Indigo. Indigo alam telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu dari tanaman indigo dan woad, berupa glukosida dari jenis indigofera atau isatistinotarida. Apabila tanaman tersebut disarikan didalam air maka akan diperoleh hasil sari (estrak) yang berwarna kuning kehijauan dan mengandung zat berwarna berupa glukosida yang larut yang disebut indikan. Zat ini merupakan gabungan antara glukosa dengan indoksil (senyawa 38). Indoksil

Indoksil cepat bereaksi dengan udara memnbentuk pigmen indigotin tidak larut, dikenal sebagai indigo Blue. 1. Turunan 2-2 dari indolum dan tionaftena. Indigotin, X = H (2,2- bis-indolumindigo) Tyrian Purple A (X = Br)

Ciba Violet A(X =H) (2 indolum 2 tionaftena indigo). Ciba Violet 3B (X = Br )

Thioindigo (X = H ) (2, 2 bis tionaftena indigo) Algol Orange RF (X = -OE +)

2.

Turunan 2,3 dari indolum dan tionaftena. Indirubin, X = H (2,3- bis-indolum Indigo) Ciba Heliotrope (X = Br )

Thioindigo Scarlet R,X =H dan Y = H (2-tionaftena-3-indolum - indigo) Helindone Red FR (X = Br, Y = Me)

3.Turunan indoksil, tioindoksil atau insatin. Ciba Scarlet G

Cibanone Green GC

Indanthrene Printing Black B

9. Zat warna bejana larut Dalam usaha untuk mencelupkan zat warna bejana indigo pada wol tanpa penggunaan alkali; Kaib telah mengoksidasi indigo menjadi dehidroindigo (Senyawa 40).

Kemudian Bader dan sunder (tahun 1921) membuat ester leukoindigo yang larut dalam air dan ternyata cara ini dapat dikembangkan sehingga indigo dapat diturunkan kembali dengan mudah dan dalam jumlah besar. Leukoindigo direaksikan dengan asam klorosulfonat di dalam larutan piridina membentuk ester disulfat dari leukoindigo (senyawa 42).

Senyawa (42) kemudian digaramkan dengan larutan soda kaustik yang berlebihan sehingga garam natrium dari estr leukoindigo disulfat yang stabil dapat dipisahkan dan dapat larut didalam air (Senyawa 43).

Senyawa (43) mempunyai daya tarik dengan serat selulosa, wol dan sutera dan setelah pencelupan. Zat warna didalam bahan dioksidasi kembali menjadi pigmen indigotin yang berwarna biru.

Zat warna antrakinon dapat dibuat menjadi bejana larut dengan cara yang sama, yaitu pembuatan ester disulfat dari leukoantrakinon yang digaramkan sebagai garam natrium (senyawa 44)

Senyawa garam natrium leukoindigo disulfat yang terbentuk biasa disebut zat warna indigosol dan dari leukoantrakinol disebut zat warna Soledon atau Anthrasol. Zat warna ini dapat diturunkan baik dari zat warna golongan indigo maupun golongan antrakinon seperti terlihat pada beberapa contoh dalam Tabel 16 berikut ini. Tabel 16 Turunan zat warna bejana menjadi Zat warna bejana larut Indigosol Yellow HCG Antrosol Golden Yellow 16 K Scarlet 1 B Blue 1 BC ACG Orange HR Soledon Golden Yellow GKS Blue 2 RCS Zat warna bejana Heldona Yellow CG Indanthrene Golden Yellow GK Indanthrene Scarlet B Caledon Blue RC Algol Blue G Algol Orange RI

10. Zat warna dispersi. Zat warna ini mula-mula ditemukan untuk mencelup serat selulosa asetat. Serat selulosa asetat tidak dapat dicelup langsung dengan zat warna direk atau,asam karena seratnya hidrofob.

Serat asetat baru dapat dicelup dengan zat warna direk setelah seratnya dihidrolisasi kembali menjadi selulosa dengan soda kaustik, tetapi hasilnya tidak memuaskan. Dari penyelidikan ternyata bahwa selulosa asetat mampu menyerap zat organic yang tidak larut dalam air, dengan membuatnya dalam bentuk suspensi.

Kedudukan lonamina segera tergeser oleh zat warna dispersol dan S.R.A, karena zat warna disperse ini lebih mudah mencelup serat dan warnanya lebih tahan luntur. Zat warna Dispersol yang pertama-tama adalah suatu senyawa antrakinon dan S.R.A adalah pigmen yang didispersikan. Kedua zat warna tersebut mencelup serat dengan bantuan zat pendispersi. Zat warna S.R.A diberi nama dari zat pendispersi yang dipakai, yaitu asam sulforisinolat yang kemudian diganti dengan zat pendispersi buatan yang lebih baik. Zat warna dispersi adalah zat warna non ion yang terdiri dari inti kromofor azo dan antrakinon, sedangkan untuk beberapa warna kuning yang penting mengandung gugus difenilamina, seperti terlihat pada contoh-contoh berikut. Blue Antraquinone

Red Azo

Yellow Dipheny amine

Meskipun azobenzena, antrakinon dan difenilamina dalam bentuk dispersi dapat mencelup ke dalam serat hidrofob, dalam perdagangan kebanyakan zat warna disperse mengandung gugus aromatic dan alifatik yang mengikat gugusan fungsional dan bertindak sebagai gugus pemberi (donor) hydrogen.

You might also like