You are on page 1of 4

TUGAS PENGATAR ILMU EKONOMI MASALAH MAKRO EKONOMI

Disusun oleh : Carolina Thiara T. Y Ruth Arni Lazuardi Martha Indri S. Margaretta W.E.K 09.70.0097 09.70.0107 09.70.0110 09.70.0112

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
2011

PERMASALAHAN EKONOMI MAKRO


1. Masalah Inflasi

Inflasi meningkat tajam karena sebagian besar dipicu kenaikan bahan pangan terutama beras. Pada tahun 2008, harga pangan naik 20% dan pada tahun 2010, bahan baku pangan naik 16%, harga beras bulan desember 2010 naik 30% dibandingkan desember 2009. Karena kenaikan harga pangan ini berdampak pada peningkatan kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 131,6 juta orang atau 13,3% jumlah penduduk total Indonesia. Untuk mengatasi kenaikan inflasi ini dipelerlukan program yang strategis serta mekanisme adaptasi dan perlindungan bagi rumah tangga miskin. Beberapa kebijakan jangka pendek ditempuh pemerintah antara lain bantuan tunai tanpa syarat, bantuan natura pangan, dan subsidi komoditas. Untuk jangka panjangnya akan ditempuh revitalisasi pertanian untuk ketahanan pangan dalam negri dan produksi. Faktor-faktor yang memicu inflasi : Permintaan labih tinggi dari penawaran
Ekspektasi inflasi

Jika cara-cara untuk mengatasi masalah inflasi tidak menunjukkan hasil, langkah terakhir dengan menggunakan kebijakan Birat dan juga memberlakukan kebijakan tentang pembebasan bea masuk impor atas 57 komoditas yang terdiri dari kelompok pangan, bahan makan ternak, dan pupuk. Pembebasan bea masuk 0% untuk beras impor yang berlaku sampai maret 2011 sedangkan gandum dan kedelai sampai akhir 2011.
2. Masalah Pertumbuhan Ekonomi

Dalam setiap pertumbuhan ekonomi sebaiknya mampu menciptakan lapangan kerja baru 600.000 orang. Jumlah ini lebih banyak dari posisi saat ini yaitu 400.000 orang, syarat tersebut perlu supaya pertumbuhan ekonomi pada 2012 dinilai berkualitas. Pada tahun 2007, pertumbuhan ekonominya sebesae 6,3%, sedangkan pernduduk yang berkerja 99,93 juta orang per agustus. Tahun 2008, pertumbuhan ekonomi 6%, sedangkan penduduk yang bekerja sebesar 55 juta orang per agustusnya. Tahun 2009, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan drastis menjadi 4,5% sedangkan penduduk yang bekerja sebanyak 104,87 juta orang per agustus. Tahun 2011, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1% dan penduduk yang bekerja sebanyak 108,21 juta orang per agustus. Dan pada tahun 2011 pertumbuhan ekonominya menjdai 6,5% dan penduduk

yang bekerja sebesar 111,28 juta orang per februari. Untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang bekerja yang tidak seimbang diperlukan infrastruktur yang baik seperti dana pendidikan dipatok 20% per tahunnya. Masalah sektor pertanian di peternakan masih tumbuh dibawah 5% pada 5 tahun terakhir, padahal perekonomian tumbuh 6% sehingga juran gpemisah antara kaya dan miskin semakin lebar. Untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi seperti ini, defisit RAPBN 2012 harus dinaikkan oleh pemerintah dari 1,4% sampai 1,6% menjadi 2% terhadap produk domestik bruto (PDB). Tetapi dengan penambahna defisist ini, efek bagi DPR akan menambah utang untuk menutup defisit itu, kecuali jika DPR bisa menerima sumber pembiayaan defisit yang bukan berasal dari surat utang melainkan dari peminjaman lembaga internasional seperti bank dunia atau bank pembangunan asia.

3. Masalah Neraca Pembayaran

Harga pertamax akhir pekan lalu menjadi Rp 9250,-/ liter, harga sebelumnya Rp 9050,-/liter sementara beberapa produk bahan bakar minyak (BBM) merk lain tetap bertahan pada harga RP 9050,-/ lite. PT Pertamina selalu menaikkan harga pertamax lebih dahulu dibanding produk BBM non subsidi yang dijual di Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) asing. Rendahnya harga produk BBM produk lain dibanding pertamax merupakan strategi pihak SPBU asing sebagai pesaing pasar. PT Pertamina secara efisien memasarkan pertamax dan produk BBM non subsidi merk lain dengan harga real tidak melalui pedangan-pedangan lain. Pertamax selama ini diproduksi di KILANG BALONGAN. Pasokan minyak mentah untuk kilang itu berasal dari minyak hasil produksi dalam negri. Selain itu, kilang balongan menghasilkan High Octan Mogas Component (HOMC), zat penambah Octan yang kemudian dikirim ke kilang-kilang lain. Kemaikkan harga pertamax menurunkan volume penjualan BBM non subsidi namun tidak drastis meskipun demikian PT Pertamina tetap optimis bahwa pertamax tetap akan bisa bertahan karena memiliki konsumen yang mencintai produk dalam negri. Sejak harga pertamax terus naik, terjadi perpindahan konsumsi pertamax ke premium sehingga terjadi kenikan konsumsi premium yang merupakan BBM bersubsidi pada kisaran 2-3% untuk setiap daerah. Untuk itu Pertamina berusaha menahan kenaikkan konsumsi premium melalui pengetatan pengawasan distribusi,

namun tidak mungkin menyetop pengiriman premium jika konsumsi premium di satu daerah melebihi kuota.

You might also like