You are on page 1of 13

MAKALAH

MATA KULIAH SOSIOLOGI PEDESAAN



BENARKAH NORMA-NORMA PERGAULAN
MUDA-MUDI DI IBU KOTA SUDAH BERUBAH?



Disusun oIeh keIompok II :
1. FAHRU ROZ
2. HERZAL
3. NTAN RASD
4. MUHAMMAD NASR
5. NANA SURANA


SEMESTER I
JURUSAN PENYULUHAN PETERNAKAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) BOGOR
BOGOR
2011


l

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul "BENARKAH
NORMA-NORMA PERGAULAN MUDA-MUD D BU KOTA SUDAH
BERUBAH?
Makalah ini berisikan tentang bahasan hasil penelitian yang berjudul sama
atau yang lebih khususnya membahas sebab-sebab pergeseran nilai norma-
norma di kalangan remaja yaitu tentang seks bebas dan solusi untuk
mengatasinya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.


Bogor, Oktober 2011

Penyusun


ll

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II RINGKASAN BACAAN
BAB III HASIL PEMBAHASAN
A Arti Pergaulan Bebas 3
B Penyebab Pergaulan Bebas 3
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA


1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar BeIakang
Salah satu aspek paling kritis dalam masa remaja adalah menyangkut
pergaulan, baik pergaulan dengan sesama jenis maupun dengan lawan
jenis. Jika tidak berhati-hati, pergaulan sangat berpotensi menyeret para
remaja terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak patut. Banyak sekali kasus
pergaulan remaja yang memprihatinkan karena melenceng ke sasaran yang
salah. Oleh karena itu sejak awal pergaulan remaja harus dikendalikan
dengan batasan-batasan yang tegas. Salah satu batasan pergaulan yaitu
pergaulan yang tidak bertentangan dengan etika, moral dan kepatutan
sosial. Pergaulan yang benar haruslah menegakkan ketiga batasan tersebut
sehingga tetap berada di dalam koridor yang patut.
Salah satu kekhawatiran adalah kekaburan atau hilangnya batas-batas
normatif yang menyangkut hubungan antar jenis. ni menyangkut tidak
adanya batas-batas yang jelas mengenai tingkah laku apa yang boleh atau
yang tidak boleh dalam pergaulan antara muda-mudi, khususnya dalam
pergaulan sebelum memasuki kehidupan perkawinan.
Pergaulan bebas bukan suatu hal yang baru terjadi di kalangan
remaja, terutama remaja yang tinggal di kotakota besar (metropolitan). Kian
hari fenomena pergaulan bebas ini bukannya semakin berkurang tetapi
malah kian menjadi jadi. Pergaulan bebas di kalangan remaja metropolitan
telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas.
Artikel ini membahas tentang temuan penelitian yang dilakukan tahun
1972 pada kaum remaja perkotaan di bukota yang meliputi berbagai tingkah
laku seksualitas remaja yang bertalian dengan batas-batas normatif dalam
pergaulan mereka sehari-hari.

B. Tujuan
Selain untuk menambah wawasan kita, makalah ini dibuat agar kita
mengetahui bagaimana dan seperti apa tingkah laku pergaulan remaja


2

bukota ditinjau dari ukuran normatif yang menyangkut hubungan antar jenis,
khususnya dalam pergaulan sehari-hari sebelum memasuki kehidupan
perkawinan.


3

BAB II
RINGKASAN BACAAN


Fakultas Psikologi U dan Kompas (1972) dalam artikelnya yang berjudul
Benarkah Norma-Norma Pergaulan Muda Mudi Ibu Kota Telah Berubah? yang
disunting oleh Sajogyo dan Sajogyo P (1990) mengungkapkan hasil penelitian
yang bertujuan menyelidiki tingkah laku remaja dalam hal batas-batas normatif
yang menyangkut hubungan antar jenis dalam pergaulan sehari-hari. Artikel
tersebut menjelaskan ukuran normatif ditinjau dari derajat permissiveness atau
kelonggaran sikap seseorang yaitu yang menunjukkan seberapa jauh suatu
tindakan (seksual) tertentu ia benarkan (ia anggap boleh) khususnya yang
bertalian dengan batas-batas normatif dalam pergaulan sehari-hari sebelum
masa perkawinan. Penelitian ini meninjau pergaulan muda-mudi ke dalam 4
bentuk pola hubungan emosional (ialah: bertunangan, berpacaran, berteman
akrab dan berteman biasa) dan empat jenis tingkah laku konkret (ialah: pergi
berduaan tanpa ditemani orang lain, bermesraan, bercumbuan dan berhubungan
kelamin).
Penyelidikan mengenai ukuran-ukuran normatif dilakukan dengan suatu
skala sikap yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan/survey yang
menyatakan skala sikap berdasarkan empat bentuk hubungan (bertunangan,
berpacaran, berteman akrab dan berteman biasa) dan berdasarkan empat jenis
tingkah laku (pergi berduaan, bermesraan, bercumbuan, dan berhubungan
kelamin) pada kelompok muda-mudi ibukota yang terdiri dari 56 siswa laki-laki
dan 40 siswa perempuan dengan batas umur antara 16 tahun sampai 19 tahun
(Siswa sekolah).
Penelitian tersebut memberikan beberapa kesimpulan antara lain :
1. Dari kelompok siswa-siswa ini diperoleh gambaran bahwa mereka mengenal
batas-batas normatif dalam pergaulan mereka sehari-hari.
2. Batas-batas normatif ini tidak menunjukkan perbedaan yang berarti bagi
remaja laki dan remaja wanita.
3. Sikap kelompok siswa laki-laki dan wanita mengenai hubungan antar jenis
pada umumnya adalah: makin kuat keterlibatan emosional makin besar


4

derajat permissiveness (yaitu banyak yang diterima sebagai boleh dilakukan
dalam hubungan antar jenis).
4. Dalam hubungan pertunangan, berhubungan kelamin dianggap dapat
diterima. Hal ini terutama dinyatakan oleh sebagian besar siswa laki-laki.
Sebagai siswa putri memilih perkawinan sebagai persyaratan utama untuk
melangsungkan hubungan kelamin.
5. Dalam mencari pedoman-pedoman tingkah laku, siswa-siswa ini cenderung
untuk kembali ke dalam lingkungan keluarga sebagai sumber yang biasa
memberi nasihat-nasihat.
6. Pada kelompok siswa-siswa ini perbedaan latar belakang kultural maupun
perbedaan pengalaman-pengalaman individual tidak menyatakan diri di
dalam pembentukan perbedaan sikap hubungan antar jenis.
7. Salah satu gambaran yang diperoleh dari studi yang terbatas ini adalah
bahwa memang terjadi pergeseran ukuran-ukuran normatif di kalangan
generasi muda kota dibandingkan dengan ukuran yang telah berlaku
sebelumnya.
8. Remaja kota kelompok penyelidikan ini terdiri atas mereka yang tergolong
masih bersekolah dan dari mereka diperoleh gambaran bahwa ada
kecenderungan untuk berpegang pada pedoman-pedoman normatif dari
lingkungan keluarga. Mengingat hal ini maka dapat diterima kesimpulan
lanjutan bahwa yang mempunyai tanggung jawab dalam memberikan
bimbingan normatif terhadap para remaja adalah orang-orang dewasa dalam
lingkungan sekolah dan keluarga pada.











3

BAB III
HASIL PEMBAHASAN


Melihat dari hasil penelitian pada artikel di atas dapat disimpulkan bahwa
norma-norma pergaulan muda-mudi ibukota telah berubah, hal itu bisa dilihat dari
tingkah laku seksual yang menjurus ke arah seks bebas (berhubungan kelamin
pra-nikah), yang secara normatif termasuk kategori penyimpangan, disebabkan
perilaku tersebut cenderung lepas dari aturan baik hukum positif maupun agama.
A. Arti PergauIan Bebas
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan pra-nikah (tanpa
menikah) atau sebuah hubungan pergaulan yang sering berganti pasangan
(lelaki dan perempuan bergaul tak ada batas).
Pergaulan bebas di kalangan remaja ini cukup menghawatirkan,
terutama pergaulan antar jenis, di mana orang bebas untuk melakukan hal-
hal di atas tanpa takut menyalahi norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Para remaja sudah dengan sangat gampangnya memasuki tempattempat
khusus dewasa. Hal tersebut bisa juga disebabkan karena remaja
mengartikan kebebasan sebagai bebas secara mutlak tanpa adanya butir-
butir aturan yang menjaga jarak antara remaja putra dan putri.
B. Penyebab PergauIan Bebas
Hasil penelitian pada artikel di atas salah satunya menyebutkan bahwa
dalam hubungan pertunangan, berhubungan kelamin dianggap dapat
diterima atau boleh dilakukan, hal ini terutama disampaikan oleh remaja laki-
laki, perilaku seperti ini jelas melanggar etika, moral dan kepatutan sosial,
karena hubungan tersebut dilakukan dengan tidak mengindahkan hukum,
kaidah dan norma-norma yang berlaku bahwa yang seharusnya boleh
melakukan hubungan kelamin adalah pasangan yang menikah. Perilaku
seperti ini menurut Himawan (2007) disebabkan oleh beberapa hal antara
lain :


6


1. Pengaruh Teman
Dari proses interaksi dan komunikasi dengan teman banyak informasi
yang masuk dan berpengaruh dalam diri seseorang. Jika subyek dan
obyek komunikasi tersebut baik dan memenuhi aturan tata krama sosial
serta agama, akan berpengaruh baik pula, demikian sebaliknya.
2. Krisis kasih sayang orang tua
Setiap waktu bagi usia anak adalah sangat berharga dalam menentukan
baik buruknya pertumbuhan psikis dan kecerdasannya sehingga orang
tua dituntut untuk selalu menyikapi dan memperhatikannya.
3. Kurangnya pedoman orang tua
Pengaruh paling besar pada mereka adalah sikap, keteladanan, serta
perilaku orang tua, bukan sekedar kata-kata. Orang tua memberikan
informasi seluas-luasnya terhadap anak, dengan catatan membimbing
mereka dalam menerima segala akses informasi yang masuk dan
menyertakan berbagai dampak (baik buruk) yang timbul dari beberapa
informasi tersebut.
4. Hilangnya keteladanan
Anak-anak akan melihat sejauh mana orang tua berperilaku dan bersikap
yang sesuai dengan norma-norma yang telah ditetapkan, sebagaimana
yang ditetapkan pada mereka. Salah satu kesimpulan penelitian di atas
adalah bahwa orang-orang yang memiliki tanggung jawab dalam
memberikan bimbingan normatif terhadap para remaja adalah orang-
orang dewasa dalam lingkungan sekolah dan keluarga (orang tua).
keteladanan orangtua juga merupakan faktor penting dalam
menyelamatkan moral anak. Orangtua yang gagal memberikan teladan
yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai anaknya dalam
kemerosotan moral dalam berperilaku. Budi pekerti bertumbuh melalui
keluarga karena keluarga merupakan tempat para remaja belajar,
berkembang dan berlindung. Karena budi pekerti berkaitan dengan
perangai, tabiat atau tingkah laku maka perkembangannya dan
penerapannya dalam kehidupan remaja tidak terjadi dalam sekejap,
melainkan melalui proses peneladanan yang panjang. Beberapa
pedoman yang perlu dimiliki orang tuan dalam memberikan bimbingan
dan pengasuhan pada anak antara lain :


7

- Memberi Bimbingan dalam Mengambil Keputusan
Orang tua membantu anak-anaknya untuk mengambil keputusan-
keputusan yang pantas dan bertanggung jawab baginya.
- Sikap Protektif tidak Selamanya Menguntungkan
Orang tua tidak harus terlalu cemas dengan interaksi anak dan dunia
luar, agar anak tumbuh menjadi orang yang percaya diri dan tidak
minder, orang tua hanya perlu mengawasi.
- Berani Mengatakan 'Tidak' dan Bertanggung Jawab
Orang tua tidak selamanya haus memenuhi permintaan anak, dalam
hal tertentu orang tua harus berani mengatakan 'tidak' pada anak-
anaknya. Namun harus disertai dengan tanggung jawab atau harus
disampaikan alasannnya.
- Ciptakanlah Lingkungan Keluarga yang Komunikatif
Saling tukar-menukar informasi diperlukan dalam keluarga sehingga
bisa disaring informasi yang positif dan yang negatif. Komunikasi yang
baik juga dapat membuat anak merasa diperhatikan.
5. Pengaruh media massa
Dalam tayangan-tayangan televisi, cetak maupun elektronik tidak sedikit
pemandangan seksual ditampilkan. Jadi proses kontrol internal keluarga
(orang tua) terhadap tayangan-tayangan tersebut sangat diperlukan agar
dapat membedakan antara yang memiliki manfaat besar dan positif serta
tayangan yang berdampak negatif bagi perkembangan psikologi mereka.
6. Pacaran yang kebablasan
Seks sebelum nikah banyak menggejala di kalangan pelaku pacaran.
Para pelaku salah dalam menempatkan pengertian antara seks dan
pasaran, mereka sering berasumsi bahwa cinta sama dengan seks.

C. Pendidikan Seks : SoIusi Mengatasi MasaIah SeksuaI Remaja
Pendidikan seks bukanlah sekedar penerangan seks. Pendidikan seks
merupakan pembelajaran dan penyadaran yang mengandung peralihan
nilai-nilai dari pendidik ke subyek didik. Dengan demikian informasi tentang
seks tidak diberikan 'telanjang', melainkan diberikan secara 'kontekstual'
yaitu dalam kaitannya dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat,
apa yang tidak boleh, apa yang dibolehkan dan bagaimana cara
melakukannya tanpa melanggar aturan.


8

Pendidikan seks bukan hanya terbatas pada perilaku hubungan seks
semata, melainkan terkait pula dengan hal-hal lain, seperti peran pria dan
wanita dalam masyarakat, hubungan pria dan wanita dalam pergaulan, dan
peran ayah dan ibu serta anak dalam keluarga.
Zelnik dan Kim yang dikutip kembali oleh Himawan, mengatakan
bahwa remaja yang telah mendapat pendidikan seks tidak cenderung lebih
sering melakukan hubungan seks, tetapi mereka yang belum pernah
mendapat pendidikan seks cenderung lebih banyak mengalami kehamilan
yang tidak dikehendaki.
Pendidikan seks merupakan salah satu tugas orang tua dalam
mendidik dan membina anak di samping memberikan pedoman-pedoman
normatif dari lingkungan keluarga.


9

BAB IV
KESIMPULAN

Pergaulan bebas di kalangan remaja metropolitan atau ibukota sudah
mencapai titik yang sangat menghawatirkan, terutama seks bebas, norma-norma
telah berubah, ada anggapan seorang remaja yang sudah bertunangan tidak
perlu menikah untuk melakukan hubungan seksual.
Pendidikan seks atau pendidikan kehidupan keluarga bertujuan untuk
memberikan bekal pengetahuan, wawasan dan kesadaran akan arti menjaga
kesucian (mempersiapkan diri) menghadapi kehidupan berkeluarga yang sehat
setelah menikah.
Peranan keluarga terutama para orang tua sebagai lingkungan terdekat,
sangat penting untuk lebih mengedepankan lagi adanya pendidikan dan
pengetahuan tentang seks di kalangan remaja yang harus di imbangi adanya
pendidikan dan pengetahuan tentang norma-norma agama atau hukum yang
lebih mengikat.


10

DAFTAR PUSTAKA

Himawan.2007.Bukan Salah Tuhan. Solo:Tiga Serangkai
Sajogyo dan Pujiwati Sajogyo [penyunting], Sosiologi Pedesaan: Kumpulan
Bacaan (Jilid 1), Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999.
Surbakti EB.2009.Kenalilah Anak Remaja Anda.Jakarta:PT Elex Media
Komputindo

You might also like