You are on page 1of 7

MENOLONG BAB dan BAK

PENGERTIAN ELIMINASI

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh Pembuangan dapat melalui bowel (defekasi/BAB) dan urin (miksi/BAK). Dalam eliminasi kita mengetahui adanya defekasi atau sering kita kenal dengan BAB ( buang air besar ) yaitu Proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.

Adapun anatomi saluran pencernaan yaitu:

Saluran gastrointestinal bagian atas Mulut, kerongkongan, lambung Saluran gastrointestinal bagian bawah Usus halus, usus besar, anus Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum. Panjangnya kira-kira 6 m & diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, kolon, rektum. Panjangnya sekitar 1,5 m & diameter sekitar 6 cm.

Ada beberapa factor yang mempengaruhi proses defekasi atau bab ini yaitu :

Usia Bayi : kontrol defekasi belum berkembang Lansia : kontrol defekasi menurun

Diet Makanan berserat Banyaknya makanan

Intake cairan Intake cairan kurang : feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi cairan di kolon yang meningkat. Aktivitas Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi.

Fisiologis Cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik, sehingga menyebabkan diare.

Pengobatan Beberapa jenis obat dapat menyebabkan diare dan konstipasi. Laksatif dapat melunakkan feses dan meningkatkan peristaltik. Namun, jika digunakan dalam waktu lama dapat menurunkan tonus usus sehingga usus menjadi kurang responsif terhadap stimulus laksatif.

Gaya hidup Kebiasaan untuk melatih pola BAB sejak kecil secara teratur Fasilitas BAB Kebiasaan menahan BAB

Prosedur diagnostik Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostik biasanya dipuasakan atau dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat BAB

Adapun masalah yang terjadi pada proses BAB adalah

Konstipasi Feses kering atau keras. Penyebab ola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang terlalu lama, stress psikologis yang meningkat, obat-obatan, kurang aktivitas, dan usia.

Impaksi feses Massa keras yang teraba di lipatan rektum akibat retensi dan akumulasi feses yang berkepanjangan. Penyebab: pola defekasi yang tidak teratur, konstipasi, asupan cairan yang kurang, kurang aktivitas, dan kelemahan tonus otot.

Diare Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi BAB. Penyebab: stres fisik, obat-obatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal.

Inkontinensia alvi Hilangnya kemampuan mengontrol BAB Penyebab: penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna. Flatulensi (kembung) Flatus berlebihan Penyebab: konstipasi, penggunaan obat-obatan, mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung gas

Hemoroid Pelebaran vena di daerah anus Penyebab: konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

Nah dengan membaca artikel ini di harapkan anda menjadi tahu apa itu defekasi, penyakit atau masalah yang terjadi pada proses defekasi, dan mungkin dapat mengetahui hal hal lain

Proses Buang Air Besar (DEFEKASI) Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi yang terletak dimedula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis , sfingter anus bagian dalam akan mengendor dan usus besar menguncup. Reflek defekesi dirangsang untuk buang air besar,kemudian sfingter anus bagian luar yang diawali oleh syaraf parasimpatis setiap waktu menguncup atau mengendor selama defekasi berbagai otot lain membantu proses itu seperti otot dinding perut,diafragma dan otot-otot dasar pelvis. Secara umum,terdapat 2 macam reflek yang membantu proses defekasi yaitu,pertama,reflekdefekasi interinsik yang mulai dari zat sisa makanan (feses) dalam rektum sehingga terjadi distensi.kemudian flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik,dan akhirnya feses sampai di anus.lalu pada saat sfingter interna relaksasi,maka terjadilah proses defekasi.kedua, reflek defekasi parasimpatis.adanya feses dalam rektum yang merangsang saraf rektum.ke spinal cord. Dan merangsang ke kolon desenden,kemudian ke sigmoid ,lalu ke rektum dengangerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sfingter interna,maka terjadilah proses defekasi saat sfingter interna berelaksasi.

2.1.6 Tindakan mengatasi masalah eliminasi alvi(BAB) Menyiapkan fases untuk bahan pemerikasaan

Menyiapkan fases untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil fases untuk bahan pmerikasaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan) Pemeriksaan fases lengkap merupakan pemeriksaan fases yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konstostensi, lendir, darah, dll. Pemeriksaan fases kultur merupakan pemerikasaan fases melalui biakan dengan cara toucher.

Alat : Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup. Etiket khusus. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil fases.

Prosedur kerja. Cuci tangan. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil fases melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkan daerah anus. Asupan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan. Cuci tangan. Menolong buang air besar dengan mennggunakan pispot.

Menolong membuang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan kepada pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri dikamar kecil dengan cara menggunakan pispot (penampung) untuk buang air besar ditempat tidur, dengna tujuan memenuhi kebutuhan eliminasi alvi (BAB). Alat dan bahan : Alas / perlak Pispot Air bersih Tisu Handuk Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum Sarung tangan Sabun

Prosedur kerja : Cuci tangan Jelaskan prosedur Pasang sampiran Gunakan sarung tangan Pasang pengalas dibawah glutea Tempatkan piapot tepat dibawah glutea, tanyakan pada klien apakah sudah nyaman atau belu, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan. Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbat punggung klien untuk menambah rasa nyaman. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu.

10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya. 11. Cuci tangan.

Prosedur pelaksanaan Bawa peralatan kedekat pasien. Jelaskan tujuan dan prosedur. Tutup jendela dan pasang sampiran. Pasang pengalas dibawah glutea Pasang selimut mandi. Cuci tangan Pakai sarung tangan Posisikan pasien dorsal rekamben Tempatkan pispot yang sudah diberi air dibawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau belum,kalau belum atur sesuai dengan kenyamanan pasien

10. Letakkan sebuah gulungan handuk dibawah kurva lumbal punggung pasien untuk menambah rasa nyaman. 11. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang sudah disediakan 12. Pastikan bahwa seprei dan stik laken tidak terkena. 13. Tinngalkan pasien dan anjurkan untuk membunyikan bel jika sudah selesai atau member Tegas perawat 14. Jika sudah selesai, tarik pispot dan letakkan lengkap dengan tutupnya diatas meja dorong/trolly 15. Bersihkan dengan tisu dan menggunakan sabun,lalu bersihkan dengan air bersih. 16. Keringkan dengan tisu 17. Bereskan alat dan rapikan pasien 18. Dokumentasi.

You might also like