You are on page 1of 20

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP KONSEP BILANGAN BULAT (Penelitian Tindakan Kelas

terhadap Siswa Kelas VII-E SMP 2 Banjaran Kab. Bandung) Ditulis oleh #Administrator Jumat, 13 Februari 2009 03:24 Oleh: Siti Ummu Kultsum NIM. 0609115 Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Penelitian ini bertitik tolak dari munculnya permasalahan yang dialami langsung oleh penulis pada saat pembelajaran, yaitu rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep bilangan bulat. Hal ini berakibat fatal terhadap pemahaman konsep dalam matematika, karena konsep bilangan bulat merupakan konsep dasar yang mutlak harus dikuasai oleh siapapun yang mempelajari matematika. Pendekatan yang dipilih oleh penulis adalah pendekatan matematika realistik, yang bertitik tolak dari hal-hal yang nyata serta menekankan pada keterampilan proses of doing mathematics. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, yang berusaha mengkaji dan merefleksi suatu model pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas (baik proses maupun produk) suatu pembelajaran. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, analisis, dan refleksi. Adapun instrumen yang digunakan adalah instrumen pembelajaran (RPP dan LKS) dan instrumen pengumpul data yang terdiri dari instrumen tes (tes formatif dan tes sub sumatif) dan instrumen non tes(lembar observasi, jurnal siswa, angket dan wawancara). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman siswa kelas VII E SMP 2 Banjaran setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, dan respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan realistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pemahaman dan respon positif siswa kelas VII E. hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang menunjukkan peningkatan yang signifikan antar siklus. Siswa juga memberikan respon positif terhadap pembelajaran ini. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik. Siswa yang semula kurang perhatian, lambat laun berubah menjadi konsentrasi, karena mereka merasa senang terhadap pendekatan matematika realistik ini. Dalam bekerja kelompok siswa juga tampak antusias berdiskusi dengan temannya. Hal ini mengindikasikan adamya respon positif dari siswa terhadap pendekatan matematika realistik. A. Pendahuluan Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi (minimal sebagai mata kuliah umum). Sampai saat ini matematika merupakan salah satu mata

pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Bagi siswa selain untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Alasan pentingnya matematika untuk dipelajari karena begitu banyak kegunaannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa kegunaan matematika sederhana yang praktis menurut Russeffendi (2006:208), yaitu: 1. Dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya. 2. Matematika merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya. 3. Dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis. 4. Dengan belajar matematika diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan persoalan. Uraian di atas menunjukkan bahwa matematika itu sangat penting, tetapi banyak yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit untuk diajarkan dan dipelajari. Hal ini selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Cockroft (dalam Wahyudin, 2001:2) bahwa "Mathematics is a difficult subject both to teach and to learn." Salah satu materi yang sulit untuk dipahami siswa kelas VII SMP adalah Bilangan Bulat, padahal konsep bilangan bulat ini, merupakan konsep yang mutlak harus dikuasai oleh siapapun yang mempelajari matematika. Salah satu penyebab sulitnya siswa kelas VII SMP mempelajari bilangan bulat adalah karena konsep bilangan yang bersifat abstrak. Menurut Russeffendi (2006: 148), dilihat dari segi umur, sebagian anak SMP di negara kita belum masuk ke dalam tahap operasi formal. Karena itu tahap operasi formal ini lebih aman digunakan bagi anak kelas III SMP ke atas. Diilhami oleh pendapat Ruseffendi di atas akhirnya penulis memutuskan untuk menerapkan pendekatan matematika realistik pada penelitian ini. B. Studi Literatur 1. Pendekatan Matematika realistik Menurut Suherman (2001:7), pendekatan (approach) pembelajaran matematika adalah cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Salah satu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam pengalaman sehari-hari adalah pendekatan matematika realistik. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika sebaiknya berangkat dari aktifitas manusia karena Mathematics is a human activity (Suherman,2001:128). Dalam pendekatan matematika realistik dikenal dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers (dalam Zainurie, 2007:3) yaitu matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal. Contoh matematisasi horizontal adalah: pengidentifikasian, perumusan, pemvisualisasian masalah dalam cara-cara yang berbeda dan pentransformasian masalah dalam dunia real ke dalam masalah matematik. Matematika dalam tingkat ini disebut matematika informal. Adapun contoh matematisasi vertikal

adalah: representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematika, penggunaan model-model yang berbeda dan penggeneralisaian. Menurut Zulkardi (dalam Kania, 2006:19), pedekatan matematika realistik memiliki lima karakteristik, yaitu: 1. The use of context (penggunaan konteks), 2. Theuse of models(penggunaan model), 3. The use of students own production and construction ( penggunaan kontribusi dari siswa sendiri), 4. The interactive character of teaching process (interaktifitas dalam proses pengajaran, dan 5. The interviewments of various learning strands (terintegrasi dengan berbagai topik pengajaran lainnya. Kelima karakteristik pembelajaran menurut filosofi realistik inilah yang menjiwai setiap aktivitas pembelajaran matematika. Meskipun kelima karakteristik tersebut menjadi acuan dalam pengembangan pembelajaran matematika, namun dalam desain pembelajaran kadang-kadang tidak semua prinsip itu dimunculkan. 2. Pemahaman Pemahaman merupakan terjemahan dari comprehension. Purwadinata (dalam Emiliani, 2000:7) menyatakan bahwa paham artinya "mengerti benar", sehingga pemahaman konsep artinya mengerti benar tentang konsep. Menurut Driver (dalam Suzana, 2003:22) pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan. Dari pengertian ini ada tiga aspek pemahaman, yaitu: 1. Kemampuan mengenal 2. Kemampuan menjelaskan 3. Kemampuan menginterpretasi atau menarik kesimpulan Menurut Machener (dalam Sumarmo, 1987:24), untuk memahami suatu objek secara mendalam, seseorang harus mengetahui: 1. 2. 3. 4. 5. Objek itu sendiri. Relasinya dengan objek lain yang sejenis. Relasinya dengan objek lain yang tidak sejenis. Relasi dual dengan objek lain yang sejenis. Relasi dengan objek dalam teori lainnya.

Menurut Sumarmo (1987:24) ada 3 macam pemahaman, yaitu: 1. Pengubahan (translation), 2. Pemberian arti (interpretation), 3. Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation).

Pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (dalam Munggaranti, 2007:25) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam : 1. 2. 3. 4. 5. 6. a. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan. b. Membuat contoh dan non contoh penyangkal. c. Mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram, dan simbol. d. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk yang lain. e. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep. f. Mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat-syarat yang menentukan suatu konsep. 7. g. Membandingkan dan membedakan konsep-konsep. 3. Penelitian yang Relevan Pendekatan matematika realistik sudah banyak diteliti sebelumnya, antara lain oleh: Turmudi dkk (2000), Sundari (2004), Haji (2005), Suharyati (2006), Kania (2006), dan Huri (2006). Aspek yang diteliti oleh keenam peneliti di atas adalah: minat siswa terhadap matematika, kemampuan komunikasi matematika, hasil belajar matematika, prestasi belajar matematika, kemampuan penalaran dan komunikasi, dan kemampuan berpikir kreatif matematika. Berdasarkan hasil penelitiannya, keenam peneliti tersebut menyimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan dan minat siswa. Menurut Burril penelitian lainnya yang dilakukan di Puerto Rico mencatat bahwa siswa yang mengikuti program realistik berada pada presentil ke 90 ke atas, hanya dua orang saja yang menduduki presentil ke 82 dan presentil ke 84 (Turmudi, 2001:3). C. Diskusi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, yang berusaha mengkaji dan merefleksi suatu model pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kualitas (baik proses maupun produk) suatu pembelajaran. Menurut Lewin (dalam Sukmadinata, 2007:142), penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi dalam penelitian kolektif dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi dalam kegiatannya. Menurut Hopkins (dalam Wiriatmaja, 2005:11) penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Borg (dalam Rohayati, 2003:12) menyebutkan bahwa tujuan utama PTK adalah mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulang berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang terjadi di kelasnya, dan atau di sekolahnya, dengan atau atau tanpa program pelatihan yang khusus. Penelitian ini terdiri atas tiga siklus. Tiap siklus meliputi 5 tahap, yaitu: identifikasi

permasalahan, perencanaan atau persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan serta analisis dan refleksi. 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Tingkat Pemahaman Gambaran tentang kriteria pemahaman siswa pada penelitian ini dapat dilihat dari hasil tes formatif I - III yang terangkum pada Tabel C.1 berikut. Tabel C.1 Rekapitulasi Tingkat Pemahaman Siswa No Kriteria Persentase (%) Tes Formatif I Tes Formatif II Tes Formatif III 1 Sangat baik 85.00 32.50 37.50 2 Baik 10.00 27.50 37.50 3 Cukup 5.00 22.50 20.00 4 Kurang 0.00 7.50 0.00 5 Buruk 0.00 10.00 5.00 Berdasarkan Tabel 4.16 di atas terlihat bahwa siswa yang masuk kualifikasi tingkat pemahaman sangat baik meningkat dalam setiap siklusnya kecuali pada Siklus II. Ada beberapa alasan yang menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan pemahaman pada siklus II, diantaranya: materi pengurangan yang relatif lebih sulit dibandingkan materi (penjumlahan) pada Siklus I. Begitu juga dengan kualifikasi pemahaman baik, menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya. Berbeda dengan tingkat pemahaman cukup yang mengalami penurunan pada Siklus III. Kualifikasi pemahaman kurang dan buruk mengalami kenaikan pada siklus II tetapi turun kembali pada siklus III. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pemahaman siswa pembelajaran bilangan bulat dengan pendekatan matematika realistik, rata-rata mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. b. Respon Siswa Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik ini dapat dilihat dari hasil jurnal, angket, dan wawancara. Hasil jurnal siswa pada tiap siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel C.2 Persentase Hasil Jurnal Harian Tiap Siklus Kategori komentar Jumlah tiap siklus Persentase tiap siklus I II III I II III Positif 43 36 38 97,73% 76,60% 84,44% Negatif 0 9 6 0,00% 19,15% 13,33% Biasa-biasa 1 2 1 2,27% 4,26% 2,22% Dari tabel di atas nampak bahwa pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran pada setiap siklus. Senada dengan hasil jurnal, hasil angket dan wawancarapun menunjukkan bahwa pada

umumnya siswa merasa senang belajar dengan pendekatan realistik. Menurut mereka pembelajaran seperti ini lebih mudah dipahami, praktis dan menyenangkan, karena mereka dapat berdiskusi dengan teman sebayamereka juga berpendapat bahwa pembelajaran ini meningkatkan minat mereka terhadap matematika. D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan 1. Setelah melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik, pemahaman siswa kelas VII-E SMP 2 Banjaran menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal ini ditandai dengan cara mereka menjawab soal, baik dengan menggunakan alat bantu ataupun tanpa alat bantu. Siswa yang tadinya belum dapat melakukan operasi pada bilangan bulat karena belum memahami konsep bilangan bulat, sekarang menjadi terampil melakukannya. Penggunaan model sebagai representasi untuk menyelesaikan masalah, menjembatani kesulitan siswa untuk memahami konsep bilangan bulat. 2. Pada umumnya siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran bilangan bulat dengan pendekatan matematika realistik. Hal ini terungkap dari aktifitas siswa selama pembelajaran denagn menggunakan pendekatan matematika realistik. Siswa yang semula kurang perhatian pada saat belajar, lambat laun menjadi lebih konsentrasi. Ketika berdiskusi dalam kelompok, mereka tampak antusias mencoba mengerjakan LKS dengan menggunakan model yang baru mereka kenal. Siswa juga merasa senang bekerja dalam kelompok, karena mereka dapat menyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada teman sebayanya tanpa rasa malu atau takut. Pada umumnya siswa berpendapat bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan matematika realistik ini lebih menyenangkan, mudah dipahami. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran. Walaupun konteks yang digunakan tidak murni dari masalah seharihari yang sering dialami oleh siswa, namun mereka dapat membayangkan (mengimajinasikan) masalah yang dikemukakan. 2. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan matematika realistik dapat digunakan sebagai alternatif yang perlu dicobakan oleh guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap bilangan bulat. 2. Dalam pelaksanaannya, penerapan pendekatan matematika realistik pada pembelajaran bilangan bulat ini memerlukan waktu yang cukup lama agar mendapatkan hasil yang optimal. Untuk itu bagi guru yang akan menggunakan pendekatan matematika realistik ini disarankan untuk merencanakan alokasi waktu dengan cermat dan melaksanaknnya secara disiplin. Jika dipandang perlu dapat diadakan sistem kontrol, sehingga pelaksanaan di lapangan membuahkan hasil

sesuai dengan yang diharapkan. __________________________________________________________________ Daftar Pustaka Emiliani, Sri. (2000). Peningkatan Pemahaman dan Aplikasi Tentang Konsep Keanekaragaman Hayati Melalui Lembar Kerja Rumah (LKR) di Madarasah Aliyah, Tesis, PPS Bandung UPI: Tidak di terbitkan. Kania, Fitri. (2006). Pembelajaran Matematika dengan Pendidikan Realistic Mathematic Education (RME) Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunkasi Matematika Siswa SD Kelas II SDN Sukajadi IX Bandung. Skripsi PGSD.Bandung: UPI. Munggaranti, Asri, Niene. (2007). Penerapan Model Pembelajaran Berprogama Tipe Bercabang dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Kemamapuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMK. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika. FPMIPA. UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Rohayati, Yati. ( 2003). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Siswa SMU. Skripsi Sarjana FP MIPA UPI: Tidak diterbitkan. Russeffendi, E.T. (2006 ). Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Suherman, et al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Sumarmo, Utari. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa ( SMA) dan Beberapa Unsur. Disertasi Doktor FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan Suzana, Yenny. (2003). Mengikatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik Siswa Sekolah Menengah Umum ( SMU) Melalui Pembelajaran denganPendekatan Metakognif. Tesis. PPS. UPI Bandung. Turmudi dan Permana, Yanto. (2001). Implementasi Awal Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Bandung. Laporan Penelitian Seminar pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Mateamtika. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Wahyudin. (2001). Belajar Tuntas dalam Pembelajaran Matematika Perlu Dipertanyakan. Makalah Seminar Pendidikan Matematika. UPI Bandung. Wiriatmaja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Zainurie. (2007). Pembelajaran Matematika Realistik. [Online] Tersedia: http://www.duniaguru.com

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Materi Statistika di Kelas IX


Posted on 13 May 2009 by Andi Rusdi http://anrusmath.wordpress.com/2009/05/13/pengembangan-2/ Andi Rusdi *) ABSTRAK Goal of this research is to develop the device in the learning process of learning mathematics that uses realistic learning mathematics in Class IX SMP, with the device is expected to change the paradigm of learning is based on the teacher to is based on the students. Research is the development of research (Reasearch and Development) that uses descriptive qualitative methods, and testing through the development of the model refers to the Four-D Thiagarajan (1994), namely difine stage, design, develop, and disseminate. Results of research indicate that: (1) of the device which was developed to meet the criteria valid, practical and effective, (2) the ability of teachers to manage learning in the category good, (3) student activities in effective, (4) student response positive and teachers positive, (5) The average learning achievement of the results with the 73.33 level classical completeness of 87.50%. Keywords: realistic learning tool, Statistics PENDAHULUAN Kondisi yang mewarnai pembelajaran matematika saat ini adalah seputar rendahnya kualitas (baca:mutu) pendidikan matematika, (Marpaung, 2001; Sembiring, 2001; Hadi, 2002; Fauzan, 2002). Laporan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tiga tahun ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan matematika yang ditandai dengan nilai rata-rata ujian nasional pada tingkat nasional masih yang terendah dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain (Depdiknas, 2008). Menurut Djaali (2007), Sukmadinata (2006) mengemukakan bahwa mutu pendidikan dicerminkan oleh kompetensi lulusan yang dipengaruhi oleh kualitas proses dan isi pendidikan, mutu dipandang hasil tetapi dapat pula dilihat dari proses pembelajaran di kelas, mutu lulusan yang rendah dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti tidak dapat melanjutkan studi, tidak dapat menyelesaikan studinya pada jenjang lebih tinggi. Jika ditinjau dari proses belajar mengajar, terdapat beberapa hal yang sangat mendasar dan perlu mendapat perhatian khusus, hal tersebut didasarkan pada hasil diskusi dari beberapa rekan guru dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) mengungkapkan bahwa: (1) sangat sulit menerapkan model ataupun pendekatan pada RPP yang mereka buat, sehingga RPP yang dibuat belum mencerminkan model atau pendekatan yang mereka pilih, (2) RPP yang dibuat tidak dilengkapi LKS, buku siswa

yang sesuai, karena mereka belum mengetahui benar bagaimana model atau pendekatan yang mereka pilih, (3) khususnya dalam penyajian materi masih terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran topik statistika yang dialami oleh siswa, Beberapa masalah tersebut antara lain siswa mengalami kesulitan membuat tabel frekuensi, membuat diagram lingkaran dan memilih diagram yang tepat. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yang menjadi acuan sekarang ini antara lain menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif, penataan materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karaktristik siswa. Pengajaran ini dimulai dari hal-hal konkret dilanjutkan ke hal yang abstrak. Pengajaran di SMP, terutama diarahkan agar siswa memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan, harapan tersebut tidak sejalan dengan situasi dan kondisi pembelajaran matematika di kelas selama ini dalam belajar adalah pembelajaran secara konvensional dimana siswa hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru, urutan penyajian bahan dimulai dari abstrak ke konkret, yang bertentangan dengan perkembangan kognitif siswa dan kurang memanfaatkan lingkungan siswa sebagai sumber belajar (Soedjadi, 2001a). Pembelajaran matematika realistik adalah pendekatan pendidikan matematika yang telah dikembangkan dan diterapkan di Belanda sejak tahun 1971. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudental (dalam Gravemeijer, 1994:82), yang menyatakan bahwa pendidikan matematika harus dikaitkan dengan realita dan kegiatan manusia. Pendekatan itu dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education (RME). Dalam bahasa Indonesia, secara operasional RME itu semakna dengan Pembelajaran Matematika Realistik. Oleh karena itu setelah melalui berbagai penyesuaian, RME itu dicoba dikembangkan dan diterapkan di Indonesia dengan nama Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Soedjadi (2001a:2-3), mengemukakan bahwa PMR pada dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang telah dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, dengan harapan agar tujuan pembelajaran matematika dapat dicapai lebih baik dari pada masa yang lalu. Yang dimaksud realita adalah hal-hal nyata atau konkret, yang dapat diamati atau dipahami siswa melalui membayangkan. Sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat siswa berada, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami siswa. Dengan kata lain yang dimaksud dengan lingkungan adalah kehidupan sehari-hari yang dialami atau dapat dipahami siswa. Jelaslah bahwa dalam PMR pembelajaran tidak dimulai dari definisi, teorema atau sifatsifat kemudian dilanjutkan dengan contoh-contoh, seperti yang selama ini dilaksanakan di berbagai sekolah. Namun sifat-sifat, definisi dan teorema itu diharapkan seolah-olah ditemukan kembali oleh siswa melalui penyelesaian masalah kontekstual yang diberikan guru di awal pembelajaran. Dengan demikian dalam PMR siswa didorong atau ditantang

untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya. Gravemeijer (1994: 90-91), mengemukakan bahwa ada tiga prinsip kunci (utama) dalam Pembelajaran Matematika Realistik, yaitu: guided reinvention/ progressive mathematizing (penemuan kembali), didactical phenomenology (fenomena mendidik) dan self-developed models (mengembangkan model sendiri). Soedjadi (2001a:3-4), menjelaskan bahwa dalam penerapan PMR yang beroriantasi pada pemecahan masalah kontekstual semenjak awal pembelajaran, perlu dipikirkan masalahmasalah sederhana yang memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan yang mengarah kepada pembentukan konsep antara (misalnya konsep antara ke-1). Setelah konsep antara ke-1 diperoleh, mungkin diperlukan konsep antara ke-2, yang dibangun sejalan dengan konsep antara ke-1. Pencapaian konsep-konsep antara ke-1, ke-2 dan seterusnya. memungkinkan dilakukan dengan berbagai cara berbeda oleh siswa melalui kegiatan informal matematika. Baru kemudian kegiatan diarahkan agar siswa dapat membangun sendiri konsep utama yang menjadi tujuan pembelajaran utama. Terkait dengan prinsip dan karakteristik PMR, Fauzi (2002), mengemukakan adanya lima langkah kegiatan inti dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu: (1) Memahami masalah kontekstual, (2) Menjelaskan masalah kontekstual, (3) Menyelesaikan masalah kontekstual, (4) Membandingkan jawaban dan (5) Menarik kesimpulan. Menjelaskan masalah kontekstual seperti dikemukakan Fauzi (2002), itu masih termasuk kedalam langkah memahami masalah kontekstual. Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat Gravemeijer (1994:93-94), Soedjadi (2001a:3-4), Fauzi (2002) dan memperhatikan pengertian, prinsip utama serta karakteristik PMR, sebagaimana dikemukakan di atas, maka langkah-langkah kegiatan pembelajaran inti PMR yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas empat langkah, yaitu: memahami masalah kontekstual, mendeskripsikan dan menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban dan menarik kesimpulan. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengembangan perangkat pembelajaran materi statistika yang valid, praktis, dan efektif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Parepare, sedangkan responden ujicoba adalah siswa Kelas IX. Secara rinci tahapan-tahapan pengembangan dengan modifikasinya disajikan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Prosedur Penelitian Data yang diperoleh dianalisis dan diarahkan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu bagaimana proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran matematika realistik yang baik (memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan) untuk topik statistika, analisis digunakan lebih diarahkan pada analisis deskriptif kualitatif sesuai dengan tujuan penelitian ini. Analisis validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana perangkat pembelajaran yang telah dibuat memenuhi kriteria kevalidan berdasarkan penilaian validator yang ditunjuk dengan menggunakan lembar validasi ahli, hasil validasi ahli menjadi dasar dan pertimbangan dalam melakukan revisi. Analisis kepraktisan, analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang dibuat memenuhi kriteria kepraktisan ditentukan berdasarkan keterlaksanaan perangkat pembelajaran. Analisis keefektifan, dilakukan untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran yang dibuat memenuhi komponen kriteria keefektifan, yakni: (1) aktivitas siswa, (2) pengelolaan pembelajaran, (3) respon siswa, (4) respon guru, (5) respon siswa, dan (6) tes hasil belajar. HASIL PENELITIAN

1. Rancangan Perangkat Pembelajaran a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dirancang didasarkan pada karakteristik PMR, dan langkah-langkah PMR, seperti pada tabel berikut: Tabel 1. Indikator-indikator yang sesuai dengan Karakteristik PMR No 1 Karateristik Pertama:Menggunakan masalah kontekstual Indikator Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang telah dimiliki.Mengaitkan pembelajaran dengan situasi lingkungan siswa Memotivasi siswa dengan menyediakan kegiatan matematika atau tugas-tugas matematika yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Mendorong penggunaan berbagai model sesuai dengan materi yang disajikan. Memberikan pertanyaan terbuka atau menyediakan masalah yang dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau yang tidak hanya mempunyai satu jawaban benar.Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan strateginya masing-masing. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berbeda pendapat atau mengemukakan gagasan baru. Mendorong terjadinya interaksi dan kerjasama dengan orang lain atau lingkuannyaMendorong terjadinya diskusi terhadap pengetahuan baru yang dipelajari. Meminta siswa untuk mengemukakan kembali pertanyaan temannya dengan bahasanya sendiri. Meminta siswa untuk memberi tanggapan atas jawaban temannya. Memberi respon kepada siswa agar siswa mengemukakan masalah dan pendapat. Menghargai jawaban siswa meskipun jawaban siswa belum benar.

2 3

Kedua:Menggunakan berbagai model Ketiga:Menggunakan konstribusi siswa

KeempatInteraktivitas

No

Karateristik

Indikator Memberi kesempatan kepada satu atau beberapa kelompok mempersentasikan diskusi kelompok dalam diskusi kelas. Mendorong terjadinya pertukaran ide/gagasan dalam diskusi kelas. Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi.Mengarahkan siswa untuk dapat mengaitkan materi dengan bidang lain.

Kelima:Terintegrasi dengan topik lainnya

Indikator-indiktoar tersebut menjadi acuan dalam merancang RPP yang memuat aspekaspek (1) Tujuan Pembelajaran terdiri dari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator, (2) Materi pembelajaran, (3) Metode pembelajaran memuat metode yang digunakan dan materi prasyarat, (4) Kegiatan pembelajaran memuat langkah-langkah pembelajaran yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup, (5) Sumber dan media belajar, dan (6) penilaian. a. Buku Siswa (BS)

Penyajian materi dalam buku siswa dan buku guru dirancang dalam bentuk gabungan antara penyampaian materi secara langsung dan proses pembelajaran matematika realistik adalah masalah-masalah serta contoh-contoh yang disajikan merupakan masalah nyata yang terkait dengan lingkungan siswa, selain itu proses pengkonstruksian pengetahuan didominasi oleh siswa. b. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

LKS hasil rancangan pada tahap ini sebanyak 6 buah (sesuai dengan banyaknya RPP), LKS dirancang dalam bentuk tugas-tugas yang dikerjakan secara individu maupun kelompok, ciri khas dari LKS ini adalah soal-soal ataupun masalah-masalah yang diberikan adalah masalah yang membutuhkan jawaban yang multi jawab, sehingga pengkonstruksian pengetahuan betul-betul dialami oleh siswa. c. Tes Hasil Belajar (THB)

Tes hasil belajar siswa. Penyusunan tes hasil belajar diawali dengan penyusunan kisi-kisi soal meliputi aspek pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi serta pemecahan masalah, penentuan ketiga aspek ini dilakukan secara proporsional, sehingga dapat mengukur semua materi yang disajikan. Kisi-kisi yang telah disusun menjadi pedoman untuk penyusunan tes hasil belajar. Tes hasil belajar yang disusun merupakan tes yang berbentuk uraian, tes bentuk uraian dipilih lebih pada pertimbangan objektivitas penilaian penguasaan materi yang telah dipelajari.

1. Tahap Pengembangan Tahap pengembangan meliputi dua kegiatan, yaitu validasi rancangan awal (perangkat pembelajaran) oleh ahli dan praktisi, kemudian dilanjutkan kegiatan uji pengembangan dalam pembelajaran. Validitas perangkat pembelajaran dilakukan untuk mendapatkan hasil penilaian hingga memenuhi kriteria kevalidan. a. Hasil analisis validasi perangkat pembelajaran

Hasil penilaian ahli terhadap RPP, LKS, buku siswa, buku panduan guru oleh validator menunjukkan bahwa semua perangkat dinyatakan valid dan reliabel, namun demikian masih terdapat revisi-revisi terkait dengan tata letak gambar, dan bahasa yang digunakan. b. Hasil analisis simulasi perangkat

Hasil simulasi menunjukkan bahwa: (1) guru belum dapat menyesuaikan waktu yang dialokasi dalam RPP, (2) observer masih belum memahami pengisian lembar observasi khususnya lembar aktivitas siswa, (3) pembagian kelompok menggunakan waktu yang cukup lama, (4) masih ada kata-kata yang belum dipahami dalam buku siswa. Berdasarkan hasil tersebut di atas, maka upaya perbaikan yang telah dilakukan antara lain: (1) menjelaskan kepada guru model untuk menggunakan waktu seefisien mungkin karena pada pembelajaran ini guru bertindak sebagai fasilitator saja, (2) memberikan penjelasan yang terkait dengan aktivitas siswa yang dominan pada waktu yang ditentukan, (3) pembagian kelompok diharapkan dapat ditentukan sebelum pelajaran dimulai atau membuat pengumuman pada papan pengumuman kelas tentang pembagian kelompok yang dimaksud, (4) menjelaskan istilah-istilah yang belum dipahami siswa terkait dengan buku siswa. c. Hasil analisis ujicoba perangkat pembelajaran

Uji coba dilakukan untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran, hasil uji coba ini juga menjadi acuan untuk kebutuhan revisi perangkat pembelajaran. Ujicoba dilakukan sebanyak satu kali di Kelas IX.7 SMP Negeri 3 Parepare Tahun Pelajaran 2008/2009 selama 6 kali pertemuan dengan melibatkan guru model dan beberapa observer yang melaksanakan tugas masing-masing. Hasil ujicoba menunjukkan bahwa: (1) Analisis kepraktisan, aspek yang dinilai adalah aspek keterlaksanaan pembelajaran berada pada kategori terlaksana dan reliabel. Hasil ini menunjukkan bahwa perangkat yang dibuat dinyatakan praktis, (2) Analisis keefektifan pembelajaran dilihat dari hasil aktivitas siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, respon siswa, respon guru dan hasil belajar siswa, hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa: (a) Secara umum dari 7 (tujuh) aktivitas siswa yang diamati hanya terdapat 1(satu) aktivitas yang tidak terpenuhi, yaitu medeskripsikan dan menyelesaikan soal/masalah, (b) kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran baik, namun demikian masih terdapat aspek berada pada kategori sedang, yaitu

kemampuan mengelola waktu, (c) Respon siswa terhadap pembelajaran sangat baik terbukti dari hasil angket yang disebarkan menunjukkan 95,54% siswa menyatakan senang terhadap pembelajaran yang diberikan, (d) respon guru juga memberikan hasil yang sangat menggembirakan, namun demikian masih terdapat hal-hal yang perlu pemantapan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, (e) rata-rata hasil belajar siswa sebesar 73,33 dengan tingkat ketuntasan 87,50%, dari kelima aspek yang menjadi kriteria keefektifan pembelajaran telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, sehingga dapatlah disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang dibuat dinyatakan efektif. 2. Tahap Penyebaran Tahap penyebaran dimaksudkan untuk mengsosialisasikan perangkat pembelajaran yang telah diujicobakan, kegiatan ini dilakukan secara terbatas pada forum musyawarah guru mata pelajaran, hasil dari tahapan ini adalah merekomendasikan kepada seluruh guru untuk menggunakan perangkat ini sebagai salah satu alternatif pembelajaran pada materi statistika siswa kelas IX SMP. TEMUAN DAN KENDALA-KENDALA PENELITIAN 1. Temuan-temuan Beberapa temuan yang diperoleh yang dianggap memberikan kontribusi dalam penelitian ini terkait dengan karakteristik pembelajaran matematika realistik, yaitu: (1) Menggunakan masalah kontekstual, pada tahap ini, siswa masih susah dalam mendeskripsikan dan menyelesaikan soal/masalah, tanpa bantuan guru secara terbatas, hal ini terlihat dari waktu yang digunakan melampau batas waktu ideal yang ditetapkan, (2) Menggunakan berbagai model, pada tahap ini siswa akan lebih aktif jika proses modeling dilakukan oleh siswa sepenuhnya. (3) Menggunakan kontribusi siswa, pada tahap ini, kontribusi siswa terkait bagaimana inisiatif, strategi siswa dalam menyelesaikan suatu soal/masalah, inisiatif, strategi oleh siswa muncul apabila guru mampu memberikan pertanyaan terbuka kepada siswa. (4) Interaksi antara siswa dengan guru. Tahap ini terkait dengan kemampuan guru dalam mengorganisasikan siswa dalam kegiatan diskusi, mengemukakan pendapat, presentasi, dan menarik kesimpulan. (5) Terintegrasi dengan topik lain. Tahap ini muncul ketika siswa menuliskan manfaat, contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dipelajari, disamping itu terdapat perbedaan perangkat pembelajaran matematika realistik dengan perangkat pembelajaran yang telah ada sebelumnya, antara lain: a. Rencana pelaksanaan pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada dasarnya merupakan perencanaan yang akan dilakukan dalam pembelajaran, yang mencakup tiga hal identifikasi kebutuhan, tujuan dan program pembelajaran. RPP yang telah dihasilkan untuk materi Statistika didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran matematika realistik bertujuan menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi, ciri yang membedakan RPP yang dihasilkan dengan RPP yang sudah ada sebelumnya antara lain: (1) RPP yang dihasilkan dirancang berdasarkan langkahlangkah PMR, setiap kegiatan melibatkan siswa secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sedangkan RPP yang sudah ada sebelumnya semua kegiatan cenderung didominasi oleh guru, akibatnya siswa kurang aktif dalam pembelajaran, (2) RPP yang dihasilkan mengutamakan ketuntasan hasil belajar, sedangkan RPP yang sudah ada lebih mengutamakan ketuntasan materi setiap pertemuannya. b. Buku siswa

Buku siswa merupakan sarana penunjang bagi siswa untuk kelancaran proses pembelajaran baik di kelas maupun di rumah, memuat materi pelajaran Statistika yang dirancang dengan pembelajaran matematika realistik yang memuat masalah-masalah kontekstual yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ciri yang membedakan buku siswa ini dengan buku pelajaran lain adalah masalah-masalah yang diberikan memuat pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri berdasarkan masalah yang diselesaikan, selain itu buku ini dilengkapi beberapa gambar dan ilustrasi yang menarik mengarahkan siswa dalam memahami konsep yang dipelajarinya. c. Buku panduan guru

Buku panduan guru merupakan petunjuk bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, buku ini memuat teori singkat tentang pendekatan pembelajaran matematika realistik, materi pelajaran statistika yang dirancang dengan pendekatan realistik yang meliputi masalah-masalah kontekstual yang terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, komentar terhadap masalah kontekstual, kesimpulan dari setiap materi, dan alternatif jawaban setiap masalah kontekstual dan uji kompetensi yang ada pada buku siswa. Ciri inilah yang membedakan BPG yang dihasilkan dengan buku panduan guru yang sudah ada sebelumnya. d. Lembar kegiatan siswa Lembar kegiatan siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran yang berisi masalahmasalah/soal-soal dari buku siswa yang menuntun siswa untuk dapat mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip atau prosedur matematika sesuai dengan materi yang sedang dipelajari dan sekaligus sebagai tempat bagi siswa untuk menyelesaikan masalah tersebut, LKS merupakan kelengkapan dari buku siswa. Lembar kegiatan siswa yang dihasilkan pada materi statistika dengan pendekatan realistik mengacu dan mempertimbangkan pada tujuan penyusunan lembar kegiatan siswa, yaitu: (1) menyelesaikan masalah-masalah matematika terlebih dahulu kemudian membimbing siswa untuk menarik kesimpulan yang terkaitan dengan konsep/prinsip yang digunakan, (2) memancing siswa menyelesaikan suatu masalah dengan cara mereka sendiri, agar siswa lebih termotivasi belajar dan lebih percaya dengan jawaban yang diperolehnya.

Secara umum telah diuraikan ciri yang membedakan perangkat pembelajaran matematika realistik yang telah dihasilkan dalam penelitian ini, namun masih ada beberapa kekurangan yang disebabkan keterbatasan penulis dalam mengkaji masalah ini, antara lain: (1) perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan belum dilengkapi program pengayaan bagi siswa yang tuntas, dan program remedial bagi siswa yang tidak tuntas dalam pencapaian hasil belajar, (2) buku yang dihasilkan belum dilengkapi rumus-rumus yang dapat menuntun siswa secara langsung untuk menyelesaikan soal-soal yang terkait dengan materi statistika. 2. Kendala-kendala Kendala-kendala yang ditemui dalam penelitian ini umumnya muncul pada awal pelaksanaan uji coba antara lain: 1. Selang waktu yang digunakan oleh guru pergantian jam mengajar membutuhkan waktu 2 sampai 5 menit, yang menyebabkan waktu yang digunakan tidak sesuai dengan rancangan yang dibuat. 2. Beban tugas yang diberikan oleh guru lain dan mata pelajaran yang harus dipelajari pada hari itu, membuat siswa kurang fokus dalam menerima pembelajaran. 3. Pada awal uji coba guru masih terkadang sulit mengubah kebiasaan mengajar yang selama ini, sehingga terkadang keluar dari langkah-langkah pembelajaran yang tercantum pada RPP. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan uraian sebelumnya, proses pengembangan yang digunakan meliputi empat tahap yaitu: (a) Tahap pendefinisian (Define), (b) Tahap perancangan (design), (c) Tahap pengembangan (develop) dan (d) Tahap penyebaran (disseminate). Proses pengembangan telah menghasilkan perangkat yang valid, praktis dan efektif. 2. Saran Pembelajaran matematika berjalan secara efektif, jika kebutuhan akan perangkat pembelajaran terpenuhi oleh guru, olehnya itu hasil pengembangan ini dapat digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, disamping itu dapat menghasilkan hasil belajar yang maksimal. Sebagai perluasan hasil penelitian ini, maka disarankan pula kepada guru matematika untuk melakukan inovasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran matematika realistik pada materi-materi yang lain agar siswa tertarik, senang dan aktif dalam belajar matematika.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2008. Laporan Hasil Nasional Ujian Nasional SMP Tahun Pelajaran 2006/2007. Statistik UAN. Online (http://www.bsnp-indonesia.org/exam.php), Diakses. 1 September 2008. Arikunto S, 2002, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Depdikbud Dikti P2LPTK De Lange, J. 1987. Mathematic Insight and Meaning. Utrecht: OW & CO Depdikbud, 2000. Pedoman Guru Memahami dan Menangani Siswa Dalam Belajar. Jakarta: Depdikbud. _______. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur & Balitbang Depdiknas _______. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Matematika. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. _______. 2008a. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Mandikdasmen, Depdiknas. _______. 2008b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 2 tahun 2008 Tentang Buku. Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Renika Cipta. Djaali. 2007. Peningkatan Mutu Pendidikan Nasional Melalui Program Sertifikasi. Bulitin BSNP Vol. II/No. 2/Mei 2007 hal:3 Online (http://www.bsnpindonesia.org/exam.php), Diakses. 1 September 2008 Fathurrahman, P. dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penerapan Konsep Umum dan Konsep Islam. Bandung: Refika Aditama Fauzan, A. 2003. Rute Belajar dalam RME. Suatu Arah Untuk pembelajaran Matematika. Disampaikan dalam Seminar Nasional pendidikan Matematika, yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Pembelajaran Matematika Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2728 Maret 2003 Fauzi, Amin. 2002. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Pokok Bahasan Pembagian di Kelas V SD. Surabaya: Makalah Komprehensif. PPs UNESA Gravemeijer, K. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Utrecht: Freundenthal Intitute

Grounlund, N.E. 1985. Measurement and Evaluation in Teaching. Englewood Cliff: Prentice Hall. Hadi, S. 2001. Memperkenalkan RME kepada Guru SLTP di Yogyakarta. Makalah disajikan pada Seminar nasional Realistic Mathematics Education di FPMIPA Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 24 Februari 2001 Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas _______. 1998. Pembelajaran Matematika Menurut Kontrutivisme. Malang: PPs. IKIP Malang Khabibah. 2006. Pengembangan Model Pembelajaran Matematika dengan Soal Terbuka Untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA. Kurtz, R.E. 1991. Teaching Elementrary Mathematics. Boston: Allyn and Bacon Nur, M dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstrukstivis dalam Pengajaran. Cet ke-2. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah. UNESA Surabaya. Nurdin. 2007. Model Pembelajaran Matematika yang Menumbuhkan Kemampuan Metakognitif untuk Menguasai Bahan Ajar. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPs UNESA. Orton, A.1991. Learning Mathematics: Issue, Theory and Classroom Practice (second edition). New York Cassel. Post, T.R. 1992. Some Notes on the Nature of Mathematics Learning. Dalam Thomas R.Post (Editor). Teaching Mathematics in Grade K-8. (Second Edition). Boston: Allyn and Bacon. Poppy, R. Yaniawati. 2003. Pendekatan Open-ended Salah Satu Alternatif Model Pembelajaran Matematika yang Berorientasi pada Kompetensi Siswa. Yogyakarta. Roestiya, NK. 1989. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Russefendi, ET. 1988. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R. 1994. Education Psychology Theory and Practice, Boston: Allyn and Bacon.

Soedjadi, R. 1985. Mencari Strategi Pengelolaan Pendidikan Matematika Menyongsong Tinggal Landas Pembangunan Indonesia Pidato Pengukuhan Guru Besar IKIP Surabaya. ________. 1999. Kiat-Kiat Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud ________. 2001a. Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah disajikan pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs dari Enam Propinsi pada tanggal 20 Juni s.d 6 Juli 2001 di Pusdiklat Wilayah VI Surabaya. ________. 2001b. Pemanfaatan Realistik dan Lingkungan Pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematic Eduation di FPMIPA Universitas Negeri Surabaya tanggal 24 Februari 2001 Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung Suparno,P. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisus ________. 2002. Reformasi Pendidikan sebuah rekomendasi. Jakarta: Kanisius. Tiro, Muhammad Arif. 2006. Dasar-Dasar Statistika. Makassar: State University of Makassar Press. Trianto, 2007a. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka ______. 2007b. Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstrutivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Winartaputra, U.S.dkk. 1992. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka Yuwono, I. 2001. RME (Realistic Mathematic Education) dan Hasil Awal Implementasi di SLTP. Makalah Seminar Nasional Realistics Mathematics Education (RME) di UNESA Surabaya 24 Februari 2001 _______________________________________________________________________ _________________ *) Guru SMP Negeri 6 Parepare

You might also like