You are on page 1of 6

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SD

Juni 7, 2010 pada 8:00 am (Pendidikan)

1 Votes

Cintai Indonesia Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran Bahasa Whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa yang didasari oleh paham constructivism. Dalam whole language bahasa diajarkan secara utuh, tidak terpisah-pisah; menyimak, berbicara, membaca, dan menulis diajarkan secara terpadu (integrated) sehingga siswa dapat melihat bahasa sebagai suatu kesatuan. Dalam menerapkan whole language guru harus memahami dulu komponen-komponen whole language agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal. Komponen whole language adalah reading aloud, jurnal writing, sustain silent reading, shared reading, guided reading, guided writing, independent reading, dan independent writing. Kelas yang menerapkan whole language merupakan kelas yang kaya dengan barang cetak, seperti buku, majalah, koran, dan buku petunjuk. Di samping itu, kelas whole language dibagibagi dalam sudut-sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara individual di sudut-sudut tersebut.

Selanjutnya, kelas whole language menerapkan penilaian yang menggunakan portofolio dan penilaian informal melalui pengamatan selama pembelajaran berlangsung Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Pendekatan ini dipandang sebagai pendekatan dalam proses belajar-mengajar yang sesuai dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendekatan ini memberikan pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan yang cocok untuk memperoleh serta mengembangkan kompetensi bahasa yang kita pelajari, dalam hal ini bahasa Indonesia. Fokus pembelajarannya tidak hanya pada pencapaian tujuan pembelajaran saja, melainkan juga pada pemberian pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Pengelolaan kelas dalam pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan pengaturan kelas, baik secara fisik maupun nonfisik. Pengaturan dilakukan sedemikian rupa agar siswa mempunyai keleluasaan gerak, merasa aman, bergembira, bersemangat, dan bergairah untuk belajar. Dengan kondisi yang demikian, materi yang diberikan kepada siswa akan mencapai hasil yang maksimal. Sementara itu, beberapa aspek yang dibahas dalam KB 2 ini mencakup tiga hal penting, yakni Hakikat Pendekatan Keterampilan Proses, Prinsip-prinsip Pendekatan Keterampilan Proses, dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Keterampilan Proses. Ketiga hal tersebut dipaparkan berdasarkan gambaran dasar yang terdapat dalam pendekatan keterampilan proses. Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan pembelajaran bahasa dan mengembangkan prosedur-prosedur bagi empat keterampilan berbahasa, yang mencakup menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dan mengakui saling ketergantungan bahasa dan komunikasi, dan bahasa yang dimaksud dalam konteks ini tentu saja bahasa Indonesia. Beberapa hal yang berkait langsung dengan konsep ini adalah latar belakang munculnya pendekatan komunikatif, ciri-ciri utama pendekatan komunikatif, aspek-aspek yang berkaitan erat dengan pendekatan komunikatif, dan penerapan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Munculnya pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa bermula dari adanya perubahanperubahan dalam tradisi pembelajaran bahasa di Inggris pada tahun 1960-an, yang saat itu menggunakan pendekatan situasional. Dalam pembelajaran bahasa secara situasional, bahasa diajarkan dengan cara mempraktikkan/melatihkan struktur-struktur dasar dalam berbagai kegiatan berdasarkan situasi yang bermakna. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, seperti halnya teori linguistik yang mendasari audiolingualisme, ditolak di Amerika Serikat pada pertengahan tahun 1960-an dan para pakar linguistik terapan Inggris pun mulai

mempermasalahkan asumsi-asumsi yang mendasari pengajaran bahasa situasional. Menurut mereka, tidak ada harapan/masa depan untuk meneruskan mengajar gagasan yang tidak masuk akal terhadap peramalan bahasa berdasarkan peristiwa-peristiwa situasional. Apa yang dibutuhkan adalah suatu studi yang lebih cermat mengenai bahasa itu sendiri dan kembali kepada konsep tradisional bahwa ucapan-ucapan mengandung makna dalam dirinya dan mengekspresikan makna serta maksud-maksud pembicara dan penulis yang menciptakannya. Dalam prosedur pembelajaran pendekatan komunikatif, terdapat beberapa garis besar pembelajaran yang harus diperhatikan yakni Penyajian Dialog Singkat, Pelatihan Lisan Dialog yang Disajikan, Penyajian Tanya-Jawab, Penelaahan dan Pengkajian, Penarikan Simpulan, Aktivitas Interpretatif, Aktivitas Produksi Lisan, Pemberian Tugas, dan Pelaksanaan Evaluasi. Sementara itu, beberapa aspek yang harus diperhatikan kaitannya dengan pendekatan komunikatif adalah teori bahasa, teori belajar, tujuan, silabus, tipe kegiatan, peranan guru, peranan siswa, dan peranan materi. Adapun dalam penerapan pendekatan komunikatif ini, ada dua hal yang harus diperhatikan, yakni tujuan pembelajarannya dan GBPP yang digunakan. Adapun yang termasuk dalam strategi pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan pendekatan komunikatif adalah pengorganisasian kelas serta metode dan teknik Belajar Mengajar. PENDEKATAN TEMATIK DALAM PEMBELAJARAN SD Konsep pembelajaran tematik adalah merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik. Bermakna disini memberikan arti bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman lansung dan nyata yang menghubungkan antar konsep-konsep dalam intra maupun antar mata pelajaran. Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, maka pembelajaran tematik tampak lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik aktif terlibat dalam proses pembelajaran untuk pembuatan keputusan. BNSP (2006:35) menyatakan bahwa pengalaman belajar peserta didik menempati posisi penting dalam usaha meningkatkan kualitas lulusan. Untuk itu pendidik dituntut harus mamapu merancang dan melaksanakan pengalaman belajar dengan tepat. Setiap peserta didik memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup dimasyarakat, dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar disekolah. Oleh sebab itu pengalam belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal bagi peserta didik dalam mencapai kecakapan untuk berkarya. Kecakapan ini disebut dengan kecapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekedar keterampilan.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tama tertentu, dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema Air dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, kimia, biologi dan matematik. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, agama dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada peserta didik untuk memunculkan dinamika dalam proses pembelajaran. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan pengahayatan secara alamiah tetang dunia di sekitar mereka. @ KARAKTERISTIK PENDEKATAN TEMATIK Sebagai suatu proses, pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut :

Pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Pembelajaran tematik dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, karena pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran yang memberikan keleluasan pada peserta didik baik secara individu maupun kelompok. Peserta didik dapat aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.

Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki peserta didik, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari peserta didik. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang di pelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat kepada kemampuan peserta didik untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.

Belajar melalui pengalaman lansung.

Pada pembelajaran tematik diprogramkan untuk melibatkan peserta didik secara lansung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan peserta didik belajar dengan melakukan kegiatan secara lansung. Sehingga peserta didik akan memahmi hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan sekadar informasi dari guru. Pendidik lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing kearah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan peserta didik sebagai actor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.

Lebih memperhatikan proses dari hasil semata.

Pada pembelajaran tematik dikembangkan pendekatan discoveri inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran tematik dilaksanakan dengan melibatkan hasrat, minat, dan kemampuan peserta didik, sehingga dimungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar terus menerus.

Sarat dengan muatan keterkaitan.

Pembelajaran tematik memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga dimungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat peserta didik lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.

Pemerolehan Bahasa Pada Anak


oleh: titiksidji

Pengarang : Yanris Tri Hersetiyanto

Summary rating: 2 stars (26 Tinjauan) Kunjungan : 3104 kata:600

More About : pemerolehan bahasa anak


Summarize It

Ada beberapa hipotesis tentang asal mula bahasa dihubungkan dengan pemerolehan bahasa pada anak (Soemarsono, 2004: 71). E. Cassier berpendapat bahwa pada dasarnya bahasa merupakan pengungkapan gagasan serta ekspresi perasaan atau emosinya. Ia berpendapat bahwa jeritan-jeritan yang keluar dari seorang anak (bayi) merupakan ungkapan emosionalnya. Sementara itu, bahasa anak yang merupakan ungkapan pikiran atau gagasan mengikuti perkembangan fisik dan pikiran sebagai wujud sosialisasinya dengan lingkungan. Pendapat lain yang dinyatakan oleh Brooks adalah kelahiran bahasa merupakan pemerolehan bahasa bagi tiap manusia (anak bermula ketika ia berumur 18 tahun). Bahasa diperoleh anak mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga menuju kesempurnaan. Brooks mengutip Lennberg (dalam Soemarsono, 2004: 72) bahwa anak akan mampu berbahasa menurut proses pematangan (maturation) dan tidak ada hubungan antara bahasa dan kebutuhan anak, jika seorang anak mencapai umur tertentu dia akan berbahasa. Proses tersebut berupa tahapan pemerolehan bahasa yang secara umum dialami oleh setiap anak di seluruh dunia. Ada dua pandangan yang bertentangan mengenai pemerolehan bahasa pada anak. Pandangan behaviorisme menyatakan bahwa seorang anak mula-mula merupakan tabula rasa atau sesuatu yang kosong. Kekosongan itulah yang selanjutnya akan diisi oleh lingkungan. Dalam hal ini,

Skinner berpendapat bahwa pemerolehan bahasa, juga pengetahuan lain, didasarkan pada mekanisme stimulus-respon. Dalam hal ini, bahasa berkaitan dengan fungsi penguatan (Marat, 2005: 72). Penguatan (reinforcement) diberikan lingkungan (orang tua) kepada anak pada usahanya untuk mengenal bahasa. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa seorang anak bersifat nurture atau ditentukan alam lingkungannya (Dardjowidjojo, 2005: 234). Pendapat itu disanggah oleh Chomsky dengan mengenalkan hipotesis R. Discartes/ hipotesis bawaan (Soemarsono, 2004: 72) yang menyatakan bahwa setiap anak telah dilengkapi piranti untuk memperoleh bahasa (language acquisition device). Piranti ini bersifat universal dengan dibuktikan adanya kesamaan tahapan setiap anak dalam memperoleh kemampuan berbahasanya. Dengan demikian, pemerolehan bahasa pada anak bersifat alamiah atau didasarkan pada nature (Dardjowidjojo, 2005: 235) atau dengan kata lain manusia telah dicipta menjadi makhluk berbahasa, karena mereka telah diprogram dan dilengkapi dengan segala sesuatu (otak, alat ucap, dst.) (Soemarsono, 2004: 72). PENGERTIAN PEMEROLEHAN BAHASA Istilah pemerolehan merupakan padanan kata acquisition. Istilah ini dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama sebagai salah satu perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak lahir (Darmojuwono dan Kushartanti, 2005: 24). Secara alamiah anak akan mengenal bahasa sebagai cara berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Bahasa pertama yang dikenal dan selanjutnya dikuasai oleh seorang anak disebut bahasa ibu (native language). TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA ANAK SECARA FUNGSIONAL Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sebenarnya mulai dipahami sejak kanak-kanak. Menurut Halliday, sejak seorang anak dapat berujar, secara tidak sadar ia merasakan bahwa bahasa dapat digunakan sesuai kehendak. Halliday dalam Soemarsono (2004: 166) membagi tahap-tahap pemerolehan bahasa anak secara fungsional sebagai berikut. 1. Fungsi Instumental 2. Fungsi Regulatori 3. Fungsi Interaksi 4. Fungsi Personal 5. Fungsi Heuristik 6. Fungsi Imajinatif 7. Fungsi Representasional

Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2009064-pemerolehan-bahasa-padaanak/#ixzz1bnXrFPX3

You might also like