You are on page 1of 9

KONSEP MANUSIA MENURUT ISLAM

1.

Keberadaan Manusia

Setiap diri manusia terdapat sifat-sifat yang berlawan . Manusia adalah Hadist, baru, dari sifat jasmiahnya, dan azali dari roh illahinya. Oleh karena itu pada diri manusia terdapat sifat baik, yang menyerupai sifat Tuhan, dan terdapat sifat buruk. Allah menyuruh Iblins unruk sujud ke Adam akan tetapi Iblis tidak mau. Allah menyatakan dalam QS.38 (Shad)

Artinya: [38:75] Allah berfirman: "Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi

2.

Hakikat Manusia

Kehadiran manusia pertama tidak terlepas dari asal-usul kehidupan di alam semesta. Asalusul manusia menurut ilmu pengetahuann tidak bisa di pisahkan dari teori tentang spesies baru yang berasal dari spesies yang telah ada sebelumnya melalui proses evolusi (perubahan). Teori Evolusi yang diperkanalan Darwin pada abad XIX telah mnibulkan perdebatan, terutama dikalangan gereja dan ilmuwan yang telah berpaham ke teori kreasi khusus. Setelah itu oleh para pemikut Darwin di kembangkan seolah-olah manusi berasal dari kera. Padahal tidak pernah mengemukakan pendapatan seperti itu walaupun taksonomi manusia dank era besar berada pada super family yang sama, yaitu hominoide. Teori Darwin sendiri mempunya aspek yaitu, Aspek yang pertama bersifat ilmiah, namun ketika diungkapkan dan dilaksanakan, ternyata aspeknya sangat rapuh. Aspek kedua bersifat filosofis yang diberi penekanan oleh Darwin sangat kuat dan diungkapkan secara jelas. Teori Evolusi tidaklah segalanya, bahkan Darwin seniri menyadari seperti diungkapkannya : Tapi aku mempercayai seleksi alam, bukan karena aku dapat membuktikan, dalam setiap kasusu, bahwa seleksi alam telah mengubah satu sepsis menjadi sepsis lainnya, tapi karena selesi alam mengelompokkandan menjelaskan dengan baik (menurut pendapatku) banyak fakta mengenai klasifikasi,

embriologi, morfologi, organ-organ, elementer, pergantian, distribusi geologis Evolusi manusia menurut ahli paleontologi dapat dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat evolusinya, yaitu: a) Pertama, tingkat pra-manusia yang fosilnya ditemukan di Johanesburg Afrika Selatan pada tahun 1924 yang dinamakan fosil australopithecus. b) Kedua, tingkat manusia kera yang fosilnya ditemukan di Solo pada tahun 1891 yang disebut pithecantropus erectus. c) Ketiga, manusia purba, yaitu tahap yang lebih dekat kepada manusia modern yang sudah digolongkan genus yang sama, yaitu homo walaupun spesiesnya dibedakan. Fosil jenis ini ditemukan di Neander, karena itu disebut homo neanderthalesis dan kerabatnya ditemukan di Solo (Homo soloensis). d) Keempat, manusia modern atau homo sapiens yang telah pandai berpikir, menggunakan otak dan nalarnya. Mencari makna manusia dilakukan melalui ilmu pengetahuan. Para ahli berusaha mendefinisikannya sesuai dengan bidang kajian (obyek materia) ilmu yang digelutinya. Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari. Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (manusia berkeinginan). Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang memiliki prilaku interaksi antara komponen biologis (Id), psikologis (ego), dan sosial (superego). Di dalam diri manusia terdapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai). Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanicus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan subyektif) dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behavior menganalisis perilaku yang nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek rasional dan emosionalnya. Menurut Ratna Willis Dahar, konsep kognitif dapat di artikan sebagai suatu proses yang mementingkan cara berpikir insight, reasoning, menggunakan logika induktif dan deduktif. Dengan demikian menurut pandangan teori kognitif, manusia adalah makhluk rasional, demikianlah pandangan dasar para penganut teori ini. Berdasarkan rasionya manusia bebas memilih dan menentukan apa yang akan dia perbuat. Tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh kemampuan berpikirnya. Semakin inteligen dan berpendidikan, otomatis seseorang akan semakin baik perbuatan-perbuatannya, dan secara sadar pula akan melakukan perbuatan-perbuatan untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan tersebut.

Menurut teori ini,tingkah laku tidak di gerakan oleh apa yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Setiap perbuatan yang akan dilakukannya sudah dipikirkan alasan-alasannya. Oleh karena itu setiap orang sungguh-sungguh bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Disini tidak dikenal perbuatan-perbuatan yang berbeda diluar control rasio. Pandangan di atas adalah pandangan para filsuf kuno seperti Sokrates, Plato, dan Thomas Aquinas. Bahkan pandangan ini pada masa yang silam hampir menjadi pandangan umum dikalangan masyarakat.

Didalam teori ini juga juga diletakkan pentingnya fungsi kehendak. Bahkan fungsi kehendak disejajarkan dengan fungsi berpikir dan fungsi perasaan, sejauh fungsi berpikir dapat dipertanggungjawabkan. Teori ini tidak menyadari bahwa kadang-kadang tindakan manusia itu berada diluar control rasio, sehingga sukar mempertanggungjawabkannya. Disinilah justru letak kelemahan teori ini, yaitu tidak dapat menerangkan tindakan-tindakan yang berada diluar control rasio. Apakah tindakan-tindakan semacam ini tidak termasuk dalam tingkah laku manusia? Hal ini akan terjawab bila konsep motivasi mendapat tempat dibelakang setiap tingkah laku, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Para penganut teori humanisme menyebutkan manusia sebagai homo ludens (manusia bermain ). Aliran ini mengecam aliran psikoanalisisi dan behaviorisme. Karena keduanya, tidak menghormati manusia sebagai manusia. Kedua seperti menganggap manusia seperti tidak positif dan tidak menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan pribadi. Menurut humanisme, manusia berperilaku untuk mempertahankan serta meningkatkan dirinya. Manusia sampai sekarang adalah sejarah yang menjadi misteri yang besar belum terpecahkan sampai sekarang.

3.

Martabat Manusia

Harkat dan Martabat Manuasia membedakan manusia dari makhluk-makhluk lainnya di seluruh alam semesta, dimana Harkat dan Martabat Manusia (HMM) yang mengandung butir-butir bahwa manusia adalah: a) b) c) d) e) makhluk yang terindah dalam bentuk dan pencitraannya makhluk yang tertinggi derajatnya makhluk yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT khalifah dimuka bumi pemilik Hak-hak Asasi Manusia (HAM)

Pada diri maanusia dapat dilihat adanya lima dimensi kemanusiaan, yaitu : a) b) c) d) e) Demensi kefitrahan Dimensi keindividualan Dimensi kesosialan Dimensi kesusilaan Dimensi keberagamaan.

Kata kunci untuk dimensi kefitrahan adalah kebenaaran dan keluhuran, dimensi keindividualan adalah potensi dan perbedaan, dimensi kesosialan adalah komunikasi dan kebersamaan, dimensi kesusilaan adalah nilai dan moral, dan dimensi keberagamaan adalah iman dan taqwa. Kelima dimensi kemanusiaan tersebut merupakan satu kesatuan, saling terkait dan berpengaruh. Pada dasarnya menyatu, berdinamika dan bersinergi sejak awal kejadian individu, sampai akhir kehidupannya. Kelima menuju kepada perkembangan individu menjadi manusia seutuhnya. Untuk memungkinkan perkembangan individu ke arah yang dimaksud itu, manusia dikaruniai lima jenis bibit yang dalam hal ini disebut Pancadaya, yaitu:

(1) Daya cipta (2) Daya karsa (3) Daya rasa

(4) Daya karya, dan (5) Daya taqwa. Pancadaya menjadi sisi hakiki dari keseluruhan dimensi kemanusiaan. Dalam kajian, pancadaya dimanifestasikan sebagai intelegensi rasional, intelegensi social, intelegensi emosional, intelegensi instrumental, dan intelegensi spiritual. Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70. Diantara karakteristik manusia adalah : 1. Aspek Kreasi 2. Aspek Ilmu 3. Aspek Kehendak 4. Pengarahan Akhlak

4.

Tujuan Penciptaan Manusia


Dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [ At Tahrim [66] : 2 ] Demikian juga firman Allah Subhanahu wa Taala :


Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [ Al Ahzab [33] : 1 ] Demikian juga pada ayat-ayat yang lain yang demikian banyak yang menunjukkan penetepan adanya shifat hikmah/bijaksana bagi Allah Subhanahu wa Taala terhadap apa yang Allah Subhanahu wa Taala ciptakan dan syariatkan. Maka tidaklah satupun dari ciptaan Allah Azza wa Jalla kecuali padanya ada hikmah dari penciptaan tersebut sama saja penciptaan ini dengan mengadakan sesuatu mahluk ataupun meniadakannya. Demikian juga setiap yang Allah Subhanahu wa Taala syariatkan kecuali padanya ada hikmah sama saja hal tersebut berkaitan dengan adanya sebuah perintah yang hukumnya wajib, pengharaman tentang sesuatu ataupun bolehnya sesuatu tersebut dikerjakan (perkara yang mubah, pent.) Akan tetapi perlu diketahui pula bahwasanya hikmah/tujuan dari penciptaan ini ada yang bersifat kauniyah dan syariyah . Hal ini dapat saja kita ketahui (dengan pengetahuan kita, pent.) ataupun diluar pengetahuan kita, dapat juga hikmah tersebut diketahui oleh sebagian orang sedangkan sebagian yang lain tidak mengetahuinya hal ini tergantung dari pengetahuan/ilmu yang Allah I berikan kepadanya.

Maka jika hal ini telah kita sepakati, maka saya katakan : Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala menciptakan jin dan manusia untuk tujuan yang agung dan terpuji yaitu untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Taala. Sebagaimana yang Allah Azza wa Jalla firmankan :


Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan Manusia melaikan untuk beribadah kepadaku. [Adz Dzariyat [55,56]. Demikian juga firman Allah Subhanahu wa Taala :


Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara mainmain (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? [Al Muminuun [23] : 115 ] Demikian juga firman Allah Subhanahu wa Taala :


Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung [Al Qiyamah [75] : 36]. Dan begitu seterusnya sebagimana Allah Subhanahu wa Taala sebutkan dalam ayat-ayat yang lain dalam Al Quranul Karim yang menunjukkan bahwasanya hikmah dari Allah ciptakan jin dan manusia adalah untuk beribadah kepadaNya. Sedangkan pengertian ibadah adalah ketundukan kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan penuh rasa cinta, pengagungan dengan melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya dengan cara sebagaimana yang Allah Azza wa Jalla ajarkan dalam syariat yang dibawa oleh utusanNya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman :


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (jauh dari syirik). [Al Bayyinah [98] :5 ] Maka inilah hikmah/tujuan diciptakannya jin dan manusia. Maka barangsiapa yang durhaka terhadap Robbnya dan enggan dari beribadah kepada Robbnya maka sesungguhnya dia telah melanggar/keluar dari tujuan penciptaannya yang Allah Azza wa Jalla menciptakan mereka untuk tujuan beribadah kepadaNya. Dan jadilah apa yang dia lakukan berupa ia bersaksi bahwa Allah Subhanahu wa Taala yang menciptakannya menjadi sebuah perbuatan yang sia-sia. Dan hal tersebut telah jelas baginya akan tetapi dia mengingkari dan enggan dari taat kepada Allah Azza wa Jalla . Dari kitab Fiqhul Ibadah li Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin Rohimahullah hal. 11-12. Sehingga dapat saja ada dianatara ciptaanNya yang melanggar dari tujuan penciptaan ini akan tetapi hal tersebut tidaklah mengurangi sedikitpun dari kekuasaan Allah Subhanahu wa Taala, sebagaimana dalam hadits yang telah sering disampaikan :

Dari Abu Dzar Al-Ghifari rodhiallohu anhu dari Nabi sholallahu alaihi wa sallam bersabda meriwayatkan firman Alloh azza wa jalla, bahwa Dia berfirman, Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian, kecuali orangorang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hambahambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barang siapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Alloh, dan barang siapa mendapatkan selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya.

5.

Fungsi dan Peranan Manusia

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30-36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diridan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah, diantaranya adalah : a) Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Quran.

b) Mengajarkan ilmu (al Baqoroh : 31-39) ilmu yang diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja, tetapi juga ilmu Allah. c) Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) Ilmu yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Manusia terlahir bukan atas kehendak diri sendiri melainkan atas kehendak Tuhan. Manusia mati bukan atas kehendak dirinya sendiri Tuhan yang menentukan saatnya dan caranya. Seluruhnya berada ditangan Tuhan Hukum Tuhan adalah hukum mutlak yang tak dapat dirubah oleh siapapun hukum yang penuh dengan rahasia bagi manusia yang amat terbatas pikirannya. Kuasa memberi juga kuasa mengambil Betapa piciknya kalau kita hanya tertawa senang sewaktu diberi. Sebaliknya menangis duka dan penasaran Sewaktu Tuhan mengambil sesuatu dari kita. Yang terpenting adalah menjaga sepak terjang kita Melandasi sepak terjang hidup kita dengan kebenaran Kejujuran dan keadilan?Cukuplah Yang lain tidak penting lagi. Suka duka adalah permainan perasaan. Yang digerakan oleh nafsu iba diri Dan mementingkan diri sendiri. Tuhanlah sutradaranya, Maka manusia manusia adalah pemain sandiwaranya Yang berperan diatas panggung kehidupan Sutradara yang menentukan permainannya Dan ingatlah bukan perannya yang penting Melainkan cara manusia yang memainkan perannya itu. Walaupun seseorang diberi peran sebagai seorang raja besar, Kalau tidak pandai dan baik permainannya ia akan tercela. Sebaliknya biarpun sang sutradara memberi peran kecil tak berarti Peran sebagai seorang pelayan atau rakyat jelata Kalau pemegang peran itu memainkannya dengan sangat baik Tentu ia akan sangat terpuji dimata Tuhan juga dimata manusia.

Apalah artinya seorang pembesar Yang dimuliakan rakyat Bila ia lalim rakus dan melakukan hal hal yang hina. Maka ia akan hanya direndahkan dimata manusia Dan juga dimata Tuhan. Sebaliknya betapa mengagumkan hati manusia Yang menyenangkan Tuhan Bila seorang biasa yang bodoh miskin Dan dianggap rendah namun mempunyai sepak terjang Dalam hidup ini penuh dengan kebajikan Yang melandaskan kelakuannya pada jalan kebenaran. Maka mereka itulah yang paling mulia dimata Tuhan. Wahai orang orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, diatasnya terdapat malaikat malaikat yang bengis dan sadis yang tidak mengabaikan apa yang diperintahkan kepada mereka, dan mereka melakukan apa yang diperintahkan Itulah firman Allah yang diberikan kepada manusia dalam menjalankan peranannya selama hidup di muka bumi.Peran terhadap diri sendiri dan keluarga.Bukan diawali dari peran untuk keluarga atau pun negara tapi justru peran itu ditujukan untuk diri sendiri sebelum berperan untuk orang lain.Peranan seseorang harus dibangun dari dalam diri sendiri secara terus menerus untuk mendapatkan hasil yang maksimal,ketika sebuah pribadi telah menguasai peranannya untuk diri sendiri, barulah bisa berperan untuk orang lain,terutama keluarga.Ada sebuah kata kata dari seorang teman yang pernah berbagi dengan saya tentang masalah berderma. Dia berkata pada sayakawan untuk kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain tentunya kita harus dalam kondisi lebih terlebih dahulu, tidak mungkin kita dalam kondisi kekurangan terus kita meberi untuk orng lain.Jadi untuk

bisa membangun sebuah keluarga, kelompok, negara dan mungkin yang lebih besar lagi maka haruslah menjadi kewajiban kita untuk bisa terlebih dahulu membangun diri kita

6.

Tanggung jawab Manusia A. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah

Tanggungjawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah) Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Quran dinyatakan dengan quu anfusakum waahliikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari neraka). Allah dengan ajaranNya Al-Quran menurut sunah rosul, memerintahkan hambaNya atau Abdullah untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah adlah menegakkan keadilanl, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kenungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa melaksanakan solat dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaaiwalmunkar). Hambahamba Allah sebagai bagian dari ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat maruf dan mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

B. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan , wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang dimilikitidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hokum-hukum Tuhan baik yang baik yang tertulis dalam kitab suci (al-Quran), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta

pertanggungjawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35 (Faathir : 39) yang artinya adalah: Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafiranorang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada allah yang menciptakannya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan derajad manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

You might also like