You are on page 1of 11

REVITALISASI PERTANIAN INDONESIA MENGHADAPI PERSAINGAN CAFTA

OLEH : AJI SANDYA SATRIYO 08.03.2.1.1.00001

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA BANGKALAN 2011

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat vital dalam pembangunan suatu negara. Sektor pertanian mempunyai kontribusi yang cukup signifikan dalam memenuhi kebutuhan dari suatu negara. Produk-produk yang dihasilkan dari sektor pertanian menjadi suatu elemen yang menentukan dalam pasar global. Produk pertanian yang melimpah dapat menjadi senjata dalam menguasai pasar global. Namun sektor pertanian juga dibatasi dari keadaan alam serta letak geografis dari suatu negara. Indonesia menjadi salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah serta produk-produk pertanian yang unggul. Dengan ditunjang sumber daya alam melimpah tersebut Indonesia sebenarnya dapat menghasilkan suatu produk pertanian yang melimpah. Perdagangan bebas merupakan suatu konsep perdagangan dengan tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda. Dalam hal ini yang disebut sebagai hambatan adalah biaya yang dikenakan apabila adanya barang impor yang masuk ke dalam suatu negara. Biaya yang ditimbulkan biasanya dinamakan bea masuk (pajak) yang ditetapkan oleh suatu negara yang mengimpor barang. Pada perdagangan bebas, pajak yang dikenakan untuk barang impor adalah 0% sehingga biaya yang dikeluarkan oleh negara pengekspor lebih murah. Kesepakatan perdagangan bebas China-ASEAN berlaku untuk semua komoditas-komoditas yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Komoditas pertanian menjadi salah satu barang yang menjadi komoditas ekspor antara China dan Indonesia atau ASEAN. Namun dalam pelaksanaan CAFTA ini tiap-tiap negara memiliki sensitivitas yang berbeda dalam menyiapkan produk untuk menjadi komoditi ekspor. Sehingga negara yang tidak siap dalam menghadapi pasar bebas akan mengalami dampak negatif. Apabila suatu negara tidak siap dalam menghadapi pasar bebas maka negara tersebut akan tertinggal dalam hal kualitas, kuantitas, maupun SDM sehingga produk yang diekspor tidak sebanding dengan produk yang diimpor. Pengaruh negatif juga dapat terjadi dari dalam negeri yaitu banyaknya barang atau

produk dalam negeri yang kalah kualitas dari produk impor. Dari negara-negara penganut CAFTA, Indonesia menjadi satu-satunya negara yang mengalami dampak negatif terburuk sehingga produk dalam negeri kalah bersaing dengan semaki banyaknya produk dari China yang memiliki kualitas lebih baik daripada produk lokal. Selain itu salah satu sektor yang mengalami kerugian sangat signifikan adalah komoditi pertanian Indonesia. Komoditi pertanian Indonesia kalah bersaing daripada produk dari china yang kualitasnya lebih bagus dan harganya lebih murah dibandingkan dengan produk lokal. Dari persepsi tersebut terlihat bahwa Indonesia menjadi negara yang mengalami keterpurukan dalam menghadapi pasar bebas yang diberlakukan antara China dengan ASEAN ini. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana dampak negatif pasar bebas terhadap produk pertanian Indonesia? Bagaimana revitalisasi produk pertanian agar dapat bersaing dengan produk dari luar negeri? Bagaimana kebijakan pemerintah dalam memproteksi produk pertanian negeri? dalam

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Perdagangan Bebas CAFTA(China- ASEAN Free Trade Area) Perdagangan bebas merupakan suatu bentuk kerjasama perdagangan yang disepakati oleh negara negara yang terlibat dengan perjanjian yang telah disepakati hyuyu ersama oleh negara-negara yang ikut serta didalamnya. Perdagangan bebas China-ASEAN yang diberlakukan mulai 1 Januari 2010 membuat banyak industri nasional mengalami kerugian karena kalah bersaing. Dengan pemberlakuan perdagangan bebas ini, Indonesia mendapatkan serbuan produk dari China. Produk yang diimpor dari China sendiri semakin banyak berdatangan dikarenakan biaya pajak atau bea masuk barang dari China. Produk Indonesia yang tak mampu bersaing dengan produk China mengalami penurunan produksi. Produk-produk dalam negeri telah mengalami penurunan permintaan karena harga dari produk China lebih murah dan kualitasnya tidak terlalu jelek apabila dibandingkan dengan produk dalam negeri. Dengan semakin banyaknya barang impor dari China menjadikan barang dalam negeri mengalami penurunan permintaan. Tidak adanya proteksi terhadap produk dalam negeri mengakibatkan banyaknya sektor-sektor industri mengalami kerugian. a. Dampak CAFTA pada Sektor Pertanian Perjanjian dagang yang disepakati dalam perdagangan bebas sangat berpengaruh terhadap pasar Indonesia. Terlebih, regulasi yang melindungi konsumen di pasar nasional dari penetrasi produk asing masih sangat minim. Salah satu sektor yang mengalami dampak dari perdagangan bebas adalah sektor pertanian. Hal ini menuntut peran pemerintah yang harus mengoptimalkan pasar dalam negeri untuk meningkatkan penyerapan hasil produksi pertanian nasional. Dari pengalaman ketika terjadinya krisis ekonomi global, saat ini negara-negara yang mengandalkan pasar ekspor untuk memasarkan produk pertaniannya ternyata tidak mampu menghadapi gejolak ekonomi dunia. Komoditas seperti buah-buahan ataupun sayuran, misalnya, jika tidak memperhatikan kualitas dan nilai tambah maka akan kalah bersaing dengan produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri. Oleh karena itu,

untuk mengoptimalkan pasar dalam negeri harus dikembangkan secara bersama-sama antara pemerintah dengan pelaku usaha dengan membangun kualitas dan nilai tambah produk. Selain melalui kerjasama yang bersinergis antara pemerintah, pelaku usaha, dan para petani, untuk menghadapi serangan produk pertanian impor dari negara lain di pasar dalam negeri, pemerintah harus lebih serius menunjukkan keberpihakan pada sektor pertanian. Keberpihakan pemerintah terhadap sektor pertanian sangat dibutuhkan, karena akan memacu peningkatan daya saing produk dalam negeri. Dalam hal ini, tidak ada daya saing yang tinggi tanpa keberpihakan pemerintah yang kuat terhadap sektor pertanian. Jika Ingin sektor pertanian memiliki daya saing baik di pasar lokal maupun global, pemerintah pun harus menambah anggaran pembangunan untuk sektor pertanian. Harus diakui, sejauh ini alokasi anggaran APBN untuk sektor pertanian masih minim. Pasalnya dari total APBN 2009 sebesar Rp l.050 triliun, sektor pertanian hanya mendapatkan anggaran sebesar Rp 40 triliun. Hal itu memperlihatkan bahwa anggaran untuk sektor pertanian sangat minim yaitu sekitar 4% dari total APBN. Jelas, ini masih jauh dari kebutuhan yang dihadapi untuk menata sektor pertanian. Lemahnya dukungan anggaran pada sektor pertanian, berimplikasi pada kesulitan menjadikan sektor pertanian memiliki keunggulan kompetitif. Indonesia sebenarnya memiliki keunggulan komparatif yang sangat potensial dijadikan sebagai alat picu peningkatan daya saing. Saat ini, Indonesia mempunyai produk pertanian yang merajai pasar dunia, mulai dari lada, sawit, karet, beras, kopi, kakao, hingga teh, tetapi penentu pasarnya bukan Indonesia. Indonesia tidak berdaya terhadap pialang-pialang pasar komoditas di Rotterdam, London, dan Singapura. Indonesia memiliki rentang komoditas pertanian yang sangat luas, ada tujuh komoditas pertanian negeri ini yang menduduki papan atas dunia tanpa campur tangan pemerintah, antara lain kakao, sawit, lada, karet, beras, kopi, dan teh. Apabila ada kebijakan yang mendorong peningkatan daya saing untuk komoditas pertanian, dapat dipastikan Indonesia akan menjadi raksasa dalam

bisnis produk pertanian. Thailand, misalnya, negara yang topografi dan kesuburannya kalah jauh dari Indonesia, mampu membangun branding sebagai produsen buah tropis berkelas dunia. Indonesia memang negeri yang ironis. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris terbesar di dunia, namun masih menjadi pengimpor produk pertanian terbesar. Impor produk pertanian Indonesia per tahun meliputi kedelai (1,2 juta ton), gandum (5 juta ton), kacang tanah (800.000 ton), kacang hijau (300.000 ton), gaplek (900.000 ton), sapi (600.000 ekor), dan susu (964.000 ton). Ini adalah suatu pertanda bahwa sistem pertanian kita tidak sehat. Ketidakberpihakan pemerintah terhadap sektor pertanian semakin kasat mata, setelah pemerintah sejak tahun 1998, atas desakan IMF, meratifikasi penurunan tarif bea masuk 0%-10% untuk 43 komoditas pertanian. Bahkan, tarif 0% adalah untuk produk pangan, seperti beras, jagung, sapi, telur, daging sapi dan ayam beku, buah-buahan dan sayuran. Produk pertanian kita dibiarkan bersaing di pasar dalam negeri dengan produk impor yang mendapat subsidi dan kredit murah. Hasilnya dapat ditebak produk pertanian kita kalah saing. Maka, produk pertanian seperti hortikultura, misalnya, mulai dari buah apel, pir, anggur dan sayuran, justru semakin sulit ditemukan di pasar Indonesia sendiri. Sementara produk hortikultura luar negeri semakin membanjiri pasar-pasar yang ada di Indonesia. Mulai dari supermarket sampai penjual emperan pun ada. Sehingga pemerintah Indonesia harus membuat kebijakan terkait kalahnya produk pertanian Indonesia baik di pasar lokal maupun internasional. Keunggulan komparatif saja tidak cukup untuk mengangkat citra produk pertanian Indonesia di pasar domestik dan global. Atas dasar itu, untuk meningkatkan daya saing pertanian sedikitnya terdapat empat variabel yang perlu diperhatikan, yakni penguatan kinerja ekonomi, pengembangan bisnis, mengembangkan kinerja pemerintah, pembenahan infrastruktur pendukung.

Selain itu, pemerintah Indonesia harus memiliki peta jalan (

road map )

yang jelas di sektor pertanian terutama untuk agro industrinya, sehingga produk pertanian Indonesia bisa memiliki daya saing dan nilai tambah yang tinggi di pasaran. China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA), yang ditandatangani pada 4 November 2004, sejak tanggal 1 Januari 2010 yang lalu telah masuk pada tahap pelaksanaan. Dengan tujuan yang antara lain: Memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan kedua pihak Meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan dan penghapusan tarif. Mencari area baru dan mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan kedua pihak. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara baru ASEAN dan menjembatani gap yang ada dikedua belah anggota pihak. -

Indonesia memasuki perdagangan bebas ASEAN-China dengan pro kontra yang mengiringinya, terkait dampak positif atau negative yang akan diraih. Ketidakmampuan industri lokal untuk bersaing yang akan membuatnya semakin terpuruk dan mati secara mengenaskan, merupakan dampak buruk yang menjadi ancaman. Tidak hanya itu, diperkirakan akan meningkatnya pengangguran yang diperkirakan mencapai seperempat dari dari keseluruhan jumlah tenaga kerja atau 7,5 juta jiwa, akibat gulung tikarnya perusahaan karena tak mampu bersaing , umumnya industri kecil dan rumahan. 2.2. Revitalisasi Produk Pertanian Revitalisasi pertanian dan pedesaan merupakan suatu kesadaran untuk menempatkan kembali arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual, melalui peningkatan kinerja sektor pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak mengabaikan sektor lain. Revitalisasi sebagai upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia dengan sasaran pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, penyediaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan. Pertanian harus dilihat seagai sektor multifungsi dan sumber kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Pertanian merupakan penghasil pangan dan bahan baku industri, basis bagi pembangunan daerah dan pedesaaan, penyangga di masa

krisis, perekat persatuan bangsa dalam keberagaman sumberdaya yang dimiliki dan sumber penghasilan utama bagi lebih dari 25,5 juta keluarga. Transformasi struktur perekonomian nasional yang ditunjukkan oleh penurunan peran sektor pertanian, tidak diikuti oleh menurunnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian terus menunjukkan penurunan dibandingkan sektor lain seperti industri dan jasa. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya kemampuan sektor pertanian dalam menciptakan lapangan kerja baru, karena tidak berkembangnya industri pertanian dan kegiatan non-pertanian didaerah pedesaan. Kegiatan pertanian masih bertumpu pada usaha budidaya dan ditopang oleh sumberdaya manusia pertanian dengan pendidikan sekitar 81 persen tidak sekolah atau hanya menamatkan pendidikan dasar. Peningkatan jumlah peduduk rata-rata sekitar 1,5 persen per tahun, menyebabkan semakin tingginya tekanan terhadap sumberdaya lahan. 2.3. Kebijakan Pemerintah Secara umum peran penting sektor pertanian telah terbukti dari keberhasilan sektor ini pada saat krisis ekonomi yang lalu dalam menyediakan kebutuhan pangan pokok dalam jumlah yang memadai, dan tingkat pertumbuhannya yang positif dalam menjaga laju pertumbuhan nasional. Keadaan ini menjadi pertimbangan utama dirumuskannya kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap sektor pertanian, dalam memperluas lapangan pekerjaan, menghapus kemiskinan dan mendorong pembangunan ekonomi yang lebih luas. Beberapa kebijakan strategis dari berbagai sektor yang perlu ditekankan dalam menunjang pengembangan sektor pertanian adalah; Kebijakan ekonomi makro yang kondusif, yaitu inflasi yang rendah, tukar yang stabil dan suku bunga riil yang positif. pembangunan infrastruktur pertanian yang berkelanjutan, terutama pertanian lainnya, Kebijakan pembiayaan dalam menunjang permodalan pertanian, nilai yang

berkaitan dengan rehabilitasi jaringan irigasi dan sarana

Kebijakan yang sesuai dengan karakterstik usaha pertanian, perdagangan dan investasi yang menunjang pengembangan industri yang lebih menekankan pada agroindustri skala kecil pedesaan, dan Dukungan pemerintah daerah pada pembangunan pertanian melalui alokasi APBD yang memadai dan pengembangan institusi pertanian daerah. Kebijakan yang diambil pemerintah meliputi perbaikan kondisi infrastruktur, penyaluran logistik, birokratisasi kepastian usaha dalam menunjang keberlangsungan perdagangan bebas. Selain itu pemerintah menerapkan peningkatan pengamanan produk dalam negeri untuk menghindari praktek perdagangan yang tidak adil ( unfair trade ). Peningkatan daya saing produksi dalam negeri ditempuh melaui pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian untuk mampu mengakses teknologi pengolahan hasil dan informasi pasar. Selain itu ditumbuhkembangkan industri pengolahan hasil pertanian di pedesaan dengan meningkatkan volume, nilai, dan keragaman produk baik segar maupun olahan. Harmonisasi tarif, pajak, dan pungutan ekspor serta standarisasi mutu produk terus diupayakan. Peningkatan pangsa ekspor dalam menghadapi perdagangan bebas dilakukan melaui pengembangan informasi pasar dan market intelligence serta penguatan diplomasi dan negoisasi dalam membuka pasar diluar negeri. Peningkatan kerjasama internasional dalam berbagai wadah seperti WTO dan AFTA, diharapkan dapat memperjuangkan berbagai kepentingan produk pertanian Indonesia dalam persaingan global. Untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat, maka upaya yang dilakukan diarahkan pada (a) ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk, (b) distribusi pangan yang lancar dan merata, dan (c) konsumsi pangan setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kaidah kesehatan. Meningkatnya daya saing produk pertanian Indonesia dapat menjadi salah satu keunggulan kompetitif dalam menghadapi perdagangan bebas China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA). Keungulan kompetitif tersebut diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat khususnya petani di Indonesia. Dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berpihak kepada petani menjadi salah upaya

untuk mempekuat kembali fondasi Indonesia sebagai negara agraris sebagai penghasil pertanian unggulan. Semakin banyaknya produk pertanian unggul diharapkan terjadi peningkatan produksi sehingga nilai ekspor meningkat dan nilai impor berkurang dalam produk memenuhi kebutuhan negara baik dari produk pangan pertanian maupun non pertanian. Stabilitas pasokan dan harga produk pertanian pangan antar wilayah dan antar waktu yang memungkinkan masyarakat seluruh pelosok dapat mengakses pangan secara fisik dan ekonomi. Untuk mempercepat peningkatan nilai tambah yang pada gilirannya akan berdampak kepada peningkatan kesejahteraan pelakunya, maka strategi pengembangan komoditi pertanian harus difokuskan kepada produk hilir agroindustri.

BAB III KESIMPULAN


3.1. Kesimpulan Perdagangan bebas yang disepakati oleh negara-negara ASEAN dengan China membawa dampak negatif dan positif bagi negara negara yang -

3.2. Saran Pemerintah harus menata dan memperbaiki kualitas produk dalam negeri dengan memberlakukan kebijakan yang berpihak kepada petani ataupun pengusaha di Indonesia seperti subsidi pupuk sehingga biaya produksi menjadi lebh murah Pengusaha dan petani juga harus dapat bersinergi dengan pemerintah terhadap pengadopsian teknologi pertanian yang lebih up to date

You might also like