You are on page 1of 1

PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG PENGERTIAN IMAN

Oleh
Dr. Muhammad Abdurrahman Al-Khumais

[1]. Beliau berkata: “Imam itu iqrar (pengakuan) dan tashdiq (pembenaran).”[1]

[2]. Kata beliau lagi: “Iman itu adalah iqrar dengan lisan dan tashdiq dengan hati. Iqrar
saja belum disebut iman" [2]

Keterangan ini dinukil oleh Ath-Thahawi dari Imam Abu Hanifah dan dua orang
muridnya. [3]

[3] Beliau juga berkata : "Iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang.”[4]

Menurut saya pendapat Imam Abu Hanifah bahwa: ”Iman itu tidak bertambah dan
tidak berkurang” dan bahwa yang disebut iman itu adalah “tashdiq dalam hati dan
iqrar dalam lisan, sementara perbuatan (amal) tidak termasuk dalam pengertian iman”,
adalah masalah yang membedakan antara beliau dengan Imam-Imam Islam yang lain,
seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Imam Ishaq, Imam Bukhari, dan
lain-lain. Yang benar adalah pendapat para Imam itu. Sementara pendapat Abu Hanifah
adalah tidak benar. Namun demikian beliau tetap mendapat pahala, baik hasil ijtihad
beliau itu benar atau pun salah. Kemudian ada keterangan dari Imam Ibn’Abdul Bar
dan Ibn Abi ‘Izz, bahwa Imam Abu Hanifah mencabut pendapatnya itu. Wallahu
a’lam.[5]

[Disalin dari kitab I'tiqad Al-A'immah Al-Arba'ah edisi Indonesia Aqidah Imam Empat
(Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, Ahmad), Bab Aqidah Imam Abu Hanifah, oleh Dr.
Muhammad Abdurarahman Al-Khumais, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar
Saudi Arabia Di Jakarta]
_________
Foote Note
[1] Al-Fiqh Al-Akbar, hal. 304
[2] Kitab Al-Washiyyah bersama Syarhnya, hal. 2
[3] Ath-Thahawiyyah berikut Syarhnya, hal. 360
[4] Kitab Al-Washiyah berikut Syarhnya, hal. 3
[5] Ibn Abd Al-Bar, At-Tirmidzi IX/247. Syarh Al-Aqidah

You might also like