You are on page 1of 53

Berbicara tentang pembangunan desa, selama ini sebagian diantara kita terlalu terpaku pada

pembangunan berskala besar (atau proyek pembangunan) di wilayah pedesaan. Padahal pembangunan desa yang sesungguhnya tidaklah terbatas pada pembangunan berskala proyek saja, akan tetapi pembangunan dalam lingkup atau cakupan yang lebih luas. Pembangunan yang berlangsung di desa dapat saja berupa berbagai proses pembangunan yang dilakukan di wilayah desa dengan menggunakan sebagian atau seluruh sumber daya (biaya, material, sumber daya manusia) bersumber dari pemerintah (pusat atau daerah), selain itu dapat pula berupa sebagian atau seluruh sumber daya pembangunan bersumber dari desa. Apa sesungguhnya pembangunan desa ? Sesungguhnya, ada atau tidak ada bantuan pemerintah terhadap desa, denyut nadi kehidupan dan proses pembangunan di desa tetap berjalan. Masyarakat desa memiliki kemandirian yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, mengembangkan potensi diri dan keluarganya, serta membangun sarana dan prasarana di desa. Namun demikian, tanpa perhatian dan bantuan serta stimulan dari pihakpihak luar desa dan pemerintah proses pembangunan di desa berjalan dalam kecepatan yang relatif rendah. Kondisi ini yang menyebabkan pembangunan di desa terkesan lamban dan cenderung terbelakang. Jika melihat fenomena pembangunan masyarakat desa pada masa lalu, terutama di era orde baru, pembangunan desa merupakan cara dan pendekatan pembangunan yang diprogramkan negara secara sentralistik. Dimana pembangunan desa dilakukan oleh pemerintah baik dengan kemampuan sendiri (dalam negeri) maupun dengan dukungan negara-negara maju dan organisasi-organisasi internasional. Pembangunan desa pada era orde baru dikenal dengan sebutan Pembangunan Masyarakat Desa (PMD), dan Pembangunan Desa (Bangdes). Kemudian di era reformasi peristilahan terkait pembangunan desa lebih menonjol Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD). Dibalik semua itu, persoalan peristilahan tidaklah penting, yang terpenting adalah substansinya terkait pembangunan desa. Pada masa orde baru secara substansial pembangunan desa cenderung dilakukan secara seragam (penyeragaman) oleh pemerintah pusat. Program pembangunan desa lebih bersifat top-down. Pada era reformasi secara substansial pembangunan desa lebih cenderung diserahkan kepada desa itu sendiri. Sedangkan pemerintah dan pemerintah daerah cenderung mengambil posisi dan peran sebagai fasilitator, memberi bantuan dana, pembinaan dan pengawasan. Program pembangunan desa lebih bersifat bottom-up atau kombinasi buttom-up dan top-down.

Top-down Planning. Perencanaan pembangunan yang lebih merupakan inisiatif pemerintah (pusat atau daerah). Pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah atau dapat melibatkan masyarakat desa di dalamnya. Namun demikian, orientasi pembangunan tersebut tetap untuk masyarakat desa. Bottom-up Planning. Perencanaan pembangunan dengan menggali potensi riil keinginan atau kebutuhan masyarakat desa. Dimana masyarakat desa diberi kesempatan dan keleluasan untuk membuat perencanaan pembangunan atau merencanakan sendiri apa yang mereka butuhkan. Masyarakat desa dianggap lebih tahu apa yang mereka butuhkan. Pemerintah memfasilitasi dan mendorong agar masyarakat desa dapat memberikan partisipasi aktifnya dalam pembangunan desa. Kombinasi Bottom-up dan Top-dowm Planning. Pemerintah (pusat atau daerah) bersama-sama dengan masyarakat desa membuat perencanaan pembangunan desa. Ini dilakukan karena masyarakat masih memiliki berbagai keterbatasan dalam menyusun suatu perencanaan dan melaksanakan pembangunan yang baik dan komprehensif. Pelaksanaan pembangunan dengan melibatkan dan menuntut peran serta aktif masyarakat desa dan pemerintah. Dalam menyusun perencanaan pembangunan desa yang harus diperhatikan adalah harus bertolak dari kondisi existing desa tersebut. Esensi dari pembangunan desa adalah bagaimana desa dapat membangun/ memanfaatkan/ mengeksploitasi dengan tepat (optimal, efektif dan efisien) segala potensi dan sumber daya yang dimiliki desa untuk memberikan rasa aman, nyaman, tertib serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Pembangunan desa berkaitan erat dengan permasalahan sosial, ekonomi, politik, ketertiban, pertahanan dan keamanan dalam negeri. Dimana masyarakat dinilai masih perlu diberdayakan dalam berbagai aspek kehidupan dan pembangunan. Oleh karena itu, perlu perhatian dan bantuan negara (dalam hal ini pemerintah) dan masyarakat umumnya untuk menstimulans percepatan pembangunan desa di berbagai aspek kehidupan masyarakat. Bantuan masyarakat dapat berasal dari masyarakat dalam negeri maupun masyarakat internasional. Meskipun demikian, bantuan internasional melalui organisasi-organisasi internasional bukanlah yang utama, tetapi lebih bersifat bantuan pelengkap. Semua bentuk bantuan, baik yang bersumber dari pemerintah, swasta (dalam bentuk Corporate Social Responsibility, hibah dan sebagainya), maupun organisasi-organisasi non-pemerintah (Lembaga Sosial Masyarakat) dalam negeri maupun internasional adalah merupakan stimulus pembangunan di daerah pedesaan. Semestinya yang dikedepankan adalah kemampuan swadaya masyarakat desa itu sendiri. Pembangunan desa pada hakikatnya adalah segala bentuk aktivitas manusia (masyarakat dan pemerintah) di desa dalam membangun diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan di wilayah desa baik yang bersifat fisik, ekonomi, sosial, budaya, politik, ketertiban, pertahanan dan keamanan, agama dan pemerintahan yang dilakukan secara terencana dan membawa dampak positif terhadap kemajuan desa. Dengan demikian, pembangunan desa sesungguhnya merupakan upaya-upaya sadar dari masyarakat dan pemerintah baik dengan menggunakan sumberdaya yang bersumber dari desa, bantuan pemerintah maupun bantuan organisasi-organisasi/lembaga domestik maupun internasional untuk menciptakan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.

Perubahan-perubahan yang dilakukan manusia pada awalnya didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin maju suatu peradaban dan semakin kompleksnya kebutuhan hidup manusia akan mendorong umat manusia menggunakan kecerdasannya untuk melakukan upaya-upaya tertentu guna pemenuhan kebutuhannya. Upaya-upaya tersebut ditujukan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dalam pemenuhan kebutuhan. Berbicara tentang pembangunan desa terdapat dua aspek penting yang menjadi objek pembangunan. Secara umum, pembangunan desa meliputi dua aspek utama, yaitu : (1) Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan yang objek utamanya dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan manusia) di pedesaan seperti jalan desa, bangunan rumah, pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan (hardware berupa sarana dan prasarana pendidikan, dan software berupa segala bentuk pengaturan, kurikulum dan metode pembelajaran), keolahragaan, dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek fisik ini selanjutnya disebut Pembangunan Desa. (2) Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani, yaitu pembangunan yang objek utamanya aspek pengembangan dan peningkatan kemampuan, skill dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan sebagai warga negara, seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual, dan sebagainya. Tujuan utamanya adalah untuk membantu masyarakat yang masih tergolong marjinal agar dapat melepaskan diri dari berbagai belenggu keterbelakangan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani ini selanjutnya disebut sebagai Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Pembangunan Desa
Keterbelakangan pembangunan di daerah pedesaan turut berkontribusi terhadap terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota. Daerah perkotaan, terutama kota-kota besar di Indonesia mulai kewalahan menghadapi arus migrasi penduduk dari daerah pedesaan. Pemerintah pada berbagai kota besar setiap tahunnya dipusingkan oleh permasalahan yang muncul sebagai dampak dari tingginya arus masyarakat desa yang pindah ke kota. Memang perpindahan penduduk dari desa ke kota menimbulkan berbagai dampak di daerah perkotaan. Kedatangan penduduk desa di daerah perkotaan secara permanen selain membawa dampak positif juga menimbulkan dampak negatif. Permasalahan yang perlu mendapat perhatian adalah timbulnya dampak negatif akibat migrasi penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Dampak negatif yang ditimbulkan akan menambah permasalahan di daerah perkotaan, antara lain terjadi peledakan jumlah penduduk, munculnya berbagai masalah sosial seperti peningkatan pengangguran, peningkatan masyarakat miskin, gelandangan, tingginya kejadian kriminal dan sebagainya. Banyak pakar telah membicarakan tentang kecenderungan urbanisasi di Indonesia, diantaranya Parulian Sidabutar pada tahun 1993 mengemukakan bahwa meskipun derajat urbanisasi (persentase jumlah penduduk yang tinggal di daerah

perkotaan) di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan standard dunia yang secara umum tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan tinggi. Pada tahun 1985 jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan berjumlah 40,2 juta orang atau 27 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Sekitar 73 persen penduduk masih bertempat tinggal di pedesaan. Pada tahun 2000 jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan meningkat menjadi 76 juta orang atau sekitar 36 persen dari seluruh penduduk. Ada kecenderungan jumlah penduduk yang berdomisili di daerah perkotaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data penduduk Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan proporsi yang bertempat tinggal di pedesaan dibandingkan dengan yang bertempat tinggal di perkotaan tidak lagi berbeda jauh yakni 113,7 juta jiwa di pedesaan, dan 106,2 juta jiwa di perkotaan. Namun perbandingan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pembangunan Sumber Daya Manusia di daerah pedesaan relatif jauh tertinggal dibanding dengan daerah perkotaan. Kenyataan ini diperkuat dengan pernyataan resmi dari pemerintah pada bulan Agustus 2006 bahwa angka kemiskinan telah mencapai 39,1 juta jiwa atau 17,8 persen dari jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2005). Beberapa komponen penyumbang tingginya pertumbuhan penduduk di perkotaan adalah tingkat kelahiran yang relatif tinggi, dan tingkat perpindahan penduduk dari pedesaan ke perkotaan yang relatif tinggi. Fokus perhatian di sini adalah masih tingginya tingkat perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaaan. Perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan tidak terjadi begitu saja, akan tetapi didorong oleh berbagai faktor baik yang bersumber dari perkotaan maupun yang bersumber dari pedesaan. Secara umum, faktor-faktor yang menyebabkan atau mendorong perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu : (1). Faktor yang bersumber dari daerah perkotaan, dan (2). Faktor yang bersumber dari daerah pedesaan. Faktor-faktor yang bersumber dari daerah perkotaan sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan pembangunan di daerah perkotaan yang sangat dahsyat. Faktor yang bersumber dari daerah perkotaan disebut sebagai faktor penarik, dimana pindahnya penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan disebabkan oleh adanya daya tarik daerah perkotaan yang mempesona. Daya tarik kuat daerah perkotaan, antara lain : a. Kota sebagai pusat pemerintahan Sebagai pusat pemerintahan, kota memiliki lembaga-lembaga pemerintahan yang menjadi bagian utama dari kota sebagai pusat pemerintahan. Mereka yang bekerja di sektor pemerintahan tidak semuanya merupakan warga asli perkotaan, sebagian besar dari karyawan sektor pemerintahan adalah berasal dari penduduk pedesaan. Biasanya posisi kota sebagai pusat pemerintahan akan diikuti dengan munculnya berbagai lembaga lain di luar pemerintahan seperti organisasi, lembaga atau badan-badan non pemerintah (LSM), yayasan-yayasan, badan-badan swasta yang bergerak di berbagai bidang. Organisasi, lembaga atau badan-badan tersebut memiliki anggota, pengurus dan pegawai yang tidak hanya berasal dari penduduk asli perkotaan, tetapi juga

penduduk yang berasal dari pedesaan. Selain itu, kota sebagai pusat pemerintahan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasana pendukung yang diikuti pula tumbuhnya sektor lain seperti sektor informal, misalnya warung makanan dan minuman, warung rokok, fotocopy, dan sebagainya. Secara langsung maupun tidak langsung menarik orang untuk mengambil peran dan memanfaatkan peluang yang ada. Dengan demikian, kota sebagai pusat pemerintahan menjadi salah satu daya tarik penduduk daerah pedesaan untuk pindah ke daerah perkotaan. b. Kota sebagai pusat perekonomian Pertumbuhan kota sebagai pusat perekonomian terkait erat dengan berkembangnya berbagai aktivitas ekonomi di wilayah perkotaan. Pusat Perdagangan Sebagian terbesar penduduk yang bertempat tinggal di daerah perkotaan bermatapencaharian bukan sebagai petani. Untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mereka membeli dari para pedagang. Kondisi ini mendorong tumbuh dan berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan, pasar, toko, warung dan bahkan pedagang keliling. Mereka yang bekerja atau berprofesi di sektor perdagangan ini bukan hanya penduduk asli daerah perkotaan, sebagian dari mereka adalah penduduk yang berasal dari daerah pedesaan. Penduduk daerah pedesaan tertarik untuk pindah ke daerah perkotaan untuk mencari pekerjaan atau bekerja di sektor jasa perdagangan atau mengadu peruntungan dengan berprofesi sebagai pedagang. Pusat Industri Kebutuhan hidup manusia baik yang berdomisili di daerah perkotaan maupun yang berdomisili di daerah pedesaan tidak hanya terbatas pada makan dan minum, tetapi seiring perkembangan peradaban manusia kebutuhan hidup semakin berkembang dan beragam. Pada masa lalu, orang sudah sangat senang jika telah tercukupi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Kebutuhan pangan, sandang dan papan-pun tidak berlebihan, dengan terpenuhi kebutuhan minimal atau sedikit di atas kebutuhan minimal orang sudah merasa puas. Kondisi tersebut kini sudah jauh berbeda, dimana tuntutan dan kebutuhan hidup sudah sangat beragam dan tidak lagi hanya berorientasi pada pemenuhan pangan, sandang dan papan yang sederhana saja. Pada masa lalu tidak ada televisi, handphone, sepeda motor, mobil, gedung mewah, sepatu ber-merk, pakaian yang penuh sensasi fashion, makanan siap saji, minuman kemasan, makanan instant yang dapat dibawa jauh dan disimpan lama, berbagai barang aksesoris (jam tangan, kalung, gelang, anting, cincin), dan sebagainya. Kini barang-barang tersebut sudah menjadi kebutuhan, tuntutan dan bahkan menjadi simbol modernisasi dalam kehidupan dan pergaulan masyarakat daerah perkotaan. Cara dan gaya hidup yang demikian telah pula masuk dan melanda kehidupan dan pergaulan masyarakat di daerah pedesaan.

Barang-barang yang dikategorikan sebagai simbol modernisasi tersebut diproduksi oleh pabrik-pabrik atau industri manufaktur yang umumnya berada di daerah perkotaan. Mereka yang bekerja di sektor ini bukan saja orang-orang yang asli berdomilisi di daerah perkotaan, melainkan juga orang-orang yang berasal dari daerah pedesaan. Dengan demikian, kota sebagai pusat industri telah menjadi daya tarik kuat penduduk dari daerah pedesaan untuk pindah ke daerah perkotaan dalam mengadu peruntungan untuk bekerja di sektor perindustrian. Pusat Industri Jasa dan Hiburan Seiring dengan semakin besarnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat, maka tumbuh dan berkembang pula berbagai industri yang berupaya memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat tersebut, diantaranya industri jasa dan hiburan. Industri jasa tumbuh pesat di kawasan perkotaan untuk membantu dalam pemenuhan keinginan-keinginan dan kebutuhan masyarakat daerah perkotaan seperti pelayanan angkutan (darat, laut dan udara), jasa penitipan dan pengiriman barang, jasa konsultasi, perbankan dan sebagainya. Selain itu, pola hidup masyarakat perkotaan yang seolah berpacu dengan waktu (time is money) menuntut masyarakat kota untuk bekerja lebih giat dengan tuntutah jam kerja yang tinggi. Mereka yang tidak mampu memanfaat waktu dan peluang yang tersedia akan terlindas oleh waktu dan persaingan. Itu artinya tuntutan kerja keras menjadi hal utama. Sehingga di daerah perkotaan muncul fenomena pada jam-jam tertentu terjadi kepadatan arus lalu lintas (saat berangkat ke lokasi kerja pada pagi hari, dan saat pulang kerja pada sore dan menjelang malam hari). Kondisi ini berlangsung secara terus-menerus dari hari ke hari sepanjang tahun. Kesibukan warga kota yang begitu tinggi, memunculkan tuntutan dan kebutuhan akan hiburan (refreshing). Kebutuhan akan hiburan ini membuka peluang dan lapangan pekerjaan baru dalam bentuk industri hiburan seperti bar, tempat karaoke, tempat wisata, kafetaria, pertunjukan film, televisi yang menawarkan beragam acara hiburan, panti pijat, dan sebagainya. Mereka yang bekerja di sektor industri jasa dan hiburan ini bukan hanya berasal dari masyarakat yang asli berdomisili di daerah perkotaan, tetapi juga berasal dari daerah pedesaan. Dengan demikian, kota sebagai pusat industri jasa dan hiburan turut pula menjadi salah satu faktor yang menarik penduduk dari daerah pedesaan pindah ke daerah perkotaan. c. Kota sebagai pusat perkembangan peradaban Perkembangan peradaban manusia tidak terlepas dari perkembangan dan kemampuan olah pikir yang dimiliki manusia. Sentral dari aktivitas ini adalah kemajuan intektualitas manusia yang terus mengalami perkembangan yang pesat. Hal ini tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri bersumber dari berkembangnya dunia pendidikan yang berkualitas. Terkait dengan pendidikan yang berkualitas, tidak diragukan lagi bahwa pendidikan yang berkualitas erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang berkualitas, dukungan fasilitas yang memadai, sumber daya

manusia fasilitator pembelajaran yang berkualitas dan lingkungan yang egaliter. Semuanya secara meyakinkan tersedia di daerah perkotaan. Kondisi tersebut mendorong pertumbuhan lembaga pendidikan di daerah perkotaan menjadi jauh lebih cepat dan lebih maju daripada daerah pedesaan. Sehingga generasi muda di daerah pedesaan berlomba-lomba meninggalkan desanya menuju kota untuk memperoleh tempat menimba ilmu (sekolah atau perguruan tinggi) yang ternama atau terkenal. Kondisi ini memicu terjadinya perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan dalam jumlah yang cukup besar. Lebih jauh lagi, kelompok muda yang bermigrasi dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan ini hanya sebagian kecil yang kembali lagi ke desa untuk hidup dan menetap di desa. Sebagian besar lainnya memilih mencari kerja atau penghidupan di daerah perkotaan dan menetap di daerah perkotaan. Dengan demikian, kota sebagai pusat perkembangan peradaban turut pula menjadi salah satu faktor yang menarik penduduk dari daerah pedesaan pindah ke daerah perkotaan. Perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan selain disebabkan daya tarik magnet kota sebagaimana diuraikan di atas, terdapat pula faktor lain. Faktor lain yang dimaksud adalah faktor pendorong. Faktor yang menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan yang bersumber dari kondisi internal daerah pedesaan itu sendiri. Faktor-faktor yang bersumber dari internal daerah pedesaan inilah yang disebut sebagai faktor pendorong. Pindahnya penduduk daerah pedesaan ke daerah perkotaan didorong oleh kondisi ketertinggalan daerah pedesaan dalam berbagai aspek kehidupan. Berbagai faktor internal daerah pedesaan yang mendorong penduduk dari daerah pedesaan untuk berhijrah atau pindah ke daerah perkotaan, antara lain : a. Keterbelakangan perekonomian di pedesaan Jika di daerah perkotaan geliat perekonomian begitu fenomenal dan pantastis. Sebaliknya, hal yang berbeda terjadi di daerah pedesaan, dimana geliat perekonomian berjalan lamban dan hampir tidak menggairahkan. Roda perekonomian di daerah pedesaan didominasi oleh aktivitas produksi. Aktivitas produksi yang relatif kurang beragam dan cenderung monoton pada sektor pertanian (dalam arti luas : perkebunan, perikanan, petanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, kehutanan, dan produk turunannya). Kalaupun ada aktivitas di luar sektor pertanian jumlah dan ragamnya masih relatif sangat terbatas. Aktivitas perekonomian yang ditekuni masyarakat di daerah pedesaan tersebut sangat rentan terhadap terjadinya instabilitas harga. Pada waktu dan musim tertentu produk (terutama produk pertanian) yang berasal dari daerah pedesaan dapat mencapai harga yang begitu tinggi dan pantastik. Namun pada waktu dan musim yang lain, harga produk pertanian yang berasal dari daerah pedesaan dapat anjlok ke level harga yang sangat rendah. Begitu rendahnya harga produk pertanian menyebabkan para petani di daerah pedesaan enggan untuk memanen hasil pertaniannya, karena biaya panen lebih besar dibandingkan dengan harga jual produknya. Kondisi seperti ini menimbulkan kerugian yang luar biasa bagi petani.

Kondisi seperti ini hampir selalu terjadi sampai saat ini. Namun demikian, suatu ironi bagi pemerintah, karena belum dapat memberikan solusi tepat. Masih segar dalam ingatan kita, pada tahun 2010, cabai mencapai harga di atas Rp.100.000,- per kilogram dan merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah. Kondisi berbalik terjadi pada bulan-bulan di awal tahun 2011, dimana harga cabai mengalami penurunan secara drastis. Beberapa daerah harga cabai mencapai di bawah Rp. 10.000,- per kilogram. Kasus yang mirip terjadi beberapa tahun sebelumnya, petani tomat mengalami masa-masa pahit. Harga buah tomat sangat rendah, sehingga biaya produksi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual hasil panen tomat. Petani enggan memanen tomatnya dan lebih memilih untuk membiarkan buah tomat membusuk di kebun atau melakukan pemusnahan tanaman tomat dan menggantikan dengan tanaman lain yang berbeda. Kejadian serupa pada produk pertanian lainnya seringkali terjadi dan menerpa kehidupan para petani di daerah pedesaan. Meskipun penduduk di daerah pedesaan mayoritas bermatapencaharian sebagai petani, namun tidak semua petani di daerah pedesaan memiliki lahan pertanian yang memadai. Banyak diantara mereka memiliki lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar, yang disebut dengan istilah petani gurem. Lebih ironis lagi, sebagian dari penduduk di daerah pedesaan yang malah tidak memiliki lahan pertanian garapan sendiri. Mereka berstatus sebagai petani penyewa, penggarap atau sebagai buruh tani. Petani penyewa adalah para petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menyewa lahan pertanian milik orang lain. Petani penggarap adalah para petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan menggarap lahan pertanian milik orang lain dengan sistem bagi hasil atau lainnya. Buruh tani adalah petani yang tidak memiliki lahan pertanian garapan milik sendiri melainkan bekerja sebagai buruh yang menggarap lahan pertanian milik orang lain dengan memperoleh upah atas pekerjaannya. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap hidup dan penghidupan keluarga petani di daerah pedesaan. Perekonomian masyarakat di daerah pedesaan yang kurang menguntungkan ini mendorong penduduk daerah pedesaan untuk pindah dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Keluarga petani terdorong untuk mencari sumber penghidupan yang lain di luar desanya. Daerah yang banyak menjadi tujuan mereka adalah daerah perkotaan. Mereka nekad keluar dari desanya untuk mencari pekerjaan dan mengadu nasib di daerah perkotaan. Meskipun di daerah perkotaan mereka belum tentu memperoleh pekerjaan yang lebih baik. b. Minimnya sarana dan prasarana di pedesaan Salah satu keterbelakangan yang dialami daerah pedesaan di Indonesia dapat dilihat dari aspek pembangunan sarana dan prasarana. Beberapa sarana dan prasarana pokok dan penting di daerah pedesaan, antara lain : Prasarana dan sarana transportasi Salah satu prasarana dan sarana pokok dan penting untuk membuka isolasi daerah pedesaan dengan daerah lainnya adalah prasarana transportasi (seperti jalan raya, jembatan, prasarana transportasi laut, danau, sungai dan udara), dan sarana transportasi (seperti mobil, sepeda motor, kapal laut, perahu

mesin, pesawat udara dan sebagainya). Ketersediaan parasarana dan sarana transportasi yang memadai akan mendukung arus orang dan barang yang keluar dan masuk ke daerah pedesaan. Untuk mendorong peningkatan dinamika masyarakat daerah pedesaan akan arus transportasi orang dan barang keluar dan masuk dari dan ke daerah pedesaan, diperlukan prasarana dan sarana transportasi yang memadai. Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Syaifulah Yusuf, dalam seminar tentang Strategi Pembangunan Desa di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa 12 September 2006, mengemukakan bahwa sekitar 45 persen atau sebanyak 32.379 Desa di Indonesia termasuk dalam kategori Desa Tertinggal (Ken Yunita, 2006). Salah satu penyebab daerah pedesaan masih terisolasi atau tertinggal adalah masih minimnya prasarana dan sarana transportasi yang membuka akses daerah pedesaan dengan daerah lainnya. Kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim berkontribusi terhadap keterbelakangan ekonomi daerah pedesaan. Secara umum, masyarakat daerah pedesaan menghasilkan jenis produk yang relatif sama, sehingga transaksi jual beli barang atau produk antar sesama penduduk di suatu desa relatif kecil. Dalam kondisi prasarana dan sarana transportasi yang minim, produk yang dihasilkan masyarakat daerah pedesaan sulit untuk diangkut dan dipasarkan ke daerah lain. Jika dalam kondisi seperti itu, masyarakat daerah pedesaan menghasilkan produk pertanian dan non pertanian dalam skala besar, maka produk tersebut tidak dapat diangkut dan dipasarkan ke luar desa dan akan menumpuk di desa. Penumpukan dalam waktu yang lama akan menimbulkan kerusakan dan kerugian. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi warga masyarakat di daerah pedesaan. Sebaliknya, hal tersebut akan mendorong sebagian warga masyarakat di daerah pedesaan untuk merantau atau berpindah ke daerah lain terutama daerah perkotaan yang dianggap lebih menawarkan masa depan yang lebih baik. Prasarana dan sarana pendidikan yang kurang memadai Sebagian dari masyarakat di daerah pedesaan telah memiliki kesadaran untuk mendidik anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Keadaan prasarana pendidikan seperti lembaga pendidikan dan gedung sekolah di daerah pedesaan relatif terbatas. Ketersediaan prasarana pendidikan di daerah pedesaan yang masih kurang memadai dapat terlihat dari terbatasnya jumlah lembaga pendidikan serta kondisi fisik bangunan sekolah yang kurang representatif (rusak, tidak terawat dengan baik, kekurangan jumlah ruang kelas dan sebagainya). Selain itu, sarana pendidikan di daerah pedesaan juga sangat terbatas seperti kurangnya ketersediaan buku-buku ajar, kondisi kursi dan meja belajar yang seadanya, tidak tersedianya sarana belajar elektronik, tidak tersedianya alat peraga dan sebagainya. Keterbatasan prasarana dan sarana pendidikan di daerah pedesaan mendorong sebagian masyarakat daerah pedesaan untuk menyekolahkan anak-anaknya ke luar desa terutama ke daerah perkotaan. Hal ini turut mendorong laju migrasi penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.

c. Terbatasnya lapangan pekerjaan di pedesaan Indonesia sebagai negara agraris sampai saat ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk yang masih mengandalkan penghasilannya serta menggantungkan harapan hidupnya pada sektor pertanian. Dominasi sektor pertanian sebagai matapencaharian penduduk dapat terlihat nyata di daerah pedesaan. Sampai saat ini lapangan kerja yang tersedia di daerah pedesaan masih didominasi oleh sektor usaha bidang pertanian. Kegiatan usaha ekonomi produktif di daerah pedesaan masih sangat terbatas ragam dan jumlahnya, yang cenderung terpaku pada bidang pertanian (agribisnis). Aktivitas usaha dan matapencaharian utama masyarakat di daerah pedesaan adalah usaha pengelolaan/ pemanfaatan sumber daya alam yang secara langsung atau tidak langsung ada kaitannya dengan pertanian. Bukan berarti bahwa lapangan kerja di luar sektor pertanian tidak ada, akan tetapi masih sangat terbatas. Peluang usaha di sektor non-pertanian belum mendapat sentuhan yang memadai dan belum berkembang dengan baik. Kondisi ini mendorong sebagian penduduk di daerah pedesaan untuk mencari usaha lain di luar desanya, sehingga mendorong mereka untuk berhijrah/migrasi dari daerah pedesaan menuju daerah lain terutama daerah perkotaan. Daerah perkotaan dianggap memiliki lebih banyak pilihan dan peluang untuk bekerja dan berusaha. Upaya untuk mendorong dan melepaskan daerah pedesaan dari berbagai ketertinggalan atau keterbelakangan, maka pembangunan desa dalam aspek fisik perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan komponen masyarakat lainnya. Pembangunan desa dalam aspek fisik, selanjutnya dalam tulisan ini disebut Pembangunan Desa, merupakan upaya pembangunan sarana, prasarana dan manusia di daerah pedesaan yang merupakan kebutuhan masyarakat daerah pedesaan dalam mendukung aktivitas dan kehidupan masyarakat pedesaan. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa betapa daerah pedesaaan memerlukan adanya ketersediaan prasarana dan sarana fisik dalam hidup dan kehidupan masyarakat desa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang dimaksud dengan Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hak untuk mengurus kepentingan daerahnya sendiri (dalam istilah modern disebut hak otonomi). Hak otonomi sifatnya sangat luas. Hampir semua hal yang menyangkut urusan di desa. Hanya saja tingkat materi dan cara pelaksanaan atau pengerjaannya masih sangat sederhana, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan desa. Bercermin dari masa lalu, di era orde baru pemerintahan bersifat sangat sentralistik yang mengusung konsep filosofi keseragaman. Segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan diseragamkan, diatur dan dikendalikan dari pusat. Sementara bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku bangsa, lebih dari 70.000 buah desa dengan karakter, budaya dan tradisi yang berbeda satu sama lain. Konsep keseragaman yang diusung dan dipaksakan pada masa lalu, kini sudah tidak tepat lagi. Oleh karenanya, konsep pembangunan desa ke depan tidak dapat dilakukan dengan pola keseragaman. Seiring dengan perubahan paradigma pemerintahan sentralistik ke paradigma pemerintahan desentralistik, maka seyogyanya pembangunan desa lebih

mengedepankan konsep keanekaragaman dalam kesatuan dan bukan konsep keseragaman. Pembangunan desa dengan konsep keanekaragam dalam kesatuan, diharapkan mampu mendorong dinamika pembangunan desa yang berbasis budaya dan karakteristik lokal yang pada akhirnya akan memperkaya keragaman nuansa etnik dalam pembangunan bangsa. Masyarakat dan pemerintah desa diberi kekeluasaan untuk memperkaya warna dan model pembangunan desanya dengan kekayaan etnik yang mereka miliki. Upaya tersebut diharpakan akan menumbuhkan dan memupuk partisipasi aktif dan rasa tanggung jawab masyarakat dalam membangun desa. Peran pemerintah (pusat dan daerah) dalam pembangunan desa ditempatkan pada posisi yang tepat. Pemerintah diharapkan berperan dalam memberi motivasi, stimulus, fasilitasi, pembinaan, pengawasan dan hal-hal yang bersifat bantuan terhadap pembanguan desa. Untuk kepentingan dan tujuan tertentu, intervensi pemerintah terhadap pembangunan desa dapat saja dilakukan setelah melalui kajian dan pertimbangan yang matang dan komprehensif. Intervensi yang dimaksudkan di sini adalah turut campur secara aktif dan bertanggungjawab pemerintah dalam proses pembangunan desa, seperti membuka keterisolasian desa (karena ketiadaan biaya, desa tidak mampu melepaskan diri dari keterisolasian), membangun fasilitas jalan, jembatan, gedung sekolah, puskesmas dan sebagainya. Meskipun pemerintah melakukan intervensi terhadap proses pembangunan fasilitas tertentu di daerah pedesaan, pemerintah tidak boleh mengabaikan potensi setempat, jangan sampai pemerintah mengabaikan keberadaan masyarakat setempat, dan masyarakat jangan sampai hanya diposisikan sebagai penonton. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan desa. Karena proses pembangunan desa bukan hanya sebatas membangun prasarana dan sarana yang diperlukan, tetapi proses pembangunan desa memerlukan waktu yang panjang, banyak pengorbanan, dan bertalian dengan banyak pihak dalam masyarakat termasuk masyarakat di daerah pedesaan. Proses pembangunan desa dimulai dari tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan. Seyogyanya pada semua tahapan pembangunan desa ini terjadi keterlibatan partisipasi aktif masyarakat daerah pedesaan. Bertolak dari konsep dan praktik pembangunan desa pada masa lalu yang bersifat sentralistik. Potensi masyarakat lokal seringkali dikesampingkan oleh pelaksana di lapangan. Hal ini yang menyebabkan hasil pembangunan yang telah dilakukan tidak memberikan dampak dan manfaat yang luas bagi masyarakat. Seringkali terjadi kerusakan bahkan hancur sebelum usia pakainya habis. Karena tidak muncul kepedulian dan rasa tanggung jawab pada masyarakat dalam memelihara atau menjaga prasarana dan sarana yang telah dibangun oleh pemerintah. Meskipun sesungguhnya prasarana dan sarana yang dibangun oleh pemerintah ditujukan untuk kepentingan masyarakat di daerah pedesaan itu sendiri. Sebaliknya, jika suatu proyek pembangunan prasarana dan sarana yang muncul dari masyarakat daerah pedesaan, direncanakan, dan dilaksanakan secara bersama oleh masyarakat daerah pedesaan, maka kepedulian dan rasa memiliki dari masyarakat sangat tinggi. Masyarakat secara sadar dan tanpa pamrih turut berpartisipasi aktif untuk mensukseskan pembangunan tersebut. Hal ini berdampak pula pada munculnya rasa tanggung jawab yang tinggi untuk menjaga keberlangsungan pembangunan dan hasil pembangunannya.

Oleh karena itu, perlu diingat bahwa pembangunan desa dalam aspek pembangunan fisik, pembangunan prasarana dan sarana di daerah pedesaan semestinya menempatkan penduduk atau masyarakat desa sebagai subjek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan menunjukkan bahwa masyarakat daerah pedesaan berperan sebagai pelaku pembangunan. Sudah semestinya masyarakat sebagai pelaku pembangunan mengambil posisi untuk berperan secara aktif dalam proses pembangunan. Peran aktif masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk keterlibatan atau pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan, apakah pada tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan atau pada semua tahap proses pembangunan tersebut. Di masa mendatang pola pembangunan yang mengedepankan peran masyarakat lebih didorong untuk menjadi ujung tombak dalam pembangunan desa. Pola bottom-up planning mungkin menjadi salah satu alternatif yang mengedepan. Pemerintah menempatkan diri sebagai motivator dan fasilitator aktif (tentunya tidak berpangku tangan hanya menunggu dari masyarakat). Pemerintah memotivasi masyarakat untuk membangun daerahnya seraya pemerintah menyiapkan bantuan prasarana, sarana dan dana yang dibutuhkan. Pemerintah juga dapat melemparkan ide-ide pembangunan desa kepada masyarakat. Namun dalam tahap berikutnya masyarakat dilibatkan dalam menentukan keputusan mengenai apa yang akan dibangun, membuat dan menyusun rencana pembangunan, dalam pelaksanaan pembangunan sampai pada pemeliharaan hasil pembangunan. Berkaitan dengan manusia (penduduk daerah pedesaan) sebagai subjek pembangunan, maka dituntut berbagai hal terhadap kapasitas dan kualitas manusia itu sendiri. Salah satu tuntutan peran sebagai subjek (pelaku) pembangunan yang semestinya dapat dan mampu dipenuhi oleh masyarakat di daerah pedesaan adalah kemampuan menciptakan atau daya cipta. Soedjatmoko (1995) mengemukakan bahwa pengembangan (pemekaran) daya cipta suatu bangsa bukan saja suatu kemampuan serta kejadian individual, melainkan juga suatu proses sosial yang ditentukan oleh kondisi-kondisi sosial pula. Maksudnya adalah adanya lembaga dan kebijaksanaan yang diperlukan untuk mencapai perkembangan daya cipta dalam pembangunan masyarakat. Bahwasanya untuk lebih menggerakkan dan memacu pembangunan desa secara lebih berdaya guna dan berhasil guna, maka yang pertama dan utama perlu dibangun adalah manusia sebagai pelaku dan calon pelaku pembangunan itu sendiri. Kritik bagi model pembangunan kita selama ini adalah bangsa kita lebih cenderung mengedepankan pembangunan fisik daripada pembangunan manusianya. Soedjatmoko (1995) mengemukakan bahwa pada pembangunan ekonomi ada kecenderungan mengaggap esensi pertumbuhan ekonomi ialah besarnya penanaman modal untuk keperluan produksi. Ini dianggap faktor paling menentukan untuk mencapai suatu tingkat ekonomi yang lebih tinggi. Peneropongan teoritis, lebih berkisar pada soal penentuan besar kecilnya penanaman modal yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih pesat. Penanaman modal dipandang lebih menentukan daripada cacah jiwanya., sehingga kurang mendapat perhatian dan berjalan sendiri. Kalaupun faktor seperti pendidikan, stabilitas politik dan faktor sosial lainnya turut ditinjau, peninjauan itupun tetap berporos pada investasi modal. Berdasarkan kondisi tersebut, maka ke depan kita perlu menata ulang format pembangunan desa. Bangsa ini harus memilah, memilih dan menata secara lebih arif.

Tidak mungkin lagi membuat kebijakan pembangunan yang seragam untuk semua desa. Akan tetapi, kita perlu secara arif dan bijaksana melihat desa per desa dari berbagai aspek. Bagi desa yang sudah memiliki manusia (penduduk) yang berkualitas, maka perlu didorong dan distimulir untuk memacu percepatan pembangunan desa dalam semua aspek. Sebaliknya, jika suatu desa yang belum memiliki kualitas dan kuantitas manusia yang mumpuni, maka perlu didorong untuk lebih mengedepankan pembangunan manusianya, seperti pendidikan, pembimbingan, pelatihan dan sebagainya. Pembangunan manusia dalam konteks pengembangan daya cipta. Daya cipta dalam perspektif yang luas, termasuk melakukan pembaharuan dan penemuan atas berbagai hal terkait kehidupan manusia seperti menambah dan mengembangkan berbagai macam alat (instrument) dan cara (metode/teknik) yang berguna dalam menunjang atau mendukung kehidupan masyarakat di daerah pedesaan atau masyarakat luas. Tulisan ini cuplikan dari isi BUKU Penulis : Dr. Ir. Ali Hanapiah Muhi, MP Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor, Jawa Barat, 2011.

Very Poor

Desa merupakan salah satu bagian terkecil dari rangkaian urut-urutan sebuah Negara (di Indonesia). Desa dari dulu kala selalu identik dengan ketertinggalan, kotor, udik dan hal-hal lain yang selalu diidentikan dengannya. Dan desa pun senantiasa selalu tertinggal dari pembangunan-pembangunan nasional di Indonesia, baik pembangunan dalam bentuk infrastruktur maupun dalam hal pembangunan sumber daya manusia sebagai aset terbesar. Orang desa harus berjuang sendiri untuk membangun desanya. Sebab, bantuan dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah Kabupaten tidak pernah menyentuh pembangunan di desa. Entah berhenti dimana, dan dipegang siapa. Pembangunan infrastruktur di pedesaan sangatlah jauh dari apa yang diharapkan untuk bisa menaikkan taraf hidup masyarakat desa dan menggenjot perekonomian di pedesaan. Satu contoh kecil yang tidak bisa terbantahkan adalah masalah jalan, jalan merupakan sebuah instrument yang sangat vital dalam pembangunan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Jalan menjadi sangat vital karena ketika jalan bagus maka masyarakat desa secara langsung dapat menjual atau mengirimkan hasil hutan mereka ke kota. Disini akan ada transaksi dan salah satu aspek perekonomian telah terpenuhi yaitu terjadinya transaksi, selain itu dengan bagusnya jalan maka mobilitas masyarakat desa akan tinggi dengan tingginya tingkat mobilitas masyarakat desa maka akan ikut menggenjot perekonomian pedesaan. Dengan bergeraknya seseorang keluar dari tempat tinggalnya (desanya) ia akan dapat menaikan pendapatan orang lain, sebagai contoh Ibu A dari kota AZ hendak pergi ke kota ZA, ketika ia berangkat dari rumah ia menggunakan angkutan umum sampai kota ZA. Sesampainya di kota ZA ia berbelanja dan kembali pulang ke kota AZ. Kita uraikan satu persatu, ketika ibu A berangkat ia menggunakan kendaraan umum, pasti ia bayar ongkos kan? Nah, dengan membayar ongkos tersebut ia telah menambah penghasilan Sang Sopir dan Sang Kondekturnya. Sang Sopir dan Sang Kondektur pun pasti akan menambah pendapatan orang lain yaitu

pedagang bensin di SPBU, Sang pemilik SPBU pun ikut menaikkan pendapatan oranglain yaitu karyawannya, Sopir Pengantar bensin, Pegawai di depo Pertamina, bahkan menambah pendapatan Negara dengan Pajak. Sesampainya di kota ZA Ibu A berbelanja, saat ibu ini berbelanja ia telah menambah penghasilan Pemilik Toko, Pelayan Toko, Distibutor (Agen) Produk-produk dan Produsen produk yang dibeli. Bayangkan perputaran uang dan pertambahan penghasilan yang didapat hanya dari satu orang desa yang berangkat ke kota. Apalagi seandainya lebih banyak lagi orang yang berangkat ke kota. Itulah kenapa peran jalan sangat vital dalam pembangunan. Saya pernah berbincang dengan salah seorang pegawai kelurahan di desa saya, saya bertanya kenapa ya pembangunan jalan ke desa kita tidak pernah terlaksana? Sudah beberapa periode pemerintahan masih sama, tidak ada perubahan. Beliau menjawab bahwa di desa kita tidak ada yang menonjol dan tidak ada yang bisa dijual ke Pemerintah Kabupaten. Alasan yang menurut saya sangat tidak fair, kenapa? Karena desa kami tidak ada yang menonjol karena memang infrastruktur kita masih sanagt minim, salah satunya jalan. Bagaimana kita mau menonjolkan desa kita jika sarananya saja tidak mendukung?. Desa kami cukup menonjol andai saja sarana dan prasaranya memadai. Kita bisa menonjolkan keindahan alam seperti: Air Terjun, Gua-Gua, Wisata Ekologi dan lain-lain. Cuma permasalahannya bagaimana orang mau berkunjung kalo akses jalan saja sangat sulit. Hal lain yang cukup vital dalam pembangunan pedesaan adalah penyediaan sarana dan prasarana untuk publik seperti sarana olahraga, dikebanyakan desa di daerah saya sedikit sekali desa yang memiliki sarana untuk berolahraga, seperti lapangan voli, lapangan sepak bola apalagi GOR. Kalau pun ada keadaannya sangat memprihatinkan atau seadanya. Keberadaan sarana seperti ini jelas sangat penting, selain untuk menjaga kebugaran biasanya sarana olahraga dimanfaatkan warga desa untuk bercengkrama dan berkumpul untuk mempererat tali persaudaraan dan solidaritas diantara mereka setelah mereka dari pagi bergelut dengan pekerjaan masing-masing. Hal lain yang sangat diperlukan bagi masyarakat desa adalah taman baca atau paling tidak perpustakaan keliling. Kenapa demikian? Ingat bahwa didesa semuanya sangat terbatas, baik informasi maupun sarana-sarana untuk mereka mendapat informasi tambahan. Paling-paling sarana yang ada hanya TV dan radio, kita tahu bahwa kebanyakan stasiun TV saat ini sedikit sekali yang bisa memberikan informasi yang akurat, acara-acara televis sekarang dibanjiri oleh acara-acara yang kurang edukatif seperti sinetron yang membuat orang desa jadi pengkhayal, acara-acara gossip yang membuat ibu-ibu di pedesaan malas bekerja dan seabreg acara lainnya yang sungguh tidak mendidik sama sekali. Jadi sarana seperti taman baca/ perpustakaan keliling menurut saya strategis untuk memberikan informasi tambahan, penambah pengetahuan bagi masyarakat desa, juga untuk merangsang minat baca masyarakat desa. Karena survey-survey yang ada menyatakan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Pembangunan pedesaan selain masalah infrastruktur yang tak kalah penting adalah masalah sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga dan sangat vital bagi setiap bangsa. Perusahaan-perusahaan dalam mencari calon karyawannya pasti akan mencari karyawan (sumber daya manusia) yang berkualitas. Salah satu syarat untuk menjadikan SDM berkualitas adalah mendapatkan Pendidikan dan Pelatihan untuk memperoleh keterampilan dan keahlian. Pendidikan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia masyarakat di pedesaan khususnya adalah sesuatu yang sangat mahal, kalimat ini tentu tidak salah. Realitanya memang seperti itu, pendidikan di Indonesia cukup Mahal. Meski saat ini sudah ada program Sekolah Gratis, namun hal itu tetap saja tidak menjadikan Sekolah itu benar-benar tidak berbayar. Sekolah gratis yang ada saat ini hanya sampai jenjang SMP/SLTP atau yang sederajat.

Jenjang pendidikan ini tentu saja masih kurang untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan untuk melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya biayanya selangit bagi mereka tinggal di desa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMU/SMK sanagtlah mahal harganya, kenapa? Karena selain harus membiayai sekolah (iuran, praktikum, beli buku, seragam, study tour, dll) juga harus membiayai biaya kehidupan sehari-hari yang otomatis akan jauh lebih besar karena biasanya anak-anak mereka harus mengontrak rumah atau paling tidak nge-kost. Tentu biaya hidup akan jauh lebih tinggi di banding dengan pendapatan di desa yang tidak seberapa. Hal ini dikarenakan di desa-desa belum ada sekolah dengan jenjang yang lebih tinggi. Saya jadi teringat cerita orang-orang di kampung saya, pada tahun 80-an sampai awal tahun 90-an kebetulan di desa saya belum ada SMP/ SLTP, yang ada baru SD. Ketika mereka lulus dari SD dan hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu SLTP/SMP mereka harus berjuang karena paa waktu itu di daerah kami belum mengenal dan belum ada yang namaya nge-kost atau pun kost-kotan. Selain ke desa kami belum ada listrik, jalan masih kecil, sepanjang jalan yang dilewati belum ada penduduk, jarak yang ditempuh lebih dari 10 kilo sehingga mereka harus berangkat dari rumah untuk mencapai sekolah sebelum subuh atau sekitar pukul 4.00, selain itu mereka pun harus melintasi sungai besar (Ciwulan) yang airnya sangat deras karena pada waktu itu belum ada jembatan, sebuah perjuangan yang luar biasa dan berat untuk mendapatkan sebuah pengajaran dan pendidikan. Setelah pada sekitar tahun 1992-an dibangun sebuah SLTP negeri di desa kami, peristiwa perjuangan seperti di atas tak terjadi lagi. Namun tetap jadi permasalahan ketika mereka hendak melanjutkan ke jenjang SLTA/ SMU. Ini tentu harus menjadi perhatian dari pemerintah dan menjadi prioritas bagi pemerintah. Bukankah anggaran pendidikan sudah naik 20% dari APBN? Memang benar desa di Indonesia tidak hanya satu. Namun paling tidak political will dari pemerintah akan bisa mewujudkan mimpi besar masayarakat desa untuk bisa mendapat pendidikan dan pengajaran, sehingga mereka memperoleh keterampilan supaya mereka menjadi manusia yang berkualitas. Serhingga mereka dapat meningkatkan taraf hidup mereka, dan memberikan andil dalam pembangunan. Selain pendidikan formal di desa-desa biasanya ada pendidikan in-formal yang diadakan atas inisiatif dari warga untuk menambah edukasi ataupun pengetahuan dari anak-anak mereka. Baik pendidikan keagamaan maupun pendidikan keterampilan lainnya. Pendidikan-pendidikan in-formal seperti ini jarang sekali mempeoleh perhatian apalagi pendidikan yang berbau agama, banyak orang beranggapan pendidikan agama memang penting namun bagi yang mengajarnya biarkan Tuhan yang memberrikan pahala atas jasa-jasanya dalam mendidik dan mengajarkan ilmu pada anak-anak mereka/ pada mereka sendiri. Ini memang tidak sepenuhnya salah, namun untuk saat ini kita harus realistis bahwa hidup kita/ para ulama/ustadz sekalipun tidak hanya mengandalkan pahala dari Tuhan. Bahwa mungkin mereka bekerja atas panggilan jiwa, itu hal lain. Ulama, ustadz, kyai juga punya hidup, punya keluarga, mereka butuh makan, butuh sandang dan memiliki kebutuhan lain yang sama dengan manusia lainnya. Memang benar kita tidak benarkan menjual ayat (dalil-dalil) untuk kebutuhan hidup, namun saat ini kita harus realistis. Minggu lalu saat saya kebetulan pulang kampung, saya berbincang dengan salah seorang Pengurus DKM (Pengurus Mesjid). Saya menanyakan tentang perkembangan Madrasah Diniyah di kampung saya, jawabannya sungguh menyedihkan dan menghenyakan saya.

Saat ini di Madrasah Diniyah kampung kami ada 100 lebih siswa, dengan pengajar ada 3 orang. Pengajar ini bukanlah Pegawai Negeri, status yang selalu membuat orang tua di kampung saya bangga, mereka petani biasa. Hidup mereka hanya dari hasil bertani itu. Setiap bulan menurut kesepakatan antara orang tua murid dengan tokoh masyarakat setiap siswa akan dipungut biaya sebesar Rp. 2.500;. Selain untuk menggaji guru ngaji juga untuk biaya operasional, seperti membeli kapur tulis (karena di Madrasah Diniyyah kampung saya papan tulisnya masih pakai black-board), memperbaiki bangku-bangku yang sudah rusak, juga untuk keperluan lainnya. Seharusnya setiap bulan jika semua siswa membayar iuran bulanan sebesar Rp. 2.500; persiswa maka dari 100 siswa, setiap bulan akan terkumpul uang sebesar Rp. 250.000;. ini tentu jumlah yang sangat sedikit jika dibagi-bagi untuk gaji, beli kapur tulis dan keperluan lain. Mirisnya setiap bulan Madrasah Diniyyah hanya mendapat pendapatan dari iuran rata-rata perbulan sebesar Rp. 40.000; ini berarti tiap bulan hanya sebanyak 16 orang siswa saja yang mampu membayar iuran tersebut. Satu realita kemiskinan di pedesaan yang memang nyata, dan tidak bisa disangkal. Maksud saya disini, betapa menyedihkannya nasib dunia pendidikan kita. Kita sebenarnya masih beruntung memiliki orang-orang yang mau berjuang demi pendidikan. Mereka inilah yang pantas disebut pahlawan. Ingat bahwa untuk meningkatkan taraf hidup kita perlu pendidikan yang layak supaya kita memiliki keterampilan dan kemampuan yang mumpuni. Sedangkan untuk mendapatkan pendiikan tersebut sudah pasti bahwa kita memerlukan biaya, dari sini kita tahu bahwa keduanya merupakan rantai yang tidak diputus. Kenyataan yang ada bahwa banyak orang-orang yang memiliki otak yang encer (pintar), harus terhenti pendidikannya karena alas an materi atau biaya tersebut. Satu hal lagi yang tak kalah penting dibandingkan dengan Infrastruktur dan Pendidikan adalah Sektor Kesehatan, Sarana kesehatan bagi masyarakat di pedesaan selama ini masih sekedar wacana dan mimpi. Sarana yang diberikan pemerintah sangatlah kurang, bahkan bisa dikatakan tidaak ada. Di desa saya sampai saat ini belum ada 1 pun Puskesmas ataupun Puskesmas pembantu, jika warga ada yang sakit ya harus beli eceran yang dijual oleh seseorang, jelas ini menyalahi aturan sebab obat-obatan seperti itu selayaknya didapat dengan menggunakan resep dokter. Sektor keseshatan merupakan salah satu sektor yang sangat krusial bagi pembangunan masyarakat desa, karena pada dasarnya kesehatan adalah modal awal bagi tiap-tiap individu untuk bisa beraktivitas dan menjalankan kegiatan-kegiatan lainnya. Inti dari semua tulisan saya adalah bahwa pembangunan dipedesaan perlu ditekankan pada dua hal yaitu pembangunan infrastruktur dan pembangunan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat desa serta pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan meningkatkan taraf kesehatannya. Tentunya pembangunan diantara tiga aspek tersebut harus seimbang dan sejalan, agar tidak ada ketimpangan. Pembangunan ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, namun tanggung jawab kita sebagai generasi muda, tanggung jawab putra daerah untuk memajukan kampung halamannya, tanggung jawab anak bangsa untuk membangun negeri. Diperlukan sinergi yang baik antara pemerintah pusat dan pemerintah di desa agar pembangunan yang akan dilakukan tepat sasaran dan tidak sia-sia belaka.

Menjadi tanggung jawab masayarakat untuk memeliharanya ketika pembangunan itu sudah dilakukan. Partisipasi masyarakat sangat penting dalam pembangunan masyarakat desa, baik dalam segi pendidikan maupun infrastruktur. Dari itu, mari kita tingkatkan partisipasi kita dalam pembangunan, baik melalui pemikiran (asal jangan omdo), tenaga, maupun secara financial. Semoga Bermanfaat
Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto

Aufies scripts 1

TEORI PEMBANGUNAN MASYARAKAT

TEORI ungkapan mengenai hubungan kausal (sebab akibat) yang logis diantara berbagai gejala/perubahan (variabel) dalam bidang tertentu (ex. Pembangunan) sehingga teori dapat digunakan sebagai kerangka berfikir (frame of thinking) dalam memahami serta menanggapi permasalahan yang timbul dalam bidang tertentu (ex. Pembangunan) Teori dapat dianggap batal/gagal karena tidak terbukti/teruji kebenarannya Ex. Teori Darwin manusia beasal dari manusia sejenis kera yang mengalami evolusi menjadi manusia modern Agamaukuran kebenarannya berdasarkan keyakinan Science ukuran kebenarnnya berdasarkan empiris (ada bukti/nyata) dan logis (masuk akal) STRATEGI: rangkaian kebijakan dan pelaksanaan dalam rangka mencapai tujuan/memecahkan persoalan tertentu (ex. Kemiskinan) VARIABEL: konsep yang mempunyai variasi nilai
1st meet ** R. A9 Sabtu, 15 April 2006

Agama/Keyakinan
Aufies scripts 2

X Science/Empiris & logis

Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto

Hubungan Teori & Strategi Ex. Ex. Spidol konsep manakala menjadi manfaat spidol: untuk menulis etc. menjadi variabel Pendidikan manakala menjadi jenis pendidikan: formal, nonformal, informal pendapatan menjadi variabel Tingkat Keterbatasan Kemiskinan

di Pedesaan IDT, Raskin, JPS, Kompensasi Keterbatasan modal Keterbatasan keterampilan variabel Teori =konsep= strategi Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 3 PENGERTIAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT Menurut PBB: Pembangunan Masyarakat/Pembangunan Komunitas adalah suatu proses melalui usaha dan prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan Masyarakat Desa = Rural Community Development Komunitas / community = masyarakat yang berada dalam batasbatas wilayah tertentu Menurut Sanders, PM dapat dipandang pada: 1. Proses 2. Program, ext. Raskin, BLT 3. Gerakan, ex. KB untuk pembatasan kalahiran 4. Metode Menurut Jim Ife: Enam Dimensi PM PM dari aspek spiritual ex. Program kerja KKN dengan mengadakan pengajian di lokasi KKN PM dari aspek lingkungan ex. Penanaman pohon dalam lingkup RW,

kerja bakti pembersihan lingk. etc. 2nd meet ** R. A9 Sabtu, 22 April 2006 SOSIAL POLITIK LINGK. BUDAYA SPIRITUAL EKONOMI PEMB. MASY. Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 4 Fokus Perhatian Pembangunan Masyarakat Menurut Soetomo: PM adalah proses perubahan yang bersifat multi dimensi menuju kondisi semakin terwujudnya hubungan yang serasi antara NEEDS and RESOURCES melalui pengembangan kapasitas masyarakat untuk membangun. Ex. Daerah Kasongan mempunyai sumber daya berupa tanah liat, sedangkan di masyarakat dibuthkan produk gerabah. Berarti dalam hal ini terjadilah pembangunan masyarakat dari produksi tanah liat (gerabah) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus perhatian PM masyarakat Terfokus pada aspek ekonomi yakni meningkatkan pendapatan, mengentaskan kemiskinan, meningkatkan produksi Terfokus pada aspek masyarakat yakni mengelola, membina,

melayani masyarakat COMMUNITY BASED DEVELOPMENT Kebutuhan Sumberdaya Pemb. Masy. pembangunan Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 5 Awal tahun 1951 PM dimaknai sebagai pendidikan, karena dengan pendidikan diharapkan dapat terwujudnya pembangunan bagi masyarakat. Proses PM: 1. Rendahnya modal finansial 2. Minimnya sarana infrastruktur (jalan, sarana transport) 3. Rendahnya kesadaran masyarakat (kedisiplinan kurang) 4. Rendahnya kualitas SDM 5. Rendahnya komunikasi, informasi dan koordinasi 6. Berkurangnya tokoh panutan (tokoh masyarakat) Keberhasilan pembangunan dapat diukur dari: 1. Terberantasnya pengangguran 2. Terberantasnya kemiskinan Bank Dunia memberikan ukuran pendapatan minimal $2 per hari per kepala 3. Pemerataan pembangunan dan hasilhasilnya Bacaan tambahan: Kompas 12 November 2001: Tabel Utang Luar Negeri Kompas 20 Feberuari 2005: mengenai Multinational Corporation Republik Kapling Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto

Aufies scripts 6 Pengertian Pembangunan: Pembangunan adalah proses perubahan dari suatu kondisi tertentu ke kondisi yang lebih baik Tetapi tidak setiap perubahan dapat disebut pembangunan Maka diagram yang benar adalah: Penjelasan: Perubahan Jadi: Perubahan Pembangun an Pembangunan Perubahan OA PB Dari kondisi tertentu ke kondisi yang lebih baik atau ke arah positif disebut PEMBANGUNAN Dari kondisi tertentu ke kondisi tidak baik atau ke arah negatif disebut PERUSAKAN, BENCANA, dll. + Perubahan +Perubahan + Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 7 5 Prinsip PM: 1. PM merupakan proses perubahan yang disengaja dan terarah i 2. PM bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup warga masyarakat

individu - seluruh ex. Pendapatan warga dengan jumlah 100 orang 1 orang 22 jt/bln 2,2 jt/bln 99 orang 100 rb/bln 9,9 jt/bln 75,9 jt/bln Pendapatan rata-rata= 75,9 jt : 100 warga = 7,5 jt/bln. ini merupakan perhitungan secara global /gebyah uyah tidak relevan 3. PM mengutamakan pendayagunaan potensi dan sumbersumber setempat 4. PM mengutamkan kreativitas dan inisiatif masyarakat 5. PM mengutamakan partisipasi masyarakat VISI impian MISSION aksi impian tidak sama/berbeda dengan impian vision without mission is a dream Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 8 TEORI PEMBANGUNAN 1. Teori Modernisasi 2. Teroi Ketergantungan 3. Teori Pasca Ketergantungan 4. Teori Alternatif Teori Modernisasi sebuah negara mengakui bahwa negara berjalan secara linear dari tradisional menuju kearah modernisasi ex. Sekarang RPJM & PPJP Tetapi, ada suatu negara yang arahnya seperti di bawah ini: ex. tradisional APBN

Repelita (5thn) 1969-1994 PJP 1994-1998/Orde Reformasi tradisional 3rd meet ** R. A9 Minggu, 21 Mei 2006 Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 9 Teori Ketergantungan meyakini bahwa sebuah negar tidak akan lepas dari negar lain Teori Pasca Ketergantungan negara yang kecil dimungkinkan lepas dari negara adidaya melejit sendiri Teori Alternatif berharap negara-negara yang selama ini salaing berkompetisi dalam hal persenjataan bergerak ma seakanakan tidak ada perang Contoh-Contoh Teori Modernisasi 1. Harrod Domar menekankan aspek ekonomi = Teori TABUNGAN & INVESTASI menekankan bahwa pembangunan masyarakat hanya merupakan masalah penyediaan modal dan investasi Pembangunan tidak lain adalah investasi/invest/penanaman modal. Pembangunan Investasi Produksi Income Kesejateraan Tabungan Utang LN Investor

Masyarakat Negara Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 10 Keterangan: Dengan investasi maka menghasilkan produksi Untuk bisa berproduksi diperlukan tenaga kerja Dengan adanya produksi maka ada income/pendapatan Income untuk tenaga kerja dan negara dalam bentuk pajak Karena ada income maka ada kesejahteraan Baca: Sragen Birokrasi Lembaga PMA penanaman modal asing PMDN Penanaman modal dalam negeri Pasca reformasi krisisterjadi capital flight Capital Flightlarinya modal ke luar negeri. Modal tidak ditanamkan di Indoneisa tetapi di luar negeri Disebabkan beberapa masalah: - Buruh banyak buruh yang tidak dibutuhkan banyak buruh yang banyak tuntutan ex. SONY (Jepang) Maret 2004 hijrah ke Malaysia karena adanya permaslahan tersebut sehingga menjadi masalah bagi investor - Perijinan - Pungutan liar Sehingga untuk memecahkan persoalan keterbelakangan pada negara-negara dunia ketiga adalah dengan mencari tambahan modal dari dalam maupun luar melalui penanaman modal atau utang luar negeri.

Utang LN Indonesia dari 1969 s.d. 2001 dapat dlihat dalam Kompas 12 Nov 2001 hal. 8 Bahkan dalam rangka utang dibentuk konsorsium (Kompas, 9 Nov. 2001) Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 11 2. David McCleland menekankan aspek psikologi individu = DORONGAN BERPRESTASI = n-ACH = NEED FOR ACHIEVEMENT bagi McCleland mendorong proses pembangnan berarti membentuk manusia wiraswasta dengan nAch-nya yang tinggi. Ex. Yang duduk di kelas ini berorientasi untuk berprestasi Human capital theory: semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi keterampilan dan pengetahuan Dengan semakin tinggi keterampilan dan pengetahuan maka semakin tinggi tingkat produktivitas Dengan adanya keterampilan dan pengetahuan yang tinggi maka mendorong tingginya tingkat pendapatan Tk. Pendidikan Dalam data monografi dinding biasanya tingkat pendidikan non formal dan informal tidak ada karena sulit untuk pendataan. HUMAN CAPITAL THEORY Tk Pendidikan Tk Pendapatan

Tk keteramp. & penget. Tk produktivitas pendapatan tinggi Formal: SD, SMA, PT Non Formal: kursus jahit, masak, kIonmfoprumteasrl: nonton TV, baca koran, diskusi, pendidikan keluarga Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 12 Formal: ada aturan yang ketat/jenjang Nonformal: ex. pagi kursus rias, siang kursus jahit, malam kursus komputer, dsb. bisa dilakukan bareng, tidak harus menunggu satu kurus selesai sampai lulus dulu Informal: ex. belajar jahit sambil nonton TV Kalau manusia wiraswasta ini dapat dibentuk dalam jumlah yang banyak, proses pembangunan dalam masyarakat tersebut akan menjadi kenyataan. Ex. Norwegia memiliki banyak lahan pertambangan Penduduknya disekolahkan (belajar, mencari ilmu pengetahuan), setelah selesai baru menambang Kesimpulan: Cara pembentukannya adalah melalui pendidikan dan pelatihan individual misalnya ketika mereka ini masih anak-anak di lingkungan keluarga Investasi SDM Sekolah Bayar 6 jt Tamat

Berapa investasi yang diperoleh setelah lulus? Misal pertambahan 500 rb/th 1 th = 500 rb x 12 bl = 6 jt balik modal Tahun berikutnya dapat menikmati hasilnya Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 13 SDM ----------------- SDA Lebih penting SDM ex. Singapura tidak punya tambang minyak, tetapi bisa mengolah minyak kemudian dijual jadi mahal. Tasbih Tulungagung dibawa ke Singapura diganti made in Singapore, kemudian dijual di Saudi Arabia, jadi mahal 3. Max Weber = ETIKA PROTESTAN teori Weber tentang peran agama dalam pembentukan kapitalisme merupakan sumber aliran ini. Apabila nilai-nilai yang hisup dalam masyarakat (agama) dapat diarahkan kepada sikap yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi maka proses pembangunan dalam mayarakat tersebut dapat terlaksana. Etika Protestan lahir di Eropa melalui agama Protestan oleh Calvin, mengatakan bahwa seseorang setelah mati akan masuk surga atau neraka. Tetapi manusia tidak mengetahui sehingga mereka menjadi tidak tenang, cemas karena ketidakjelasan nasibnya. Indikatornya dapat dilihat pada saat hidup di dunia: jika seseorang sukses/berhasil di dunia tanda-tanda masuk surga

jika seseorang gagal di dunia tandatanda masuk neraka Dengan indikator tersebut maka pengikutnya belajar/berjuang untuk mencapai indikator masuk surga. Agama + Ekonomi = Pembangunan Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 14 4. Rostow = LIMA TAHAP PEMBANGUNAN proses pembangunan bergerak dalam sebuah garis lurus yakni masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Lima tahap pembangunan: 1. Masyarakat Tradisional 2. Prakondisi untuk Lepas Landas 3. Lepas Landas 4. Bergerak ke Kedewasaan 5. Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi 5. Bert F. Hoselitz = FAKTOR-FAKTOR NON EKONOMI membahas faktor-faktor non ekonomi yang ditinggalkan Rostow yang disebut sebagai Faktor Kondisi Lingkungan yang dapat dicari dalam masyarakat ex. keterampilan tertentu menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung proses pembangunan sebelum lepas landas 6. Alex Inkeles & David H. Smith = MANUSIA MODERN menekankan lingkungan material, dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. Petani subsistem:

orientasi keamanan pangan keluarga yg ditanam adl padi Petani komersial orientasi pasar yang ditanam adl yg sdg tren sekarang ini agraris modern transisi Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 15 BEBERAPA MODEL PEMBANGUNAN 1. Model Pembangunan yang Berorientasi pada Pertumbuhan ECONOMIC GROWTH yakni kenaikan pendapatan nasional dalam jangka waktu misal per tahun. Tingkat pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penyerapan Tenaga Kerja. Oleh karena itu, proses pembangunan menjadi terpusat pada produksi, antara lain melalui: a. akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik dan SDM b. peningkatan tenaga kerja baik secara kuantitas maupun kualitas c. kemajuan teknologi yakni cara baru untuk menggantikan pekerjaan-pekarjaan yang bersifat tradisional 2. Model Pembangunan Kebutuhan Dasar/Kesejateraan BASIC NEEDS Lahir dari prakarsa Gunnar Myrdall Model ini mencoba memecahkan masalah kemiskinan secara langsung dengan memenuhi segala kebutuhan dasar

masyarakat khususnya masyarkat miskin misal dengan memenuhi kebuthan sandang, pangan, perumahan, serta akses terhadap pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi, dll. Perumahan ex. KPR BTN Pendidikan ex. Wajib belajar 9 tahun SD Inpres(imbas dari top Down) Kesehatanex. Puskesmas Subsidi pemerintah Disisni peran pemerintah seperti SINTERKLAS Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 16 Kelebihan: target terpenuhi target segera tercapai memecahkan masalah tanpa masalah Kelemahan: pemerintah harus banyak uang masyarakat menjadi manja, tergantung, tidak mempunyai kreativitas ex. Menunggu bantuan 3. Model Pembangunan yang Berpusat pada Manusia PEOPLE CENTERED fokus sentral proses pembangunanadalah peningkatan perkembangan manusia dan kesejahteraan manusia, persamaan dan sustainability sehingga model ini berwawasan lebih jauh dari sekedar angka pertumbuhan GNP atau pengadaan pelayanan sosial. Ex. Empowering/pemberdayaan Peranan pemerintah sebagai fasilitator

Peranan pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan lingkungan sosial yang memungkinkan manusia untuk berkembang, yaitu lingkungan sosial yang mendorong perkembangan manusia dan aktualisasi potensi manusia secara lebih besar. Economic Growth trickle down effect: rembesan kemakmuran ke bawah Ex. Edi Tansil diberi privillage/fasilitas kredit atau keringanan pajak setelah mencapai kemakmuran diharapkan luberan/tetesan/rembesan kemakmuran sampai ke bawah. (tetapi yang terjadi adalah investment flight) Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 17 With Redistribution pemrt. Soehartopengusaha dikumpulkan 2% pendapatan dimasukkan Yayasan Kesejahteraan Mandiri dalam bentuk Takesra/Kukesra Di negara maju redistribusi melalui pajak progresive yang didistribusikan dalam bentuk santunan untuk masyarakat miskin. Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 18 PERBEDAAN 3 model: Karakteristik Strategi Economic Growth

Basic Needs People Centered Fokus Industri Pelayanan Public Service Manusia Empowering Nilai Berpusat pada industri Berkiblat pada manusia Berpusat pada manusia Indikator Ekonomi makro (pertumb.nya brp %) Indikator sosial Hub. manusia dg sumber daya Peran Pemerintah Entrepreneur Service provider Enabler/Facilitator Sumber Utama Modal (tab. masyarakat) Kemampuan administratif & anggaran Kreativitas & komitmen Kendala Konsentrai & marginalisasi konsentrasi pada fasilitas beberapa konglomerat

dehumanisai: tidak memanusiakan manusia Keterbatasan anggaran & inkompetensi aparat Struktur & prosedure yg mendukung Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 19 UKURAN KEBERHASILAN PEMBANGUNAN (Dudley Seers) 1. Berkurangnya Kemiskinan Miskin (Sayogyo): kemiskinan diukur dari jumlah pendapatan setara dengan beras paling miskin bila pendapatan perkapita pertahun setara beras < 240 kg miskin sekali bila pendapatan perkapita pertahun setara beras = 240 360 kg miskin bila pendapatan perkapita pertahun setara beras : < 480 kg ex. 480 kg X 5.000,- = 2.400.000,-/th per kepala ex. Pendapatan per bulan 175.000,Harga beras 3.500 Miskin atau tidak? 175.000 : 3.500 = 50 kg./bulan 50 kg X 12 bln. = 600 kg./th Jawab tidak miskin 2. Berkurangnya Pengangguran 3. Berkurangnya Ketimpangan Teori Pembangunan Masyarakat

Dosen: Suharyanto Aufies scripts 20 KONGLOMERASI agregrat dalam tanah konglomerat tetapi group ex. Jakob Utama pemilik kompas, setiap hari butuh kertas dibangun pabrik kertas perlu percetakan didirikan percetakan wartawannya kalau sedang meliput ke luar kota butuh penginapan dibangun Hotel Santika pemasaran terbitan Toko Buku Gramedia Dampak: (-) dari hulu sampai hilir dikuasau 1 orang (kekayaan diakumulasi oleh 1 orang) (+) merekrut tenaga kerja Ketimpangan: Antara Jakarta ======Jogja Antara Papua ======== Jakarta Dst. Keberhasilan pembangunan (Arief Budiman) Pertumbuhan ekonomi yang tinggi Pembangunan yang berhasil Berkesinambungan tidak ada kerusakan sosial tidak ada kerusakan alam Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 21 KCM, Senin, 14 Februari 2005 Republik Kapling Oleh Tamrin Amal Tomagola PARA nasionalis-fanatik Indonesia, khususnya mereka yang mengacu pada paham state nationalism, cenderung dengan mata mendelik mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI

sebagai wujud final yang haram untuk ditawar, baik sebagai sekadar gagasan maupun dalam gerakan separatis secara damai, apalagi bersenjata. Sambil menabuh genderang perang terhadap setiap gerakan pemecah belah, khususnya para separatis dan aktivis LSM yang dinilai tidak nasionalis-almarhum Munir misalnya-mereka terus berilusi bahwa tubuh Ibu Pertiwi NKRI itu masih utuh. Maraknya pengaplingan Mereka cenderung menutup mata terhadap kenyataan yang telah mulai mengeras sejak masa Orde Baru bahwa sesungguhnya setiap jengkal dan petak bumi Nusantara ini telah dipecah-pecah dalam satuan kapling ekonomi-politik. Ukuran kapling-kapling itu bervariasi sesuai dengan skala modal yang ditanam dan jumlah upeti yang diselundupkan ke rekening pejabat negara dan daerah serta para anggota DPR pusat dan daerah. Bukit-bukit Timika untuk Freeport, Lhok Seumawe untuk Exon Mobil, beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan untuk Monsanto, BuyatMinahasa dan Sumbawa untuk Newmont International, Teluk Bintun di Papua Barat untuk British Petroleum, Kalimantan Timur untuk PT Kaltim Prima Coal, hutan Papua untuk sejumlah jenderal pensiunan. Bahkan, Pulau Dewata kebanggaan Indonesia di Bali nyaris menjadi negara bagian ke-9 Australia. Semakin banyak usaha ekonomi-kesenian skala menengah dan besar di Bali dan Jepara, Jawa Tengah, berpindah tangan ke pemodal asing. Satu-satunya Taman Burung di Bali pun berada di tangan pemodal asing. Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 22 Tidak hanya tubuh Ibu Pertiwi yang sudah centang-perenang dikapling,

birokrasi negara-sipil dan militer-baik pada tingkat nasional dan daerah sudah lama tercabik-cabik dikapling-kapling oleh berbagai satuan mafia birokrat dengan sistem sel berjenjang yang rumit merata di seluruh Nusantara tanpa kecuali. Bila Direktorat Jenderal Pajak, Bea dan Cukai, serta Ditjen Anggaran Depkeu belum telanjur diduduki oleh satuan-satuan tikus berseragam, kita masih dapat berharap bahwa pajak yang dibayar oleh perusahaan asing maupun nasional masih dapat diselamatkan dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemaslahatan rakyat. Bila di departemen yang dulu bernama Pekerjaan Umum (PU) juga sunyi dari pemalak-pemalak berseragam, maka kita masih dapat berharap bahwa jalan-jalan tidak berlubang-lubang. Bila di Departemen Perhubungan tidak terjadi pengaplingan proyek, maka kita tentu saja layak bermimpi punya pelabuhan-pelabuhan-darat, laut, udara, dan sungai-yang mampu beroperasi lebih lama dari seumur jagung. Bila Departemen Pendidikan Nasional mampu menghentikan lagu lama Love Me Tender tentu saja anak-anak dapat diselamatkan dari kebingungan gonta-ganti buku pelajaran dan pemaksaan ujian nasional yang beruang 45 miliar rupiah Dan yang paling tragis adalah Departemen Sosial dengan seluruh jajarannya di daerah-daerah di mana dana pengungsi bermiliar rupiah ludes tanpa dapat dilacak. Di wilayah konflik dan bencana malah danadana itu dipakai untuk tim sukses meraih suatu jabatan tertentu seperti yang dilaporkan Sdr Arianto Sangaji dalam tulisannya berjudul "Proyek Kekerasan di Sulawesi Tengah" (Kompas, 14/12/2004). Begitu haus dan rakusnya para pejabat sipil adigang-adigung ini melahap semua lahanlahan finansial ini sampai-sampai lapangan parkir, termasuk di kampuskampus (sic!) telah dikapling-kapling.

Aparat penegak hukum dan keamanan juga tidak mau ketinggalan dalam pesta nasional mengkapling-kapling bumi pertiwi dan birokrasi negara serta daerah. Setiap perempatan jalan dan tempat-tempat hiburan di kotakota serta pangkalan ojek secara teratur mempersembahkan upeti dalam jumlah berkali-kali lipat gaji seorang kepala polres. Suatu perkara dapat ditelantarkan bertahun-tahun tanpa kabar (kasus pembobolan BNI misalnya) bila ada intervensi kekuasaan uang atau politik-administratif. Lembaga Kejaksaan, menurut seorang pengamat kepolisian, malah jauh lebih parah dalam memeras para tersangka. Porsi upeti sebanding dengan Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 23 luasnya kapling otoritas jaksa tertentu. Para hakim juga setali tiga uang dengan rekan-rekan mereka di Kejaksaan. Beberapa faksi militer menjadi pelindung dan bahkan pelaku dalam illegal logging, pencurian ikan laut, perkebunan, dan perdagangan ganja. Keamanan menjadi komoditas yang dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga para aparat keamanan selalu tampil sebagai pahlawan pengawal dan pembela NKRI dan penjamin keamanan rakyat. Dalam kenyataannya, mereka lebih sibuk menjaga keamanan kapling-kapling satuan kepentingan, baik finansial maupun promosi kenaikan pangkat mereka sendiri. Negara semakin impoten Keadaan NKRI yang sudah sedemikian dikeroposi dan digembosi dari dalam oleh aparat birokrasinya sendiri nyaris memustahilkan efektifnya pelaksanaan setiap kebijakan maupun perangkat perundang-undangan yang ada. Bagaimana bisa suatu kebijakan nasional ditegakkan bila daftar isi dokumen kebijakan (Propenas misalnya) juga sudah dikapling-kapling.

Bab sekian untuk departemen A. Subbab sekian sampai sekian untuk Ditjen A1, sedangkan subbab sisanya untuk Ditjen A2 dan A3. Adalah menarik menyaksikan bagaimana para wakil setiap bagian dari birokrasi itu berdebat berjam-jam tentang penggunaan istilah tertentu. Ternyata tiap istilah yang digunakan punya implikasi di bagian mana sebuah proyek berikut dananya akan dialokasikan. Belum lagi bila bagian birokrasi tertentu harus berhadapan baik dengan aparat Ditjen Anggaran, Depkeu, maupun Bappenas dalam suatu dagang sapi proyek yang sangat merendahkan martabat bangsa. Pengeroposan negara ini dari dalam tubuh birokrasinya sendiri adalah sebab utama dan pertama mengapa gontaganti presiden lima kali dalam enam tahun terakhir tidak membawa perubahan apa-apa dibandingkan dengan Thailand yang satu kali pergantian perdana menteri telah banyak mengubah nasib rakyat kecilnya (The Economist, 5/2/2005). Sebab kedua semakin impotennya negara adalah semakin berjalinkelindannya keterkaitan berbagai masalah nasional dengan setumpuk faktor-faktor penyebab yang berada di lingkup tataran regional bahkan global. Masalah-masalah utama dan mendasar, seperti masalah perdagangan narkoba, perdagangan teknologi radioaktif dan nuklir, kerusakan lingkungan, perdagangan senjata, perdagangan anak dan Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts 24 perempuan, tenaga kerja tak berdokumen, pencucian uang, dan terorisme semakin mustahil diselesaikan secara sendirisendiri oleh tiap negara. Diperlukan sistem dan mekanisme regional seperti ASEAN dan sejenisnya untuk menangani hal-hal tersebut di atas. Otoritas dan wewenang bahkan

kedaulatan suatu negara nyaris menjadi klaimklaim usang yang perlu ditinjau kembali secara komprehensif. Faktor ketiga yang semakin membuat kemampuan negara menangani masalah mendekati titik nadir ini adalah gencarnya proses desentralisasi sebagai dampak bawaan yang tak terhindarkan dari tuntutan demokratisasi. Daerah-daerah otonom semakin asertif menarik garis batas

pembagian kekuasaan politik-administratif serta anggaran antara pusat dan daerah. Hal ini diperparah dengan semakin merajalelanya keserakahan aparat birokrasi berwatak Orde Baru yang mulai mengkapling-kapling berbagai lahan dana anggaran potensial. Lebih jauh, beberapa pemerintah kota besar dan menengah malah mulai merintis kerja sama regional dan internasional dengan melangkahi pemerintah nasional. Hasil akhir dari gempuran tiga faktor pelemah negara-bangsa ini adalah pada satu pihak pemerintah pusat tidak mampu menangani masalahmasalah yang berdimensi regional-terkini, TKI tak berdokumen di Malaysia-di lain pihak pemerintah pusat juga tidak berdaya memberikan pelayanan dasar dalam bidang pendidikan dan kesehatan. Alhasil, seperti dirumuskan oleh Manuel Castells dalam karyanya The Power of Identity (1997:273): "national governments in the Information Age are too small to handle global forces, yet too big to manage peoples lives". Tamrin Amal Tomagola Sosiolog http://www.kompas.co.id/kompascetak/0502/14/opini/1553516.htm Download: Kamis, 8 Juni 2006 Teori Pembangunan Masyarakat Dosen: Suharyanto Aufies scripts

25

dia akan menjalani kehidupannya dengan berjalan diatasnya. Cara kita meyakini kehidupan akan berimbas ke pola pikir kita. Pola pikir akan mempengaruhi tindakan, dan tindakan akan menghasilkan nasib.

Apa Arti Kehidupan Sebenarnya? Hidup Adalah Permainan. Jadilah Pemain Kehidupan.
Written by Fikri Rasyid

Sekarang, bagaimana kita sebagai orang beriman seharusnya memandang kehidupan? Terjemahan Q.S. Al Hadid ( 57 ) Ayat 20 : Ketahuilah, sesungguhanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam tanamannya mengagumkan para petani; kemudian ( tanaman ) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. Note that : hidup adalah permainan. Waw, apakah ini berarti yang kita lakukan selagi hidup ini adalah bermain dan bersenang senang? Pahami konteks keseluruhan tersebut. Pemahaman yang coba di ajarkan Tuhan melalui (terjemahan) wahyu ini adalah bahwa hidup adalah sebuah permainan yang jangka waktunya pendek, maka dari itu kita harus menjadi pemain dari permainan kehidupan, bukannya main main dalam kehidupan. Maksudnya? Pemain adalah mereka yang memainkan permainan dengan serius. Cermati contoh ini : pemain sepak bola. artinya? Mereka yang bermain sepak bola yang serius mengikuti permainan sepak bola dan mematuhi peraturan peraturannya. Sekarang perhatikan mereka yang menjadikan dirinya pemain sepak bola yang sungguh sungguh : contoh, Kaka. Apa yang Tuhan berikan kepada Kaka yang menjadikan dirinya pemain sepak bola? kehidupan yang luar biasa, penghasilan yang melimpah, popularitas, jutaan penggemar, dll.

Life is a Game by Monteakm2008 (Busy) Coba tanya diri anda masing masing. Apa arti hidup menurut anda? Hidup adalah . . Coba isi titik titik yang tersedia setelah kata adalah. Pertanyaan ini sederhana, namun saya yakin isinya pasti beragam. Bisa jadi hidup adalah perjuangan, atau hidup adalah tantangan, atau hidup adalah perjalanan, dll. Jawaban dari pertanyaan tadi bisa jadi beragam, namun ada satu hal yang perlu diperhatikan : Jawaban dari pertanyaan tersebut mencerminkan keyakinan anda atas kehidupan. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjuangan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus di perjuangkan. Maka dari itu, hari hari dalam hidupnya akan dijalani dengan berjuang. Sedangkan orang yang meyakini bahwa hidup adalah tantangan, akan melihat bahwa hidup yang dijalaninya adalah tantangan yang harus di pecahkan. Dia akan menjalani kehidupannya dengan memecahkan tantangan. Orang yang meyakini bahwa hidup adalah perjalanan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang harus dicapai tujuannya. Maka dari itu

Itu baru menjadikan diri sebagai pemain sepak bola yang notabene dibatasi oleh 45menit X 2 dalam lapangan rumput persegi dan bola bundar. Bisa bayangkan apa yang akan Tuhan berikan jika anda menjadi pemain dari permainan besar kehidupan? Menjadikan diri anda seorang manusia profesional yang mengikuti peraturan dunia dan bermain / menjalani kehidupan dengan serius?

"Tidak sama orang yang hidup dengan orang yang sudah mati. Sesungguhnya Allah SWT mendengar orang yang dikehendaki-Nya, sedangkan kamu tidak bisa menjadikan orang-orang yang di dalam kubur bisa mendengar," (QS Al-Fathir 22). Maksud ayat ini menjelaskan Nabi Muhammad tidak bisa memberi petunjuk kepada orang-orang musyrikin yang telah mati hatinya. Dua ayat ini memberikan perbandingan yang terbalik, di satu sisi orang yang telah mati dianggap masih hidup, dan di sisi lain orang yang masih hidup dianggap telah mati. Lalu apa hakikat makna hidup menurut Islam? Seorang filusuf Yunani Descartes pernah mendefinisikan, manusia ada dan dinyatakan hidup di dunia bila ia melakukan aktivitas berpikir. Kemudian Karl Marx menyatakan, manusia ada dan dinyatakan hidup jika manusia mampu berusaha untuk mengendalikan alam dalam rangka mempertahankan hidupnya. Sedangkan Islam menjelaskan manusia ada dan dianggap hidup jika ia telah melakukan aktivitas "jihad" seperti yang telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Q.S. Ali Imron: 169 di atas. Tentu saja jihad dalam pengertian yang sangat luas. Jihad dalam pengertian bukan hanya sebatas mengangkat senjata dalam peperangan saja, tetapi jihad dalam konteks berusaha mengisi hidup dengan karya dan kerja nyata. Jihad dalam arti berusaha memaksimalkan potensi diri agar hidup ini berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, dan bangsa. Misalnya, seseorang yang berusaha mencari dan menemukan energi alternatif ketika orang sedang kesulitan BBM itu juga sudah dipandang jihad karena ia telah mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Seseorang yang keluar dari sifat malas, kemudian bekerja untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, itu juga termasuk jihad karena ia telah mampu mengalahkan hawa nafsunya sendiri, dan bukankah ini jihad yang paling besar karena Rasulullah sendiri menyatakan bahwa jihad yang paling akbar adalah melawan hawa nafsu sendiri. Hidup dalam pandangan Islam adalah kebermaknaan dalam kualitas secara berkesinambungan dari kehidupan dunia sampai akhirat, hidup yang penuh arti dan manfaat bagi lingkungan. Hidup seseorang dalam Islam diukur dengan seberapa besar ia melaksanakan kewajibankewajiban sebagai manusia hidup yang telah diatur

Makna Hidup Dalam Pandangan Islam


oleh Marhaban Ya Ramadhan pada 20 Januari 2010 jam 2:23

HIDUP ini sebuah misteri dan penuh rahasia! Manusia memiliki keterbatasan dalam memahami makna hidup. Pada umumnya, manusia tidak mengetahui banyak hal tentang sesuatu, yang mereka ketahui hanyalah realitas yang nampak saja (Q.S 30: 6-7). Tidak ada seorang pun yang tahu berapa lama ia akan hidup, di mana ia akan mati, (Q.S 31: 34) dalam keadaan apa ia akan mati, dan dengan cara apa ia akan mati, sebagian manusia menyangka bahwa hidup ini hanya satu kali dan setelah itu mati ditelan bumi. Mereka meragukan dan tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali setelah mati (Q.S An-Naml: 67). Adapun mengenai kepercayaan adanya kehidupan setelah mati pandangannya sangat beragam tergantung pada agama dan kepercayaan yang dipeluk dan diyakini. Islam menjelaskan makna hidup yang hakiki melalui perbandingan dua ayat yang sangat kontras, seperti dicontohkan di dalam Alquran. Seorang yang telah mati menurut mata lahir kita, bahkan telah terkubur ribuan tahun, jasadnya telah habis dimakan cacing dan belatung lalu kembali menjadi tanah, namanya sudah hampir dilupakan orang. Tetapi yang mengherankan, Allah SWT memandangnya masih hidup dan mendapat rezeki di sisi-Nya serta melarang kepada kita menyebut mati kepada orang tersebut. Hal ini dapat kita lihat dalam (Q.S 3: 169). "Janganlah kalian menyangka orang-orang yang gugur di jalan Allah itu telah mati, bahkan mereka itu hidup dan mendapat rezeki di sisi Allah." Sebaliknya ada orang yang masih hidup menurut mata lahir kita, masih segar-bugar, masih bernapas, jantungnya masih berdetak, darahnya masih mengalir, matanya masih berkedip, tetapi justru Allah menganggapnya tidak ada dan telah mati, seperti disebutkan dalam firmannya

oleh Dienull Islam. Ada dan tiadanya seseorang dalam Islam ditakar dengan seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh umat dengan kehadiran dirinya. Sebab Rasul pernah bersabda "Sebaik-baiknya manusia di antara kalian adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. (Alhadis). Oleh karena itu, tiada dipandang berarti (dipandang hidup) ketika seseorang melupakan dan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang telah diatur Islam. Dengan demikian, seorang muslim dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup sehingga eksistensinya bermakna dan bermanfaat di hadapan Allah SWT, yang pada akhirnya mencapai derajat Al-hayat Al-thoyyibah (hidup yang diliputi kebaikan). Untuk mencapai derajat tersebut maka setiap muslim diwajibkan beribadah, bekerja, berkarya berinovasi atau dengan kata lain beramal saleh. Sebab esensi hidup itu sendiri adalah bergerak (Al-Hayat) kehendak untuk mencipta (AlKhoolik), dorongan untuk memberi yang terbaik (Al-Wahhaab) serta semangat untuk menjawab tantangan zaman (Al-Waajid). Makna hidup yang dijabarkan Islam jauh lebih luas dan mendalam dari pada pengertian hidup yang dibeberkan Descartes dan Marx. Makna hidup dalam Islam bukan sekadar berpikir tentang realita, bukan sekadar berjuang untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih dari itu memberikan pencerahan dan keyakinan bahwa. Hidup ini bukan sekali, tetapi hidup yang berkelanjutan, hidup yang melampaui batas usia manusia di bumi, hidup yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan sang Kholik. Setiap orang beriman harus meyakini bahwa setelah hidup di dunia ini ada kehidupan lain yang lebih baik, abadi dan lebih indah yaitu alam akhirat (Q.S. Adl-dluha: 4). Setiap muslim yang aktif melakukan kerja nyata (amal saleh), Allah menjanjikan kualitas hidup yang lebih baik seperti dalam firmannya "Barang siapa yang melakukan amal saleh baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan ia beriman, maka pasti akan kami hidupkan ia dengan al-hayat al-thoyibah (hidup yang berkualitas tinggi)." (Q.S. 16: 97). Ayat tersebut dengan jelas sekali menyatakan hubungan amal saleh dengan kualitas hidup seseorang. Aktualisasi diri!

Salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar adalah pengakuan dari komunitas manusia yang disebut masyarakat. Betapa menderitanya seseorang, sekalipun umpamanya ia seorang kaya raya, berkedudukan, mempunyai jabatan, namun masyarakat di sekitarnya tidak mengakui keberadaannya bahkan menganggapnya tidak ada, antara ada dan tiada dirinya tidak berpengaruh bagi masyarakat. Dan hal ini adalah sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat muslim. Terlebih rugi lagi jika keberadaan kita tidak diakui oleh Allah SWT, berarti alamat sebuah kemalangan yang akan menimpa. Ketika usia kita tidak menambah kebaikan terhadap amal-amal, ketika setiap amal perbuatan tidak menambah dekatnya diri dengan Sang Pencipta, berarti hidup kita sia-sia belaka. Allah menganggap kita sudah mati sekalipun kita masih hidup. Oleh karena itu, seorang muslim "diwajibkan" untuk mengaktualisasikan dirinya dalam segenap karya nyata (amal saleh) dalam kehidupan. "Sekali berarti, kemudian mati" begitulah sebaris puisi yang diungkapkan penyair terkenal Chairil Anwar. Walaupun ia meninggal dalam keadaan masih muda dan telah lama dikubur di pemakaman Karet Jakarta, tetapi nama dan karya-karyanya masih hidup sampai sekarang. Kalau Chairil Anwar telah "berjihad" selama hidupnya di bidang sastra. Bagaimana dengan kita? Mari berjihad dengan amal saleh di bidang-bidang yang lain. Agar kita dipandang hidup oleh Alla Kondisi senantiasa bahagia dalam situasi apa pun, inilah. yang senantiasa dikejar oleh manusia. Manusia ingin hidup bahagia. Hidup tenang, tenteram, damai, dan sejahtera. Sebagian orang mengejar kebahagiaan dengan bekerja keras untuk menghimpun harta. Dia menyangka bahwa pada harta yang berlimpah itu terdapat kebahagaiaan. Ada yang mengejar kebahagiaan pada tahta, pada kekuasaan. Beragam cara dia lakukan untuk merebut kekuasaan. Sehab menurtnya kekuasaan identik dengan kebahagiaan dan kenikmatan dalam kehidupan. Dengan kekuasaan sesrorang dapat berbuat banyak. Orang sakit menyangka, bahagia terletak pada kesehatan. Orang miskin menyangka, bahagia terletak pada harta kekayaan. Rakyat jelata menyangka kebahagiaan terletak pada kekuasaan. Dan sangkaan-sangkaan lain.

Lantas apakah (sa'adah/happiness)?

yang

disebut"bahagia'

Selama ribuan tahun, para pemikir telah sibuk membincangkan tentang kebahagiaan. Kebahagiaan adalah sesuatu yang ada di luar manusia, dan bersitat kondisional. Kebahagiaan bersifat sangat temporal. Jika dia sedang berjaya, maka di situ ada kebahagiaan. Jika sedang jatuh, maka hilanglah kebahagiaan. Maka. menurut pandangan ini tidak ada kebahagiaan yang abadi dalam jiwa manusia. Kebahagiaan itu sifatnya sesaat, tergantung kondisi eksternal manusia. Inilah gambaran kondisi kejiwaan masyarakat Barat sebagai: "Mereka senantiasa dalam keadaan mencari dan mengejar kebahagiaan, tanpa merasa puas dan menetap dalam suatu keadaan. Islam menyatakan bahwa "Kesejahteraan' dan "kebahagiaan" itu bukan merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia suatu keadaan hayali insan yang hanva dapat dinikmati dalam alam fikiran belaka. Keselahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan hakikat terakhir yang mutlak yang dicari-cari itu yakni: keyakinan akan Hak Ta'ala dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan keyakinan itu dan menuruti titah batinnya.' Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu. Bilal bin Rabah merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan.

Menurut al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT. Selanjutnya, al-Ghazali menyatakan: "Ketahuilah bahagia tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat, kesenangan dan kelezatannya mara rasa itu ialah menurut perasaan masing-masing. Maka kelezatan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kenikmatan telinga mendengar suara yang merdu, demikian pula segala anggota yang lain dan tubuh manusia. Ada pun kelezatan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat herkenalan dengan seorang pajabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipatganda kalau dia dapat berkenalan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden. Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. Dan oleh sebab itu tidak ada ma'rifat yang lebih lezat daripada ma'rifatullah. Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan. bahwa tiada Tuhan selain Allah" (Laa ilaaha illallah). Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan manusia memperhatikan dan memikirkan tentang fenomana alam semesta, termasuk memikirkan dirinya sendiri. Disamping ayat-ayat kauniyah. Allah SWT juga menurunkan ayat-ayat qauliyah, berupa wahyu verbal kepada utusan-Nya yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw. Karena itu, dalam QS Ali Imran 18-19, disebutkan, bahwa orang-orang yang berilmu adalah orang-orang yang bersaksi bahwa "Tiada tuhan selain Allah", dan bersakssi bahwa "Sesungguhnya ad-Din dalam pandangan Allah SWT adalah Islam."

Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva. Sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Apakah kamu tidak memahaminya?

Inilah yang disebut ilmu yang mengantarkan kepada peradaban dan kebahagiaan. Setiap lembaga pendidikan. khususnya lembaga pendidikan Islam. harus mampu mengantarkan sivitas akademika-nya menuju kepada tangga kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Kebahagiaan yang sejati adalah yang terkait antara dunia dan akhirat. Kriteria inilah yang harusnya dijadikan indikator utama, apakah suatu program pendidikan (ta'dib) berhasil atau tidak. Keberhasilan pendidikan dalam Islam bukan diukur dari berapa mahalnya uang hayaran sekolah; berapa banyak yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan sebagainya. Tetapi apakah pendidikan itu mampu melahirkan manusiamanusia yang beradab yang mengenal Tuhannya dan beribadah kepada Penciptanya. Manusia-manusia yang berilmu seperti inilah yang hidupnya hahagia dalam keimanan dan keyakinan: yang hidupnya tidak terombang-ambing oleh keadaan. Dalam kondisi apa pun hidupnya bahagia, karena dia mengenal Allah, ridha dengan keputusanNya dan berusaha menyelaraskan hidupnya dengan segala macam peraturan Allah yang diturunkan melalui utusan-Nya. Karena itu kita paham, betapa berbahayanya paham relativisme kebenaran yang ditaburkan oleh kaum liberal. Sebab, paham ini menggerus keyakinan seseorang akan kebenaran. Keyakinan dan iman adalah harta yang sangat mahal dalam hidup. Dengan keyakinan itulah, kata Igbal, seorang Ibrahim a.s. rela menceburkan dirinya ke dalam api. Penyair besar Pakistan ini lalu bertutur hilangnya keyakinan dalam diri seseorang. lebih buruk dari suatu perbudakan. Sebagai orang Muslim, kita tentu mendambakan hidup bahagia semacarn itu; hidup dalam keyakinan: mulai dengan mengenal Allah dan ridha, menerima keputusan-keputusan-Nva, serta ikhlas menjalankan aturan-aturan-Nya. Kita mendambakan diri kita merasa bahagia dalam menjalankan shalat, kita bahagia menunaikan zakat, kita bahagia bersedekah, kita bahagia menolong orang lain, dan kita pun bahagia menjalankan tugas amar ma'ruf nahi munkar. Dalam kondisi apa pun. maka "senangkanlah hatimu!" Jangan pernah bersedih.

"Kalau engkau kaya. senangkanlah hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu. "Dan jika engkau fakir miskin, senangkan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Senangkanlah hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu..." "Kalau engkau dilupakan orang, kurang masyhur, senangkan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu..." Mudah-mudahan. Allah mengaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Amin. Makna kebajikan Di dalam Al-Quran, baik atau kebaikan menggunakan kata ihsan, birr dan ishlah. Kata ihsan (ahsan dan muhsin) bisa dilihat pada firman Allah yang artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya (QS 4:125). Bila dikaitkan dengan hadits tentang kedatangan Jibril kepada Nabi Muhammad Saw, maka ihsan adalah perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang karena merasakan kehadiran Allah dalam dirinya atau dia merasa diawasi oleh Allah Swt yang membuatnya tidak berani menyimpang dari segala ketentuan-Nya. Sedangkan kata baik dalam arti birr bisa dilihat pada firman Allah yang artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke ke timur maupun ke barat itu suatu kebaikan, tetapi sesungguhnya kebaikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab dan nabi-nabi serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, menunaikan zakat; dan

orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa (QS 2:177).

Bila kita kaji ayat-ayat tentang kata al birr, termasuk ayat di atas, maka akan didapat kesimpulan bahwa kebaikan itu menurut Mahmud Syaltut dalam tafsirnya membaginya menjadi tiga, yakni birr dalam aqidah, birr dalam amal dan birr dalam akhlak. Adapun kata baik dengan menggunakan kata ishlah terdapat dalam banyak ayat, misalnya pada firman Allah yang artinya: Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: mengurus urusan mereka secara patut adalah baik (QS 2:220). Islah (berlaku baik) digunakan penggunaannya dalam kaitan hubungan yang baik antara sesama manusia, di dalam Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 3 hal 740 dinyatakan: Islah merupakan kewajiban umat Islam, baik secara personal maupun sosial. Penekanan islah ini lebih terfokus pada hubungan antara sesama umat manusia dalam rangka pemenuhan kewajiban kepada Allah Swt. Di dalam Al-Quran, Allah Swt menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Namun, kemuliaan manusia ternyata tidak terletak pada keindahan fisiknya. Kalau manusia dianggap mulia dengan sebab badannya yang besar, tentu akan lebih mulia binatang ternak seperti sapi, kerbau, unta, gajah dan sebagainya yang memiliki berat badan yang jauh lebih berat. Karenanya bila manusia hanya mengandalkan kehebatan dan keagungan dirinya pada berat badan, maka dia bisa lebih rendah kedudukannya daripada binatang ternak yang kemuliaannya terletak pada berat badannya. Allah Swt berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekusaan Allah), dan mereka mempunyai telinga

(tapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS 7:179). Oleh karena itu, kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal shaleh atau kebaikannya dalam bersikap dan bertingkah laku, dimanapun dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya, semakin banyak perbuatan baik yang dilakukannya, maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya dihadapan Allah Swt. Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk berloma-lomba dalam kebaikan sebagaimana firman Allah yang artinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 2:148). Sunnatullah berarti tradisi Allah dalam melaksanakan ketetapanNya sebagai Rabb yang terlaksana di alam semesta atau dalam bahasa akademis disebut hukum alam. Sunnah atau ketetapan Allah antara lain: 1. Selalu ada dua kondisi saling ekstrem (surga-neraka, benar-salah, baik-buruk) 2. Segala sesuatu diciptakan berpasangan (dua entitas atau lebih). Saling cocok maupun saling bertolakan. 3. Selalu terjadi pergantian dan perubahan antara dua kondisi yang saling berbeda. 4. Perubahan, penciptaan maupun penghancuran selalu melewati proses. 5. Alam diciptakan dengan keteraturan. 6. Alam diciptakan dalam keadaan seimbang. 7. Alam diciptakan terus berkembang. 8. Setiap terjadi kerusakan di alam manusia, Allah mengutus seorang utusan untuk memberi peringatan atau memperbaiki kerusakan tersebut. Artikel bertopik Islam ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. Sunnatullah & Takdir.

Apakah Sunnatullah itu ? Sunnatullah adalah aturan main atau hukum-hukum yang bekerja di seluruh penjuru alam semesta. Suatu aturan main atau hukum yang tidak akan pernah berubah dari mulai dulu sampai nanti. Allah berkehendak untuk memberikan kepastian kepada makhluknya. Hukum yang memberikan kepastian, seperti hukum sebab akibat, bahwa kalau kita melakukan sesuatu yang bersifat positif akan berakibat positif pula dan apabila kita melakukan sesuatu yang bersifat negatif akan berakibat sesuatu yang negatif pula. Dan Allah adalah maha pemurah kepada makhluknya. Itulah ketentuan Allah, manusia yang terlahir sampai dia menemui ajalnya dia terikat oleh Sunatullah, dimana hal ini sangat berkaitan dengan permasalahan takdir yaitu rukun iman yang ke enam. Takdir di bagi menjadi 2 macam, yang pertama adalah qodar, yaitu ketentuan Allah yang sudah tidak dapat di ganggu gugat keberadaanya, seperti kita terlahir dengan dua kaki, dua tangan, mata, dan telinga, rambut di lahirkan di sini atau disana atau apapun yang berkaitan dengan penciptaan makhluk atau juga bisa di katakan sebagai suatu ketetapan yang mengikat. Yang kedua adalah Qada` yaitu suatu ketetapan yang bersifat bebas menentukannya , atau harus di usahakan atau di upayakan untuk memperolehnya. Hal ini sangat terkait dengan sifat kehendak yang di berikan Allah kepada manusia, sebagai satu makhluk yang dikatakan paling sempurna dari makhluk yang sudah ada. Dengan di bekali akal sempurna yang menyebabkan manusia mempunyai keinginan-keinginan yang berbeda dengan makhluk yang lain. Menjadikan manusia sebagai makhluk yang berbudaya di karenakan akal yang sempurna tersebut. Karena sifat kehendak yang ada pada diri manusia, manusia bisa menentukan sendiri masa depannya, baik itu masa depan kehidupan dunianya maupun masa depan akhiratnya. Manusia bisa menentukan ke arah mana langkahnya, dengan mempergunakan akal dan kehendak yang telah di anugerahkan oleh Allah kepadanya. Allah memberikan banyak pilihan kepada manusia terkait dengan qada` ini dan penerapannya sangat tergantung pada Sunnatullah yang telah ada dan di sediakan oleh Allah swt.

Dalam perkembangannya, persepsi mengenai takdir ini ada 2 (dua) keyakinan. Keyakinan yang pertama yaitu mereka yang mendasarkan pada beberapa ayat diantaranya : QS. Ali Imraan : 145. Wa maa kaana linafsin `an tamuuta illa bi`idznillahi kitaaban mu`ajjalan, Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. , QS. Al A`raaf : 34. Wa likullin ummatin `ajalun, fa idzaa jaa`a ajaluhum laa yasta`khiruuna saa`atan wa laa yastaqdimuuna Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya. QS. Al Hadiid : 22. Maa ashaaba mim mushibatin fiil ardhi wa la fii anfusikum illa fii kitaabin min qabli an nabrahaa inna dzaalika alallahi yasiirun Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. QS. At Taubah : 51. Qul lan yushibanaa illa maa kataballahu lana huwa maulaanaa wa alallahi fal yatawakkalil mu`minuuna Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal. Ayat-ayat itulah yang mempersepsi pikiran mereka bahwa Islam mengajarkan pasrah total kepada apa yang telah dan akan menimpa mereka tanpa ada usaha untuk menghindarkan diri dari padanya.

Mereka memasrahkan diri sepenuhnya kepada nasib dan mengesampingkan kehendak. Usaha atau ikhtiar bagi mereka adalah upaya yang sangat relatif dan hasilnya sangat sedikit kemungkinannya sesuai dengan harapan. Sikap yang seperti inilah yang mendukung pembenaran teori bahwa : Manusia itu produk lingkungannya. Ini sudah dianut oleh banyak orang bahkan anggapan itu sampai sat ini masih kental sekali dalam pikiran sebagian masyarakat. Yang menyebabkan secara psikologis mereka menjadi tidak mau lagi mengusahakan suatu perubahan terhadap dirinya dengan lebih keras, bahkan mereka cenderung untuk bermalas-malasan. Kita yakin bahwa Allah itu Maha adil, tetapi jika berpikir bahwa orang yang sesat adalah sengaja di sesatkan oleh Allah sejak awal adalah menjadi tidak adil. Kita punya kehendak, maka barang siapa yang sesat berarti dia telah menganiaya dirinya sendiri. Kita diberi kehendak oleh Allah dan kita diberi kebebasan untuk menentukan jalan kita melalui hukum alam yang telah disediakan yaitu Sunnatullah. Keyakinan yang ke dua yaitu mereka yang mendasarkan pada beberaapa ayat di bawah ini, QS. Asy Syuura : 30. Wa maa ashabakum min mushiibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya`fuu an katssirin Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). QS. An Nisaa` : 79. Maa ashaabaka min hasanatin fa minallah wa maa ashaabaka min saiyiatin fa min nafsika,. Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. ,.. Dua ayat di atas memberikan makna buat kita bahwa ada keterlibatan dari diri manusia sendiri atas segala musibah atau sesuatu yang negatif yang menimpa diri mereka, sedangkan semua nikmat datangnya dari Allah memang tidak bisa disangkal karena Allahlah yang telah memberikan kepada kita

Sunnatullah atau hukum alam yang bisa berakibat baik atau buruk bagi pelakunya. Sangat rasional atau bisa diterima oleh akal. QS. An Najm : 39. Wa an laisa lin insaani illa maa saa`aa Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, QS. An Najm : 40. Wa anna sa`yahu saufa yuraa dan bahwasannya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). QS. An Najm : 41 Tsumma yujzahul jazaa`al aufaa. Kemudian akan diberikan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. Ayat inilah yang mengajak pada setiap manusia untuk mengusahakan apa saja yang menuju kearah yang lebih baik dengan iradat atau kehendak yang telah disertakan kepada setiap diri kita oleh Allah swt. karena dalam satu ayat Allah juga berfirman : QS. Ar Ra`d : 11. ,..Innallaha laa yughaiyiru maa bi qaumin hattaa yughaiyiru maa bi anfusihim, Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merobah keadaan yang ada diri mereka sendiri,.. Ayat-ayat di atas semakin memperjelas buat kita, bahwa ketentuan Allah atas diri manusia yang berkaitan dengan hasil adalah harus di upayakan atau harus di usahakan dengan sungguh-sungguh. Kemudian barulah bertawakal kepada Allah atas segala apa yang akan di terima dari upaya-upaya tersebut. Menyerahkan semua hasil upaya yang telah dilakukan kepada Allah adalah sangat penting. Bahkan sesuatu yang sangat di anjurkan, karena Allah lah yang mempunyai kuasa atas segala apa yang akan di berikan kepada hambanya melalui hukum alamNya. Juga merupakan salah ciri-ciri orang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman. Dan agar manusia tidak terlarut dalam kekecewaan

yang sangat dalam apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena pada dasarnya, Allah akan memberikan cobaan atau ujian kepada hambanya, untuk mengetahui, siapa diantara manusia yang sabar dan yang paling baik amalnya. Dan kemudian Allah akan memberikan balasan yang sempurna kepada mereka. Keyakinan seperti ini juga di kuatkan dengan beberapa ayat yang memberikan informasi kepada kita, bahwa Allah akan mengabulkan do`a kita asal semua ketentuan-ketentuan tentang terkabulnya do`a itu semua dipenuhi. Qs. Al Baqarah 186. ,.Ujiibu da`watad daa`i idza da`an, fal yastajiibuuli wal yu`minuubi la`allahum yarsyuduuna ,.Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Qs. Al Mu`min : 60. Wa qaalaa rabbukumud `uunii astajib lakum, innal ladziina yastakbiruuna `an `ibaadati sayad khuluuna jahannama daakhiriina. ,.Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku, akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. Yakinlah bahwa Allah akan mengabulkan do`a-do`a kita. Apa saja yang kita minta asalkan semua ketentuan-ketentuan tentang terkabulnya do`a kita penuhi. Dan dalam satu ayat Allah juga memerintahkan kepada kita untuk berdo`a atau meminta dengan disertai kesabaran. Sabar dalam menunggu terkabulnya do`a-do`a kita dan tetap menjalankan shalat. Di ayat lain Allah berfirman : Dan yang demikian itu sungguh berat , kecuali bagi orang-orang yang khusyu`. Yang bagaimanakah orang yang khusyu` itu ? Yaitu orang-orang yang yakin akan pertemuan dengan Tuhannya dan yakin bahwa mereka akan kembali kepadaNya.

Oleh karena itu, janganlah kita berputus harapan dari rahmat Allah, marilah selalu berusaha untuk memperoleh ketentuan Allah yang lebih baik dari saat ini, dan tetaplah untuk selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun, berbuat baiklah terhadap sesama seperti Allah sudah berbuat baik kepada kita dan janganlah melakukan kerusakan di muka bumi, karena Allah tidak suka terhadap orang-orang yang selalu berbuat kerusakan. Makna leksikal hikmah adalah ucapan dan perbuatan yang sesuai dengan kebenaran dan realitas, sampai kepada kebenaran dengan media ilmu dan akal dan atau yang membuat manusia berdiri di atas rel kebenaran. Ilmu adalah mengetahui, mencerap sebuah hakikat, dan pengetahuan. Hikmah Dan Ilmu Dalam Al-Quran: Redaksi hikmah berulang kali disebutkan dalam alQuran. Tentang redaksi hikmah ini terdapat pendapat beragam dari para penafsir. Sebagian berkata, yang dimaksud dengan hikmah adalah kenabian. Sebagian lainnya berkata bahwa maksud hikmah adalah syariat-syariat, ilmu halal dan haram. Dan sebagian besar lainnya memaknai hikmah sebagai pengetahuan al-Quran. Dan sebagian lagi memaknai sampainya pada hakikat pesan Tuhan dan sebagainya. Namun pendapat Allamah Thabathabai Ra adalah pendapat yang menyeluruh sedemikian sehingga pendapat-pendapat lainnya dapat dijadikan sebagai contoh dari pendapat Allamah ini. Allamah Thabathabai berkata bahwa makna hikmah adalah mantap (mutqan) dan kokohnya (muhkam) bentuk ilmu. Karena hikmah merupakan perlambang kekokohan (istihkam) dan tidak dapat sirna. Allah Swt menamai al-Quran sebagai Kitb Hakm lantaran ketika al-Quran bertutur-kata, ia bertutur kata dengan baik dan di samping itu disertai dengan argumen dan dalil. Redaksi ilmu juga acap kali berulang dalam al-Quran. Adapun makna-maknanya adalah pengetahuan, menerangkan dan mengungkapkan, digunakan untuk dalil dan argumen. Setelah menelaah dan mengkaji dalam penggunaan klausul ilmu dan derivatnya, dapat disimpulkan bahwa seluruh maujud memiliki ilmu, sebagaimana Allamah Thaba-thabai Ra menegaskan pada tafsir

ayat "Tujuh petala Langit, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (Qs. Al-Isra [17]:44) redaksi kalimat tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka" adalah sebaik-baik dalil bahwa yang dimaksud dengan tasbih seluruh makhluk adalah tasbih yang bersumber dari ilmu dan terekspresi dalam bahasa lisan. Karena apabila yang dimaksud adalah bahasa tubuh (hl) seluruh makhluk dan penunjukkannya pada keberadaan Pencipta maka tiada lagi bermakna kalian tidak memahami tasbih mereka! Terdapat ayat-ayat lainnya yang menunjukkan pada makna ini. Perbedaan hikmah dan ilmu: Hikmah dan ilmu terkadang disandarkan kepada Allah Swt dan atas alasan ini disebut sebagai hikmah Ilahi; menciptakan seluruh makhluk dengan segala kemantapan dan jauh dari kesia-siaan. Dan pengadaan ini bersandar pada ilmu yang takterbatas. Sebagai kesimpulannya, hikmah dan ilmu merupakan sifat dzat Allah swt, akan tetapi perbuatan Ilahi dicirikan sebagai hikmahs, mantap, berasaskan kebenaran dan terbebas dari kebatilan, maka dengan demikian hikmat tergolong sebagai sifat perbuatan Tuhan. Bagaimanapun, karena sifat dzat Tuhan merupakan dzat-Nya itu sendiri, pada hakikatnya tidak akan ada perbedaan antara dua sifat ini, kecuali dengan memperhatikan sisi-sisinya. Hakmdan 'alm(bentuk hiperbola) keduanya menunjukkan kepada pengetahuan Tuhan, akan tetapi hikmah ghalibnya menjelaskan dimensi praktis dan ilmu menerangkan sisi teoritisnya. Dengan kata lain, sifat ilmu adalah pengetahuan tak-terbatas Tuhan dan sifat hakim adalah dari sisi tujuan, pandangan dan perhitungan dalam menciptakan alam dan menurunkan al-Quran. Terkadang dua sifat ini disandarkan kepada manusia dimana hikmah pada diri manusia pengenalan terhadap makhluk dan mengerjakan perbuatanperbuatan baik dan terpuji, dan hakmadalah orang yang merupakan ahli makrifat dan memiliki pemahaman mendalam dan akal sehat. Imam Musa bin Jafar As bersabda: Yang dimaksud dengan hikmah adalah pemahaman dan akal. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hikmah merupakan satu kondisi dan tipologi pencerapan dan penentuan yang bersandar pada ilmu yang sejatinya adalah milik Tuhan. Bahkan sebagaimana sabda Imam

Shadiq As, Allah Swt merupakan ilmu itu sendiri dimana tiada jalan bagi kebodohan di dalamnya. Matlab lainnya bahwa ilmu memiliki pelabgai derajat dan tingkatan tertinggi keberadaan hingga manusia bahkan seluruh maujud yang tidak berakal juga memiliki ilmu. Dan dapat di antara seluruh maujud ini dan ilmu sejalan dan sesuai dengan kandungan wujudnya. Berbeda dengan hikmat yang merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat orang berakal. Penjelasan Detail: Makna leksikal Hikmahadalah sampainya kepada kebenaran dan realitas melalui media ilmu dan akal.[1]Hikmahbesrasal dari klausul hukm yang bermakna menahan dan menawan. Dan makna pertamanya adalah menghukum yang menjadi sebab tercegahnya dan tertahannya kezaliman. Di antara tipologi hikmah adalah menahan manusia dari kebodohan dan kepandiran.[2]Adapun 'ilmubermakna mengetahui, pengetahuan,[3]mencerap, memahami hakikat, dan asas sesuatu.[4]Yang menunjukkan pada efek-efek yang terdapat pada segala sesuatu dan melaluinya yang lain dapat dibedakan.[5] Hikmah Dan Ilmu Dalam Al-Quran Redaksi hikmah dalam al-Quran diulang sebanyak 20 kali. Dalam menjelaskan dan menafsirkan hikmah, para penafsir mengemukakan dalil-dalil dimana yang terpenting dari dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut: 1. Yang dimaksud dengan hikmah adalah kenabian.[6]Sebagaimana hal ini disinggung pada ayat, Mereka (bala tentara Thlt) berhasil mengalahkan bala tentara Jlt dengan izin Allah, dan (dalam peperangan itu) Dawud berhasil membunuh Jlt. Kemudian Allah menganugrahkan kerajaan dan hikmahkepada Dawud, dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendakiNya.(Qs. Al-Baqarah [2]:251) 2. Yang dimaksud dengan hikmah adalah syariatsyariat (ilmu tentang halal dan haram.)[7]Sebagaimana disebutkan dalam alQuran, Dan Allah mengajarkan kepadanya al-

kitab dan hikmah(ilmu tentang halal dan haram) dan Taurat.(QS. Ali Imran 48) 3. Sebagian besar penafsir berpandangan bahwa yang dimaksud dengan hikmah adalah pengetahuan al-Quran dan ilmu tentang nsikhdan mansukh, muhkamdan mutasyabih, muqaddamdan muaakkhardan sebagainya.[8]Dan dalam al-Quran disebutkan: Allah akan menganugrahkan hikmahkepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmahtersebut, ia benar-benar telah dianugerahi kebaikan yang yang tak terhingga. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dan memahami hal ini).(Qs. Baqarah [2]:269) 4. Disebutkan dari sebagian penafsir bahwa yang dimaksud dengan hikmah adalah sampainya kepada hakikat pesan Tuhan dalam wilayah ucapan dan perbuatan.[9] 5. Sebagian lainnya berkata, yang dimaksud dengan hikmah adalah pengetahuan luas agama.[10] 6. Sebagian berkata bahwa yang dimaksud dengan hikmah adalah pemahaman dan penerimaan yang benar dari agama.[11] 7. Dan sesuai dengan pandangan penafsir lainnya hikmah adalah pengetahuan yang manfaat dan faidahnya adalah untuk membangun manusia.[12] 8. Dan akhirnya, Allamah Thaba-thabai berkata, Hikmah adalah muhkam(kokoh) dan mutqan(mantap)-nya bentuk ilmu.[13]Dimana tampaknya makna yang disampaikan oleh Allamah Thab-thabai ini dapat dipandang sebagai pandangan lengkap dan menyeluruh (jmi) atas pandangan lainnya. Sejatinya, seluruh pendapat yang dilontarkan adalah instanta luaran (mishdaq) dari makna yang diberikan oleh Allamah ini. Karena kalimat mahkamah, hikmahdan semisalnya adalah menunjukkan pada kekokohan (istihkam) yang tidak dapat sirna.[14] Allah Swt menamai al-Quran sebagai Kitb Hakm karena tatkala al-Quran bertutur-kata, ia bertutur kata baik, dan disertai dengan argumen dan dalil. Tutur-kata yang tidak disertai dengan argumen adalah tutur kata yang tidak kokoh

(muhkam).[15]Dinukil dari Nabi Saw yang bersabda: Allah Swt menganugerahkan nikmat takternilai al-Quran dan hikmah. Dan rumah yang tidak memiliki hikmah di dalamnya adalah kehancuran. Oleh karena itu tuntutlah ilmu dan pengetahuan, jangan sampai mati engkau dalam keadaan bodoh dan pandir.[16] Adapun redaksi ilmu disebutkan sebanyak 105 kali dalam al-Quran. namun derivat kata ini sangat banyak dalam al-Quran. redaksi kalimat ini dalam al-Quran terkadang bermakna mengetahui. "Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing."(Qs. Al-A'raf [7]:6) Terkadang bermakna menerangkan dan mengungkapkan. " Kemudian Kami bangunkan mereka agar Kami mengetahui, manakah di antara kedua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal (dalam gua itu)."(Qs. Al-Kahf [18]:12) Allamah Thab-thabai Ra dalam mengomentari ayat agar Kami mengetahui manakah di antara kedua golongan,"menuturkan, Yang dimaksud adalah ilmu aktual dan hal itu adalah munculnya sesuatu dan kehadirannya dalam bentuk wujud tertentu di sisi Tuhan. Ilmu dengan makna ini banyak digunakan dalam al-Quran. Dan terkadang bermakna dalil dan argumen.[17] Secara umum, tatkala kita mengkaji dan menelaah ayat-ayat dan penggunaan klausul dan derivatnya, akan nampak bahwa seluruh maujud memiliki ilmu, sebagaimana Allamah Thaba-thabai Ra dalam tafsir ayat, "tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (Qs. Al-Isra [17]:44) merupakan sebaikbaik dalil bahwa yang dimaksud dengan tasbih seluruh maujud di sini adalah tasbih yang bertitiktolak dari ilmu. Dan tasbih mereka itu adalah dalam bahasa lisan (hl). Karena apabila yang dimaksud adalah bahasa tubuh (ql) dan dalil atas keberadaan Pencipta, maka kalimat ini tidak akan memiliki makna lagi, Kalian tidak memahami tasbih mereka.[18] Dan ayat-ayat lainya yang menunjukan pada makna in seperti, Pada hari itu bumi menceritakan seluruh beritanya."(Qs. Al-Zilzalah [99]:5) Juga ayat-ayat yang senada yang menunjukkan pada kesaksian anggota badan manusia, terungkapkannya dan pembicaraan mereka dengan Tuhan, serta jawaban anggota badan terhadap pertanyaan-

pertanyaan Tuhan. Namun harus diperhatikan bahwa ilmu memiliki tingkatan dan derajat Kehidupan Dunia dalam Perspektif Islam Written by Muchlis Zamzami Caniago Nadwi Monday, 23 May 2005 Manusia dewasa ini telah berada di persimpangan jalan, antara agama dan kemajuan ilmu pengetahuan. Kebimbangan pun datang mengusik lamunan di malam hari, membangunkan dari mimpi-mimpi indahnya sepanjang malam. Manusia cenderung menilai realita kehidupan dunia yang tampak di depan mata tanpa menoleh fenomena kehidupan di masa lalu. Ada sebagian darinya yang tidak merujuk kepada perintah-perintah agama sebagai pedoman hidup di dunia. Padahal, sejarah peradaban manusia telah terukir dari beberapa peristiwa kebajikan dan kebathilan. Padahal, yang di cari manusia dalam kehidupan di dunia adalah kebahagiaan. Terangkatnya posisi manusia sebagai khalifah di muka bumi merupakan suatu kemuliaan yang tinggi dari Allah swt. Alam dan seisinya juga dipersembahkan kepada manusia untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa harus membayar upeti kepada Allah. Anugerah yang tidak ternilai berupa akal seharusnya mampu menjadikan manusia sebagai sosok kekhalifahannya, mulia. Tetapi, mengapa manusia masih berambisi mencari kehidupan dunia sebagai sesuatu yang kekal?Dunia bukanlah semata-mata warisan untuk anak cucu manusia , tetapi sebuah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Penciptaan Dunia. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Tuhan Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (Q.S. Yunus: 3) Syeikh Muhammad Ali as Shobuni dalam kitabnya Shofwatu al Tafasir menuliskan bahwa Allah swt menciptakan langit dan bumi hanya dalam enam hari. Hal ini bukan menunjukkan

bahwa Allah swt tidak mampu menciptakannya hanya dalam sekejap, namun Allah ingin mengajarkan kepada hamba-hamba Nya satu sifat yang tidak tergesa-gesa dalam melakukan pekerjaan. Dan masih ada beberapa firman Allah yang menjelaskan tentang penciptaan dunia, namun penulis dalam hal ini lebih termotivasi dalam membahas kehidupan dunia. Kehidupan Dunia. Sebuah realita tentang kehidupan dunia abad ini diterjemahkan sebagai kehidupan yang sementara, tempat untuk bersenang-senang, kehidupan modern, kehidupan yang abadi dan sebuah kehidupan yang fana. Di sisi lain kehidupan dunia dipandang sebagai jembatan menuju kehidupan setelah mati (akhirat), tempat mencari amal kebajikan, tempat menimba ilmu pengetahuan dan lain-lainya. Berangkat dari pemahaman di atas maka nyatalah kehidupan dunia yang fana ini hanyalah sebuah ujian bagaimana mengemban tugas-tugas kehidupan dan amanat kemanusiaan. Dengan demikian manusia akan merasa puas dan hidup tidak menjadi sia-sia tanpa melemahkan semangat berjuang dalam kehidupan. Akhirnya, dapatlah digambarkan bahwa persepsi kehidupan dunia memiliki tujuan yang beragam, yaitu; kesenangan, kemegahan, kesehatan, kepintaran, kesuksesan, ketenteraman jiwa, ketenangan hidup dan kebahagiaan. Tidak cukup sampai disitu, manusia akan terus mempertanyakannya setelah mampu meraih segala apa yang diinginkannya atau sebaliknya, manusia akan terus mencari-cari jawaban dari sebuah pertanyaan yang membosankan. Mengapa pertanyaan demi pertanyaan itu muncul seolah tidak merasa puas dengan kenyataan hidup, atau sebaliknya? Islam sebagai agama melalui kajian al quran dan hadits-hadits Rasulullah dapat menjawab pertanyaan demi pertanyaan tersebut dengan menanamkan kepercayaan terhadap Allah dan Rasulullah. Oleh karena itu jugalah penulis mencoba menghadirkan jawaban-jawaban yang bersumber dari nash-nash al Quran dan beberapa Hadits Nabi saw, sekaligus dapat memberikan keyakinan yang kuat dalam diri kita semua, insyaAllah. Apa Jawaban Agama?

Jikalau manusia menjadikan kehidupan dunia sebagai bentuk yang mempesonakan terhadap kemewahan harta, kebanggaan memiliki anak-anak dan lainnya, atau sangat mencintai perabot kehidupan duniawi, sehingga lalai dan lupa akan sebuah hakikat, maka islam menjawabnya, bahwa semua bentuk kesenangan dunia tersebut bersifat temporer, sebuah sandiwara, permainan dan kesenangan sesaat. Maka, untuk apa terlalu mengejar kesenangan sesaat sementara kesenangan yang kekal dan hakikat adalah akhirat?. Gambaran kehidupan dunia dengan perumpamaan seperti di atas bukanlah bermaksud untuk meremehkan kehidupan dunia, namun sebagai satu peringatan agar manusia tidak terlena dan lalai, atau tidak menjadikan hidup mereka sia-sia dan merugi. Kemudian islam menawarkan kehidupan akhirat yang kekal sebagai tempat bersenang-senang yang abadi, dan hal ini tentunya menjadi kabar gembira bagi mereka yang percaya kepada Allah dan kehidupan di akhirat. Ada beberapa dalil al Quran dan Hadits Nabi saw di bawah ini yang bisa dijadikan pedoman bagi manusia dalam menyikapi kehidupan dunia, dan mungkin sebagai renungan kita bersama, diantaranya adalah: Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya akhirat itulah sebenar-benar kehidupan, kalau mereka mengetahui. (Q.S. al Ankabut: 64). Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan. (Q.S. at Thogobun: 20). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di Akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhoan- Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Q.S. al Hadid:

20). Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. (al Munafiqun: 9). Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Q.S. Ali Imran: 185). Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orangorang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?. (al Anpappu: 32).

Bermegah-megah telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. (Q.S. at Takatsur: 1 4). Telah menjadi ketentuan Allah jikalau manusia hidup sebagai makhluk sosial, bertetangga, bergaul dengan sesama walaupun terdapat perbedaan bahasa, suku dan warna kulit. Lantas agama menjawabnya agar manusia menjaga tali silaturrahmi dan saling mengenal antar satu dengan lainnya, saling menghormati dan menghargai hakhak sesama. Islam mengakui kemajemukan manusia sebagai suatu komunitas plural, tetapi bukan untuk saling membedakan, namun untuk saling mengenal antar satu dengan lainnya. Islam melarang untuk berlaku sombong dan angkuh karen perbedaan posisi, keadaan, suku, ras, dan lainnya. Dan kesombongan itu tidak sepantasnya dilakukan manusia karena segala sesuatunya akan kembali kepada Allah Yang Maha Menciptakan. Kesuksesan manusia dalam meningkatkan mutu dan kualitas ilmu pengetahuannya memang perlu untuk dibanggakan, namun kebanggan itu bukan untuk menjadikan dirinya sombong, angkuh dan tidak tunduk kepada Allah. Manusia lebih cenderung

menyibukkan dirinya dengan kesuksesan duniawi, namun lalai akan mengerjakan amal shalih. Manusia mampu seharian duduk di kantornya, namun ketika suara azan memanggilnya untuk sholat dilalaikan. Apalah artinya segudang ilmu dan kekayaan, namun sholat saja masih dilalaikan. Apa gunanya semashur nama di mata masyarakat, namun masih menyimpan perasaan iri, dengki dan menceriterakan prihal orang lain dibelakang. Allah Maha Mendengar dari segala perkataan manusia. Islam tidak membedakan status sosial antara si miskin dan kaya, seharusnya si kaya yang menyantuni, mengasihi dan menyayangi si miskin dan bukan untuk membeda-bedakan derajat. Allah yang menurunkan rezeki, meluaskan dan menyempitkannya. Apakah pantas bagi manusia untuk berlaku bakhil dan kikir? Nyatalah, yang menjadi pembeda adalah mereka yang paling bertaqwa, bukan mereka yang lebih putih, kaya, cantik, dan berkedudukan. Kesuksesan manusia merupakan kesempatan baik yang diberikan Allah, tetapi Allah juga Maha Mampu merubah kesempatan baik itu sebagai ujian bagi manusia. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah orang yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal. (Q.S. al Hujarat: 13). Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlainlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Q.S. ar Rum: 22). Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki Nya dan Dia pula yang menyempitkan rezeki itu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. Maka berikanlah kepada kerabat terdekat akan haknya, demikian pula kepada orang fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi

orang-orang yang mencari keridhaan Allah dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Q.S. ar Rum: 37 dan 38). Rasulullah saw bersabda: Bukanlah dikatakan seorang mumin yang dirinya merasa kenyang sedangkan tetangga sebelahnya kelaparan. ( H.R. Bukhari dan Muslim ). Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (Q.S. al Isra: 37). Jelaslah dari dalil-dalil di atas menunjukkan kehidupan dunia adalah sebuah ketentuan Allah (sunnatullah) yang tidak mungkin ada seorangpun yang mampu merubahnya. Seperti halnya perputaran langit dan bumi, tanam-tanaman yang tumbuh subur, gunung-gunung yang Allah tinggikan dan tangguhkan, lautan dan daratan yang terbentang luas. Kemudian dalam kehidupan dunia dijadikan tempat untuk bercocok tanam, berternak dan lainnya. Dunia merupakan tempat manusia berkembang biak dan meneruskan sejarah. Semua penciptaan ini merupakan sunnatulah yang harus disyukuri oleh manusia sebagai makhluk yang lemah di hadapan Allah swt. Inilah dari tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah swt Yang Maha Kuasa bagi orangorang yang mau merenungi. Manusia tidak melihat kekuasaan Allah Yang Maha Mampu dalam mengatur peredaran benda-benda langit. Manusia ingkar dan meremehkan kekuasaan Allah. Padahal manusia sangat lemah dihadapan Allah. Manusia lupa dan amat jarang merenungi beberapa kekuasaan Allah. Padahal, kepada Allah dan Rasulullah sebaik-baik pengaduan dari segala urusan. Dunia memang salah satu dari tanda-tanda kebesaran Allah swt yang nyata, agar manusia benar-benar beriman dan tunduk kepada Nya. Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gununggunung (di permukaan ) bumi supaya bumi itu tidak menggoyahkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan

padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik. (Q.S. Luqman:10). Dan di antara tanda-tanda kekuasaan Nya ialan bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia Nya; mudahmudahan kamu mensyukuri. (Q.S. ar Rum: 46). Dan sesungguhnya sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar telah berputus asa. (Q.S. ar Rum: 48). Allah, Dia lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikanmu sesudah lemah itu kuat, kemudian Dia menjadikanmu sesudah kuat itu lemah kembali dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Q.S. ar Rum: 54). Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. (Q.S. Fathir: 9). Dan tiada sama antara dua laut yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamulihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karuniya Nyadan supaya kamu bersyukur. (Q.S. Fathir: 12). Dia memasukkan (merubah) malam menjadi siang dan menjadikan siang menjadi (berubah) malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan Nya lahkerajaan. Dan orangorang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. (Q.S. Fathir: 13).

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Onta itu bagaimana diciptakan?. Dan langit, bagaimana ditinggikan?. Dan gununggunung bagaimana ditegakkan?. Dan bumi bagaimana dihamparkan?. (Q.S. al Ghasyiyah: 17 20) Bagi orang-orang yang beriman, Allah menjadikan kehidupan dunia sebagai jembatan untuk kehidupan yang kekal (akhirat). Allah membimbing mereka meraih dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta mengajarkan mereka untuk mencari nafkah di dunia tanpa melalaikan waktunya untuk mengingat Allah. Dan juga memberikan kabar gembira sekaligus menuntun mereka dengan ajaran islam bahwa kehidupan dunia sebagai kehidupan untuk bertaubat dan mencari bekal di akhirat. Karena itu Allah menganjurkan manusia supaya teliliti dengan kehidupan dunia ini agar hidup tidak sia-sia. Membimbing manusia sebagai makhluk yang pandai bersyukur. Semua ini tidak lain hanyalah ujian bagi orang-orang yang beriman kepada Nya dan mengikuti ajaran islam. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagian dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S. al Qashash: 77). Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.(Q.S. ar Rum: 23) Sesungguhnya Allah lebih suka menerima taubat hamba Nya melebihi dari kesenangan seseorang yang menemukan kembali ontanya yang hilang di tengah hutan. (H.R. Bukhari dan Muslim) Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan

barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. at Thagobun: 11) Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan Nya dan diberikan Nya kesenangan, maka dia berkata: Tuhanku telah memuliakanku. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata Tuhanku menghinakanku. (Q.S. at Thogobun: 15 dan 16). Kesimpulan. Berangkat dari beberapa dalil di atas, jelaslah bahwa segala realita dan fenomena yang ada di dunia ini sudah menjadi ketentuan Allah. Lantas apakah kita mampu untuk lebih bercermin, agar sisa umur dalam hidup ini dapat membimbing kita ke arah yang lebih dirihdoi Allah demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Telah nyata bagi kita juga segala sunnatullah tentang kehidupan dunia sebagai bentuk kebesaran Nya dan manusia mudah terlena dan tergoda oleh bujuk rayu syaitan. Hanya orang-orang yang beriman dan membuat perhitunganlah yang naik sebagai pemenang. Penulis berharap dari beberapa dalil di atas akan mampu menjawab pertanyaanpertanyaan mengenai kehidupan dunia dalam perspektif Islam, amin. Rabbanaa aatina fid dunya hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa azaabannaar. Wallahu alam bisshowab. Wassalam. Untuk menganalisa pandangan al-Quran tentang kehidupan, maka pada langkah awal, penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana al-Quran memberikan pandangannya tentang dunia. Sehubungan dengan ini, ada dua pendapat penting yang perlu diperhatikan, sebagai berikut: Salah satunya adalah teori-teori yang dilontarkan oleh kebanyakan pemeluk agama Hindu dan mayoritas pengikut tasawuf, mereka beranggapan bahwa dunia tidaklah memiliki nilai dan arti apapun serta bukan merupakan suatu hal yang penting dan fundamental untuk diperhatian, dengan keyakinan dan kepercayaan yang dimilikinya ini mereka mengajarkan kepada murid-murid dan para pengikutnya untuk menyepi, bertapa, mengasingkan diri, dan menghindarkan diri dari keramaian masyarakat. Menurut kelompok ini, dunia secara esensial merupakan sebuah fenomena dan realitas yang buruk dan tercela dimana apabila manusia memberikan nilai dan perhatian kepadanya, maka hal ini akan menjerumuskan mereka ke arah kerusakan, penderitaan, kesengsaraan, dan penyesalan. Solusi serta jalan yang bisa dilakukan untuk mencapai keselamatan, puncak kesempurnaan, serta kebahagiaan hanyalah dengan cara mengesampingkan diri dan alienasi dari dunia dan kepentingan-kepentingannya serta tidak memberikan perhatian sedikitpun terhadap persoalan-persoalan keduniaan. Andai saja para pengikut teori-teori ini hanya mencukupkan diri hingga batasan ini, mungkin kita masih bisa merasionalisasikan pandangan-pandangan mereka, akan tetapi, sayangnya kelompok ini telah melangkahkan kakinya dan mengambil sikap praktis yang terlalu jauh hingga sampai pada batasan dimana untuk melepaskan diri mereka dari keterikatan dan ketergantungan dunia ini, mereka rela melakukan riyadah-riyadah dan olah batin yang susah dan berat, sebuah riyadah yang tidak bisa dan sulit diterima oleh akal sehat dan logika yang manapun, akan tetapi, mereka kokoh dan bersungguh-sungguh untuk mempertahankan pandangan dan sikapnya tersebut. Perbuatan-

Nilai Kehidupan Menurut Al-Quran


07 Jul Oleh: Mohammad Adlany

perbuatan yang dilakukan oleh para pertapa India serta riyadah-riyadah yang kebanyakan dilakukan oleh para ahli sufi dan tarekat yang memunculkan dan menampakkan diri mereka sebagai darwisdarwis serta pengemis-pengemis di negara-negara Islam, merupakan manifestasi dan penampakan yang nyata dari metode dan tafakkur yang mereka hasilkan tersebut. Tentu saja, al-Quranul Karim dengan keras menentang pendapat-pendapat seperti ini, dalam begitu banyak ayatnya al-Quran mengisyaratkan bahwa dunia dan segala isinya ini diciptakan dan diwujudkan oleh Tuhan Sang Pencipta untuk dimanfaatkan oleh manusia pada dimensi-dimensi yang mengantarkannya pada tujuan penciptaan dan puncak kesempurnaannya, yakni perjumpaan dan kedekatan dengan Tuhan. Dengan demikian, manusia pun harus mampu memanfaatkan dunia ini secara benar sesuai dengan petunjuk-petunjuk suci agama. Di antara ayat-ayat-Nya, Allah Swt berfirman, Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menumbuhkan dengan hujan itu segala jenis buahbuahan sebagai rezeki untukmu. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.[1] Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu. Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari sebagian rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan[2] Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.[3] Teori lain yang dilontarkan sehubungan dengan masalah-masalah duniawi adalah teori yang dikemukakan oleh kaum materialis, berdasarkan teori ini kehidupan materi merupakan segalagalanya dan bersifat prinsipil serta mereka juga berpendapat bahwa tidak ada kehidupan lain selain kehidupan yang ada di dunia ini, oleh karena itulah, sehingga manusia harus memanfaatkan dan

menghabiskan waktunya di dunia ini dengan sebaikbaiknya dan sebesar-besarnya untuk memperoleh manfaat dan keuntungan serta mengeksploitasi dunia ini semaksimal mungkin. Para pengikut teori ini beranggapan bahwa tujuan tertinggi dari kehidupan manusia adalah memperoleh kesenangan, kenikmatan, dan kelezatan dunia sebanyak-banyaknya dan semaksimal mungkin, dan mereka berkeyakinan bahwa semakin banyak seseorang mampu memperoleh dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang terdapat di alam ini maka dia akan menjadi manusia yang semakin sempurna. Bagi sebagian pengikut teori ini, bagaimana cara dan metode memperoleh segala keuntungan-keuntungan dan kelezatan-kelezatan duniawi tidaklah terlalu penting, karena yang terpenting bagi mereka adalah bagaimana memuaskan keinginan-keinginan dan hasrat-hasrat internalnya. Dengan demikian, mereka menghalalkan segala cara dan metode untuk menggapai dan meraih apa yang mereka kehendaki di alam dan dunia ini. Tidak diragukan lagi bahwa metode berpikir seperti ini sama sekali tidak logis, tidak benar, dan tidak bisa dijelaskan dengan akal, karena kehidupan semacam ini hanya terjadi pada kehidupan binatang. Apabila keinginan dan kehendak manusia adalah mengarungi kehidupannya seperti ini, lalu dimanakah letak perbedaan antara binatang dengan manusia? Al-Quran memberikan perumpamaan yang sangat menarik untuk kelompok manusia seperti ini. Allah Swt Berfirman, Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orangorang yang kafir bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan persis sebagaimana binatangbinatang makan, nerakalah tempat tinggal mereka. [4] Problematika yang akan muncul dari cara pandang terhadap dunia dan alam yang semacam ini adalah tidak saja mereka salah dalam mengevaluasi diri mereka sendiri, melainkan mereka juga salah dalam mencermati dan menganalisa dunia ini, karena apabila seseorang memberikan perhatian terhadap potensi dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam dirinya serta mencermati dunia dengan cara yang benar dan proporsional yaitu mampu menyimpulkan bahwa dunia dan kehidupan duniawi bisa

mempunyai dimensi-dimensi yang positif dan juga dimensi-dimensi yang negatif, maka dia akan mendapatkan bahwa selain manusia memiliki kemampuan untuk melangkahkan kakinya dengan mempergunakan perangkat-perangkat yang ada untuk diarahkan ke dimensi-dimensi positif tak terbatas yang dimiliki dunia, pada saat yang sama, mereka sekaligus juga bisa jatuh terjerembab ke arah ketakterbatasan yang dimiliki oleh dimensidimensi negatif dunia ini. Dengan dasar ini, mereka sama sekali tidak akan meletakkan potensi-potensi yang ada dalam wujudnya untuk kelezatan-kelezatan yang sesaat. Kaum materialis yang mempunyai pandangan terhadap dunia semacam itu tidak akan benar dalam menafsirkan dan mengintepretasikan kehidupan duniawi dan mereka tidak mampu memahami dan menyimpulkan bahwa kehidupan manusia itu memiliki nilai yang lebih tinggi dan jauh lebih berarti dari hal-hal tersebut. Untuk menafikan dan menolak perspektif materialisme tersebut, al-Quranul Karim menyandarkannya pada ketidakabadian dan kepunahan kehidupan dunia. Al-Quran menggambarkan ketidakabadian kehidupan dunia ini dengan salah satu ayat-Nya, Allah Swt berfirman, (Hai Muhammad), berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuh-tumbuhan di muka bumi menjadi subur karenanya, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.[5] Ayat di atas mengumpamakan kehidupan dunia sebagai tetesan air hujan yang diturunkan oleh Allah Swt dari langit, tetesan-tetesan air yang mencurahkan sari kehidupan ini mampu menyembulkkan bebijian yang semula tersembunyi di dalam tanah lalu mengubahnya menjadi pepohonan yang berdaun rimbun dan menghijau. Tentunya keadaan seperti ini akan segera berubah ketika angin keras berhembus ke pepohonan tersebut dan dalam waktu sesaat telah mengubahnya menjadi batang-batang kayu yang kering dan tak berdaun. Batang-batang yang semula kokoh, rimbun, serta memiliki kehidupan dan mampu bertahan dalam menghadapi tiupan angin keras ini, kini bahkan sebuah hembusan angin yang sangat

lembut sekalipun telah mampu menggoyangkan pohon tersebut ke segala arah. Setiap tahun dalam sepanjang hidupnya, manusia senantiasa menyaksikan keadaan seperti ini. Keempat musim yang datang dan pergi silih berganti memperlihatkan adegan kehidupan dan kematian ini dengan sangat baik dan mempesona. Pada musim semi, kita menyaksikan salah satu fenomena yang sangat indah dan menakjubkan yang ditampakkan oleh pepohonan sebagai manifestasi dari karya kehidupan, dan kebalikannya, pada musim gugur kita akan menyaksikan fenomena kematian mengerikan yang dihadapi oleh pepohonan tersebut yang dalam waktu tak seberapa lama telah berubah dalam bentuknya yang kering kerontang tanpa daun sama sekali. Dengan memproyeksikan fenomena kehidupan dan kematian yang terdapat pada kedua musim semi dan gugur tersebut, seakan-akan ayat di atas hendak mengatakan bahwa kehidupan duniawi yang dialami dan dijalani oleh manusia pun persis sebagaimana kehidupan yang dialami pepohonan tersebut, yakni sama sekali tidak memiliki keabadian, dengan arti bahwa pada suatu saat manusia berada dalam masa kanak-kanaknya, pada hari lain mereka pasti akan memasuki masa remaja yang penuh canda dan tawa, akan tetapi masa remaja yang menyenangkan ini tidak akan berlangsung abadi karena dengan berlalunya waktu, mereka akan berubah menjadi manusia-manusia lansia yang pada hakekatnya merupakan sebuah masa yang akan mengantarkan manusia ke arah akhir kehidupan dan akhirnya sebagaimana pepohonan, yang bahkan dengan hembusan angin yang tidak terlalu kencang sekalipun akan mampu mencerabut kehidupan yang mereka miliki selama ini dari akarnya. Sekarang, setelah kita menganalisa prosesi-prosesi yang terjadi di atas dengan cermat, maka kita akan mengetahui dengan jelas bahwa al-Quranul Karim sama sekali tidak memberikan pembenaran dan legitimasinya bahkan terhadap satupun dari kedua pendapat tentang dunia sebagaimana yang tersebut di atas. Lalu pertanyaannya, apakah pendapat alQuran tentang masalah ini? Al-Quran al-Karim memberikan pandangan yang khusus tentang dunia yaitu dengan tidak menafikan dunia secara mutlak dan tidak pula memberikan

pembenaran secara mutlak kepadanya, melainkan pada kondisi tertentu, al-Quran menafikan dunia dan pada kondisi lainnya memberikan pembenaran padanya. Dari sinilah, kemudian pandangan yang dimiliki oleh al-Quran ini tidak bisa dikomparasikan dengan pandangan yang manapun. Karena manusia telah diciptakan di dunia ini dan secara alami memiliki kecintaan terhadap lingkungannya serta pada sisi lain al-Quran pun memberikan perhatiannya terhadap kelembutan dan kecintaan yang secara fitrah dimiliki oleh manusia, maka al-Quran tidak menafikan adanya kebergantungan alamiah manusia kepada dunia ini, akan tetapi, apabila manusia menggantungkan dirinya secara mutlak kepada dunia dan menjual hakikat kediriannya untuk perkara-perkara duniawi dan mengokohkan interaksinya terhadap dunia sebagaimana ikatan mata rantai yang membelenggu dan memenjara dirinya, maka bentuk pandangan dan penyikapan terhadap dunia yang semacam ini tidak mungkin bisa diterima karena bertolak belakang dengan fitrah dan hakikat penciptaan manusia. Dalam pandangan al-Quran, dunia merupakan sebuah alat, media, dan fasilitas dimana apabila kita memandangnya sebagai sebuah tujuan hakiki lalu meletakkannya sebagai tempat kebergantungan secara mutlak, maka yakinlah bahwa pada hakikatnya kita telah kehilangan hakikat dan kepribadian diri kita. Dengan ungkapan lain, dalam logika Quran, kehidupan duniawi ini mempunyai dua penampakan dan realitas (seperti dua sisi mata uang), penampakan yang pertama merupakan penampakan yang kosong dan negatif, dan yang lainnya adalah sebuah penampakan hakiki dan positif:

batasan alami dan fisikal itu sendiri, maka berarti dia hanya memberikan perhatian dan penekanannya pada dimensi kosong dari sebuah kehidupan duniawi. Di dalam al-Quran terdapat begitu banyak ayat yang mengisyaratkan tentang dimensi negatif dari kehidupan dunia ini, sebagaimana firman Allah Swt, Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.[6] Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. [7] Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.[8] Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaanNya. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.[9] Ayat-ayat di atas menampakkan dengan jelas kepada kita tentang berbagai dimensi negatif yang dimiliki oleh kehidupan duniawi, di antaranya: a. Tempat Bermain: Al-Quran menganggap bahwa kehidupan duniawi tak lebih dari sekedar tempat untuk bermain dan bersenang. Dengan memperhatikan kata bermain ini, maka kita dengan jelas akan mampu meraba apa pandangan dan perspektif yang dimiliki oleh al-Quran terhadap kehidupan yang ada di dunia ini. Kita mengetahui bahwa kata bermain senantiasa dipergunakan untuk sebuah aktivitas dan kegiatan yang tidak memberikan manfaat dan hasil yang logis dan hakiki, sebagaimana kebanyakan aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak, karena mereka masih belum memiliki perkembangan akal dan pikiran yang mamadai dan sempurna, maka mereka akan bergabung dan berkumpul untuk kemudian mengisi dan menghabiskan waktu-waktunya untuk bermain dan bersenang-senang. Demikian juga orang-orang yang hanya memperhatikan dimensi kosong dari kehidupan

1. Penampakan Majasi Kehidupan Duniawi Yang dimaksud dengan penampakan majasi dari kehidupan ini ialah bahwa manusia menganggap kehidupan sebagai sebuah tempat bermain dan menganggap dunia ini tidak lebih sebagai sebuah tempat yang tidak bernilai apa-apa selain untuk makan, tidur, dan menikmati segala kelezatan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, apabila manusia meletakkan kehidupannya hanya dalam

dunia ini, pada hakikatnya mereka telah mengisi dan memenuhi kehidupan mereka hanya dengan bermain dan bersenang-senang, tak lebih dan tak kurang. Yaitu dalam sepanjang usianya mereka senantiasa berusaha mencurahkan seluruh energi dan kekuatan yang dimilikinya hanya untuk melakukan hal-hal dan aktivitas-aktivitas yang tidak memiliki dimensi logis, hakiki, dan rasional sedikitpun, maka dari sinilah kita bisa memberikan pembenaran dan justifikasi bahwa aktivitas bermain ternyata tidak hanya menjadi milik anak-anak saja, karena bisa jadi orang-orang dewasa pun, tanpa mereka sadari telah menghabiskan pula waktuwaktu dan kesempatan-kesempatan berharganya hanya untuk melakukan permainan-permainan yang tak bermakna sama sekali, dan sesungguhnyalah mereka ini (orang dewasa) tak lain dan tak lebih hanyalah anak-anak yang telah berumur 40, 50, 60 . tahun, yakni dari segi umur mereka dikategorikan sebagai orang dewasa, namun dari dimensi kejiwaan mereka belum dewasa dan sama saja dengan anak-anak. b. Tempat untuk bersenang-senang: Kesenangan merupakan dimensi lain dari kehidupan duniawi, dalam istilah lain, kesenangan merupakan aktivitas yang menyibukkan manusia dan melalaikannya dari melakukan berbagai aktivitas lainnya yang lebih penting dan hakiki. Perbedaan yang ada antara bermain dan bersenang-senang adalah bahwa yang dihasilkan dari aktivitas dan kegiatan bermain adalah terbuang dan tersia-sianya waktu dan kesempatan, sedangkan yang dihasilkan oleh kegiatan bersenang-senang selain menyia-nyiakan waktu yang berharga ini, juga akan menghalangi dan melalaikan seseorang dari melakukan aktivitas lainnya yang lebih penting dan bermakna. c. Perhiasan: Dimensi lain dari kehidupan duniawi yang disebutkan dalam al-Quran adalah sebagai perhiasan atau seperangkat perhiasan. Untuk menarik perhatian para manusia secara lebih baik dan efektif terhadap kehidupan duniawi, dunia ini memerlukan perhiasan untuk menghiasi dan memperindah wajah-wajah dan penampakanpenampakan yang dimilikinya. Pada hakikatnya, mayoritas mereka yang memberikan perhatiannya secara khusus kepada dimensi negatif dunia ini senantiasa akan berusaha untuk mencari keindahan dan perhiasan tersebut untuk menghiasi dan memperindah lahiriahnya. Mereka senantiasa akan berusaha untuk membangun rumah dengan

bangunan yang megah dan bertingkat-tingkat kemudian mengisinya dengan segala bentuk kemewahan supaya mampu dengan semaksimal mungkin memanfaatkan usianya yang terbatas dan menceburkan dirinya dalam memperindah penampakan-penampakan lahiriahnya untuk menutupi segala kekurangan yang ada dalam dirinya. Bisa jadi seseorang akan bertanya, apabila al-Quran senantiasa memberikan pandangan yang negatif serta menganggap perhiasan duniawi sebagai suatu hal yang tidak bermakna sama sekali, lantas kenapa Allah Swt bersusah payah untuk menciptakan dan mewujudkannya? Al-Quranul Karim dalam masalah ini memberikan jawaban dengan firman-Nya, Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya.[10] Berdasarkan ayat di atas, perhiasan merupakan sebuah alat dan fasilitas dimana dengannya Allah swt ingin menguji apa bentuk pilihan yang diambil oleh manusia sehingga menjadi jelas manakah di antara manusia-manusia tersebut yang mampu mempergunakan perhiasan tersebut sebagai alat dan media untuk mengembangkan kehidupan hakikinya dan manakah dari mereka yang menjadikannya sebagai sasaran dan tujuan kemudian mempergunakannya untuk mematikan kehidupan hakikinya (yakni kehidupan akhirat). Dengan ibarat lain, manakah dari mereka yang meletakkan perhiasan sebagai manifestasi positif kehidupan dan manakah yang mempergunakannya pada dimensi negatif kehidupan. d. Tempat berbangga-bangga: Dimensi lain yang dimiliki oleh kehidupan duniawi adalah menjadikannya sebagai media kebanggaan antara satu dengan lainnya. Mereka yang hanya memberikan perhatiannya kepada dimensi kosong dari kehidupan dunia ini akan senantiasa berada dalam pencarian untuk mendapatkan kebanggaan serta kemasyhuran, yang dengannya, mereka bisa saling berbangga-bangga dengan yang lainnya. Bagi mereka, karunia Ilahi berupa kehidupan di dunia ini yang sebenarnya bisa dijadikan sebagai alat dan sarana untuk melakukan perjalanan spiritual (seir dan suluk) ke arah-Nya, malah telah mereka jadikan sebagai perantara untuk berkhidmat dan memuaskan nafsu ammarahnya serta

menjadikannya sebagai alat untuk mengembangkan keinginan-keinginan alamiahnya, mereka ini, yang seharusnya memanfaatkan kondisi yang dimilikinya dalam kehidupan duniawi itu untuk membantu menggapai puncak kesempurnaan dirinya dan selainnya, malah menghancurkan daya dan kekuatan serta potensi yang dimilikinya dengan mencurahkan seluruh kecintaannya terhadap kondisi-kondisi yang dimilikinya dan mengangap hal tersebut sebagai tujuan dari hidupnya. Sayangnya dengan perbuatannya ini mereka tidak saja telah menghancurkan diri mereka sendiri melainkan dengan sikap egois yang mereka miliki ini orang lainpun sudah pasti akan terkena pengaruh dan imbasnya. Orang-orang semacam ini, selain mampu menghancurkan dirinya sendiri juga dapat menyeret orang-orang di sekitarnya untuk menikmati kehancuran sebagaimana yang terjadi pada dirinya sendiri. e. Tempat untuk Memperbanyak Harta dan Keturunan: Dimensi lain dari kehidupan duniawi adalah tempat untuk semakin memperbanyak harta dan keturunan. Manusia yang hanya memperhatikan dimensi negatif dari kehidupan dunia ini, maka tujuannya tidak lebih hanyalah untuk melakukan penambahan kuantitas lahiriah saja, karena apabila tujuan yang lebih tinggi dan suci telah dilupakan dan dimensi positif dari kehidupan duniawi-pun telah dikesampingkan, maka mereka ini tidak mempunyai tujuan lain selain melakukan sesuatu untuk menambah dan memperbanyak harta atau keturunan.

c. Masa berhias, yang biasanya berada pada masa muda, dimana pada masa ini kebanyakan para pemuda-pemudi mengarungi dan manjalani kehidupan mereka dengan memberikan perhatian yang lebih terhadap keindahan dan kecantikan mereka secara lahiriah. d. Masa berbangga diri, dengan adanya instink untuk mencari gengsi dan harga diri maka orang yang menggantungkan dirinya kepada dunia akan sombong dan bangga dengan segala apa yang dimilikinya. e. Masa memperbanyak harta, seseorang yang meletakkan kehidupan dunia sebagai tujuan dan sasaran yang paling tinggi dari kehidupannya, maka dalam salah satu tahapan dan tangga dari kehidupannya adalah mereka akan mempergunakandan memanfaatkan waktuwaktunya untuk mengumpulkan harta dan kekayaan sebanyak dan semaksimal mungkin. f. Masa memperbanyak keturunan, pada salah satu dari tahapan kehidupannya, manusia memiliki kecenderungan untuk memperbanyak keturunannya, pada masa ini manusia akan mengecimpungkan dirinya dalam usaha untuk memperbanyak keturunan.

Ayat di atas bisa diintepretasikan pula dengan warna yang berbeda, dengan arti bahwa berdasarkan ayat di atas maka kehidupan dunia bisa dibagi menjadi beberapa tahap: a. Masa bermain, yang pada hakikatnya merupakan masa kanak-kanak, dimana kita ketahui bahwa anak-anak tidak pernah memikirkan sesuatu yang lain selain bermain. b. Masa bersenang-senang, yang bisa dinisbatkan pada masa remaja, dimana pada masa ini para remaja menyenangi petualangan, bepergian, belajar, serta mencoba mengenal alam.

Pada hakikatnya, dengan menjelaskan adanya tahapan-tahapan kehidupan tersebut, aya-ayat tersebut ingin mengisyaratkan topik berikut dan menjelaskan suatu hakikat bahwa hasil dari seluruh keterikatan dan kebergantungan manusia kepada kehidupan duniawi tidak lain adalah memperindah diri mereka secara lahiriah, memperbanyak harta, dan menambah keturunan dimana pada akhirnya masing-masing hal tersebut merupakan sesuatu yang fana, punah, dan akan hancur serta tidak memiliki keabadian, hal ini karena waktu, masa bermain, masa foya-foya yang ada pada masa kanak-kanak, dan masa muda pasti akan berlalu, kemudian setelah itu, masa mempercantik diri dan membanggakan diri pun akan mengalami kesirnaan dan kepunahan yang pasti, maka tidak diragukan lagi bahwa harta dan keturunan pun akan mengalami perubahan-perubahan dan tidak akan luput dari segala kehancuran.

Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur .[11] Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.[12] Ayat-ayat tersebut di atas telah mengisyaratkan tentang hakikat mendasar berikut ini bahwa apabila seseorang hanya memberikan perhatiannya pada dimensi kosong kehidupan duniawi ini dan tidak memiliki tujuan lain untuk dirinya selain hidup untuk makan, tidur, mengarungi kehidupannya untuk memuaskan hawa nafsunya dan senantiasa dalam usahanya untuk mencari kelezatan dan memanfaatkan perhiasan lahiriah kehidupan, maka tanpa diragukan lagi karena mereka telah menghabiskan seluruh energinya untuk mendapatkan hal-hal tersebut, sudah pasti mereka akan mendapatkan hasilnya sesuai dengan apa-apa yang mereka inginkan. Akan tetapi, al-Quran dalam masalah bahwa apakah pada dasarnya orang-orang semacam ini telah melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak seharusnya ataukah tidak? Dan pada masa mendatang imbalan apakah yang akan mereka dapatkan dari perbuatan-perbuatan mereka ini, alQuran memberikan jawaban sebagai berikut, Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan siasialah apa yang telah mereka kerjakan.[13] Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat.[14] Kesimpulannya, apabila kehidupan duniawi dijadikan tujuan dan sasaran satu-satunya dan manusia sama sekali tidak memiliki tujuan kehidupan yang lebih tinggi, hakiki, dan suci, maka kehidupan dunia ini akan menjadi suatu kehidupan

yang sia-sia, kosong, dan tidak bermakna sama sekali. Berbagai ayat dalam al-Quran menjelaskan tentang,dimensi kosong dan aspek kesia-siaan dari kehidupan dunia ini sebagai berikut, Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu, dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami.[15] Dengan mencermati ayat di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa dimensi negatif dari kehidupan duniawi memiliki karakteristikkarakteristik sebagai berikut: 1. Ketiadaan perhatian kepada hari kebangkitan (akhirat); 2. Keterikatan hati kepada dunia dan penyandaran diri secara mutlak kepadanya; 3. Lalai terhadap ayat-ayat Tuhan. Sebagaimana tersebut di atas, al-Quran berabadabad sebelum ditemukannya Nihilisme, telah mengisyaratkan terhadap adanya dimensi negatif dari kehidupan dunia dengan menggunakan dalildalil dan argumentasi-argumentasi yang kuat, di antaranya dengan motivasi ketidakabadian kehidupan dunia. Tentunya tidak diragukan lagi bahwa al-Quran dengan pandangannya yang khas terhadap dunia ini, selain mengetengahkan tentang dimensi negatif kehidupan dunia juga berusaha memberikan pemahaman kepada manusia supaya mereka merekonstruksi dan merenovasi kembali kehidupannya dengan kehidupan yang lebih tinggi, lebih suci, lebih hakiki, dan lebih bermakna. Karena apabila manusia beranggapan bahwa kehidupan duniawi merupakan alat dan sarana untuk menggapai kehidupan hakiki di alam akhirat kelak, maka sesungguhnya mereka telah mendapatkan manfaat dan faedah dari kehidupan yang ada di dunia ini secara maksimal. Dengan menyajikan pandangan dunia (word view) inilah al-Quran kemudian sangat mengecam perbuatan-perbuatan yang menyebabkan terputusnya kehidupan seseorang atau bunuh diri, al-Quran menganggap perbuatan-perbuatan semacam ini merupakan suatu hal yang sangat buruk dan tercela. Sebagaimana dalam ayat-Nya, Dia berfirman, Dan janganlah kamu membunuh

dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.[16] dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri ke dalam jurang kebinasaan[17] Oleh karena itu, terdapat perbedaan yang jelas antara pandangan al-Quran dengan pandangan para Nihilisme terhadap masalah keduniaan, karena menurut pandangan para penganut Nihilisme, ketika manusia memiliki kehidupan dan mendapatkan kesempatan untuk berkehidupan, berarti pada saat itu pula mereka pun memiliki kesempatan dan hak untuk menghilangkan dan memusnahkan kehidupannya tersebut, yaitu mengarahkan dirinya sendiri pada kematian, sementara itu menurut pandangan al-Quran manusia sama sekali tidak mempunyai hak untuk menghancurkan dan menghilangkan kehidupannya, meskipun kehidupan dunia itu senantiasa diliputi dan diwarnai dengan kemalangan, kefakiran, dan ketakberuntunganketakberuntungan lainnya, manusia tetap saja harus bersemangat, tak putus asa, dan melangkahkan kakinya ke arah sebuah kehidupan mendatang yang lebih ideal dan sempurna.

dunia dengan tabiat dirinya. Mereka tentu saja juga meyakini akan keberadaan kehidupan dunia ini, akan tetapi, mereka menggunakannya sebagai alat dan sarana untuk menuju sebuah kesempurnaan dan kebahagiaan yang hakiki, bukannya mengorbankan kehidupan akhiratnya untuk membangun kehidupan duniawi. Mereka mengetahui kedua interaksi ini dengan baik dan mereka menganggap bahwa kehidupan akhirat sebagai kelanjutan dari kehidupan dunia. Pada banyak ayat disebutkan bahwa kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang hakiki dan dalam perbandingannya dengan hal ini, kehidupan duniawi merupakan sesuatu yang tidak bermakna dan tidak berharga sama sekali. Hal ini sebagaimana Allah Swt berfirman dalam al-Quran, Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu berpikir?[18] Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka, Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya? Tentu mereka akan menjawab, Allah. Katakanlah, Segala puji bagi Allah. Tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).[19] Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.[20] Ayat-ayat al-Quran di atas meletakkan manusia itu sebagai subjek pembicaraan dan memperingatkan bahwa jangan sampai mereka meletakkan kehidupan dunia ini sebagai tujuan dan sasarannya yang lebih tinggi, karena apabila manusia menganggap kehidupan dunia sebagai sasaran dan fokus utamanya, maka kehidupannya tidak akan pernah keluar dari keterbatasan alami yang dimilikinya. Akan tetapi, apabila manusia meletakkan kehidupan akhirat yang memiliki mekanisme dan keteraturan khas yang sangat berbeda dengan kehidupan dunia sebagai tujuan hidupnya yang lebih tinggi, maka yakinlah bahwa dia tidak akan pernah terjatuh dan terjerembab ke arah ketakberuntungan dan tidak akan pernah terseret ke arah aliran Nihilisme tersebut. Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila kamu diseru, Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah, kamu merasa berat dan

2. Penampakan Hakiki Kehidupan Duniawi Dan yang dimaksud dengan penampakan hakiki kehidupan duniawi adalah manusia mengarahkan pikirannya kepada tujuan riil dan hakiki dari kehidupan yang dimilikinya, dan memandang kehidupan duniawi ini dari sudut yang lebih tinggi dari sekedar mencari kelezatan, kenikmatan, dan kebebasan di dalamnya. Manusia-manusia dari golongan ini akan meletakkan Tuhan sebagai satusatunya tujuan hidup dan berusaha sehingga setiap saatnya mereka pergunakan untuk berjalan dan melangkah ke arah-Nya, hanya Dia-lah satu-satunya yang layak disembah, hanya di jalan-Nya dan untuk-Nya mereka beraktivitas, hanya untuk-Nya dan hanya ke arah-Nya mereka bergerak, mereka mengintepretasikan dan menafsirkan kehidupan dunia ini dalam interaksi dengan Tuhan Sang Pencipta, dan dia memiliki pandangan-pandangan yang sangat bernilai dimana hakikat dari semuanya adalah Tuhan. Manusia yang berpikir terhadap penampakan hakiki seperti ini, tidak lagi memadang kehidupannya hanya sebagai sebuah interaksi dan hubungan antara

ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu merasa puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit?[21] Pada ayat-ayat di bawah ini pun, kehidupan ukhrawi dikatakan sebagai kehidupan yang hakiki, dan kehidupan dunia apabila dikomparasikan dengan kehidupan ukhrawi merupakan sebuah kehidupan yang sama sekali tak bermakna dan tak bernilai, Allah Swt, Kamu menghendaki harta benda duniawi (dengan menangkap tawanan yang banyak dan menerima harta tebusan untuk setiap kepala tawanan itu), sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.[22] Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka (di Mekah), (Sementara ini), tahanlah tanganmu (dari berjihad), dirikanlah salat, dan tunaikanlah zakat! (Tetapi mereka marah atas perintah ini). Setelah jihad diwajibkan kepada mereka (di Madinah), tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan ketakutan mereka lebih sangat dari itu. Mereka berkata, Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan jihad kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berjihad ini) kepada kami beberapa waktu lagi? Katakanlah, Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikit pun.[23] Itulah orang-orang yang telah (rela) membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat. Maka siksa mereka tidak akan diringankan dan mereka tidak akan mendapat pertolongan.[24] Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka (orangorang kafir) bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).[25] (Yaitu) Allah yang memiliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan celakalah orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.[26] (Yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.[27] Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.. Sedang kehidupan

akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.[28] Dan kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.[29] Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa kehidupan akhirat merupakan batin dan hakikat dari kehidupan dunia serta memiliki kedudukan yang lebih tinggi, lebih sempurna, dan lebih baik. Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang hakiki, karena di alam akhirat ini manusia akan berhadapan dengan realitas-realitas dan hakikat-hakikat, bukannya persoalan-persoalan yang nisbi dan relatif. Kehidupan akhirat merupakan sebuah kehidupan yang di dalamnya tidak terdapat efek-efek keburukan, kerusakan, kesusahan, sakit, ataupun gangguan-gangguan, yang hal ini bertolak belakang secara total dengan kehidupan dunia, dimana di dalamnya senantiasa dipenuhi dengan persoalan-persoalan tersebut. Tentunya untuk sampai pada kehidupan akhirat dan hakiki tersebut, manusia harus melakukan usaha dan upayanya dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan yang dimilikinya saat ini, karena kehidupan di alam tersebut merupakan hasil dari kehidupan di alam ini, dengan kata lain kehidupan dunia merupakan pendahuluan dan mukadimah dari kehidupan ukhrawi. Sebagaimana Rasulullah saww bersabda: Kehidupan dunia merupakan lahan bagi kehidupan akhirat. Oleh karena itu, karena al-Quran menganggap kehidupan ukhrawi sebagai hasil dan buah dari kehidupan dunia, maka al-Quran tidak bisa mengesampingkan kehidupan dunia begitu saja. Dan apa yang dimaksud oleh al-Quran bahwa kehidupan duniawi merupakan sebuah kehidupan yang tak bermakna dan tak bernilai adalah bahwa dimensi negatif yang dimiliki oleh kehidupan dunia yang dipandang tanpa adanya interaksi dengan kehidupan ukhrawi. Yaitu manusia malah menghabiskan waktu berharganya yang seharusnya bisa dipergunakan untuk menggapai kehidupan ukhrawi secara lebih baik dengan mengisi kehidupan dunianya hanya untuk mengikuti keinginan-keinginan negatif dan kecenderungankecenderungan hawa nafsunya, tanpa memikirkan kehidupan ukhrawinya. Dari sinilah kita bisa mengatakan bahwa manusia yang dijadikan teladan dalam al-Quran bukan saja manusia yang tidak bertentangan dengan kehidupan

duniawi, bahkan mereka selain berusaha dengan segala kemampuannya untuk memperoleh kesejahteraan-kesejahteraan di dalam kehidupan dunianya dengan landasan gerak yang Qurani, mereka juga mempersiapkan diri mereka untuk kehidupan ukhrawinya. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Swt, Dan di antara mereka ada yang berdoa, Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.[30] Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada-Mu. Allah berfirman, Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orangorang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.[31] Tentu saja untuk bisa menggapai kehidupan abadi dengan baik niscaya memerlukan terpenuhinya persyaratan-persyaratan tertentu, dimana al-Quran telah mengisyaratkan hal tersebut di dalam banyak ayat-ayat-Nya, di antaranya adalah ayat berikut, Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguhsungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalas dengan baik.[32] Berdasarkan ayat di atas, untuk mendapatkan kehidupan ukhrawi memerlukan terpenuhinya tiga persyaratan berikut: 1. Manusia mesti memiliki kehendak dan iradah terhadap kehidupan abadi di akhirat, yaitu manusia sungguh-sungguh menghendaki kehidupan ukhrawi tersebut, bukannya hanya memberikan perhatiannya pada kehidupan duniawi; 2. Manusia mesti melakukan usaha dan upayanya, yaitu tidak menghentikan amalamal perbuatannya untuk mendapatkan kehidupan abadi tersebut; 3. Usaha dan upaya yang dilakukan oleh manusia harus diiringi dengan keimanan, yaitu motivasi perbuatan dan usahanya hanyalah karena Allah Swt.

You might also like