You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan judul HUKUM PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM DAN LUAR NEGERI Tidak ada yang sempurna didunia ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan harapan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami khususnya,dan segenap pembaca umumnya. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pembimbing. selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dalam menyusun makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman sekalian.

Depok,

Maret 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................1 KATA PENGANTAR..................................................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................4 A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................4 B. PERMASALAHAN.............................................................................................................. ...5 C. TUJUAN PENULISAN.....5 D. MANFAAT PENULISAN..5 BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................6 A. PENGERTIAN HUKUM TENAGA KERJA..................................................................6 B. PENYELESAIAN KOMPLIK TENAGA KERJA DALAM DAN LUAR NEGERI..8 BAB III PENUTUP..................................................................................................................15 A. KESIMPULAN................................................................................................................... .15 B. SARAN............................................................................................................................. ....15 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................16

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan nasional merupakan pengamalan Pancasila dan pelaksanaan UUD 1945 yang diarahkan pada peningkatan harkat, martabat, kemampuan manusia, sserta kepercayaan pada diri sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik material maupun spiritual. Dalam mewujudkan kesejahteraan kehidupan warganya, Negara Indonesia menekankan kepada terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Ini berarti Negara Indonesia, bukan hanya bagi sekelompok atau sebagian masyarakat tertentu saja. Dilihat dari tujuan pembangunan nasional, Negara Indonesia menganut tipe Negara kesejahteraan (welfare staat). Indonesia sebagai Negara penganut tipe kesejahteraan dapat dilihat dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Salah satu sila dari dasar falsafah Negara (sila kelima) adalah

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal ini berarti salah satu tujuan Negara adalah mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin yang merata bagi seluruh masyarakat Indonesia. 2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV dinyatakan bahwa tujuan pembentukan Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Pernyataan ini merupakan penjabaran dari kesejahteraan

yang akan diwujudkan bangsa Indonesia, Konsekuensinya Negara mengemban empat fungsi pokok, yakni protectional function, welfare function, educational function, dan peacefulness function.
3. Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan

sebagai berikut: (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 4. Dalam Garis Besar Haluan Negara sebagai acuan dalam pembangunan Negara, ditegaskan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah membangun manusia Indonesia seutuhnya dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara merata. Dalam melaksanakan pembangunan nasional peran serta pekerja/buruh harus semakin ditingkatkan, baik mengenai upah, kesejahteraan, dan harkatnya sebagai manusia (to take man more human). Tapi dalam kenyataannya, usaha yang telah dilakukan untuk perlindungan itu belum berjalan seperti yang diharapkan. Hal ini telah banyak terbukti dengan banyaknya kasus unjuk rasa, pemogokan yang dilakukan pekerja/buruh yang berakhir dengan pemutusan hubungan kerja yang berakibat memperpanjang barisan pengangguran. Perkembangan terbaru yaitu adanya kasus penyiksaan tenaga kerja Indonesia yang bernama Sumiati (23 tahun, berasal dari Dompu, Nusa Tenggara Barat). Penyiksaan oleh majikan Sumiati di Arab Saudi mengakibatkan sekujur tubuh Sumiati luka parah dan bibir bagian atasnya digunting serta tubuh bagian punggung diseterika. Untuk itu dalam makalah ini akan di bahas sebagian dari hukum dan undang undang yang mengatur dan melindungi tenaga kerja dalam maupun luar negeri serta penyelesaian dari kasus kasus kekerasan tenaga kerja khususnya tenaga kerja luar negeri. Serta membahas penempatan tenaga kerja yang telah ada dalam KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-

203/MEN/1999 TAHUN 1999 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DI DALAM NEGERI

RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah atas latar belakang diatas adalah sebagai berikut
1. apa saja hukum yang menaungi tenaga kerja dalam dan luar

negeri legal dan ilegal?


2. membahas tentang penempatan tenaga kerja yang ada dalam

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-203/MEN/1999 TAHUN 1999 TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DI DALAM NEGERI
3. usaha pemerintah dalam penyelesaian akan kasus- kasus tenaga

kerja yang telah ada? 4. Apakah yang menjadi faktor permasalahan kasus penyiksaan TKI grafriknya justru semakin meningkat?

TUJUAN Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuannya adalah :
1. mengetahui lebih dalam hukum hukum tentang tenaga kerja

dan penempatannya.
2. Mencari

tahu

tindakan

seharusnya

pemerintah

dalam

memberikan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja legal

dan khususnya illegal dan tindakannya dalam menangani masalah saat ini.
3. Melakukan crosscheck terhadap ketentuan serta regulasi yang

ada yang memuat bagaimana sesorang dapat menjadi seorang buruh migran yang sah dan legal serta mendapat asuransi dan perlindungan hukum yang layak. 4. Atas meningkatnya grafik kasus yang terjadi belakangan ini, dicari apa yang menjadi faktor terjadinya hal tersebut MANFAAT Adapun manfaat dalam hal ini berorientasi pada pemecahan masalah yang solutif dan efisien. Berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan dicari faktor- faktor penyebab terjadinya masalah dan alasan masalah justru semakin marak terjadi dan mencari problem solving. Dalam hal ini juga dituntut peran serta dari masyarakat dalam pencari solusi, yang idak hanya berperan kritis dengan berbagai masalah yang terjadi tetapi juga memberikan kritik dan saran. Karena ketika pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam penyelesaian masalah pastinya akan dicapai hasil yang maksimal dan tentu tidak akan merugikan salah satu pihak. Dengan ini juga membuka wawasan masyarakat dengan hukum positif di Indonesia terutama mengenai undang-undang yang mengatur tentang perlindungan dan penempatan TKI di luar negeri.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tenaga Kerja, Penempatan dan Hukum yang Menaunginya.

Dalam

Keputusan

Menteri

NO

KEP-203/MEN/1999

TAHUN

1999

TENTANG PENEMPATAN TENAGA KERJA DI DALAM NEGERI yang dimaksud dengan tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan pelayanan penempatan tenaga kerja adalah kegiatan untuk mempertemukan tenaga kerja dengan pemberi kerja supaya tenaga kerja dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya serta pemberi kerja memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Pengertian merupakan defenisi yuridis mengenai TKI menurut Pasal 1

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Pada penempatan buruh migran dalam Pasal 1 angka (3) UndangUndang Nomor 39 Tahun 2004 adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan buruh migran sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi keseluruhan proses perekrutan, pengurusan dokumen, pendidikan dan pelatihan, negara tujuan. Dengan adanya pusat undang-undang dan ini memberikan daerah kewenangan mengatur penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari

pemerintah

pemerintah

dalam

penempatan buruh migran. Dalam penempatan tersebut Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di dalam atau di luar negeri sesuai Pasal 31 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tenang Ketenagakerjaan. Kemudian dalam Pasal 32 ayat (1) dan ayat (2) dijelaskan bahwa Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi. Penempatan tenaga kerja diarahkan untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian, keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak asasi, dan perlindungan hukum. Pada Pasal 33 dalam Penempatan tenaga kerja terdiri dari :

penempatan tenaga kerja di dalam negeri, dan penempatan tenaga kerja di luar negeri. Dan diperjelas dalam Pasal 35 yaitu:

1. Pemberi kerja yang memerlukan tenaga kerja dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan atau melalui pelaksana penempatan tenaga kerja. 2. Pelaksana penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memberikan perlindu ngan sejak rekrutmen sampai penempatan tenaga kerja
3. Pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam

mempekerjakan tenaga kerja wajib memberi kan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja. Pelayanan penempatan tenaga kerja dalam Pasal 36 (1) Penempatan tenaga kerja oleh pelaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) dilakukan dengan memberikan pelayanan penempatan tenaga kerja. (2) Pelayanan penempatan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersifat terpadu dalam satu sistem penempatan tenaga kerja yang meliputi unsur-unsur : a. pencari kerja; b. lowongan pekerjaan; c. informasi pasar kerja; d. mekanisme antar kerja; dan e. kelembagaan penempatan tenaga kerja. (3) Unsur-unsur sistem penempatan tenaga kerja sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) dapat dilaksanakan secara terpisah yang ditujukan untuk terwujudnya penempatan tenaga kerja Tak hanya itu dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Untuk menghindari ketidak amanan yang akan diderita oleh buruh

migran (khususnya Pembantu Rumah Tangga) maka menegaskan bahwa Orang perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa tujuan penempatan dan perlindungan calon buruh migran adalah:

memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi; menjamin dan melindungi calon buruh migran sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;

meningkatkan kesejahteraan buruh migran dan keluarganya.

Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan buruh migran di luar negeri. Dan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 bahwa Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan buruh migran di luar negeri. Demi menjamin perlindungan lebih lagi terdahad TKI diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 mengatur tentang penempatan buruh migran di luar negeri hanya dapat dilakukan ke negara tujuan yang pemerintahnya telah membuat perjanjian tertulis dengan Pemerintah Republik Indonesia atau ke negara tujuan yang mempunyai peraturan perundang-undangan yang melindungi tenaga kerja asing. Meskipun seperti itu, masih saja terdapat penganiayaan terhadap para buruh migran yang sudah jelas dan terang mendapat perlindungan hukum. Perlindungan dan tersebut dilakuakan dengan penyelengaraan keadilan ketertiban untuk mendatangkan

kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat sesuai dengan tujuan negara menurut Prof. Subekti, S.H.

Perlindungan hukum terhadap para TKI juga sudah dimuat dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban:

menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI, baik yang berangkat melalui pelaksana penempatan TKI, maupun yang berangkat secara mandiri;

mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI. membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan calon TKI di luar negeri; melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan dan memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelum pemberangkatan, masa penempatan, dan masa purna penempatan.

Tapi

dalam

kenyataannya,

usaha

yang

telah

dilakukan

untuk

perlindungan itu belum berjalan seperti yang diharapkan. Hal ini telah banyak terbukti dengan banyaknya kasus unjuk rasa, pemogokan yang dilakukan pekerja/buruh yang berakhir dengan pemutusan hubungan kerja yang berakibat memperpanjang barisan pengangguran. Perkembangan terbaru yaitu adanya kasus penyiksaan tenaga kerja Indonesia yang bernama Sumiati (23 tahun, berasal dari Dompu, Nusa Tenggara Barat). Penyiksaan oleh majikan Sumiati di Arab Saudi mengakibatkan sekujur tubuh Sumiati luka parah dan bibir bagian atasnya digunting serta tubuh bagian punggung diseterika. Sudah banyak kasus penyiksaan yang menimpa para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tak hanya yang illegal bahkan tenaga kerja illegal yang jelas jelas dinaungi hukum. Tidak terdapat perubahan atas berbagai kasus sebelumnya yang terjadi, justru belakangan kasus penyiksaan TKI semakin meningkat. Pemerintah seolah tidak belajar atas

kesalahan-kesalahan dimana terjadinya kasus yang sama sebelumnya. Seakan-akan sudah merupakan hal yang lumrah apabila terjadinya penyiksaan TKI setiap tahun. Disebutkan sudah terdapat regulasi yang mengatur mengenai perlindungan atas penempatan TKI. Tetapi faktanya kasus-kasus yang sama tetap saja terjadi dan tidak grafiknya tidak menurun justru meningkat. Perlu berbagai dipertanyakan yang telah kinerja terjadi pemerintah sebelumnya. dalam penanganan

B. Penyelesaian konflik Tenaga Kerja Luar Negeri (TKI) Konflik tenaga kerja dalam maupun luar negeri memang selalu marak di negeri ini. Penyelesaiannya tak ada lain yaitu perlunya ketegasan dan perhatian lebih dari pemerintah terhadap para pekerja yang merupakan asset Negara. Seperti dalam pasal 5 ayat (1) Undang-undang nomor 39 tahun 2004 dinyatakan bahwa Pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelenggaraan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Dan dalam pasal 6 Undang-undang nomor 39 tahun 2004 bahwa Pemerintah bertanggung jawab untuk meningkatkan upaya perlindungan TKI di luar negeri. Sebagaimana ditegaskan dalam pasal 77 Undang-undang nomor 39 tahun 2004 bahwa setiap calon TKI/TKI mempunyai hak untuk memperoleh undangan. perlindungan Perlindungan sesuai dengan peraturan perundangsebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan purna penempatan. Dalam hal ini juga dituntut peran serta dari masyarakat dalam pencari solusi, yang idak hanya berperan kritis

dengan berbagai masalah yang terjadi tetapi juga memberikan kritik dan saran.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penulisan tersebut diatas, maka didapat kesimpulan sebagai berikut: a. Palam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Untuk menghindari ketidak amanan yang akan diderita oleh buruh migran (khususnya bahwa Pembantu Orang Rumah Tangga) maka dilarang menegaskan perseorangan

menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja di luar negeri. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan bahwa tujuan penempatan dan perlindungan calon buruh migran adalah: a. memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;

b. menjamin dan melindungi calon buruh migran sejak di dalam negeri, di negara tujuan, sampai kembali ke tempat asal di Indonesia;
c. meningkatkan kesejahteraan buruh migran dan

keluarganya. b. Pada penempatan buruh migran dalam Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 adalah kegiatan pelayanan untuk mempertemukan buruh migran sesuai bakat, minat, dan kemampuannya dengan pemberi kerja di luar negeri yang meliputi dokumen, keseluruhan pendidikan proses dan perekrutan, pelatihan, pengurusan

penampungan, persiapan pemberangkatan, pemberangkatan sampai ke negara tujuan, dan pemulangan dari negara tujuan. B. SARAN Konflik tenaga kerja dalam maupun luar negeri memang selalu marak di negeri ini. Penyelesaiannya tak ada lain yaitu perlunya ketegasan dan perhatian lebih dari pemerintah terhadap para pekerja yang merupakan asset Negara. Dalam hal ini juga dituntut peran serta dari masyarakat dalam pencari solusi, yang idak hanya berperan kritis dengan berbagai masalah yang terjadi tetapi juga memberikan kritik dan saran. Karena ketika pemerintah dan masyarakat bekerja sama dalam penyelesaian masalah pastinya akan dicapai hasil yang maksimal dan tentu tidak akan merugikan salah satu pihak. Dengan ini juga membuka wawasan masyarakat dengan hukum positif di Indonesia terutama mengenai undang-undang yang mengatur tentang perlindungan dan penempatan TKI di luar negeri..

DAFTAR PUSTAKA
Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 nomor 139, Undang undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 nomor 133, Undang undang nomor 39 tahun 2004 tentang PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI Sutedi, Adrian, 2009, Hukum Perburuhan, Jakarta, Sinar Grafika Kansil, C.S.T., 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

You might also like