You are on page 1of 4

Berwawancara dengan Narasumber

Wawancara atau interview adalah suatu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau narasumber. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan biasanya disiapkan terlebih dahulu yang diarahkan pada perolehan informasi yang diinginkan. Pada pelaksanaannya, pewawancara dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Jika ada informasi yang menarik dan perlu diketahui lebih lanjut, pewawancara dapat mengajukan pertanyaan baru di luar konsep pertanyaan yang telah disediakan.

Kelebihan dan Kelemahan Kegiatan Wawancara

Kelebihan Wawancara:

1. 2. 3. 4.

Hasil wawancara secara kualitas dapat dipertanggungj awabkan Mempunyai nilai Yang tinggi Semua kesalahpahaman dapat dihindari Pertanyaan yang telah disiapkan dapat dijawab oleh narasumber dengan penjelasanpenjelasan tambahan 5. Setiap pertanyaan dapat dikembangkan lebih lanjut 6. Informasi yang diperoleh langsung dari sumber pertama

Kelemahan Wawancara:

1. Data atau informasi yang dikumpulkan sangat terbatas 2. Memakan waktu dan biaya yang besar jika, dilakukan dalam suatu wilayah yang luas

Tahapan dalam Wawancara


Beberapa tahap dalam wawancara, yakni sebagai berikut.

Tahap Pendahuluan atau Pembukaan

Tahap ini merupakan tahap awal untuk memberi kesan yang menyenangkan dan untuk menciptakan suasana yang nyaman sehingga kegiatan wawancara berjalan dengan baik.

Tahap Kegiatan Tanya Jawab

Tahap ini merupakan tahap selanjutnya setelah suasana untuk wawancara telah memungkinkan.

Tahap Penutup

Tahap ini merupakan tahap penyimpulan terhadap masalah yang menjadi pokok perbincangan. Kita dapat mendengarkan dan memahami informasi yang diberikan oleh narasumber pada tahap tanya jawab. Berdasarkan tanya jawab tersebut, kita pun dapat menyimpulkan hasilnya. Adapun bentuk pertanyaan yang dapat disampaikan, di antaranya:

Pertanyaan terbuka, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang luas dan bebas.

Contoh: Menurut pendapat Bapak, bagaimana kegiatan kesenian yang diadakan ini!

Pertanyaan langsung, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban singkat, dan kadang-kadang dapat dijawab dengan "ya" atau "tidak".

Contoh: Apakah Bapak pernah mengikuti festival kesenian seperti ini?.

Pertanyaan tertutup, yakni pertanyaan yang membatasi ruang gerak narasumber, bahkan kemungkinan jawabannya telah tersedia.

Contoh: Setelah Bapak sukses menjadi seniman besar, apakah Bapak bersedia membina generasi muda di sini atau terus saja berkarya tanpa ada keinginan untuk membina?

Pertanyaan terpimpin, yakni pertanyaan yang sangat membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana narasumber setuju dengan pendapat pewawancara.

Contoh: Saya melihat di daerah ini banyak sekali potensi kesenian. Apa langkah-langkah yang akan Bapak lakukan untuk mengembangkan potensi tersebut?

Pernahkah kamu dan teman-temanmu berwawancara dengan narasumber? Jika pernah, tentu kamu mengetahui apa yang dimaksud dengan wawancara. Wawancara adalah tanya jawab antara pewawancara dan seorang pakar atau ahli untuk mendapatkan informasi tentang suatu hal. Ahli atau pakar yang diwawancarai disebut narasumber. Narasumber dapat ditentukan sesuai dengan bidang yang ingin dikaji secara mendalam. Bidang tersebut, antara lain kedokteran dengan narasumber seorang dokter, bidang pendidikan dengan narasumber seorang guru, serta bidang kesenian dengan narasumber seniman. Dalam melakukan wawancara dengan narasumber, kamu harus memperhatikan etika berwawancara. Sebelum menemui narasumber, buatlah daftar pertanyaan terlebih dahulu. Kemudian, buatlah janji dengan narasumber untuk

melakukan wawancara. Ketika wawancara akan dimulai, awalilah dengan perkenalan, baru kemudian mengajukan pertanyaan. Gunakan bahasa yang baik, benar, dan santun. Ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai. Perhatikan contoh wawancara berikut ini! Herlina : Selamat pagi Dokter Yoga, perkenalkan nama saya Herlina. Saya dari SMP Taman Laut. Dokter Yoga : Selamat pagi! Saya senang sekali berjumpa dengan Adik. Herlina : Dok, maksud kedatangan saya ini adalah untuk mewawancarai Dokter mengenai sejumlah tanaman obat di Indonesia, khususnya temu lawak. Beberapa waktu yang lalu, saya membaca profil Anda di jurnal yang menyebutkan bahwa Anda adalah peneliti Temu lawak di Korea. Dokter Yoga tidak keberatan kan? Dokter Yoga : Oh... tentu saja tidak. Saya justru senang karena temu lawak yang berkasiat itu menjadi dikenal dan diperhatikan manfaatnya oleh orang banyak. Silakan saja apa yang ingin Adik ketahui tentang temu lawak? Herlinda : Mengapa Anda tertarik meneliti temu lawak, Dok? Dokter Yoga : Jika Anda berbicara tentang ginseng pasti yang terlintas negara Korea, padahal, negara penghasil ginseng terbesar di dunia adalah Kanada dan Cina. Orang Korea sendiri juga mengimpor bahan dasar gingseng dari Kanada dan Cina. Sebaliknya, tanaman temu lawak hanya terdapat di Indonesia. Saya berharap temu lawak bisa menjadi ikon tanaman obat dari Indonesia, sama seperti gingseng yang sudah menjadi ikon Korea. Herlina : Apakah temu lawak termasuk tumbuhan yang sulit tumbuh? Dokter Yoga : Oh, tidak. Temu lawak mudah tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, temu lawak dapat ditemukan di Jawa, Bali, NTB, dan Maluku Selatan. Temu lawak yang nama latinnya Curcuma zanthorrhiza merupakan tanaman yang hampir tidak memiliki musuh (hama). Tanaman itu menghasilkan antijamur, ia tidak akan terkena jamur karena temu lawak sendiri menghasilkan jamur. Herlina : Apa saja manfaat temu lawak, Dok? Dokter Yoga : Manfaat temu lawak, antara lain sebagai antiketombe, untuk pasta gigi, dan dimungkinkan dapat digunakan untuk mengatasi penyakit kanker. Beri Penilaian Currently 4.00/5

5 Rating : 4.0/5 (84 votes cast) Diperoleh dari "http://www.crayonpedia.org/mw/Cara_Berwawancara_dan_Implementasinya_8.1" Kategori: Bahasa Indonesia 8

You might also like