You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Selama masa kehamilan sangat banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh ibu hamil, baik terjadi secara fisiologis atau bahkan terkadang terjadi perubahan secara patologis. Oleh karena itu, diperlukan beberapa pemeriksaan khusus yang dipakai untuk menilainya. Salah satu pemeriksaan yang sering dipakai, yaitu ultrasonografi. Pemeriksaan USG selama masa kehamilan merupakan suatu

pemeriksaan standar yang tidak wajib untuk dilakukan ibu hamil. Namun, peranannya yang cukup penting selama masa kehamilan, tidak bisa dipungkiri lagi. Di Glasgow, Skotlandia rata-rata wanita hamil menjalani pemeriksaan USG sebanyak 2,8 kali. Di Jerman, dilakukan pemeriksaan rutin USG obstetri sebanyak 3 kali, yaitu pada kehamilan 9-12 minggu, 19-22 minggu, dan 29-32 minggu. Di Indonesia, beberapa pusat pendidikan menganjurkan pemeriksaan rutin satu kali, yaitu pada kehamilan 18-20 minggu. Di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta dilakukan penapisan kelainan bawaan (screening) USG sebanyak 2 kali, yaitu pada usia kehamilan 10-14 minggu (penapisan pertama) dan 18-22 minggu (penapisan kedua), pemeriksaan tambahan hanya dilakukan atas indikasi medis (Endjun, 2007). Menurut penelitian yang diadakan oleh University of Sydney Australia, pada tahun 2006, pemeriksaan ultrasonografi masih mempunyai peranan penting untuk menentukan letak janin dibandingkan dengan pemeriksaan fisik. Penelitian yang menggunakan metode analitik cross-sectional ini mengambil sampel 1633 ibu hamil dengan usia kehamilan 35-37 minggu. Hasil dari penelitian ini yaitu, ultrasonografi mengidentifikasi letak janin sungsang pada

103(6,3%) ibu hamil dan 27(1,7%) ibu hamil dengan letak janin melintang (Nassar, 2006)

B. ULTRASONOGRAFI Ultrasonografi adalah visualisasi struktur dalam tubuh yang bekerja merekam pantulan (gema) denyutan gelombang ultrasonic yang diarahkan ke jaringan tubuh (Dorland, 2002). Pertama kali ultrasonik ini digunakan dalam bidang teknik untuk radar, yaitu teknik SONAR ( Sound, Navigation and Ranging) oleh Langevin (1918), seorang Perancis, pada waktu perang dunia ke I, untuk mengetahui adanya kapal selam musuh. Kemudian digunakan dalam pelayaran untukmenentukan kedalaman laut. Menjelang perang dunia ke II (1937), teknik ini digunakan pertama kali untuk pemeriksaan jaringan tubuh, tetapi hasilnya belum memuaskan. Berkat kemampuan dan kemajuan teknologi yang pesat, setelah perang dunia keII, USG berhasil digunakan untuk pemeriksaan alat-alat tubuh. Hoery dan Bliss pada tahun 1952, telah melakukan pemeriksaan USG pada beberapa organ, misalnya pada hepar dan ginjal. USG dalam bidang ilmu obstetrik membawa perubahan terbaru dalam bidang diagnostic dan terapi. Dengan demikian, lebih tepat dan cepat untuk dilakukan intervensi medis untuk mencapai well born baby dan well health mother yang merupakan dambaan masyarakat dan merupakan awal peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dalam melakukan diagnostik obstetri, penggunaan alat USG dilakukan secara rutin dimana pada ibu hamil dianjurkan menggunakan USG sebanyak empat kali,dilakukan satu kali pada setiap semester,sedangkan pada semester ketiga dapat dilakukan sebanyak dua kali. Disamping itu penggunaannya dapat dilakukan sesuai indikasi khusus. Dengan demikian, ketajaman diagnostic dapat ditegakkan untuk mempertajam intervensi medis yang adekuat.

Sejumlah wanita berpendapat, pemeriksaan USG yang terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan janin dalam kandungan. Akhirnya, ketika menjalani kehamilan, mereka hanya bersedia sekali atau dua kali menjalani pemeriksaan USG. Sebenarnya, anggapan tersebut keliru. Menurut sejumlah studi eksperimental pada manusia dan hewan yang dilakukan di manca negara, tak pernah ditemukan efek negatif akibat penggunaan USG. Sementara, dalam situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), disebutkan bahwa USG baru berakibat negatif jika telah dilakukan sebanyak 400 kali. USG memang tak berbahaya buat janin. Sebab, USG tak mengeluarkan radiasi gelombang suara yang bisa berpengaruh buruk pada otak si jabang bayi. Hal ini berbeda dengan penggunaan sinar rontgen. Dampak yang timbul dari penggunaan USG hanya efek panas yang tak berbahaya bagi ibu maupun bayinya. Pada kepentingan tertentu, misalnya kehamilan resiko tinggi, seharusnya sang ibu semakin sering menjalani pemeriksaan USG. Tujuannya, agar cepat terdeteksi jika ada perkembangan yang tak dikehendaki. Bentuk dan jenis alat USG kini semakin banyak yang dapat dipilih dengan resolusi yang semakin tajam dan pengoperasian yang semakin mudah. Disamping itu informasi yang didapatkan semakin beranekaragam yang berguna untuk melakukan deteksi dini dari janin intrauterine Prinsip alat USG adalah penempatan suara ultrasonic terhadap jaringan yang akan diperiksa sehingga suara balik atau refleknya akan dapat diterima kembali oleh alat probe yang sama dan selanjutnya akan diterima dalam bentuk gambar, sesuai dengan susunan, jarak, dan konsistensi jaringan tersebut. Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai frekwensi antara 20 20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz). Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini menggunakan frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta Hz). Gelombang suara frekwensi tinggi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk akibat

gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric, yang merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan gelombang suara frekwensi tinggi (Boer, 2005). Dalam bidang kedokteran, frekuensi suara yang dipergunakan adalah (Boer, 2005): 1. Untuk transabdominal ultrasonografi 2. Untuk transvaginal ultrasonografi C. KOMPONEN ULTRASONOGRAFI Pada umumnya alat ultrasonografi terdiri dari beberapa komponen, antara lain (Ksuheimi, 2008): 1. Tranduser Komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam tranduser terdapat Kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang. Fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang yang di terima menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh computer dan diterjemahkan dalam bentuk gambar. 2. Monitor Monitor yang digunakan dalam ultrasonografi. 3. Mesin USG Mesin ini berfungsi untuk mengolah data yang diteima dalam bentuk gelombang. D. CARA KERJA ULTRASONOGRAFI Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada : 3-5 MHz : 7-7 MHz

bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang dilaluinya (Rasad, 2005). Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar osiloskop. Dengan demikian transduser digerakkan seolah-olah melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat di layar monitor (Rasad, 2005). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedansi akustik tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam echo, jaringan tersebut disebut echogenic. Sedangkan pada jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada echo, disebut anechoic atau echofree atau bebas echo. Suatu rongga yang berisi cairan bersifat anechoic, misal : kista, asites, pembuluh darah besar, pericardial, atau pleural effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat dibedakan (Rasad, 2005) E. JENIS-JENIS ULTRASONOGRAFI Ada 4 jenis pemeriksaan USG yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut (Ksuheimi, 2008): 1. USG 2 Dimensi Menampilkan dapat ditampilkan. 2. USG 3 Dimensi Ada tambahan 1 bidang lagi jika dibandingkan dengan USG 2D, yaitu koronal. Gambar yang tampil mirip aslinya.Permukaan suatu benda / janin dalam tubuh dapat gambar 2 bidang (memanjang dan

melintang). Kualitas gambar yang baik, sebagian besar janin

terlihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar.

3.

USG 4 Dimensi Sebenarnya adalah USG 3D yang dapat bergerak.jadi pasien

dapat melihat lebih jelas dan membayangkan bagaimana keadaan di rahim 4. USG Doppler Untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan janin meliputi: a. Gerak napas janin b. Tonus (gerak) janin c. Indeks cairan ketuban (AFI = 8-20) d. Doppler arteri umbilikalis e. Reaktivitas DJJ

F. TEKNIK PENGOPERASIAN ULTRASONOGRAFI Prinsip pengoperasian ultrasonografi adalah mengarahkan probe pada organ yang akan diperiksa. Karena udara merupakan pengantar suara yang buruk, di antara probe dan dinding abdomen atau vagina diberikan semacam jelly sehingga penghantaran suara akan berlangsung dengan baik (Manuaba, 2007). Pemeriksaan ultrasonografi bukanlah seperti pengambilan foto sehingga janin dapat ditampilkan secara utuh. Namun, yang tampil hanya yang diinginkan saja (Manuaba, 2007). Persiapan yang perlu dilakukan adalah memenuhi kandung kemih (sehingga dapat bertindak sebagai jendela) dari ultrasound yang akan ditembakkan ke jaringan yang dimaksudkan. Di samping itu penuhnya

kandung kemih (khususnya pada pemeriksaan pada trimester pertama) akan menyisihkan sebagian usus ke samping sehingga tidak menghalangi arah dan berkurangnya atenuasi ultrasonografi (Manuaba, 2007). Ada 2 jenis cara pemeriksaan menggunakan alat ultrasonografi, yaitu (Ksuheimi, 2008): 1. Per vaginam : Seperti pemeriksaan dalam Lebih mudah karena ibu tidak perlu menahan Lebih jelas karena dekat dengan rahim Daya tembusnya 8-10cm dengan resolusi tinggi Tidak menyebabkan keguguran Probe diatas perut Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 Karena dari perut maka daya tembusnya akan

kencing

2. Per abdominam :

minggu melewati otot perut, lemak ,kemudian rahim

BAB II PERAN ULTRASONOGRAFI DALAM KEHAMILAN

Pemeriksaan ultrasonografi sangat bermanfaat untuk melakukan eksplorasi internal jaringan yang tidak mungkin dilakukan dengan pemeriksaan luar. Pemeriksaan ini bersifat non-invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh. Sekalipun kegunaannya sangat besar dan tidak dijumpai efek samping terhadap jaringan, bukan berarti dapat dipergunakan secara bebas. WHO menganjurkan agar pemeriksaan ultrasonografi pada pemeriksaan obstetri hanya dilakukan (Manuaba, 2005): a. Secara rutin 3 kali selama kehamilan, berarti sekali pada tiap semester. Kalau perlu dilakukan pemeriksaan tambahan bila diagnosisnya belum jelas. b. Berdasarkan indikasi khusus sehingga diagnosisnya akhir dapat ditetapkan untuk menentukan langkah terapi selanjutnya. Indikasi pemeriksaan ultrasonografi dalam kehamilan adalah

(Wiknjosastro, 2007): 1) Prakiraan usia gestasi dengan pemeriksaan ultrasonografi untuk memastikan saat yang tepat melakukan tindakan seksio sesarea elektif, induksi partus, atau terminasi kehamilan elektif. 2) Evaluasi pertumbuhan janin pada pasien yang mengalami insufisiensi utero-plasenta (seperti pada preeklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, atau diabetes melitus berat) atau komplikasi kehamilan lainnya yang menyebabkan malnutrisi janin (pertumbuhan janin terhambat, makrosomia). 3) Kehamilan yang mengalami perdarahan per vaginam yang tidak diketahui sebabnya. 4) Penentuan presentasi janin, jika bagian terendah janin pada masa persalinan tidak dapatdipastikan. 5) Suspek kehamilan multipel. 6) Untuk membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi khorionik. 7) Terdapat perbedaan antara besar uterus dan usia kehamilan secara klinis. 8) Suspek kehamilan mola. 9) Adanya massa pelvik yang terdeteksi secara klinis. 10) Untuk membantu tindakan pengikatan serviks (cervical

cerclage). 11) Suspek kehamilan ektopik ( diluar kandungan ). 12) Untuk membantu prosedur khusus dalam kehamilan dan persalinan. 13) Mempelajari perkembangan folikel pada ovarium. 14) Curiga kematian janin. 15) Curiga kelainan uterus.

16) Pemeriksaan profil biofisik janin (setelah kehamilan 28 minggu). 17) Mengawasi tindakan intrapartum (misalnya versi-ekstraksi janin kedua pada gemelli, plasenta manual). 18) Curiga polihidramnion ( ketuban banyak) atau oligohidramnion ( ketuban sedikit). 19) Curiga solusio plasenta ( plasenta yang terlepas ). 20) Untuk membantu tindakan versi luar pada janin sungsang. 21) Prakiraan berat janin dan/atau presentasi janin pada ketuban pecah atau persalinan prematur. 22) Jika terdapat kadar alfa-fetoprotein yang abnormal di dalam serum ibu. 23) Follow-up kelainan janin yang sudah diketahui sebelumnya. 24) Riwayat kelainan kongenital pada kehamilan sebelumnya. 25) Pemeriksaan serial pertumbuhan janin pada kehamilan multipel. 26) Prakiraan usia gestasi pada pasien yang terlambat melakukan pemeriksaan antenatal. (http://kebidanan.web.id/2011/03/pemeriksaan-usgultrasonografi-pada-kehamilan/)

A. TRIMESTER I Pada umumnya USG pertama dilakukan pada trimester ini, pada kehamilan minggu ke 7, untuk memastikan kehamilan, menilai detak jantung janin, mengukur panjang janin, dan untuk menilai usia kehamilan. Pemeriksaan ultrasonografi pada trimester I ini dapat dilakukan dengan cara transabdominal ( probe diletakkan diatas perut ibu ), transvaginal ( probe khusus yang dimasukkan ke vagina ), atau keduanya. Jika dengan pemeriksaan transabdominal tidak berhasil mendapatkan informasi diagnostik, maka jika mungkin pemeriksaan dilanjutkan dengan cara 10

transvaginal. Begitu pula, jika pemeriksaan transvaginal tidak dapat menjangkau seluruh daerah yang diperlukan untuk diagnosis, maka pemeriksaan harus dilanjutkan dengan cara transabdominal. Uterus dan adneksa di-evaluasi untuk melihat adanya kantung gestasi. Jika terlihat kantung gestasi, maka lokasinya harus dicatat. Pencatatan juga dilakukan terhadap ada-tidaknya janin, dan CRL (crown-rump length). CRL merupakan indikator yang lebih akurat dari diameter kantung gestasi untuk menentukan usia gestasi. Jika janin tidak terdeteksi, evaluasi adanya yolk sac di dalam kantung gestasi. Dalam keadaan demikian,penentuan usia gestasi didasarkan atas ukuran diameter rata-rata kantung gestasi, atau morfologi dan isi dari kantung gestasi. Gambaran definitif kantung gestasi didasarkan atas terlihatnya yolk sac dan janin. Jika struktur embrionik tersebut tidak terlihat, maka diagnosis definitif kantung gestasi harus dilakukan hati-hati. Pada kehamilan ektopik, kadang-kadang terlihat cairan yang terkumpul di dalam kavum uteri dan memberikan gambaran kantung gestasi palsu (pseudogestational sac). Pada akhir trimester I, diameter biparietal ( kepala ) dan ukuran-ukuran janin lainnya dapat digunakan untuk menentukan usia gestasi. Melalui USG pada trimester ini, dapat dilihat ada-tidaknya aktivitas jantung janin. Diagnosis aktivitas jantung hanya bisa ditentukan dengan USG real-time. Dengan pemeriksaan transvaginal, denyut jantung bisa dilihat bila CRL sudah mencapai 5 mm atau lebih. Jika terlihat janin kurang dari 5 mm yang belum menunjukkan aktivitas jantung, harus dilakukan follow-up untuk mengevaluasi tanda kehidupan. Selain untuk melihat ada-tidaknya denyut jantung janin, digunakan pula untuk menghitung jumlah janin. Apakah janin tunggal atau ganda (gemelli), atau bahkan terjadi kehamilan mutipel. Kehamilan multipel dilaporkan hanya atas dasar jumlah mudigah yang lebih dari satu. Kadangkadang pada awal masa kehamilan terlihat struktur menyerupai kantung yang jumlahnya lebih dari satu dan secara keliru dianggap sebagai kehamilan multipel, padahal sebenarnya berasal dari fusi selaput amnion dan korion

11

yang tidak sempurna. Evaluasi uterus, struktur adneksa, dan kavum Douglasi. Pemeriksaan ini berguna untuk memperoleh temuan tambahan yang mempunyai arti klinis penting. Jika terlihat suatu mioma uteri atau massa di adneksa, maka lokasi dan ukurannya harus dicatat. Kavum Douglasi harus dievaluasi untuk melihat ada-tidaknya cairan. Jika terlihat cairan di daerah kavum Douglasi, cari kemungkinan adanya cairan ditempat lain, seperti di daerah abdomen dan rongga subhepatik. Kadang-kadang sulit membedakan kehamilan normal dari kehamilan abnormal dan kehamilan ektopik ( diluar rahim). Pada keadaan ini pemeriksaan kadar hormon(misalnya HCG) di dalam serum ibu serta hubungannya dengan gambaran ultrasonografi bisa membantu diagnosis. (http://kebidanan.web.id/2011/03/pemeriksaan-usg-ultrasonografi-padakehamilan/) Berikut ini adalah tabel perkembangan janin normal yang terdapat pada gambaran ultrasonografi: Tabel 1. Perkembangan janin normal pada trimester I
Minggu 4 Gambaran USG Kehamilan intrauterine pertama kali dapat dideteksi pada USG pada umur 3,5-5 minggu (transvaginal 4 minggu 3 hari atau 17 hari pasca konsepsi atau 10 hari setelah implantasi blastokist dalam endometrium). Gestasional Sac (GS) berupa struktur bundar anechoic, berdiameter 2-3 mm dalam endometrium, dikelilingi lapisan hiperechoic yang agak tebal, yang berasal dari villi chorionik 5 Gestasional Sac 5 mm, bertambah 1-2 mm / hari. Struktur embrionik pertama yang tampak adalah; yolk sac dan kantung amnion sebagai 2 cincin bundar (double bleb) dalam kantung gestasi. Kantung amnion akan menghilang sementara (karena dindingnya tipis dan letaknya dekat mudigah yang sedang berkembang sehingga tak terlacak oleh USG), yang tampak hanya yolk sac. Yolk sac tumbuh perlahan, dinding menebal, diameter 4-8 mm.

12

Struktur embrio mula-mula tampak sebagai penebalan pada dinding yolk sac, panjang 2-4 mm. DJJ belum ada. 6 6,5 7 GS 15 mm. Panjang mudigah 5 mm. GS 15-18 mm. CRL 5 mm. Mudigah mulai memisahkan diri dari yolk sac. Mulai tampak DJJ. GS 25 mm. CRL 12 mm. Kantung amnion mulai membesar karena terisi cairan, sehingga mulai tampak kembali. Mudigah berkembang progresif, bagian kepala dan bokong mulai dapat dibedakan. Kepala merupakan setengah dari volume total mudigah, di posterior kepala tampak daerah kistik yang berasal dari rhombensefalon. 8 GS 30 mm. CRL 14-21 mm. Kepala tetap besar, dekat dengan jantung. Yolk sac mulai mengecil, berupa struktur vesikuler 5 mm diluar selaput amnion. Sebagian usus mengadakan herniasi pada bagian proksimal umbilikus (omfalokel fisiologis), karena perkembangan usus relative lebih cepat dibandingkan rongga abdomen. 9 10 Struktur mudigah semakin jelas. Tampak tonjolan ektremitas, tali pusat, pusat-pusat osifikasi primer pada maksila, mandibula, klavikula. Dalam kepala tampak struktur ventrikel lateral otak dan pleksus koroid. Mulai tampak gerak tubuh dan ektremitas. 11 12 Mulai disebut janin/fetus Penambahan cairan amnion berlangsung cepat, sehingga kantung amnion cepat membesar dan akhirnya selaput amnion bersatu dengan selaput khorion. Rongga khorion dan yolk sac tidak tampak lagi.

B. TRIMESTER II Pemeriksaan USG pada trimester kedua biasanya dilakukan pada kehamilan 18-22 minggu untuk menilai kelainan congenital, kelainan bentuk, posisi plasenta, detak jantung janin, juga untuk menilai perkembangan janin. Pada pemeriksaan di minggu ini, mungkin dapat juga untuk mengetahui jenis kelamin janin. Kehidupan janin, jumlah, presentasi, dan aktivitas janin dapat dipantau dan dicatat. Bila ada frekuensi dan irama jantung yang abnormal harus dilaporkan. Pada kehamilan multipel perlu dilaporkan informasi tambahan

13

mengenai jumlah kantung gestasi, jumlah plasenta, ada-tidaknya sekat pemisah, genitalia janin (jika terlihat), perbandingan ukuran-ukuran janin,dan perbandingan volume cairan amnion pada masing-masing kantung amnion. Melalui ultrasonografi, dapat ditentukan volume cairan amnion (normal, banyak, sedikit). Variasi fisiologik volume cairan amnion harus dipertimbangkan di dalam penilaian volume cairan amnion pada usia kehamilan tertentu. Pada trimester ini dapat ditentukan lokasi plasenta, gambaran, dan hubungannya dengan ostium uteri internum. Pemeriksaan tali pusat juga dapat dilakukan. Lokasi plasenta pada kehamilan muda seringkali berbeda dengan lokasi pada saat persalinan. Kandung kemih yang terlampau penuh atau kontraksi segmen bawah uterus dapat memberikan gambaran yang salah dari plasenta previa. Pemeriksaan transabdominal, transperineal, atau transvaginal dapat membantu dalam mengidentifikasi ostium uteri internum dan hubungannya dengan letak plasenta. Penentuan usia gestasi dilakukan pada saat pemeriksaan ultrasonografi pertama kali, dengan menggunakan kombinasi ukuran kepala seperti BPD atau lingkar kepala, dan ukuran ekstremitas seperti panjang femur. Pengukuran pada kehamilan trimester III tidak akurat untuk menentukan usia gestasi. Perkiraan berat janin ditentukan pada akhir trimester II dan trimester III, dan memerlukan pengkuran lingkar abdomen ( perut ). Ultrasonografi menjadi sarana untuk melakukan evaluasi uterus (termasuk serviks) dan struktur adneksa. Pemeriksaan ini berguna untuk memperoleh temuan tambahan yang mempunyai arti klinis penting. Jika terlihat suatu mioma uteri atau massa adneksa, dapat diketahui lokasi dan ukurannya. Ovarium ibu seringkali tidak bisa ditemukan dalam pemeriksaan ultrasonografi pada trimester II dan III. Pemeriksaan cara transvaginal atau transperineal serviks. 14 berguna untuk mengevaluasi serviks, bila pada cara pemeriksaan transabdominal letak kepala janin menghalangi pemeriksaan

Penilaian anatomi janin seperti: ventrikel serebri, fossa posterior (termasuk hemisfer serebri dan sisterna magna), four-chamber view jantung (termasuk posisinya di dalam toraks), spina, lambung, ginjal, kandung kemih, insersi tali pusat janin dan keutuhan dinding depan abdomen. Jika posisi janin memungkinkan, lakukan juga pemeriksaan terhadap bagian-bagian janin lainnya. Dalam prakteknya tidak semua kelainan sistem organ tersebut di atas dapat dideteksi melalui pemeriksaan ultrasonografi. (http://kebidanan.web.id/2011/03/pemeriksaan-usg-ultrasonografi-padakehamilan/)

C. TRIMESTER III Pada trimester ketiga, biasanya dilakukan USG pada kehamilan minggu ke 34 untuk mengevaluasi ukuran fetus dan menilai pertumbuhan fetus, pergerakkan dan pernafasan, detak jantung bayi juga jumlah air ketuban di sekeliling bayi serta posisi bayi dan plasenta. Perkembangan anatomi janin juga dapat diliat pada trimester ini, antara lain: 1. Anatomi intracranial a) Aksial Transthalamik mengukur BPD dan lingkar kepala Transventrikel deteksi hidrosefalus Transerebellar deteksi ensefalokel oksipital, agenesis/hipoplasia serebellum, malformasi DandyWalker b) Koronal c) Sagital 2. Anatomi kranio-spinal a) Transthalamik Deteksi anensefalus, eksenfalus, ensefalokel

15

b) Transventrikel Deteksi kelainan bentuk kepala (misal: lemon sign) c) Transerebellar Deteksi ensefalokel oksipital, spina bifida d) Longitudinal Deteksi spina bifida 3. Anatomi wajah a) Koronal Mempelajari integritas wajah, melihat gerak lidah, mengunyah, gerak bola mata, deteksi defek pada bibir dan palatum (sumbing), ensefalokel anterior, tumor pada wajah. b) Sagital Melihat profil wajah, deteksi mikrognathia, ensefalokel anterior, defek bibir dan tulang hidung. c) Aksial Deteksi kelainan orbita, lidah, ensefalokel anterior. 4. Anatomi thoraks a) DJJ sebagai pedoman mengenali thoraks b) Deteksi hipoplasia paru c) Longutidal untuk membedakan ascites dan

hidrothorak, deteksi hernia diafragmatika 5. Anatomi abdomen a) Kelainan obstruktif saluran pencernaan proksimal atresia esophagus (lambung tak nampak), atresia duodenal, atresia jejuna, atresia ileal. b) Kelainan obstruktif saluran pencernaan distalatresia 16

anorektal, penyakit Hirchprung, sindroma sumbatan mekoneum (kolon melebar)

6. Anatomi traktus urogenital a) Jenis kelamin laki-laki ditandai dengan penis dan skrotum b) Jenis kelamin perempuan ditandai dengan labia mayor dan minor c) Ginjal, pelvis renalis, ureter, dan kandung kemih. 7. Anatomi sistem skelet a) Pusat osifikasi primer (pada diafisis) dan sekunder (pada epifisis) b) Pengukuran tulang panjang usia kehamilan c) Untuk deteksi displasia tulang & sindroma Down (tulang femur dan humerus lebih pendek). Tabel 2. Penjabaran pemeriksaan ultrasonografi pada kehamilan.
Trimester I Obstetri Diagnosis hamil Gestasional Sac Fetal Plate Intra / ekstrauterine Umur kehamilan Janin tunggal / ganda Umur kehamilan Biofisik janin Letak janin Kesejahteraan janin Implantasi plasenta Jenis kelamin janin Patologis Congenital Abortus Missed abortion Blighted ovum Komplikasi Missed abortion Abortus Mola hidatidosa

Trimester II dan III

IUFD IUGR Letak janin Implantasi plasenta

Plasenta previa Solutio plasenta IUFD

*) Sumber: Buku Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi, 2005.

17

BAB III RINGKASAN

Selama masa kehamilan sangat banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh ibu hamil, baik terjadi secara fisiologis atau bahkan terkadang terjadi perubahan secara patologis. Oleh karena itu, diperlukan beberapa pemeriksaan khusus yang dipakai untuk menilainya. Salah satu pemeriksaan yang sering dipakai, yaitu ultrasonografi. Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik ( pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat dalam tubuh manusia, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Dalam melakukan diagnostik obstetri, penggunaan alat USG dilakukan secara rutin dimana pada ibu hamil dianjurkan menggunakan USG sebanyak empat kali,dilakukan satu kali pada setiap semester,sedangkan pada semester ketiga dapat dilakukan sebanyak dua kali. Disamping itu penggunaannya dapat dilakukan sesuai indikasi khusus. Dengan demikian, ketajaman diagnostic dapat ditegakkan untuk mempertajam intervensi medis yang adekuat. Alat ultrasonografi terdiri dari beberapa komponen, yaitu: transduser, monitor, dan mesin USG. Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transduser. Ketika transduser digerakkan, akan seolah-olah melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat di layar monitor. Pemeriksaan dengan ultrasonografi terbagi menjadi 4, yaitu: 1) USG 2 Dimensi

18

2) USG 3 Dimensi 3) USG 4 Dimensi 4) USG Doppler Pemeriksaan ultrasonografi sangat bermanfaat untuk melakukan eksplorasi internal jaringan yang tidak mungkin dilakukan dengan pemeriksaan luar. Pemeriksaan ini sangat penting dilakukan pada ibu hamil. Indikasi dilakukan ultrasonografi dalam kehamilan, antara lain: Usia kehamilan tidak jelas Didapati kehamilan multipel Perdarahan dalam kehamilan Didapati kematian janin Didapati kehamilan ektopik Didapati kehamilan mola Terdapat perbedaan tinggi fundus uteri dan lamanya amenorea Presentasi janin yang tidak jelas Didapati pertumbuhan janin terhambat (IUGR) Didapati oligohidramnion atau polihidramnion Penentuan profil biofisik janin Evaluasi letak dan keadaan plasenta Adanya risiko atau kemungkinan cacat bawaan Sebagai alat bantu dalam tindakan obstetric Didapati kehamilan dengan IUD Didapati kehamilan dengan kelainan bentuk uterus Didapati kehamilan kehamilan dengan tumor pelvic

19

Sebagai alat bantu dalam tindakan intervensi dalam kehamilan, seperti amniosentesis, biopsi villi khorion, transfusi intrauterine, fetoskopi, dan sebagainya. Pada umumnya USG pertama dilakukan pada kehamilan minggu ke 7 untuk memastikan kehamilan, menilai detak jantung janin, mengukur panjang janin untuk menilai usia kehamilan. Pemeriksaan USG kedua biasanya dilakukan pada kehamilan 18-22 minggu untuk menilai kelainan congenital, kelainan bentuk, posisi plasenta, detak jantung janin, juga untuk menilai perkembangan janin. Pada pemeriksaan di minggu ini, dapat juga mengetahui jenis kelamin bayi. Pada trimester ketiga,USG dilakukan untuk mengevaluasi ukuran fetus dan menilai pertumbuhan fetus, pergerakkan dan pernafasan, detak jantung bayi juga jumlah air ketuban di sekeliling bayi serta posisi bayi dan plasenta. Tabel 3. Peran USG dalam tiap trimester kehamilan Trimester Keterangan Pertama Menentukan umur kehamilan dengan pengukuran kantong gestasi (GS) atau Menentukan kehamilan: mempergunakan panjang kepala-bokong Kehamilan multiple (CRL). Kehamilan ektopik
Mola hidatidosa Blighted ovum Abortus

Kedua dan ketiga


Tumbuh kembang janin intrauterine: Posisi janin Kelainan congenital Menentukan umur janin Menentukan proses penuaan plasenta Menentukan kesejahteraan janin Menentukan berat janin Menentukan jenis kelamin janin Kelainan implantasi plasenta Perdarahan

Alat ultrasonografi telah terprogram untuk menentukan berat janin dan perkiraan persalinan.

*) Sumber: Buku Pengantar Kuliah Obstetri, 2007

20

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Endjun, J J, 2007. Panduan Pemeriksaan USG Dasar Obstetri. Dalam: Endjun, Juniadi Judi. Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 53-60. Ksuheimi, 2008.Ultrasonography. Available from http://navy102.wordpress.com/2008/10/07/usg-ultra-sonography/. [Accessed 4 May 2010 ].

Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 453- 455. Wiknjosastro, H, 2007. Ultrasonografi dalam Obstetri. Dalam: Wiknjosastro, Hanifa, ed. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 132- 151. http://kebidanan.web.id/2011/03/pemeriksaan-usg-ultrasonografi-pada-kehamilan/ Manuaba, Ida Bagus Gede, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC Manuaba, Ida Bagus Gede, 2005. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri & Ginekologi. Jakarta : EGC 21

You might also like