You are on page 1of 16

Emulsi merupakan jenis koloid dengan fase terdispersi berupa zat cair.

Berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi: emulsi gas, emulsi cair, dan emulsi padat. Emulsi gas (aerosol cair) Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk sistem koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown. Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak. Contohnya adalah pada susu[1].

Sifat emulsi cair yang penting ialah: demulsifikasi dan pengenceran. [sunting] Demulsifikasi Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi[2] [sunting] Pengenceran Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya. [sunting] Emulsi padat (gel) =

Emulsi adalah system koloid yang partikel terdispersi dan medium pendispersinya sama-sama cair. Ditinjau dari segi kepolaran, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non polar.

Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, di mana lemak terdispersi dalam air. Dalam susu terkandung kasein suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi.

www.hoirulblog.co.cc EMULSI (www.hoirulblog.co.cc) A. Pengertian Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil. yang berukuran 0,1100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. Emulsi berasal dari kata emulgeo yang artinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih.Emulsi dapat dibedakan dalam 2 bentuk yaitu: Emulsi Vera (emulsi alam), dibuat dari biji atau buah, dimana terdapat disamping minyak lemak juga emulgator yang biasanya merupakan zat seperti putih telur. Dan emulsi spuria (emulsi buatan) yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar. Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur. Tujuan pemakaian emulsi adalah : 1. Dipergunakan sebagai obat dalam/ peroal. Umumnya emulsi tipe O/W. 2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.

Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah pertumbuahn mikroorganisme. Adanya pengawet sangat epnting dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. B. Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air). Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal. 2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minyak). Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.. C. Teori Terjadinya Emulsi 1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension) Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan. Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan senyawa organik tetentu antara lain sabun. Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur. 2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge) Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni : Kelompok hidrofilik yaitu bagian dari emulgator yang suka pada air, dan kelompok lipofilik yaitu bagian yang suka pada minyak.

3. Teori Interparsial Film Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah : a. Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak. b. Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers. c. Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera. 4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik ganda) Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang menyelubungi sesama partikel akan tolak menolak dan stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini. Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel www.hoirulblog.co.cc Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya. Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya. D. Bahan Pengemulsi (Emulgator) Terbagi menjadi dua yaitu emulgator alam dan emulgator buatan. Emulgator buatan, seperti:

1. Sabun 2. Tween 20; 40; 60; 80 3. Span 20; 40; 80 Emulgator alam adalah emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan : 1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan Bahan-bahan karbohidrat: bahan-bahan alami seperti akasia (gom), tragakan, agar, kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan umumnya menghasilkan emulsi m/a. a. Gom arab b. Tragacanth c. Agar-agar d. Chondrus e. Emulgator lain, seperti: pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %. 2. Emulgator alam dari hewan Zat-zat protein seperti: gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae. Bahanbahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman. 3. Emulgator alam dari tanah mineral Zat padat yang terbagi halus, seperti: tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida. Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan dalam inyak dan volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m. Selain itu juga terdapat Veegum / Magnesium Aluminium Silikat

E. Cara Pembuatan Emulsi Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu : 1. Metode gom kering Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak dengan jumlah volume air dan jumlah emulgator. Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator. Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi. 2. Metode gom basah Disebut pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan musilago atau melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat. 3. Metode botol Disebut pula metode Forbes. Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini merrupakan variasi dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar. Dalam botol kering, emulgator yang digunakan dari jumlah minyak. Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang sama banyak dengan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus dikocok,

setelah emulsi utama terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang tepat. 4. Metode Penyabunan In Situ a. Sabun Kalsium Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak dan www.hoirulblog.co.cc air dalam jumlah yang sama dan dikocok kuat-kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ disiapkan dari minyak sayur alami yang mengandung asam lemak bebas. b. Sabun Lunak Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker dan dipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapai temperature yang sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam fase internal dengan pengadukan. c. Pengemulsi Sintetik Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ dengan menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi ditambahkan pada fase dimana ia dapat lebih melarut. Dengan perbandingan untuk emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat metode penyabunan. F. Cara Membedakan Tipe Emulsi Test Pengenceran Tetesan

Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan bercampur dengan yang menjadi fase luarnya. Misalnya suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi ini akan mudah diencerkan dengan penabahan air. Begitu pula sebaliknya dengan tipe a/m. Test Kelarutan Pewarna Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse pewarna dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase luar dari emulsi. Misalnya amaranth, adalah pewarna yang larut air, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah pewarna yang larut minyak, maka akan terdispersi seragam pada emulsi tipe a/m. Test Creaming (Arah Pembentukan Krim) Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui, pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air; sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m. Test Konduktivitas Elektrik Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan berair mampu menghantarkan listrik, dan minyak tidak dapat menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda diletakkan pada suatu system emulsi, konduktivitas elektrik tampak, maka emulsi tersebut tipe m/a, dan begitu pula sebaliknya pada emulsi tipe a/m.

Test Fluorosensi Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar sinar ultra violet. Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan sinar ultra violet dan diamati dibawah mikroskop menunjukkan seluruh daerah berfluorosensi maka tipe emulsi itu adalah a/m, jika emulsi tipe m/a, maka fluorosensi hanya berupa noda. G. Kestabilan Emulsi Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini : 1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali. 2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa diperbaiki).

Koloid Emulsi
Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispresi berupa zat cair dan medium pendispresi berupa zat pada, zat cair, atau gas. Ada tiga jenis emulsi, yaitu emulsi gas (aerosol cair), dan emulsi padat ( gel). Akan tetapi, pada umumnya emulsi yang dimaksud adalah jenis emulsi yang terdispersi dalam zat cair. 1. Emulsi Gas (aerosol cair) Emulsi gas atau aerosol cair merupakan emulsi dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair, seperti hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, dapat membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong atau propelan aerosol seperti CFC. Aerosol cair juga mempunyai sifat-sifat seperti sol liofob, yaitu efek Tyndall, gerak Brown, dan kesetabilan dengan muatan partikel. 2. Emulsi Cair Emulsi cair melibatkan campuran dia zat cair yang tidak dapat saling melaurtkan, yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainya seperti munyak (meski dapat berupa lemak). Emuldi cair yang terdiri dari air dan minyak dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu, Emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam lemak. 3. Emulsi Padat atau Gel Gel merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan seagian sol cair. Pada menggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang semi-padat denga struktur gel. Terdapat dua jenis gel, yaitu gel elastis dan gel non-elastis. Gel elastis, dapat berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk semula ketika gaya yang ada di tiadakan. Sedangkan gel non-elastis, tidak dapat berubah ketika di beri gaya. Beberapa sifat gel yang penting adalah -Hidrasi.Gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalnya.

-Menggembung.Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Akibatnya volum gel bertambah atau menggembung. -Sinersis.Gel anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut. Proses ini disebut sinersis. -Tiksotropo.Beberapa gel dapat diubah kemabali menjadi sol cairapabila diberi agitasi(diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi.Contohnya: gel besi oksida, perak oksida dan cat tiksotropi modern Quick Fact: Bagaimana air Hal suatu dan minyak dapat bercampur membentuk menambahkan kebanyakan

emulsi cair ? ini dapat dilakukan dengan Oleh karena pengemulsi (emulgator).

emulsi berupa dispersi minyak dalam air atau dispersi air dalam minyak, maka zat pengemulsi tersebut harus dapat larut baik dalam air maupun dalam minyak. Contoh zat akan pengemulsi tersebut adalah senyawa atau bagian organik yang memiliki gugus polar dan non polar. Bagian non polar berinteraksi dengan dengan air. minyak Jika mengelilingi polar ini partikel-partikel minyak. Sedangkan bagian polar akan berinteraksi ini terionisasi menjadi bermuatan negatif. Muatan negatif menyebabkan partikel-partikel minyak saling tolak dan tidak akan bergabung. Dengan kata lain, koloid menolak

emulsi menjadi stabil. Untuk jelasnya, ambil contoh sistem emulsi saus salad. Saus salad terbuat dari larutan asam

cuka (polar) dan minyak (non polar). Pengocokan minyak dan cuka pada awalnya akan menghasilkan campuran yang mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam larutan asam cuka. Namun, setelah pengocokan dihentikan, maka

butiran

-butiran asam

tersebut dan

secara akan

bertahap terpisah

akan lagi.

bergabung kembali membentuk partikel yang Akibatnya, pengemulsi cuka minyak

cukup besar.

Untuk menstabilkan saus salad ini dapat ditambahkan zat seperti kuning telur yang mengandung lesitin. Saus salad atau sistem koloid yang terbentuk kita kenal sebagai mayones. Beberapa sifat emulsi yang penting adalah : Demulsifikasi Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, demulsifikasi sedimentasi. maka proses dapat sentrifugasi, krim penambahan atau elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Pada proses terbentuk krim minyak (creaming) pada ke Pembentukan dijumpai akan emulsi atas pada ke

minyak dalam air. Apabila kestabilan emulsi ini rusak, partikel-partikel krim. naik membentuk rusak, bawah. Pengenceran Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah lapisan medium terpisah. pendispersinya. Sifat ini dapat Sebaliknya, digunakan fase untuk terdispersi yang dicampurkan akan spontan membentuk menentukan jenis emulsi. Sedangkan sedimentasi air terjadi

emulsi air dalam minyak. Apabila kestabilan emulsi ini maka partikel -partikel akan turun

http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700855/jenis2.htm

Jenis koloid yang kedua yaitu Emulsi. Emulsi dibagi menjadi 3, yaitu: 1.Emulsi Padat (Gel) Emulsi Padat merupakan koloid dengan fase terdipersi cair dan medium pendispersi padat. Contoh: jelly, keju, mentega, nasi. 2.Emulsi Cair (Emulsi) Emulsi Cair merupakan koloid dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi cair. Contoh: susu, mayones, krim. 3.Emulsi gas (Aerosol Cair) Emulsi Gas merupakan koloid dengan fase terdispersi cair dan medium pendispersi gas. Contoh: awan, kabut, hairspray, obat nyamuk semprot Contoh:
emulsi padat emulsi cair emulsi gas

Koloid Emulsi
KOLOID EMULSI Emulsi adalah suatu sistem koloid yang fase terdispersinya dapat berupa zat padat, cair, dan gas, tapi kebanyakan adalah zat cair (contohnya: air dengan minyak). Pada umumnya emulsi kurang mantap, kemantapan emulsi dapat terlihat pada keadaannya yang selalu keruh seperti; susu, santan, dsb. Untuk memantapkan emulsi diperlukan zat pemantap yang disebut emulgator. Emulsi Gas Emulsi gas dapat disebut juga aerosol cair yang adalah emulsi dalam medium

pendispersi gas. Pada aerosol cair, seperti; hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, untuk dapat membentuk system koloid atau menghasilkan semprot aerosol yang diperlukan, dibutuhkan bantuan bahan pendorong/ propelan aerosol, anatar lain; CFC (klorofuorokarbon atau Freon). Aerosol cair juga memiliki sifat-sifat seperti sol liofob; efek Tyndall, gerak Brown, dan kestabilan denganmuatan partikel. Contoh: dalam hutan yang lebat, cahaya matahari akan disebarkan oleh partikel-partikel koloid dari sistem koloid kabut merupakan contoh efek

Tyndall pada aerosol cair. Emulsi Cair Emulsi cair melibatkan dua zat cair yang tercampur, tetapi tidak dapat saling melarutkan, dapt juga disebut zat cair polar &zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainnya; minyak (zat cair nonpolar). Emulsi cair itu sendiri dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu; emulsi minyak dalam air (cth: susu yang terdiri dari lemak yang terdispersi dalam air,jadi butiran minyak di dalam air), atau emulsi air dalam minyak (cth: margarine yang terdiri dari air yang terdispersi dalam minyak, jadi butiran air dalam minyak). Bagaimana air dan minyak dapat bercampur sehingga membentuk emulsi cair? Air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair apabila suatu pengemulsi (emulgator) ditambahkan dalam larutan tersebut. Karena kebanyakan emulsi adalah dispersiair dalam mnyak, dan dispersiminyak dalam air, maka zat pengemulsi yang digunakan harus dapat larut dengan baik di dalam air maupun minyak. Contoh pengemulsi tersebut adalah senyawa organic yang memiliki gugus polar dan non-polar. Bagian non-polar akan berinteraksi dengan minyak/ mengelilingi partikel-partikel minyak, sedangkan bagian yang polar akan berinteraksi kuat dengan air. Apabila bagian polar ini terionisasi menjadi bermuatan negative, maka pertikel-partikel minyak juga akan bermuatan negatif. Muatan tersebut akan mengakibatkan pertikel-partikel minyak saling tolak-menolak dan tidak akan bergabung, sehingga emulsi menjadi stabil.

Contohnya: ada sabun yang merupakan garam karboksilat. Molekul sabun tersusun dari ekor alkil yang non-polar (larut dalam minyak) dan kepala ion karboksilat yang polar (larut dalam air). Prinsip tersebut yang menyebabkan sabun dan deterjen memiliki daya pembersih. Ketika kita mandi atau mencuci pakaian, ekor non-polar dari sabun akan menempel pada kotoran dan kepala polarnya menempel pada air. Sehingga tegangan permukaan air akan semakin berkurang, sehingga air akan jauh lebih mudah untuk menarik kotoran.

Beberapa sifat emulsi yang penting: - Demulsifikasi Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi, pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH). - Pengenceran Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi. Emulsi Padat atau gel Gel adalah emulsi dalam medium pendispersi zat padat, dapat juga dianggap sebagai hasil bentukkan dari penggumpalan sebagian sol cair. Partikel-partikel sol akan bergabung untuk membentuk suatu rantai panjang pada proses penggumpalan ini. Rantai tersebut akan saling bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur tersebut. Sehingga, terbentuklah suatu massa berpori yang semi-padat dengan struktur gel. Ada dua jenis gel, yaitu:

(i) Gel elastis Karena ikatan partikel pada rantai adalah adalah gaya tarik-menarik yang relatif tidak kuat, sehingga gel ini bersifat elastis. Maksudnya adalah gel ini dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan dapat kembali ke bentuk awal bila gaya tersebut ditiadakan. Gel elastis dapat dibuat dengan mendinginkan sol iofil yang cukup pekat. Contoh gel elastis adalah gelatin dan sabun. (ii) Gel non-elastis Karena ikatan pada rantai berupa ikatan kovalen yang cukup kuat, maka gel ini dapat bersifat non-elastis. Maksudnya adalah gel ini tidak memiliki sifat elastis, gel ini tidak akan berubah jika diberi suatu gaya. Salah satu contoh gel ini adalah gel silica yang dapat dibuat dengan reaksi kia; menambahkan HCl pekat ke dalam larutan natrium silikat, sehingga molekul-molekul asam silikat yang terbentuk akan terpolimerisasi dan membentuk gel silika. Beberapa sifat gel yang penting adalah: - Hidrasi Gel non-elastis yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalanya, tetapi sebaliknya, gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel elastis dengan menambahkan zat cair. - Menggembung (swelling) Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Sehingga volum gel akan bertambah dan menggembung. - Sineresis Gel anorganik akan mengerut bila dibiarkan dan diikuti penetesan pelarut, dan proses ini disebut sineresis. - Tiksotropi Beberapa gel dapat diubah kembali menjadi sol cair apabila diberi agitasi atau diaduk. Sifat ini disebut tiksotropi. Contohnya adalah gel besi oksida, perak oksida, dsb.

You might also like