You are on page 1of 3

Hemiparese adalah kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan dari pada hemiplegi.

Hemiparese adalah manisfestasi dari penyakit yang disebabkan oleh gangguan perederan darah otak atau stoke. Stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak lokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Untuk mencari penyebab stroke bisa menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM). Pada kasus ini pasien wanita usia 50 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan keluhan tiba-tiba merasa tungkai dan lengan kirinya terasa lemah saat beraktivitas dengan riwayat hipertensi, dan diagnosa hemiparese sinistra spastic. Kata kunci : hemiparese, stroke, ASGM Kasus Pasien seorang wanita, usia 50 tahun diantar oleh keluarga karena 1 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien tiba-tiba merasa tungkai dan lengan kirinya terasa lemah ketika sedang mencuci piring. Pasien juga mengeluh nyeri kepala (+), penurunan kesadaran (-), demam (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-). Pasien tidak mengalami gangguan pada makan dan minum, serta BAB(+) dan BAK(+). Pada riwayat penyakit dahulu: Riwayat Diabetes mellitus (-), pasien menderita hipertensi (+) selama 11 tahun dan mendapat perawatan rutin di puskesmas. Riwayat penyakit keluarga: tidak ada keluhan serupa sebelumnya di keluarga pasien. Riwayat hipertensi (-), Riwayat diabetes mellitus (-). Pada pemeriksaan didapatkan pasien dalam sadar (kompos mentis). GCS E4 V5 M6. Tanda vital tekanan darah 140/90 mmHg, suhu 36,6oC, nadi 88 x/menit, pernafasan 22x/menit. Reflek cahaya (+/+), pupil diameter 3 mm isokor. Leher tidak didapatkan kaku kuduk. Tidak terdapat tanda meningeal (kaku kuduk, burdzinki 1 dan 2, kernig). Tidak ada Trismus, wajah simetris / tidak didapatkan lateralisasi (sudut mulut/N VII). Pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri didapatkan kelemahan, reflek fisiologi: kanan-kiri normal tidak didapatkan perluasan reflek, reflek patologi: babinski (+) kiri. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah didapatkan tidak ada kelainan. Diagnosis Hemiparese Sinistra Spastik

Terapi Prinsip penanganan pada pasien stroke adalah 6 B yaitu breath: menjaga jalan nafas, blood: pasang infuse RL/Nacl menjaga tekanan darah, mengecek gula darah, Brain: neuroprotektan,

Bladder: memasang DC, Bowel: bila perlu diberi pencahar jika sulit BAB. Pasien ini diberi infuse RL 20 tpm. Citicolin 500mg/ 12jam, ceftriaxone 1gr/12jam, bioneuron 2x sehari. Diskusi Stroke merupakan suatu penyakit yang lama dikenal dan dewasa ini banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. penyakit yang disebabkan oleh gangguan perederan darah otak ini manisfestasinya adalah hemiparese. Penyakit ini akan menimbulkan problem kapasitas fisik berupa kelemahan anggota gerak sisi kanan atau kiri, gangguan sensorik, potensial ulkus tekan, potensial kontraktur juga mengakibatkan permasalahan kemampuan fungsional yaitu gangguan gerak fungsional yang meliputi miring kekanan atau kekiri, bangun keduduk dan berdiri. Stroke adalah kehilangan kesadaran mendadak dan sering kali disertai kelumpuhan sebagian tubuh yang disebabkan karena terbendungnya pembuluh darah. Hemiparese Sinistra adalah kelemahan sebelah kanan. Hemiparese Sinistra ini ditandai dengan adanya tonus yang abnormal, timbulnya pola sinergis, terlepasnya beberapa refleks tonus, dan gangguan sensoris. Pada kasus ini akan menimbulkan kapasitas fisik diantaranya timbulnya spastisitas dan potensial terjadinya kontraktur dan decubitus, dan juga penurunan kemampuan fungsional. Pasien pada kasus ini terjadi kelemahan anggota gerak kiri secara tiba-tiba tanpa disertai adanya trauma kepala. Pasien juga mengeluh nyeri kepala (+), pasien menderita hipertensi (+) selama 11 tahun dan mendapat perawatan rutin di puskesmas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan reflek patologi: babinski (+) kiri. Pada kasus stroke, hal pertama yang kita lakukan adalah dengan membedakan penyebabnya apakah stroke iskemik ataukah perdarahan. Untuk membedakan jenis atau penyebab stroke bias menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM). Dimana pada algoritma tersebut terdapat 3 gejala dan tanda yang harus diperhatikan, diantaranya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan uji babinski. Menurut ASGM, jika terdapat 2 atau 3 dari ketiga criteria tersebut, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika ditemukan 1 kriteria yaitu penurunan kesadaran atau nyeri kepala saja, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Jika hanya didapatkan uji babinski positif atau dari ketiga kriteria tidak ada yang terpenuhi, maka dapat ditegakkan diagnosis stroke iskemik. Jadi pada pasien stroke jika terjadi penurunan kesadaran atau nyeri kepala, maka dapat ditegakkan stroke perdarahan. Jika tidak didapatkan kedua gejala tesebut dan hanya terdapat reflek babinski yang positif ataupun negative, maka diagnosisnya adalah stroke iskemik. Berdasarkan ASGM, maka pasien diatas dapat ditegakkan diagnosis stroke perdarahan. Selain dari ASGM, untuk mendiagnosis stroke dibutuhkan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium (gula darah, profil lipid, fungsi ginjal) untuk menentukan faktor resiko pada pasien, sehingga dapat diberi pengobatan yang adekuat dan dapat dicegah kejadian stroke ulang. Setelah diketahui jenis atau penyebab stroke, maka perlu diketahui letak dan luas kelainan baik karena perdarahan maupun infark. Untuk mengetahui letak dan luas kelainan dapat dilakukan pemeriksaan CT Scan kepala ataupun MRI namun pada pasien ini tidak dilakukan.

Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnose hemipasere sinistra spastic dikarenakan stroke perdarahan.

Kesimpulan Pada kasus ini pasien wanita usia 50 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan keluhan tiba-tiba merasa tungkai dan lengan kirinya terasa lemah saat beraktivitas dengan riwayat hipertensi, dan diagnosa hemiparese sinistra spastic. Pada kasus stroke, hal yang pertama diperhatikan adalah menentukan penyebabnya apakah perdarahan atau iskemik. Untuk membedakan dapat menggunakan algoritma stroke Gadjah Mada. Kemudian ditentukan letak dan luas kelaianan dengan pemeriksaan CT Scan ataupun MRI kemudian menentukan terapi yang akan dipilih apakah konservatif atau operatif..

Referensi Anomin. 2010. Kementrian Kesehatan RI Politeknik Kesehatan Makasar, Hemiparese. Diakses 18 januari 2011. dari http://artikelfisioterapi.blogspot.com/2010/02/hemiparese.html Harsono. 2005. Gangguan Peredaran Darah Otak, dalam Kapita Selekta Neurologi, Ed.2.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press . Hartwig, Mary S. 2006. Penyakit Serebrovaskular, dalam Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Prose Penyakit. Ed.6. Jakarta: EGC Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2004. Guidelines Stroke 2004. Jakarta: PERDOSSI Sidharta, Priguna. 1999. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat

Penulis Umi Takhwiefa, Program Profesi, Bagian Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Kota Yogyakarta

You might also like