Professional Documents
Culture Documents
, ,
, ,
, ,
) (
)
(
(
)
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang
satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
1|Disalin dari www.khotbahjumat.com
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu. (Q.s. an Nisaa`: 1).
Keutamaan takwa sangat sering kita dengar, antara lain firman Allah,
Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
(Q.s. ath Thalaq: 2).
Juga firman-Nya,
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya. (Q.s. ath Thalaq: 4).
Dan firman-Nya,
Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menutupi kesalahankesalahannya, dan akan melipatgandakan pahala baginya. (Q.s. ath Thalaq: 5).
Kita berharap, semoga Allah membersihkan jiwa kita dan memberikan ketakwaan pada
hati kita, yang ketakwaan itu muncul pada lisan dan perbuatan kita semua.
KHUTBAH KEDUA
, ,
,
:
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Kami telah menyampaikan sebagian di antara keutamaan-keutamaan takwa, tidakkah
kita ingin meraihnya? Kalau kita ingin meraihnya, maka kita harus mengetahui, apakah takwa
itu, dan bagaimana jalan menempuhnya.
Takwa, secara bahasa artinya melindungi diri. Yaitu seseorang melakukan sesuatu untuk
melindingi dirinya dari perkara yang dia takuti dan dia khawatirkan.
Adapun takwa hamba kepada Rabb-nya adalah, hamba itu melindungi dirinya dari
kemurkaan dan siksa Allah. Yakni dengan cara beribadah, yaitu melaksanakan ketaatan
kepada-Nya dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya.
Thalq bin Habib rahimahullah berkata,
, , , :
Taqwa adalah, engkau mengamalkan ketaatan kepada Allah, di atas cahaya dari Allah,
engkau mengharapkan rahmat Allah. Engkau meninggalkan kemaksiatan kepada Allah, di
atas cahaya dari Allah, engkau takut siksa Allah. (Majmuatul Fatawa Ibnu Taimiyah, 4/105).
Perkataan Thalq bin Habib ini menjelaskan hakikat takwa. Bahwa di dalam takwa harus
ada amal, iman, serta ikhlas; yang ketiga hal tersebut membutuhkan ilmu.
Pertama, tentang amal.
Amal adalah perbuatan. Yaitu dengan melaksanakan ketaatan dan menjauhi
kemaksiatan. Amal akan diterima, jika mengikuti syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi
wa sallam. Dan sudah pasti, seseorang tidak dapat mengetahui syariat Islam, kecuali dengan
ilmu.
Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, Pondasi takwa adalah, seorang hamba
mengetahui apa yang (harus) dijaga, kemudian dia menjaga diri (darinya). (Jamiul Ulum
wal Hikam, 1/402).
Barangsiapa meninggalkan amal, maka dia akan menyesal. Allah berfirman,
} 63{
}63{
Dan orang-orang kafir, bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga
mereka mati, dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya. Demikianlah Kami
membalas setiap orang yang sangat kafir. Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya
Rabb kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal shalih berlainan
dengan yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam
masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang
kepada kamu pemberi peringatan, maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orangorang yang zhalim seorang penolongpun. (Q.s. Fathir: 36, 37).
Kedua, tentang iman.
Imam Ibnul Qayyim rahimahulalh menyatakan, (Perkataan Thalq bin Habib) di atas
cahaya dari Allah, (sebagai) isyarat kepada iman, yang merupakan sumber amalan, dan yang
menjadi pendorongnya. (Tuhfatul Ahbab, hlm. 10-11).
Seseorang yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, jika tanpa
landasan iman, maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah. Dia berfirman,
Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu, dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah
memberikan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup, dan Allah sangat cepat
perhitunganNya. (Q.s. an Nuur: 39).
Sebagaimana syarat amal adalah ilmu, maka demikian juga untuk mengetahui iman, juga
diperlukan ilmu.
Ketiga, tentang ikhlas.
Perkataan Thalq bin Habib mengharapkan rahmat Allah ketika mengamalkan
ketaatan, dan takut siksa Allah ketika meninggalkan kemaksiatan, merupakan isyarat
terhadap ikhlas.
Kita mengetahui, bahwa amalan yang tidak ikhlas, juga akan ditolak oleh Allah.
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda, Allah Subhanahu wa Taala berfirman,
Aku dipersekutukan, padahal (Aku) tidak membutuhkan persekutuan. Barangsiapa beramal
dengan amalan untuk-Ku, dia menyekutukan selain Aku di dalam amalan itu, maka Aku
berlepas diri darinya, dan amalan itu untuk yang telah dia sekutukan. (H.r. Ibnu Majah, no.
4202 dan lainnya. Dishahihkan oleh al Albani di dalam Shahih Targhib wat Tarhib, no. 31).
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Demikianlah sedikit khutbah yang kami sampaikan. Semoga dapat mendorong kita
untuk giat menuntut ilmu agama, kemudian istiqamah mengamalkannya. Dan semoga kita
selalu bertakwa kepada Allah Taala sampai kita menghadap-Nya dalam keadaan Islam.
4|Disalin dari www.khotbahjumat.com
,
Penyusun: Ustadz Muslim al-Atsari (Pengasuh Website www.UstadzMuslim.com dan
Anggota Sidang Redaksi Majalah As-Sunnah)
Dipublikasikan dalam bentuk ebook oleh www.KhotbahJumat.com dengan penyuntingan
bahasa oleh redaksi KhotbahJumat.com.
Artikel www.KhotbahJumat.com
Yufid Network:
Developed by:
Aplikasi Yufid:
Developed by:
Aplikasi Yufid:
Developed by: