You are on page 1of 7

MACAM TEKSTIL TRADISIONAL DAN MODERN

KELOMPOK :
Abram Galuh Triwijaya Haris Naufal Irza Izmi Neny Widyaningsih

A. KRIYA TEKSTIL TRADISIONAL


KRIYA BATIK
Seni kriya batik Indonesia sudah menjadi warisan dunia. Kain batik sangat dekat dengan kehidupan sebagian besar masyarakat kita. Sejak lahir hingga meninggal, dalam kehidupan sehari-hari atau pada acara penting, hampir semua kalangan sering mengenakan batik. Prinsip utama dalam proses membatik adalah tutup celup. Bagian tertentu kain ditutup dengan bahan lilin dengan menggunakan alat bernama canting untuk merintangi warna pada saat dicelup. Pada batik tradisional, lilin penutup berupa motif hias (isen) yang beraneka ragam. Teknik membatik ini dinamakan teknik tulis. Hasilnya adalah batik tulis. Teknik membatik yang lain adalah teknik cap menggunakan alat berupa cap dari bahan tembaga yang dibentuk menjadi motif hias tertentu. Hasilnya disebut batik cap. Berbeda dengan canting yang harus dituliskan, alat cap dapat menghasilkan motif hias yang berulang-ulang. Ada juga istilah batik printing. Batik printing adalah kain bermotif hias batik yang diproduksi dengan menggunakan teknik mirip sablon. Saat ini, membatik tidak hanya dilakukan di atas kain mori. Membatik dapat juga dilakukan di atas kain sutra, kulit, dan kayu. Jenis dan fungsinya juga beraneka ragam. Ada yang dipakai sebagai kain untuk upacara, ikat kepala, seprai, taplak meja, sarung bantal, tutup kap lampu, atau hiasan dinding. Untuk menambah daya tarik, warna keemasan (prada) juga sering digunakan. Beberapa perupa juga menjadikan batik sebagai media berkarya seni lukis. Salah satunya Amri Yahya dari Yogyakarta. Pusat kriya batik terdapat di beberapa kota di Nusantara, seperti Cirebon, Pekalongan, Yogyakarta, dan Solo. Beberapa daerah di luar Pulau Jawa, seperti Madura, Jambi, dan Papua pun menghasilkan batik.

I. Berbagai Macam Batik di Indonesia


Sebagai warga Negara Indonesia kita harus bisa berbangga hati. Karena di Indonesia banyak sekali keanekaragaman suku, budaya, adat istiadat, agama, dan kesenian yang begitu beraneka ragam. Salah satunya dalam bidang fashion. Di Indonesia terdapat kain bermotif yang tidak dapat dikunjungi di negara lain dan memiliki corak yang unik sekaligus menarik. Kain tersebut biasa kita sebut dengan kain batik. Corak dan motif batik Indonesia sendiri sangat banyak, ada yang merupakan motif asli dari nenek moyang bangsa kita dan ada juga yang merupakan akulturasi dengan bangsa lain. Di bawah ini merupakan macam-macam batik yang terdapat di Indonesia :

1. Batik Kraton
Batik Kraton awal mula dari semua jenis batik yang berkembang di Indonesia. Motifnya mengandung makna filosofi hidup. Batik-batik ini dibuat oleh para putri kraton dan juga pembatik-pembatik ahli yang hidup di lingkungan kraton. Pada dasarnya motifnya terlarang untuk digunakan oleh orang biasa seperti motif Parang Barong, Parang Rusak termasuk Udan Liris, dan beberapa motif lainnya.

2. Batik Sudagaran

Motif larangan dari kalangan keraton merangsang seniman dari kaum saudagar untuk menciptakan motif baru yang sesuai selera masyarakat saudagar. Mereka juga mengubah motif larangan sehingga motif tersebut dapat dipakai masyarakat umum. Desain batik Sudagaran umumnya terkesan berani dalam pemilihan bentuk, stilisasi atas bendabenda alam atau satwa, maupun kombinasi warna yang didominasi warna soga dan biru tua. Batik Sudagaran menyajikan kualitas dalam proses pengerjaan serta kerumitan dalam menyajikan ragam hias yang baru. Pencipta batik Sudagaran mengubah batik keraton dengan isen-isen yang rumit dan mengisinya dengan cecek (bintik) sehingga tercipta batik yang amat indah.

3. Batik Petani
Batik yang dibuat sebagai selingan kegiatan ibu rumah tangga di rumah di kala tidak pergi ke sawah atau saat waktu senggang. Biasanya batik ini kasar dan kagok serta tidak halus. Motifnya turun temurun sesuai daerah masing-masing dan batik ini dikerjakan secara tidak profesional karena hanya sebagai sambilan. Untuk pewarnaan pun diikutkan ke saudagar.

4. Batik Belanda
Warga keturunan Belanda banyak yang tertarik dengan batik Indonesia. Mereka membuat motif sendiri yang disukai bangsa Eropa. Motifnya berupa bunga-bunga Eropa, seperti tulip dan motif tokoh-tokoh cerita dongeng terkenal di sana.

5. Batik Jawa Hokokai


Pada masa penjajahan Jepang di pesisir Utara Jawa lahir ragam batik tulis yang disebut batik Hokokai. Motif dominan adalah bunga seperti bunga sakura dan krisan. Hampir semua batik Jawa Hokokai memakai latar belakang (isen-isen) yang sangat detail seperti motif parang dan kawung di bagian tengah dan tepiannya masih diisi lagi, misalnya motif bunga padi. Marilah kita jaga semua kekayaan yang ada di negeri kita. Jangan sampai timbul lagi masalah yang sama seperti masalah Malaysia menghakpatenkan kekayan bangsa kita untuk negaranya. Mari kita lestarikan semua kekayaan di negeri kita.

6. Batik Kawung
Motif batik kawung mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya. Mengenakan batik kawung mencerminkan pribadinya sebagai seorang pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu serta menjaga hati nurani agar ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan manusia. Dari perpektif historis, motif batik kawung awalnya hasil dari stylisasi kolang kaling atau buah aren, yang bentuk dasarnya dibuat empat lingkaran oval. Posisi empat lingkaran elips tersebut sengaja diatur menyentuh satu dengan yang lain secara semetris, sehingga menimbulkan ilusi optic berupa bunga empat kelopak. Secara umum makna filosofis Batik Kawung berawal dari buah sebagai simbolisasi harapan dan kesuburan. Lalu, aren sebagai penghasil gula bermakna keagungan dan kebijaksanaan. Pohon aren yang lurus tanpa cabang melambangkan keadilan. Jadi,

silmbolisasi flora aren dalam Batik Kawung bermakna filosofis tentang harapan terwujudnya kekuasaan yang adil dan bijaksana. Sedangkan empat unsur bunga kawung yang saling beririsan secara semetris dengan menyisakan ruang kosong dtiitik pusat, disebut kiblat 4 lima pancer. Falsafah adiluhung Jawa ini bermakna memandang dari 4 perspektif mata angin guna mendapatkan cahaya (pancer) kebijaksanaan. Motif Kawung Sen Ada banyak ragam motif batik kawung, salah satunya adalah batik kawung sen yang diambil dari nama pecahan satu sen.Makna corak ini adalah bahwa kehidupan ini akan kembali kepada alam sawung.Maka didalam tradisi dahulu motif ini dipakai untuk penutup orang meninggal.

7. Batik Parang
Motif batik parang pada dasarnya tergolong sederhana,berupa lilitan leter S yang jalin-menjalin membentuk garis diagonal dengan kemiringan 45 derajat.Namun,filosofi yang terkandung di dalamnya tidak sesederhana motifnya.Ada ajaran-ajaran keutamaan yang terkandung di dalamnya. Parang berasal dari kata pereng, yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif leter S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan keseimbangan.Bentuk dasar leter S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat tidak pernah padam. Batik parang memiliki nilai filosofis yang sangat tinggi berupa petuah agar tidak pernah menyerah sebagaimana ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak.Batik parang pun mengambarkan jalinan yang tidak pernah putus,baik itu dalam arti upaya memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga dimana batik parang di masa lalu merupakan hadiah dari bangsawan kepada anak-anaknya.Motif parang secara eksplisit memiliki makna kecerdasan. Sangat jarang motif parang digunakan untuk upacara pernikahan. Apabila digunakan sebagai busana pengantin,kalangan masyarakat Jawa menganggap dengan menggunakan motif parang sebagai busana pernikahan akan menyebabkan rumah tangganya dipenuhi percekcokan. Garis lurus diagonal melambangkan rasa hormat dan keteladanan,serta kesetiaan pada nilai-nilai kebenaran.Aura dinamis dalam motif ini juga mengajarkan kecekatan, kesigapan, dan kesinambungan antara satu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Artinya, tidak ada kata berhenti. Begitu menyelesaikan satu pekerjaan, segeralah berlanjut pada pekerjaan berikutnya.

8. Batik Sidomukti
Motif batik sidomukti mengandung makna kemakmuran.Demikianlah bagi orang Jawa,hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan dan tindakan, tentu agar hidup akhirnya dapat mencapai mukti atau makmur baik di dunia maupun di akhirat. Motif sido mukti biasanya dipakai oleh perngantin pria dan wanita pada acara pernikahan, dinamakan juga sebagai sawitan ( sepasang ). Sido berarti terus menerus atau menjadi dan Mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan, jadi dapat disimpulkan motif ini melambangkan harapan akan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan untuk kedua mempelai.

9. Batik Mega Mendung

Sejarah timbulnya motif mega mendung yang diadopsi oleh masyarakat Cirebon,bahwa Sunan Gunungjati menikahi Ratu Ong Tien dari negeri China.Beberapa benda seni yang dibawa dari negeri China diantaranya adalah keramik, piring, kain yang berhias bentuk awan. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas,bebas dan mempunyai makna transidental ( Ketuhanan ). Konsep mengenai awan ini juga digunakan oleh kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas. Pada bentuk mega mendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam ( mengecil ) kemudian melebar keluar ( membesar ) menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah ( naik dan turun ) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri ( belajar/menjalani kehidupan sosial agama ) dan pada akhirnya membawa dirinya mem,asuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut ( naik dan turun ) pada akhirnya kembali ke asalnya. Unsur warna biru yang kita kenal dengan melambangkan warna langit yang begitu luas, bersahabat dan tenang, ada yang mengartikan bahwa biru melambangkan kesuburan sehingga warna batik megamendung pada awalnya selalu memberikan unsur warna biru diselingi dengan warna merah

KRIYA TENUN
Proses pembuatan kriya tekstil ada yang menggunakan teknik mesin dan alat tenun bukan mesin. Salah satu alat tenun bukan mesin adalah tustel. Pada proses menenun dengan alat tenun bukan mesin ini, benang dipersiapkan untuk ditenun dengan posisi membujur dan melintang untuk menganyam. Benang pakan (benang yang melintang horizontal) diatur posisinya sebagai benang lungsi (benang yang membujur vertikal) sehingga jika digunakan benang warna-warni akan membentuk motif tertentu. Pusat kriya tenun di Indonesia menyebar di Pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Adapun jenis kriya tenun yang dihasilkan adalah tenun ikat dan songket. Istilah ikat digunakan untuk nama jenis tenun karena sebelum ditenun menjadi kain, helaian benang diikat dan dicelupkan ke dalam pewarna terlebih dahulu. Di beberapa daerah ada kain tenun yang mempunyai kesamaan teknik, tetapi motif hiasnya berbeda. Hal ini menjadi ciri khas jenis kain tenun dari setiap daerah. Misalnya, kain ulos dari daerah Batak, kain tapis dari Lampung, kain troso dari Jepara, atau kain songket yang dibuat di Sumatera, Bali, Kalimantan dan Sumbawa.

KRIYA BORDIR Ketika memakai pakaian, selain mempertimbangkan aspek kegunaan, keluwesan, dan kenyamanan, manusia juga memperhatikan nilai keindahan. Salah satu hal yang menentukan nilai keindahan sehelai kain atau pakaian adalah hiasannya. Disamping batik, penerapan motif hias pada kain adalah bordir. Bordir adalah hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain. Istilah lain yang hampir sama dengan teknik bordir adalah teknik sulam. Salah satu pusat bordir terkenal adalah Tasikmalaya, Jawa Barat. Di sini, bordir diterapkan pada pakaian, taplak, kerudung, dan mukena. Motif hias kreasi dari hasil kreativitas pengrajin setempat dan ada juga motif hias kreasi baru dari luar daerah. Motif hias tersebut bisa disesuaikan dengan pesanan konsumen.

B. KRIYA TEKSTIL MODERN


Batik Modern
Berbeda dengan batik klasik, pada batik modern motif maupun pewarnaan tidak tergantung pada pola-pola dan pewarnaan tertentu seperti pada batik klasik, namun desainnya bisa berupa apa saja dan warna yang beraneka macam. Batik modern juga menggunakan bahan-bahan dan proses pewarnaan yang mengikuti perkembangan dari bahan-bahan pewarnanya. Terkadang pada beberapa area desain, canting tidak dipergunakan namun dengan menggunakan kuas dan untuk pewarnaan kadang diterapkan langsung dengan menggunakan kapas atau kain. Dengan kata lain, proses pembuatan batik modern hampir seperti batik klasik namun desain dan pewarnaannya terserah pada citarasa seni pembuat dan tergantung bahan-bahan pewarnanya. Bahkan dengan berkembangnya bahan dasar kain dan bahan kain berwarna, batik modern menjadi semakin bervariasi, seperti misalnya batik pada bahan katun lurik Jogja , bahan kain poplin, bahan piyama, bahan wool, dsb. Proses Pembuatan Batik Modern Pengerjaan pada batik modern memiliki prinsip yang sama seperti pada proses pembuatan batik klasik karena batik modern merupakan perkembangan dari variasi batik klasik. Persiapan Kain katun yang akan dibatik terlebih dahulu dicuci agar terbebas dari bahanbahan yang masih dikandung oleh kain ketika proses penenunan/pembuatan kain, ini dimaksudkan agar pada proses pewarnaan nantinya tidak akan berpengaruh oleh bahanbahan tersebut. Selanjutnya kain yang dipersiapkan dikeringkan. Desain Desain dilakukan langsung di atas kain dengan menggunakan pensil atau apapun yang jika nantinya dicuci pada akhir pemrosesan batik maka coretan tersebut bisa hilang, atau desain dapat pula menggunakan pola-pola yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah desain siap maka dilakukan pembatikan awal dengan menggunakan canting ataupun kuas pada coretan desain tersebut. Pada proses pembatikan perlu diperhatikan

bagian mana yang akan diberi warna berbeda, mengikuti desain dan hasil warna yang dikehendaki. Pewarnaan Proses pewarnaan berbeda-beda tergantung dari bahan pewarna dan teknik mewarna yang ingin digunakan. Pada dasarnya pada pewarnaan tahap pertama warna yang digunakan adalah warna yang lebih muda dahulu, ini disebabkan pada proses batik pewarnaan nantinya akan dilakukan secara berulang-ulang tergantung dari banyaknya warna yang diinginkan. Bahan-bahan pewarna tersebut antara lain Naphtol, Indigosol, Basis, Procion, dsb. Pada proses ini juga masih dilakukan pembatikan pada warna-warna yang ingin dicapai pada akhir proses. Setelah proses pewarnaan selesai maka dilakukan proses penghilangan malam batik/dilorod dengan cara memasukkan kain tersebut ke dalam air panas, setelah seluruh malam batik hilang dari kain selanjutnya kain dicuci hingga bersih.

You might also like