You are on page 1of 14

Dinasti Syafawi/ Kerajaan Syafawi: Asal- Usul: Gerakan Tarekat Syafawiyah, yang dipelopori Safi Al- Din.

Wilayah: Iran, sebagian Irak dan Afghanistan. Berdiri: Abad ke- 16 (menganut faham Syiah). Raja pertama: Ismail I. Raja sukses: Abbas I. Prestasi: Ekonomi (pertanian dan perdagangan) dan Ilmu Pengetahuan (pendidikan dan perkembangan arsitekur.

Sejarah Kerajaan Safawi


Kemunculan tiga kerajaan islam yaitu Kerajaan Turki Ustmani, Kerajaan Safawi di Persia dan Kerajaan Mughal di India telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban islam. Kerajaan Usmani meraih puncak kejayaan dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M) di kerajaan safawi, Syah Abbas I membawa kerajaan tersebut meraih kemajuan dalam 40 tahun periode kepemerintahannya dari tahun 1588-1628 M. Dan di Kerajaan Mughal meraih masa keemasan di bawah Sultan Akbar (1542-1605 M). Seperti takdir yang telah Allah tentukan disetiap kejayaan tentu akan berganti dengan kemunduran bahkan sebuah kehancuran. Demikian pula yang terjadi pada ketiga kerajaan tersebut. Setelah pemerintahan yang gilang gemilang dibawah kepemimpinan tiga raja itu, masing-masing kerajaan mengalami fase kemunduran. Akan tetapi penyebab kemunduran tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kemunduran-krmunduran inilah yang akan penulis bahas dalam makalah ini. Karena pengaruhnya sangat besar terhadap kelangsungan peradaban Islam secara keseluruhan. BAB II PEMBAHASAN

A. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi Kerajaan safawi di Persia meraih puncak keemasan dibawah pemerintahan syah Abbas I selama periode 1588-1628 M. Abbas I berhasil membangun kerajaan safawi sebagai kompetitor seimbang bagi Kerajaan Turki Usmani. Bahkan dalam

bidang ilmu pengetahuan, kerajaan ini lebih menonjol daripada kerajaan turki usmani, khususnya ilmu filsafat yang berkembang amat pesat.

Hurmuz sebagai pelabuhan utama berhasil dikuasai oleh Abbas I sehingga wilayah ini mampu memjamin kehidupan perekonomian Safawi.

Tanda-tanda kemunduran kerajaan persia mulai muncul sepeninggalan Syah Abbas I. Secara berturut-turut syah yang menggantikan abbas I adalah:

1. Safi Mirza (1628-1642 M) 2. Abbas II (1642-1667 M) 3. Sulaiman (1667-1694 M0 4. Husain (1694-1722 M) 5. Tahmasp II (1722-1732 M) 6. Abbas III (1733-1736 M). Banyak faktor yang mewarnai kemunduran kerajaan safawi, diantaranya dari perebutan kekuasaan dikalangan keluarga kerajaan. Diakui bahwa Syah-syah yang menggantikan Abbas I sangat lemah. Safi Mirza merupakan pemimpin yang lemah dan kelemahan ini dilengkapinya oleh kekejaman yang luar biasa terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifatnya yang pecemburu. Pada masa pemerintahan Mirza inilah kota Qandahar lepas dari penguasaan Safawi karena direbut oleh kerajaan Mughal yang pada saat itu dipimpin oleh Syah Jehan. Baghdad sendiri direbut oleh Kerajaan Usmani. Abaas II konon seorang raja pemabuk, akan tetapi di tangannya kota Qandahar bisa direbut kembali. Kebiasaan mabuk inilah yang menamatkan riwayatnya. Demikian halnya dengan sulaiman, ia seorang pemabuk dan selalu bertindak kejam terhadap pembesar istana yang dicurigainya. Selama tujuh tahun ia tak pernah memerintah kerajaan. Diyakini, konflik dengan turki Usmani adalah sebab pertama yang menjadikan Safawi mengalami kemunduran. Terlebih Turki Usmani merupakan kerajaan yang lebih kuat dan besar daripada Safawi. Hakikatnya ketegangan ini disebabkan oleh konflik Sunni-Syiah. Syah Husain adalah raja yang alim akan tetapi kealiman Husain adalah suatu kefanatikan tehadap Syiah. Karena dia lah ulama syiah berani memaksakan pendiriannya terhadap golongan sunni. Inilah yang menyebabkan timbulnya kemarahan golongan sunni di afganistan. Dan pemberontakan inilah yang mengakhiri kisah kerajaan safawi. Pemberontakan bangsa afgan dimulai pada 1709 M di bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil

merebut wilayah Qandahar. Lalu disusul oleh pemberontakan suku Ardabil di Herat yang berhasil menduduki Mashad. Mir Vays digantikan oleh Mir Mahmud sebagai penguasa Qandahar. Di bawahnyalah, keberhasilan menyatukan suku afgan dengan suku ardabil. Dengan kekuatan yang semakin besar, Mahmud semakin terdorong untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan merebut wilayah afgan dari tangan safawi. Bahkan ia melakukan penyerangan terhadap Persia untuk menguasai wilayah tersebut. Penyerangan demi penyerangan ini memaksa Husain untuk mengakui kekuasaan Mahmud. Oleh Husain, Mahmud diangkat menajdi gubernur di Qandahar dengan gelar husain Quli Khan yang berarti Budak Husain. Dengan pengakuan ini semakin mudah bagi Mahmud untuk menjalankan siasatnya. Pada 1721 M ia berhasil merebut Kirman. Lalu menyerang Isfahan, mengepung ibu kota safawi itu selama enam bulan dan memaksa Husain menyerah tanpa syarat. Pada 12 oktober 1722 M Syah Husain menyerah dan 25 oktober menjadi hari pertama Mahmud memasuki kota Isfahan dengan kemenangan. Tak menerima semua ini, Tahmasp II yang merupakan salah seorang putra Husain dengan dukungan penuh suku Qazar dari rusia, memproklamirkan diri sebagai penguasa Persia dengan ibu kota di Astarabad. Pada 1726 M, Tahmasp bekerja sama dengan Nadir khan dari suku afshar untuk memerangi dan mengusir bangsa afgan yang menduduki Isfahan.

Asyraf sebagai pengganti Mir Mahmud berhasil dikalahkan pada 1729 M, bahkan Asyraf terbunuh dalam pertempuran tersebut. Dengan kematian Asyraf, maka dinasti Safawi berkuasa lagi. Pada Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III yang merupakan putra Tahmasp II, padahal usianya masih sangat muda. Ternyata ini adalah strategi politik Nadir Khan karena pada tanggal 8 maret 1736, dia menyatakan dirinya sebagai penguasa persia dari abbas III. Maka berakhirlah kekuasaan dinasti Safawi di Persia. Kehancuran safawi juga dikarenakan lemahnya pasukan Ghulam yang diandalkan oleh safawi pasca penggantian tentara Qizilbash. Hal ini karena pasukan Ghulam tidak dilatih secara penuh dalam memahami seni militer. Sementara sisa-sisa pasukan qizilbash tidak memiliki mental yang kuat dibandingkan dengan para pendahulu mereka. Sehingga membuat pertahanan militer Safawi sangat lemah dan mudah diserang oleh lawan. Demikianlah dinamika kekhalifahan Safawi di Persia. Sistem Syiah ini, diakui atau tidak,

walau safawi telah hancur, masih memiliki sisa-sisanya. Yang paling jelas tentulah dalam pemerintahan Republik Islam Iran dewasa ini. Meskipun tidak secara penuh diadopsi, tapi inti dari yang dulu oleh Safawi rumuskan dan dilembagakan tetap menjadi dasar yang tidak dapat dinafikan begitu saja.

Ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat. Berbeda dengan dua kerajaan besar lainnya yaitu Usmani dan Mughal, kerajaan Safawi menganut mazhab Syiah sebagai mazhab Negara. Oleh karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak dasar terbentuknya Negara Iran. Kerajaan Syafawi, mulanya adalah sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil (Azerbaijan). Tarekatnya bernama tarekat Safawiyah, nama ini diambil dari nama pendirinya yang bernama Safi-Al Din dan nama Syafawi dilestarikan setelah gerakannya berhasil mendirikan kerajaan. Jalan hidup yang ditempuh Al Din adalah jalan sufi dan mengembangkan tasawuf Safawiyah menjadi gerakan keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia, Syiria dan Anatolia. Yang semula bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan memerangi orang-orang yang ahli bidah. Lama kelamaan pengikut tarekat Syafawiyah berubah menjadi tentara dan fanatik dalam kepercayaan dan menentang keras terhadap orang selain Syiah Dalam perkembangannya, kerajaan Syafawi selanjutnya dipimpin oleh Ismail yang baru berusia tujuh tahun. Ismail beserta pasukannya yang bermarkas di Gilan selama limabelas tahun mempersiapkan kekuatannya dan mengadakan hubungan dengan para

pengikutnya di Azerbeijan, Syiria dan Anatolia dan pasukan tersebut dinamai Qizilbash atau baret merah. Saat kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukannya dapat mengalahkan AK Koyunlu di Sharur dan Tabriz sehingga Ismail memproklairkan dirinya menjadi raja pertama dinasti Syafawi dan berkuasa selama 23 tahun. Masa keemasan kerajaan Syafawi terjadi pada masa kepemimpinan Abbas I yaitu di bidang pilitik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik dan seni. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan Syafawi menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang diperhitungkan oleh lawan-lawannya terutama dibidang politik dan militer.

Setelah mengalami kejayaan, kerajaan Safawi tidak lama kemudian mengalami kemunduran penyebabnya adalah antara lain: a. Kemerosotan moral para pemimpin kerajaan b. Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani dan c. Pasukan yang dibentuk Raja Abbas I yaitu pasukan Ghulam tidak memiliki jiwa pratirotik

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan Tarekat yang berdiri di Ardabil (Azerbaijan). Tarekat ini bernama Tarekat safawiyah yang namanya diambil dari nama pendirinya yaitu Safi al-Din. Tarekat ini berdiri hamper bersamaan dengan berdirinya kerajaan Usmani. Safi al-Din merupakan keturunan Imam Syiah yang keenam yaitu Musa alKazhim. Safi al-Din mendirikan tarekat Safawiyah menggantikan guru sekaligus ayah mertuanya yaitu Syaikh Taj al-Din Ibrahim Zahidi. Tujuan utama didirikannya tarekat ini adalah untuk memerangi orang-orang yang ingkar, kemudian memerangi orang-orang yang disebut sebagai ahli bidah. Tarekat ini kemudian berkembang dari tasawuf murni yang bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang berpengaruh di Persia, Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negeri di luar Ardabil, Safi al-di menempatkan wakilnya yang diberi gelar KHALIFAH. Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatic biasanya kerap kali menimbulkan keinginan untuk berkuasa. Keinginan memasuki dunia politik ini mendapat kesempatana pada masa kepemimpinana Juneid (1447-1460). Dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Hal ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu (dimba hitam). Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Selama pengasingan, Juneid menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi dengan Uzun Hasan. Pada 1459 M, ia berusaha merebut Ardabil,tetapi gagal. Pada 1460 M, ia berusaha merebut Sircassia tetapi gagal dan terbunuh. Haidar adalah anak Juneid yang resmi menggantikannya pada tahun 1470 M yang kemudian menikah dengan slah satu putrid Uzur Hasan. Dari pernikahan

inilah akan lahir Ismail yang kelak akan menjadi pendiri Kerajaan safawi di Persia. Kemenangan AK Koyunlu membuat gerakan militer Safawi yang dipimpin Haidar sebagai rival politik dalam meraih kekuasaan selanjutnya, padahal AK Koyunlu adalah sekutu Safawi. AK Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Ali, putra dan pengganti Haidar didesak untuk membalas kematian ayahnya terhadap AK Koyunlu,tetapi pemimpin AK Koyunlu dapat menangkap Ali, Ibrahim dan Ismail di Fars. Mereka dibebaskan dengan syarat membantu Rustam untuk memerangi saudara sepupunya, tetapi kemudian Rustam berkhianat dan membubuh Ali. Kepemimpinan Safawi selanjutnya berada di tangan Ismail. Selama lima tahun di Gilan, Ismail mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya yang kemudian bersatu membentuk pasukan QIZILBASH (baret merah). Pada 1501 M pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu dan terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibu kota AK Koyunlu dan berhasil mendudukinya. Disinilah Ismail memproklamirkan diri sebagai raja pertama dinasti Safawi yang kemudian disebut Ismail I. Ia berkuasa selama 23 tahun (1501-1524 M). Dalam waktu sepuluh tahun ia berhasil memperluas wilayah kekuasaannya. Hanya dalam masa sepuluh tahun wilayah kekuasaannya sudah meliputi Persia dan bagian timur Bulan Sabit Subur. Ambisi politik mendorongnya untuk mengembangkan sayap menguasai daerah-daerah lainnya bahkan ke Turki Usmani. Ismail mengahadapi musuh yang kuat dan membenci golongan Syiah. Peperangan antara Safawi dan Turki Usmani terjadi pada 1514 M di Chaldiran dekat Tabriz yang menyebabakan Safawi mengalami kekalahan sehinnga Tabriz dapat dikuasai oleh Turki Usmani. Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail sehingga ia lebih senang menyendiri, berburu dan hura-hura. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan segitiga antara suku-suku Turki, pejabatpejabat keturunan Persia, dan Qizilbash untuk merebut pengaruh dalam memimpin Safawi. Keadaan ini baru dapat diatasi setelah Safawi dipimpin oleh Raja Abbas I yang memerintah dari tahun 1588-1628 M. Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam memulihkan kerajaan Safawi adalah dengan cara :

1. Menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan membentuk pasukan baru yang beranggotakan budak-budak yang berasal dari tawanan perang bangsa Georgia, Armenia, dan sircassia. 2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan cara Abbas I berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pertama dalam Islam ( Abu Bakar, Umar, Usman ) dalam khotbah Jumatnya. Usaha-usaha tersebut berhasil membuat Safawi kembali kuat. Abbas I kemudian memusatkan perhatiannya untuk merebut kembali daerah kekuasaan yang hilang. Pada masa kekuasaan abbas I merupakan masa kejayaan dinasti Safawi. Kemajuan-kemajuan yang berhasil dicapai antara lain : 1. Secara politik ia mampu mengatasi kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan berhasil merebut wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa sebelumnya. 2. Dalam bidang ekonomi terjadi perkembangan ekonomi yang pesat setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Hal ini dikarenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antaraTimur dan Barat. Selain itu Safawi juga mengalami kemajuan sector pertanian terutama didaerah Bulan sabit subur (fortile crescent). 3. Dalam bidang ilmu pengetahuan. Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa dam mengembangkan ilmu

pengetahuan. Beberapa ilmuwan yang hadir di majlis istana antara lain, Baha al-Din (generalis iptek), Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad (teolog,filosof,observatory kehidupan laba-laba). Dalam bidang ilmu pengetahuan, Safawi lebih mengalami kemajuan dari pada kerajaan Mughal dan Turki Usmani. 4. Dalam bidang Pembangunan Fisik dan Seni. Para penguasa kerajaan menjadikan Isfahan menjadi kota yang sangat indah. Disana terdapat bangunan-bangunan besar dan indah seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan rakasasa di atas Zende Rudd an istana Chilil Sutun. Dalam hal seni, terdapat dalam kemajuan pada arsitektur bangunan yang terlihat pada mesjid Shah yang dibangun pada 1611 M dan mesjid Lutf Allah yang dibangunpada 1603 M. Terlihat pula adanya peninggalan berbentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan

tenunan, mode, tembikar, dll.seni lukis mulai dirintis pada masa raja Tahmasp I. Demikiankah bentuk-bentuk kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi hingga kemudian berangsur mengalami kemunduran. Kemajuan yang dicapai Safawi menjadikannya sebagai slah satu kerajaan besar yang disegani lawan politik dan militernya. Kerajaan ini juga telah memberikan kontribusinya dalam mengisi peradaban Islam melalui kemajuan-kemajuan dalam bidang ekonmi, peninggalan seni, dan gedung bersejarah. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi Sepeninggal Abbas I, Safawi diperintah oleh enam raja berturut-turut tetapi tidak menunjukkan adanya kenaikan yang berarti tetapi menunjukkan kemunduran yang membawa pada kehancuran. Safi Mirza adalah cucu Abbas I yang merupakan pemimpin yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesarpembesar kerajaan. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga jatuh sakit dan meninggal. Sulaiman juga seorang pemabuk.dan bersikap kejam terhadap pembesar yang dicurigainya. Sehingga rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Shah Husein yang menggantikannya memberi kekuasaan yang besar terhadap para ulama Syiah untuk memaksakan kehendak terhadap ulama Sunni sehingga menimbulkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan sehingga memberontak dan berhasil menghancurkan kekuasaan dinasti Safawi. Sebab-sebab kemunduran Safawi antara lain : 1. Konflik panjang dengan kerajaan Turki Usmani. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mazhab antara kedua kerajaan. 2. Adanya dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin Safawi. 3. Pasukam Ghulam yang dibentuk abbas I tidak memiliki semangat perang seperti Qilzibash yang dikarenakan pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlati dan tidak melalui proses pendidikan rohani. 4. Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga istana. DAFTAR PUSTAKA Al-Sharqawi, ahmad. 1986. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung : Pustaka

Yatim, Badri. 2004. Sejarah Peradaban Islam dirasah Islamiyah II. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Dinasti-dinasti Kecil Persia


Pendahuluan Dalam perjalanan sejarah, Peradaban Islam hampir-hampir menjadi agama yang mengsampingkan pemikiran, filsafat. Agaknya beruntung ketika Islam mulai menyentuh Persia, baik lokal maupun kulturnya. Dalam persetubuhannya dengan Persia, Peradaban Islam mulai mengenal indahnya pluralitas, yang darinya dapat saling tukar hasil budaya masing-masingnya. Tak bisa dipungkiri bahwa Persia merupakan bangsa yang menjunjung tinggi akal. Dari sana kita bisa mengambil keuntungan berupa masuknya pemikiran-pemikiran atau dunia filsafat, terutama dariYunani. Para penerjemah mulai giat mengadopsi karya-karya filsafat Yunani. Dari sana, Peradaban Islam mulai mempelajari filsafat, meski pada awal perkembangannya sempat menjadi perdebatan.

ahkan sebagian besar pemikiran Islam lahir dari tanah Persia, seperti Ibnu Sina, al-Farabi, dan Ibn Rusyd. Di zaman kontemporer kini pun kita masih bisa memetik buah pikir para pemikir Persia semacam Ali Syariati, Murtadha Muthahhari, dan Muhammad Hossein Nasr. Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba menjelaskan sedikit tentang sejarah kemunculan dinasti-dinasti kecil yang pernah ada di Persia (Iran). Di antara dinasti-dinasti kecil itu adalah Dinasti Saffariyah, Dinasti Zand, Dinasti Qajar, dan Dinasti Syafawiyah. Sebetulnya masih ada beberapa dinasti-dinasti kecil lain yang pernah muncul di Persia, namun tidak dimasukkan dalam pembahasan ini karena dirasa keempat dinasti itu cukup mewakili dinasti-dinasti kecil lain yang tidak tercantum.

Dinasti-dinasti Kecil di Persia 1. Dinasti Saffariyah Provinsi Sistan, bagian tenggara Iran atau perbatasan Iran dan Afghanistan, Khawarij membentuk gerombolan dan pasukan yang mampu menaklukkan ibukota. Yaqub bin Lais As-Saffar menjadi penguasa. Sebagai trik politik, ia mengirim harta rampasan perang untuk mengelabui khalifah. Pada 867 telah

menguasai Sistan dan Herat, bahkan Balkh, turkistan dan Sind dihadiahkan oleh Khalifah. Kekuasaan Saffariyah dimulai tahun 861 M atau 247 H hingga tahun 1003 M atau 393 H. Pada tahun 865M/251H menguasai Zabulistan dan daerah KabulBamiyan. Kirman diduduki akhir tahun 860-an M/250H, dan pada tahun 873M Yaqub menyerang Khurasan hingga Nirabus menggantikan kekuasaan Tahiri di Kaspia. Saudaranya, Amr bin Lais, menggantikan pimpinan setelah berseteru dengan saudaranya Ali bin Lais ketik Yaqub meninggal dunia tahun 879M. Pada masanya Saffariyh mengalami puncak kejayaan sehingga Khurasan dan Rayy dihadiahkan oleh Khalifah Abbasiyah. Dinasti Saffariyah ini berakhir dengan kematian Khallaf setelah digempur Gaznawi pada tahun 1003M.

2. Dinasti Syafawiyah Dinasti Syafawi berasal dari sebuah gerakan tarekat Safawiyah, berdiri pada waktu yang hampir bersamaan dengan Turki Utsmani. Nama Syafawiyah diambil dari nama pendiri tarekat tersebut, Safi al-Din. Pada mulanya, gerakan tarekat ini bertujuan untuk memerangi orang-orang ingkar, termasuk ahli-ahli bidah. Pada perkembangannya, tarekat ini menjadi gerakan keagamaan yang berpengaruh besar di Persia, Syria, dan Anatholia. Pada mulanya ia hanya gerakan tasawuf murni. Lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayaan, dan menentang setiap orang yang bermadzhab selain Syiah. Kecenderungan memasuki politik ini mendapat wujud konkretnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460). Dinasti afawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini mendapat perlawanan dari penguasa suku bangsa Turki, Kara Koyunlu (Domba Hitam), yang berkuasa di daerah itu. Ketika Juneid kalah, ia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, AK-Koyunlu (Domba Putih), yang juga salah satu suku bangsa Turki.ia tinggal di Uzun Hasan yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia. Dalam pengasingannya, ia menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi dengan Uzun Hasan. Ia juga mempersunting salah seorang saudara perempuan Uzun Hasan. Juneid terbunuh dalam serangannya ke Sircassia yang sebelumnya juga gagal dalam penyerangan Ardabil. Kepemimpinan gerakan Syafawi baru

diserahkan

kepada

Haidar

pada

tahun

1470

karena

menunggu

kedewasaannya.haidar menikahi putri Uzun Hasan yang darinya lahir Ismail, pendiri dinati Syafawiyah. Kemenangan Ak Koyunlu tahun 1476 terhadap Kara Koyunlu memandang gerakan Syafawi yang dipimpin Haidar sebagai rival politik AK Koyunlu dalam meraih kekuasaan selanjutnya. Padahal sebagaimana telah disebutkan, Syafawi adalah sekutu AK Koyunlu. AK Koyunlu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan dinasti Syafawi. Karena itu ketika Syafawi menyerang wilayah Sircassia dan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer untuk membantu Sirwan sehingga sukan Syafawi kalah dan Haedar terbunuh. Ali, putra Haidar dintuntut pasukannya untuk menuntut balas atas kematian Haidar. Tetapi Ya;kub, pemimpin AK Koyunlu berhasil menangkap Ali bersama saudaranya Ibrahim dan Ismail dan ibunya di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493. mereka dibebaskan oleh Rustam, putra mahkota AK Koyunlu, dengan syarat mau membantu membebaskan sepupunya. Ali kembali ke Ardabil setelah saudara sepupu Rustam dikalahkan. Namun selanjutnya Rustam berbalik memusuhi Ali bersaudara yang menyebabkan kematian Ali (1494). Ismail naik menggantikannya meski baru tujuh tahun. Ia menyiapkan pasukannya selama tujuh tahun. Pasukan itu dinamainya Qizilbash (Baret Merah)

Di bawah pimpinan Ismail, tahun 1501 pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan paukan AK Koyunlu di Sharur. Pasukan ini terus berusaha memasuki dan menaklukkan Tabriz, ibukota AK Koyunlu dan berhasil mendudukinya. Di kota ini Ismail menguasai Kota memproklamirkan diri menjadi khalifah pertama dinasti Syafawi, Ismail I. Ismail I berkuasa selama 23 tahun, 1501-1524. sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah

kekuasaannya. Dalam sepuluh tahun ia berhasil menguasai eluruh Persia dan bagian timur bulan sabit subur (Fertile Crescent). Ambisi politiknya juga mendorongnya untuk terus mengembangkan sayap kekuasaan ke Turki. Namun Ismail bukan hanya menghadapi musuh sangat kuat, tetapi juga sangat membenci golongan Syiah. Peperangan dengan turki Utsmani terjadi pada tahun 1514 di Chaldiran, dekat Tabriz. Nahas Ismail kalah sehingga Tabriz dikuasai Turki Utsmani. Beruntung sultan Salim segera kembali ke Turki karena terjadi konflik di kerajaannya. 3. Dinasti Zand (1750-1779)

Karim Khan Zand -suku yang rendah hati asal- menjadi salah satu jenderal pendahulunya, Nader Shah. Dalam kalut setelah Nader Shah mengalami pembunuhan pada 1747, Karim Khan menjadi kekuatan utama untuk penyaing kekuasaan. Karim Khan ikut serta dalam kontrol dari pusat dan bagian selatan Iran. Untuk menambah legitimasi kepada terhadap klaim, Karim Khan pada 1757 ditempatkan di atas takhta Shah Ismail III, cucu terakhir resmi raja Syafawiyah. Ismail adalah seorang raja boneka. Dia adalah seorang pemimpin yang menolak untuk menganggap judul shahanshah. Tahun 1760 Karim Khan telah mengalahkan semua saingan dan mengontrol semuanya kecuali Khorasan Iran, di timur laut, yang diperintah oleh Shahrokh, orang buta, cucu Nader Shah. Karim Khan membawa kembali dari pengrusakan selama 40 tahun perang. Selain itu, ia mengorganiasasi kembali dengan sistem fiskal kerajaan, menghapus sebagian dari beban berat perpajakan dari pertanian kelas. Aktif pelindung dari seni, dia tertarik pada banyak ulama. Karim Khan Iran juga membuka pengaruh asing untuk mengizinkan Inggris East India Company untuk membangun pos perdagangan di Bushire, di pelabuhan Teluk Persia (1763). Ia memajukan kebijakan dalam pengembangan perdagangan, tahun 1775-76 ia diserang dan diambil Basrah, pelabuhan Usmani di mulut Teluk Persia.

Perang sipil yang diikuti kematian Karim Khan hanya berakhir dengan pembentukan Qajar dinasti pada 1779 diikuti oleh konflik internal dan sengketa. Antara 1779 dan 1789 lima raja Zand memerintah sebentar. Dalam 1789 Lotf Ali Khan (memerintah 1789-94) menyatakan dirinya sebagai raja baru Zand. Ia mengambil tindakan untuk memberantas pemberontakan yang dipimpin oleh Agha Mohammad Khan Qajar yang dimulai pada saat kematian Karim Khan. Qajar memaksa Lotf Ali Khan untuk kalah dan akhirnya ditangkap di Kerman pada 1794. Kekalahan menimbulkan dampak yang luarbiasa pada diri Ismail I. Ia leih sering menyendiri dan berbuat huru hara. Sehingga menibulkan persaingan segitiga antara pimpinan suku-suku Turki, pejabat Persia dan Qizilbash untuk memperebutkan Safawi. Konflik seperti ini masih terus berlanjut, kecuali ketika Abbas I, raja dinasti Syafawi kelima, naik tahta. Untuk meredam konflik, pertama, ia menempuh langkah membentuk pasukan baru yang terdiri dari budak dan tawanan perang untuk meredam dominasi Qizilbash. Kedua, membuat perjanjian damai dengan Turki Utsmani, meski harus menyerahkan Azerbaijan, Georgia, dan sebagian Luristan. Ia juga berjanji tidak akan lecehkan tiga khalifah pertama

Islam (Abu Bakar, Umar, Ustman) alam khotbahnya. Sebagai jaminan, ia menyerahkan saudara sepupu, Haidar Mirza, sebagai tawanan di Istanbul. Setelah kekuatannya pulih, ia berusaha merebut kembali daerah-daerah kekuasaannya yang sempat lepas dari tangan Turki Utsmani. Karena keberhasilannya merebut kembali daerah yang sempat direbut itu, Abbas I dinobatkan sebagai pemimpin dinasti yang paling jaya dibanding yang lainnya.

4. Dinasti Qajar (1785-1925) Qajars adalah sebuah suku Turkmen yang lahir di tanah leluhur Azerbaijan, yang kemudian merupakan bagian dari Iran. Dalam 1779. Setelah kematian Mohammad Karim Khan, penguasa Dinasti Zand, sebelah selatan Iran, Agha Mohammad Khan, seorang pemimpin dari suku Qajar, ditetapkan untuk menyatukan kembali Iran. Agha Mohammad Khan mengalahkan banyak saingan dan membawa semua Iran di bawah aturannya untuk mendirikan dinasti Qajar. Pada tahun 1794 dia telah menaklukkan semua saingan, termasuk Lotf 'Ali Khan, yang terakhir dari Dinasti Zand. Agha Mohammad mendirikan modal di Teheran, sebuah desa di dekat reruntuhan kota kuno Ray (sekarang Shahr-e Rey). Tahun 1796 ia secara resmi diangkat sebagai penguasa. Di bawah Fath Ali Shah,

dinasti Qajar melakukan perluasan dari utara ke Kaukasus Mountains, sebuah kawasan bersejarah dan berpengaruh. Ketika Mohammad Shah meninggal, anaknya Naser-e-Din, menjadi yang paling berhasil untuk menjadi penerusnya. Selama Naser o-Din Shah pemerintahan Barat berupa ilmu pengetahuan, teknologi, dan metode pendidikan yang diperkenalkan ke Iran dan negara modernisasi telah dimulai. Naser o-Din Shah mencoba memanfaatkan rasa saling curiga antara Inggris dan Rusia ke Iran. Tetapi gangguan asing meningkat dan gangguan teritorial di bawah aturan. Dia dikontrak besar pinjaman luar negeri untuk membiayai perjalanan pribadi mahal ke Eropa. Dia tidak mampu mencegah Inggris dan Rusia mempengaruhi wilayah tradisional Iran.

Mirza Taghi Khan Amir Kabir, adalah pengganti Nasser o-Din. Dengan kematian Mohammad Shah di 1848, Mirza Taqi bertanggung jawab untuk memastikan mahkota raja jatuh ke tangannya. Ketika Nasser o-Din berhasil naik takhta, Amir Nezam telah diberikan posisi perdana menteri dan dijuluki Amir Kabir, Great Jang Salah satu prestasi besar Amir Kabir adalah bangunan Dar-ol-Fonoon, universitas modern pertama di Iran. Dar-ol-Fonoon didirikan untuk pelatihan

kader baru administrator dan acquainting mereka dengan teknik Barat. Dia menyewa para pakar dari Barat untuk menjadi instruktur serta mengajar mata pelajaran yang berbeda seperti Bahasa, Kedokteran, Hukum, Georgrafi, Sejarah, Ekonomi, dan Teknik. Pada bulan Oktober 1851 dia diasingkan ke Kashan, tempat di mana dia akan dibunuh. Ketika Naser o-Din Shah dibunuh oleh Mirza Reza Kermani, anaknya Mozaffar oDin menjadi penggantinya. Mozaffar o-Din Shah adalah seorang pemimpin lemah dan tak berguna. Royal dan tidak adanya penerimaan kian mempersulit masalah keuangan. Orang mulai menuntut kerajaan untuk membatasi kekuasaan dan pembentukan supremasi hukum sebagai kekhawatiran atas campur tangan asing, terutama Rusia. Namun, Mozaffar o-Din's putra Mohammad Ali Shah, dengan bantuan Rusia, berusaha untuk membatalkan konstitusi meniadakannya parlemen dan pemerintah. Penutup Demikian makalah ini saya buat dengan sebaik-baiknya. Tentunya masih banyak kekurangan yang perlu ditambah dan kesalahan yang perlu diperbaiki. Di sinilah perlunya kita mendiskusikan makalah ini. Harap maklum, terimakasih.

Daftar Pustaka 1. iranchamber.com 2. Dr. Badri Yatim, MA. Sejarah Peradaban Islam. 2005. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 3. John L Esposito. Ensiklopedi Oxford: Dunia Islam Modern. Jilid II. 2001. Bandung: Penerbit Mizan. 4. Dr. Abdl Chair, MA. Dkk. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. t.t. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve.

You might also like