You are on page 1of 3

MOTIVASI BELAJAR SISWA

Oleh : Yenny Mangoendaan

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN


PENDAHULUAN

Seorang guru sekolah menengah di Los Angeles menerapkan cara yang unik untuk merangsang siswa-siswinya untuk berpikir secara kritis. Dari waktu ke waktu, ia menulis pesan-pesan singkat di papan tulis yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pelajaran-pelajaran yang sedang diajarkannya. Pada suatu pagi para siswa melihat angka 25.550 di papan tulis. Seorang siswa mengangkat tangan dan bertanya mengapa gurunya menuliskan angka tersebut. Lalu sang guru menjelaskan bahwa 25.550 merupakan jumlah hari dalam kehidupan seseorang yang hidup hingga 70 tahun. Guru itu berusaha menerangkan tentang singkatnya kehidupan dan betapa bernilainya hari-hari yang telah kita lalui. Melalui artikel yang diberikan oleh si guru ini ia berusaha berperan sebagai seorang motivator bagi para muridnya dalam hal menghargai waktu. Selain hal di atas yang juga seringkali terdengar adalah keluhan atau percakapan para ibu yang memiliki putra/putri saat itu mungkin sedang duduk di SD, yang lebih mendengarkan petunjuk gurunya daripada petunjuk orang tua mereka pada saat sedang belajar ataupun pada saat mengerjakan pekerjaan rumah mereka, walaupun mungkin orang tua mereka memiliki kemampuan lebih daripada sang guru itu sendiri. Melalui cerita di atas dapat kita lihat betapa besarnya pengaruh seorang guru dalam memberikan motivasi kepada murid-muridnya. Keberadaan seorang anak dalam suatu sekolah menuntutnya untuk memiliki suatu motivasi untuk tetap bertahan sebagai seorang siswa-siswi. Motivasi ini tidaklah akan dapat dimiliki seorang anak dengan sendirinya. Membutuhkan banyak aspek untuk membuat seorang anak memiliki motivasi untuk bersekolah ataupun belajar khususnya dalam proses belajar yang terjadi di sekolah.

GURU SEBAGAI MOTIVATOR

Keberadaan seorang guru dalam suatu sekolah tidaklah dapat disangkali lagi, karena tanpa guru sekolah tidak akan dapat berjalan. Namun peran guru tidaklah hanya berhenti sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu saja, karena tanpa adanya peran sebagai motivator maka sia-sialah peran guru sebagai sosok yang melakukan transfer ilmu. Seorang motivator adalah seseorang yang mampu membangkitkan motif atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu tindakan terten-

No. 1 THN. XXVIII 2001 - 1

tu. Berdasarkan kedudukannya sebagai seorang guru tentu memiliki sasaran yang pasti yaitu murid-murid yang dihadapinya sehari-hari. Bangkitnya motivasi mereka untuk meraih suatu prestasi merupakan bagian dari keberhasilannya sebagai seorang motivator dan merupakan suatu kebang gaan melihat murid yang dibimbingnya memiliki suatu prestasi yang optimal. Tampilnya seorang guru sebagai motivator bagi siswa-siswi yang dihadapinya sehari-hari bukanlah hal yang mudah. Untuk menjadi seorang motivator bagi siswasiswinya, seorang guru juga harus dapat memberi motivasi bagi dirinya sendiri yang otomatis menjadi motivator bagi dirinya sendiri. Sudahkah Anda menjadi motivator bagi diri Anda sendiri ? Tanpa hal ini rasanya akan sulit bagi seorang guru untuk menjadi motivator bagi siswa-siswinya. Saat ini yang sering menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara yang terbaik yang harus dilakukan oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan fungsinya sebagai seorang motivator . Berbagai teori telah dikemukakan namun seringkali gagal. Siswa tetap tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi , yang nampak melalui nilai-nilai akademik, banyaknya siswa-siswi yang membolos sekolah hingga menimbulkan banyak masalah. Contohnya; tawuran diantara siswa. Hal ini membuat para guru menjadi serba salah dalam bertindak, karena merasa telah melaksanakan berbagai cara ataupun teori namun hasil yang dicapai tidak kunjung terlihat. Sehingga seringkali timbul kesan bahwa guru-guru di Indonesia
2 - No. 1 THN. XXVIII 2001

adalah guru yang memiliki kemampuan minim. Padahal bila dibuktikan akan terlihat bahwa banyak guru di Indonesia adalah guru-guru yang memiliki kompeten tinggi dalam dunia pendidikan. Namun tidak pula dapat kita sangkali bahwa banyak guru di Indonesia yang hanya melakukan transfer ilmu tanpa mau sedikitpun menjadi motivator bagi muridmuridnya, bahkan tampak adanya kesan bangga bila muridnya mendapat nilai buruk dalam mata pelajaran yang diajarnya, hal ini dianggapnya menunjukkan bahwa semua murid itu bodoh dan hanya gurulah yang pandai.

EMPAT LANGKAH SEORANG MOTIVATOR EFEKTIF

Sebenarnya menjadi seorang motivator bagi siswa-siswi di sekolah bukanlah hal yang sulit. Namun hal ini juga bukan berarti hal yang mudah untuk dilakukan. Oleh karena itulah penulis mencoba merangkum beberapa pemikiran ke dalam Empat Langkah ini Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3 : 23 ) Kuncinya adalah belajarlah mencintai apa yang anda lakukan maka Anda akan merasakan hasilnya.

1. Lakukanlah yang terbaik!

2. Jadilah teladan bagi lingkungan.

Teladan yang baik merupakan bukti bahwa seseorang mampu menjadi

motivator bagi dirinya. Karena itu merupakan syarat utama sebagai seorang motivator. Contohnya; seorang guru perokok tidak mungkin menjadi seorang motivator bagi siswasiswinya agar tidak merokok

4. Memiliki wawasan yang luas

Seorang motivator tidak akan menjadi motivator yang baik bila tidak memiliki wawasan yang luas mengenai berbagai bidang.

3. Jadikanlah siswa-siswi sebagai subyek

DAMPAK

Dengan menjadikan seorang siswasiswi sebagai subjek pendidikan, maka kita memberikan kesempatan pada mereka untuk menjadi manusia yang kritis dalam berpikir serta menyampaikan pendapatnya secara demokratis tanpa meninggalkan norma-norma yang ada. Menjadikan siswa sebagai subyek dapat kita lakukan dengan cara menjadi pelindung, orang tua atau bahkan seorang sahabat yang memiliki rasa empati bagi mereka (khususnya untuk anak-anak remaja) di saat mereka membutuhkan tempat untuk mencurahkan isi hati mereka

Dampak yang timbul bila guru menjalankan perannya sebagai motivator antara lain adalah; a. Timbulnya keinginan pada siswa untuk lebih menekuni materi yang dihadapinya. Hal ini akan sangat berpengaruh dengan prestasi akademik siswa. b. Adanya keinginan yang kuat dalam diri siswa untuk pergi ke sekolah, contohnya ; siswa tidak perlu lagi dipaksa untuk pergi ke sekolah. Mereka menikmati acara belajar mereka yang berlangsung di sekolah sehingga tidak ada lagi dalam pikiran mereka untuk membolos. c. Rasa memiliki sekolah; akan timbul bila siswa merasa bahwa sekolahnya adalah suatu tempat yang menyenangkan. Hal ini juga mempengaruhi nama baik sekolah. Sumber : 1. Renungan Harian bulan 5 Januari 2001-01-21 2. Wanita Bijak

Yenny Mangooendaan guru BK SLTPK 6

No. 1 THN. XXVIII 2001 - 3

You might also like