You are on page 1of 14

Titik didih

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Titik didih adalah suhu (temperatur) dimana tekanan uap sebuah zat cair sama dengan tekanan external yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam vacuum akan memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada di dalam tekanan atmosphere. Cairan yang berada di dalam tekanan tinggi akan memiliki titik didih lebih tinggi jika dibandingkan dari titik didihnya di dalam tekanan atmosphere. Titik didih normal (juga disebut titik didih atmospheris) dari sebuah cairan merupakan kasus istimewa dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan atmospher di permukaan laut, satu atmosphere. Pada suhu ini, tekanan uap cairan bisa mengatasi tekanan atmospher dan membentuk gelembung di dalam massa cair. Pada saat ini (per 1982) Standar Titik Didih yang ditetapkan oleh IUPAC adalah suhu dimana pendidihan terjadi pada tekanan 1 bar. Pada tekanan dan temperatur udara standar(76 cmHg, 25 C) titik didih air sebesar 100 C.

Titik leleh
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Titik leleh dari sebuah benda padat adalah suhu di mana benda tersebut akan berubah wujud menjadi benda cair. Ketika dipandang dari sisi yang berlawanan (dari cair menjadi padat) disebut titik beku. Pada sebagian besar benda, titik lebur dan titik beku biasanya sama. Contoh, titik lebur dan titik beku dari "raksa" adalah 234,32 kelvin (-38,83 C atau -37,89 F) Namun, beberapa subtansi lainnya memiliki temperatur beku <--> cair yang berbeda. contohnya "agar-agar", mencair pada suhu 85 C (185 F) dan membeku dari suhu 32-40 C (89,6 - 104 F); fenomena ini dikenal sebagai hysteresis. Beberapa benda lainnya, seperti kaca, dapat mengeras tanpa mengkristal terlebih dulu; ini disebut amorphous solid Tidak seperti titik didih, titik lebur tidak begitu terpengaruh oleh tekanan.

1. Titik Didih dan Titik leleh pada Unsur Alkali :

Logam logam alkali mempunyai titik leleh yang rendah dan cukup lunak. Hal ini disebabkan atom atom logam alkali mempunyai satu electron valensi sehingga gaya yang mengikat pertikel-partikel terjejal relative lemah. 2. Titik Didih dan Titik Leleh pada Unsur Alkali Tanah :

Adanya dua electron valensi dan jari jari ion yang lebih kecil daripada golongan alkali mengakibatkan kristal dari unsure-unsure golongan alkali tanah kerapatannya lebih besar sehingga kekerasan, titik leleh, titik didihnya lebih tinggi dari pada glongan alkali. 3. Titik Didih dan Titik leleh pada Unsur Periode Ketiga :

Keempat unsure pertama, yaitu Na, Mg, Al, dan Si merupakan unsure unsure logam yang titik didih dan titik lelehnya semakin ke kekanan semakin tinggi. Hali ini menunjukan makin kuatnya ikatan logam logam tersebut sebagai akibat makin kecilnya volume atom. Dan Keempat unsure terakhir, yaitu P, S, Cl, dan Ar titik didih dan titik lelehnya semakin ke tekanan semakin rendah.

4. Titik Didih dan Titik Leleh pada Unsur Halogen :

Dari kiri ke kanan, titik didih dan titik leleh halogen semakin tinggi. Hal ini disebabkan dari fluorin ke iodine ukuran molekulnya bertambah besar sehingga gaya van der Waals besar.

Kereaktifan
Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada system periodik, makin ke bawah makin reaktif, karena makin mudah melepaskan elektron. Unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik, makin ke bawah makin kurang reakatif, karena makin sukar menangkap electron. Kereaktifan suatu unsur bergantung pada kecenderungannya melepas atau menarik elektron. Jadi, unsur logam yang paling reatif adalah golongan VIIA (halogen). Dari kiri ke kanan dalam satu periode, mula-mula kereaktifan menurun kemudian bertambah hingga golongan VIIA. Golongan VIIA tidak rekatif.

A. kereaktifan unsur logam ditentukan oleh kecenderungan atomuntuk melepas electron. Makin mudah melepas electron(energi ionisasinya kecil), maka kereaktifan unsur logam bertambah.

B. Kereaktifan unsur non logam ditentukan oleh kecenderungan atom menagkap electron. Makin mudah menangkap electron (keelektronegatifannya besar), maka kereaktifan unsur non logam bertambah.

Logam Alkali Golongan 1A Semua berbentuk padatan pada temperatur kamar Sangat reaktif sehingga di alam hanya dijumpai dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain. Bereaksi dengan air membentuk larutan alkali. Cukup Lunak

Logam Alkali tanah Golongan 2A Sangat reaktif sehingga umumnya dijumpai dalam bentuk senyawa kecuali beryllium (Be). Unsur dan oksida dalam air akan membentuk larutan alkali Kereaktifan semakin besar dengan makin kecilnya harga energi ionisasi

Logam transisi Unsur golongan B Banyak yang unsurnya ditemukan alami dalam bentuk senyawa. Terdapat beberapa jenis unsure bersifat kurang reaktif dan di alam dijumpai dalam bentuk unsur murni [contoh perak (Ag), emas (Au), Platina (Pt)]

Halogen Golongan 7A Bereaksi secara kuat dengan logam alkali membentuk garam

Gas mulia (Noble Gas) Golongan 8A Biasa dikenal sebagai gas yang bersifat inert Sangat tidak reaktif. Helium (He) merupakan unsur dengan kelimpahan paling besar di alam.

Kelarutan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Hubungan kelarutan dan suhu untuk beberapa jenis garam. Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent) [1]. Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.

Golongan Alkali Unsur Logam Alkali adalah unsure-unsure golongan IA dalam table periodic unsure, yaitu Li (Litium), Na (Natrium), K (Kalium), Rb (Rubidium), Cs (Sesium), dan Fr (Fransium) yang semuanya merupakan unsure radioaktif dan logam yang lunak. Disebut logam lunak karena oksidasinya mudah larut dalam air dan menghasilkan larutan yang bersifat basa (alkali). Sifat Periodik : Sulit mengalami reduksi dan mudah mengalami oksidasi & Termasuk zat pereduksi kuat (memiliki 1 buah elektron) Sifat Fisik : - Semua unsur berwujud padat pada suhu ruangan. - Khusus Sesium (Cs) berwujud cair pada suhu di atas 28 - Unsur Li, Na, K sangat ringan Sifat Kimia : Sangat reaktif - Dapat membentuk senyawa basa kuat - Mudah larut dalam air (kelarutannya semakin ke bawah semakin besar) Sifat Logam dan Sifat Basa : - Dapat bereaksi dengan air membentuk senyawa basa kuat LOH. - Semakin ke bawah sifatnya semakin kuat

Beberapa reaksi logam akali : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Semua logam alkali dapat bereaksi dengan hydrogen, oksigen, belerang dan fosforus Litium dapat bereaksi dengan nitrogen membentuk nitride Reaksi dengan air meghasilkan basa dan gas hydrogen dan reaksi ini bersifat eksotermis Logam alkali bersifat reduktor Logam logam alkali dalam ammonia cair membentuk larutan biru Reaksi nyala

Warna pada reaksi nyala : Litium (Li) merah Natrium (Na) kuning Kalium (K) ungu

Rubidium (Rb) merah Sesium (Cs) biru Jika garam dari unsur-unsur logam di bakar, akan memberi warna keras, seperti: Kalsium (Ca) jingga, merah Stronsium (Sr) Merah bata Barium (Br) Hijau

Asal-usul warna nyala Warna nyala dihasilkan dari pergerakan elektron dalam ion-ion logam yang terdapat dalam senyawa. Sebagai contoh sebuah ion natrium dalam keadaan tidak tereksitasi memiliki struktur 1s22s22p6. Jika dipanaskan, elektron-elektron akan mendapatkan energi dan bisa berpindah ke orbital kosong manapun pada level yang lebih tinggi sebagai contoh, berpindah ke orbital 7s atau 6p atau 4d atau yang lainnya, tergantung pada berapa banyak energi yang diserap oleh elektron tertentu dari nyala. Karena sekarang elektron-elektron berada pada level yang lebih tinggi dan lebih tidak stabil dari segi energi, maka elektron-elektron cenderung turun kembali ke level dimana sebelumnya mereka berada tapi tidak musti sekaligus. Sebuah elektron yang telah tereksitasi dari level 2p ke sebuah orbital pada level 7 misalnya, bisa turun kembali ke level 2p sekaligus. Perpindahan ini akan melepaskan sejumlah energi yang dapat dilihat sebagai cahaya dengan warna tertentu. Akan tetapi, elektron tersebut bisa turun sampai dua tingkat (atau lebih) dari tingkat sebelumnya. Misalnya pada awalnya di level 5 kemudian turun sampai ke level 2. Masing-masing perpindahan elektron ini melibatkan sejumlah energi tertentu yang dilepaskan sebagai energi cahaya, dan masing-masing memiliki warna tertentu. Sebagai akibat dari semua perpindahan elektron ini, sebuah spektrum garis yang berwarna akan dihasilkan. Warna yang anda lihat adalah kombinasi dari semua warna individual. Besarnya lompatan/perpindahan elektron dari segi energi, bervariasi dari satu ion logam ke ion logam lainnya. Ini berarti bahwa setiap logam yang berbeda akan memiliki pola garis-garis spektra yang berbeda, sehingga warna nyala yang berbeda pula.

Golongan Alkali Tanah Sifat periodik : - Mudah mengalami oksidasi - Termasuk zat pereduksi kuat ( memiliki 2 buah elektron, - Sehingga tidak sekuat golongan alkali) Sifat fisik : - Semua unsurnya berwujud padat pd suhu ruangan - Kerapatan logam alkali tanah lebih besar, shg logam alkali Sifat kimia : - Mudah bereaksi dengan unsur non logam - Bersifat reaktif Sifat logam dan sifat basa alkali tanah : - Semakin kebawah sifat logam dan sifat basa semakin kuat

Reaksi-reaksi unsur alkali dan alkali tanah a) Dengan oksigen Membentuk oksida 4M + O2 2M2O 2L + O2 2LO (Be dan Mg harus dipanaskan) Membentuk peroksida 2M + O2 M2O2 (dipanaskan dengan udara) L + O2 LO2

(Ba mudah, Sr dengan tekanan tinggi, CaO2 sulit) Contoh : 4Na + O2 2 Na2O 2Ca + O2 2 CaO 2Mg + O2 2 MgO (dipanaskan) 2K + O2 K2O2 Ba + O2 BaO2 b) Dengan Halogen (X2) Membentuk halida 2M + X2 2MX L + X2 LX2 Contoh 2Na + Cl2 2NaCl Ca + F2 CaF2 c) Dengan Belerang Membentuk sulfida 2M + X2 2MX L + X2 LX2 Contoh 2Na + S Na2S Mg + S MgS d) Dengan Air Air tereduksi menjadi H2 dan hasil lainnya adalah basa M + H2O H2 + MOH L + H2O H2 + L (OH)2 Contoh 2Na + H2O H2 + NaOH Ca + H2O H2 + Ca (OH)2

e) Dengan Hidrogen Membentuk hidrida, bilangan oksida H = -1 2M + H2 2MH L + H2 LH2 Contoh 2K + H2 2KH Mg + H2 MgH2 f) Dengan Nitrogen Membentuk nitrida 6M + N2 2M3N (hanya Li yang bisa) 3L + N2 L3N2 (dengan pemanasan) Contoh 6Li + N2 2Li3N 3 Mg + N2 Mg3N2 g) Dengan Asam Larut dengan cepat menghasilkan gas. M + 2H+ M+ + H2 L + 2H+ L2+ + H2 Contoh 2K + 2HCl 2 KCl + H2 Mg + 2HCl MgCl2 + H2

Sifat sifat dalam sistem periodic : 1. Sifat umum - Adanya jari-jari atom, jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar. - Adanya energi ionisasi, energi ionisasi adalah energiyang diperlukan untuk melepaskan elektron terluar suatu atom.

- Mempunyai elektronegativitas, elektronegativitas adalah kemampuan suatu atom untuk menangkap atau menarik elektron dari atom lain. - Adanya afinitas elektron, afinitas elektron adalah energi yang menyertai proses penambahan 1 elektron pada satu atom netral dalam wujud gas sehingga terbentuk ion bermuatan -1. - Mempunyai sifat logam dan nonlogam. - Adanya titik didih dan titik leleh. - Adanya kereaktifan. 2. Sifat khusus ada beberapa golongan yang mempunyai sifat ini :

- Golongan Gas Mulia atau VIII A ( Helium (He), Neon (Ne), Argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn) ) - Unsur-unsur gas mulia sangat mudah bereaksi. - kereaktifan gas mulia meningkat seiring dengan kenaikan unsur atomnya. - Radon dapat bereaksi spontan dengan fluorin, xenon, memerlukan pemanasan untuk reaksi, kripton lebih sukar bereaksi, helium, neon, argon, lebih sukar bereaksi lagi.

- Golongan Halogen atau VII A (fluorin (F), Klorin (Cl), Bromin(Br)Iodin (I) ) - Halogen merupakan unsur non logam yang paling reaktif. - Kereaktifan gas mulia meningkat dari atas ke bawah. - Pontensial elektroda berharga positif sehingga halogen merupakan oksidator.

Kesimpulan
Logam transisi memiliki konfigurasi electron yang berbeda dengan logam utama, (non transisi). Hal ini menyebabkan kecendrungan perbedaan sifat periodic dengan logam utama. Pada logam transisi, sifat unsur ditentukan oleh electron di subkulit terluar ns dan sub kulit sebelumnya (n1)d. sedangkan pada logam utama, hanya ditentukan oleh subkulit ns. Berikut perbedaan antara logam transisi dan logam utama ditinjau dari beberapa sifat fisik yang membedakan keduanya.

1. Kerapatan, titik leleh, dan titik didih A. Logam transisi Memiliki kerapatan, titik leleh, titik didih yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan ikatan logamnya yang lebih kuat karena memiliki lebih banyak electron-elektron dari subkulit ns dan (n-1)d yang terlibat dalam ikatan logamnya. B. Logam utama Memiliki kerapatan, titik leleh, titik didih yang relative lebih rendah. Hal ini dikarenakan ikatan logamnya hanya melibatkan electron-elektron di subkulit ns sehingga sedikit sekali electron yang terlibat dalam membentuk ikatan logam. 2. Tingkat oksidasi/biloks A. Logam transisi Memiliki berbagai bilangan oksidasi, karena dapat melepas electron baik di subkulit ns maupun di subkulit (n-1)d B. Logam utama Memiliki bilangan oksidasi yang terbatas, karena hanya dapat melepas electron di subkulit ns saja.

3. Kereaktifan A. Logam transisi Bersifat kurang reaktif. Hal ini terkait dengan jumlah electron di subkulit ns dan (n-1)d nya yang lebih banyak dibanding logam utama. Akibatnya lebih besar energy yang dibutuhkan untuk melepas electron-elektron blok d dibanding blog s pada periode yang sama. Hal ini tampak dari perbandingan nilai energy ionisasi kedua logam.

B. Logam utama Bersifat sangat reaktif karena jumlah elektronnya lebih sedikit, sehingga nilai energy ionisasinya lebih rendah.

4. Warna A. Logam transisi Cenderung membentuk senyawa atau ion kompleks yang berwarna. Hal ini terkait dengan eksitasi electron yang terjadi di subkulit d melibatkan energy yang setara dengan energy cahaya tampak, yakni antara 170 - 290 kJ/mol atau setara dengan panjang gelombang = 700 - 400 nm. B. Logam utama Cenderung membentuk senyawa tidak berwarna. Hal ini dikarenakan eksitasi electron yang terjadi melibatkan subkulit s dan p di mana perbedaan tingkat energinya lebih besar dari energy cahaya tampak dan setara dengan energy sinar UV. 5. Ion kompleks A. Logam transisi Cenderung membentuk berbagai ion kompleks, karena muatan positif intinya yang lebih besar sehingga cenderung menarik spesi-spesi yang kaya akan electron. B. Logam utama Hanya membentuk beberapa ion kompleks, karena muatan intinya lebih kecil.

a. Sifat Logam Secara kimia, sifat logam dikaitkan dengan keelektronegatifan, yaitu kecenderungan melepas elektron membentuk ion positif. Jadi, sifat logam tergantung pada energi ionisasi. Ditinjau dari konfigurasi elektron, unsur- unsur logam cenderung melepaskan elektron (memiliki energi ionisasi yang kecil), sedangkan unsur-unsur bukan logam cenderung menangkap elektron (memiliki keelektronegatifan yang besar). Sesuai dengan kecenderungan energi ionisasi dan keelektronegatifan, maka sifat logamnonlogam dalam periodik unsur adalah: 1. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, sifat logam berkurang, sedangkan sifat nonlogam bertambah. 2. Dari atas ke bawah dalam satu golongan, sifat logam bertambah, sedangkan sifat nonlogam berkurang. Jadi, unsur-unsur logam terletak pada bagian kiri-bawah sistem periodik unsur, sedangkan unsurunsur nonlogam terletak pada bagian kanan-atas. Batas logam dan nonlogam pada sistem periodik sering digambarkan dengan tangga diagonal bergaris tebal, sehingga unsurunsur di sekitar daerah perbatasan antara logam dan nonlogam itu mempunyai sifat logam sekaligus sifat nonlogam. Unsur-unsur itu disebut unsur metaloid. Contohnya adalah boron dan silikon. Selain itu, sifat logam juga berhubungan dengan kereaktifan suatu unsur. Reaktif artinya mudah bereaksi. Unsur-unsur logam pada sistem periodik unsur makin ke bawah semakin reaktif (makin mudah bereaksi) karena semakin mudah melepaskan elektron. Sebaliknya, unsur-unsur bukan logam pada sistem periodik makin ke bawah makin kurang reaktif (makin sukar bereaksi) karena semakin sukar menangkap elektron. Jadi, unsur logam yang paling reaktif adalah golongan IA (logam alkali) dan unsur nonlogam yang paling reaktif adalah golongan VIIA (halogen) (Martin S. Silberberg, 2000).
b. Titik Leleh dan Titik Didih

Berdasarkan titik leleh dan titik didih dapat disimpulkan sebagai berikut.

Dalam satu periode, titik cair dan titik didih naik dari kiri ke kanan sampai golongan IVA, kemudian turun drastis. Titik cair dan titik didih terendah dimiliki oleh unsur golongan VIIIA. Dalam satu golongan, ternyata ada dua jenis kecenderungan: unsur-unsur golongan IA IVA, titik cair dan titik didih makin rendah dari atas ke bawah; unsur-unsur golongan VA VIIIA, titik cair dan titik didihnya makin tinggi.

Ketika logam membentuk senyawa ionik, rumus senyawa yang dihasilkan tergantung pada proses energetika. Secara keseluruhan, senyawa yang terbentuk merupakan suatu senyawa yang paling banyak melepaskan energi. Lebih banyak energi yang dilepaskan, senyawa lebih stabil.

Terdapat beberapa pengertian mengenai istilah energi, tetapi kuncinya adalah:


Jumlah energi yang diperlukan untuk mengionisasi logam (penjumlahan berbagai energi ionisasi). Jumlah energi yang dilepaskan ketika terjadi pembentukan senyawa. Jumlah energi ini merupakan salah satu dari entalpi kisi jika kamu berfikir tentang padatan, atau entalpi hidrasi ion jika kamu berfikir tentang larutan.

Asal mula munculnya warna pada ion-ion logam transisi Ketika sinar putih melewati larutan yang berisi salah satu dari ion tersebut, atau sinar putih tersebut direfleksikan oleh larutan tersebut, beberapa warna dari sinar dapat di absorpsi (diserap) oleh larutan tersebut. Warna yang dapat dilihat oleh mata kamu adalah warna yang tertinggal (tidak di absorpsi).

You might also like