You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik (Ramlan, 1987:19). Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphe dan logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk. Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata. Dalam mempelajari Morfologi, nantinya kita akan menemui banyak sekali istilahistilah yang bertalian ilmu Morfologi, seperti morfem, morf, alomorf dan deretan morfologik. Tanpa didasari dengan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep tersebut bukan tidak mungkin jika nantinya kita akan mengalami kesulitan dalam memahami Morfologi. Oleh karena itu, sebelum melangkah ke seluk beluk pembentukan kata yang menjadi sasaran utama dalam morfologi, ada baiknya jika kita terlebih dahulu memahami konsep-konsep dasar yang bertalian dengan morfologi tersebut. Untuk itu penulis merasa perlu untuk membahas konsep-konsep dasar dalam morfologi seperti morfem, morf, alomorf dan deretan morfologik dalam makalah ini untuk memberikan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dasar tersebut. Dengan harapan nantinya dapat membantu pembaca lebih memahami Morfologi. 1

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

1.2 Rumusan Masalah Setelah pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud dengan morfem? 2. Apakah yang dimaksud dengan morf? 3. Apakah yang dimaksud dengan alomorf? 4. Apakah yang dimaksud dengan deretan morfologik?

1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengn morfem. 2. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan morf. 3. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan alomorf.
4. Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan deretan morfologik.

BAB II PEMBAHASAN
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

2.1 Morfem

Morfem merupakan satuan bahasa paling kecil yang yang menjadi sasaran kajian morfologi. Apakah yang dimaksud dengan morfem ? Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul
Morfologi Bahasa Indonesia mengatakan bahwa morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang memiliki makna (2008:7). Sedangkan menurut Zaenal Arifin dalam bukunya Morfologi Bentuk dan Makna mengatakan bahwa morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Hal

serupa juga dikemukakan Ramlan, menurut beliau morfem merupakan

satuan gramatik

paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26). Bloch dan Trager dalam Kushartanti (2001:120) mengatakan bahwa morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung arti. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa morfem adalah satuan
bahasa terkecil yang memiliki makna.

Sebagai contoh bentuk tulis adalah sebuah morfem karena tidak dapat dibagi menjadi bentuk-bentuk terkecil lainnya serta mengandung makna atau arti leksis. Bentuk meN- juga merupakan sebuah morfem, karena merupakan bentuk terkecil bahasa Indonesia, walau tidak mempunyai makna leksikal, tetapi mempunyai makna gramatikal.
2.1.1 Identifikasi Morfem Untuk mengenal morfem secara jeli dalam bahasa Indonesia, diperlukan petunjuk sebagai pegangan. Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem ( Abdul Chaer, 2008:13-15), yakni sebagai berikut: 1. Dua bentuk yang sama atau lebih memiliki makna yang sama merupakan sebuah morfem. Umpamanya kata bunga pada ketiga kalimat berikut adalah sebuah morfem yang sama. Ibu membeli seikat bunga mawar untuk kakek. Ayah menanam bunga melati di taman Bibit bunga melati itu dibeli ayah di Bandung

2. Dua bentuk yang sama atau lebih bila memiliki makna yang berbeda merupakan dua morfem yang berbeda. Misalnya kata bisa pada kedua kalimat berikut adalah dua buah morfem yang berbeda. Adik bisa mengerjakan ulangan dengan baik.

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

Ayah terkena bisa ular.

3. Dua buah bentuk yang berbeda, tetapi memiliki makna yang sama, merupakan dua morfem yang berbeda. Umpamanya, kata sukar dan sulit pada kedua kalimat berikut adalah dua morfem yang berbeda. Ayah sulit membaca jika tidak menggunakan kaca mata. Sejak terkena penyakit rabun senja ibu sukar melihat.

4. Bentuk-bentuk yang mirip (berbeda sedikit)tetapi maknanya sama adalah sebuah morfem yang sama, asal perbedaan bentuk itu dapat dijelaskan secara fonologis. Umpamanya bentuk-bentuk seperti be, ber, dan bel pada kata-kata berikut adalah morfem yang sama. bekerja berujar belajar

5. bentuk yang hanya muncul dengan pasangan satu-satunya adalah juga sebuah morfem. Umpamanya bentuk hitam legam, kuning langsat, tua renta. 6. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar apabila memiliki makna yang sama merupakan morfem yang sama. Misalnya bentuk tulis pada kata-kata berikut adalah sebuah morfem yang sama. menulis tertulis penulis ditulis

7. Bentuk yang muncul berulang-ulang pada satuan yang lebih besar (klausa, kalimat) apabila maknanya berbeda secara polisemi, merupakan morfem yang sama. Kaki Adi terantuk batu. Kaki meja itu terbuat dari batu pualam.

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

2.1.2

Jenis Morfem Morfem dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Antara lain berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Berdasarkan kebebasannya untuk dapat digunakan langsung dalam petuturan morfem dapat dibedakan menjadi morfem bebas dan morfem terikat. a. Morfem Bebas Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncut dalam pertuturan. Misalnya, bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus.

b. Morfem Terikat Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Berkenaan dengan morfem terikat ini dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Yaitu: Pertama, bentuk-bentuk seperti juang, henti, gaul, dan baur juga termasuk morfem terikat, karena bentuk-bentuk tersebut, meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk-bentuk seperti ini lazim disebut bentuk prakategorial. Kedua, sehubungan dengan istilah prakategorial di atas, menurut konsep Verhaar (1978) bentuk-bentuk seperti baca, tulis, dan tendang juga termasuk bentuk prakategorial, karena bentuk-bentuk tersebut baru merupakan pangkal kata, sehingga baru bisa muncul dalam pertuturan ,sesudah mengalami proses morfologi. Ketiga, bentuk-bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta), kerontang (yang hanya muncul dalam kering kerontang), dan bugar (yang hanya muncul dalam segar bugar) juga termasuk morfem terikat. Lalu, karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu, maka bentuk-bentuk tersebut disebut juga morfem unik.

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

Keempat, bentuk-bentuk yang termasuk preposisi dan konjungsi, seperti dari, pada, dan kalau, dan atau secara morfologis termasuk morfem bebas, tetapi secara sintaksis ; merupakan bentuk terikat. Kelima, yang disebut klitika merupakan morfem yang agak sukar ditentukan statusnya; apakah terikat atau bebas. Klitika adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya hanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat pada bentuk lain, tetapi dapat dipisahkan. Umpamanya, klitika -lah dalam bahasa Indonesia. Proklitika adalah klitika yang berposisi di muka kata yang diikuti, seperti ku dan kau pada konstruksi kubawa dan kuambil. Sedangkan enlditika adalah klitika yang berposisi di belakang kata yang ditekati, seperti -lah, -nya, dan ku. 2. Berdasarkan keutuhan bentuknya dibedakan adanya morfem utuh dan terbagi. Pembedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang dimiliki morfem tersebut: apakah merupakan satu kesatuan yang utuh atau merupakan dua bagian yang terpisah atau terbagi, karena disisipi morfem lain. Semua morfem dasar bebas termasuk morfem utuh, seperti {meja}, {kursi}, {kecil}, (taut), dan {pensil}. Begitu juga dengan sebagian morfem terikat, seperti {ter-}, {ber-}, (henti}, dan {juang}. Sedangkan morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh, yaitu {satu } dan satu morfem terbagi, yakni { ke-/-an } kata perbuatan terdiri dari satu morfem utuh, yaitu {buat} dan satu morfem terbagi, yaitu {per-/-an}. Sehubungan dengan morfem terbagi ini, untuk bahasa Indonesia, ada catatan yang perlu diperhatikan, yaitu: Pertama, semua afiks yang disebut konfiks seperti {ke-/-an}, { ber-/-an } (per-/an}, dan { pe-/-an } adalah termasuk morfem terbagi. hlamun, bentuk {ber-/-an} bisa merupakan konfiks, dan bermusuhan saling memusuhi; tetapi bisa juga bukan konfiks, seperti pada beraturan dan berpakaian. Kedua dalam bahasa Indonesia ada afiks yang disebut infiks, yakni afiks yang disisipkan di tengah morfem dasar. Misalnya, afiks {-er} pada kata gerigi, infiks {-el-} pada kata pelatuk, dan infiks {-em-} pa a kata gemetar. 3. Berdasarkan jenis fonem yang membentuknya, morfem dapat dibedakan menjadi dua yaitu morfem segmental dan suprasegmental.

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

a. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental, seperti morfem {lihat}, {lah}, {sikat}, dan (ber}. Jadi, semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental. b. Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. 4. Berdasarkan kemungkinan menjadi dasar dalam pembentukan kata dapat dibedakan menjadi morfem dasar dan morfem afiks. Morfem dasar adlaah morfem yang dapat menjadi dasar dalam suatu proses morfologi. Misalnya morfem , ,

. namun, perlu dicatat bentuk dasar yang termasuk dalam kategori preposisi dan konjungsi tidak pernah mengalami proses afiksasi. Sedangkan , yang tidak dapat menjadi dasar , melainkan hanya sebgai pembentuk disebut morfem afiks, seperti morfem , ,dan .

5. Berdasarkan kehadirannya secara konkret dapat dibedakan menjadi morfem wujud dan morfem tanwujud. Yang dimaksud dengan morfem wujud adalah morfem yang nyata ada; tetapi yang tanwujud kehadirannya tidak nyata. Morfem tanwujud ini tidak ada dalam bahasa Indonesia, tetapi ada dalam bahasa Inggris. 6. Berdasakan ciri semantiknya morfem dapat dibedakan menjadi morfem leksikal dan morfem gramatikal. Yang dimaksud dengan morfem bermakna leksikal adalah morfemmorfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti {kuda}, {pergi}, {lari} dan {merah} adalah morfem bermakna leksikal. Oleh karena itu, morfem-morfem seperti ini, dengan sendirinya sudah dapat digunakan secara bebas, dan mempunyai kedudukan yang otonom di dalam pertuturan. Sebaliknya, morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. Morfem ini baru mempunyai makna dalam gabungannya dengan morfem lain dalam suatu proses morfologi. Yang biasa dimaksud dengan morfem tak bermakna leksikal ini adalah morfem-morfem afiks, seperti {ber-}, {me-}, dan {ter-}. Dalam dikotomi morfem bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal ini, untuk bahasa Indonesia timbul masalah. Morfem-morfem eperti { juang } { henti } dan {gaul} yang oleh Verhaar disebut bentuk prakategorial, mempunyai makna atau tidak ? Kalau dikatakan mempunyai makna jelas morfem-morfem tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai bentuk yang otonom di dalam pertuturan. Kalau dikatakan tidak bermakna jelas morfem-morfem itu bukan afiks. Secara semantik, morfemmorfem itu mempunyai makna; tetapi secara gramatikal morfem, morfem tersebut tidak mempunyai kebebasan dan otonomi. Ada satu bentuk morfem lagi yang perlu dibicarakan atau dipersoalkan mempunyai makna leksikal atau tidak, yaitu morfem-morfem yang di datam gramatika berkategori sebagai preposisi dan konjungsi.
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

Morfem-morfem yang termasuk preposisi dan konjungsi jetas bukan afiks dan jelas memiiiki makna. Namun, kebebasannya dalam pertuturan juga terbatas, meskipun tidak seketat kebebasan morfem afiks.

2.2 Morf Di samping istilah morfem dan alomorf ada pula istilah morf. Morf adalah satuan bentuk terkecil yang sudah mempunyai arti, yang tidak atau belum dibicarakan dalam hubungan keanggotaam terhadap suatu morfem. Pada hakikatnya morf adalah deretan fonem. Karena itu morf-morf kita tuliskan secara fonemis. Dalam bahasa Indonesia kita jumpai kata seperti tulis, menulis, penulis, ditulis, dan sebagainya. Dengan melihat deretan bentuk itu saja, kita dapat mengetahui bahwa ada bagian bentuk yang dapat kita pisahkan dengan mudah, yaitu tulis. Dengan demikian kita dapat menetapkan bahwa / tulis/, / meN /,/pe/, / d i/ merupakan satuan terkecil yang bermakna. Satuansatuan itu masing-masing disebut dengan morf. Satuan me- yang mempunyai struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, dan me-, misalnya pada membawa, mendatang, menyuruh, menggali, dan melerai. Bentuk-bentuk mem-, men-, meny-, meng-, dan me-, masing-masing disebut dengan morf, yang semuanya merupakan alomorf dari morfem meN-. Contoh lain, morfem ber-, yang terdiri dari morf ber- pada kata berjalan, morf bepada kata bekerja, morf bel- pada kata belajar. Morf ber-, be-, dan bel-, ketiganya merupakan alomorf morfem ber-. Dari penjelasan di atas tampak bahwa sebenarnya morf dan alomorf adalah dua nama bagi wujud yang sama. Kushartanti (2001:150) mengatakan penamaan yang berbeda itu dimaksudkan untuk menunjukkan perbedaan tingkat analisisnya. Jika wujud itu ( yakni satuan kecil yang bermakna) tidak dikaitkan dengan morfem tertentu wujud itu bernama morf. Jika wujud itu sekarang dilihat sebagai anggota sebuah morfem, maka wujud itu menjadi alomorf morfem tersebut. 2.3 Alomorf Morfem sebenarnya merupakan barang abstrak karena ada dalam konsep. Sedangkan yang konkret, yang ada dalam petuturan adalah alomorf, yang tidak lain adalah realisasi dari morfem itu. Jadi, alomorf adalah bentuk realisasi morfem yang bersifat nyata/ada. Umpamanya morfem {me} tulis direalisasikan dalam bentuk prefiks me- seperti terdapat pada menulis. Pada umumnya sebuah morfem hanya memiliki sebuah alomorf. Namun, ada juga morfem yang direalisasikan dalam beberapa bentuk alomorf. Misalnya, morfem {me-} memiliki enam bentuk alomorf seperti yang nampak pada bagan. Morfem Alomorf Contoh Pada Kata

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

meng mem me men meny me menge

menguras, menghitung membuat,

mengarang, memuja,

membantu meniru, menidurkan menyiram, menyuci, menyatu melihat, melirik, meralat Meneskor, mengecat

Keraf dalam Kushartanti (2005) mengatakan bahwa variasi itu disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang dimasukinya. Maksudnya, bergantung kepada jenis fonem awal sebuah satuan yang dilekati oleh morfem tersebut. Perubahan /n/ itu harus homogen. Sebagai contoh /n/ akan menjadi /m/ apabila dilekatkan pada bentuk dasar yang diawali fonem /b/. fonem /m/ dan /b/ sama-sama bunyi bilabial. Sedangkan yang dimaksud dengan morf adalah wujud kongkret dari alomorf itu sendiri.

2.4 Deretan Morfologik Yang dimaksud dengan deretan morfologik ialah suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang berhubungan dalam bentuk dan artinya. Misalnya kita dapati kata kejauhan. Untuk mengetahui apakah kata itu terdiri dari satu morfem atau beberapa morfem, haruslah kata itu diperbandingkan dengan kata-kata lain dalam deretan morfologik. Di samping kejauhan, terdapat menjauhkan, dijauhkan, terjauh, berjauhan, menjauhi, dijauhi. Jadi, deretan morfologiknya sebagai berikut: kejauhan menjauhkan dijauhkan terjauh berjauhan menjauhi dijauhi Jauh Dari perbandingan kata-kata yang terdapat dalam deretan morfologik di atas, dapat disimpulkan adanya morfem jauh, sebagai unsur yang terdapat pada tiap-tiap anggota deretan
Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

morfologik, hingga dapat dipastikan bahwa kata kejauhan terdiri dari morfem jauh dan morfem ke an, menjauhkan terdiri dari morfem-morfem meN jauh dan kan, dijauhkan terdiri morfem-morfem di jauh, dan kan, terjauh terdiri dari morfem ter dan jauh, berjauhan terdiri dari morfem jauh dan ber an, menjauhi terdiri dari morfem-morfem meN -, jauh dan i, dan kata dijauhi terdiri dari morfem-morfem di -, jauh, dan i. Deretan morfologik amat berguna dalam penentuan morfem-morfem. Kata terlantar misalnya, apakah terdiri dari satu morfem atau dua morfem, dapat diketahui dari deretan morfologik. Kata itu haruslah dibandingkan dengan kata-kata lain yang berhubungan dalam bentuk dan artinya dalam deretan morfologik : terlantar menterlantarkan diterlantarkan keterlantaran terlantar Dari deretan morfologik di atas, dapat dipastika bahwa kata terlantar hanya terdiri atas satu morfem. Benar memang dalam peristiwa bahasa dijumpai kata lantaran, dan jika terlantar dibandingkan dengan lantaran, niscaya dapat ditentukan adanya morfem lantar : terlantar lantaran lantar tetapi secara deskriptif, kedua kata itu hanya memiliki pertalian bentuk, pertalian bentuk arti tidak ada. Maka sesuai dengan apa yang dimaksud deretan morfologik, kedua kata itu tidak dapat diletakkan dalam satu deretan morfologik, dan berarti juga tidak dapat diperbandingkan. Kesimpulannya, kata terlantar hanya terdiri atas satu morfem, dan kata lantaran dipandang sebagai kata lain, yang secara deskriptif tidak dapat diletakkan dalam satu deretan morfologik dengan kata-kata terlantar, menterlantarkan, diterlantarkan, dan keterlantaran. Banyak kata yang kelihatannya terdiri atas dua morfem atau lebih tetapi setelah diteliti benar-benar, pada hakikatnya secara deskriptif hanya terdiri atas satu morfem saja. Misalnya segala, terlentang, perangai, pengaruh, selamat, petua, jawatan, perempuan, pura-pura, alun-alun, seperti, kelola, jembatan, dan masih banyak lagi.

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

10

BAB III SIMPULAN


3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil diskusi yang kelompok kami lakkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa 1. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna.
2. Alomorf adalah bentuk realisasi morfem yang bersifat nyata/ada. 3. Morf adalah satuan bentuk terkecil yang sudah mempunyai arti, yang tidak atau belum

dibicarakan dalam hubungan keanggotaan terhadap suatu morfem.


4. Deretan Morfologi adalah suatu deretan atau suatu daftar yang memuat kata-kata yang

berhubungan dalam bentuk dan artinya. 3.2 Saran Melalui makalah ini diharapkan agar mahasiswa mampu memahami konsepkonsep dasar Morfologi seperti morfem, morf, alomorf, dan deretan morfologik dengan baik. Konsep-konsep tersebut perlu dipahami agar dapat mempermudah mahasiswa dalam memahami proses pembentukan kata nantinya.

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

11

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal dan Junaiyah.2007.Morfologi (Bentuk, Makna, dan Fungsi).Jakarta.:PT. Grasindo Chaer, Abdul.2008. Morfologi Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta -------.2007. Linguistik Umum.Jakarta: Rineka Cipta Kushartanti.2005.Langkah Awal Memahami Lnguistik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama Ramlan, M.1987. Morfologi Suatau Tinjauan Deskriptif.Cetakan 12.Yogyakarta:CV. Karyono

Kajian Morfologi (Morfem, Morf, Alomorf dan Deretan Morfologik)

12

You might also like