You are on page 1of 2

B. Sinkronik dan Diakronik 1.

Sinkronik Kata sinkronis berasal dari bahasa Yunani syn yang berarti dengan, dan khronos y ang berarti waktu, masa. Dengan demikian, linguistik sinkronis mempelajari bahas a sezaman. Fakta dan data bahasa adalah rekaman yang diujarkan oleh pembicara, a tau bersifat horisontal. Linguistik sinkronis adalah mempelajari bahasa pada sua tu kurun waktu tertentu, misalnya mempelajari bahasa Indonesia di masa reformasi saja. Sinkronis dapat dipahami seperti dalam bahasa Perancis, tekanan selalu terletak di suku kata terakhir, kecuali kalau suku kata terakhir mengandung e pepet (sepe rti ? ). Ini adalah fakta sinkronis, yakni suatu hubungan antara himpunan kata baha sa Perancis dan tekanan, tetapi fakta ini juga berasal dari keadaan masa lalu (d iakronis). Saussure mengemukakan bahwa kajian bahasa secara sinkronis amat perlu, meskipun beliau banyak berkecimpung dalam kajian diakronis. Bahkan baginya, kajian sinkro nis bahasa mengandung kesistematisan tinggi, sedangkan kajian diakronis tidak. B ahkan bagi penggunanya, sejarah bahasa tidak memberikan apa-apa kepada pengguna bahasa mengenai cara penggunaan bahasa. Ada yang perlu bagi pengguna bahasa, yai tu tat de langue atau suatu keadaan bahasa. Suatu keadaan bahasa terbebas dari di mensi waktu dalam bahasa yang justru memiliki watak kesistematisan. Kajian sinkronis justru lebih serius dan sulit. Sistem keadaan bahasa sinkronik se perti sistem permainan catur. Setiap buah catur (setara dengan suatu unit bahasa ) memiliki tempat tersendiri dan memiliki keterkaitan tertentu dengan buah lain, dan kekuatan serta pola gerak/jalan tersendiri. tat de langue adalah jaringan ke terkaitan yang menentukan nilai suatu elemen benar-benar tergantung, langsung at au tak langsung pada nilai elemen-elemen yang lain. 2. Diakronik Kata diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia yang berarti melalui, dan khronas yang berarti waktu, masa. Dengan demikian, yang dimaksud dengan linguistik diak ronis adalah subdisiplin linguistik yang menyelidiki perkembangan suatu bahasa d ari masa ke masa. Studi diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkem bangan bahasa Indonesia yang dimulai sejak adanya prasasti di Kedukan Bukit samp ai kini.

Linguistik diakronis adalah semua yang memiliki ciri evolusi. Ada berbagai conto h untuk melukiskan dualisme intern (sinkronis dan diakronis), misalnya, kata Lat in cripus (berombak, bergelombang, keriting), menimbulkan kata dasar Perancis crp-, yang membentuk kata kerja crpir melepa , dan dcrpir, mengupas lepa . Pada suatu waktu ahasa Perancis meminjam kata Latin dcrepitus, usang karena usia , untuk membentuk dcrp it; tetapi ternyata orang melupakan asal kata ini. Contoh yang lain terdapat dalam bahasa Jerman. Dalam bahasa Jerman tinggi kuno, kata jamak gast, tuan rumah , semula adalah gasti, dan jamak hant tangan semula adala h hanti, dll. Akan tetapi, di kemudian hari, i- tersebut menjadi umlaut yang men gakibatkan a menjadi e dalam suku kata terdahulu: gasti menjadi gesti, hanti men jadi henti, tetapi kemudian (lagi) i- kehilangan bunyinya dan menghasilkan gesti menjadi geste, dst. Akibatnya, sekarang terdapat kata Gst: Gaste, Hnd: Hande, dan sejumlah besar kelompok kata yang menampilkan bentuk jamak dan tunggal. Hal ini adalah dimensi linguistik diakronis. Diakronis tidak mengubah sistem karena kat a yang berubah pun adalah sistem dalam bentuk yang lain dengan sistem sebelumnya . Perubahan kata terjadi di luar kemampuan siapa pun. Ada kasus khusus dalam linguistik sinkronis dan diakronis, contoh: pouter dalam bahasa Yunani berarti kuda betina, sekarang pengertiannya berubah menjadi tiang p enunjang (jadi maknanya berubah). Kata tersebut tetap, tetapi pengertian masyarak at akan kata itu yang berubah. Jadi fakta historis atau diakronis mengikuti fakt a sinkronis. Oleh karena itulah, sinkronis menganggap gast beroposisi dengan gste

, gebe beroposisi dengan gib, dst, sedangkan diakronis menganggap gast berubah m enjadi gaste. Diakronis hanya hadir dalam parole karena segala perubahan pertama kali dilontarkan individu sebelum masuk dalam kelaziman. Misalnya, bahasa Jerma n memiliki: ich war, wir waren, sedangkan bahasa Jerman kuno sampai abad XVI men afsirkannya: ich was, wir waren dan dalam bahasa Inggris: I was, we were. Nah, b agaimana terjadinya substitusi dari war ke was? Saussure mengatakan, pasti ada b eberapa orang yang terpengaruh oleh waren, kemudian menciptakan war dengan jalan analogi. Ini adalah fakta dalam parole. Karena kata tersebut sering diulang dan diterima oleh masyarakat, maka kata tersebut menjadi fakta dalam langue. Jika seseorang hanya melihat sisi diakronis bahasa, maka yang ia lihat bukan lag i langue, melainkan sederet peristiwa yang notabene merupakan parole. Linguistik d iakronis akan menelaah hubungan-hubungan di antara unsur-unsur yang berturutan d an tidak dilihat oleh kesadaran kolektif yang sama, dan yang satu menggantikan y ang lain tanpa membentuk sistem di antara mereka. Sebaliknya, linguistik sinkron is akan mengurusi hubungan-hubungan logis dan psikologis yang menghubungkan unsu r-unsur yang hadir bersama dan membentuk sistem, seperti dilihat dalam kesadaran kolektif yang sama.

You might also like