You are on page 1of 9

Senyawa Fitokimia DAJAMBI

(Daun Jambu Biji ~ Psidium Guajava L.)


Irene Wijaya (652008003) Jambu Biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu tanaman obat yang sudah banyak dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. Buah mengandung asam amino (triptofan, lisin), pektin, kalsium, fosfor, besi, mangan, magnesium, belerang dan vitamin (A, B1 dan C). Saat menjelang matang, kandungan vitamin C dapat mencapai 3-6 kali lipat lebih tinggi dari jeruk. Jambu biji, juga kaya dengan serat yang larut dalam air, terutama di bagian kulitnya sehingga dapat mengganggu penyerapan glukosa dan lemak yang berasal dari makanan dan membuangnya ke luar tubuh. Buah jambu biji banyak mengandung vitamin dan mineral yang baik untuk menjaga kesehatan, dan pertubuhan anak. Buah dapat dimakan lansung baik disaat metah, boleh tambah sedikit garam atau gula aren, yang enak dibikin rujak, sedang buah yang masak dapat dimakan langsung, atau direbus dengan gula untuk minuman, daunnya dapat dibuat lalapan atau sayur. Buah jambu biji mengandung banyak vitamin dan serat, sehingga sangat cocok sekali dikonsumsi untuk menjaga kesehatan. Jambu biji yang banyak dijumpai di Indonesia adalah yang memiliki daging buah berwarna merah dan dan daging buah berwarna putih.

Gambar1. Buah dan Daun Jambu Biji

Selain pada buahnya, ternyata telah diketahui bahwa Daun Jambu Biji (DAJAMBI) juga memiliki senyawa fitokimia yang dapat bermanfaat sebagai obat. Dari hasil screening secara kualitatif, didapatkan, kandungan fitokimia dalam Daun Jambu Biji adalah sebagai berikut (Geidam dkk, 2002):
1

Tabel2. Perbandingan Senyawa Fitokimia

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, secara spesifik telah ditemukan bahwa kandungan utama dalam daun adalah zat samak, tannin (terutama daun yang masih muda). Selain itu daun juga mengandung minyak atsiri dengan komponen penyusunnya adalah -pinene, pinene, limonene, mentol, terpenyl asetat, isopropyl alkohol, longicyclene, caryophyllene, bisabolene, oksida caryophyllene, -copanene, farnesene, humulene, selinene, cardinene dan curcumene (Gunawan, 2010).
2

Gambar 2. Komponen minyak atsiri Selain minyak atsiri, daun mengandung, nerolidiol, -sitosterol, ursolat, krategolat, dan asam guayavolat. Daun juga mengandung minyak lemak 6%, dan avikularin. Lima konstituen termasuk satu asam baru pentacyclic triterpenoid asam guajanoat dan empat senyawa -sitosterol yang dikenal sebagai uvaol, asam oleanolat, dan asam ursolat telah diisolasi dari daun jambu biji (Gunawan, 2010).

Gambar 3. Beberapa Senyawa Triterpenoid yang terdapat dalam DAJAMBI

Secara empiris, Daun Jambu Biji (DAJAMBI) bersifat antibiotik dan telah dimanfaatkan untuk antidiare. Beberapa penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa Daun Jambu Biji memiliki beberapa senyawa fitokimia yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah dan mengobati suatu penyakit. Daun Jambu Biji yang mengandung berbagai macam komponen fitokimia ini dapat digunakan sebagai antioksidan, antidiare dan anti- DBD (Demam Berdarah Dengue). Kelompok senyawa tannin, flavonoid, dan steroid pada DAJAMBI merupakan beberapa senyawa yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Tanin adalah semua komponen fenolat yang derajat hidroksilasinya dan ukuran molekulnya cukup untuk membentuk suatu senyawa yang kuat dengan protein dan polimer lainnya pada konsentrasi dan pH yang sesuai. Adanya tanin dalam bahan makanan ikut menentukan cita rasa suatu bahan makanan (Maryati dkk, 2008).
3

Jika Tanin dikonsumsi dalam jumlah berlebihan, tanin dapat menghambat penyerapan mineral seperti zat besi, yang mungkin, jika berkepanjangan, menyebabkan anemia. Hal ini karena tanin adalah logam chelators ion. Tanin mengganggu penyerapan zat besi melalui pembentukan kompleks dengan besi bila dalam lumen pencernaan, yang menurunkan bioavailabilitas besi. Ada perbedaan penting dalam cara di mana senyawa fenolik berinteraksi dengan pola hidroksilasi berbeda (asam galat, catechin, asam chlorogenic) dan efek pada penyerapan zat besi. Dalam rangka untuk mencegah masalah ini, disarankan untuk minum teh dan kopi di antara waktu makan, tidak selama bersamaan dengan makan. Makanan kaya vitamin C membantu menetralisir efek tanin pada penyerapan zat besi. Menambahkan jus lemon untuk teh akan mengurangi efek negatif dari tanin dalam penyerapan zat besi juga. Menambahkan susu ke kopi dan teh memiliki sedikit sekali, bahkan tidak berpengaruh pada efek penghambatan tanin (Anonim, 2011). Secara kimia terdapat dua jenis utama tanin yang tersebar tidak merata dalam dunia tumbuhan Yaitu Tanin terkondensasi (jenis paku-pakuan dan gimnospermae, serta tumbuhan berkayu) dan Tanin terhidrolisiskan (penyebarannya pada tumbuhan berkeping dua).

Gambar 4. Gallic acid (Tanin terhidrolisiskan), Flafone (Tanin Terkondensasi) dan Phloroglucinol (Prototanin)

Daun Jambu Biji memiliki aktifitas antioksidan yang cukup tinggi. Dapat dilihat pada grafik.1 menurut Phreeti dkk tahun 2010, dibandingkan dengan tiga tanaman yang lain, DAJAMBI memiliki aktifitas antioksidan paling tinggi.

Grafik1. Perbandingan aktifitas antioksidan dari beberapa tanaman, menggunakan metode DPPH

Grafik2. Perbandingan Aktifitas Antioksidan Ekstrak Daun Jambu Biji Metode Tiosianat

Selain untuk antioksidan, senyawa tanin juga dapat digunakan sebagai anti diare, karena ekstrak daun memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan Gramnegatif Escherichia coli, Salmonella typhi, Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis, Mycobacterium phlei and Shigella dysenteria. Tanin sendiri bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar. Serta sebagai penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein. Dalam penelitian lain dilaporkan mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus Spp. Hal ini dibuktikan dengan adanya penghambatan ekstrak DJAMBI dengan beberapa tingkat konsentrasi, terhadap pertumbuhan beberapa bakteri pathogen (Geidam dkk, 2002):
5

Tabel3. Aktifitas antibakteri dari aqueous ekstrak DAJAMBI

Selain senyawa Tannin, senyawa flavonoid juga dapat digunakan sebagai antibakteri. Dari penelitian yang berbeda, ditemukan empat senyawa antibakteri telah diisolasi dari daun jambu, 2 diantaranya merupakan glikosida flavonoid baru, morin-3-O--L-liksopiranosida dan morin-3-O-alfa-L-arabopiranosida, dan 2 yang lain diketahui sebagai senyawa-senyawa flavonoid : guaijavarin and kuersetin (Gunawan, 2010). Salah satu senyawa flavonoid dalam DAJAMBI yang saat ini telah digunakan sebagai obat fitofarmaka ialah kuersetin (Gambar 3). Kuersetin digunakan sebagai obat anti-DBD karena senyawa ini memiliki aktivitas menghambat aktivitas enzim reverse transcriptase yang berarti menghambat pertumbuhan virus berinti RNA (Anonim, 2006). Jumlah penderita penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia cukup tinggi. Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah pasien Demam Berdarah Dengue di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 156.767 orang dengan jumlah yang meninggal 1.570 orang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat di Indonesia karena hingga saat ini belum tercipta obat spesifik yang dapat mengobati penyakit ini. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue. Virus ini disebarkan oleh nyamuk Aedes aegepty. Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal yang termasuk kedalam genus Flavivirus. Salah satu bahan alami yang dipercaya dapat mengatasi masalah penyakit Demam Berdarah Dengue adalah Jambu biji (Psidium guajava L.). Hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu biji dapat menghambat perkembangan virus Dengue dan mempercepat peningkatan jumlah trombosit darah. Jambu biji mengandung senyawa kuersetin golongan flavonoid yang merupakan metabolit sekunder tanaman ini, senyawa ini dapat
6

menghambat aktivitas enzim reverse transkriptase virus. Bagian tanaman yang sering digunakan masyarakat untuk mengobati penyakit ini adalah bagian buahnya namun ternyata banyak penelitian menyebutkan bahwa kandungan senyawa kuersetin lebih banyak terdapat pada daunnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar flavonoid dari daun jambu biji sukun sebesar 0,046 mg%, daun jambu biji merah getas sebesar 0,036 mg%, dan daun jambu biji bangkok sebesar 0,016 mg%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa varietas jambu biji sukun memiliki kadar flavonoid yang paling tinggi (Anonim,2010).

Gambar 5. Senyawa kimia 3 5 7 3' 4'-pentahydroxyflavone atau kuersetin

Kuersetin merupakan senyawa pokok untuk menambah jumlah trombosit dalam darah. Kadar Kuersetin di buah jambu biji lebih sedikit daripada di daun. Kandungan di selembar daun bisa sama dengan 1kg buah. Dari uji klinis yang dilakukan Suprapto dan kawan-kawan, quercentin dari golongan flavonoid itu efektif secara cepat menaikan jumlah trombosit melalui mekanisme peningkatan jumlah sitokin. Didalam tubuh sitokin berperan meningkatkan kekenyalan pembuluh darah sekaligus mengaktifkan sistem pembekuan darah. Selain itu kuersetin dapat berfungsi sebagai immunomodulator serta dapat menghambat agregasi trombosit Juga didukung penelitian sebelumnya bahwa kuersetin mampu menurunkan permeabilitas vaskular dimana pada pasien demam berdarah terjadi peningkatan permeabilitas vaskular yang dapat menyebabkan terjadinya shock (Susanti, 2006). Flavonoid adalah salah satu kelompok senyawa fenol terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Kersetin termasuk ke dalam kelompok flavonol. Kuersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit degenerative dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi lemak. Kuersetin memperlihatkan

kemampuan mencegah proses oksidasi dari Low Density Lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan mengkhelat ion logam transisi (Dedi, 2011).

Gambar 6. Kuersetin

Ketika flavonol kuersetin beraksi dengan radikal bebas, kuersetin mendonorkan protonnya dan menjadi senyawa radikal, tapi electron tidak berpasangan yang dihasilkan didelokalisasi oleh resonansi, hal ini membuat senyawa kuersetin radikal memiliki energi yang sangat rendah untuk menjadi radikal yang reaktif. Gugus fungsi tersebut dapat mendonorkan electron kepada cincin yang akan meningkatkan jumlah resonansi dari struktur benzene senyawa kuersetin. Kebanyakan flavonoid terikat pada gula dalam bentuk alamiahnya yaitu dalam bentuk O-glikosida, dimana proses glikosilasi dapat terjadi pada gugus hidroksil mana saja untuk menghasilkan gula. Bentuk glikosida kuersetin yang paling umum ditemukan adalah kuersetin yang memiliki gugus gllikosida pada posisi 3 seperti kuersetin-3-O--glukosida (Dedi, 2011).

Gambar 7. Kuersetin-3-O--glukosida

Daftar Pustaka Geidam, dkk. 2002. Preliminary Phytochemical and Antibacterial Evaluation of Crude Aqueous Extract of Psidium Guajava Leaf. http://www.aseanbiodiversity.info/abstract/51007124.pdf Susanti, Rini. 2006. Pengaruh Tahapan Reaksi Terhadap Persentase Hasil Sintesis 1,3dibenzoiltiourea. http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/2:7537/q/pengarang:Rini%20/offset/90/limit/15 Maryati, dkk. 2008. Pemanfaatan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) Sebagai Alternatif Pengawet Telur Ayam Ras. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1708320329.pdf Gunawan, Didik. 2010. Jambu Biji. http://obtrando.files.wordpress.com/2010/06/jambu-biji1.pdf Anonim, 2010. Sirup Quersetin sebagai Obat Demam Berdarah. http://www.djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/90/Sirup-Quersetin-sebagai-ObatDemam-Berdarah/ Anonim. 2011. Tannin. http://en.wikipedia.org/wiki/Tannin Dedi. 2011. Laporan Fitofarmasi. http://www.scribd.com/doc/40226978/31755879-laporanfitofarmasi

You might also like