You are on page 1of 31

Alat-alat lab

Peralatan Titrasi
Posted by indigomorie on Aug 24, 2009 in Teori Dasar Titrasi | 3 comments

Agar kamu lebih mudah melakukkan titrasi maka sebaiknya kamu lebih familier dengan berbagai macam alat yang akan dipergunakan untuk titrasi. Dengan mengetahui fungsi daripada alat-alat tersebut maka diharapkan kamu bisa melakukkan dan menggunakan alat tersebut untuk keperluan titrasi yang lebih akurat. Sebagai contoh pada waktu menimbang zat yang dipakai untuk larutan standar biasanya para siswa ada yang menggunakan alas berupa kertas, padahal hal ini tidak boleh dilakukan, kamu bisa menggunakan gelas arloji sebagai alas untuk menimbang zat tersebut. Dengan demikian perhitungan akan menjadi lebih presisi. Peralatan yang umum dipakai untuk keperluan titrasi adalah buret dan statis, erlenmeyer, labu ukur, pipet ukur, gelas arloji, pipet tetes, dan karet penghisap. Gambar Alat Nama & Fungsi Buret Dan Statis Buret dipakai sebagai tempat titran, biasanya yang dipakai adalah buret dengan volume 50 mL. Skala 0 ada dibagian atas dan 50 ada di bawah. Statis dipakai untuk menahan buret (meletakkan buret) pada waktu titrasi. Erlenmeyer Erlenmeyer dipakai untuk meletakkan analit. Biasa yang dipergunakan untuk titrasi adalah ukuran 250 mL agar mudah dipegang dang lebih mudah melihat analit.

Pipet Ukur Untuk mengambil analit dengan volume tertentu misal 10, atau 25 mL maka gunakan pipet ukur, jangan menggunakan gelas ukur karena pipet ukur lebih presisi. Pipet ukur tersedia dalam banyak ukuran. Labu Ukur Alat ini dipakai untuk membuat larutan standar dengan volume tertentu misalnya 10, 25, 50 mL. Jangan gunakan beaker glass untuk membuat larutan standar sebab labu ukur lebih presisi.

Pipet Tetes Pipet tetes biasanya dipakai untuk mengambil indikator yang akan digunakan pada waktu titrasi.

Gelas Arloji Untuk alas pada waktu menimbang zat kimia (zat untuk larutan standar) maka jangan mengunakan kertas akan tetapi Anda harus meggunakan gelas arloji.

Karet Penghisap Gunakan karet penghisap untuk mengambil analit pada waktu Anda menggunakan pipet ukur. Jika analitnya tergolong zat yang tak berbahaya Anda bisa menghisapnya dengan mulut.

http://kimiaanalisa.web.id/peralatan-titrasi/

Bagaimana Membuat Larutan Standar?


Posted by indigomorie on Aug 18, 2009 in Teori Dasar Titrasi | 1 comment

1 comment Posted by indigomorie on Aug 18, 2009 in Teori Dasar Titrasi | 1 comment

Larutan standar dalam titrasi memegang peranan yang amat penting, hal ini disebabkan larutan ini telah diketahui konsentrasi secara pasti (artinya konsentrasi larutan standar adalah tepat dan akurat). Larutan standar merupakan istilah kimia yang menunjukkan bahwa suatu larutan telah diketahui konsentrasinya. Terdapat dua macam larutan standar yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan cara menimbang. Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:

Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit NaASO2 yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4, larutan iodine I2, dan cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2. Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat, isopropanol atau DMF. Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat Na2S2O3. Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam perklorat dan asam asetat. Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3. Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3 Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan natrium nitrit.

As2O3, asam bensoat, KBrO3, KHP, Na2CO3, NaCl, dan asam sulfanilik diatas adalah standar primer jadi senyawa ini ditimbang dengan berat tertentu kemudian dilarutkan dalam aquades dengan volume tertentu untuk didapatkan larutan standar primer. Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara mentitrasi dengan larutan standar primer. NaOH tidak dapat dipakai untuk standar primer disebabkan NaOH bersifat higroskopis oleh sebab itu maka NaOH harus dititrasi dahulu dengan KHP agar dapat dipakai sebagai standar primer. Begitu juga dengan H2SO4 dan HCl tidak bisa dipakai sebagai standar primer, supaya menjadi standar sekunder maka larutan ini dapat dititrasi dengan larutan standar primer NaCO3. Syarat senyawa yang dapat dijadikan standar primer: 1. Memiliki kemurnian 100% 2. Bersifat stabil pada suhu kamar dan stabil pada suhu pemanasan (pengeringan) disebabkan standar primer biasanya dipanaskan dahulu sebelum ditimbang. 3. Mudah didapatkan (tersedia diaman-mana). 4. Memiliki berat molekul yang tinggi (MR), hal ini untuk menghindari kesalahan relative pada saat menimbang. Menimbang dengan berat yang besar akan lebih mudah dan memiliki kesalahan yang kecil dibandingkan dengan menimbang sejumlah kecil zat tertentu. 5. Harus memenuhi kriteria syarat-syarat titrasi.
http://kimiaanalisa.web.id/bagaimana-membuat-larutan-standar/

Bilangan Titer
Posted by indigomorie on Aug 22, 2009 in Teori Dasar Titrasi | 1 comment

1 comment

Apabila nantinya kamu menjadi staff laboratorium atau apa aja yang kerjanya sering di laboratorium dan kamu sering melakukan titrasi dengan titran dan analit yang sama, maka ada baiknya kamu menentukan titer agar perhitungan kamu menjadi lebih mudah dan cepat. Titer didefinisikan sebagai: Berat analit (biasanya dalam satuan milligram) yang akan bereaksi dengan 1 mL titran Sebagai contoh bila larutan natrium hidroksida NaOH memiliki titer 3,65 mg HCl maka artinya tiap 1 mL larutan standar NaOH yang anda gunakan untuk menitrasi HCl akan tepat bereaksi dengan 3,65 mg HCl. Jika titrasi memerlukan 5 mL NaOH maka HCl yang bereaksi adalah 18,25 mg. Satuan titer dapat kita ganti dengan berbagai macam satuan tergantung keperluan kita seperti gram, atau mol dan sebagainya. Besar kecilnya nilai titer tergantung pada besar konsentrasi larutan standar. Titer 0,1 N NaOH dan 0,2 N NaOH terhadap HCl diatas tentu saja berbeda, jadi besarnya titer tergantung pada berapa konsentrasi larutan standar yang kita gunakan sehari-hari. Tentu saja penggunaan istilah titer hanya untuk nilai kepraktisan dalam perhitungan titrasi. Untuk melihat berbagai macam soal tentang titer kamu dapat melihatnya disini.

Mencari Nilai Titer AgNO3 dalam Bentuk mg Br/mL Menentukan Bilangan Titer K2Cr2O7 Dalam Bentuk Fe3O4 Mencari Nilai Titer EDTA dalam Bentuk BaO

http://kimiaanalisa.web.id/bilangan-titer/

Klasifikasi Metode Analisis Volumetri


2 comments Posted by indigomorie on Aug 20, 2009 in Teori Dasar Titrasi | 2 comments

Titrasi ada kalanya orang menyebut sebagai metode volumetric, hal ini disebabkan pengukuran volume larutan dalam titrasi memegang peranan yang penting. Dari pengambilan analit dengan volume tertentu hingga pembacaan volume titran yang habis dipakai untuk titrasi mempengaruhi semua hasil analisis. Oleh sebab itu penggunaan peralatan yang tepat dalam titrasi juga tidak boleh disepelekan. Metode Volumetri dibedakan atas jenis-jenis reaksi yang terlibat antara titran dan analit yaitu:

Asam-Basa. Terdapat banyak senyawa asam dan basa yang dapat ditentukan secara titrasi. Baik asam kuat atau basa kuat, titik akhir titrasipun sangat mudah diamati dengan penggunaan indicator asam basa seperti fenolphtalein (PP), metal merah, metal orange, dan lainnya. Pada saat titik equivalent diperoleh maka larutan bersifat netral akan tetapi dengan penambahan sedikit titran untuk mencapai titik akhir titrasi maka cukup untuk mengubah warna indicator asam basa. Cara lain adalah dengan menggunakan pHmeter. Asam lemah dan basa lemah juga dapat dititrasi begitu juga dengan asam organic yang dititrasi dengan pelarut non-air. Reduksi-Oksidasi . Zat yang bersifat oksidator seperti KMnO4, K2CrO4, I2, dan zat yang bersifat reduktor seperti H2C2O4, Fe2+, Sn2+ dapat ditentukan dengan metode titrasi ini. Reaksi redoks terlibat saat titran dan analit bereaksi. Beberapa metode titrasi redoks tidak membutuhkan indicator untuk melihat titik akhir titrasi seperti titrasi antara KMnO4 dan H2C2O4 disebabkan KMnO4 itu sendiri sudah berwarna. Amylum biasanya dipakai untuk titrasi yang melibatkan I2. Kompleksometri. Reaksi pembentukan kompleks antara EDTA dan ion logam mendasari metode ini. EDTA merupakan jenis titrant yang banyak dipakai untuk titrasi kompleksometri dan bereaksi dengan banyak logam, reaksinyapun dapat dikontrol dengan mengontrol pH larutan. Pengendapan. Reaksi pembentukan endapan menjadi dasar metode ini. Titran dan analit bereaksi membentuk endapan seperti penentuan ion klorida dengan menggunakan titran AgNO3. Indikator dapat digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi misalnya K2CrO4 untuk titrasi yang menggunakan titran perak nitrat.

Sumber gambar: www.sxc.hu


http://kimiaanalisa.web.id/klasifikasi-metode-analisis-volumetri/

Apa itu Titrasi?


Posted by indigomorie on Aug 18, 2009 in Teori Dasar Titrasi | 1 comment

Mempelajari titrasi amatlah penting bagi mahasiswa yang mengambil jurusan kimia dan bidangbidang yang berhubungan dengannya. Titrasi sampai sekarang masih banyak dipakai di laboratorium industri disebabkan teknik ini cepat dan tidak membutuhkan banyak reagen. Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat. Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis volumetri. Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di dalam buret (lihat gambar) dan larutan ini disebut sebagai larutan standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di Erlenmeyer (lihat gambar) dan larutan ini disebut sebagai analit. Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalen. Mungkin kamu bertanya apabila kita menggunakan dua buah larutan yang tidak bewarna seperti H2SO4 dan NaOH dalam titrasi, bagaimana kita bisa menentukan titik equivalent? Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang umum adalah dengan menggunakan indicator. Indikator akan berubah warna dengan adanya penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung menghentikan proses titrasi. Sebagai contoh titrasi H2SO4 dengan NaOH digunakan indicator fenolpthalein (pp). Bila semua larutan H2SO4 telah habis bereaksi dengan NaOH maka adanya penambahan sedikit mungkin NaOH larutan akan berubah warna menjadi merah mudah. Bila telah terjadi hal yang demikian maka titrasi pun kita hentikan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya berubahan warna indicator disebut sebagai titik akhit titrasi. Titrasi yang bagus memiliki titik equivalent yang berdekatan dengan titik akhir titrasi dan kalau bisa sama.

Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus: V.N titran = V.N analit Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan molaritas (M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna (reagen sama-sama habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalen bukan mol. Mol-equivalen dihasilkan dari perkalian normalitas dengan volume. Tidak semua zat bisa ditentukan dengan cara titrasi akan tetapi kita harus memperhatikan syaratsyarat titrasi untuk mengetahui zat apa saja yang dapat ditentukan dengan metode titrasi untuk berbagai jenis titrasi yang ada. Mengenal berbagai macam peralatan yang dipergunakan dalam titrasipun sangat berguna agar kita mahir melakukan teknik titrasi. Sumber gambar : answer.com
Share and Enjoy:

3 Responses to Apa itu Titrasi?


Trackbacks/Pingbacks 1. Kimia Analisa Klasifikasi Metode Analisis Volumetri - [...] 2009, 16:27 This news item was posted in Teori Dasar Titrasi category and has 0 Comments so far. Titrasi ... 2. bilangan titer | Kimia Analisa - [...] staff laboratorium atau apa aja yang kerjanya sering di laboratorium dan kamu sering melakukan titrasi dengan titran dan analit ... 3. peralatan titrasi | Kimia Analisa - [...] posted in Teori Dasar Titrasi category and has 0 Comments so far. Agar kamu lebih mudah melakukkan titrasi maka ... 4. Titrasi Asam Basa: Asam Lemah VS Basa Kuat | Kimia Analisa - [...] kurva titrasi antara 0,1 M HOAc 50 mL dengan 0,1 M NaOH 50 mL dapat digambarkan sebagai berikut: Kurva ... 5. Titrasi Pengendapan: Argentometri | Kimia Analisa - [...] was posted in Titrasi Pengendapan category and has 0 Comments so far. Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan ... 6. Argentometri Metode Mohr | Kimia Analisa - [...] and has 0 Comments so far. Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan ... 7. Titrasi Redoks | Kimia Analisa - [...] Titrasi redoks melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi antara titrant dan analit.Titrasi redoks banyak dipergunakan untuk penentuan kadar logam atau ... 8. Penentuan Titik Akhir Titrasi Redoks | Kimia Analisa - [...] yang telah kita ketahui bahwa titik akhir titrasi (TAT) redoks dapat dilakukan dengan megukur potensial larutan dan dengan menggunakan ...

http://kimiaanalisa.web.id/apa-itu-titrasi/

Syarat Memilih Titran dan Analit Untuk Titrasi


Posted by indigomorie on Aug 18, 2009 in Teori Dasar Titrasi | 1 comment

Seperti yang telah kita ketahui dalam titrasi senyawa yang tidak diketahui konsentrasinya (analit) dititrasi dengan larutan standar (titran) sampai diperoleh titik akhir titrasi. Karena titran sudah diketahui konsentrasinya maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan analit dengan mudah. Tidak semua zat/senyawa yang ada dalam bentuk larutannya dapat ditentukan dengan metode titrasi. Terdapat beberap hal (syarat) agar kita dapat menentukan sesuatu dengan cara titrasi. Syarat-syarat tersebut adalah: 1. Reaksi antara titran dengan analit harus stoikiometri. Artinya reaksi keduanya dapat ditulis dalam persamaan reaksi yang telah diketahui dengan pasti. Jadi produk reaksi antara titran dan analit diketahui secara pasti sehingga kita dapat menulis dan menyetarakan reaksinya. Sebagai contoh reaksi antara HCl dengan KOH dapat ditulis secara pasti sebagai berikut: HCl + KOH -> KCl + H2O 2. Reaksi antara titran dan analit harus berlangsung dengan cepat, hall ini untuk memastikan proses titrasi cepat berlangsung dan titik equivalent cepat diketahui. 3. Tidak ada reaksi lain yang mengganggu reaksi antara titran dan analit. Bila ada zat-zat pengganggu maka zat tersebut harus dihilangkan. Sebagai contoh bila kita melakukan titrasi asam asetat dengan NaOH maka tidak boleh ada asam lain seperti H2SO4 yang nantinya akan mengganggu reaksi antara asam asetat dan NaOH 4. Bila reaksi antara titran dengan analit telah berjalan dengan sempurna (artinya titran dan analit sama-sama habis bereaksi) maka harus ada sesuatu yang dapat dipergunakan untuk penanda keadaan ini. Perubahan ini bisa berupa berubahnya warna larutan, perubahan arus listrik, ataupun perubahan sifat fisik larutan yang lain. Perubahan ini dalam titrasi asam basa bisa dipergunakan indicator tapi yang perlu diingat jarak antara titik akhir titrasi dengan titik equivalent harus berdekatan. 5. Kesetimbangan reaksi harus mengarah jauh ke pembentukan produk sehingga dapat diukur secara kuantitatif. Bila reaksi tidak mengarah jauh ke pembentukan produk maka akan sulit untuk menentukan titik akhir titrasi. Itulah syarat-syarat analit yang harus diperhatikan bila kita melakukan berbagai macam jenis titrasi ataupun memilih zat untuk dijadikan sebagai larutan standar. One Response to Syarat Memilih Titran dan Analit Untuk Titrasi

Trackbacks/Pingbacks 1. iodometri | Kimia Analisa - [...] kita menitrasi langsung antara tiosulfat dengan analit? Beberapa alasan yang dapat dijabarkan adalah karena analit yang bersifat sebagai oksidator ...

http://kimiaanalisa.web.id/syarat-memilih-titran-dan-analit-untuk-titrasi/

Titrasi Asam Basa: Basa Lemah Vs Asam Kuat


2 comments Posted by indigomorie on Sep 22, 2009 in Titrasi Asam Basa | 2 comments Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan basa kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL dimana reaksinya dapat ditulis sebagai: NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O Kurva titrasinya dapat ditulis sebagai berikut:

Kurva titrasi 0,1 M NH4OH dengan 0,1 M HCl

Pada awal titrasi dalam Erlenmeyer hanya terdapat NH4OH, karena NH4OH adalah basa lemah maka tidak semua akan terionisasi untuk mencari pH nya maka kita gunakan rumus:

[OH-] = (10exp-5 x 0,1 )exp1/2 [OH-] = 10-3 M pH = 11 Setelah titrasi berlangsung maka akan terbentuk sistem buffer disebabkan dalam larutan sekarang terdapat NH4OH dan NH4Cl. Pada saat ini kurva titrasi berada pada daerah yang landai dan pH larutan ditentukan oleh pebandingan [NH4Cl]/[NH4OH]. Pada titik tengah titrasi yaitu setengah jumlah mol baik HCl dan NH4OH bereaksi maka [NH4Cl] akan sama dengan [NH4OH] akibatnya pH akan sama dengan pKb (ingat persamaan Henderson-Hasselbalch. Kb NH4OH adalah 10-5.

pH = pKb = 5 Pada saat titik ekuivalen dicapai maka dalam larutan sekarang hanya terdapat NH4Cl adalah garam dari asam kuat dan basa lemah sehingga dalam larutan akan terhidrolisis parsial dengan reaksi sebagai berikut: NH4Cl -> NH4+ + ClNH4+ + H2O -> NH4OH + H+ Dalam larutan sekarang akan bersifat asam disebabkan terdapat H+ dari hidrolisis parsial NH4Cl. pH larutan dapat dihitung dengan persamaan:

[H+] = { (10exp-14/10exp-5) }exp1/2 . 0,05 [H+] = 7.07.10-6 M

pH = 5,15 karena pH pada titik ekuivalen titrasi NH4OH dengan HCl jatuh pada kisaran pH 5,15 maka indicator yang memenuhi trayek pH ini adalah metil merah yang memiliki trayek pH 4,4 sampai dengan 6,2 atau juga bisa digunakan metil orange (MO) yang trayek pHnya 3,1 4,4.
http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-asam-basa-basa-lemah-vs-asam-kuat/

Titrasi Asam Basa: Asam Lemah VS Basa Kuat


2 comments Posted by indigomorie on Sep 22, 2009 in Titrasi Asam Basa | 2 comments

Asam lemah yang dicontohkan disini adalah asam asetat CH3COOH (biasanya kita singkat menjadi HOAc) dan dititrasi dengan basa kuat NaOH. Reaksi yang terjadi dapat ditulis sebagai berikut: HOAc + NaOH -> NaOAC + H2O Dan kurva titrasi antara 0,1 M HOAc 50 mL dengan 0,1 M NaOH 50 mL dapat digambarkan sebagai berikut:

Kurva titrasi 0,1 M CH3COOH dengan 0,1 M NaOH

Pada saat sebelum titrasi dalam Erlenmeyer hanya terdapat asam asetat. HOAc adalah asam lemah sehingga dalam laruta tidak terdisosiasi sempurna, dan untuk mencari konsentrasi H+ nya kita menggunaka rumus pH asam lemah. 0,1 M HOAc dengan volume 50 mL memiliki pH sekitar 3. pH dihitung dengan rumus:

Setelah titrasi dijalankan dengan penambahan sedikit demi sedikit NaOH maa dalam larutan akan terbentuk NaOAc sebagai hasil reaksi antara NaOH dan HOAc. Dalam larutan sekarang terdapat HOAc yang belum bereaksi serta NaOAc sehingga terbentuk sistem buffer. pH larutan pun sedikit demi sedikit beranjak naik sebagai fungsi perubahan perbandingan [OAc-]/[HOAc]. Penambahan 10 mL NaOH 0,1 M pada analit HOAc akan merubah pH larutan menjadi 4,3 (hitung pH dengan persamaan Henderson-Hasselbalch).

pH = 5 + log 0,0167/0,067 pH = 4,3 Pada titik tengah titrasi dimana setengah dari jumlah total mol baik NaOH dan HOAc telah bereaksi maka konsentrasi OAc- akan sama dengan konsentrasi HOAc ( [OAC-] = [HOAc] ) sehingga pH nya akan sama dengan pKa yaitu 5.

pH = 5 + log 0,033/0,33 pH = 5 Pada titik ekuivalen, HOAc habis bereaksi dan sekarang kita mempunyai larutan NaOAc. NaOAc adalah garam yang dibangun dari basa kuat dan asam lemah, sehingga dalam air akan terhidrolisis sebagian dengan reaksi sebagai berikut: NaOAc -> Na+ + OAcOAc- + H2O -> HOAc + OH-

Adanya OH- sebagai akibat hidrolisis parsial NaOAc akan menyebabkan pH larutan menjadi bersifat basa, sehingga pH pada titik ekuivalen titrasi asam lemah dan basa kuat adalah basa, dan pHnya ditentukan oleh konsentrasi NaOAc.

[OH-] = { (10exp-14/10exp-50 }exp1/2 . 0,05 [OH-] = 7.07.10-6 M pOH = -log 7.07.10-6 M = 5,15 pH = 14 5,15 = 8,85 Jadi pH larutan pada saat titik ekuivalen adalah 8,85. pH ini adalah berada pada trayek pH indicator pp oleh sebab itu titrasi asam asetat dengan NaOH dipakai indicator pp. Jika indicator MO dipakai maka warnanya akan berubah begitu titrasi dimulai dan secara gradual berubah menjadi warna pada kondisi basa pada sekitar pH diatas 6 sebelum titik akhir titrasi di capai. Oleh sebab itulah maka indicator titrasi asam lemah yang diapaki adalah indicator yang memiliki transisi perubahan warna pada kisaran pH 7 sampai 10 dan indicator pp memenuhi kriteria ini. Dengan penambahan NaOH maka OH- dari hasil hidrolisis NaOAc dapat diabaikan sebab OHdari NaOH yang akan mendominasi. Oleh sebab itu adanya penambahan NaOH maka pHnya ditentukan oleh konsentrasi OH- dari NaOH dengan demikian pHnya semakin naik ke pH basa.
http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-asam-basa-asam-lemah-vs-basa-kuat/

Titrasi Asam Basa: Asam Kuat VS Basa Kuat


3 comments Posted by indigomorie on Sep 22, 2009 in Titrasi Asam Basa | 3 comments

Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan. Sebagai contoh titrasi asam kuat dan basa kuat adalah titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

HCl + NaOH -> NaCl + H2O H+ + OH- -> H2O

Reaksi umum yang terjadi pada titrasi asam basa dapat ditulis sesuai dengan reaksi kedua diatas. Ion H+ bereaksi dengan OH- membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi pada titik ekuivalen pH larutan adalah netral. Kurva titrasi antara 50 mL HCl 0,1 M dengan 50 mL NaOH 0,1 M dapat ditunjukkan dengan gambar berikut ini:

Kurva Titrasi 0,1 M HCl dengan 0,1 M NaOH Pada awal sebelum titrasi berlangsung maka dalam Erlenmeyer hanya terdapat 0,1 M HCl shingga pH larutan adalah 1. Selanjutnya setelah proses titrasi berlangsung maka pH meningkat sedikit demi sedikit dikarenakan jumlah H+ yang semakin berkurang. Sebagai perbandingan saja jika 90% HCl telah bereaksi dengan NaOH maka konsentrasi H+ dalam larutan berkisar 5,3.10-3 M dan pHnya adalah 2,3, dan secara gradual pHnya akan meningkat sampai pada saat titik ekuivalen diperoleh. Pada titik ekuivalen maka pH larutan adalah sama dengan 7, dalam larutan hanya terdapat NaCl dan H2O. Penambahan NaOH selanjutnya akan membuat pH semakin meningkat dari konsentrasi 10-7 M untuk OH- hingga bisa mencapai 10-3 M hanya dengan penambahan 5 mL NaOH saja. Pada kurva titrasi diatas ditunjukkan 2 penggunaan indicator yaitu metil orange (MO) dan fenolthalein (PP). Untuk titrasi HCl dan NaOH diatas maka digunakan indicator pp disebabkan trayek pH indicator pp adalah 8,3 10 dimana trayek pH ini adalah dekat dengan pH titik ekuivalen titrasi HCl-NaOH yaitu pada pH 7. Pemilihan indicator yang baik adalah setidaktidaknya antara -1 pH titik ekuivalen sampai dengan +1 pH titik ekuivalen. Indikator lain yang bisa dipakai adalah Bromothymol blue.

Jika kita pergunakan indicator MO maka titik akhir titrasi akan terjadi terlebih dahulu sebelum titik ekuivalen tercapai. Hal ini tentu saja akan membuat perhitungan analisa kita jauh dari akurat. Bila yang dipergunakan sebagai titer adalah HCl maka kurva titrasinya adalah kebalikan dari kurva titrasi HCl-NaOH diatas.
http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-asam-basa-asam-kuat-vs-basa-kuat/

subscribe: Posts | Comments


search the site

Menentukan Bilangan Saponifikasi/Penyabunan Dengan Titrasi Asam Basa share

this Titrasi Asam Basa: Asam Kuat VS Basa Kuat

Mencari Trayek pH Indikator untuk Titrasi Asam Basa


0 comments

Posted by indigomorie on Sep 20, 2009 in Titrasi Asam Basa | 0 comments

Indikator untuk titrasi asam basa memegang peranan yang amat penting disebabkan indicator ini akan menunjukkan kita dimana titik akhir titrasi berlangsung. Pemilihan indicator yang tepat akan sangat membantu dalam keberhasilan titrasi yang akan kita lakukan. Jangan sampai kita salah memilih indicator yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam penentuan titik akhir titrasi. Untuk memilih indicator yang akan dipakai pada titrasi asam basa maka terlebih dahulu kita harus memperhatikan trayek pH indicator tersebut. Misalkan kita memiliki indicator asam lemah HIn dimana bentuk takterionisasinya berwarna merah sedangkan bentuk terionisasinya berwarna kuning.

HIn <-> H+ + InMerah Kuning

Perubahan warna HIn terjadi pada kisaran pH tertentu. Perubahan ini tampak bergantung pada kejelihan penglihatan orang yang melakukan titrasi. Untuk warna indicator yang terjadi akibat terbentuknya dari transisi kedua warna (misal HIn berubah dari warna merah ke kuning maka kemungkinan warna transisinya adalah oranye), maka umumnya hanya satu warna yang akan teramati jika perbandingan kedua konsentrasi adalah 10:1 jadi hanya warna dengan konsentrasi yang paling tinggi yang akan terlihat. Sebagai contoh jika hanya warna kuning yang terlihat maka konsentrasi [In-]/[HIn] = 10/1 dan jika kita masukkan ke persamaan Henderson-Hasselbalch diperoleh pH = pKa + log 10/1 = pKa + 1 dan jika hanya warna merah yang terlihat maka konsentrasi [In]/HIn] = 1/10 sehingga: pH = pKa + log 1/10 = pKa 1 Jadi pH indicator akan berubah dari kisaran warna yang satu dengan yang lain adalah berkisar antara pKa-1 sampai dengan pKa + 1, dan pada titik tengah daerah transisi perubahan warna indicator konsentrasi [In-] akan sama dengan [HIn] oleh sebab itu pH = pKa. Dengan demikian kita dapat memilih suatu indicator dengan cara mimilih indicator yang nilai pKa-nya adalah mendekati nilai pH pada titik ekuivalen atau untuk pH indicator dari basa lemah nilai pKb-nya yang mendekati nilai pH ekuivalen. Contoh indicator pp yang dipakai untuk titrasi asam kuat dan basa kuat atau asam lemah dan basa kuat, indikato metil merah yang dipakai untuk titrasi basa lemah dan asam kuat. Beberapa contoh indicator dan perubahan warnanya adalah sebagai berikut: (sumber: wikipedia.org).

http://kimiaanalisa.web.id/mencari-trayek-ph-indikator-untuk-titrasi-asam-basa/

Menentukan Bilangan Titer K2Cr2O7 Dalam Bentuk Fe3O4


0 comments Posted by indigomorie on Aug 22, 2009 in Soal Titrasi Dasar | 0 comments Suatu larutan standar K2Cr2O7 memiliki konsentrasi 2,721 g/L. Hitung nilai titernya dalam satuan mg Fe3O4 untuk reaksi berikut ini:

Fe2+ + Cr2O72- + H+ -> Fe3+ + Cr3+ + H2O Jawab: Kita harus menyetarakan reaksi diatas. 6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ -> 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O Molaritas larutan K2Cr2O7 adalah: = mol/volume = ( 2,721/294 ) mol / 1 L = 9,255 x 10-3 M Sesuai definisi titer yang menyatakan bahwa Berat analit (biasanya dalam satuan milligram) yang akan bereaksi dengan 1 mL titran maka: Dalam tiap 1 mL K2Cr2O7 terdapat 9,255 x 10-3 mmol K2Cr2O7 yang akan bereaksi membentuk Fe3+ sebanyak: Mol Fe3+ = 6/1 x 9,255 x 10-3 mmol K2Cr2O7 = 0,0555 mmol Karena yang diminta dalam satuan Fe3O4 maka: 3Fe3+ + 2O2 -> Fe3O4 Maka sesuai reaksi diatas diperoleh Mol Fe3O4 = 1/3 x 0,0555 mmol = 0.0185 mmol Massa Fe3O4 = 0,0185 x 231,54 = 4,2835 mg

Jadi nilai titernya untuk larutan standar K2Cr2O7 memiliki konsentrasi 2,721 g/L adalah 4,2835 mg Fe3O4.
http://kimiaanalisa.web.id/menentukan-bilangan-titer-k2cr2o7-dalam-bentuk-fe3o4/

subscribe: Posts | Comments


search the site

Mencari Nilai Titer AgNO3 dalam Bentuk mg Br/mL share

this Menentukan Bilangan Titer K2Cr2O7 Dalam Bentuk Fe3O4

Mencari Nilai Titer EDTA dalam Bentuk BaO


0 comments

Posted by indigomorie on Aug 22, 2009 in Soal Titrasi Dasar | 0 comments Berapakah nilai titer 0,100 M EDTA dalam mg BaO? Jawab: EDTA merupakan agen pengkelat yang dapat yang memiliki 6 titik ikatan untuk setiap molekulnya. Apabila dia bereaksi dengan ion logam seperti Ba2+ maka akan terbentuk senyawa kompleks Ba-EDTA dimana 6 titik pengikat yang dimiliki EDTA semuanya akan mengikat ion Ba dengan arah tertentu (membentuk seperti bentuk octahedral) jadi reaksi stoikiometrinya adalah 1:1. Dan Biasanya EDTA terdapat dalam bentuk garam natriumnya yang lebih mudah larut. Reaksi secara sederhana dapat ditulis sebagai: Na2-EDTA + Ba2+ -> Ba-EDTA + 2 Na+ Dalam 1 mL larutan 0,100 M EDTA terdapat mol:

= vol x M = 1 x 0,100 = 0,100 mmol Mol Ba2+ = 1/1 x 0,100 mmol = 0,100 mmol Karena yang diminta dalam bentuk BaO maka: Misalkan sebelum titrasi analit yang dipakai adalah BaO, BaO dilarutkan dala HCl untuk diperoleh garamnya sehingga: BaO + 2HCl -> BaCl2 + H2O BaCl2 -> Ba2+ + 2ClDari persamaan diatas maka dapat diketahui bahwa perbandingan mol Ba2+ dan BaO adalah 1:1 sehingga Mol BaO = 1/1 x mol Ba2+ = 1/1 x 0,100 mmol = 0,100 mmol Massa BaO = mol x Mr = 0,100 x 153 = 15,3 mg Jadi nilai titer 0,100 M EDTA adalah 15,3 mg BaO/mL 0,100 EDTA.
http://kimiaanalisa.web.id/mencari-nilai-titer-edta-dalam-bentuk-bao/

Mencari Nilai Titer AgNO3 dalam Bentuk mg Br/mL


0 comments Posted by indigomorie on Aug 22, 2009 in Soal Titrasi Dasar | 0 comments

Jika nilai titer larutan AgNO3 adalah 22,7 mg Cl/mL maka hitunglah berapa nilai titer larutan standar yang sama dalam bentuk mg Br/mL? Jawab: Reaksi Antara AgNO3 dan Cl AgNO3 + Cl- -> AgCl + NO3Nilai titer AgNO3 adalah 22,7 Cl/mL artinya setiap 1 mL larutan AgNO3 akan bereaksi dengan 22,7 mg Cl sehingga Mol Cl = 22,7 / 35,5 = 0,639 mmol Mol AgNO3 sesuai reaksi diatas = 1/1 x 0,639 mmol = 0,639 mmol Reaksi antara AgNO3 dan BrAgNO3 + Br- -> AgBr+ NO3Mol Br adalah = 1/1 x 0,639 mmol = 0,639 mmol Massa Br

= mol x Ar = 0,639 mmol x 80 = 51,12 mg Jadi Titer AgNO3 adalah 51,12 Br/mL
http://kimiaanalisa.web.id/mencari-nilai-titer-agno3-dalam-bentuk-mg-brml/

Titrasi Campuran Dua Basa Na2CO3 dan NaHCO3


0 comments Posted by indigomorie on Jul 14, 2010 in Soal Titrasi Asam Basa | 0 comments

Suatu padatan cuplikan hanya mengandung 1.372 g Na2CO3 dan NaHCO3. Ditritrasi dengan larutan standar 0.7344 N HCl dan membutuhkan total 29.11 untuk melesaikan titrasi tersebut. Hitung massa masing-masing komponen dalam campuran? Jawab: Campuran basa dapat ditritrasi dengan menggunakan asam dengan syarat perbedaan antara Kb basa pertama dan Kb basa kedua minimal adalah 10exp4. Reaksi yang terjadi pada waktu melakukan titrasi diatas adalah sebagai berikut: Na2CO3 + 2 HCl -> 2 NaCl + H2O + CO2 NaHCO3 + HCl -> NaCl + H2O + CO2 Misalkan massa Na2CO3 adalah x gram maka massa NaHCO3 adalah 1.372-x gram dan masingmasing mol dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: mol Na2CO3 = x/105.99 mol mol NaHCO3 = (1.372-x)/84.01 mol Total mol HCl yang diperlukan untuk bereaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3 adalah sebagai berikut: mol ekuivalen HCl = (0.029 L)(0.7344 M) = 0.02138 mol mol HCl = 0.02138 mol Dari persamaan reaksi diketahui bahwa:

2 mol Na2CO3 + 1 mol NaHCO3 = 0.02138 mol maka : 2(x/105.99 mol) + [(1.372 x)/84.01 mol] = 0.02138 mol penyelesaian persamaan diatas akan diperoleh hasil bahwa : x = Na2CO3 = 0.724 gram NaHCO3 = 0.648 gram
http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-campuran-dua-basa-na2co3-dan-nahco3/

Menentukan Bilangan Saponifikasi/Penyabunan Dengan Titrasi Asam Basa


2 comments Posted by indigomorie on Sep 5, 2009 in Soal Titrasi Asam Basa | 2 comments

Bilangan saponifikasi didefinisikan sebagai milligram KOH yang diperlukan untuk menitrasi 1 gram lemak dengan reaksi:

0,10 gram mentega dititrasi dengan menggunakan 25 mL KOH 0,250 N. Setelah proses saponifikasi berlangsung sempurna maka KOH yang tidak bereaksi dengan mentega dititrasi dengan 0,250 N HCl dan membutuhkan 9,26 mL. Berapakah bilangan saponifikasi/bilanga penyabunan dari mentega tersebut? Dan hitung pula berapa berat formula lemak dalam mentega tersebut (asumsikan semua mentega adalah lemak). Jawab:

Metode titrasi diatas sering dilakukan pada industri minyak goreng dan sabun. Hal ini penting untuk mengetahui jumlah total lemak dan asam lemak dalam minyak. Titrasi yang dipakai adalah titrasi kembali, jadi KOH awal adalah berlebih dan kelebihan KOH yang tidak bereaksi dengan lemak dititrasi dengan HCl menggunakan indicator pp. Jumlah mol KOH awal dikurangi mol KOH yang bereaksi dengan KOH adalah jumlah mol KOH yang bereaksi dengan lemak. Keseluruhan reaksi dapat ditulis:

HCl + KOH -> KCl + H2O Mol-eq KOH awal = V.N = 25 mL x 0,25 N = 6,25 mmol-eq = 6,25 mmol Mol KOH yang bereaksi dengan HCl diperoleh: = V.N HCl = 0,25 mL x 9,25 mL = 2,3125 mmol-eq = 2,3125 mmol Jadi mol KOH yang bereaksi dengan lema adalah = 6,25 mmol 2,3125 mmol = 3,9375 mmol Massa KOH = mole x Mr

= 3,9375 x 56 = 220,5 mg Bilangan saponifikasi/penyabunan didefinisikan sebagai mg KOH yang bereaksi dengan 1 gram lmak. Dari perhitungan diatas 220,5 mg KOH bereaksi dengan 1,10 g lemak jadi bilangan saponifikasinya: = 1 g/ 110 g x 220,5 mg = 200,5 mg Jadi cara membaca bilanga diatas adalah: setiap gram lemak akan bereaksi dengan 200,5 mg KOH. Untuk mencari berat formula lemak maka tinggal membagi massa lemak dengan molnya sehingga diperoleh: Mol lemak (diperoleh dari reaksi diatas) = 1/3 x mol KOH = 1/3 x 3,9375 mmol = 1,3125 mmol Dan berat formula lemak = 1,10/ 1,3125.10-3 = 838,1 gram/mol Jadi dari prhitungan diatas bilangan saponifikasi mentega diatas adalah 200,5 dan berat formula lemaknya adalah 838,1 gram/mol.
http://kimiaanalisa.web.id/menentukan-bilangan-saponifikasipenyabunan-dengan-titrasi-asam-basa/

Menghitung Volume H2SO4 Yang Dibutuhkan Untuk Titrasi Dengan LiOH


0 comments Posted by indigomorie on Sep 5, 2009 in Soal Titrasi Asam Basa | 0 comments

Berapa volume 0,310 N H2SO4 yang dibutuhkan untuk menitrasi 0,293 g LiOH yang memiliki kemurnian 90%? Jawab: Ini adalah contoh soal titrasi asam basa. H2SO4 sebagai asam dan LiOH sebagai basa. Soal ditrasi seperti ini dengan mudah dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus VN asam = VN basa. Dan reaksinya: 2LiOH + H2SO4 -> Li2SO4 + 2H2O Massa 90% LiOH yang sebenarnya dalam 0,293 g adalah = 90% x 0,293 g = 0,2637 g Mol LiOH = massa/Mr = 0,2637 / 24 = 0,0122 mol Dan mole ekuivalen LiOH adalah = 0,0122 x 1 = 0,0122 mol-eq Pada saat titik ekuivalen maka mol-eq H2SO4 akan sama dengan mol-eq LiOH shingga: Mol-eq H2SO4 = mol-eq LiOH V x N = 0,0122 mol-eq V x 0,310 = 0,0122 V = 0,0394 L = 39,4 mL Jadi volum 0,310 N H2SO4 yang dibutuhkan adalah 39,4 mL
http://kimiaanalisa.web.id/menghitung-volume-h2so4-yang-dibutuhkan-untuk-titrasi-dengan-lioh/

Menghitung Prosentase KH2PO4 Dengan Titrasi Asam Basa


0 comments Posted by indigomorie on Sep 5, 2009 in Soal Titrasi Asam Basa | 0 comments Suatu sample 0,492 g KH2PO4 dititrasi dengan menggunakan 0,112 N NaOH dan membutuhkan 25,6 mL. Hitunglah prosentase kemurnian KH2PO4 jika reaksi yang terjadi adalah: KH2PO4 + NaOH -> KNaHPO4 + H2O Jawab: Untuk perhitungan titrasi maka kita dapat menggunakan rumus VN asam = VN basa. Karena VxN adalah sama dengan mol-ekuivaln maka pada waktu titik ekuivalen terjadi maka mol-eq asam sama dengan mol-eq basa, sehingga: mol-eq KH2PO4 = mol-eq NaOH mol-eq KH2PO4 = 0,112 N x 25,6 mL mol-eq KH2PO4 = 2,8672 mmol-eq dari reaksi diatas KH2PO4 melpas 1 H+ untuk bereaksi dengan NaOH maka kita harus mengubahnya dari mmol-eq mnjadi mmol mole KH2PO4 = mmol-eq /1 = 2,8672 mmol-eq/1 = 2,8672 mmol massa KH2PO4 = mole x Mr = 2,8672 x 136 = 389,94 mg Prosentase H2PO4 dihitung sebagai berikut: = 389,94 mg / 492 mg x 100% = 79,26% Jadi prosentase KH2PO4 dari sample tersebut adalah 79,26%

http://kimiaanalisa.web.id/menghitung-prosentase-kh2po4-dengan-titrasi-asam-basa/

http://chemistrylaboratorysma1.blogspot.com/2009/08/pengenalan-alat-alat-laboratoriumkimia.html

Laboratorium Kimia SMA YPPI-1


Pengenalan Alat-alat Laboratorium Kimia undefined undefined

Sebelum mulai melakukan praktikum di laboratorium, praktikan harus mengenal dan memahami cara penggunaan semua peralatan dasar yang biasa digunakan dalam laboratorium kimia serta menerapkan di laboratorium. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang akan digunakan Praktikum.

Gambar 1 menunjukkan contoh peralatan gelas laboratorium.

1. Labu Takar Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam ukuran. 2. Gelas Ukur Digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniscus pada saat pembacaan skala. 3. Gelas Beker Alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun ralatnya cukup besar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solven/pelarut atau untuk memekatkan. 4. Pengaduk Gelas

Digunakan untuk mengaduk suatu campuran atau larutan kimia pada waktu melakukan reaksi kimia. Digunakan juga untuk menolong pada waktu menuangkan/mendekantir cairan dalam proses penyaringan. 5. Botol Pencuci Bahan terbuat dari plastic. Merupakan botol tempat akuades, yang digunakan untuk mencuci, atau membantu pada saat pengenceran. 6. Corong Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastic. Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah dengan mulut sempit, seperti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya. 7. Erlenmeyer Alat ini bukan alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat gelas tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan dititrasi.Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan. 8. Tabung Reaksi Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan. Digunakan untuk mereaksikan zat zat kimia dalam jumlah sedikit. 9. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi Rak terbuat dari kayu atau logam. Digunakan sebagai tempat meletakkan tabung reaksi. 10.Kawat Kasa Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alas saat memanaskan alat gelas dengan alat pemanas/kompor listrik. 11.Penjepit Penjepit logam, digunakan untuk menjepit tabung reaksi pada saat pemanasan, atau untuk membantu mengambil kertas saring atau benda lain pada kondisipanas. 12.Spatula Terbuat dari bahan logam dan digunakan untuk alat Bantu mengambil bahan padat atau kristal. 13.Kertas Lakmus Merupakan indikator berbentuk kertas lembaran-lembaran kecil, berwarna merah dan biru. Indikator yang lain ada yang berbentuk cair missal indikator Phenolphtalein (PP), methyl orange (MO) dan sebagainya. Merupakan alat untuk mengukur atau mengetahui tingkat keasaman (pH) larutan. 14.Gelas Arloji Terbuat dari gelas. Digunakan untuk tempat zat yang akan ditimbang. 15.Cawan Porselein Alat ini digunakan untuk wadah suatu zat yang akan diuapkan dengan pemanasan. 16.Pipet Tetes Digunakan untuk mengambil bahan berbentuk larutan dalam jumlah yang kecil. 17.Sikat Sikat dipergunakan untuk membersihkan (mencuci) tabung. 18 Pipet Ukur Adalah alat yang terbuat dari gelas, berbentuk seperti gambar di bawah ini. Pipet ini memiliki skala. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan, jangan dihisap

dengan mulut. 19.Pipet Gondok Pipet ini berbentuk seperti dibawah ini. Digunkan untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan propipet atau pipet pump untuk menyedot larutan 20.Buret Terbuat dari gelas. Digunakan untuk melakukan titrasi. Zat yang digunakan untuk menitrasi (titran) ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada skala.
http://chemistrylaboratorysma1.blogspot.com/2009/08/pengenalan-alat-alat-laboratorium-kimia.html

You might also like