You are on page 1of 3

11 Juni 2009

Pertanian, Salah Satu Penyumbang Kerusakan Lingkungan

Semakin lama bumi semakin tua, semakin renta dan semakin sakit-sakitan karena berbagai masalah. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu masalah yang menyebabkan bumi ini semakin sakit. Mengapa? Karena kemajuan teknologi ternyata banyak mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan di bumi ini. Salah satu contohnya yaitu dengan adanya ditemukannya plastik. Plastik merupakan polimer yang berbahan dasar minyak bumi yang biasa dijadikan sebagai tas plastrik, bungkus makanan, barang rumah tangaga, mainan dan yang lainnya. Penemuan plastik sebagai bahan baku berbagai produk yang kuat, ringan, dan tahan lama tentu sangat menguntungkan bagi yang menggunakannya, namun efek dari penggunaan plastik ini juga ternyata sangat mengerikan karena plastik tidak dapat terdegradasi hingga benar-benar habis dengan cara apapun. Bahkan ketika kita membakar plastik, pasti masih akan terdapat zat sisa yang dapat mencemari tanah dan juga akan menghasilkan gas dioksin yang dapat menyababkan kanker dan kemandulan (pasti ngeri donk..?!). Belum lagi kerusakan lingkungan akibat polusi dari asap pabrik, dan kendaraan bermotor yang dapat meracuni baik manusia maupun hewan yang menghirupnya dan gas-gas tersebut juga menjadi salah satu penyumbang terjadinya efek rumah kaca yang mengakibatkan suhu bumi bertambah panas. Pertanian sendiri termasuk salah satu penyumbang terjadinya kerusakan lingkungan antara lain dengan pembukaan hutan untuk lahan pertanian juga seringkali mengaibatkan terjadinya kebaaran hutan dan banjir, penggunaan bahan kimia baik sebagai racun hama dan penyakit ataupun penggunaan pupuk kimia menyebabkan tanah menjadi sakit dan berkurang kesuburannya sehingga jika hal ini terus dibiarkan akan mengakibatkan produktivitas hasil pertanian yang semakin menurun. Bahan-bahan kimia ini juga dapat mengakibatkan terjadinya penyakit-penyakit baru pada manusia yang mengkomsumsi produk pertanian yang mengandung berbagai bahan kimia tersebut. Oleh karena itu, pada saat ini banyak didengungkan tentang pertanian organic sebagai solusi kerusakan dalam pertanian. Konsep pertanian organic ini yaitu dengan back to nature atau kembali ke alam (bahan alami) khususnya dalam penggunaan pupuk dan juga dalam penanganan hama dan penyakit. Dengan konsep ini lahan akan dapat pulih dari sakit dan akan mendapatkan kembali unsure hara yang sembat hilang. Selain itu, petani sendiri akan lebih mandiri khususnya dalam pengadaan pupuk karena tidak akan tergantung oleh pabrik pupuk kimia, disamping akan semakin menghemat pengeluaran untuk membeli pupuk. Namun, meskipun sudah terbukti dapat mengurangi kerusakan lingkungan dan lebih baik untuk kesehatan, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan untuk menjalankan pertanian organic. Berbagai tantangan menghadang seperti kebiasaan petani yang sudah terbiasa menggunakan bahan kimia yang lebih cepat terlihat efeknya daripada bahan organic, kesadaran petani akan kesehatan kurang, juga kebijakan pemerintah yang selama ini dirasa masih kurang berpihak

terhadap petani dan yang terakhir karena kurangnya peran serta mahasiswa dan juga lembaga penelitian yang mau terlibat langsung ke lapangan untuk menangani berbagai permasalahan pertanian bersama petani. Nah, sekarang, sudah siapkah kita mengatasi berbagai masalah pertanian dan lingkungan lainnya? Jawabannya ada di tangan kita sebagai generasi penerus bangsa.

Kerusakan lingkungan di ekosistem pertanian


Berbagai kerusakan lingkungan di ekosistem pertanian telah banyak terjadi baik pada ekosistem pertanian sawah maupun ekosistem pertanian lahan kering nonpadi. Kerusakan lingkungan di ekosistem sawah utamanya diakibatkan oleh program Revolusi KAWASANPERTANIAN Hijau (green revolution), khususnya dengan adanya introduksi varietas padi unggul dari Filipina, dan penggunaan pupuk kimia, serta penggunaan pestisida yang tak terkendali. Revolusi Hijau memang telah berjasa meningkatkan produksi padi secara nasional (makro), namun program tersebut juga telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak sedikit, seperti kepunahan ratusan varietas padi lokal, ledakan hama baru, serta pencemaran tanah dan air. Pengaruh Revolusi Hijau pada sistem sawah, secara tidak langsung juga telah menyebabkan komersialisasi pertanian lahan kering. Misalnya, akibat desakan ekonomi pasar di berbagai tempat, sistem pertanian agroperhutanan (agroforestry) tradisional yang ramah lingkungan, seperti kebun campuran (talun, Sunda) ditebangi, dibuka lalu digarap menjadi kebun sayuran komersil. Akibatnya, sistem pertanian agroperhutanan tradisional yang tadinya biasa ditanami aneka jenis tanaman kayu bahan bangunan, kayu bakar dan buah-buahan, serta ditanami juga dengan jenis tanaman semusim, seperti tanaman pangan, sayur, bumbu masak, dan obat-obatan tradisional, kini telah berubah menjadi sistem pertanian sayur monokultur komersil. Kendati memberi peluang keluaran (output) ekonomi lebih tinggi, pengelolaan sistem pertanian komersil sayuran pada dasarnya membutuhkan asupan (input) yang tinggi yang bersumber dari luar (pasar). Keperluannya terurai seperti, benih sayur,

pupuk kimia dan obat-obatan, sehingga petani menjadi sangat tergantung pada ekonomi pasar. Akibat perubahan ini, berbagai kerusakan lingkungan terjadi di sentra-sentra pertanian sayur lahan kering, seperti pegunungan Dieng di Jawa Tengah, serta Garut, Lembang, Majalaya, Ciwidey, dan Pangalengan, di Jawa Barat. Kerusakan itu antara lain timbulnya erosi tanah dan degradasi lahan, karena lahan menjadi terbuka. Erosi tanah dan pencucian pupuk kimia, serta pestisida juga masuk ke badan perairan, seperti sungai, kolam dan danau. Hal ini telah mengganggu lingkungan perairan, seperti pendangkalan sungai, danau, dan pencemaran perairan yang mengganggu kehidupan ikan, udang, dan lain-lain. Secara umum lahan yang terbuka, telah menyebabkan punahnya fungsi-fungsi penting dari agro-perhutanan tradisional. Misalnya, fungsi pengatur tata air (hidroorologi), pengatur iklim mikro, penghasil seresah dan humus, sebagai habitat satwa liar, dan perlindungan varietas dan jenis-jenis tanaman lokal. Maka tidaklah heran bila berbagai varietas atau jenisjenis tanaman lokal, seperti bambu, buah-buahan, kayu bakar, bahan bangunan, dan obat-obatan tradisional, makin langka, karena kurang dibudidayakan oleh para petani di lahan-lahan kering pedesaan mereka. Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/environment/2121226-kerusakan-lingkungandi-ekosistem-pertanian/#ixzz1YlPn46oN

You might also like