You are on page 1of 15

BENTUK DAN SIFAT TUBUH COELENTERATA

KELOMPOK 1 Ahmad Nailur Rahman/1210702001, Ayu Agustini Juhari/1210702007, Deni Raharja/1210702015, Elya Agustina/1210702021, Ervina Rizky A/12010702022, Idariyah Ulfah Nurulhusna/1201702031

Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK
Coelenterata sering disebut juga Filum Crinnida, filum ini memiliki nemathosit hampir diseluruh tubuhnya yg berfungsi sebagai alat untuk penyengat. Dalam reproduksi Coelenterate mempuyai dua tipe bentuk tubuh yaitu polip (silindris) dan medusa seperti mangkuk. Berdasarkan klasifikasi terbagi menjadi 4 kelas, yaitu: Hydrozoa, Scyphozoa, Anthazoa, dan Cubozoa. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati bentuk tubuh Hydra dan mengamati bentuk polip dan medusa Aurelia aurita. Sediaan Hydra dan di bawah mikroskop, digambarkan dan disebutkan bagian-bagiannya. Hydra memiliki bentuk tubuh polip, dan bereproduksi secara aseksual yaitu dengan pelepasan tunas dan secara seksual yaitu dengan peleburan sperma dan sel telur. Siklus hidup Aurelia aurita terjadi secara metagenesis yaitu dari bentuk polip hingga ke bentuk medusa. Polip pada Obelia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Hydrant (polip yang bertugas mengambil dan mencerna makanan) dan Gonongium (polip yang bertugas melakukan perkembangan aseksual)

Kata kunci: Coelenterata, polip, medusa, Hydra, Aurelia aurita

PENDAHULUAN Coelenterata berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata koilos yang berarti rongga enteron atau rongga pernapasan. Coelenterata sering juda disebut Crinida. Kata Crinida berasal dari bahasa Yunani yaitu kride yang berarti menyengat, karena filum Crinnida memiliki alat untuk penyengat. Jumlah spesies yang sudah diketahui hingga saat ini adalah lebih dari 10.000 jenis (Saadah, 2011). Sebagian besar Coelenterata hidup di laut kecuali Hydra sp. dan beberapa jenis lainnya. Coelenterata mempunyai dua fase bentuk tubuh yaitu fase polip dan fase medusa. Polip adalah fase saat hewan melekat pada substrat (tidak dapat berpindah) sedangkan medusa adalah fase saat hewan dapat bergerak bebas (Saadah, 2011). Tubuh Coelenterata yang berbentuk polip, terdiri dari bagian kaki, tubuh, dan mulut. Mulut dikelilingi oleh tentakel. Coelenterata yang berbetuk medusa tidak memiliki bagian kaki. Mulut berfungsi untuk menelan makanan dan mengeluarkan sisa makanan karena Coelenterata tidak memiliki anus. Tentakel berfungsi untuk menangkap mangsa dan memasukan makanan ke dalam mulut. Pada permukaan tentakel terdapat sel-sel yang disebut knidosit (knidosista) atau knidoblas. Setiap knidosit mengandung kapsul penyengat yang disebut nematokis (nematosista) (Isharmanto, 2009). Mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti usus pada hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga Gastrovaskuler. Simetri tubuhnya radial dan terdapat tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel yang dilengkapi sel knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari hewan berongga) (Isharmanto, 2009). Coelenterata termasuk hewan diploblastik karena tubuhnya memiliki dua lapisan sel, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm (lapisan dalam atau gastrodermis). Ektoderm berfungsi sebagai pelindung sedang endoderm berfungsi untuk pencernaan. Sel-sel gastrodermis berbatasan dengan coelenteron atau gastrosol. Gastrosol adalah pencernaan yang berbentuk kantong. Makanan yang masuk ke dalam gastrosol akan dicerna dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh sel-sel gastrodermis. Pencernaan di dalam gastrosol disebut sebagai

pencernaan ekstraseluler. Hasil pencernaan dalam gasrosol akan ditelan oleh selsel gastrodermis untuk kemudian dicerna lebih lanjut dalam vakuola makanan (Isharmanto, 2009). Pencernaan di dalam sel gastrodermis disebut pencernaan intraseluler. Sari makanan kemudian diedarkan ke bagian tubuh lainnya secara difusi. Begitu pula untuk pengambilan oksigen dan pembuangan karbondioksida secara difusi. Coelenterata memiliki sistem saraf sederhana yang tersebar berbentuk jala yang berfungsi mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan. Sistem saraf terdapat pada mesoglea. Mesoglea adalah lapisan bukan sel yang terdapat diantara lapisan epidermis dan gastrodermis. Gastrodermis tersusun dari bahan gelatin (Isharmanto, 2009). Ukuran tubuh Coelenterata beraneka ragam. Ada yang penjangnya beberapa milimeter, misal Hydra sp. dan ada yang mencapai diameter 2 m, misalnya Cyanea. Tubuh Coelenterata simetris radial dengan bentuk berupa medusa atau polip. Medusa berbentuk seperti lonceng atau payung yang dikelilingi oleh lengan-lengan (tentakel). Polip berbentuk seperti tabung atau seperti medusa yang memanjang (Isharmanto, 2009). Coelenterata hidup bebas secara heterotrof dengan memangsa plankton dan hewan kecil di air. Mangsa menempel pada knodosit dan ditangkap oleh tentakel untuk dimasukkan kedalam mulut. Habitat Coelenterata seluruhnya hidup di air, baik di laut maupun di air tawar.Sebagaian besar hidup dilaut secara soliter atau berkoloni. Ada yang melekat pada bebatuan atau benda lain di dasar perairan dan tidak dapat berpindah untuk bentuk polip, sedangkan bentuk medusa dapat bergerak bebas melayang di air (Isharmanto, 2009). Reproduksi Coelenterata terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan tunas. Pembentukan tunas selalu terjadi pada Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip dan akan tetap melekat pada tubuh induknya sehingga membentuk koloni. Reproduksi seksual dilakukan dengan pembentukan gamet (ovum dengan sperma). Gamet dihasilakan oleh seluruh Coelenterata bentuk medusa dan beberapa Coelenterata bentuk polip. Contoh Coelenterata berbentuk polip yang membentuk gamet adalah Hydra (Isharmanto, 2009).

Menurut Saadah (2011) Filum Coelenterata terbagi menjadi 4 kelas, diantaranya yaitu: Kelas Hydrozoa, Kelas Scyphozoa, kelas Anthozoa, dan Kelas Cubozoa. Kelas Hydrozoa sebagian besar melakukan pergiliran bentuk antara polip dan medusa, seperti pada siklus Obelia. Tahapan polip, suatu koloni polip yang saling berhubungan pada kasus Obelia lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan tahap medusa. Hydra adalah salah satu dari beberapa hewan Crinida yang ditemukan hidup di air tawar, adalah anggota kelas Hydrozoa yang unik karena mereka hanya ditemukan dalam bentuk polip (Campbell, 2003). Contoh spesies kelas Hydrozoa adalah: Hydra viridis, Hydra Americana, Hydra fusca, Obelia sp., Physalia pelagica dan Gonionemus. Kelas Scyphorozoa, umumnya bertahan lebih lama dalam siklus hidup Kelas Scyphorozoa. Medusa sebagian besar spesies hidup siantara plankton sebagai ubur-ubur. Sebagian besar hidup di pantai akan melalui tahapan polip kecil selama seklus hidupnya, tetapi ubur-ubur yang hidupnya di laut terbuka umumnya tidak melalui tahapan polip sesil (Campbell, 2003). Contoh spesies Kelas Scyphorozoa: Aurelia aurita, Periphylla periphylla dan Cyanea artica. Kelas Anthozoa, Anemon laut dan karang termasuk ke dalam kelas Anthozoa (hewan berbunga). Mereka hanya ditemukan sebagai polip. Hewan karang hidup soliter atau dalam koloni dan mensekresikan kerangka eksternal yang keras dari kalsium karbonat. Setiap generasi polip memanfaatkan sisa-sisa kerangka generasi sebelumnya untuk membangun batu dengan bentuk yang khas sesuai spesiesnya. Kerangka inilah yang disebut karang (Campbell, 2003). Kelas Cubozoa dicirikan dari medusa yang berbentuk kotak (kuboid) sehingga dikenal dengan box jellyfish. Tentakel terdapat pada empat sudut yang keluar dari struktur mirip pendulum. Kelas Cubozoa dapat ditemukan hampir semua perairan tropis di seluruh Indonesia. Contoh spesies dari kelas ini adalah Chironex fleckeri, Carukia barnesi (Saadah, 2011) Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, banyak manfaat dari filum Coelenterata ini baik itu bagi ekosistem maupun bagi manusia. Terumbu karang memiliki fungsi biologi dan fisik yang penting dalam zona pesisir; memproteksi garis batas pesisir dari sebuah pulau dan benua dari ombak samudera; terumbu

karang juga memberikan kesempatan bagi perkembangan basin sedimen dangkal dan mangrove yang terkait, serta komunitas lamun. Sebagai hasil dari tingkat produktivitasnya yang tinggi, terumbu karang telah menjadi basis dari penghidupan, keamanan, dan budaya masyarakat pesisir serta komunitas laut pada wilayah tropis (Craik et al, 1990). Manfaat lain dari terumbu karang adalah kemampuannya menciptakan dan memberikan keindahan putih pada pasir pantai tropis sebagai hasil fragmentasi dan transportasi materi-materi kalsium karbonat yang berasal dari rangka terumbu dan organism terumbu lainya (Johannes, 1983). Ubur-ubur berpotensi sebagai pengganti material baku dari hasil pertambangan untuk memproduksi MgO yang ramah lingkungan serta secara teknis lebih mudah (Syukur, 2008). Manfaat ubur-ubur bagi manusia antara lain sebagai kuliner, di mana bagi masyarakat Cina dan beberapa negara Asia ubur-ubur dimakan. Selain itu manfaatnya adalah di bidang bioteknologi serta toxisitas bagi manusia (Syukur, 2008). Ubur-ubur jenis tertentu sangat bermanfaat dan dipercaya memounyai khasiat dalam penyembuhan berbagai penyakit arthritis, hipertensi, dan nyeri punggung (Notji, 2005). Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati bentuk tubuh Hydra dan mengamati bentuk polip dan medusa Aurelia aurita.

METODE Praktikum ini dilakukan pada hari Kamis, 20 Oktober 2011. Bertempat di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu Hydra, Aurelia aurita. Alat yang digunakan yaitu Mikroskop, Objek glass, Cover glass Tahapan Praktikum Adapun tahapan praktikum sebagai berikut, diamati sediaan Hydra di bawah mikroskop, digambarkan dan disebutkan bagian-bagiannya. Diperhatikan tentakel pada Hydra, apakah ada tunas, atau ovarium dan testis.

PEMBAHASAN Pada praktikum ini spesimen yang diamati diantaranya adalah Hydra sp., Aurelia aurita dan Obelia sp. Berikut ini adalah deskripsi dan klasifikasi dari spesies tersebut: Hydra sp. Tubuh Hydra berbentuk silindris dan menempel pada substrat (batuan, tumbuhan air) dengan kepingan basal (basal disc). Hydra hidup di air tawar. Ukuran tubuh antara 10mm- 30mm. Dikelilingi mulut Hydra terdapat tentakel yang jumlahnya bervariasi tergantung spesies. Di bagian sisi tubuhnya seringkali ditemukan tunas, tonjolan ovarium dan testis. Hydra dapat bergerak seperti memanjang, memendek, mengapung, dan berpindah tempat (Saadah, 2011). Makanannya berupa tumbuhan kecil dan crustacea rendah. Bagian tubuh sebelah bawah tertutup membentuk kaki, gunanya untuk melekat pada objek dan untuk bergerak. Pada ujung yang berlawanan terdapat mulut yang di kelilingi oleh hypostome dan sekelilingnya terdapat 6-10 buah tentakel. Tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap makanan. Selanjutnya makanan di cernakan di dalam rongga gastrovaskuler. Perkembangan Hydra terjadi secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual terjadi melalui pembentukan tunas/ budding, kira-kira pada bagian samping tengah dinding tubuh Hydra. Tunas telah memiliki epidermis, mesoglea dan rongga gastrovaskuler. Tunas tersebut terus membesar dan akhirnya melepaskan diri dari tubuh induknya untuk menjadi individu baru (Suwigyo, 2005). Perkembangbiakan secara seksual terjadi melalui peleburan sel telur (dari ovarium) dengan sperma (dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan berkembang sampai stadium grastula. Kemudian embrio ini akan berkembang sampai stadium grastula. Kemudian embrio ini akan berkembang membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk. Kista ini dapat berenang bebas dan di tempat yang sesuai akan melekat pada obyek di dasar perairan. Kemudian bila keadaan lingkungan membaik, inti kista pecah dan embrio tumbuh menjadi Hydra baru (Suwigyo, 2005).

Gambar 1. Struktur Hydra sp. (Sumber: http://geochembio.com/biology/organism/Hydra/)

Berdasarkan Linnaeus (1758), klasifikasi Hydra sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Cnidaria : Hydrozoa S : Anthomedusae : Hydridae : Hydra : Hydra sp.

Aurelia aurita Aurelia aurita merupakan anggota filum Coelenterata, kelas Scyphozoa. Mempunyai bentuk seperti mangkuk dan dikenal sebagai Jelly Fish. Hidup di laut secara planktonik, melayang pada badan air. Hewan ini memiliki lapisan mesoglea yang tebal dan dapat digunakan sebagai sumber nutrisi. Aurelia aurita, mungkin jenis yang paling umum dan dikenal luas ubur-ubur. Mereka dapat ditemukan di Samudra Atlantik, Arktik dan Pasifik dekat pantai. Hewan berkisar dari ukuran 5cm ke 40cm di. Jeli bulan adalah mudah dikenali oleh ungu atau pink empat bulan sabit gonad berbentuk di bagian bawah dan di pusat bel tembus atau payung. Juga, bel lebih tebal ke arah tengah, menipis ke arah tepi. Seperti spesies lain dari ubur-ubur, kemampuan jelly bulan untuk bergerak dengan sendirinya terbatas, sehingga terkena arus air laut.

Aurelia aurita memiliki siklus hidup dengan dua tahap, sebuah medusa pelagis dan polip bentik (Hamner 1974). Pada masa hidupnya, bentuk tubuh medusa lebih dominan dibandingkan dengan bentuk polip. Bentuk polip hanya dijumpai pada waktu larva. Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina. Hasil pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang sesuai. Setelah menempel. Silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi polip muda disebut scifistoma, kemudian membentuk tunas-tunas lateral sehingga tampak seperti tumpukan piring atau strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri menjadi medusa disebut efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi medusa dewasa (Ario, 1998).

Gambar 3. Siklus Hidup Aurelia aurita (Sumber: Encarta Encylopedia, 2008)

Klasifikasi Aurelia aurita menutut Linnaeus (1758), adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Cnidaria : Scyphozoa : Semaeostomeae : Ulmaridae : Aurelia : Aurelia aurita

Obelia sp. Obelia merupakan jenis Coelenterata yang hidup di air laut dangkal sebagai polip dan hidup secara berkoloni. Tubuhnya mempunyai rangka luar yang mengandung kitin. Polip pada Obelia dibedakan menjadi 2 yaitu: Hydrant adalah polip yang bertugas mengambil dan mencernakan makanan, polip ini dilengkapi tentakel. Gonangium yaitu polip yang bertugas melakukan perkembangbiakan aseksual menghasilkan Obelia dalam bentuk medusa. Polip gonangium tidak dilengkapi oleh tentake (Saadah, 2011). Obelia secara alami ditemukan di bawah air di laut di seluruh dunia.. Mereka hydrozoans kolonial laut yang ditemukan dan substrat keras di zona subtidal. Mereka biasanya ditemukan tidak lebih dari 200 meter (660 kaki) dari permukaan air, yang tumbuh di rockpools surut dan pada air yang rendah ekstrim pasang surut musim semi (Gilbertson, 1999). Dalam siklus hidupnya, Obelia mengalami dua bentuk yaitu polip dan medusa. Diploblastik dengan dua lapisan jaringan yaitu epidermis dan gastrodermis. Mesoglea berada diantara dua lapisan jaringan. Mereka membawa saraf bersih tanpa otak atau ganglia. Sebuah rongga gastrovascular hadir di mana pencernaan dimulai dan kemudian menjadi intraseluler. Obelia memiliki saluran pencernaan lengkap di mana makanan masuk, dicerna, dan dikeluarkan melalui pembukaan yang sama. Selama tahap polip, mulut terletak di bagian atas tubuh, dikelilingi oleh tentakel, sedangkan selama tahap medusa, yaitu mulut yang terletak di ujung distal dari struktur tubuh utama. Empat gonad terletak di struktur tubuh utama, atau manubrium. Makanan diambil melalui manubrium. Makanan tersebut kemudian didistribusikan melalui sistem kanal, yang terdiri dari empat kanal radial dan cincin luar. Pertahanan dan menangkap mangsa dibantu oleh selsel penyengat unik yang disebut cnidocytes yang mengandung nematocysts, yang dipicu oleh cnidocil tersebut (Solomon, 2002). Koloni polip bereproduksi secara aseksual. Selama tahap kehidupan, Obelia terbatas pada substrat permukaan. Pada koloni dewasa ada individu Hydrant disebut gastrozooids, yang dapat diperluas ditemukan atau dikontrak, untuk membantu dalam pertumbuhan organisme ini dengan memberi makan; polip reproduksi gonozooids memiliki tunas medusa. Hydrant lainnya adalah

khusus untuk pertahanan. Tubuh utama dari koloni terdiri dari coenosarc, yang ditutupi oleh perisarc pelindung (Solomon, 2002). Generasi berikutnya dari siklus hidup dimulai ketika Medusa yang dilepaskan dari gonozooids ini, memproduksi renang gratis hanya Medusa velum jantan dengan gonad, mulut, dan tentakel. Penampilan fisik dari velum Medusa jantan dan betina, termasuk gonad mereka, yang bisa dibedakan, dan perkawinan hanya dapat ditentukan dengan mengamati bagian dalam gonad yang baik akan berisi sperma atau telur. Medusa yang bereproduksi secara seksual yaitu dengan melepaskan sperma dan telur yang membuahi untuk membentuk zigot, yang kemudian menjadi blastula, maka larva bersilia berenang disebut planula . Planula hidup berenang bebas untuk sementara tapi akhirnya melampirkan sendiri ke beberapa permukaan padat, di mana mereka memulai tahap reproduksi hidup mereka. Sebagai polip tumbuh, ia mulai mengembangkan cabang-cabang individu makan lainnya, sehingga membentuk generasi baru dari polip aseksual dengan tunas. Siklus hidup Obelia sp. dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 5. Siklus Hidup Obelia sp. (Sumber: Campbell, 2003)

Klasifikasi Obelia sp. menurut Peron dan Lesueur (1810) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum : Animalia : Cnidaria

Class
Order Family Genus Species

: Hydrozoa
: Leptomedusae : Campanulariidae : Obelia : Obelia sp.

Manfaat coelenterata bagi ekosistem Coelenterata terutama kelas Anthozoa yaitu koral atau karang merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang merupakan tempat hidup beragam jenis hewan dan ganggang.

Keanekaragaman organisme terumbu karang yang paling tinggi terdapat di Asia Tenggara, dari Filipina dan Indonesia hingga Great Barier Reef di Australia. Dua puluh lima persen ikan yang dikonsumsi manusia juga hidup pada ekosistem ini. Selain itu, terumbu karang sanga indah sehingga dapat di jadikan objek wisata. Karang dipantai sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencengah pengikisan pantai. Ekosistem terumbu karang seringkali terlihat bahwa pergerakan banyak spesies ikan sangat terlokalisasi, terbatas pada daerah-daerah tertentu, dan terdapat perbedaan yang nyata antara ikan-ikan yang aktif di malam dan siang hari (Soedarma, 2011). Terumbu karang memiliki fungsi biologi dan fisik yang penting dalam zona pesisir; memproteksi garis batas pesisir dari sebuah pulau dan benua dari ombak samudera; terumbu karang juga memberikan kesempatan bagi

perkembangan basin sedimen dangkal dan mangrove yang terkait, serta komunitas lamun. Sebagai hasil dari tingkat produktivitasnya yang tinggi, terumbu karang telah menjadi basis dari penghidupan, keamanan, dan budaya masyarakat pesisir serta komunitas laut pada wilayah tropis (Craik et al, 1990). Manfaat lain dari terumbu karang adalah kemampuannya menciptakan dan memberikan keindahan putih pada pasir pantai tropis sebagai hasil fragmentasi dan transportasi materimateri kalsium karbonat yang berasal dari rangka terumbu dan organism terumbu lainya (Johannes, 1983). Sebagai perlindungan pantai dan pulau kecil, wisata bahari, marikultur, bioteknologi, perdagangan biota ornamental, wilayah perlindungan, penambangan pasir karang, kerajinan suvenir, penelitian dan pendidikan (Soedarma, 2011).

Secara ekologi ubur-ubur berperan membatasi populasi hewan mangsanya yang umumnya zooplankton lain seperti kopepoda dan larva ikan. Selain itu uburubur juga menjadi mangsa bagi hewan lain seperti ikan dan penyu, bahkan beberapa penyu yang dilindungi di Indonesia seperti penyu lekang, penyu belimbing, dan penyu pipih merupakan pemakan ubur-ubur (Sidabalok, 2008). Bangsa Semaeostomeae dari kelas Scyphozoa jika jumlahnya sedang melimpah memainkan peran penting pada jaring makanan di pantai dengan mengkonsumsi beberapa jenis zooplankton mulai dari kopepoda, ctenophore dan medusa lainnya. Sejumlah jenis hewan bergantung pada ubur-ubur untuk makan dan perlindungan. Ubur-ubur juga memiliki simbiosis dengan beberapa hewan penumpang khususnya krustasea seperti amfipod dan larva kepiting (Mills & Larson, 2007). Pengurangan populasi kopepoda yang dimakan oleh Aurelia arita dan juga sekaligus pemangsa Harmfull Algae Blooming (Shin, 2007).

Manfaat Coelenterata Bagi Manusia Manfaat ubur-ubur bagi manusia antara lain sebagai kuliner, di mana bagi masyarakat Cina dan beberapa negara Asia ubur-ubur dimakan. Selain itu manfaatnya adalah di bidang bioteknologi serta toxisitas bagi manusia (Syukur, 2008). Ubur-ubur yang telah ditangkap memerlukan proses pengolahan yang panjang sampai pasa tahap siap dikonsumsi. Selama pengolahan ubur-ubur basah banyak mengalami pentusutan sehingga hanya akan diperoleh sekitar 4% uburubur kering dan produk ini dikenal dengan nama ubur-ubur asinan (Trimaningsih, 2008). Hewan ubur-ubur yang banyak di perairan Indonesia dapat dimanfaatkan untuk dibuat tepung ubur-ubur, kemudian diolah menjadi bahan kosmetik kecantikan. Di Jepang selain sebagai bahan kosmetik, ubur-ubur

dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Ubur-ubur jenis tertentu sangat bermanfaat dan dipercaya memounyai khasiat dalam penyembuhan berbagai penyakit arthritis, hipertensi, dan nyeri punggung (Notji, 2005).

Tabel hasil perbandingan antara Hydra dan Aurelia aurita pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Perbandingan Hydra dan Aurelia aurita Ciri-ciri Bentuk tubuh Hydra Hewan yang bentuknya seperti ular Tubuh silindris (polip) Aurelia aurita Bentuk seperti mangkuk/payung Dominan (medusa) Ukuran 1 inci-7 kaki (diameter) Fertilisasi Seksual dan aseksual Metagenesis

Habitat

Perairan tawar (danau,kolam,sungai) yang bersih dan dingin, juga pada air laut

Air laut

Kesimpulan Coelenterata biasa disebut crinnidra, Karena termasuk filum Crinnida yang berarti penyengat, dan memiliki alat untuk penyengat. Tubuh Hydra berbentuk polip silindris seperti ular, menempel pada substrat dengan keping basal dan mempunyai tentakel yang mengelilingi mulut. Di bagian sisi tubuhnya seringkali ditemukan tunas, tonjolan ovarium dan testis. Bentuk polip Aurelia aurita hanya terjadi ketika menempel pada substrat, untuk melakukan perkembangbiakan aseksual (fase awal kehidupan Aurelia aurita). Dan bentuk medusa ialah seperti mangkuk dengan tunas yang sudah lengkap di buat pada tahap perkembangbiakan aseksual yang sering kita sebut ubur-ubur, yang pada umumnya bentuk yang dominan ialah medusa.

Daftar Pustaka Ario, Raden,. Chrisna A Suryono dan Sarjito. 1998. Preliminary Study Of The Life Cycle Of Jellyfish Aurelia aurita (L): The Abundance Of Ephyrae. Journal Marine Sciences Department, Faculty of Fisheries and Marine Sciences. Vol. 3(1):1-5

Campbell. Reece. Mitcel. 2003. Biologi Edisi Kelima - Jilid 2. Terjemah Wasmen Manalu.Jakarta: Erlangga Craik W., Kenchington R. and Kelleher G. 1990. Coral-reef management. In: Coral Reefs (edited by Dubinsky) ecosystems of the World. pp.453-467. Gilbertson, L. 1999. Zoologi Laboratorium Manual. The McGraw-Hill Companies, Inc. ISBN 0-07-237716-X Hamner, W.M. 1974. Growth, degrowth, and irreversible cell differentiation in Aurelia aurita. Journal Amer Zool. Vol.14: 833-849
http://geochembio.com/biology/organism/Hydra/ (25 Oktober 2011)

Isharmanto, Bojonegoro. 2009. Coelenterata. (http://biologigonz.blogspot.com) (24 Oktober 2011) Johanes R.E. 1975. Pollution and degradation of coral reef communities. In: Trofical Marine Pollution. pp. 593-595 Mills, C.E. & R.J. Larson. 2007. Scyphozoa: Sycphomedusae, Stauromedusae, and Cubomedusae, with 3 plates. In Light and Smiths Manual: Intertidal Invertebrates of the Central California Coast. Fourth Edition (J.T. Carlton, editor). University of California Press. Berkeley. pp 168-173. Notji, A. 2006. Tiada kehidupan di bumi tanpa keberadaan plankton. Artikel Ilmiah. Jakarta: LIPI Press . hal 248 Sidabalok, Conni Margaretha. 2008. Fauna Indonesia: Ubur-ubur di Indonesia. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Majalah llmiah Populer. Vol 8 (1):22-26 Shin, K.S., W.J. Lee, M.C Jang, P.G. Jang, & D.H. Son. 2007. Relationship of mesozooplankton and population variations of jellyfish (Aurelia aurita) in Masan Bay, Korea. 4th International Zooplankton Symposium: Human and climate forcing of zooplankton populations. Hiroshima, Japan. Solomon, EP., L.R Berg, dan D.W Martin. 2002. Biologi. Thomson Learning Inc; ISBN 0-534-39175-3 Soedarma, Dedi. 2011. Pungsi dan manfaat terumbu karang dan peranan terhadap sistem perikanan (http://web.ipb.ac.id/) (25 Oktober 2011) Suwignyo, Sugiarji, dkk. 2005. Avertebrata jilid I. Bogor: Penebar Swadaya. Syukur, Muhammad. 2008. Potensi ubur-ubur sebagai sumber material baku keramik tahan api A New Alternative. Pidato Pengukuhan, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Hal. (24): 5-12 Trimaningsih. 2008. Mengenal ubur-ubur. Teknisi Bidang Dinaamika Laut, Pusat Osenografi-LIPI. Warta Oseanografi. Vol.22 No 4. 1-7

You might also like