You are on page 1of 8

LAPORAN KASUS BPK.

O DENGAN DIAGNOSA SYOK SEPSIS

I.

Tinjauan Teoritis Medis a. Definisi Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi parah yang dapat berkembang ke arah septisemia atau syok sepsis (Doenges, et. al, 1993). Syok sepsis merupakan sindrom klinis yang dicetiskan oleh masuk dan menyebarnya produk organisme ke dalam sistem vaskuler sehingga menyebabkan hipotensi yang tidak membaik dengan resusitasi cairan, kegagalan pada mikrosirkulasi, penurunan perfusi jaringan, dan gangguan metabolism multi seluler (Bakta & Suastika, 1999).
b. Etiologi

Penyebab syok sepsis yaitu AIDS, alcohol, malnutrisi berat, DM, sirosis hepatis, penyakit kardiovaskular, penyakit pulmonal kronik, penggunaan antibiotik yang tidak tepat, limfoma, GE, dan infeksi bakteri/virus/jamur.
c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala syok sepsis ialah hipertemia (> 380c), lemah, menggigil, takikardi (>100x/menit), takipnea (.20x/menit), oliguria (pengeluaran urin < 30 ml/jam), hipotensi (sistol < 90 mmHg), nafas dangkal, dan sianosis serta dingin pada perifer yaitu ektrimitas.
d. Klasifikasi - Syok hipovolemik disebabkan kurangnya volum darah intravaskuler akibat

kehilangan cairan tubuh dengan cepat yang berakhir pada kegagalan multi organ. Aliran darah balik ke jantung menurun sehingga menyebabkan pengisian ruang ventrikel drop dan mengakibatkan stroke volume, curah jantung, dan tekanan darah menurun. Syok kardiogenik disebabkanoleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti. Syok kardiogenik menyebabkan curah jantung dan MAP turun sehingga merangsang kompensasi tubuh untuk meningkatkan denyut jantung dan meningkatnya kebutuhan oksigen dalam tubuh. Apabila kompensasi tersebut gagal maka akan berlanjut pada keadaan perfusi pada koroner jantung menurun lalu merambat menjadi iskemia jaringan koroner atau jantung. Syok sepsis disebabkan produksi toksin dari infeksi bakteri, virus, ataupun jamur. Bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan syok sepsis yaitu E.coli, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumonia. Bakteri gram positif yang menyebabkan syok sepsis ialah Clostridium, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus pneumonia. Jamur yang menyebabkan syok sepsis adalah Candida albicans sedangkan virus yang menyebabkan syok sepsis adalah HIV.

Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf terutama pada pusat kardiopulmoner di medulla oblongata. Syok neurogenik menyebabkan ketidakseimbangan stimulasi saraf simpatis dan saraf parasimpatis pada otot pembuluh darah. Overstimulasi saraf parasimpatis dan understimulasi saraf simpatis menimbulkan reaksi vasodilatasi pembuluh darah yang membawa pada keadaan SVR menurun lalu tekanan darah menurun, CVP menurun, aliran darah balik vena menurun, stroke volume menurun, dan MAP menurun. Syok anafilaktik disebabkan reaksi imunologik atau reaksi alergi yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran.syok anafilaktik terjadi akibat adanya reaksi hipersensitif sehingga perubahan fisiologi terjadi sesaat (20 menit) setelah seseorang kontak dengan alergen. Peningkatan permeabilitas vaskuler dan vasodilatasi yang ditimbulkan syok anafilaktik menyebabkan tekanan darah menurun dan dapat terjadi kolapse vaskuler.

e. Anatomi

Anatomi tubuh yang berhubungan dengan terjadinya syok sepsis ialah sistem imun dan sistem kardiovaskular.
-

Organ sistem imun berada di seluruh tubuh manusia yaitu organ limfoid. Organ limfoid dibagi menjadi dua yaitu primer (kelenjar thymus dan sumsum tulang belakang) dan sekunder (berkapsul: limfa dan kelenjar limfa; tidak berkapsul: tonsil, GALT (gut-associated lymphoid tissue), jaringan limfoid di kulit, saluran napas, kemih, dan reproduksi). Sistem imun manusia terdiri dari tiga bagian yaitu kulit, cellular counterattack, dan respon imun. Kulit merupakan garis perlindungan pertama dari lingkungan luar tubuh. Cellular counterattack terbagi menjadi empat yaitu reaksi peradangan, interferon, sel natural killer, dan sistem komplemen. Pada reaksi peradangan yang berperan adalah neutrofil, monosit, dan makrofag. Interferon berfungsi untuk mengganggu replikasi virus dengan tugas memperlambat pembelahan dan pertumbuhan sel tumor dengan meningkatkan potensi sel NK dan sel T sitotoksik (antikanker), meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag, serta merangsang produksi antibodi. Sel natural killer atau yang biasa dikenal dengan sel T berfungsi untuk menghancurkan sel yang telah terinfeksi. Respon imun bekerja untuk menghancurkan patogen yang lolos dari proses cellular counterattack. Respon imun dibagi menjadi dua yaitu kekebalan humoral dan kekebalan selular. Kekebalan humoral merupakan produksi antibodi oleh limfosit B (menghasilkan Imunoglobulin) sedangakan kekebalan selular merupakan produksi limfosit T (menghasilkan sel T) yang teraktivasi. Sistem karsiovaskuler terdiri dari tiga yaitu jantung, pembuluh darah, dan darah. Jantung merupakan organ pemompa darah yang terdiri dari empat bagian yaitu atrium kiri, atrium kanan, bilik kiri, dan bilik kanan. Jantung juga dilengkapi oleh katup yang membatasi antara atrium dengan bilik serta bilik dengan pembuluh darah aorta dan arteri pulmonal. Katup tersebut ialah trikuspid (katup antara atrium kanan dan bilik kanan), bikuspid (katup antara atrium kiri dan bilik kiri), katup

aorta (katup yang berada di pembuluh darah aorta), dan katup pulmonal (ketup yang berada di pembuluh darah arteri pulmonal). Pembuluh darah merupakan saluran atau tempat darah dialirkan menuju ke seluruh tubuh dari jantung. Pembuluh darah dibagi menjadi dua yaitu pembuluh darah arteri (pembuluh darah yang membawa darah kaya oksigen kecuali arteri pulmonal) dan pembuluh darah vena (pembuluh darah yang membawa darah kotor karena mengandung sampah tubuh kecuali vena pulmonal). Darah merupakan komponen terakhir dari sistem kardiovaskular yang merupakan komponen yang dibawa atau dialirkan ke seluruh tubuh dari jantung melalui pembuluh darah. Darah mengandung oksigen, karbondikasida, nutrisi, hormon, sel imun, dan sampah tubuh. Darah dibagi menjadi tiga jenis yaitu sel darah merah, sel darah putih, dan plasma darah.

f. Patofisiologi

Septikemia endotoksin merusak lapisan endotel pembuluh darah kerusakan seluler pelepasan protein vasoaktif vasodilatasi perifer dan permeabilitas kapiler meningkat perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstisial hipovolemia metabolism anaerob asidosis laktat kematian seluler
g. Pemeriksaan - Laboratorium:

Hematologi: H2TL (leukosit > 12000/mm3), platelet rendah, AGD (PaO2 rendah, PaCO2 tinggi (> 32 mmHg). Urinalisa: BUN tinggi, kreatinin. Sputum: analisa bakteri pada saluran pernapasan seperti TBC. Diagnostik: foto toraks (infiltrat, pneumonia, atau edema paru) dan EKG.

h. Pengobatan atau Penatalaksanaan Medis - O2 terapi: face mask, nasal cannula, ETT, dan ventilator - Peningkatan aliran darah: rehidrasi cairan (larutan kristaloid dan koloid),

j.

vasopressor: dopamine atau norephinephrine untuk vaskonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah Diuretik: lasix untuk dieresis cairan pasca rehidrasi Antibiotik: aminoglycoside (gentamicin atau tobramycin) untuk penanganan pada bakteri gram negatif, cephalosporin (cefazolin dan nafcilin) untuk penanganan Staphylococcus, chloramphenicol untuk penanganan non-sporulating anaerobs. Drotrecogin alpha: aktivasi protein C untuk mencegah inflamasi dan blooh clothing serta meminimalisir kematian Sedatif: midalozom untuk klien dengan intubasi, lorazepam untuk klien dengan ansietas dan digunakan untuk sedasi dalam waktu lama, propofol untuk penderita asma akut, COPD, cedera kepala atau gagal multi organ, dank lien dengan ansietas. Pembedahan: mengangkat jaringan yang mati Komplikasi

Komplikasi yang dapat disebabkan oleh syok sepsis ialah respiratory failure, gagal jantung, dan multi organ failure
II.

Tinjauan Teoritis Keperawatan a. Pengkajian 1. Identitas klien. 2. Kesadaran umum: obtundasi berat atau koma. 3. Perubahan perfusi perifer: kulit dingin, pucat, atau mottle, dan sianosis, kulit lembab & basah, nadi, perifer tidak teraba, CRT lambat. 4. Perubahan variabel hemodinamik: takikardi , dan disritmia, hipotensi berat (TD sistolik < 60 mmHg), CVP, PAP, PCWP meningkat, denyut nadi perifer tidak teraba. 5. Eliminasi: urin output menurun (< 100 ml/jam). 6. AGD: asidosis metabolik dan respiratorik, hipoksemia, PaCO2 meningkat, bikarbonat (HCO3) menurun, PaO2 menurun. 7. Urinalisis: BUN dan kreatinin meningkat. 8. Pola pernapasan cepat (takipnea), dangkal, menggunakan otot bantu pernapasan.
b. Rencana Keperawatan 1. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik

jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum. Tujuan: Curah jantung klien kembali meningkat Kriteria Hasil: TTV dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi), dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan, tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites, pengeluaran urin meningkat, serta tidak ada penurunan kesadaran Intervensi: Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan) Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur. Auskultasi bunyi napas. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien. Pantau intake dan output cairan Menurunkan beban kerja jantung dengan istirahat Kolaborasi meningkatkan kemampuan pompa jantung dengan obat-obatan digitalis Rasional: - Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK. Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat. - S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri

yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar. - Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard. - Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia. - Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia. - Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila terjadi disritmia atau nyeri dada berulang. - Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan sementara selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas/kerusakan sistem konduksi. 2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal Adanya penurunan dispneu Gas-gas darah dalam batas normal Intervensi : Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan. Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prn Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHg Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesanan Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2 Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jam Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibir Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
3.

Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan : Bunyi paru bersih Warna kulit normal Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan Intervensi : Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter. Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2 Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan Pantau irama jantung Berikan cairan parenteral sesuai pesanan Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid. Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret
4.

Tujuan : Klien akan memperlihatkan kemampuan meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas Kriteria hasil : Bunyi nafas bersih Ronchi (-) Tracheal tube bebas sumbatan Intervensi Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam atau bila diperlukan Mengevaluasi keefektifan bersihan jalan nafas i. Lakukan penghisapan bila terdengar ronchi dengan cara : 1. 2. Jelaskan pada klien tentang tujuan dari tindakan penghisapan a. Meningkatkan pengertian sehingga memudahkan klien berpartisipasi Berikan oksigenasi dengan O2 100 % sebelum dilakukan penghisapan, minimal 4 5 x pernafasan a. Memberi cadangan oksigen untuk menghindari hypoxia

Perhatikan teknik aseptik, gunakan sarung tangan steril, kateter penghisap steril a. Mencegah infeksi nosokomial 4. Masukkan kateter ke dalam selang ETT dalam keadaan tidak menghisap, lama penghisapan tidak lebih 10 detik a. Aspirasi lama dapat menyebabkan hypoksiakarena tindakan penghisapan akan mengeluarkan sekret dan oksigen 5. Atur tekanan penghisap tidak lebih 100-120 mmHg a. Tekanan negatif yang berlebihan dapat merusak mukosa jalan nafas 6. Lakukan oksigenasi lagi dengan O2 100% sebelum melakukan penghisapan berikutnya a. Memberikan cadangan oksigen dalam par ii. Lakukan penghisapan berulang-ulang sampai suara nafas bersih 1. Pertahankan suhu humidifier tetap hangat ( 35 37,8 C) a. Membantu mengencerkan sekret

3.

Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan perfusi jaringan. Kriteria Hasil : Klien mampu menunjukkan status hemodinamik dalam batas normal, ttv normal, CRT normal, dan tidak ditemukan tanda sianosis pada ujung ektremitas. Intervensi : Kaji tingkat kesadaran Kaji penurunan perfusi jaringan Kaji status hemodinamik Kaji irama EKG Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi perifer. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi napas) Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah, distensi abdomen dan konstipasi) Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat jenis. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin, elektrolit) Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan: - Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din) - Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida. - Trombolitik (t-PA, Streptokinase)
5.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan curah jantung Tujuan: Klien dapat bertoleransi secara optimal terhadap aktivitas Kriteria Hasil: Klien mendemonstrasikan peningkatan aktifitas yang ditoleransi, mampu melakukan ADL secara mandiri, dan ttv dalam batas normal sebelum dan setelah melakukan aktivitas.

Intervensi: Kaji respon individu terhadap aktivitas Observasi TTV dan EKG Pertahankan tirah baring sampai hasil laboratorium dan status klinis membaik Meningkatkan aktivitas secara bertahap Bantu ADL sesuai kebutuhan klien Monitor nutrisi adekuat

You might also like