You are on page 1of 154

ANALISIS KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DAN PT.

BANK RAKYAT INDONESIA Periode 1999-2001

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah pada Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta-SEM Institute

Oleh : Nama NIM : ISNA RAHMAWATI : 30.07.5.3.087

JURUSAN EKONOMI ISLAM STAIN SURAKARTA SEM INSTITUTE YOGYAKARTA


2008

ANALISIS KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA P.T BANK SYARIAH MANDIRI DAN P.T BANK RAKYAT INDONESIA Periode 1999-2001

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Oleh Isna Rahmawati

Pembimbing Pertama

Pembimbing Kedua

Zeni Ihsan, S.TP.,MM

Sugeng widodo, SE

Motto Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap (Q.S Alam Nasyrah : 6-8) Tak ada satupun di dunia ini yang tidak mungkin bila disertai keyakinan, sebagian akan menjadi mungkin terjadi jika berfikir mungkin. Berdoalah dan percaya. Kemajuan diperoleh bukan dari keberhasilan, Melainkan dari kegagalan demi kegagalan. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. (Q.S Al-Baqarah : 216)

Persembahan

Karya Kecil ini kupersembahkan untuk :


Persembahan yang tertinggi hanyalah kepada Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan keringanan langkah hingga padaNyalah segalanya bergantung. Bapakku Iskandar, dan Ibuku Siti Aminah yang tercinta yang selalu melimpahkan samudera kasih sayang, yang tak pernah bosan mendoakan di setiap gerak anak-anaknya. Adik-adikku tersayang: Amri, Dana, Risa, Fika, dan Zikri. Yang selalu memberikan motivasi dan doa Moga menjadi anak yang saleh dan shalekha.

Thanks to : Bapak Drs. Rusman, dan Ibu, , Ryan, dan Ilham selaku keluargaku yang kedua di Yogyakarta. Terimakasih atas segala kesabaran, dan kasihsayangnya. Semoga amal baik yang telah mereka lakukan mendapatkan ridho dan balasan dari Allah SWT. Keluarga besar di Aceh & Kebumen Bg Ariel, Makaci to smuanya.. Pak Marsono, MRusi, MSulis, MInti N karyawan STAIN Yogya Terimakasih...atas bantuan dan kesabarannya. Mba-mbaku di Yogya, Mba Hana dan Mba Krisna, yang selalu membantuku dalam kesusahan, makasih atas semua bantuannya dan maaf ya selama ini aku sering ngerepotin. Temen2ku, Hartini, Ari dan gita, yang selalu membantu, dan memberikan canda tawa disaat suka dan duka. Makasih atas kebersamaanya. Temen2ku di Pulau Seberang, Putri, Pipit, Klilis,, K juli, dll. Semoga sukses selalu. Temen-temen Keuangan dan Perbankan Syariah

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb Maha Suci Allah yang telah mentakdirkan kita hidup di dunia, Segala puji bagiNya yang telah mengijinkan kita untuk menghirup segarnya kehidupan bumi. Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ANALISA KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA P.T BANK SYARIAH MANDIRI DAN P.T BANK RAKYAT INDONESIA PERIODE 1999-2001. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw, keluarga, sahabat, pengikutnya serta pertolongan beliau hingga keakhir jaman. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta-SEM Institute Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tak luput dari berbagai kesulitan, untuk itu penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna, keadaan ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kemajuan kita bersama. Dalam mewujudkan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan dorongan moril maupun bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka sudah sepantasnyalah apabila pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada : 1. Allah swt atas rahmat dan hidayah-Nya. 2. Bapak Ibu dan adik-adikku di rumah yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilanku. 3. Prof. Dr. H. Usman Abu Bakar, M.A, selaku ketua STAIN Surakarta.

4. Ir. Ismail Yusanto, MM selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta SEM Institute. 5. Ir. Zeni Ihsan, STP., MM, selaku Ketua Program Studi Keuangan dan Perbankan Syariah, dan Dosen Pembimbing I, terimakasih atas segala bimbingan serta kesabarannya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini. 6. Sugeng Widodo, SE., selaku Dosen Pembimbing II, terimakasih atas segala bimbingan dan kesabarannya. 7. Pimpinan dan Staff Bank Indonesia Cabang Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian. 8. Semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya, penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka lakukan mendapatkan ridho dan balasan dari Allah SWT. Amin. Semoga Allah menjadikan skripsi ini sebagai pendorong bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta selalu memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semuanya. Amin.

Wassalamualaikum wr.wb

Yogyakarta, Februari 2008

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN UJIAN..................................................................iii HALAMAN MOTTO............................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v KATA PENGANTAR..........................................................................................vii DAFTAR ISI..........................................................................................................ix DAFTAR TABEL.................................................................................................xii DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xv ABSTRAKSI........................................................................................................xvi BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1 A. Latar Belakang ....................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................8 C. Batasan Masalah .................................................................................9 D. Tujuan Penelitian ..............................................................................10 E. Manfaat Penelitian .............................................................................12 F. Metode Penelitian ..............................................................................12 G. Sistematika Penulisan .......................................................................20

BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................22 A. Kinerja Keuangan .............................................................................22 B. Laporan Keuangan ............................................................................30 1. Pengertian Laporan Keuangan ....................................................30 2. Tujuan Laporan Keuangan ..........................................................31 3. Fungsi Laporan Keuangan ..........................................................32 4. Sifat Laporan Keuangan .............................................................34 5. Komponen Laporan Keuangan ...................................................35 6. Pihak-pihak Pemakai Laporan Keuangan ...................................36 7. Analisis Laporan keuangan .........................................................39 8. Pengertian ...................................................................................39 9. Tujuan Analisis Keuangan ..........................................................40 10. Metode Analisis ..........................................................................41 C. Penggunaan Rasio dalam Analisa Keuangan ...................................42 D. Perbankan Konvensional ..................................................................43 E. Perbankan Syariah ...........................................................................49 BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN..................................................55 A. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri ..................................57 1. Sejarah .........................................................................................57 2. Visi dan Misi ...............................................................................59 3. Struktur Organisasi .....................................................................60 4. Produk-produk ............................................................................62 5. Kinerja Keuangan .......................................................................72

10

B. Gambaran Umum PT. Bank Rakyat Indonesia .................................73 1. Sejarah .........................................................................................73 2. Visi dan Misi ...............................................................................76 3. Struktur Organisasi .....................................................................76 4. Produk-produk ............................................................................77 5. Kinerja Keuangan .......................................................................81 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ......................................................82 A. Deskripsi Data ...................................................................................82 B. Analisis Rasio Keuangan ..................................................................83 1. PT. Bank Syariah Mandiri .........................................................84 2. PT. Bank Rakyat Indonesia .........................................................98 C. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia....................................................................114 D. Pembahasan .....................................................................................119 BAB V PENUTUP ............................................................................................133 A. Kesimpulan .....................................................................................133 B. Saran ... ...........................................................................................136 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

11

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil .................................................54 Tabel 2 Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ................56 Tabel 3 Data Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001 ...................82 Tabel 4 Data Keuangan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001 ...................83 Tabel 5 Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri .................................................84 Tabel 6 Pertumbuhan Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri ..........................87 Tabel 7 Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri ...............................................89 Tabel 8 Pertumbuhan Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri .......................91 Tabel 9 Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri .............................................92 Tabel 10 Pertumbuhan Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri ......................94 Tabel 11 Rasio Efesiensi Bank Syariah Mandiri .................................................95 Tabel 12 Pertumbuhan Rasio Efesiensi Bank Syariah Mandiri ..........................97 Tabel 13 Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia .......99 Tabel 14 Pertumbuhan Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia ..102 Tabel 15 Rasio Solvabilitas Bank Rakyat Indonesia ..........103 Tabel 16 Pertumbuhan Rasio Solvabilitas Bank Rakyat Indonesia ....106 Tabel 17 Rasio Rentabilitas Bank Rakyat Indonesia ......107 Tabel 18 Pertumbuhan Rasio Rentabilitas Bank Rakyat Indonesia ....109 Tabel 19 Rasio Efisiensi Bank Rakyat Indonesia .......110 Tabel 20 Pertumbuhan Rasio Efisiensi Bank Rakyat Indonesia ........113 Tabel 21 Perbandingan Rasio Likuiditas Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia ..................................................................114

12

Tabel 22 Perbandingan Rasio Solvabilitas Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia .................................................................116 Tabel 23 Perbandingan Rasio Rentabilitas Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia ................................................................117 Tabel 24 Perbandingan Rasio Efisiensi Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia .................................................................118 Tabel 25 Tabel 26 Rekapitulasi Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri ......................120 Rekapitulasi Rasio Keuangan Bank Rakyat Indonesia .....................122

Tabel 27 Rekapitulasi Perbandingan Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia ..................................................................125 Tabel 28 Nilai Standar Tingkat Kesehatan Bank Indonesia .............................130

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri .........................................61 Gambar 2 Struktur Organisasi Bank Rakyat Indonesia ........................................77

DAFTAR LAMPIRAN

14

Lampiran A. Neraca Bank Syariah Mandiri Lampiran B. Laporan Laba Rugi Bank Syariah Mandiri Lampiran C. Neraca Bank Rakyat Indonesia Lampiran D. Laporan Laba Rugi Bank Rakyat Indonesia Lampiran E. Perhitungan Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri Lampiran F. Perhitungan Rasio Keuangan Bank Rakyat Indonesia

ABTRAKSI PT. Bank Syariah Mandiri sebagai salah satu lembaga perbankan syariah yang telah berkontribusi penting terutama bagi pengusaha kecil diharapkan dapat bersaing dengan perbankan konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti, dan mendapatkan bukti empiris tentang perbedaan kinerja keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-

15

2001. Penelitian ini merupakan penelitian Deskripsi. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari perusahaan yang diperoleh dari Direktori Perbankan Indonesia di Bank Indonesia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan (financial ratio analysis), yaitu likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi. Kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, solvabel, kurang profitabel, dan kurang efisien. Sementara kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi selama periode 2000-2001 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, tetapi cukup solvabel, profitabel, dan efisien. Sedangkan Kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, kurang profitabel dan kurang efisien. Sementara kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 2000 tergolong sebagai bank umum likuid, kurang solvabel dan profitabel, tetapi cukup efisien. Sedangkan pada tahun 2001, kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, profitabel, dan efisien.

Kata kunci : Rasio keuangan, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Rakyat .Indonesia.

16

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup antara lain diwujudkan dengan meningkatkan pendapatan melalui berbagai kegiatan perekonomian. Salah satu sarana yang mempunyai peranan strategis dalam kegiatan perekonomian adalah Perbankan. Peran strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama perbankan sebagai financial intermediary, yaitu sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan masyarakat secara efektif dan efesien. Perbankan sebagai sebuah lembaga yang berfungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat pada akhirnya akan memiliki peranan yang strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, yakni dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional hidup rakyat banyak. Krisis ekonomi dan moneter yang berlangsung pada pertengahan tahun 1997 memberikan dampak nyata pada kehidupan masyarakat. Hal ini ditandai dengan terpuruknya sektor-sektor penggerak perekonomian, meningkatnya konflik-konflik sosio-politik, serta tingginya tingkat kearah peningkatan taraf

pelanggaran hak asasi manusia. Selain itu, kondisi politik dalam negeri yang

17

menghangat sebagai persiapan Pemilihan Umum di tahun 2004, serta keamanan internasional pasca-Perang Irak yang cenderung tidak stabil, juga berpengaruh pada perkembangan pembangunan di Indonesia. 1Masalah lain yang lain yang muncul pada periode pasca-krisis ekonomi dan moneter adalah terpuruknya citra sektor perbankan, terutama karena kredit macet perusahaan-perusahaan besar, sehingga sangat berpengaruh pada likuiditas hampir semua bank di Indonesia. Hal tersebut sangat berdampak negatif terhadap kinerja perbankan nasional, yang semakin sulit untuk mendapatkan kembali kepercayaan penuh dari masyarakat. Jika pada periode 1996-1998 kinerja sektor perbankan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 29,0 %/tahun, maka pada tahun 1999 telah terjadi penurunan nilai kredit sebesar 53,8 % dari nilai kredit pada tahun sebelumnya. Dengan demikian, diperlukan berbagai terobosan baru di bidang perbankan untuk

menggerakkan kembali roda perekonomian Indonesia. Dalam pandangan Islam, aktivitas keuangan dan perbankan merupakan suatu wahana bagi masyarakat untuk membawanya kepada pelaksanaan ajaran Al-Quran yaitu prinsip At-Taawun (saling membantu dan bekerja sama diantara anggota masyarakat untuk kebaikan) dan prinsip menghindari Al-Iktinaz (menahan dan membiarkan dana menganggur dan tidak digunakan untuk aktivitas atau transaksi yang lebih bermanfaat).

BI, http ://www.bi.go.id.

18

Bank syariah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba.2 Bank syariah yang memiliki filosofi utama kemitraan dan kebersamaan (sharing) dalam profit dan risk diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah. Salah satu fungsi utama perbankan sebagai lembaga intermediasi adalah menerima simpanan dari nasabah yang kelebihan dana, dan meminjamkan kepada nasabah lain yang membutuhkan dana. Bagi perbankan konvensional, selisih antara besarnya bunga yang dikenakan kepada para peminjam dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan merupakan sumber keuntungan terbesar. Hal inilah yang menjadi perbedaan pokok antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional, yakni adanya larangan pengambilan bunga. 3Dalam sistem operasionalnya, perbankan syariah pada dasarnya memiliki comparative advantage yang tidak dapat tersaingi sistem konvensional, yaitu

digunakannya standar moral islami dalam kegiatan usahanya, dimana azas keadilan dan kemanfaatan bagi seluruh umat mampu mendorong terciptanya sinergi yang sangat bermanfaat bagi bank dan nasabahnya. Selain itu, penerapan prinsip bagi hasil sebagai salah satu prinsip pokok dalam kegiatan perbankan syariah juga akan menumbuhkan rasa tanggungjawab pada masing-masing pihak, baik bank maupun debiturnya.

Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2004, Hal. 1. 3 Iman Hilman, et al., Perbankan Syariah Masa Depan, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2003.

19

Kegiatan operasional perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1992 melalui pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (PT. BMI) atau 4 tahun setelah Pakto 88. Secara hukum, operasional perbankan syariah didasarkan pada Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan yang kemudian diperbaharui dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998. Dengan kekuatan hukum ini, bank syariah mendapatkan kesempatan yang sama dengan bank konvensional untuk melakukan kegiatan operasionalnya dalam dunia perbankan. Keberadaan bank-bank syariah, baik yang beroperasi secara stand-alone maupun sebagai unit-unit operasional dari bank-bank konvensional, merupakan suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sangat beragam.
4

Dengan

diterapkannya sistem perbankan syariah yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, mobilisasi dana masyarakat juga dapat dilakukan secara lebih luas, terutama dari segmen masyarakat yang selama ini belum tersentuh oleh sistem perbankan konvensional. Dengan sistem perbankan yang berlaku pada periode krisis di atas, ternyata hanya sistem perbankan syariah yang mampu bertahan dalam menghadapi permasalahan biaya pendanaan yang cukup tinggi. Setijawan dan Siregar (2003) mengungkapkan bahwa antara tahun 1998 hingga akhir tahun 2002, pertumbuhan kinerja perbankan syariah meningkat dari Rp 479 miliar menjadi Rp 4.045 miliar (74,6 % /tahun). Selain itu, dana dari pihak ketiga yang dikelola oleh perbankan syariah juga meningkat dari Rp 440
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, Hal. 226.
4

20

miliar menjadi Rp 3.276 miliar, sehingga rata-rata kecepatan penyaluran dana bank syariah ke sektor produksi berkisar antara 112-113 %. Perkembangan perbankan syariah yang dinilai cukup berhasil tersebut juga berdampak positif terhadap perkembangan jumlah perbankan yang menerapkan sistem syariah. Jika pada tahun 1998 hanya terdapat sebuah bank syariah, yaitu Bank Muamalat, maka pada akhir tahun 2002 telah terdapat 2 bank umum syariah, 6 Unit Usaha Syariah dari bank umum konvensional, serta 83 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).5 Perbankan sebagai salah satu bidang usaha yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara (Agent of Development) diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
6

Sukses tidaknya suatu perbankan dipengaruhi oleh banyak aspek,

diantaranya aspek manajemen, sumber daya manusia, pemasaran, dan kondisi keuangan yang dimilikinya. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi mengenai sehat tidaknya, atau kemungkinan berkembang tidaknya suatu perbankan. Informasi dari laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, baik oleh pihak manajemen maupun pihak eksternal. Laporan keuangan pada perbankan dapat menunjukkan kinerja yang telah dicapai perbankan pada suatu waktu. Kinerja keuangan tersebut dapat diketahui dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat diukur prestasi suatu perbankan. Alat yang biasa yang digunakan untuk
5 6

Iman Hilman, et al., Op Cit, Hal. 136. Widodo, Hernanto, Panduan Akuntansi Syariah, Mizan, Bandung, 1999, Hal. 58.

21

mengetahui kinerja tersebut adalah dengan menggunakan analisis rasio, yakni rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan operasi/efesiensi usaha. Analisis rasio ini merupakan teknis analisis untuk mengetahui hubungan antara pos-pos tertentu dalam neraca maupun laporan rugi laba bank secara individual maupun secara bersama-sama.7 . Aspek likuiditas yang dipakai dalam rasio perbankan dapat diketahui dengan menghitung quick ratio, banking ratio, dan loan to asset ratio. Rasio keuangan untuk mengukur solvabilitas bank dapat diketahui dengan menghitung capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio. Rasio Rentabilitas dapat diketahui dengan menghitung return on assets (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit margin (GPM). Sementara rasio efesiensi usaha dapat diketahui dengan menghitung leverage multipler ratio, assets utillization ratio (AUR), dan operating ratio.8 Selain itu, analisis rasio juga membantu manajemen dalam memahami apa yang sebenarnya terjadi pada perbankan berdasarkan suatu informasi laporan keuangan baik dengan perbandingan rasio-rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang pada internal perbankan maupun perbandingan rasio perbankan dengan perbankan yang lainnya atau dengan rata-rata industri pada saat titik yang sama/perbandingan eksternal.9 Oleh karena kegiatannya menyangkut uang masyarakat dan kepercayaan yang diberikan, maka setiap lembaga perbankan harus membuat laporan hasil kinerja keuangan berdasarkan ketentuan-ketentuan
7 8

Abdullah, M. Faisal, Manajemen Perbankan, UMM Press, Malang, 2003. Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta, 2002, Hal. 81-87. 9 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2002, Hal. 57.

22

dari Bank Indonesia selaku pengawas perbankan di Indonesia. Laporan tersebut dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, diantaranya yaitu : pertama, Dewan Komisaris melalui laporan keuangan dapat menilai prestasi kerja direksi, dan menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan datang dan keuntungan yang akan diterima. Kedua, Direksi, laporan hal kinerja keuangan pada periode-periode yang lalu membantu penyusunan rencana-rencana serta kebijakan-kebijakan yang lebih baik dan tepat, dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan, mengukur tingkat biaya dari berbagai aktivitas, serta derajat keuntungan yang dapat dicapai. Ketiga, Pemerintah, dan Bank indonesia, dari laporan hasil kinerja keuangan masing-masing dapat menentukan besarnya pajak serta dapat menilai kinerja suatu bank, serta kebonafitan pengelolaan bank yang bersangkutan. Selain itu, Kinerja yang baik akan sangat berpengaruh pada para pemilik dana untuk menitipkan uangnya pada bank tersebut. Sebaliknya, apabila kinerja bank tersebut buruk maka pemilik dana tidak akan berminat untuk menitipkan uangnya pada bank tersebut. Analisis kinerja keuangan ini penting dilakukan sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen lembaga agar tujuan serta sasaran yang diharapkan dapat tercapai Perbedaan mendasar antara sistem konvensional dan syariah adalah prinsip operasionalnya berdasarkan bunga dan bagi hasil. Perbedaan sistem ini membawa konsekuensi yang berbeda pula dalam perolehan manfaat secara ekonomi. Dalam sistem konvensional, hasil lebih mudah

23

diperkirakan dan lebih mudah tampak hasilnya, karena sistem bunga menerapkan perhitungan di muka dan tanpa memperhatikan proses pemanfaatan dana. Akan tetapi, manfaat ini sebenarnya bersifat semu karena di dalamnya tidak tersirat aspek keadilan berupa pembagian resiko. Dalam konsep bank syariah, sistem tingkat bunga tidak digunakan. Instrumen yang diterapkan adalah sistem bagi hasil usaha yang diarahkan langsung kepada sektor investasi yang di dalamnya tersirat keadilan berupa pembagian resiko. Untuk mengetahui keberhasilan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai bank umum syariah pertama yang kegiatan usahanya menjalankan prinsip syariah, dan PT. Bank Rakyat Indonesia sebagai bank yang kegiatan usahanya secara konvensional, maka penulis ingin melakukan penelitian dengan mengambil judul : ANALISA KOMPARASI KINERJA KEUANGAN ANTARA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DAN PT. BANK RAKYAT INDONESIA.

B.

Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latarbelakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank syariah Mandiri dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi selama periode 1999-2001 ?

24

2. Bagaimana kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia dilihat dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi selama periode 1999-2001 ? 3. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001 ?

C.

Batasan Masalah Mengingat adanya keterbatasan waktu, keilmuan, dan kemampuan penulis, maka penulis membatasi masalah pada aspek keuangan P.T Bank Syariah Mandiri yang terdiri dari rasio likuiditas, yakni hanya dengan menghitung quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio. Rasio keuangan untuk mengukur solvabilitas P.T Bank Syariah Mandiri hanya dengan menghitung capital adequacy ratio (CAR), primary ratio dan capital ratio. Rasio rentabilitas dengan menghitung return on asset (ROA), return on equity (ROE) dan gross profit margin (GPM). Sementara rasio efisiensi usaha hanya dengan menghitung leverage multipler ratio, assets utillization ratio (AUR) dan operating ratio dari tahun 1999-2001. Untuk mengetahui pertumbuhan kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri, maka dilakukan analisis internal dan eksternal. Analisis internal dan eksternal terhadap PT. Bank Syariah Mandiri dilakukan dari tahun 1999-2001. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan rugi laba sejak periode 19992001.

25

Pemilihan P.T Bank Rakyat Indonesia sebagai pembanding kinerja keuangan P.T Bank Syariah Mandiri didasarkan pada alasan karena : (1) P.T Bank Rakyat Indonesia merupakan bank konvensional pertama di Indonesia; dan (2) P.T Bank Rakyat Indonesia tergolong dalam kelompok bank yang sama dengan P.T Bank Syariah Mandiri, yaitu sebagai bank umum milik pemerintah.

D.

Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti, dan mendapatkan bukti empiris tentang perbedaan kinerja keuangan antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dengan melihat dari rasio keuangannya, yakni yang mencakup pada rasio Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas dan Efisiensi. Tujuan penelitian ini juga dapat dilihat dari pihak yang berkepentingan misalnya sebagai berikut : 1. Pimpinan Bank Analisa laporan keuangan oleh pimpinan bank dipergunakan untuk mengukur apakah bank telah beroperasi secara efektif dan efesien untuk menilai dimana letak kelemahan dan kekuatan suatu bank, yang mana hal ini akan digunakan untuk menyusun rencana kebijaksanaan operasi pada masa yang akan datang. 2. Kreditur

26

Analisa laporan keuangan oleh kreditur akan digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar hutang-hutang jangka panjangnya. Oleh karena itu dalam analisa keuangan akan lebih banyak dikonsentrasikan pada ikhtisar rugi dan laba. 3. Penanam Modal Analisa laporan keuangan oleh penanam modal akan digunakan untuk mengambil keputusan apakah mereka akan menanam modalnya pada bank tersebut, menjual saham yang telah dimiliki atau tetap menahannya. 4. Pemerintah Analisa laporan keuangan oleh pemerintah akan digunakan untuk menetapkan pajak-pajak, statistik dan perkembangan perekonomian. 5. Karyawan Analisa laporan keuangan oleh karyawan akan digunakan untuk meminta pertimbangan kepada pengurus bank tentang kemungkinan kenaikan gaji, bonus dan lain-lainnya. 6. Pembina/Pemeriksa Bank Analisa Laporan keuangan oleh pembina/pemeriksa akan digunakan untuk membuat rencana pemeriksaan dan sebagai dasar untuk mendiskusikan laporan hasil pemeriksaan.

27

E.

Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat atau kegunaan bagi semua. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain : 1. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan penulis khususnya mengenai analisis kinerja keuangan dengan menggunakan analisis rasio-rasio keuangan sesuai yang telah diperoleh dibangku kuliah. 2. Bagi JEI-STAIN Surakarta Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah literatur serta referensi yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan mengambil permasalahan serupa. 3. Bagi Pihak Lain Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dan referensi yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan kinerja keuangan bank.

F.

Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : 1. Waktu Pelaksanaan penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama bulan November 2007 sampai dengan selesai, dengan mengumpulkan data yang diperoleh dari Perpustakaan Bank Indonesia Cabang Yogyakarta dan internet.

28

2. Objek Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengambil objek dari PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia. 3. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif, yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diproses peneliti dari subyek berupa individu, organisasional industri atau perspektif yang lain. Studi ini dimaksudkan untuk menjelaskan karakteristik fenomena atau masalah yang ada.10 Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan.11 Penelitian ini mengacu pada data berupa angka-angka sehingga dikategorikan dalam penelitian yang bersifat kuantitatif.12 4. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada.13 Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu. Misalnya data statistik, laporan keuangan perusahaan, kepustakaan, publikasi pemerintah, dan sebagainya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Publikasi Bank
Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, Manajemen Perbankan Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1997. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alvabeta, Bandung, 2005, Hal. 11. 12 Ibid, Hal. 14. 13 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, Hal. 19)
10

29

Indonesia dan referensi lain dari jurnal, hasil penelitian, internet, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan metode sesuai dengan data yang diperlukan, metode yang dimaksud adalah: a. Studi Pustaka Studi ini dilakukan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, dasar-dasar teoritis ini diperoleh dari literatur-literatur, majalah-majalah ilmiah maupun tulisan-tulisan lainnya yang berhubungan dengan kinerja keuangan, analisa laporan keuangan, dan sejarah perkembangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia. b. Laporan Perusahaan Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan melihat dan mencatat data yang bersumber dari Laporan Publikasi Perbankan Indonesia di Bank Indonesia dan internet. 6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis rasio keuangan (financial ratio analysis). Analisis rasio keuangan berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan/bank. Analisis ini didasarkan pada data yang bersifat kuantitatif yaitu data berupa angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Analisis

30

rasio

keuangan

yang

digunakan

adalah

likuiditas,

solvabilitas,

rentabilitas, dan efesiensi. Langkah-langkah analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menghitung dan menganalisis laporan keuangan perusahaanperusahaan perbankan dengan menggunakan alat rasio keuangan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efesiensi. a. Melakukan analisis rasio likuiditas yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan perusahaan-perusahaan perbankan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang diukur melalui Quick ratio, Banking ratio, dan Loan to assets ratio. Formulasi dari masing-masing rasio tersebut adalah14 :
Cash Assets 1) Quick Ratio = Total Deposit

Cash assets (aset likuid) terdiri dari giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, aktiva valuta asing, dan dana pihak ketiga yang terdiri dari deposito, pinjaman berjangka, dan tabungan.
Total Loan 2) Banking Ratio = Total Deposit

Muljono, Teguh Pudjo, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Djambatan, Jakarta, 1992, Hal. 67 69.

14

31

Kredit yang diberikan (total loan) antara lain pinjaman pada Bank Indonesia, dan cadangan (debitur dubius).

Total Loans 3) Loan to Assets Ratio = Total Assets

Jumlah kekayaan total aktiva adalah yang diperoleh bank untuk melakukan aktivitasnya.

b. Melakukan analisis rasio solvabilitas yang bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan-perusahaan

perbankan dalam membayar kewajiban jangka panjang yang diukur melalui Capital adequacy ratio (CAR), Primary ratio, dan Capital ratio. Formulasi dari masing-masing rasio tersebut adalah sebagai berikut :

Equity Capital Fixed Assets 1) CAR = Total Loan + Securities

Equity capital merupakan modal sendiri yang dimiliki bank untuk menjalankan operasionalisasinya. Total loan merupakan total kredit yang diberikan bank, sedangkan Securities menunjukkan surat-surat berharga yang dimiliki bank.

Equity Capital 2) Primary Ratio = Total Assets

32

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri / permodalan pada suatu bank untuk menutup penurunan asetnya akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindarkan. Equity Capital 3) Capital Ratio = Total Loans Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup kemungkinan kegagalan yang ada dalam pemberian kredit. c. Melakukan analisis rentabilitas yang bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan-perusahaan perbankan untuk menghasilkan laba dengan jumlah modal yang dimiliki yang diukur melalui Return on assets (ROA), Return on equity (ROE), dan Gross profit margin. Formulasi dari masingmasing rasio adalah sebagai berikut :15
Laba Tahun Berjalan 1) ROA = Total Assets

Rasio ini menunjukkan kemampuan suatu bank didalam mengelola asetnya untuk menghasilkan laba bersih.
Laba Tahun Berjalan 2) ROE = Total Equity

Muljono, Teguh Pudjo, Bank Budgeting, Profit Planning&Control, BPFE, Yogyakarta, 1996, Hal. 433.

15

33

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank yang bersangkutan untuk menghasilkan laba bersih dari

penggunaan modal yang ditanamkan pada bank yang bersangkutan..


Operating income Operating expenses 3) Gross Profit Margin = Operating Income

Rasio ini menunjukkan kemampuan bank untuk menghasilkan laba dari operasi usahanya yang murni. d. Melakukan analisis efisiensi dengan menggunakan indikator Leverage multipler ratio, Asset utilization ratio, dan Operating ratio. Formulasi dari masing-masing rasio adalah sebagai berikut :16
Total Assets 1) Leverage Multipler Ratio = Total Equity Capital

Rasio ini untuk mengukur sampai sejauh mana kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank.
Operation Income + Non Operating Income 2) AUR = Total Assets

Rasio ini untuk mengukur kemampuan manajemen bank didalam mengelola asetnya untuk menghasilkan operating income maupun non operating income.
Biaya Operasi + Biaya non Operasi 3) Operating Ratio = Pendapatan Operasi
16

Ibid, Hal. 435.

34

Rasio

ini

untuk

mengukur

rata-rata

biaya

operasional dan non operasional yang digunakan bank guna memperoleh pendapatan. 2. Melakukan analisis internal dengan cara membandingkan rasiorasio keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia dari tahun ketahun secara keseluruhan (time series). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada masing-masing bank dari tahun ketahun berikutnya sehingga dapat diketahui tendensi perubahan (fluktuasi) atau pertumbuhannya. Formulasi yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kinerja bank adalah sebagai berikut : Ratio t Ratio t-1
Pertumbuhan = Ratio t-1

Keterangan : Ratio t = Rasio tahun sekarang Ratio t-1 = Rasio tahun sebelumnya 3. Melakukan analisis eksternal dengan cara membandingkan rasio keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. Bank Rakyat Indonesia pada periode yang sama. Rasio keuangan pada masingmasing bank digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai kinerja keuangan kedua bank tersebut.

35

G.

Sistematika Penelitian Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan tengtang alasan-alasan yang dijadikan sebagai latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang uraian mengenai teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu penjelasan tentang kinerja keuangan, analisa laporan keuangan, rasio keuangan, serta gambaran umum tentang perbankan

konvensional dan perbankan syariah. BAB III : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Bab ini akan menggambarkan uraian singkat mengenai PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia, yaitu dari segi sejarahnya, visi dan misi, struktur organisasi, produk dan jasa, serta kinerja keuangan selama periode 1999-2001. BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menganalisis dan membahas rasio keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001, serta menganalisis dan membahas

36

perbedaan kinerja keuangan kedua bank tersebut selama periode 1999-2001. BAB V : PENUTUP Bab ini berisikan uraian kesimpulan dan saran yang dapat dijadikan sebagai masukan bagi PT. Bank Syariah Mandiri, dan PT. Bank Rakyat Indonesia mengenai kinerja

keuangannya.

37

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan adalah gambaran tentang setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan pada saat periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efesien dan efektif, yang dapat diukur perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap terhadap data-data keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan.17 Informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.18 Kinerja keuangan berguna untuk menilai kondisi keuangan bank. Kondisi keuangan bank dapat dicerminkan dari tingkat likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas bank yang bersangkutan.19

Sutriyani, Analisa Komparasi Kinerja Keuangan Antara Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah, Skripsi Sarjana, Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta-SEM Institute, Yogyakarta, 2007. 18 Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. 19 Fitri Dian Anggraini, Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat kepailitan Perusahaan Perbankan di Indonesia Sebelum dan Sesudah Divestasi, Skripsi Program Sarjana, Program Studi Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, Hal. 12.

17

38

Ukuran kinerja keuangan bank tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang jangka pendek maksimal satu tahun dengan sejumlah aktiva lancar yang dimiliki.20 Likuiditas sebagai rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya.21 Kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek penting diketahui karena berkaitan dengan kemampuannya membayar hutang jangka panjang. Perusahaan yang tidak mampu membayar hutang jangka pendek pada umumnya juga tidak mampu membayar hutang jangka panjang. Meskipun perusahaan mampu memperoleh laba, namun apabila tidak mampu membayar hutang jangka pendeknya akan mengalami kebangkrutan. Kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendek dapat diketahui dengan memahami sifat dari masing-masing unsur aktiva lancar. Hal ini disebabkan hutang jangka pendek perusahaan akan dibayar dengan aktiva lancarnya.22 Ada tiga rasio yang dapat digunakan untuk memperkirakan kemampuan perusahaan perbankan memenuhi kebutuhan jangka

20

Abdullah, M. Faisal, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, UMM Press, Yogyakarta, 2002, Hal. 40. 21 Sartono, Agus, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta, 2000. 22 Munawir, Slamet, Analisis Laporan Keuangan Liberty, Yogyakarta, 2002, Hal. 227.

39

pendeknya, yaitu quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio. Ketiga ratio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :23 a. Quick Ratio Quick Ratio merupakan kemampuan bank mengembangkan dana nasabah dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi kas dengan total deposito yang terus disimpan pada bank bersangkutan. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut : Cash Assets Quick Ratio = Total Deposit b. Banking Ratio Banking ratio merupakan kemampuan bank membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan dananya. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi pinjaman modal dari pihak lain dengan simpanan-simpanan atau deposito. Formulasi dari rasio ini adalah : Total Loans Banking Ratio = Total Deposit c. Loan to Assets Ratio Loan to assets ratio merupakan kemampuan bank memenuhi permintaan debitur dengan aset yang tersedia. Rasio ini diperoleh

Muljono, Teguh Pudjo, Analisa Keuangan untuk Perbankan, Djambatan, Jakarta, 1992, Hal. 92.

23

40

dengan cara membagi kredit dengan jumlah aset yang dimiliki bank. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut : Total Loan Loan to Asset Ratio = Total Assets

2. Solvabilitas Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang.24 Perusahaan dikatakan solvabel apabila memiliki aktiva yang cukup untuk membayar hutang jangka panjang. Sementara perusahaan yang tidak memiliki aktiva yang cukup untuk membayar hutang jangka panjang disebut sebagai perusahaan yang unsolvable. Solvabilitas perusahaan berhubungan dengan laba yang dilaporkan sebagai hasil dari proses akuntansi dasar waktu (accruals accounting basis). Meskipun laba yang dilaporkan tidak sama dengan kas yang tersedia untuk jangka pendek, namun biaya dan pendapatan merupakan transaksi yang bermuara pada kas.25 Oleh sebab itu, laba merupakan faktor penting dalam untuk menentukan kemampuan membayar kewajiban jangka panjang. Kemampuan perusahaan perbankan membayar hutang jangka panjang dapat diukur dengan rasio capital adequate ratio (CAR), primary ratio (equity to assets ratio) dan capital ratio (equity to loan ratio).

24 25

Martono, Bank dan lembaga Keuangan Lainnya, Ekonisia, Yogyakarta, 2002, Hal. 83. Munawir, Op Cit, Hal. 240.

41

Rasio-rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Capital Adequate Ratio (CAR) Capital adequate ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan modal menutupi kemungkinan terjadinya kegagalan dalam perkreditan dan perdagangan surat berharga. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi modal sendiri yang telah dikurangi dengan aktiva tetap dengan total kredit yang ditambah dengan surat berharga. Equity Capital Fixed Assets CAR = Total loan + Securities

b. Primary Ratio (Equity to Assets Ratio) Primary ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri/permodalan pada suatu bank untuk menutup penurunan asetnya akibat berbagai kerugian yang tidak dapat dihindarkan. Rasio ini berbeda dengan CAR. Perbedaan kedua rasio tersebut terdapat pada adanya kepastian kerugian yang dialami oleh bank. Rasio ini diperoleh dengan membagi modal sendiri dengan total aset bank yang dapat diformulasikan sebagai berikut : Equity Capital Primary Ratio = Total Assets c. Capital Ratio (Equity to Loan Ratio) Capital ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan modal sendiri menutup sejumlah pinjaman nasabah atau pembiayaan oleh bank. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan modal sendiri

42

dengan total kredit atau pinjaman-pinjaman nasabah dan pembiayaan yang dilakukan oleh bank. Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut : Equity Capital Capital Ratio = Total loans 3. Rentabilitas Rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba.26 Kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba merupakan informasi penting bagi berbagai pihak.27 laba perusahaan memberikan gambaran mengenai kompensasi yang dapat diperoleh karyawan.
28

Kemampuan perusahaan menghasilkan


29

laba mengindikasikan bahwa terdapat aliran kas masuk.

Rasio yang

umum digunakan untuk menganalisis rentabilitas perusahaan perbankan adalah return on Asset (ROA), return on equity (ROE) dan gross profit margin (GPM). Ketiga rasio tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Return on asset (ROA) Return on asset merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba atas pemanfaatan aset yang dimiliki. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba tahun berjalan dengan total aset yang dimiliki. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut :

Ibid, Hal. 245. Abdullah, Op Cit, Hal. 47. 28 Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, AMP-YKPN, Yogyakarta, 2003, Hal. 208. 29 Muljono Teguh Pudjo, Op Cit.
27

26

43

Laba Tahun Berjalan ROA = Total Assets b. Return on equity (ROE) Return on equity merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memperoleh laba dan efesiensi secara keseluruhan operasional melalui penggunaan modal sendiri. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba tahun berjalan dengan total modal. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan sehingga rentabilitas bank semakin baik. Rasio ini diformulasikan sebagai berikut : Laba Tahun Berjalan ROE = Total Equity c. Gross profit margin (GPM) Gross profit margin merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank menghasilkan laba dari operasional usahanya yang murni. Rasio ini diperoleh dengan cara membandingkan hasil pengurangan pendapatan operasi dan biaya operasi dengan biaya operasi. Formulasi dari rasio ini adalah : Pendapatan Operasi Biaya Operasi Gross Profit Margin = Pendapatan Operasi

Selain dari ketiga rasio tersebut, kinerja keuangan dalam perbankan juga dapat diketahui dengan melakukan analisis rasio efisiensi usaha. Rasio efisiensi merupakan rasio untuk mengukur kinerja

44

manajemen bank dalam menggunakan semua faktor produksinya secara tepat guna dan berhasil guna. Rasio efesiensi usaha dalam perusahaan perbankan dapat diukur dengan menggunakan tiga rasio, yaitu : a. Leverage Multipler Ratio Leverage multipler ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank mengelola aktiva yang dikuasainya. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi total aset dengan total modal yang dapat diformulasikan sebagai berikut : Total Assets Leverage Multipler Ratio = Total Equity Capital b. Asset Utillization Ratio (AUR) Asset utillization ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank memanfaatkan aktiva yang dikuasainya guna memperoleh total pendapatan. Rasio ini diperoleh dengan mambagi hasil penambahan antara pendapatan operasi dan pendapatan non operasi dengan total aset. Formulasi dari rasio ini adalah : Operating Income + Non Operating Income AUR = Total Assets c. Operating Ratio Operating ratio merupakan rasio untuk mengukur rata-rata biaya operasional dan non operasional yang digunakan bank guna memperoleh pendapatan. Rasio ini diperoleh dengan membagi hasil

45

penambahan antara biaya operasi dan non operasi dengan pendapatan operasi yang diformulasikan sebagai berikut : Biaya Operasi + Biaya Non Operasi Operating Ratio = Pendapatan Operasi

B. Laporan Keuangan 1. Pengertian laporan keuangan Perkembangan yang terjadi dalam bidang perekonomian, terutama dalam bidang perbankan menuntut adanya peranan akuntansi yang dapat memberikan informasi keuangan yang dibutuhkan masyarakat dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi. Bentuk informasi yang diberikan oleh akuntansi adalah laporan keuangan. Bank komersial baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat yang berdasarkan prinsip syariah maupun konvensional diwajibkan memberikan laporan keuangan pada setiap periode tertentu. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap biasanya meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana) catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.30

30

Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta, Hal. 2.

46

Dengan memahami pengertian laporan keuangan di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan terdiri atas proses pencatatan dan pelaporan data keuangan dalam suatu periode kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik bagi pihak dalam maupun pihak luar perusahaan/bank tersebut. 2. Tujuan Laporan Keuangan Pada dasarnya, tujuan utama penyajian laporan keuangan suatu bank adalah untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu. Laporan keuangan disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan kinerja yang telah dicapai oleh bank Tujuan penyusunan laporan keuangan suatu bank secara umum adalah sebagai berikut.31 a. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva, kewajiban, dan modal bank pada waktu tertentu. b. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari pendapatan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu. c. Memberikankan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.

31

Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta, 2002, Hal. 62.

47

d. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen bank dalam suatu periode. Dengan melihat laporan keuangan maka akan dapat diketahui kondisi keuangan suatu perusahaan/bank, juga dapat menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan sehingga diharapkan dapat menjaga kepercayaan dan meningkatkan transparansi kondisi

keuangan kepada publik. 3. Fungsi Laporan Keuangan Sebagai bahan informasi yang digunakan oleh pihak-pihak yang membutuhkan, laporan keuangan setidaknya harus berfungsi sebagai berikut :32 a. Informasi dalam pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan laporan keuangan keuangan bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam

pengambilan keputusan yang rasional. Oleh karena itu, informasi dapat dipahami oleh pelaku bisnis dan ekonomi yang mencermati informasi yang disajikan dengan seksama. b. Informasi dalam menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat menukung investor/pemilik dana, kreditur, dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat, dan ketidakpastian dala penerimaan kas dimasa depan atas deviden, bagi hasil, dan hasil
Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Djambatan, Jakarta, Hal. 282-283.
32

48

dari penjualan, pelunasan (redemption), dan jatuh tempo dari surat berharga atau pinjaman. Prospek penerimaan kas tersebut sangat tergantung dari kemampuan bank untuk menghasilkan kas guna memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, kebutuhan

operasional, reinvenstasi dalam operasi, serta pembayaran deviden. Persepsi investor dan kreditur atas kemampuan bank tersebut akan mempengaruhi harga pasar surat berharga yang bersangkutan. Persepsi investor/pemilik dana dan kreditur akan memaksimalkan pengembalian dana yang telah mereka tanamkan an akan melakukan penyesuaian terhadap resiko yang mereka persepsikan atas perusahaan yang bersangkutan. c. Informasi atas sumber daya ekonomi Pelaporan keuntungan bertujuan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi bank (economic resources), kewajiban bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau pemilik saham, serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang dapat mempengaruhi perubahan sumber daya tersebut. d. Informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip syariah, serta informasi mengenai pendapatan dan pengeluaran yang tidak sesuai dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh serta penggunaannya.

49

e. Informasi untuk membantu pihak terkait didalam menentukan zakat bank atau pihak lainnya. f. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan bank terhadap tanggungjawab amanah dalam mengamankan dana, mengenvestasikannya pada tingkat keuntungan yang rasional, serta informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik rekening invenstasi. g. Informasi mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, terasuk pengelolaan dan penyaluran zakat. 4. Sifat Laporan Keuangan Sifat laporan keuangan antara lain:33 a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. b. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. c. laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi

ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

33

Ibid, Hal. 286-287.

50

d. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). e. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. f. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. g. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilakukan jika hal ini menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antarperusahaan. 5. Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan sarana utama dimana dunia usaha mengkomunikasikan posisi keuangan serta hasil-hasil usaha yang telah dicapainya. Ada empat laporan keuangan pokok, yakni neraca, laporan rugi laba, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan-laporan ini memberikan info tentang sehatnya keuangan keuangan sebuah perusahaan dan tentang perubahan-perubahan yang berarti dalam sumber daya dan kewajibannya dalam suatu format yang berguna bagi para pengambil keputusan.

51

Laporan keuangan bank syariah tidak jauh berbeda dengan laporan keuangan perusahaan pada umumnya, hanya saja pada bank syariah lebih sedikit luas dibanding dengan perusahaan lain. Hal itu karena adanya perbedaan prinsip yakni prinsip Syariah yang mana prinsip Syariah bersifat komprehensif dan universal, sehingga pembahasannya pun lebih luas. Menurut PSAK 59-IAI bahwa laporan keuangan bank syariah terdiri atas perangkat-perangkat laporan keuangan yang terdiri atas : a. Laporan posisi keuangan (neraca). b. Laba rugi. c. Arus kas. d. Perubahan arus ekuitas. e. Perubahan investasi terikat. f. Sumber dana dan penggunaan dana ZIS. g. Sumber dan penggunaan dana Qardhul hasan. 6. Pihak-pihak Pemakai Laporan keuangan Pihak-pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan mencakup 6 (enam) pihak yaitu : (1). Manajemen, (2). Investor dan Pemegang Saham, (3). Supplier, (4). Pemerintah, (5). Karyawan, dan (6). Masyarakat. Pihak-pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:34 1. Manajemen

34

Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2000, Hal. 7.

52

Manajemen

merupakan

pihak

internal

perusahaan

yang

berkepentingan sehubungan dengan penggunaan laporan keuangan. Laporan keuangan bagi manajemen digunakan sebagai dasar perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan keuangan, operasi dan investasi. Selain itu laporan keuangan bagi manajemen juga digunakan untuk menentukan profitabilitas perusahaan, earning per lembar saham, earning ratio, dan distribusi laba. 2. Investor dan Pemegang Saham Pihak lain yang berkepentingan dengan pemakaian laporan keuangan adalah investor dan pemegang saham. Laporan keuangan bagi pihak-pihak ini dibutuhkan untuk mengetahui kelancaran aktivitas dan profitabilitas perusahaan, dan potensi deviden. Selain itu juga digunakan untuk mengambil keputusan untuk

mempertahankan, menjual atau menambah sahamnya. pada dasarnya keputusan para pemegang saham tidak sebatas pada membeli, mempertahankan atau menjual sahamnya, tetapi juga waktu yang tepat untuk menjual atau membeli saham pada perusahaan yang bersangkutan. 3. Supplier Laporan keuangan tidak hanya dibutuhkan oleh pihak internal perusahaan saja, tetapi juga pihak eksternal yaitu supplier atau pemberi pinjaman. Dalam mengambil keputusan memberikan kredit atau tidak, supplier akan mempertimbangkan likuiditas,

53

profitabilitas dan jumlah hutang dibanding dengan modal. oleh sebab itu, pihak ini juga membutuhkan laporan keuangan untuk mengetahui informasi-informasi tersebut. 4. Pemerintah Informasi-informasi dalam laporan keuangan perusahaan

dibutuhkan pemerintah untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut : a. Meningkatkan pendapatan, misalnya penerimaan dari pajak penghasilan, pajak penjualan, pajak pertambahan nilai dan pajak kekayaan. b. Memonitor pelaksanaan kontrak-kontrak pemerintah, misalnya penentuan jumlah penggantian dalam kontrak cost-plus basis atau untuk memonitor keuntungan pelaksanaan bisnis

pemerintah (BUMN). c. Menentukan tarif, misal tarif listrik dan telpon. d. Menentukan kepatuhan perusahaan terhadap perundang-

undangan yang berlaku. 5. Karyawan Karyawan juga merupakan salah satu pihak yang berkepentingan dalam penggunaan laporan keuangan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat menimbulkan berbagai motivasi. Karyawan berkepentingan terhadap kelangsungan usaha dan profitabilitas operasi dimasa mendatang. Hal penting dari laporan

54

keuangan yang umumnya diperhatikan karyawan adalah mengenai penjualan dan laba perusahaan karena berkaitan dengan penentuan bonus dan pembagian keuntungan. 6. Masyarakat Umum Masyarakat umum yang berkepentingan dalam penggunaan laporan keuangan yang dimaksudkan adalah pelanggan atau konsumen. Pihak ini berkepentingan untuk memonitor

kelangsungan operasi perusahaan karena memiliki hubungan jangka panjang. Laporan keuangan perusahaan bagi pihak ini merupakan sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan mengenai kelangsungan perusahaan.

C. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan.35 Analisa Laporan Keuangan adalah merupakan suatu proses untuk membantu memecahkan dan sekaligus menjawab masalah-masalah yang

35

Ibid, Hal. 64.

55

timbul dalam suatu organisasi, baik organisasi perbankan maupun organisasi yang tidak bertujuan memperoleh laba.36 2. Tujuan Analisis Keuangan Adapun tujuan daripada Analisa laporan keuangan dapat ditinjau dari berbagai pokok/pihak yang berkepentingan atas laporan tersebut, diantaranya sebagai berikut :37 a. Pimpinan Bank Analisa laporan keuangan oleh pimpinan bank digunakan untuk mengukur apakah bank telah beroperasi secara efektif dan efesien untuk menilai dimana kelemahan dan kekuatan suatu bank, yang mana hal ini akan digunakan untuk menyusun rencana kebijaksanaan operasi pada masa yang akan datang. b. Kreditur Analisa laporan keuangan oleh kreditur akan digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar hutang-hutang jangka panjangnya. Oleh karena itu dalam analisa laporan keuangan akan lebih banyak dikonsenstrasikan pada ikhtisar rugi dan laba bank. c. Penanam Modal Analisa laporan keuangan oleh penanam modal akan digunakan untuk mengambil keputusan apakah mereka akan menanamkan modalnya pada bank tersebut, menjual saham yang telah dimiliki atau tetap menahannya.
36 37

Bank Indonesia, Analisa Laporan Keuangan Perbankan, BI, Yogyakarta, 1996, Hal. 1. Ibid, Hal. 2.

56

d. Pemerintah Analisa laporan keuangan oleh pemerintah akan digunakan untuk menetapkan pajak-pajak, statistik, dan perkembangan perekonomian. e. Karyawan Analisa laporan keuangan oleh karyawan oleh karyawan akan digunakan untuk meminta pertimbangan kepada pengurus bank tentang kemungkinan kenaikan gaji, bonus, dan lainnya. f. Pembina/Pemeriksa Bank Analisa laporan keuangan oleh pembina/pemeriksa akan digunakan untuk membuat rencana pemeriksaan dan sebagai dasar untuk mendiskusikan laporan hasil pemeriksaan. 3. Metode Analisis Metode analisa umumnya dibagi kedalam 2 (dua) jenis, yaitu:38 a. Analisa hanya dibatasi pada tahun yang diperiksa saja tanpa membandingkan umumnya dengan tahun-tahun analisa sebelumnya. yaitu Metode ini

menggunakan

rasio,

membandingkan

komponen-komponen laporan keuangan tahun yang dianalisa. Metode ini dikenal dengan analisa vertikal. b. Menganalisa kegiatan dua atau beberapa tahun operasional bank. Metode lebih mengarah kepada analisa yang lebih mendalam atas fluktuasi data keuangan dalam beberapa tahun. Metode ini dikenal dengan analisis horizontal.

38

Munawir, 2000, Op Cit., Hal. 5.

57

D. Penggunaan Rasio dalam Analisa Keuangan Tujuan Utama penyajian laporan keuangan bank adalah untuk memberikan gambaran mengenai hasil-hasil yang telah dicapai dalam satu periode waktu yang telah berlalu (past performance). Selanjutnya laporan keuangan bank berfungsi pula sebagai alat pertanggungjawaban manajemen baik kepada pemilik maupun otoritas moneter serta instansi-instansi lainnya yang berkepentingan. Oleh karena itu angka-angka yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan/bank perlu diolah melalui metode analisis tertentu sehingga dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan. Metode analisis yang digunakan adalah rasio. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan

(mathematical relation ship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank.39 Rasio dapat dihitung berdasarkan laporan keuangan yang telah tersedia, terdiri dari :40 a. Neraca (balance sheet) yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat. b. Rugi/laba (income statement) merupakan laporan operasi perusahaan selama periode tertentu.

39 40

Ibid, Hal. 64. Alwi Syafarudin, Alat-Alat Analisis Dalam Pembelanjaan Perusahaan, Andi Offset, Yogyakarta, 1993, Hal. 108.

58

E. Perbankan Konvensional Berdasarkan sistem pembayaran jasanya dalam lalu lintas pembayaran, bank dalam pelaksanaan kegiatan usahanya dapat secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. 41Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh kolonial Belanda.
42

Beberapa bank Belanda

dinasionalisir oleh Pemerintah Indonesia. Bank-bank di zaman awal kemerdekaan antara lain : 1. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi BNI 1946. 2. Bank Rakyat indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari DE ALGEME VOLK CREDIET bank atau Syomin Ginko. 3. Bank surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945 di Solo. 4. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946. 5. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. 6. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta. 7. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946. 8. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1946. 9. Kalimantan CorporationTrading di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Fasifik.
41

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, Hal. 38. 42 Ibid, Hal. 29.

59

10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari, kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949. Bank Konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu.43 Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga di bank dikenal dengan istilah spread based. Apabila suatu ank mengalami kerugian dari selisih bunga, dimana suku bunga simpanan lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama negatif spread.44 Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah :45 1. Menghimpun dana dari masyarakat (Funding) dalam bentuk : a. Simpanan Giro (Demand Deposit) b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) c. Simpanan Deposito (Time Deposit) 2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk : a. Kredit Investasi b. Kredit Modal Kerja c. Kredit Perdagangan
43 44

Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta, 2002. Kasmir, 2005, Op Cit, Hal. 25. 45 Ibid, Hal. 40.

60

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti : a. Transfer (Kiriman Uang) b. Inkaso (Collection) c. Kliring (Clearing) d. Safe Deposit Box e. Bank Card f. Bank Notes (Valas) g. Bank Garansi h. Referensi Bank i. Bank Draft j. Letter of Credit (L/C) k. Cek wisata (travelers Cheque) l. Jual beli surat-surat berharga m. Menerima setoran-setoran seperti pembayaran pajak, telepon, air, listrik, dan uang kuliah. n. Melayani pembayaran-pembayaran seperti gaji / pensiun / honorarium, deviden, kupon, dan bonus/hadiah. o. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi penjamin emisi (underwriter), penjamin (guarantor), wali amanat (trustee), perantara perdagangan efek (pialang/broker), pedagang efek (dealer), dan perusahaan pengelola dana (investmen company) p. dan jasa-jasa lainnya.

61

Industri perbankan Indonesia telah mengalami pasang surut seiring dengan perjalanan waktu. Banyak faktor yang menyebabkan pasang surut industri perbankan Indonesia, antara lain : faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor politik. Kronologis perkembangan industri perbankan Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :46 a. Era sebelum Juni 1983 Pada era sebelum Deregulasi Juni 1983, industri perbankan nasional ditandai dengan campur tangan Bank Indonesia dalam pengaturan pagu kredit dan tingkat bunga terhadap bank-bank nasional serta penyediaan kredit. Likuiditas dalam jumlah melimpah sehingga bank-bank komersial hanya berfungsi sebagai penyalur kredit Bank Indonesia. Akibatnya, pola pengelolaan bank-bank komersional cenderung konvensional, kurang profesional, kurang memiliki kreativitas, dan tidak inovatif. b. Paket 1 Juni 1983 (Pakjun 83) Deregulasi Pakjun 83 berisikan tiga hal utama, yaitu sebagai berikut: 1. Menghapus pagu kredit sehingga bank-bank nasional dapat

memberikan kredit secara lebih leluasa sesuai dengan kemampuannya, dengan harapan bank dapat berkembang secara wajar. 2. Bank diberi kebebasan menentukan sendiri suku bunga deposito, tabungan, maupun suku bunga kredit dalam rangka meningkatkan mobilisasi dana dari dan kepada masyarakat.

Desty Damayanti, Analisis Kinerja Keuangan Bank Dengan Metode CAMEL : Studi Kasus Pada P.T. Bank Global Internasional, Tbk, Skripsi Program Sarjana, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Janabadra, Yogyakarta, 2005, Hal. 1-4.

46

62

3. Mengurangi sebanyak mungkin atau meniadakan ketergantungan atau meniadakan kredit likuiditas. Liberalisasi perbankan tersebut

menyebabkan bisnis perbankan berkembang dengan pesat dengan persaingan yang semakin keat dan semarak. c. Paket 28 Oktober 1988 (Pakto 88) Pakto 88 berisi antara lain : 1. Kemudahan mendirikan bank baru. 2. Kemudahan membuka cabang baru. 3. Reserve Requirement (RR) diturunkan menjadi 2 %. 4. Bank Asing boleh beroperasi dikota selain Jakarta. Deregulasi ini berupaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap financial market sambil mendorong perbankan kearah kompetisi (persaingan) yang efisien dan sehat. d. Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993 Bank Indonesia selaku pengawas dan pembimbing bank nasional telah menetapkan ketentuan tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/BPPP/1993 tanggal 29 Mei 1993 yang dikenal denegan metode CAMEL. e. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1996 PP No.68/1996 antara lain berisikan tentang unsure yang harus dipenuhi oleh industri perbankan nasional, yakni : 1. Peningkatan rasio kecukupan modal (CAR) minimal 8 % dari ATMR, menjadi 10 % pada akhir tahun 1997, dan 12 % pada tahuun 2001.

63

2. Peningkatan modal disetor menjadi Rp 50 Milyar bagi bank-bank umum non devisa, dan Rp 150 Milyar bagi bank devisa. 3. Peningkatan GWM dari 3 % menjadi 5 % per April 1997. f. Undang-undang No. 10 tahun 1998 Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dan perubahan dari Undang-undang No. 7 tahun 1992. Undang-undang ini mencakup atas halhal sebagai berikut : 1. Penegasan kemandirian Bank Indonesia dalam pembinaan dan pengawasan perbankan dengan mengalihkan kewenangan seluruh perizinan dibidang perbankan dari semula berada pada Menteri Keuangan. 2. Pembentukan badan khusus sebagai pelaksana program penyehatan perbankan. 3. Perubahan cakupan rahasia bank. 4. Penyesuaian ketentuan dan kepemilikan bank dengan menghapus diskriminasi peraturan antara bank campuran dan bank umum. 5. Kemudahan pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank. g. Pengumuman Pemerintah tanggal 13 Maret 1999 Pada tanggal 13 Maret 1999, pemerintah melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dan Bank Indonesia mengumumkan berbagai keputusan dalam rangka penyehatan perbankan nasional, yakni : 1. 38 bank nasional ditutup atau Bank Beku Operasi (BBO). 2. 7 bank nasional diambil alih atau Bank Take Over (BTO).

64

3. 9 bank nasional diikut sertakan dalam program rekapitalisasi. 4. 73 bank nasional tidak diikut sertakan dalam program rekapitalisasi.

F. Perbankan Syariah kehadiran bank yang berdasarkan syariah di Indonesia masih relatif baru, yaitu baru pada awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan masyarakat muslim terbesar di dunia. 47Gagasan untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sebenarnya sudah muncul sejak pertengahan tahun 1970-an. Hal ini dibicarakan pada seminar nasional Hubungan IndonesiaTimur Tengah pada 1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika. Namun, ada beberapa alasan yang menghambat ide ini : 1. Operasi bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur, dan karena itu, tidak sejalan dengan UU Pokok Perbankan yang berlaku, yakni UU No. 14/1967. 2. Konsep bank syariah dari segi politis berkonotasi ideologis, merupakan bagian dari atau berkaitan dengan konsep negara Islam, dan karena itu tidak dikehendaki pemerintah. 3. Masih dipertanyakan, siapa yang bersedia menaruh modal dalam ventura seacam itu; sementara pendirian bank baru dari Timur Tengah masih

Muh. Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, Lembaga Studi Agama dan Filsafat, Jakarta, 1999, Hal. 405.

47

65

dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin membuka kantornya di Indonesia. Keberadaan perbankan syariah mulai berkembang pesat setelah adanya Paket Deregulasi, yaitu yang berkaitan dengan lahirnya Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 yang direvisi dengan UU No. 10 tahun 1998.48 Sebagai tindak lanjut dari UU No. 10 tahun 1998 tersebut, Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan juga mengeluarkan beberapa ketentuan yang berkaitan dengan perbankan syariah.49 Dengan adanya berbagai ketentuan tersebut, perbankan syariah telah mendapatkan kesempatan untuk

menjalankan kegiatan operasionalnya secara lebih optimal, dan diharapkan dapat memiliki daya saing tinggi dengan sistem perbankan konvensional. Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut:50 1. Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah. 2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. 3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2004, Hal. 4. 49 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, PT.Grasindo, Jakarta, 2005, Hal. 3. 50 Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Djambatan, Jakarta, 2001, Hal. 24.

48

66

4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,

mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya. Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:51 1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat. 2. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. 3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya kemandirian usaha. 4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang.
Warkum Sumitro, Azaz-Azaz Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, PT.Grafindo Persada, Jakarta, 1996, Hal. 18.
51

67

Upaya bank syariah dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program

pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha bersama. 5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi di akibatkan adanya inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan. Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik

penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah, yaitu jual beli dan bagi hasil.52 Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank Tanpa Bunga adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Quran dan Hadist Nabi SAW.53 Secara umum dapat dikatakan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan, dan dalam menjalankan aktivitasnya bank syariah wajib menerapkan prinsip syariah yang meliputi :54 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi: a. Giro berdasarkan prinsip syariah dan mudharabah. b. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.

Martono, Op Cit. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Ekonisia, Yogyakarta, 2004, Hal. 1. 54 Sri Susilo, Sigit Triandaru, Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Yogyakarta, 1999, Hal. 62.
53

52

68

c. Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah. 2. Melakukan Penyaluran dana melalui : a. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip murabahah, istishna, sala, dan jual beli lainnya. b. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah, dan bagi hasil lainnya. c. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan/atau Bank Indonesia yang diterbitkan atas dasar prinsip syariah. 3. Memberikan jasa-jasa : a. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan prinsip wakalah. b. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip wakalah. c. Memberikan fasilitas Letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip wakalah, murabahah, mudharabah, musyarakah, dan wadiah serta memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip kafalah. 4. Melakukan kegiatan lain seperti : a. Melakukan kegiatan jual beli valuta asing berdasarkan prinsip sharf. b. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip

musyarakah dan/atau mudharabah pada bank atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

69

c. Bank dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, shadaqah, waqaf, hiah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan/atau pinjaman kebajikan (Qardhul Hasan). 5. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah nasional. Hal mendasar yang membedakan bank konvensional dengan bank syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada bank, dan/atau yang diberikan oleh bank kepada nasabah. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya istilah bunga dan bagi hasil.
55

Bagi hasil menurut terminologi asing (inggris) dikenal dengan

profit sharing. Dalam kamus ekonomi diartikan dengan pembagian laba. Secara defenitif, profit sharing diartikan distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai disebuah perusahaan. Tabel 1. Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil
BUNGA Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah BAGI HASIL Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah

a.

b. Besarnya c.

d.

55

Muhammad, 2004, Op. Cit, Hal. 18.

70

e.

keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam.

pendapatan.

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, Hal. 61.

Inti mekanisme bagi hasil pada dasarnya terletak pada kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib). Secara syariah, prinsip bagi hasil dilaksanakan berdasarkan pada asas mudharabah yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk investasi. Meskipun demikian, dalam perkembangannya bank syariah tidak hanya membatasi dirinya pada akad mudharabah saja. Akan tetapi sesuai dengan jenis dan nature usahanya, bank syariah juga memperoleh dana melalui sistem perkongsian, sistem jual beli, sewa menyewa, dan lain-lain. Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Akan tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar di antara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.56

Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2001, Hal. 29.

56

71

Tabel 2. Perbandingan Antara Bank Syariah dan Konvensional.


BANK SYARIAH Akad & Aspek Legalitas Lembaga Penyelesaian Sengketa Hukum Islam dan Hukum Positif. Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI), sekarang sedang diupayakan pembentukan penggantinya yaitu Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS). Ada Dewan Syariah Nasional (DPS) dan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Halal. Bagi hasil, jual beli, sewa. Profit dan Falah oriented. Kemitraan. BANK KONVENSIONAL Hukum Positif. Badan Nasional (BAN). Arbitrase Indonesia

Struktur Organisasi Investasi Prinsip Organisasi Tujuan Hubungan Nasabah

Tidak ada DSN dan DPS. Halal dan haram. Perangkat bunga. Profit oriented. Debitor-Kreditur.

Sumber : Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Pengasuransian Syariah di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2006, Hal. 98.

72

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

A. Gambaran Umum PT. Bank Syariah mandiri 1. Sejarah57 Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitulasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau membuka cabang khusus syariah. PT. Bank Susila Bakti (PT.Bank Susila Bakti Tbk) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP), PT. Bank Dagang Negara, dan PT. Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997-1998 dengan

57

Www.Syariahmandiri.co.id.

73

berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada. akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik Dengan terjadinya merger 4(empat) bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) kedalam PT. Bank Mandiri (persero) pada tanggal 31 Juli 1999 rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti diambil alih oleh PT. Bank Mandiri (persero). PT. Bank mandiri (persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT. Bank Susila Bakti menjadi bank syariah. Sejalan dengan keinginan PT. Bank Mandiri (persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Sakinah Mandiriberdasarkan Akta Notaris : Ny. machrani M.S. SH, Nomor 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta Nomor 23 tanggal 8 September 1999 dengan Notaris : Sutjipto, SH nama PT. Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.1/24/KEP.BI/1999 telah

memberikan izin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT. Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No.1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank

74

Indonsia telah menyetujui perubahan nama PT. Bank Susila Bakti menjadi PT. Bank Syariah Mandiri. Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT. Bank Syariah Mandiri. Kelahiran PT. Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT. Bank Susila Bakti, dan manajemen PT. Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT. Bank Mandiri (persero). PT. Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang

mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia. 2. Visi dan Misi PT. Bank Syariah Mandiri sebagai lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah memiliki visi dan misi. Visi dari bank ini adalah Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha. Untuk mencapai visi tersebut, bank ini menetapkan misi sebagai berikut : a. Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang dengan mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan baik.

75

b. Mencapai

pertumbuhan

dan

keuntungan

yang

berkesinambungan melalui sinergi dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan memberi kemaslahatan bagi masyarakat luas. c. Memeperkerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti operasional perbankan syariah. d. Menunjukkan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip keadilan, keterbukaan, dan kehatihatian. e. Mengutamakan mobilisasi pendanaan dari golongan

masyarakat menengah dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah kecil, serta mendorong terwujudnya manajemen zakat, infaq, dan shadaqah yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial. 3. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri terdiri dari divisi-divisi atau unit kerja yang beragam tetapi saling terkait dan terkoordinasi. Divisi-divisi dalam bank ini menunjukkan garis-garis komando dan pendelegasian tegas yang jelas mulai dari atasan hingga bawahan. Secara garis besar, struktur organisasi PT. Bank Syariah Mandiri terdiri dari Dewan Komisaris,

76

Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Divisi, Unit Kerja Kantor Pusat, Staf Khusus Direksi dan Kantor Cabang, Cabang Pembantu, dan Kantor Kas. Direksi terdiri dari Presiden Direktur dan Direktur Bidang Pemasaran Korporasi, Direktur Bidang Kepatuhan dan Manajemen Resiko, Direktur Bidang Treasury dan Internasional, dan Direktur Bidang Human Resource dan Teknologi Informasi. Dalam struktur organisasi tersebut, terdapat pula Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa, dan mengawasi kegiatan bank guna menjamin bahwa bank tersebut telah beroperasi sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip syariah Islam. Sesuai dengan keputusan Bapepam No.IX.1.5 tentang

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit Per tanggal 22 Desember 2004, PT. Bank Mandiri (persero) selaku pemegang saham telah menunjuk 2 (dua) komisaris, yakni Zainul Arifin, dan Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap sebagai Komisaris Independen. Prof. Dr. Sofyan Syafri Harahap yang ditunjuk sebagai Ketua Komite Audit PT. Bank Syariah Mandiri. Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Bank Syariah Mandiri Yuslan Fauzi (Direktur Utama)

Ibnoe Mangku Subroto SEVP Bid Pembiayaan

Muhamad Haryoko Direksi SDI& Support

Hanawijaya Dir. Kepatuhan& Manajemen

Srie Sulistyowati
SEVP Bid. Treasury

International& Jaringan

Sumber : www.Syariahmandiri.co.id

77

4. Produk-Produk PT. Bank Syariah Mandiri sebagai bank umum syariah memiliki beragam produk dan jasa yang ditawarkan kepada para nasabahnya. Produk-produk yang dikeluarkan oleh bank ini adalah: a. Produk Penghimpunan Dana Produk penghimpunan dana pada bank ini meliputi : 1. Tabungan Tabungan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antaralain : a). Tabungan Berencana BSM Merupakan tabungan berjangka yang memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian bagi penabung maupun ahli waris untuk memperoleh dananya sesuai target pada waktu yang diinginkan. b). Tabungan BSM Investa Cendekia Merupakan tabungan yang digunakan untuk mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin dan juga memberikan perlindungan asuransi sehingga kelangsungan biaya pendidikan lebih terjamin. c). Tabungan Mabrur BSM Merupakan simpanan investasi yang bertujuan membantu masyarakat untuk merencanakan ibadah haji dan umrah. d). Tabungan BSM

78

Merupakan simpanan yang penarikannya berdasarkan syaratsyarat tertentu yang disepakati. e). Tabungan Kurban BSM Merupakan simpanan investasi yang bertujuan membantu masyarakat untuk merencanakan ibadah kurban dan aqiqah. f). Tabungan BSM Dollar Merupakan simpanan dalam mata uang dollar yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM dengan menggunakan slip penarikan. g). Tabungan Simpatik BSM Merupakan simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip wadiah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat tertentu yang disepakati. 2. Deposito Deposito dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : a). Deposito BSM Merupakan produk investasi berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. b). Deposito BSM Valas Merupakan produk investasi berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan valuta asing.

79

3. Giro Giro dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antaralain : a). Giro BSM Merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad adhdhamamah. b). Giro BSM Valas Merupakan simpanan dalam mata uang dollar amerika yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad adh-dhamamah. c). Giro BSM Singapore Dollar Merupakan simpanan dalam mata uang dollar singapore yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, atau alat perintah bayar lainnya dengan prinsip wadiah yad adh-dhamamah. d). Giro BSM Euro Merupakan sarana penyimpanan dana dalam mata uang euro yang disediakan bagi nasabah perorangan atau

perusahaan/badan hukum dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamamah. Dengan prinsip ini dana giro nasabah diperlakukan sebagai titipan yang dijaga keamanan

80

dan ketersediaannya setiap saat guna membantu kelancaran transaksi usaha. 4. Obligasi BSM (Mudharabah) Merupakan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang mewajibkan Emiten (Bank Syariah Mandiri) untuk membayar Pendapatan Bagi Hasil/Kupon dan membayar kembali Dana Obligasi Syariah pada saat jatuh tempo. b. Produk Penyaluran Dana Produk penyaluran dana pada bank ini meliputi : 1. BSM Implan Merupakan pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap perusahaan/kopkar yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). 2. Pembiayaan Talangan Haji BSM Merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. 3. Pembiayaan Gadai Emas BSM Merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat. 4. Pembiayaan Mudharabah BSM

81

Merupakan pembiayaan dimana seluruh modal kerja yang dibutuhkan nasabah ditanggung oleh bank. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. 5. Pembiayaan Musyarakah BSM Merupakan pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana dana dari bank merupakan bagian dari modal usaha nasabah dan keuntungan dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati. 6. Pembiayaan Murabahah BSM Merupakan pembiayaan berdasarkan akad jual beli antara bank dan nasabah. Bank membeli barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan margin yang disepakati. 7. Pembiayaan Resi Gudang Merupakan pembiayaan transaksi komersial dari suatu

komoditas/produk yang diperdagangkan secara luas dengan jaminan utama berupa komoditas/produk yang dibiayai dan berada dalam suatu gudang atau tempat yang terkontrol secara independen (independenty controlled warehouse). 8. Pembiayaan Edukasi BSM Merupakan pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk

sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang

82

pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah. 9. PKPA Pembiayaan kepada koperasi karyawan untuk Para Anggotanya (PKPA) merupakan penyaluran pembiayaan melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan konsumer para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan kepada koperasi

karyawan. Pola penyaluran yang digunakan adalah executing (kopkar sebagai nasabah) sedangkan proses pembiayaan dari kopkar kepada anggotanya dilakukan dan menjadi tanggungjawab penuh kopkar. 10. Pembiayaan Dana Berputar Merupakan fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktuwaktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah. c. Layanan Jasa Layanan jasa pada bank ini meliputi : 1. Jasa produk Jasa produk terdiri atas : a). Sentra Bayar BSM Merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan. b). BSM Card

83

Merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada ATMBSM, ATMandiri, ATMBersama, maupun ATMBank card. Selain itu juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja dimerchant-merchant yang tersedia EDC Mandiri yang berlogokan gunakan BSM card Anda disini. c). BSM Electronic Payroll Merupakan pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini BSM secara mudah, aman, dan fleksibel. d). Jual Beli Valas BSM Merupakan pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh BSM dengan nasabah. e). BSM Letter of Credit Merupakan janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau ordernya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima, atau menegosiasikan wesel-wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen. f). BSM SUCH (Saudi Umrah dan Haj Card)

84

Merupakan kartu prabayar dalam mata uang Saudi Arabiyan Riyal. g). SKBDN BSM Merupakan janji tertulis berdasarkan permintaan tertulis nasabah (applicant) yang mengikat Bank Syariah Mandiri sebagai bank pembuka untuk membayar kepada penerima atau order-nya atau menerima dan membayar wesel pada saat jatuh tempo yang ditarik penerima, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran kepada penerima atau untuk menegosiasikan wesel-wesel yang ditarik oleh penerima atas penyerahan dokumen (untuk saat ini khusus BSM dengan BSM). h). BSM sms Banking Merupakan produk layanan perbankan baru berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. i). Bank Garansi BSM Merupakan jaminan pembayaran yang diberikan oleh BSM kepada nasabah baik perorangan, atau

perusahaan/badan/lembaga dalam bentuk surat jaminan. 2. Jasa operasional Jasa operasional terdiri atas : a). Inkaso BSM

85

Merupakan penagihan warkat bank lain dimana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada diluar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit kerekening nasabah. b). Intercity Clearing Merupakan jasa penagihan warkat (cek/bilyet giro) bank diluar negeri wilayah kliring dengan cepat sehingga nasabah dapat menerima dana hasil tagihan cek atau bilyet giro tersebut pada keesokan harinya. c). Layanan Kiriman Uang Domestik dan Luar Negeri Merupakan jasa pengiriman uang/penerimaan uang secara cepat (real time on line) yang dilakukan lintas negara atau dalam satu negara (domestik). d). Pajak online BSM Merupakan jasa yang memberikan kemudahan kepada wajib pajak untuk membayar kewajiban pajak (bukan dalam rangka pembayaran pajak import) secara otomatis dengan mendebet rekening secara tunai. e). Pajak Import BSM Merupakan jasa yang memberikan kemudahan kepada importir untuk membayar pajak barang dalam rangka import secara online sebagai syarat untuk mengeluarkan barangnya dari gudang kantor bea dan cukai. f). Referensi Bank BSM

86

Merupakan surat keterangan yang diterbitkan oleh BSM atas dasar permintaan dari nasabah untuk tujuan tertentu. g). BSM RTGS (Real Time Gross Settlement) Merupakan jasa transfer uang valuta rupiah antar bank baik dalam satu kota maupun dalam kota yang berbeda secara real time, hasil transfer efektif dalam hitungan menit. h). Kliring BSM Merupakan penagihan warkat bank lain dimana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring. i). BSM Standing Order Merupakan fasilitas kemudahan yang diberikan BSM kepada nasabah yang dalam transaksi finansialnya harus memindahkan dari suatu rekening ke rekening lainnya secara berulang-ulang. Dalam pelaksanaannya nasabah memberikan instruksi ke bank hanya satu kali saja. j). Transfer Dalam Kota (LLG) Merupakan Jasa pemindahan dana antar bank dalam satu wilayah. k). Transfer Valas BSM Merupakan pengiriman valas dari nasabah BSM ke nasabah bank lain baik dalam maupun luar negeri (transfer ke luar), atau pengiriman valas dari nasabah bank lain baik dalam maupun luar negeri ke nasabah BSM (transfer masuk).

87

3. Jasa investasi Jasa investasi yang disediakan oleh Bank Syariah Mandiri adalah Reksa Dana BSM Investasi Berimbang. Reksadana ini merupakan reksadana campuran (mix fund/balanced fund) berbasis instrument pasar uang, pasar obligasi, dan pasar saham dengan ketentuan investasi sesuai Syariah. BSM Investa Berimbang juga dikelola, diadministrasikan, disimpan, dan didistribusikan (dijual) oleh sinergi 3 (tiga) kekuatan besar, yaitu Mudrir Investasi (sebagai manajer investasi dengan dana kelolaan terbesar di Inonesia), Deutsche Bank (sebagai bank kustodi reksa dana konvensional maupun syariah) dan BSM (sebagai agen penjual yang merupakan bank syariah terbesar di Indonesia). 5. Kinerja Keuangan Laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dapat memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja atau hasil usaha bank serta informasi keuangan lainnya kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perkembangan usaha bank. Gambaran kondisi keuangan Bank Syariah Mandiri selama periode 1999-2001 akan disampaikan sebagai berikut : Pada awal pendiriannya, Bank Syariah Mandiri memiliki total aset sebesar Rp. 447,985 milyar. Total aset yang dimilikinya meningkat menjadi Rp. 589,951 milyar pada tahun 2000 yang kemudian pada tahun 2001 mencapai Rp. 933,864 milyar. Aset likuid pada tahun 1999 sebesar

88

Rp. 26,724 milyar mengalami penurunan menjadi Rp. 18,646 milyar pada tahun 2000, namun pada tahun 2001 meningkat hingga mencapai Rp. 239,280 milyar. Pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Syariah Mandiri ke masyarakat juga meningkat dengan pesat. Hal ini tercermin pada perkembangan total loan pada tahun 1999 sebesar Rp. 39,508 milyar yang meningkat menjadi Rp. 315,728 milyar pada tahun 2000 yang kemudian pada tahun 2001 mencapai Rp. 653,134 milyar. Kemampuan Bank Syariah Mandiri dalam menghimpun dana dari masyarakat terlihat dalam Total deposit yang juga mengalami peningkatan. Pada tahun 1999 total deposit yang sebesar Rp. 54,324 milyar meningkat menjadi Rp. 178,192 milyar pada tahun 2000, dan kemudian menjadi Rp. 474,599 milyar pada tahun 2001. Pada awal pendiriannya, Bank Syariah Mandiri memiliki modal disetor sebesar Rp. 547,520 milyar, selanjutnya pada tahun 2000 dan 2001, modal disetor mencapai Rp. 358,373 milyar. Usaha perolehan laba pada Bank ini juga mengalami peningkatan sebesar Rp. 172 juta pada tahun 1999, kemudian menjadi Rp. 15,331 milyar pada tahun 2000, dan pada tahun 2001 mencapai Rp. 16,704 milyar.

B. Gambaran Umum PT. Bank Rakyat Indonesia 1. Sejarah58 Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatadja dengan nama

58

Www.Bri.co.id.

89

Hulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Pendiri Bank Rakyat Indonesia Raden Aria Wiraatmadja Pada periode setelah kemerdekaan Republik Indonesia, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1949 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Adanya situasi perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (PenPres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan kedalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan nelayan. Setelah berjalan selama sebulan keluarlah PenPres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia (BNI). Dalam ketentuan baru ini Bank Indonesia Urusan Tani dan Nelayan (BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia

90

Unit II Bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia Unit II bidang Ekspor Impor (Exim). Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang undangundang pokok perbankan dan Undang-Undang No. 13 tahun 1968 tentang undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rural dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia, selanjutnya berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank Umum. Berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 21 tahun 1992 status Bank Rakyat Indonesia (persero) yang kepemilikannya 100 % ditangan pemerintah sejak 1 agustus 1992. PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) yang berdiri sejak tahun 1895 yang didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang masih tetap konsisten, fokus dengan pemberian fasilitas kredit kepada pengusaha kecil. Hal ini tercermin pada perkembangan penyaluran dana KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 milyar pada tahun 1995 kemudian pada tahun 1999 sampai dengan bulan September mencapai Rp. 20.466 milyar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka pada saat ini BRI mempunyai Unit Kerja yang berjumlah

91

4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi/SPI, 170 Kantor Cabang (Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.Point, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa. 2. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia memiliki visi untuk menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Untuk mencapai visi tersebut, PT. Bank Rakyat Indonesia menetapkan misi-misi sebagai berikut : a. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. b. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh Sumber Daya Manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance. c. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihakpihak yang berkepentingan. 3. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia, sebagai bank konvensional memiliki struktur organisasi yang berbeda dengan PT. Bank Syariah Mandiri. Struktur organisasi PT. Bank Rakyat indonesia terdiri dari RUPS, Dewan

92

Komisaris, Dewan Direksi, Divisi, Unit Kerja Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Inspeksi, Kantor Cabang Dalam Negeri, Kantor Cabang Luar Negeri, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Cabang Khusus, Kantor Kas Bayar, Kantor Kas Mobil Bank, serta Pos Pelayanan Desa. Secara umum, struktur organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia sebagai berikut : Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia
RUPS

KOMISARIS UTAMA Bunasor Sanim

DIREKTUR UTAMA Sofyan Basir

KOMISARIS 1. B.S Kusmuljono 2. Sunarsip 3. Alviliani 4. Bandjussalam 5. Agus Pakpahan 6. Mulia P.Nasution

DIREKTUR 1. A. Toni Soetirto 2. Sudaryanto Sudaryo 3. Sarwono Sudarto 4. Sulaiman A.Arianto 5. Lenny Sugihat 6. Bambang Soepomo

7. Abdul Salam Sumber : Www.bri.co.id.

4. Produk-produk Sebagai sebuah bank yang memiliki visi untuk menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah, PT. Bank Rakyat Indonesia menawarkan berbagai macam produk simpanan

93

maupun kredit. Secara umum produk-produk yang disediakan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia tidak jauh berbeda dengan produk bank konvensional yang ada di Indonesia pada saat ini. Secara umum, produk-produk yang disediakan meliputi : a. Produk simpanan dana Produk simpanan dana yang disediakan oleh Bank Rakyat Indonesia adalah : 1. Tabungan Tabungan terdiri atas : a). Simpedes Merupakan simpanan masyarakat pedesaan di BRI unit yang termasuk dalam kelompok tabungan, yang pengambilan maupun penyetorannya tidak dibatasi dalam jumlah maupun frekuensinya sepanjang saldonya mencukupi. b). Simaskot Merupakan simapanan masyarakat di BRI unit pelaksana simaskot, termasuk kedalam kelompok tabungan yang

pengambilan maupun penyetorannya tidak dibatasi dalam jumlah maupun frekuensi sepanjang saldonya mencukupi. c). BritAma Merupakan tabungan yang banyak memberikan manfaat lebih besar dari sekedar tabungan biasa. Layanan tabungan

94

terhubung secara online diseluruh Kantor Cabang BRI di wilayah Indonesia. 2. Giro Merupakan simpanan dari masyarakat kepada bank yang penyetoran maupun penarikannya dapat dilakukan setiap saat, dengan tidak dibatasi oleh jumlah maupun frekuensi sepanjang dananya mencukupi. 3. Deposito berjangka Merupakan simpanan dari masyarakat kepada bank, yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu, sesuai yang telah diperjanjikan antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan. b. Produk penyaluran dana Produk penyaluran dana yang disediakan oleh Bank Rakyat Indonesia antara lain : 1. Kredit Investasi (KI) Merupakan fasilitas kredit untuk keperluan pembelian aktiva tetap usaha perorangan/badan hukum, misalnya mesin-mesin, kendaraan, dan lain-lain. 2. Kredit Modal Kerja (KMK) Merupakan fasilitas kredit untuk keperluan menambah modal kerja usaha perorangan/badan hukum. Fasilitas ini dapat digunakan

95

untuk pembelian bahan baku, pembelian persediaan barang dagangan, biaya operasional, dan lain-lain. 3. Kredit Modal Kerja Ekspor (KMKE) Merupakan fasilitas kredit untuk pembiayaan kegiatan ekspor. 4. Kredit Modal Kerja Impor (KMKI) Merupakan fasilitas kredit untuk pembiayaan kegiatan impor. 5. Kredit Modal Kerja Konstruksi (KMKK) Merupakan fasilitas kredit untuk pembiayaan kegiatan

pembangunan gedung, jalan, jembatan, dan infra struktur lainnya. 6. Kretap Merupakan fasilitas kredit untuk karyawan yang mempunyai penghasilan tetap (PNS, POLRI, BUMN, BUMD, Swasta Bonafide). c. Produk jasa Produk jasa yang disediakan oleh Bank Rakyat Indonesia adalah : 1. Transfer Merupakan jasa pengiriman uang lewat bank baik dalam kota, luar kota atau keluar negeri. 2. Money Changer Merupakan pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh BRI dan nasabah. 3. Pelayanan Pembayaran PBB 4. Pelayanan PLN.

96

5. Kinerja Keuangan Bank Rakyat Indonesia (persero) yang berdiri sejak tahun 1895 yang didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang masih tetap konsisten. Pada tahun 1999 total aset yang dimiliki Bank Rakyat Indonesia adalah sebesar Rp. 30.510,441 milyar, kemudian pada tahun 2000 meningkat menjadi Rp. 64.674,772 milyar dan mencapai Rp. 75.716,081 pada tahun 2001. Sedangkan modal disetor adalah sebesar Rp. 1.728,000 milyar. Kemampuan Bank Rakyat Indonesia dalam

menyalurkan dana ke masyarakat dapat dilihat dari total loan sebesar Rp. 26.132,344 milyar pada tahun 1999, kemudian pada tahun 2000 dan 2001 masing-masing meningkat mencapai Rp. 26.367,171 milyar dan Rp. 32.357,625 milyar. Perkembangan Dana Pihak Ketiga pada tahun 1999 sebesar Rp. 26.132,344 milyar meningkat menjadi Rp. 26.367,171 milyar pada tahun 2000, dan pada tahun 2001 mencapai Rp. 32.357,625 milyar. Kemampuan Bank Rakyat Indonesia dalam memperoleh laba mengalami penurunan dari kemampuan usaha tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada tahun 1999, dimana Bank Rakyat Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp. 28.177,460 milyar, dan Rp. 27.842,081 milyar pada tahun 2000. Usaha perolehan laba ini kembali mengalami peningkatan pada tahun 2001, yakni sebesar Rp. 1.063,891 milyar.

97

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mengenai laporan keuangan dari 2 (dua) perusahaan perbankan milik pemerintah, yaitu Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001. Dengan demikian terdapat 2 (dua) perusahaan perbankan yang dianalisis mengenai kinerja keuangannya. Dalam penelitian ini analisis kinerja hanya dibatasi pada aspek kuantitatif yakni mengenai rasio keuangannya saja. Data keuangan dari kedua perusahaan perbankan yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis kinerja keuangan melalui rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan efisiensi selama periode 1999-2001 dapat disajikan pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Data Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001 (Dalam Jutaan Rupiah) Periode 2000 18.646 178.192 315.728 589.951 248.000 373.875 51.580 15.331

Keterangan Cash Assets (kas) Total Deposit (total deposito) Total Loans (Total Kredit) Total Assets (Total Aktiva) Securities (Surat Berharga) Equity Capital (Modal Sendiri) Fixed Assets (Aktiva Tetap) Laba Tahun Berjalan

1999 26.724 54.324 39.508 447.985 322.557 358.545 37.781 172

2001 239.280 474.599 653.134 933.864 0 408.184 71.252 16.704

98

Operating Income (Pendapatan Operasional) Operating Expenses (Biaya Operasional) Pendapatan Non Operasional Biaya Non Operasional

848 32.997 158 6

48.252 3.215 5.079 1

124.141 100.018 1.445 51

Sumber : Direktori Perbankan Indonesia, 2001 dan 2003.

Tabel 4. Data Keuangan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001 (Dalam Jutaan Rupiah)
Periode 2000 5.255.376 49.331.095 26.367.171 64.674.772 1.115.563 3.183.040 1.403.256 (27.842.081) 8.958.963 8.631.571 26.199 10.225

1999 Cash Assets (kas) 4.635.016 Total Deposit (total 40.018.964 deposito) Total Loans (Total Kredit) 26.132.344 Total Assets (Total Aktiva) 30.510.441 Securities (Surat Berharga) 1.577.046 Equity Capital (Modal (26.286.843) Sendiri) Fixed Assets (Aktiva Tetap) 1.224.892 Laba Tahun Berjalan (28.177.460) Operating Income 9.238.954 (Pendapatan Operasional) Operating Expenses (Biaya 10.936.292 Operasional) Pendapatan Non Operasional 73.897 Biaya Non Operasional 20.535

Keterangan

2001 11.675.562 57.690.910 32.357.625 75.716.081 1.154.274 4.813.704 1.683.022 1.063.891 12.948.516 9.402.418 65.632 16.128

Sumber : Direktori Perbankan Indonesia, 2001 dan 2003.

B. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan yang dilakukan terhadap dua bank umum milik pemerintah, yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) bertujuan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan dari masing-masing bank. Kinerja keuangan tersebut ditunjukkan dengan rasio-rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan efisiensi. Rasio keuangan

99

masing-masing bank tersebut selama periode 1999-2001 dapat dianalisis seperti berikut. 1. Bank Syariah Mandiri (BSM) Hasil perhitungan rasio-rasio keuangan Bank Syariah Mandiri meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan efisiensi selama periode 1999-2001 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut : a). Likuiditas Berdasarkan data laporan keuangan neraca dan laporan rugi laba dapat dihitung rasio-rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri untuk periode 1999-2001. Hasil perhitungan rasio-rasio likuiditas mencakup quick ratio, banking ratio dan loan to assets ratio pada bank syariah ini dapat ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001

Rasio Quick Ratio Banking Ratio Loan to Assets Ratio


Sumber : Data sekunder diolah

1999 49,19 % 72,72 % 8,81 %

Periode 2000 10,46 % 177,1 % 53,51 %

2001 50,41 % 137,61 % 69,93 %

Rasio-rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Quick ratio pada tahun 1999 sebesar 49,19 % menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,49,-. Pada tahun 2000 quick ratio mengalami penurunan menjadi 10,46 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari

100

deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,10,-. Sedangkan pada tahun 2001 quick ratio kembali meningkat menjadi 50,41 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,5,-. Penurunan quick ratio pada tahun 2000 memperlihatkan bahwa bank kurang mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya. Semakin rendah quick ratio maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam bentuk tabungan maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Sedangkan pada tahun 2001, quick ratio mengalami peningkatan. Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah. Rasio ini tidak mencapai atau mendekati 100 % sebagai rule of thumb-nya. Hal ini memperlihatkan bahwa bank syariah ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh sebab itu tingkat likuiditas bank syariah ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik. 2) Banking ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka 72,72 %, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,727,- dari pembiayaan yang diberikan. Pada tahun 2000, banking ratio meningkat menjadi 177,1 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 1,77,- dari pembiayaan yang diberikan. Sedangkan banking ratio pada tahun

101

2001 mengalami penurunan menjadi 137,61 %, hal ini berarti setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 1,37,- dari pembiayaan yang diberikan. Berdasarkan tabel 5 diatas terlihat bahwa pada tahun 2000 nilai banking ratio adalah paling tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa pada tahun tersebut tingkat likuiditas bank paling rendah karena bank membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk membiayai pembiayaannya. Meskipun banking ratio mengalami penurunan pada tahun 2001, namun nilai rasio ini masih tergolong tinggi. Oleh karena itu tingkat likuiditas bank syariah ini dilihat dari banking ratio tergolong masih rendah. Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi. Hal ini karena bank dapat menjamin dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah peminjam dengan menggunakan depositonya. Banking ratio yang semakin rendah menandakan bahwa bank syariah ini tidak membutuhkan jumlah dana yang besar untuk membiayai pembiayaan yang diberikannya. 3) Assets to loan ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka 8,81 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,08,-. Pada tahun 2000 assets to loan ratio mengalami peningkatan menjadi 53,51 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,53,-. Sedangkan pada tahun 2001 assets to loan ratio sebesar

102

69,93 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi pembiayaan yang diberikan sebesar Rp. 0,699,-. Ditinjau dari loan to assets ratio, tingkat likuiditas bank ini masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai loan to assets ratio yang semakin meningkat setiap tahunnya. nilai rasio yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah rendah. Ini disebabkan karena total kredit atau pembiayaan yang diminta nasabah mendekati atau bahkan lebih besar dibanding dengan total aset yang dimiliki bank tersebut. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri ini mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio likuiditasnya. Pertumbuhan rasio likuiditas Bank Syariah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 6.
Tabel 6. Pertumbuhan Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001 Rasio Quick Ratio Banking Ratio Loan to assets ratio 1999 Periode 2000 -78,7 % 143,5 % 507,3 %

2001 381,9 % -22,3 % 30,68 %

Sumber : Data Sekunder Diolah.

Hasil pertumbuhan rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio menunjukkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan positif dan negatif pada tiap tahunnya. Pertumbuhan positif quick ratio pada tahun 2001

103

memperlihatkan bahwa pada tahun tersebut bank cukup mampu meningkatkan kinerja keuangannya setelah sebelumnya mempunyai pertumbuhan negatif. Pertumbuhan negatif banking ratio pada tahun 2001 juga mencerminkan bahwa kinerja keuangannya pada tahun tersebut baik karena bank mampu menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total depositonya. Sementara itu, pertumbuhan positif pada loan to assets ratio menandakan bahwa kinerja keuangan pada bank tersebut masih kurang baik meskipun terjadi penurunan pada tahun 2001. Hal ini karena bank kurang mampu menurunkan nilai perbandingan antara total pembiayaan dengan total asetnya. Berdasarkan analisis rasio-rasio likuiditas tersebut dapat diketahui bahwa tingkat likuiditas Bank Syariah Mandiri masih rendah. Hal ini mencerminkan bahwa bank kurang mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga tergolong dalam bank yang tidak liquid. b). Solvabilitas Hasil perhitungan rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio (CAR), primary ratio dan capital ratio pada bank syariah ini dapat ditunjukkan pada Tabel 7.

104

Tabel 7. Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001

Rasio CAR Primary Ratio Capital Ratio


Sumber : Data sekunder diolah

1999 88,59 % 80,03 % 907,5 %

Periode 2000 57,17 % 63,37 % 118,41 %

2001 51,58 % 43,70 % 62,49 %

Rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) CAR pada tahun 1999 adalah sebesar 88,59 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,8859,-. Sedangkan pada tahun 2000 CAR mengalami penurunan menjadi 57,17 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,57,-. Pada tahun 2001 CAR kembali menurun menjadi 51,58 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,51,-. Semakin tinggi nilai CAR maka solvabilitas semakin baik. CAR yang semakin tinggi mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian pembiayaan. Oleh karena itu meskipun rasio ini mengalami penurunan setiap tahunnya namun nilai CAR pada bank syariah ini masih tergolong cukup baik. Nilai CAR dikatakan rendah apabila kurang dari nilai CAR yang ditentukan

105

oleh Bank Indonesia yakni sebesar 8 %. CAR yang rendah mencerminkan bahwa permodalan dalam bank kurang baik sehingga bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembiayaan dan perdagangan securities. (2) Primary ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka 80,03 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,80,-. Sedangkan primary ratio pada tahun 2000 yang menunjukkan angka 63,37 % menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,63,-. Pada tahun 2001 primary ratio mengalami penurunan menjadi 43,70 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,43,-. (3) Capital ratio pada tahun 1999 sebesar 907,5 % menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 9,07,-. Pada tahun 2000 terlihat bahwa capital ratio mengalami penurunan menjadi 118,41 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 1,18,-. Sedangkan capital ratio pada tahun 2001 menunjukkan angka 62,49 %, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pembiayaan dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,62,-. Dari tabel diatas terlihat bahwa capital ratio mengalami penurunan tiap tahunnya. Meskipun demikian, selama periode 1999-2001 nilai rasio ini masih tergolong tinggi sehingga pada tahun tersebut tingkat solvabilitasnya cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa bank tersebut memiliki permodalan yang baik sehingga dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang dilakukan oleh bank. Ditinjau dari pertumbuhan solvabilitasnya, kinerja keuangan bank syariah ini dari tahun ketahun mengalami penurunan pada rasio

106

solvabilitasnya. Pertumbuhan rasio solvabilitas Bank Syariah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 8.
Tabel 8. Pertumbuhan Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001 Rasio CAR Primary Ratio Capital Ratio 1999 Periode 2000 2001 -35,46 % -9,7 % -20,81 % -31,03 % -86,9 % -47,2 %

Sumber : Data Sekunder Diolah

Hasil pertumbuhan rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan negatif setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan adanya penurunan nilai pada masing-masing rasio tersebut. Pertumbuhan negatif pada rasio-rasio solvabilitas ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank syariah ini dari tahun ketahun kurang baik. Bank kurang mampu memperbaiki

permodalannya sehingga rasio-rasio solvabilitasnya terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Analisis terhadap rasio-rasio likuiditas yang mencakup capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio pada Bank Syariah Mandiri terlihat mengalami penurunan setiap tahunnya. Meskipun demikian, nilai rasio-rasio solvabilitas pada bank ini masih cukup tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa bank tersebut cukup mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya sehingga tergolong sebagai bank umum yang solvabel.

107

c). Rentabilitas Hasil perhitungan rasio-rasio rentabilitas yang mencakup return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan gross profit margin (GPM) pada bank syariah ini dapat ditunjukkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001 Rasio ROA ROE GPM
Sumber : Data sekunder diolah

1999 0,0383 % 0,047 % (3791,15%)

Periode 2000 2,59 % 4,10 % 93,33 %

2001 1,78 % 4,09 % 19,43 %

Rasio-rasio rentabilitas yang mencakup return on assets (ROA), Return en equity (ROE), dan Gross profit Margin (GPM) dapat dijelaskan seperti berikut. (1) ROA pada tahun 1999 menunjukkan angka 0,0383 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset menghasilkan laba sebesar Rp 0,00038,-. Sedangkan ROA pada tahun 2000 mengalami peningkatan menjadi 2,59 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0259,-. Pada tahun 2001 ROA menurun menjadi 1,78 %, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0178,-. Kenaikan ROA pada tahun 2000 menjadi 2,59 % menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya cukup baik.

108

Meskipun pada tahun 2001 ROA mengalami penurunan menjadi 1,78 %, akan tetapi nilai ROA pada bank ini tergolong cukup baik. (2) ROE pada tahun 1999 sebesar 0,047 % menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal mampu menghasilkan laba sebesar Rp. 0,00047,-. Pada tahun 2000 ROE meningkat menjadi 4,10 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari modal dapat menghasilkan laba perusahaan sebesar Rp. 0,041,-. Sedangkan pada tahun 2001 ROE sebesar 4,09% menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal dapat menghasilkan laba sebesar Rp. 0,0409,-. Peningkatan yang terjadi tiap tahunnya terhadap rasio ini mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modalnya sudah cukup baik. (3) GPM pada tahun 1999 menunjukkan angka negatif, yakni sebesar 3791,15 %, hal ini menggambarkan bahwa biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan belum mampu menghasilkan

operating income karena perusahaan baru didirikan. Pada tahun 2000 GPM menunjukkan angka 93,33 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,933,-. Sedangkan pada tahun 2001 terlihat GPM mengalami penurunan menjadi 19,43 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan hanya mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,194,-. Peningkatan

109

nilai GPM pada tahun 2000 menjadi 93,33 % mencerminkan bahwa pada tahun tersebut kemampuan bank dalam memperoleh laba dari operasional usahanya sudah cukup tinggi. Sedangkan pada tahun 2001 GPM mengalami penurunan menjadi 19,43 %. Meskipun nilai GPM mengalami kenaikan dan penurunan naik namun bank tersebut terlihat cukup mampu menghasilkan laba melalui operasional usahanya. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan bank syariah ini mengalami kenaikan dan penurunan pada rasio rentabilitasnya. Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Syariah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 10.
Tabel 10. Pertumbuhan Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001 Rasio ROA ROE GPM 1999 Periode 2000 2001 6662,4 % -31,27 % 8623,4 % -0,24 % 102,46 % -79,18 %

Sumber : Data Sekunder Diolah

Hasil perhitungan pertumbuhan rasio rentabilitas yang mencakup ROA, ROE, dan GPM memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan positif dan negatif setiap tahunnya. Pertumbuhan positif pada rasio-rasio rentabilitas ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank syariah ini sudah cukup baik. Sedangkan pertumbuhan negatif pada rasio-rasio ini mencerminkan bahwa kinerja keuangan bank syariah ini kurang baik. Penurunan

110

terhadap pertumbuhan rasio-rasio rentabilitas ini menunjukkan bahwa bank kurang mampu mempertahankan kinerja keuangannya. Berdasarkan analisis rasio-rasio rentabilitas tersebut dapat diketahui bahwa Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 mempunyai tingkat rentabilitas yang masih rendah. Sedangkan pada tahun 20002001 Bank Syariah Mandiri sudah cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun operasional usahanya sehingga tergolong bank yang cukup profitabel. d). Efisiensi Hasil perhitungan rasio-rasio efisiensi yang mencakup leverage multipler ratio, asset utillization ratio dan operating ratio pada bank syariah ini dapat ditunjukkan pada Tabel 11.
Tabel 11. Rasio Efisiensi Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001

Rasio Leverage Multipler Ratio AUR Operating Ratio


Sumber : Data sekunder diolah

1999 124,9 % 0,224 % 3891,86 %

Periode 2000 157,79 % 9,03 % 6,66 %

2001 228,78 % 13,44 % 80,60 %

Rasio-rasio efesiensi yang mencakup leverage multipler ratio (LMR), asset utillization ratio (AUR), dan operating ratio dapat dijelaskan seperti berikut. (1) LMR pada tahun 1999 menunjukkan angka 124,9 %, hal ini menunjukkan bahwa manajemen mampu mengelola equity capital menjadi aset sebesar 124 kali dalam setahun. Pada tahun

111

2000 nilai LMR meningkat menjadi 157,79 %, dan kembali mengalami peningkatan menjadi 228,78 % pada tahun 2001. Hal ini mencerminkan bahwa bank cukup mampu mengelola aset yang dikuasainya dengan baik. Nilai LMR yang tinggi menunjukkan bahwa total aset bank jauh lebih besar

dibandingkan dengan modal yang dimilikinya. (2) AUR pada tahun 1999 menunjukkan angka 0,224 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dapat menghasilkan income sebesar Rp. 0,00224,-. Pada tahun 2000 terlihat AUR meningkat menjadi 9,03 % yang berarti setiap Rp. 1,-. dari aset menghasilkan income sebesar Rp. 0,0903,-. Pada pada tahun 2001 AUR kembali mengalami peningkatan sebesar 13,44 % yang menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dapat menghasilkan income sebesar Rp. 0,134,-. Peningkatan nilai AUR pada tiap tahunnya mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam memanfaatkan asetnya untuk meningkatkan

pendapatan sudah cukup baik setiap tahunnya. (3) Operating ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka 3891,86 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pendapatan yang diterima memerlukan biaya operasional dan non

operasional sebesar Rp. 38,9,-. Sedangkan pada tahun 2000 operating ratio mengalami penurunan menjadi 6,66 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pendapatan yang

112

diterima hanya memerlukan biaya operasional dan non operasional sebesar Rp. 0,066,-. Pada tahun 2001, operating ratio mengalami kenaikan menjadi 80,60 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pendapatan yang diterima memerlukan biaya operasional dan non operasional sebesar Rp. 0,8,-. Pada tahun 1999 operating ratio memiliki nilai tertinggi. Semakin tinggi operating ratio maka tingkat efesiensi bank tersebut semakin rendah karena biaya operasional dan operasional yang dikeluarkan bank lebih besar dari pendapatan yang diterima. Naik turunnya nilai operating rasio pada bank syariah ini mencerminkan bahwa bank kurang mampu mempertahankan kinerja keuangannya. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan bank syariah ini memiliki kecendrungan pertumbuhan yang berbeda pada rasiorasio efisiensinya. Pertumbuhan rasio efesiensi Bank Syariah Mandiri dapat ditunjukkan pada tabel 12.
Tabel 12. Pertumbuhan Rasio Efisiensi Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001 Rasio LMR AUR Operating Ratio 1999 Periode 2000 2001 26,3 % 44,9 % 3931,2 % 48,8 % -99,8 % 1110,2 %

Sumber : Data Sekunder Diolah

Hasil perhitungan rasio efisiensi yang mencakup leverage multipler ratio (LMR), asset utillization ratio (AUR), dan operating ratio

113

memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya. ini menunjukkan adanya peningkatan nilai pada masing-masing rasio tersebut. Meskipun pertumbuhan operating ratio menurun, namun pertumbuhan positif pada LMR dan AUR mencerminkan bahwa bank memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mengelola dan memanfaatkan asetnya. Berdasarkan analisis rasio-rasio efisiensi tersebut dapat diketahui bahwa Bank Sayariah Mandiri pada tahun 1999 tingkat efisiensinya masih kurang baik. Sementara pada tahun 2000-2001 tingkat efisiensi bank ini sudah tergolong cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut bank cukup mampu mengelola dan memanfaatkan asetnya sehingga tergolong bank yang cukup efesien.

2. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Hasil perhitungan rasio-rasio keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) meliputi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan efisiensi selama periode 1999-2001 dapat ditunjukkan dan dianalisis sebagai berikut : a). Likuiditas Berdasarkan data laporan neraca dan laporan laba rugi dapat dilihat rasio-rasio likuiditas Bank Rakyat Indonesia untuk periode 1999-2001. Hasil perhitungan rasio-rasio mencakup quick ratio,

114

banking ratio dan loan to assets ratio pada bank konvensional ini dapat ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001

Rasio Quick Ratio Banking Ratio Loan to Assets Ratio


Sumber : Data Sekunder diolah.

1999 11,58 % 65,29 % 85,65 %

Periode 2000 10,65 % 53,44 % 40,76 %

2001 20,23 % 56,08 % 42,73 %

Rasio-rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Quick ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka 11,58 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,1158,-. Pada tahun 2000 quick ratio mengalami penurunan menjadi 10,65 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,0106,-. Sedangkan tahun 2001 quick ratio terlihat meningkat menjadi 20,23 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh cash assets sebesar Rp. 0,2023,-. Penurunan quick ratio pada tahun 2000 memperlihatkan bahwa bank kurang mampu meningkatkan kualitas kas atau asetnya. Semakin rendah quick ratio maka semakin rendah pula tingkat likuiditas bank karena bank kurang dapat menjamin pengembalian deposito baik dalam

115

bentuk tabungan maupun deposito berjangka kepada para nasabah penyimpan dana. Sedangkan pada tahun 2001, quick ratio mengalami peningkatan. Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah. Rasio ini tidak mencapai atau mendekati 100 % sebagai rule of thumb-nya. Hal ini memperlihatkan bahwa bank konvensional ini kurang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh sebab itu tingkat likuiditas bank konvensional ini dilihat dari quick ratio tergolong kurang baik. 2) Banking ratio pada tahun 1999 adalah sebesar 65,29 %, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,6529,- dari kredit yang diberikan. Sedangkan pada tahun 2000 banking ratio menurun menjadi 53,44 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,5344,- dari kredit yang diberikan. Pada tahun 2001 terlihat banking ratio meningkat menjadi 56,08 % yang berarti setiap Rp. 1,- dari deposit dijamin oleh Rp. 0,5608,- dari kredit yang diberikan. Berdasarkan tabel 13 diatas terlihat bahwa nilai rasio ini mengalami penurunan pada setiap tahunnya. Hal ini

mencerminkan bahwa tingkat likuiditas bank ini dilihat dari banking ratio cukup baik. Semakin rendah nilai banking ratio maka tingkat likuiditas bank akan semakin tinggi. Nilai banking ratio yang lebih kecil dari 100 % menunjukkan bahwa bank

116

konvensional ini dapat memberikan kredit kepada kreditor dengan menggunakan depositonya sehingga bank tidak membutuhkan jumlah dana yang besar untuk membiayai kreditnya. 3) Loan to assets ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka 85,65 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,8565,-. Pada tahun 2000 terlihat bahwa loan to assets ratio mengalami penurunan menjadi 40,76 % yang berarti di setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia hanya mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,4076,-. Sedangkan pada tahun 2001 loan to assets ratio meningkat menjadi 42,73 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset yang tersedia mampu memenuhi kredit yang diberikan sebesar Rp. 0,4273,-. Berdasarkan pada tabel 13 diatas maka dapat dilihat bahwa pada tahun 1999 nilai loan to assets ratio adalah paling tinggi. Sedangkan penurunan nilai rasio yang terjadi pada tahun 2000, dan 2001 menunjukkan bahwa

dalam tahun tersebut tingkat likuiditasnya cukup baik. nilai rasio yang semakin rendah menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah cukup tinggi. Ini disebabkan karena total kredit yang diminta nasabah cenderung lebih kecil dimiliki bank tersebut. dibandingkan dengan total aset yang

117

Ditinjau dari pertumbuhannya, Bank Rakyat Indonesia ini mengalami kenaikan pada rasio likuiditasnya. Pertumbuhan rasio likuiditas Bank Rakyat Indonesia dapat ditunjukkan pada tabel 14.
Tabel 14. Pertumbuhan Rasio Likuiditas Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001 Rasio Quick Ratio Banking Ratio Loan to assets ratio 1999 Periode 2000 -8,03 % -18,14 % -52,4 %

2001 89,9 % 4,9 % 4,8 %

Sumber : Data Sekunder Diolah.

Hasil pertumbuhan rasio likuiditas yang mencakup quick ratio, banking ratio, dan loan to assets ratio menunjukkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan positif dan negatif pada tiap tahunnya. Pertumbuhan positif quick ratio pada tahun 2001 memperlihatkan bahwa pada tahun tersebut bank cukup mampu meningkatkan kinerja keuangannya setelah sebelumnya mempunyai pertumbuhan negatif. Pertumbuhan positif banking ratio pada tahun 2001 juga mencerminkan bahwa kinerja keuangannya pada tahun tersebut kurang baik karena bank kurang mampu menurunkan nilai perbandingan antara total kredit dengan total depositonya. Sementara itu, pertumbuhan positif pada loan to assets ratio pada tahun 2001 menandakan bahwa kinerja keuangan pada bank tersebut masih kurang baik dibandingkan tahun 2000. Hal ini karena bank kurang mampu menurunkan nilai perbandingan antara total kredit dengan total asetnya.

118

Berdasarkan analisis rasio-rasio likuiditas tersebut dapat diketahui bahwa tingkat likuiditas Bank Rakyat Indonesia masih cukup baik. Hal ini mencerminkan bahwa bank mampu dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga tergolong dalam bank yang liquid. b). Solvabilitas Hasil perhitungan rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio (CAR), primary ratio dan capital ratio pada bank konvensional ini dapat ditunjukkan pada Tabel 15.

Tabel 15. Rasio Solvabilitas Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001

Rasio CAR Primary Ratio Capital Ratio 1999 (99,28 %) (86,15 %) (100,59 %)

Periode 2000 6,47 % 4,92 % 12,07 %

2001 9,34 % 6,36 % 14,87 %

Sumber : Data Sekunder diolah.

Rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) CAR pada tahun 1999 menunjukkan angka yang negatif sebesar 88,59 %, hal ini menunjukkan bahwa bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam perkreditan dan perdagangan surat berharga. Sedangkan pada tahun 2000 CAR mengalami peningkatan menjadi 6,47 %, hal ini menunjukkan

119

bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,647,-. Pada tahun 2001 CAR kembali meningkat menjadi 9,34 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dan securities dijamin oleh modal sebesar Rp. 0,934,-. Semakin tinggi nilai CAR maka solvabilitas semakin baik. CAR yang semakin tinggi mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena modal dapat digunakan untuk menjamin pemberian kredit. Meskipun rasio ini mengalami peningkatan pada tahun 2000 namun nilai CAR pada bank konvensional ini masih kurang baik. Nilai CAR dikatakan rendah apabila kurang dari nilai CAR yang ditentukan oleh Bank Indonesia yakni sebesar 8 %. CAR yang rendah mencerminkan bahwa permodalan dalam bank kurang baik sehingga bank kurang mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam kredit dan perdagangan securities. Sementara pada tahun 2001 nilai CAR bank ini terlihat sudah cukup baik. (2) Primary ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka negatif, yakni sebesar 86,15 %, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menjamin asset dengan equity capital yang dimilikinya. Pada tahun 2000 primary ratio mengalami peningkatan menjadi 4,92 % yang berarti bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,0492,-. Pada tahun 2001 primary ratio kembali mengalami peningkatan menjadi 6,357 %, hal ini

120

menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,06357,. Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa rasio ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan rasio ini memperlihatkan bahwa bank konvensional ini cukup mampu memperbaiki kinerja keuangannya. Meskipun mengalami kenaikan, namun nilai rasio-rasio ini tergolong masih rendah. Primary ratio yang rendah menunjukkan bahwa modal yang dimiliki bank lebih kecil dari total aset. (3) Capital ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka negatif sebesar 100,59 %, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat menjamin kredit dengan equity capital yang dimilikinya. Capital ratio mengalami kenaikan menjadi 12,07 % pada tahun 2000, hal ini berarti bahwa di setiap Rp. 1,- dari kredit dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,1207,-. Pada tahun 2001 capital ratio kembali meningkat menjadi 14,87 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari kredit dijamin oleh equity capital sebesar Rp. 0,1487,-.Dari tabel diatas terlihat bahwa capital ratio mengalami peningkatan tiap tahunnya. Meskipun demikian nilai rasio-rasio ini tergolong masih rendah. Capital rasio yang rendah menunjukkan bahwa bank memiliki permodalan yang kurang baik sehingga kemampuan untuk dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang dilakukan oleh bank masih kurang.

121

Ditinjau

dari

pertumbuhannya,

kinerja

keuangan

bank

konvensional ini mengalami pertumbuhan yang positif pada rasio solvabilitasnya. Pertumbuhan rasio solvabilitas Bank Rakyat Indonesia dapat ditunjukkan pada tabel 16.
Tabel 16. Pertumbuhan Rasio Solvabilitas Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001 Rasio CAR Primary Ratio Capital Ratio 1999 Periode 2000 106,5 % 105,7 % 111,9 % 2001 44,3 % 29,2 % 23,1 %

Sumber : Data Sekunder Diolah.

Hasil pertumbuhan rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio

memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan nilai pada masing-masing rasio tersebut. Pertumbuhan positif pada rasiorasio solvabilitas ini mencerminkan bahwa bank cukup mampu memperbaiki permodalannya sehingga rasio-rasio solvabilitasnya terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Analisis terhadap rasio-rasio solvabilitas yang mencakup capital adequacy ratio (CAR), primary ratio, dan capital ratio selama periode 1999-2001 pada Bank Rakyat Indonesia memperlihatkan bahwa nilai rasio-rasio solvabilitasnya masih rendah. Meskipun pertumbuhan rasio solvabilitas pada bank ini setiap tahunnya menunjukkan pertumbuhan yang positif akan tetapi nilai rasio rasio-

122

rasio solvabilitas yang dimiliki bank tersebut tergolong masih rendah. Hal ini mencerminkan bahwa bank tersebut masih kurang mampu memenuhi kewajiban jangka panjangnya sehingga tergolong sebagai bank umum yang kurang solvabel. c). Rentabilitas Hasil perhitungan rasio-rasio rentabilitas yang mencakup return on assets (ROA), return on equity (ROE) dan gross profit margin (GPM) pada bank konvensional ini dapat ditunjukkan pada Tabel 17.
Tabel 17. Rasio Rentabilitas Bank Rakyat Indonesia periode 1999-2001

Rasio 1999 ROA (92,35 %) ROE (107,19 %) GPM (18,37 %) Sumber: Data Sekunder diolah.

Periode 2000 (43,04 %) (874,7 %) 3,65 %

2001 1,405 % 22,10 % 27,38 %

Rasio-rasio rentabilitas yang mencakup return on asset (ROA), return on equity (ROE), dan gross profit margin (GPM) seperti yang terlihat pada tabel tersebut diatas dapat dijelaskan seperti berikut. (1) Pada tahun 1999 dan 2000 terlihat bahwa perusahaan mengalami kerugian. Hal tersebut dapat dilihat dalam ROA yang menunjukkan angka negatif yakni masing-masing sebesar 92,35 % dan 43,04 %. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan kurang mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk memperoleh laba atau keuntungan. Sedangkan ROA pada tahun 2001 mengalami

123

peningkatan sebesar 1,405 %, hal ini menggambarkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,01405,-. Kenaikan ROA pada tahun 2001 menjadi 1,405 % menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari menggunakan asetnya pada tahun tersebut cukup baik. (2) Pada tahun 1999 dan 2000 terlihat bahwa ROE menunjukkan angka negatif yaitu sebesar 107,19 % dan 874,7 %, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu memperoleh laba dan efesiensi secara keseluruhan melalui penggunaan modal. Pada tahun 2001 ROE mulai mengalami peningkatan menjadi 22,10 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari modal mampu menghasilkan laba atau keuntungan sebesar Rp. 0,221,-.

Peningkatan nilai ROE pada tahun 2001 mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modalnya dalam tahun tersebut sudah cukup baik. (3) GPM pada tahun 1999 menunjukkan angka negatif sebesar 18,37 %, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu menghasilkan operating income dari biaya operasional yang dikeluarkannya. Sedangkan GPM pada tahun 2000 meningkat menjadi 3,65 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari biaya operasional mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,0365,-. Pada tahun 2001 terlihat GPM kembali mengalami peningkatan menjadi 27,38 %, hal ini mencerminkan bahwa setiap

124

Rp. 1,- dari biaya operasional perusahaan mampu menghasilkan operating income sebesar Rp. 0,2738,-. Peningkatan nilai GPM setiap tahunnya mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam memperoleh laba dari operasional usahanya cukup baik. Nilai GPM yang semakin meningkat memperlihatkan bahwa bank tersebut mampu meningkatkan kinerja keuangannya. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan bank konvensional ini mengalami peningkatan dan penurunan pada rasio rentabilitasnya. Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Rakyat Indonesia dapat ditunjukkan pada tabel 18.
Tabel 18. Pertumbuhan Rasio Rentabilitas Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001 Rasio ROA ROE GPM 1999 Periode 2000 53,3 % -716,02 % 119,86 % 2001 103,2 % 102,5 % 650,13 %

Sumber : Data Sekunder Diolah

Hasil perhitungan pertumbuhan rasio rentabilitas yang mencakup ROA, ROE, dan GPM memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut secara umum mengalami pertumbuhan positif setiap tahunnya. Pertumbuhan positif pada rasio-rasio rentabilitas ini pada setiap tahunnya mencerminkan bahwa bank tersebut mempunyai kemampuan untuk memperbaiki kinerja keuangannya sehingga mengalami peningkatan.

125

Berdasarkan analisis rasio-rasio rentabilitas tersebut dapat diketahui bahwa Bank Rakyat Indonesia pada tahun 1999 dan 2000 belum cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, dan modalnya sehingga tergolong bank yang kurang profitabel. Hal ini terlihat pada masih rendahnya nilai rasio-rasio rentabilitas yang dimilikinya pada tahun tersebut, meskipun mengalami pertumbuhan yang positif pada tiap tahunnya. Sedangkan pada tahun 2001 nilai rasio-rasio rentabilitas pada bank ini sudah terlihat cukup tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa pada tahun tersebut bank cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun dari operasional usahanya sehingga tergolong dalam bank yang cukup profitabel. d). Efisiensi Hasil perhitungan rasio-rasio efisiensi yang mencakup leverage multipler ratio, asset utillization ratio (AUR) dan operating ratio pada bank konvensional ini dapat ditunjukkan pada Tabel 19.
Tabel 19. Rasio Efisiensi Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001

Rasio Leverage Multipler Ratio AUR Operating Ratio 1999 (116,06 %)

Periode 2000 2031,85 %

2001 1572,92 %

30,52 % 118,59 %

13,89 % 96,45 %

17,18 % 72,73 %

Sumber : Data Sekunder diolah.

126

Rasio-rasio efisiensi yang mencakup leverage multipler ratio (LMR), asset utillization ratio (AUR), dan operating ratio seperti yang terlihat pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) LMR pada tahun 1999 menunjukkan angka negatif sebesar 116,08 %, hal ini menunjukkan bahwa manajemen tidak mampu mengelola equity capital menjadi aset. Pada tahun 2000 nilai LMR meningkat menjadi 2031,85 %, dan mengalami penurunan menjadi 1572,92 % pada tahun 2001. Meskipun mengalami penurunan pada tahun 2001, namun nilai LMR pada bank konvensional ini tergolong cukup tinggi. Hal ini mencerminkan bahwa bank cukup mampu mengelola aset yang dikuasainya dengan baik. Nilai LMR yang tinggi menunjukkan bahwa total aset bank jauh lebih besar dibandingkan dengan modal yang dimilikinya. (2) AUR pada tahun 1999 menunjukkan angka 30,52 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dapat menghasilkan income sebesar Rp. 0,3052,-. Sedangkan pada tahun 2000 AUR terlihat mengalami penurunan menjadi 13,89 % yang berarti bahwa disetiap Rp. 1,- dari aset dapat menghasilkan income sebesar Rp. 0,1389,-. AUR pada tahun 2001 meningkat menjadi 17,18 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari aset dapat menghasilkan income sebesar Rp. 0,1718,-. Meskipun rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2000, namun pada tahun 2001 kembali meningkat. Naik turunnya nilai AUR pada tiap tahunnya

127

mencerminkan bahwa kemampuan bank dalam memanfaatkan asetnya untuk meningkatkan pendapatan belum terlalu baik. (3) Operating ratio pada tahun 1999 menunjukkan angka 118,59 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pendapatan yang diterima memerlukan biaya operasional dan non operasional sebesar Rp. 1,18,-. Sedangkan pada tahun 2000 operating ratio mengalami penurunan menjadi 96,45 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pendapatan yang diterima hanya memerlukan biaya operasional dan non operasional sebesar Rp. 0,96,-. Pada tahun 2001, operating ratio mengalami kenaikan menjadi 72,73 %, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- dari pendapatan yang diterima memerlukan biaya operasional dan non operasional sebesar Rp. 0,72,-. Pada tahun 1999 operating ratio memiliki nilai tertinggi. Semakin tinggi operating ratio maka tingkat efesiensi bank tersebut semakin rendah karena biaya operasional dan operasional yang dikeluarkan bank lebih besar dari pendapatan yang diterima. Sedangkan nilai operating rasio yang semakin rendah mencerminkan bahwa bank tersebut mampu mempertahankan kinerja keuangannya. Operating ratio mengalami penurunan pada tahun 2000 dan 2001, sehingga dilihat dari operating ratio tingkat efesiensi bank ini cukup baik. Ditinjau dari pertumbuhannya, kinerja keuangan bank

konvensional ini memiliki kecendrungan pertumbuhan yang berbeda

128

pada rasio-rasio efisiensinya. Pertumbuhan rasio efisiensi Bank konvensional dapat ditunjukkan pada tabel 20.
Tabel 20. Pertumbuhan Rasio Efisiensi Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001 Rasio LMR AUR Operating Ratio 1999 Periode 2000 1850,6 % -54,4 % -18,6 % 2001 -22,5 % 23,6 % -24,5 %

Sumber : Data Sekunder Diolah

Hasil perhitungan rasio efisiensi yang mencakup leverage multipler ratio (LMR), asset utillization ratio (AUR), dan operating ratio memperlihatkan bahwa rasio-rasio tersebut mengalami pertumbuhan positif dan negatif. Pertumbuhan negatif LMR, dan Operating ratio memperlihatkan bank tersebut kurang mampu mempertahankan kinerja keuangannya. Sedangkan AUR mengalami pertumbuhan yang positif, hal ini mencerminkan bahwa bank konvensional ini mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan aset yang tersedia sehingga mampu meningkatkan kinerja keuangannya. Berdasarkan analisis rasio-rasio efisiensi tersebut

memperlihatkan bahwa kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia pada tahun 1999 belum sepenuhnya efisien. Rasio yang mencerminkan efisiensi operasionalisasi bank ini hanya ada 1, yaitu asset utillization ratio (AUR). Sedangkan kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2000, dan 2001 menunjukkan bahwa bank konvensional ini

129

cukup mampu meningkatkan efisiensi dalam menjalankan aktivitas perbankannya sehingga tergolong dalam bank yang cukup efesien.

C. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Analisis perbandingan kinerja keuangan ini dimaksudkan untuk membandingkan kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia secara eksternal. Analisis perbandingan kinerja keuangan ini bertujuan untuk mengetahui bank mana yang memiliki kinerja keuangan lebih baik antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia. Perbandingan kinerja keuangan pada kedua bank tersebut ditinjau dari rasio-rasio keuangannya yang mencakup likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan efisiensi. Analisis perbandingan kinerja pada kedua bank tersebut tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Likuiditas Perbandingan rasio-rasio likuiditas Bank Syariah mandiri dan Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001 dapat ditunjukkan pada Tabel 21.
Tabel 21. Perbandingan Rasio Likuiditas Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001

No 1

Rasio 1999 Quick Ratio - BSM - BRI Banking Ratio - BSM 49,19 % 11,58 % 72,72 %

Periode 2000 10,46 % 10,65 % 177,1 %

2001 50,41 % 20,23 % 137,6 %

130

- BRI Loan to Assets Ratio - BSM - BRI

65,29 % 8,81 % 85,65 %

53,44 % 53,51 % 40,76 %

56,08 % 69,93 % 42,73 %

Sumber : Hasil Penelitian.

Berdasarkan data pada tabel 21 diatas maka dapat diketahui bahwa rasiorasio likuiditas pada Bank Rakyat Indonesia menunjukkan kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri. Hal ini ditunjukkan baik pada nilai banking ratio, maupun loan to assets ratio. Selama periode 1999-2001 nilai banking ratio, dan loan to assets ratio Bank Rakyat Indonesia lebih rendah dibandingkan Bank Syariah Mandiri. Hal ini mencerminkan bahwa bank tersebut mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi. Banking ratio yang semakin rendah menandakan bahwa bank ini mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan menggunakan depositonya. Sementara itu nilai loan to assets ratio yang semakin rendah menunjukkan bahwa kemampuan bank ini untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan usaha dari nasabah tinggi. Oleh sebab itu Bank Rakyat Indonesia tergolong lebih liquid sehingga lebih mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dibandingkan Bank Syariah Mandiri. 2. Solvabilitas Perbandingan rasio-rasio solvabilitas Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001 dapat ditunjukkan pada tabel 22.

131

Tabel 22. Perbandingan Rasio Solvabilitas Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001

No 1

Rasio 1999 CAR - BSM - BRI Primary Ratio - BSM - BRI Capital Ratio - BSM - BRI 88,5 % (99,28 %) 80,03 % (86,15 %) 907,5 % (100,59 %)

Periode 2000 57,17 % 6,47 % 63,37 % 4,92 % 118,41 % 12,07 %

2001 51,58 % 9,34 % 43,70 % 6,35 % 62,49 % 14,87 %

Sumber : Hasil penelitian.

Berdasarkan pada tabel 22 diatas maka dapat diketahui bahwa rasio-rasio solvabilitas pada Bank Syariah Mandiri terlihat lebih baik dibandingkan dengan Bank Rakyat Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya nilai CAR, primary ratio, dan capital ratio selama periode 19992001 dibandingkan dengan Bank Rakyat Indonesia. Hal tersebut menandakan bahwa kemampuan Bank Syariah Mandiri dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya lebih baik bila dibandingkan dengan Bank Rakyat Indonesia sehingga tergolong bank yang cukup solvabel. 3. Rentabilitas Perbandingan rasio-rasio rentabilitas Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) selama periode 1999-2001 dapat dilihat pada tabel 23.

132

Tabel 23. Perbandingan Rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001

No 1 ROA ROE GPM -

Rasio 1999 BSM BRI BSM BRI BSM BRI 0,0383 % (92,35 %) 0,047 % (107,19 %) (3791,15%) (18,37 %)

Periode 2000 2,59 % (43,04 %) 4,10 % (874,7 %) 102,46 % 3,65 %

2001 1,78 % 1,405 % 4,09 % 22,1 % 19,43 % 27,38 %

Sumber : Hasil Penelitian.

Berdasarkan pada tabel 23 diatas terlihat bahwa rasio-rasio rentabilitas pada Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 lebih tinggi dibandingkan pada Bank Rakyat Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri lebih baik karena kemampuan menghasilkan labanya lebih tinggi dibandingkan dengan Bank Rakyat Indonesia. Meskipun demikian dilihat dari rendahnya nilai ROA, ROE, dan GPM maka tingkat rentabilitas kedua bank tersebut masih kurang baik sehingga tergolong sebagai bank yang kurang profitabel. Sementara pada tahun 2000, nilai rasio-rasio rentabilitas Bank Syariah Mandiri terlihat lebih tingi sehingga tergolong sebagai bank yang cukup profitabel dibandingkan Bank Rakyat Indonesia Sedangkan pada tahun 2001 terlihat bahwa tingkat rentabilitas Bank Rakyat Indonesia lebih tinggi dibandingkan Bank Syariah Mandiri sehingga kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia pada tahun tersebut lebih baik daripada Bank Syariah Mandiri.

133

4. Efisiensi Perbandingan rasio-rasio efisiensi Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) selama periode 1999-2001 dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Perbandingan Rasio Efisiensi Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001

No 1

Rasio 1999 Leverage Multipler Ratio - BSM - BRI AUR - BSM - BRI Operating Ratio - BSM - BRI

Periode 2000

2001

124,9 % (116,06 %) 0,224 % 30,52 %

157,79 % 2031,85 % 9,03 % 13,89 %

228,78 % 1572,92 % 13,44 % 17,18 %

3891,86 % 118,59 %

6,66 % 96,45 %

80,60 % 72,73 %

Sumber : Hasil Penelitian.

Berdasarkan pada tabel 24 dapat diketahui bahwa Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia pada tahun 1999 belum terlihat efisien. Sementara pada tahun 2000-2001 tingkat efisiensi kedua bank tersebut sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari rasio-rasio efisiensi yang mencakup leverage multipler ratio (LMR), dan asset utillization ratio (AUR) yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu penurunan operating ratio pada setiap periode tersebut menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan non operasional untuk memperoleh laba lebih baik dari tahun sebelumnya. Meskipun demikian terlihat bahwa

134

kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2000 dan 2001 lebih baik dibandingkan Bank Syariah Mandiri. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya nilai LMR dan AUR bila dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri sehingga kemampuan Bank Rakyat Indonesia dalam mengelola dan memanfaatkan asetnya pada tahun tersebut lebih baik dibandingkan Bank Syariah Mandiri.

D. Pembahasan Analisis rasio keuangan berperan penting sebagai alat ukur kinerja keuangan perusahaan. Rasio keuangan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dalam periode tertentu. Analisis rasio keuangan pada perbankan dibedakan menjadi empat yaitu likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan efisiensi. Rasio likuiditas mencerminkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan bank memenuhi kewajiban jangka panjang. Rasio rentabilitas menunjukkan kemampuan bank menghasilkan laba. Sementara, rasio efisiensi

mencerminkan kemampuan bank menjalankan operasionalisasi usahanya secara efisien. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Bank Syariah Mandiri selama tahun 1999 tergolong sebagai bank umum syariah yang solvabel, akan tetapi kurang likuid, kurang profitabel dan kurang efisien. Sementara selama tahun 2000-2001 Bank Syariah Mandiri tergolong sebagai bank yang kurang likuid, solvabel, profitabel dan efisien. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil

135

rekapitulasi rasio keuangan Bank Syariah Mandiri seperti yang ditunjukkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Rekapitulasi Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 1999-2001 No 1 Rasio 1999 Likuiditas a. Quick Ratio 49,19 % 72,72 % b. Banking Ratio c. Loan to Assets Ratio 8,81 % Solvabilitas a. CAR 88,59 % b. Primary Ratio 80,03 % c. Capital Ratio 907,5 % Rentabilitas a. ROA 0,0383 % b. ROE 0,047 % (3791,15%) c. GPM Efesiensi a. Leverage Multipler Ratio 124,9 % b. AUR 0,224 % c. Operating Ratio 3891,86 % Periode 2000 10,46 % 177,1 % 53,51 % 57,17 % 63,37 % 118,41 % 2,59 % 4,10 % 102,46 %

2001 50,41 % 137,61 % 69,93 % 51,58 % 43,70 % 62,49 % 1,78 % 4,09 % 19,43 %

157,79 % 9,03 % 6,66 %

228,78 % 13,44 % 80,60 %

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan pada tabel 25 diatas terlihat bahwa kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri selama periode 1999-2001 dari rasio likuiditasnya tergolong masih kurang baik. Meskipun quick ratio mengalami peningkatan, namun masih tergolong rendah. Rasio ini tidak mencapai atau mendekati 100 % sebagai rule of thumb-nya. Sementara banking ratio mengalami penurunan, tetapi masih tergolong cukup tinggi. Banking ratio yang tinggi menandakan bahwa bank syariah ini membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk

136

membiayai pembiayaannya. Oleh karena itu semakin besar nilai rasio ini berarti bank syariah semakin tidak liquid karena total deposito yang semakin besar maka tuntutan terhadap bank tersebut dalam memenuhi kewajibannya kepada para nasabah juga semakin besar. Selain itu, dilihat dari loan to assets ratio, kinerja keuangan bank syariah ini juga masih kurang liquid. Hal ini ditunjukkan dengan nilai loan to assets ratio yang semakin meningkat setiap tahunnya. Nilai rasio yang semakin tinggi menandakan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit atau pembiayaan dari nasabah masih rendah. Kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri selama periode 1999-2001 dilihat dari rasio solvabilitasnya tergolong cukup baik. Meskipun primary ratio mengalami penurunan, akan tetapi nilai CAR dan capital ratio pada bank syariah ini tergolong cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun tersebut permodalan dalam bank cukup baik sehingga bank mampu menutup kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembiayaannya. Kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri selama periode 1999 dilihat dari rasio rentabilitasnya terlihat belum cukup baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh rendahnya nilai rasio-rasio rentabilitas yang dimilikinya pada tahun tersebut. Sementara pada tahun 2000-2001 dilihat dari rasio rentabilitasnya terlihat cukup baik. Meskipun nilai rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2001, akan tetapi bank syariah ini dapat dikatakan sudah cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun operasional usahanya sehingga tergolong bank yang cukup profitabel.

137

Kinerja keuangan Bank syariah Mandiri pada tahun 1999 dilihat dari rasio-rasio efisiensinya masih tergolong kurang baik. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya nilai AUR dan tingginya nilai operating ratio yang dimiliki oleh bank pada tahun tersebut. Sementara pada tahun 2000-2001 dilihat kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dilihat dari rasio efisiensinya sudah terlihat cukup baik. Meskipun 2001 nilai operating ratio pada bank syariah ini tergolong cukup tinggi, akan tetapi peningkatan terhadap nilai leverage multipler ratio dan assets utillization ratio pada tiap tahunnya menunjukkan bahwa bank syariah ini sudah cukup mampu mengelola dan memanfaatkan asetnya sehingga tergolong sebagai bank yang cukup efisien. Sementara Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum konvensional yang liquid, kurang solvabel dan profitabel, serta kurang efisien. Pada tahun 2000 Bank Rakyat Indonesia tergolong sebagai bank yang likuid, kurang solvabel dan profitabel, akan tetapi cukup efisien. Sedangkan pada tahun 2001 Bank Rakyat Indonesia tergolong sebagai bank umum yang liquid, kurang solvabel, akan tetapi cukup profitabel dan efisien. Kondisi keuangan bank ini dapat dilihat dari hasil rekapitulasi rasio keuangan yang terdapat pada Tabel 26.
Tabel 26. Rekapitulasi Rasio Keuangan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001

No 1

Rasio 1999 Likuiditas a. Quick Ratio b. Banking Ratio 11,58 % 65,29 %

Periode 2000 10,65 % 53,44 %

2001 20,23 % 56,08 %

138

c. 2

Loan to Ratio Solvabilitas a. CAR b. Primary Ratio c. Capital Ratio Rentabilitas a. ROA b. ROE c. GPM Efisiensi a. Leverage Multipler Ratio b. AUR c. Operating Ratio

Assets 85,65 % (99,28 %) (86,15 %) (100,59 %) (92,35 %) (107,19 %) (18,37 %) 40,76 % 6,47 % 4,92 % 12,07 % (43,04 %) (874,7 %) 3,65 % 42,73 % 9,34 % 6,357 % 14,87 % 1,405 % 22,10 27,38 %

(116,06 %) 30,52 % 118,59 %

2031,85 % 13,89 % 96,45 %

1572,92 % 17,18 % 72,73 %

Sumber : Hasil Penelitian

Berdasarkan pada tabel 26 diatas terlihat bahwa kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001 dari rasio likuiditasnya tergolong cukup baik. Meskipun quick ratio rendah, akan tetapi penurunan terhadap banking ratio dan loan to assets ratio pada tiap tahunnya menunjukkan bahwa bank konvensional ini mempunyai tingkat likuiditas yang cukup baik. Semakin rendah banking ratio dan loan to assets ratio maka tingkat likuiditasnya semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dari nasabah dengan menggunakan depositonya cukup tinggi sehingga bank tidak memerlukan jumlah dana yang lebih besar untuk membiayai kreditnya. Kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001 dilihat dari rasio solvabilitasnya tergolong masih kurang baik. Hal ini terlihat pada nilai rasio-rasio solvabilitasnya yang tergolong rendah. Hal ini

139

menunjukkan bahwa kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya masih rendah sehingga tergolong bank yang kurang solvabel. Kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2000 dilihat dari rasio rentabilitasnya terlihat masih kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio-rasio rentabilitas yang rendah, sehingga kemampuan bank dalam menghasilkan laba masih rendah. Pada tahun 2001 tingkat rentabilitas bank ini tergolong cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai ROA, ROE, dan GPM yang meningkat dari tahun sebelumnya sehingga pada tahun tersebut bank konvensional ini dapat dikatakan sudah cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun operasional usahanya sehingga tergolong bank yang cukup profitabel. Kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia pada tahun 1999 dilihat dari rasio efisiensinya belum terlihat cukup baik. Rasio yang mencerminkan efisiensi operasionalisasi bank ini hanya ada 1, yaitu asset utillization ratio (AUR). Sedangkan kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia pada tahun 2000, dan 2001 menunjukkan bahwa bank konvensional ini cukup mampu meningkatkan efesiensi dalam menjalankan aktivitas perbankannya sehingga tergolong dalam bank yang cukup efisien. Analisis perbandingan kinerja keuangan yang dilakukan secara eksternal antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dimaksudkan untuk mengetahui bank mana yang memiliki kinerja keuangan yang lebih baik. Perbandingan kinerja keuangan terhadap kedua bank tersebut ditinjau dari rasio-rasio keuangan yang mencakup likuiditas, solvabilitas,

140

rentabilitas, dan efisiensi. Hasil analisis perbandingan kinerja keuangan antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dapat ditunjukkan dengan hasil rekapitulasi rasio keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia seperti yang ditunjukkan pada tabel 27.
Tabel 27. Rekapitulasi Perbandingan Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia Periode 1999-2001 No 1 Rasio 1999 Likuiditas a. Quick Ratio - BSM - BRI b. Banking Ratio - BSM - BRI c. Loan to Assets Ratio - BSM - BRI Solvabilitas a. CAR - BSM - BRI b. Primary Ratio - BSM - BRI c. Capital Ratio - BSM - BRI Rentabilitas a. ROA - BSM - BRI b. ROE - BSM - BRI c. GPM - BSM - BRI Periode 2000 2001

49,19 % 11,58 % 72,72 % 65,29 %

10,46 % 10,65 % 177,1 % 53,44 %

50,41 % 20,23 % 137,6 % 56,08 %

8,81 % 85,65 %

53,51 % 40,76 %

69,93 % 42,73 %

88,5 % (99,28 %) 80,03 % (86,15 %) 907,5 % (100,59 %)

57,17 % 6,47 % 63,37 % 4,92 % 118,41 % 12,07 %

51,58 % 9,34 % 43,70 % 6,35 % 62,49 % 14,87 %

0,0383 % (92,35 %) 0,047 % (107,19 %) (3791,15%) (18,37 %)

2,59 % (43,04 %) 4,10 % (874,7 %) 102,46 % 3,65 %

1,78 % 1,405 % 4,09 % 22,1 % 19,43 % 27,38 %

141

Efisiensi a. Leverage Multipler Ratio - BSM - BRI b. AUR - BSM - BRI c. Operating Ratio - BSM - BRI

124,9 % 157,79 % 228,78 % (116,06 %) 2031,85 % 1572,92 % 0,224 % 30,52 % 3891,86 % 118,59 % 9,03 % 13,89 % 6,66 % 96,45 % 13,44 % 17,18 % 80,60 % 72,73 %

Berdasarkan pada tabel 27 diatas, maka terlihat bahwa : 1. Kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas selama periode 1999-2001 tergolong masih kurang baik sehingga tergolong bank yang kurang liquid. Hal ini terlihat pada nilai quick ratio yang masih tergolong rendah yakni 49,19 % pada tahun 1999, 10,46 % pada tahun 2000, dan 50,41 % pada tahun 2001. Sementara banking ratio terus mengalami peningkatan menjadi 72,72 % pada tahun 1999, 177,1 % pada tahun 2000, dan 137,61 % pada tahun 2001. Nilai loan to assets ratio juga meningkat, yakni 53,51 % pada tahun 2000, dan 69,93 % pada tahun 2001. Sedangkan kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas selama periode 1999-2001 cukup baik sehingga tergolong bank yang liquid. Meskipun quick ratio masih tergolong rendah, yaitu sebesar 11,58 % pada tahun 1999, 10,65 % pada tahun 2000, dan 20,23 % pada tahun 2001 akan tetapi penurunan dan rendahnya banking ratio serta loan to assets ratio mencerminkan bahwa tingkat likuiditas bank konvensional ini cukup baik. Hal ini terlihat pada nilai banking ratio yang mengalami penurunan yakni sebesar 65,29 % pada tahun 1999, 53,44 %

142

pada tahun 2000, dan 56,08 % pada tahun 2001. Selain itu loan to assets ratio juga tergolong rendah yakni sebesar 40,76 % pada tahun 2000, dan 42,73 pada tahun 2001. 2. Kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio solvabilitas selama periode 1999-2001 terlihat cukup baik. Hal ini terlihat pada nilai CAR yang cukup tinggi pada bank ini yaitu sebesar 88,59 % pada tahun 1999, 57,17 % pada tahun 2000, dan 51,58 % pada tahun 2001. Selain itu capital ratio juga tergolong tinggi yakni sebesar 907,5 % pada tahun 1999, 118,41 % pada tahun 2000, dan 62,49 % pada tahun 2001. Sedangkan kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio solvabilitas masih tergolong kurang baik sehingga termasuk bank yang kurang solvabel. Hal ini terlihat pada nilai rasio-rasio solvabilitasnya yang rendah. Nilai CAR pada bank ini menunjukkan angka negatif sebesar 99,28 % pada tahun 1999, 6,47 % pada tahun 2000, dan 9,34 % pada tahun 2001. Sementara capital ratio juga menunjukkan angka negatif sebesar 100,59 % pada tahun 1999, 12,07 % pada tahun 2000, dan 14,87 % pada tahun 2001. 3. Kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio rentabilitas pada tahun 1999 terlihat belum cukup baik sehingga termasuk bank yang kurang profitabel. Meskipun nilai rasio ini mengalami penurunan pada tahun 2001, akan tetapi bank syariah ini cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun operasional usahanya. Hal ini terlihat pada nilai ROA sebesar 0,0383 % pada tahun 1999, 2,59 % pada

143

tahun 2000, dan 1,78 % pada tahun 2001. sementara nilai ROE sebesar 0,047 % pada tahun 1999, 4,1 % pada tahun 2000, dan 4,09 % pada tahun 2001. Selain itu nilai GPM sebesar 102,46 % pada tahun 2000, dan 19,43 % pada tahun 2001. Sedangkan kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio rentabilitas selama periode 1999-2000 tergolong masih kurang baik sehingga termasuk bank yang kurang profitabel. Hal ini terlihat pada nilai ROA yang menunjukkan angka negatif pada tahun 1999 dan 2000, yaitu sebesar 92,35 % dan 43,04 %. Nilai ROE juga menunjukkan angka negatif pada tahun 1999 dan 2000 yakni sebesar 107,19 % dan 874,7 %. Sementara nilai GPM juga menunjukkan angka negatif sebesar 18,37 % pada tahun 1999, dan meningkat menjadi 3,65 % pada tahun 2000. Sedangkan pada tahun 2001, tingkat rentabilitas bank ini tergolong cukup baik. Hal ini tercermin pada nilai ROA sebesar 1,405 %, ROE sebesar 22,10 %, dan GPM sebesar 27,38 %. 4. Kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri dilihat dari rasio efisiensi pada tahun 1999 terlihat masih kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh rendahnya nilai AUR yaitu sebesar 0,224 %, dan tingginya operating ratio yaitu sebesar 3891,86 % pada tahun tersebut. Sementara selama periode 2000-2001 tingkat efisiensi bank ini terlihat cukup baik sehingga tergolong bank yang cukup efisien. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan nilai LMR sebesar 157,79 % pada tahun 2000, dan 228,78 % pada tahun 2001. Sementara nilai AUR juga mengalami peningkatan sebesar 9,03 % pada tahun 2000, dan 13,44 % pada tahun 2001. Selain itu nilai operating

144

ratio juga menurun menjadi 6,66 % pada tahun 2000, dan 80,60 % pada tahun 2001. Sedangkan kinerja keuangan Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio efisiensi selama tahun 1999 juga tergolong masih kurang baik. Hal ini tercermin dari rendahnya nilai LMR yaitu menunjukkan angka negatif sebesar 116,06 %, AUR sebesar 30,52 %, dan tingginya nilai operating ratio, yakni sebesar 118,59 %. Tingkat efisiensi bank ini tergolong cukup baik pada tahun 2000 dan 2001. Meskipun nilai AUR tergolong rendah, yakni 13,89 % pada tahun 2000, dan 17,18 % pada tahun 2001 akan tetapi peningkatan pada nilai AUR dan rendahnya menurunkan nilai operating ratio mencerminkan bahwa tingkat efisiensi pada tahun tersebut cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai LMR yang tergolong tinggi, yakni sebesar 2031,85 % pada tahun 2000, dan 1572,92 % pada tahun 2001. Selain itu, operating ratio juga mengalami penurunan sebesar 96,45 % pada tahun 2000, dan 72,73 % pada tahun 2001. Berdasarkan hasil penelitian dapat pula diketahui tingkat kesehatan kedua bank tersebut. Tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dapat dilihat dari rasio-rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi yang dibandingkan dengan nilai standar tingkat kesehatan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

145

Tabel 28. Nilai Standar Tingkat Kesehatan Bank Indonesia Rasio Likuiditas - Quick Ratio - Banking Ratio Solvabilitas - CAR - Primary Ratio - Capital Ratio Rentabilitas - ROA - ROE Efisiensi - Operating Ratio Nilai Standar BI 15 % 20 % 75 % 85 %, dan 85 % 100 % 8% 3%6% 10 % 20 % 0,5 % 1,25 % 5 % 12 % 94 % 96 %

Dilihat dari quick ratio, Bank Syariah Mandiri pada tahun 1999 dan 2001 tergolong cukup sehat bila dibandingkan Bank Rakyat Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan quick ratio yang lebih tinggi dari ketentuan Bank Indonesia yaitu berkisar antara 15 % 20 %. Semakin besar quick ratio maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas bank tersebut karena bank dapat menjamin pengembalian dana pihak ketiganya. Dilihat dari banking ratio, Bank Rakyat Indonesia terlihat lebih sehat dibandingkan Bank Syariah Mandiri karena nilai banking ratio yang dimiliki bank tersebut belum melewati dari standar yang ditetapkan yaitu 75 % 85 % dan 85 % 100 %. Nilai banking ratio yang lebih besar dari standar BI menunjukkan bahwa bank tersebut membutuhkan jumlah dana yang lebih besar untuk membiayai kredit yang diberikannya sehingga tingkat likuiditas bank tersebut tergolong rendah. Tingkat kesehatan bank juga dapat dilihat dari rasio-rasio solvabilitas. Dilihat dari CAR, Bank Syariah Mandiri tergolong lebih sehat dibandingkan

146

Bank Rakyat Indonesia selama periode 1999-2001 karena nilai CARnya lebih dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 8 %. Semakin tinggi nilai CAR maka tingkat solvabilitas bank tersebut semakin baik. Hal ini mencerminkan bahwa permodalannya semakin baik karena dapat digunakan untuk menjamin pemberian kredit atau pembiayaan. Dilihat dari primary ratio, Bank Syariah Mandiri lebih sehat dibandingkan dengan Bank Rakyat Indonesia karena nilai rasio ini lebih besar dari standar yang ditetapkan yaitu antara 3 % 6 %. Nilai primary ratio yang tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut cukup mampu menutup setiap penurunan total aset yang dimilikinya dengan modal yang tersedia sehingga tingkat solvabilitasnya tergolong cukup baik. Sementara dilihat dari capital ratio, Bank Syariah Mandiri lebih sehat dibandingkan Bank Rakyat Indonesia karena rasionya lebih tinggi dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 10 % 20 %. Semakin tinggi capital ratio maka tingkat solvabilitas bank tersebut semakin baik. Hal ini menunjukkan bahwa permodalan bank tersebut cukup baik sehingga dapat menutup kredit atau pembiayaan usaha yang diberikan oleh bank. Bank Syariah Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia dilihat dari rasio rentabilitasnya pada tahun 1999 tergolong kurang sehat karena nilai ROA lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Nilai ROA yang rendah menunjukkan bahwa bank tersebut kurang mampu menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang dimilikinya. Sedangkan pada tahun 2000-2001, Bank Syariah Mandiri dilihat dari ROA tergolong cukup sehat dibandingkan Bank Rakyat Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan ROA yang

147

melebihi standar Bank Indonesia. Standar ROA yang ditetapkan Bank Indonesia berkisar antara 0,5 % 1,25 %. Sementara dilihat dari ROE, kedua bank ini pada tahun 1999-2000 tergolong kurang sehat karena nilai rasionya lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu berkisar antara 5 % 12 %. Nilai ROE yang rendah menunjukkan bahwa bank tersebut masih kurang mampu menghasilkan laba dengan menggunakan modal yang dimilikinya. Sedangkan pada tahun 2001 Bank Rakyat Indonesia tergolong sehat dibandingkan Bank Syariah Mandiri karena ROE lebih besar dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Selain dari rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas tingkat kesehatan bank juga dapat dilihat dari rasio efisiensi. Berdasarkan nilai operating rationya, selama tahun 1999 kondisi kedua bank tergolong kurang sehat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai operating ratio yang melewati dari standar yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu sebesar 94 % 96 %. Sedangkan pada tahun 2000, Bank Syariah Mandiri tergolong sehat dibandingkan Bank Rakyat Indonesia karena rasionya lebih kecil dari standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sementara pada tahun 2001, kedua bank ini tergolong cukup sehat. Meskipun demikian, Bank Rakyat Indonesia lebih sehat karena nilai operating rationya lebih kecil dibanding dengan Bank Syariah Mandiri. Semakin tinggi nilai operating ratio maka tingkat efisiensi yang dimiliki bank tersebut semakin rendah. Hal terjadi karena biaya operasi dan biaya non operasional yang dikeluarkan oleh bank tersebut lebih besar dari pendapatan yang diterima.

148

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan data dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, solvabel, kurang profitabel, dan kurang efisien. Sementara kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi selama periode 2000-2001 tergolong sebagai bank umum yang kurang likuid, tetapi cukup solvabel, profitabel, dan efisien. 2. Kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 1999 tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, kurang profitabel dan kurang efisien. Sementara kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi pada tahun 2000 tergolong sebagai bank umum likuid, kurang solvabel dan profitabel, tetapi cukup efisien. Sedangkan pada tahun 2001, kinerja keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia ditinjau dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan efisiensi tergolong sebagai bank umum likuid, unsolvable, profitabel, dan efisien.

149

3. Perbandingan kinerja keuangan secara eksternal antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia dilihat dari rasio likuiditasnya memperlihatkan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia selama periode 19992001 memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan PT. Bank Syariah Mandiri. Hal ini dapat dipahami karena PT. Bank Rakyat Indonesia telah lama menjalankan kegiatan operasionalnya dibandingkan PT. Bank Syariah Mandiri sehingga total assets, total deposit, serta kemampuan dalam mengelola likuiditasnya lebih baik dibandingkan PT. Bank Syariah Mandiri. 4. Perbandingan kinerja keuangan secara eksternal antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia dilihat dari rasio solvabilitasnya memperlihatkan bahwa PT. Bank Syariah Mandiri selama periode 19992001 memiliki kinerja keuangan yang lebih dibandingkan PT. Bank Rakyat Indonesia. Hal ini karena equity capital atau modal sendiri yang dimiliki PT. Bank Rakyat Indonesia untuk menjalankan

operasionalisasinya pada periode tersebut belum cukup mampu digunakan untuk menjamin pemberian kredit, menutup setiap penurunan total aset yang dimilikinya, serta menutup kredit atau pembiayaan usaha yang diberikannya. Selama periode 1999-2000 PT. Bank Rakyat Indonesia mengalami negative spread sehingga ikut pula mempengaruhi permodalan yang dimilikinya. 5. Perbandingan kinerja keuangan secara eksternal antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia dilihat dari rasio rentabilitasnya

150

memperlihatkan bahwa kedua bank tersebut pada tahun 1999 belum cukup profitabel. Sementara pada tahun 2000 PT. Bank Syariah Mandiri memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan PT. Bank Rakyat Indonesia. Hal tersebut terjadi karena selama tahun 1999-2000, PT. Bank Rakyat Indonesia mengalami negative spread atau keuntungan minus akibat bunga yang dibayar lebih tinggi daripada bunga yang diperolehnya. Sementara PT. Bank Syariah Mandiri yang menggunakan prinsip bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya cukup mampu menghasilkan laba baik dari pemanfaatan aset, modal, maupun operasional usahanya. Sedangkan pada tahun 2001, dilihat dari rasio rentabilitasnya

memperlihatkan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan PT. Bank Syariah Mandiri. Pada tahun ini, PT. Bank Rakyat Indonesia mengalami keuntungan yang besar melalui pendapatan bunga, dilihat dari rasio rentabilitasnya tergolong cukup profitabel. Sementara PT. Bank Syariah Mandiri juga cukup mampu menghasilkan keuntungan, akan tetapi kemampuannya dalam memperoleh laba melalui penggunaan modal, dan operasional usahanya masih belum sebesar PT. Bank Rakyat Indonesia. Hal ini karena total aset dan total equity yang dimilikinya belum sebesar PT. Bank Rakyat Indonesia yang telah puluhan tahun beroperasi. 6. Perbandingan kinerja keuangan secara eksternal antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia dilihat dari rasio efisiensinya memperlihatkan bahwa pada tahun 1999 kedua bank tersebut sama-sama

151

masih kurang baik. Pada tahun tersebut, PT. Bank Syariah Mandiri baru saja berdiri sehingga kemampuannya dalam mengelola dan memanfaatkan asetnya masih belum baik. Sedangkan PT. Bank Rakyat Indonesia pada tahun tersebut tingkat efisiensinya juga masih kurang baik karena dampak dari negative spread yang mempengaruhi equity capital yang dimilikinya. Sementara selama periode 2000-2001 PT. Bank Rakyat Indonesia dilihat dari rasio efisiensinya memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan PT. Bank Syariah Mandiri. Hal ini dapat pahami karena PT. Bank Rakyat Indonesia telah lama beroperasi dibandingkan PT. Bank Syariah Mandiri yang belum lama beroperasi sehingga kemampuannya dalam mengelola dan memanfaatkan aset untuk memperoleh keuntungan lebih baik dibandingkan PT. Bank Syariah Mandiri.

B. Saran Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. PT. Bank Syariah Mandiri perlu meningkatkan aset likuidnya baik dalam bentuk kas, giro, surat berharga, maupun penempatan pada bank lain sesuai dengan peningkatan total deposito yang diterima dari pemilik dana agar dapat mencapai keseimbangan posisi likuiditas sehingga mampu memenuhi kewajiban kepada para pemilik dana baik pada saat penarikan tunai maupun jatuh tempo pengembalian.

152

2. PT. Bank Rakyat Indonesia perlu membenahi sistem permodalannya dengan melakukan peningkatan modal untuk setiap peningkatan aset sehingga modal yang tersedia dalam perusahaan dapat digunakan untuk menjamin pemenuhan kewajiban dalam jangka panjang. 3. PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia perlu meningkatkan rentabilitasnya baik dalam bentuk return on assets (ROA), return on equity (ROE) maupun gross profit margin (GPM) karena baik atau tidaknya bank dalam memperoleh laba mempengaruhi jumlah investor yang akan menanamkan modalnya. 4. PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Rakyat Indonesia perlu meningkatkan kemampuannya dalam mengelola aset dan meminimalkan biaya operasional dan non operasional sehingga aktivitas atau

operasionalisasi usaha perbankan yang dijalankan dapat mencapai efisien.

153

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal, Manajemen Perbankan, UMM Press, Malang, 2003. , Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, UMM Press, Yogyakarta, 2002. Alwi Syafarudin, Alat-Alat Analisis Dalam Pembelanjaan Perusahaan, Andi Offset, Yogyakarta, 1993. Bank Indonesia, Analisa Laporan Keuangan Perbankan, BI, Yogyakarta, 1996. BI, http ://www.bi.go.id. Desty Damayanti, Analisis Kinerja Kinerja Keuangan Bank Dengan Metode CAMEL : Studi Kasus Pada Bank Global Internasional, Tbk, Skripsi Program Sarjana, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Janabadra, Yogyakarta, 2005. Fitri Dian Anggraini, Analisis Kinerja Keuangan dan Tingkat Kepailitan Perusahaan Perbankan di Indonesia Sebelum dan Sesudah Divestasi, Skripsi Program Sarjana, Program Studi Manajemen, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, AMP-YKPN, Yogyakarta, 2003. Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta. Iman Hilman, et al., Perbankan Syariah Masa Depan, Senayan Abadi Publishing, Jakarta, 2003. Indrianto, Nur dan Bambang Supomo, Manajemen Perbankan Untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 1997. Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005. Martono, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Ekonisia, Yogyakarta, 2002.

154

Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2004. , Manajemen Dana Bank Syariah, Ekonisia, Yogyakarta, 2004. Muh, Dawam Raharjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, Lembaga Studi Agama dan Filsafat, Jakarta, 1999. Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Gema Insani Press, Jakarta, 2001. Muljono, Teguh Pudjo, Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Djambatan, Jakarta, 1992. , Bank Budgeting, Profit Planning & Control, BPFE, Yogyakarta, 1996. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 2002. Sartono, Agus, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta, 2000. Sri Susilo, Sigit Triandaru, Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Yogyakarta, 1999. Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alvabeta, Bandung, 2005. Sutriyani, Analisa Komparasi Kinerja Keuangan Antara Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah, Skripsi Sarjana, Jurusan Ekonomi Islam STAIN Surakarta-SEM Institute, Yogyakarta, 2007. Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk, dan Implementasi Operasional Bank Syariah, Djambatan, Jakarta, 2001. Www.Syariahmandiri.co.id. Www.Bri.co.id. Warkum Sumitro, Azaz-Azaz Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait, PT. Grafindo Persada, Jakarta, 1996. Widodo, Hernanto, Panduan Akuntansi Syariah, Mizan, Bandung, 1999. Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, PT. Grasindo, Jakarta, 2005.

You might also like