You are on page 1of 10

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSANPADA PT INTRACO PENTA Tbk. MEDAN Abstract Research was conducted at PT.

Intraco Penta, Tbk. Jl. S.M. Raja No. 115 Medan for the use of financial ratio analysis of PT. Intraco Penta, Tbk. Medan in decisionmaking. Research conducted a research that is descriptive research that will explain the circumstances and characteristics of the actual object of research based on the information obtained. From the results of the research note that the company has been using financial ratio analysis as a decision-making. The ratio of financial companies that have experienced a decline but there is also increased. In 2005, current ratio to decrease of 8.51% and in 2006 increased by 66.95%. Cash ratio in 2005 decreased as much as 66.57% and in 2006 increased by 116.6%. Debt to equity ratio in 2005 and 2006 was 61.96% and 6.67%. Debt to asset ratio in 2005 and 2006 decline of 22.1% and 2.5%. Gross profit in 2005 increased by 8.51% and the year of 2006 decreased 4.9%. The ratio of the income growth to decline from 2005 until the year 2006 amounting to (75.15%) and (287.6%). Keywords: decision making and the ratio 1. Pendahuluan

Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi keuangan, yang dikomunikasikan secara periodik kepada pemakainya. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Jadi di dalam laporan keuangan terdapat informasi yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan. Pada dasarnya informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dibutuhkan oleh dua pihak yaitu pihak internal dan eksternal . Pihak internal adalah pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan perusahaan atau secara langsung mengendalikan perusahaan seperti manajemen perusahaan. Sedangkan pihak eksternal adalah pihak yang berada di luar perusahaan yang mempunyai kepentingan dalam perusahaan seperti, investor, pemegang saham, pemberi pinjaman, pemasok, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Manajemen berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk membuat perencanaan dan pengawasan terhadap operasi perusahaan, serta untuk menilai hasil kerja yang telah dilaksanakan. Karyawan berkepentingan dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam pemberian balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. Investor membutuhkan informasi untuk menentukan apakah harus membeli atau menahan investasinya. Pemegang saham tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka mengambil keputusan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. Pelanggan berkepentingan dengan

informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang atau tergantung pada perusahaan. Pemasok tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Pemerintah dan berbagai lembaga yang di bawahnya berkepentingan dengan informasi untuk menetapkan pajak. Masyarakat berkepentingan dengan informasi seberapa besar kontribusi perusahaan pada perekonomian nasional dan kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. Untuk lebih memudahkan pembaca laporan keuangan mengenai analisis laporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan, lazimnya laporan keuangan perusahaan tersebut juga dilengkapi dengan uraian mengenai analisis rasio keuangan beserta dengan hasil perhitungannya. Adapun maksudnya adalah untuk memudahkan pembaca laporan keuangan dalam menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang dipakai oleh perusahaan. Namun apabila laporan keuangan perusahaan tersebut tidak dilengkapi dengan uraian tentang analisis rasio keuangan beserta dengan perhitungannya, maka hal ini akan membuat kebingungan bagi para pembaca laporan keuangan, karena mereka tidak tahu analisis apa yang digunakan perusahaan dan cara perusahaan menggunakan analisis rasio keuangan dalam perhitungan. Hal ini juga berdampak kepada keengganan pembaca laporan keuangan untuk mengambil keputusan karena keragu-raguan ataupun ketidakpastian akan keadaan keuangan perusahaan. Hal ini dapat saja merupakan suatu kerugian bagi perusahaan, karena pembaca laporan keuangan eksternal perusahaan adalah juga merupakan sumber daya yang potensial bagi perusahaan. Dengan adanya analisis rasio keuangan maka diharapkan perusahaan dapat mengukur kenerja perusahaan, sehingga dengan adanya pengukuran ini manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk langkah ke depannya. Dari penjelasan ini, maka penulis tertarik untuk memilih judul untuk skripsi ini yaitu: Analisis Rasio Keuangan sebagai Pengambilan Keputusan pada PT. Intraco Penta Tbk. Medan. 2. Tinjauan Pustaka

2.1 engertian Laporan Keuangan Menurut Farah (2005:12) laporan keuangan adalah laporan yang memberikan gambaran akuntansi atas operasi serta posisi keuangan perusahaan. Menurut Ridwan (2002:68) laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data keuangan / aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data / aktivitas tersebut. 2.2 Komponen-komponen Laporan Keuangan

Menurutsi SAK Laporan Keuangan yang lengkap terdiri-dari komponenkomponen, antara lain:

a. b. c. d. e.

neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan.

2.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan 1) Rasio Likuiditas (liquidity ratio) Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja menurut Kasmir (2003:182) Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di pasiva lancar (hutang jangka pendek). Rasio ini juga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo. Atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban / hutang pada saat ditagih. Rasio likuiditas, antara lain: a. current ratio (rasio lancar) Menurut Sofyan (2008:301) Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100% ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100%. Artinya aktiva lancar harus jauh di atas jumlah utang lancar. b. quick ratio (acid test ratio) Menurut Sofyan (2008:302) rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid Test Rasio. Angka rasio ini tidak harus 100 % atau 1:1. c. inventory to net workingc capital Menurut Kasmir (2003:185) Merupakan rasio yang mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri-dari pengurangan antara aktiva lancar dengan hutang lancar dan biasanya dinyatakan dalam decimal. d. cash ratio Cash ratio menurut Kasmir (2003:187) merupakan alat untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Hal ini dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti

rekening giro. Rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar hutang-hutang jangka pendeknya. 2) Rasio solvabilitas (leverage ratio) Rasio solvabilitas menurut Kasmir (2003:188) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Seperti diketahui dalam mendanai usahanya, perusahaan memiliki beberapa sumber dana. Sumber-sumber dana yang dapat diperoleh adalah dari sumber pinjaman atau modal sendiri. Rasio leverage, antara lain: a. debt to asset ratio (debt ratio) Debt ratio menurut Kasmir (2003:188) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva dan biasanya dinyatakan dalam persentase. b. debt to equity ratio Debt to equity ratio menurut Kasmir (2003:190) merupakanRasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang dan biasanya rasio ini dinyatakan dalam persentase. Bagi bank semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan, karena semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan, namun bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. 3) Rasio aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas menurut Kasmir (2003:195) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang, dan lainnya). Atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya. Rasio aktivitas terdiri-dari: a. turnover receivable (perputaran piutang) Menurut Kasmir (2003:195) merupakanRasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu peride. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah maka ada over investment dalam piutang.

b. Inventory turnover (perputaran persediaan) Menurut Kasmir (2003:198) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam inventory ini berputar dalam satu periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan (inventory turnover). Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah barang persediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini maka semakin jelek, demikian pula sebaliknya. 4) Rasio profitabilitas / rentabilitas (profitability Rasio profitabilitas menurut Sofyan (2008:304) menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya. Rasio profitabilitas, antara lain: a. profit margin ( margin laba) Menurut Kasmir (2003:204) rasio ini diukur antara profit margin dengan penjualan dan diukur dalam persentase. b. return on investment (ROI) ROI menurut Kasmir (2003:206) merupakan Rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya rasio ini dikukur dengan persentase. Rasio ini menunjukkan produktifitas dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. 5) Rasio pertumbuhan ( growth ) Menurut Sofyan (2008:309) rasio ini menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun, semakin tinggi semakin baik. Jenis-jenis rasio pertumbuhan, antara lain: a. kenaikan penjualan Menurut sofyan (2008:310) rasio ini menunjukkan persentasi kenaikan penjualan tahun ini dibanding dengan tahun lalu. b.kenaikan laba bersih Menurut Sofyan (2008:310) rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih dibanding tahun lalu. 2.4 Analisis Rasio Keuangan Sebagai Pengambilan Keputusan Menurut Sofyan (2008:39) pengambilan keputusan adalah proses memilih satu alternatif dari beberapa alternatif yang ada.Menurut Richard

(2002:343) pengambilan keputusan adalah proses identifikasi masalah dan kesempatan dan kemudian memecahkannya.Menurut Richard (2002:343) keputusan merupakan pilihan yang dibuat dari beberapa alternatif yang tersedia. Menurut Jeff Madura (2001:233) langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan, antara lain: a. mengidentifikasi keputusan yang mungkin diambil, b. mengumpulkan informasi mengenai semua putusan yang mungkin diambil, c. perkirakan biaya dan manfaat dari semua keputusan yang mungkin diambil, d. buatlah keputusan dan melaksanakannya, e. secara berkala mengevaluasi keputusan yang sebelumnya untuk menentukan apakah perlu diubah. 2.5 Kerangka Konseptual Berikut disajikan kerangka konseptual sebagai pendukung dalam penelitian ini. PT. Intraco Penta Tbk. Medan Kerangka Konseptual Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan bagi manajemen, investor, bank, pemerintah, dan masyarakat umum. Salah satu tugas penting yang dilakukan manajemen atau investor setelah akhir tahun adalah menganalisis laporan keuangan perusahaan dengan tujuan menggali informasi yang lebih luas dan mendalam dari laporan keuangan. Sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui kondisi keuangan dan hasil usaha persahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu, hasil analisis laporan keuangan dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan bagi perusahaan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya. Agar seorang manajer mampu mengambil keputusan yang tepat, manajer perlu mencari dan mengumpulkan berbagai bahan informasi sehingga dalam proses pengambilan keputusannya manajer dapat menghasilkan yang terbaik. Kegiatan analisis laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak, lebih baik, akurat, dan dijadikan sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan adalah kegiatan memilih tindakan yang tepat dari beberapa alternatif yang dianggap tepat untuk menyelesaikan suatu persoalan . Setiap tindakan yang dilakukan orang sebenarnya sudah melalui proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini didasarkan pada informasi. Dalam proses pengambilan keputusan yang baik, peranan model dan informasi sangat penting. Dalam proses pengambilan keputusan informasi memegang peranan penting. Semakin banyak dan akurat informasi mestinya semakin baik keputusan yang diambil. Dalam dunia bisnis, keputusan yang salah

akan menghasilkan kerugian bagi perusahaan sedangkan keputusan yang benar akan menghasilkan keuntungan (laba) bagi perusahaan. 2.6 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, maka yang menjadi hipotesis dari penelitian ini adalah PT. Intraco Penta Tbk. Medan telah menggunakan analisis rasio keuangan sebagai pengambilan keputusan. 3. Metode Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menjelaskan keadaan dan karakteristik yang sebenarnya dari objek penelitian berdasarkan informasi yang diperoleh.Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung dari perusahaan dan juga data sekunder, yaitu data yang telah diolah dan telah menjadi dokumentasi di perusahaan. Data yang digunakan adalah data keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi yang diperoleh langsung dari PT. Intraco Penta Tbk. Cabang Medan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah teknik wawancara yaitu dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dan tidak langsung dengan bagian keuangan PT Intraco Penta, Tbk Medan. Kemudian bagian keuangannya memberikan data data yang penulis perlukan untuk diolah. Metode analisis data yang digunakan metode deskriptif, yaitu metode dengan cara mengumpulkan data kemudian disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang dihadapi dan metode komparatif, yaitu metode dengan cara membandingkan rasio keuangan pada tahun 2004, 2005, 2006. 4. Analisis Hasil Penelitian

3.1 Analisis Rasio Keuangan Perusahaan Perusahaan telah melakukan analisis rasio keuangan. Adapun analisis rasio keuangan yang digunakan, yaitu: rasio likuiditas (liquidity ratio), rasio solvabilitas (leverage ratio), rasio profitabilitas/rentabilitas (profitability ratio), dan rasio pertumbuhan (growth). a. Rasio likuiditas Current ratio pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 8,51 % disebabkan oleh persentase kenaikan aktiva lancar sebesar 13,89 % yang lebih kecil dibanding persentase kenaikan kewajiban lancar sebesar 24,48 % sedangkan pada tahun 2006 current ratio meningkat sebesar 66,95 % disebabkan oleh persentase penurunan aktiva lancar sebesar 10,61 % yang lebih kecil dibanding dengan persentase penurunan kewajiban lancar 46,47 %. Berdasarkan uraian di

atas bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya atau aktiva lancar dapat menutupi semua kewajiban lancar dan rasio lancar perusahaan dapat dikatakan aman. Cash ratio pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 66,57 % disebabkan oleh persentase penurunan total kas sebesar 41,85 % yang lebih besar dibanding persentase kenaikan kewajiban lancar sebesar 24,48 %. Pada tahun 2006 cash ratio meningkat sebesar 116,6 % disebabkan oleh persentase kenaikan kas sebesar 17,57 % yang lebih kecil dibanding persentase penurunan kewajiban lancar sebesar 46,47 %. b. Rasio solvabilitas Debt to equity ratio pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 61,96 % disebabkan oleh persentase penurunan total debt sebesar 13,24 % yang lebih kecil dibanding persentase kenaikan total equity sebesar 128,03 %. Pada tahun 2006 debt to equity ratio menurun sebesar 6,67 % disebabkan oleh persentase penurunan total debt sebesar 6,68 % yang lebih besar dibandingkan persentase penurunan total equity sebesar 0,02 %. Berdasarkan uraian di atas, debt to equity ratio dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami penurunan. Hal ini dapat dikatakan bahwa debt to equity ratio semakin tidak baik untuk dapat menutupi kewajiban-kewajiban kepada pihak luar. Rasio ini sangat menguntungkan bagi pihak luar misalnya bank namun bagi perusahaan rasio ini kurang menguntungkan. Debt to asset ratio pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 22,1 % disebabkan oleh persentase penurunan total debt sebesar 13,24 % yang lebih besar dibanding persentase kenaikan total aktiva sebesar 11,43 %. Pada tahun 2006 debt to asset ratio menurun sebesar 2,5 % disebabkan oleh persentase penurunan total debt sebesar 6,68 % yang lebih besar dibandingkan dengan persentase penurunan total aktiva sebesar 4,30 %. Berdasarkan uraian di atas, debt to asset ratio dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami penurunan. Hal ini dapat dikatakan bahwa rasio ini berada dalam posisi aman karena jumlah kewajiban terhadap aktiva lebih kecil. c. Rasio profitabilitas Gross profit pada tahun 2005 meningkat sebesar 8,51 % disebabkan oleh persentase kenaikan laba kotor sebesar 21,10 % yang lebih besar dibanding persentase kenaikan pendapatan usaha sebesar 12,08 %. Pada tahun 2006 gross profit menurun sebesar 4,9 % disebabkan oleh persentase penurunan laba kotor sebesar 26,16 % yang lebih kecil dibanding persentase penurunan pendapatan usaha sebesar 22,66 %. Berdasarkan uraian di atas, gross profit mengalami naik turun dimana peningkatan terjadi pada tahun 2005 dan penurunan pada tahun 2006. d. Rasio Pertumbuhan (growth)

Rasio pertumbuhan pendapatan semakin menurun dari tahun 2005 sampai 2006 sehingga tidak baik bagi perusahaan. Hal ini disebabkan pendapatan perusahaan dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami penurunan. 3.2 Analisis Rasio Keuangan Sebagai Pengambilan Keputusan Sepanjang tahun 2005, meski pertumbuhan penjualan tidak terlalu signifikan, perusahaan berhasil mencetak prestasi dari segi tingkat efisiensi operasional. Secara riil perusahaan berhasil meningkatkan kinerja keuangan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, indikatornya bisa dilihat pada kenaikan dari pos laba kotor, laba usaha, serta laba bersih, masing-masing sebesar 21,1 %, 53,64 %, dan 230,83 %. Bahkan manajemen berhasil meningkatkan modal sebesar 132 % dari Rp 136,23 miliar pada 2004 menjadi Rp 315,45 miliar pada tahun 2005, serta menurunkan rasio utang terhadap modal secara signifikan, dari 472,6% pada 2004 menjadi 179,8 % pada 2005. Hal ini merupakan keputusan yang diambil manajemen yaitu untuk meningkatkan marjin pendapatan dengan cara menekan biaya operasional serta memperbaiki struktur permodalan perseroan guna meningkatkan daya saing dan daya tahan terhadap situasi perekonomian global yang tidak menentu. Walaupun perusahaan telah menunjukkan kinerja keuangan yang baik pada tahun 2005, perusahaan tetap berusaha untuk meningkatkan kinerja keuangan pada tahun 2006 di tengah ketidakmenentuan kondisi perekonomian, serta kompetisi yang semakin ketat di industri alat berat. Rencana perusahaan ini ke depan adalah bagaimana perusahaan ini mencari celah pasar baru, melayani pelanggan, serta mempertahankan loyalitas pelanggan dengan pelayanan yang prima sebagai perusahaan yang memberikan solusi total. Perusahaan ini juga berusaha mengendalikan biaya, melakukan efisiensi, menurunkan rasio kewajiban terhadap aktiva, serta meningkatkan profitabilitas. PT Intraco Penta terus mengupayakan keseimbangan struktur keuangannya. Malaupun kinerja keuangan pada tahun 2006 kurang baik, perusahaan tetap melakukan upaya memperkuat struktur neraca seperti yang ditunjukkan oleh semakin baiknya rasio likuiditas mapun solvabilitas. Manajemen perusahaan ini berharap bahwa kinerja keuangan untuk tahun-tahun selanjutnya akan lebih baik. Secara umum, kinerja perusahaan ini pada tahun 2006 masih memberikan harapan yang baik untuk pertumbuhan jangka panjang. Perusahaan ini memprediksikan kinerja keuangan yang lebih baik pada tahun 2007. 5. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis rasio keuangan sebagai pengambilan keputusan pada PT. Intraco Penta Tbk. Medan, maka diperoleh enam kesimpulan.

Perusahaan telah melakukan analisis rasio keuangan yang terdiri dari empat rasio yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio pertumbuhan. Rasio likuiditas perusahaan aman, dapat dilihat dari rasio lancar yang tetap meningkat di kisaran 200 % yaitu tahun 2005 sebesar 202,1 % dan tahun 2006 sebesar 337,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya atau aktiva lancar dapat menutupi semua kewajiban lancar. Rasio solvabilitas perusahaan tidak baik, dapat dilihat dari debt to equity ratio yang mengalami penurunan dari tahun 2005 sampai tahun 2006 sebesar 6,19% dan 0,67%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan yang dibiayai oleh pinjaman semakin menurun. Rasio ini sangat menguntungkan bagi pihak luar misalnya bank namun bagi perusahaan rasio ini kurang menguntungkan. Rasio profitabilitas perusahaan pada tahun 2005 baik, dapat dilihat dari gross profit margin yang meningkat sebesar 8,51 % sedangkan tahun 2006 menurun sebesar (4,9 %). Hal ini disebabkan oleh persentase kenaikan laba kotor sebesar 21,1 % yang lebih kecil dibanding persentase kenaikan pendapatan usaha sebesar 12,1 % pada tahun 2005 dan persentase penurunan laba kotor sebesar 2,62 % yang lebih kecil dibanding persentase penurunan pendapatan usaha sebesar 22,65 % pada tahun 2006. Perusahaan telah menggunakan analisis rasio keuangan sebagai alat pengambilan keputusan yaitu meningkatkan marjin pendapatan dengan cara menekan biaya operasional serta memperbaiki struktur permodalan perseroan serta meningkatkan profitabilitas.

4.2 Saran Saran yang dapat penulis berikan dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah ditujukan bagi perusahaan dan peneliti selanjutnya. Rasio keuangan sebaiknya ditambah lagi misalnya rasio aktivitas sebagai pelengkap dari rasio keuangan yang ada, agar pihak manajemen dapat lebih mengetahui keadaan sebenarnya dari perusahaan dan juga agar dapat mengambil keputusan yang lebih tepat. Perusahaan sebaiknya memperbaiki kinerja keuangan tahun 2006 dengan meningkatkan laba bersih pada tahun 2007. Untuk memperbaiki pertumbuhan perusahaan dari tahun 2005 sampai tahun 2006, perusahaan sebaiknya meningkatkan pendapatan Perusahaan sebaiknya menggunakan rasio profit margin untuk mengetahui berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.

You might also like