You are on page 1of 4

Cahayu, Hasil Kerja Keras 15 Tahun Ni Made Yulianti Sukses memang bukan langkah yang mudah.

Namun dengan usaha keras, tekun, sabar dan berani mencoba dapat mengantar Robani sekeluarga menuju sukses sebagai produsen makanan khas Bali. Bagaimana resep usaha suksesnya? Berikut penuturan Ni Made Yulianti, istri Robani yang ditemui media ini di tempat usahanya, Pusat Oleh-Oleh Khas Bali, Cahayu.

Bagaimana sejarah usaha Anda?

Usaha ini adalah hasil rintisan suami saya, Robani, seorang anak desa dari Magelang, Jogja. Setelah tamat SMA 15 tahun lalu, suami mengadu nasib ke Pulau Bali sebagai pedagang acung dan sempat menjadi pembantu rumah tangga. Pernah juga menjadi penjaga kamar mayat di sebuah rumah sakit. Lantas ia menikah dengan saya. Modal usaha ini adalah menggadaikan anting-anting pemberian ibu saya seharga Rp 27.000. Beragam usaha telah dijalani. Mulai dari jualan pisang goreng di tepi jalan hingga berjualan kacang asin, makanan dan souvenir. Pernah juga saya membuka usaha ini di Celuk dan Sukawati. Awalnya, kita menyewa tempat usaha seluas 3 x 4 meter, baru berdiri saja ada lima bis dari Jawa yang datang. Saya sempat bingung melayani sendiri di tempat sekecil itu (namun sekarang sudah ditutup karena ingin difokuskan pada satu toko). Dari pengalaman sebagai pedagang acung, suami mendapat ilmu cara-cara pembuatan kacang asin khas Bali. Tak cukup hanya jadi penjual, suami berusaha membuat kacang asin sendiri dan dipasarkan sendiri. Tahun 2002 berdirilah Toko Pusat

Oleh-Oleh Makanan dan Souvenir Khas Bali yang diberi nama Cahayu. Pemberian nama ini didasarkan atas latar belakang saya yang hanya sendiri menjadi wanita paling ayu di dalam keluarga saya. Cahayu berarti sama dengan bocah ayu (anak wanita yang cantik). Tiga tahun kemudian, saya bersama suami berhasil membuka cabang di Salam, Muntilan.

Siapa target market produk Anda?

Produk saya terdiri dari makanan dan souvenir khas Bali. Mulai dari kacang asin, dodol pisang, nangka, dodol gambir, dodol iwel, selai pisang, dodol pe tan (tape ketan), selai molen, brem, sruwa sruwi, dodol apel, bakiak, nopia, minuman brem Bali, kaos, souvenir hingga batik khas Jogja. 97 persen pembeli adalah wisatawan nusantara (lokal). Ke depan, kita akan mengembangkan pasar mancanegara yang masih sedikit kita garap. Karena lokasi usaha ini cukup strategis, berada di jalur wisata Ubud, Sukawati dan Kintamani. Rata-rata bis wisata berangkat atau pulang melalui jalur ini. Untuk membuat mereka tertarik kepada toko ini, kita telah bekerjasama dengan para tour leader wisata di daerah Jawa untuk mengantar tamunya ke sini. Lambat laun, promosi melalui mulut ke mulut menyebar hingga ke pemerintahan.

Apa keunikan toko oleh-oleh ini?

Kita mengembangkan layanan dengan hati. Layanan tersebut kita sediakan mulai dari membantu saat macet, terkena tilang polisi, tidak tahu arah lokasi wisata hingga kecelakaan. Suasana kekeluargaan sangat terasa dan pemilik harus bertemu langsung

dengan para tour leader ataupun pelanggan. Kita serasa bertemu dengan keluarga sendiri di sini. Layanan itulah yang membuat pelanggan tidak ada sekat antara penjual dan pembeli. Pelanggan pun tidak akan ragu merogoh kocek lebih dalam untuk memborong oleh-oleh. Selain itu, kita juga menyediakan catering di tempat ataupun layanan antar. Bagi yang ingin mengetahui proses pembuatan kacang asin juga kita sediakan. Bagi kita, tidak ada yang kita sembunyikan. Kita tidak takut ditiru, semua proses produksi sangat terbuka. Inovasi produk juga kita lakukan. Yang terbaru adalah torakur (tomat rasa kurma) dan kopi surya Bali. Produk ini jarang-jarang ada. Bahan baku memang susah didapat, pembeli harus antri atau harus memesan dulu untuk mendapatkan produk ini. Jadi tidak semua orang (pembeli) bisa mendapat produk langka kami ini.

Sejarah Berdirinya Cahayu

Cahayu adalah pusat / central oleh-oleh makanan khas Bali yang didirikan oleh seorang anak desa terpencil di bawah lereng gunung di daerah Jateng (Jawa Tengah). Dengan tekad melangkah untuk meninggalkan kampung halaman di awal tahun 90-an dengan mencoba mengadu nasib yang pada awalnya untuk mencari pekerjaan di pulau Bali. Jadilah seorang Pembantu Rumah Tangga (PRT) dan pada malam harinya juga beraktifitas di sebuah rumah sakit menjadi penjaga (Waker).

Dengan bergulirnya waktu Robani banyak mencoba berbagai pekerjaan dan usaha dari jualan Sayur mayur, Mie ayam / Bakso / Jamu dll, dengan menggunakan gerobak hingga

pada akhirnya memutuskan untuk menjual kacang goreng (yang pada saat ini lebih sering dikenal dengan sebutan Kacang Asin Bali).

Dan dengan keuletannya beliau (Robani) ini hingga berdirilah sebuah Perusahaan dan Central Oleh-oleh yang cukup megah di lintasan pariwisata (di daerah Pasar Seni Sukawati). Perjalanan sebuah kehidupan yang pernah seorang Robani jalani. Dan pada akhirnya Cahayu berdiri pada tanggal 27 September 2002

Tujuan itu sendiri dengan membuka usaha Pusat / Central Oleh-oleh Khas Bali ini khusus untuk melayani wisatawan Nusantara maupun mancanegara yang berkunjung ke bali. Dengan keberhasilan inilah Robani membawa dampak positif, karena ia telah menopang kehidupan ekonomi para pengrajin kecil yang hasilnya tidak bisa dipasarkan. Cahayu membantu memasarkan produk dari pengrajin kecil sehingga mereka dapat hidup dengan layak, disamping itu beliau sekaligus membantu pemerintah untuk ikut serta mengurangi pengangguran dan mengembangkan industri pariwisata, serta menambah Income daerah maupun Negara.

Demikian sejarah singkat seorang Robani dan berdirinya pusat / central oleh-oleh khas bali, hanya dengan bermodalkan tekad, ketekunan, dan ketrampilan ia menjadi orang yang sukses.

You might also like