You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Waris atau mawaris merupakan hal yang paling penting dalam Islam, sehingga sangat banyak sekali di ungkapkan dalam Al-Quran dan hadits tentang hukum-hukum waris. Saking pentingnya ilmu waris sehingga Nabi SAW mengungkapkan bahwa ilmu mawis adalah sepertiga dari ilmu tentang agama. Namun demikian walaupun sangat penting sekali tetapi ilmu waris adalah ilmu yang paling cepat sirna dari hadapan umat islam. Sebagaimana hadits Nabi SAW: Artinya: Dari Jabir RA. berkata: Rosululloh SAW telah bersabda; ya Aba Huraeroh! Pelajarilah ilmu faroid dan ajarkan pula kepada manusia, karena sesungguhnya ilmu faroid itu merupakan ilmu yang paling cepat dilupakan orang dan yang paling pertama lenyap dari umatku. (HR. Ibnu Majah dan daru Qutni) Hadits di atas menjelaskan betapa pentingnya bagi umat Islam untuk mempelajari ilmu waris/faroid untuk diamalkan dalam kehidupannya serta diajarkan kepada yang lainnya. Berdasarkan hal tersebut maka kami merasa perlu untuk mengangkat permasalahan dalam makalah ini dengan judul Ahli Waris dan Furudul Muqaddaroh. B. Rumusan Masalah Sebagaimana permasalahan diatas, tentang pentingnya mempelajari ilmu waris, kami merasa perlu untuk merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini, agar dalam pembahasannya tidak keluar dari judul yang direncanakan. Diantara rumusan permasalahan tersebut sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan ahli waris dan siapa saja yang berhak mendapat warisan? 2. Bagaimana penjelasan tentang furudul muqoddaroh dalam ilmu waris? C. Tujuan Penulisan Segala sesuatu sudah pasti ada tujuan tertentu baik yang tersurat maupun yang tersirat. Begitu juga dengan makalah ini. Adapun tujuan yang ingin di capai penulis dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Kita dapat mengetahui dan memahami tentanng ahli waris serta orang yang berhak mendapat harta warisan. 2. Kita dapat memahami furudul muqoddaroh dalam ilmu waris?

BAB II AHLI WARIS DAN FURUDUL MUQADDAROH A. Ahli Waris Ahlli waris adalah orang-orang yang berhak menerima warisan dari harta yang ditinggalkan oleh mayit, baik karena hubungan keluarga, perkawinan, maupun memerdekakan hamba sahaya. Ahli waris ada yang disebut Ahli Waris Sababbiyah artinya orang tersebut mendapat warisan dikarenakan ada sebab, seperti istri dan suami atau memerdekakan hamba sahaya. Dan ada pula ahli Waris Nasabiyah yaitu karena ada hubungan nasab dengan orang yang meninggal. 1. Syarat-syarat Mewaris Syarat-syarat pewarisan ada tiga macam yaitu: a. Meninggalnya orang yang mewariskan, baik meninggal menurut hakikat maupun menurut hukum. Harta peninggalan seseorang tidak mungkin akan dibagikan kepada ahli warisnya sebelum diketahui bahwa pewaris itu benar-benar telah meninggal atau telah diputuskan oleh hakim tentang kematian seseorang oleh hakim. b. Ahli waris betul-betul masih hidup, ketika orang yang mewariskan meninggal dunia. c. Diketahui jihatnya dalam mewarisi, atau posisi penerima warisan diketahui dengan jelas Posisi dari masing-masing ahli waris harus diketahui dengan pasti, sehingga bagianbagian yang diperoleh sesuai dengan ketentuan faroid. 2. Rukun-rukun Pewarisan

Rukkun-rukun mewarisi ada tiga macam yaitu: a. Adanya orang yang mewariskan, yaitu pewaris itu sendiri, baik nyata maupun dinyatakan mati secara hukum, seperti orang yang hilang dan dinyatakan mati, sehingga orang lain berhak mendapatkan warisan darinya apa saja yang ditinggalkan sesudah matinya. b. Adanya pewaris yaitu orang yang mempunyai hubungan penyebab kewarisan dengan si pewaris, sehingga dia memperoleh warisan. Misalnya hubungan kekerabatan, penasaban, perkawinan dan sebagainya. c. Ada harta yang diwariskan yang disebut juga peninggalan atau tirkah, yaitu harta atau hak yang dipndahkan dari yang mewariskan kepada pewaris. Ahli waris ada yang laki-laki dan ada pula yang perempuan. Masingmasing mempunyai ketentuan pembagiannya. Ahli waris dari kelompok laki-laki ada 15, yaitu: 1. Suami 2. Anak laki-laki 3. Cucu laki-laki 4. Bapak 5. Kakek 6. Saudara laki-laki sekandung 7. Saudara laki-laki sebapak 8. saudara laki-laki seibu 9. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung 10. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak 11. Paman sekandung dengan Bapak 12. Paman sebapak dengan Bapak 13. Anak laki-laki paman sekandung 14. Anak laki-laki paman sebapak 15. Orang laki-laki yang memerdekakan budak Adapun ahli waris dari kelompok perempuan ada 10 orang yaitu: 1. Isteri 2. Anak Perempuan 3. Cucu perempuan dari anak laki-laki 4. Ibu 5. Nenek dari ibu 6. Nenek dari bapak 7. Saudara perempuan sekandung 8. Saudara perempuan sebapak 9. Saudara perempuan seibu 10. Orang perempuan yang memer dekakan budak 5 Seluruh ahli waris tidaklah mesti berada dalam derajat atau tingkatan yang sama. Dengan demikian, pembagiannya didahulukan sesuai dengan martabat yang lebih tinggi tingkatannya, dengan urutan sebagai berikut: 1. Golongan Ashabul Furud; ialah golongan ahli waris yang mendapat bagian tertentu. Mereka adalah oranng- orang yang pertama kali diberi bagian harta peninggalan dari orang yang meninggal dunia sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam AlQuran, hadits dan ijma. 2. Golongan Ashabah Musabiyah; adalah orang-orang yang mendapat bagian atas kelebihan harta peninggalan setelah dibagikan kepada orang-orang yang mendapat bagian tetap (Dawil Furudh). 3. Radd kepada ashabul furud menurut besar kecilnya hak mereka. Raad artinya meninggalkan atau membagi kemballi kelebihan harta setelah dibagikan. 4. Membagi harta waris kepada zawil arham; adalah para kerabat dari orang yangn meninggal dunia, tetapi tidak termasuk dalam kelompok zawil furud maupun asobah, seperti: saudara laki-laki, ibu, saudara perempuan ibu, saudara perempuan bapak, anak laki- laki dari anak perempuan, anak perempuan dari anak perempuan, dan sebagainya Oleh karena itu, apabila orang yang meninggal dunia tidak meninggalkan kerabat ashobah atau adhabul furud, harta peninggalannya diambil oleh dawil arham. 5. Radd (pengembalian) harta peninggalan kepada suami isteri. Pengembalian harta peninggalan kepada suami isteri dapat dilakukan apabila tidak ada ahli waris seorang pun, baik ashabul furud, asobah, maupun zawil arham. 6. Asabah sababiyah (mendapat bagian karena ada sebab), yaitu budak-budak yang dimerdekakan. Baik laki- laki ataupun perempuan.

7. Oranng yang mendapat wasiat lebih dari sepertiga harta setelah dikurangi perawatan jenazah sampai pemakamannya walaupun wasiat itu seluruh harta. 8. Menyerahkan harta peninggalan kepada kas kaum muslimin (baitul mal). Jika seseorang meninggal dunia tetapi tidak mempunyai ahli waris. B. Furudul Muqaddaroh Furudul Muqaddaroh adalah bagian yang telah ditentukan. Maksudnya para ahli waris yang harus menerima bagian-bagian yang telah ditentukan dalam Al-Quran. Furudul Muqaddaroh itu ada enam yaitu: 1/2., , 1/8, 2/3, 1/3 dan 1/6. a. Yang mendapat setengan (1/2) harta: Setengah (1/2) harta pusaka, menjadi lima orang: 1. Anak perempuan apabila hanya seorang diri, tidak ada anak laki-laki. Sebagaimana firman Alloh QS. An-Nisa: 11 Artinya: .. dan jika anak perempuan itu seoranng saja, maka ia memperoleh separuh harta. (QS. An-Nisa: 11). 2. Anak perempuan dari anak laki-laki (cucu perempuan). Apabila hanya seorang diri, tidak ada anak perempuan, atau cucu perempuan dari anak laki-laki dan anak laki-laki. 3. Saudara perempuan sekandung tunggal, apabila tidak ada ahli waris anak (lakilaki/perempuan) cucu laki-laki/perempuan dari anak laki-laki bapak dan kakek dari pihak Bapak. 4. Saudara perempuan sebapak tunggal, jika tidak ada orang-orang tersebut diatas (No. 1, 2 dan 3). Firman Alloh dalam QS. An-Nisa : 176 Artinya: ..jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, 5. Suami, bila tidak ada anak dan cucu dari anak laki-laki. Firman Alloh QS. An-Nisa: 12 Artinya: Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. b. Yang mendapat seperempat (1/4) harta: Ada dua orang yang mendapay seperempat (1/4) harta, yaitu: 1. Suami, jika ada anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki. Firman Alloh dalam QS. An-Nisa: 12 Artinya: jika Isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya 2. Isteri atau beberapa orang isteri, jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki. Firman Alloh QS. An-Nisa ayat 12: Artinya: Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. c. Yang mendapat seperdelapan (1/8) harta Bagian 1/8 hanya untuk seorang isteri atau lebih, apabila ada anak atau cucu dari anak laki-laki. Firman Alloh QS. An-Nisa ayat 12: Artinya: Jika kamu mempunyai anak, Maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan.

d. Yang mendapat 2/3 harta: Ada empat orang yang mendapat bagian 2/3, yaitu: 1. Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki. Firman Alloh QS. An-Nisa ayat 11: Artinya: jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan 2. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika tidak ada anak laki-laki, anak perempuan cucu laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki sekandung, bapak dan kakek dari bapak. 3. Dua orang atau lebih saudara perempuan sekandung, jika tidak ada anak perempuan atau cucu perempuan dari anak laki-laki atau saudara laki- lakinya. Firman Allh QS. An-Nisa ayat 176: Artinya: jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. 4. Dua orang atau lebih saudara perempuan sebapak, jika tidak bersama saudara laki-lakinya atau orang-orang yang telah tersebut pada No. 1, 2 dan 3. e. Yang mendapat sepertiga (1/3) harta: Sepertiga (1/3) dari harta pusaka menjadi bagian dua orang: 1. Ibu, jika tidak terhalang, artinya jika tidak meninggalkan anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki atau tidak pula meninggalkan dua orang saudara, baik laki-laki ataupun perempuan, baik seibu, seayah, atau seayah saja atau seibu saja. Firman Alloh QS. An-Nisa ayat 11: Artinya: Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga. 2. Dua orang atau lebih saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan, bila tidak ada anak lakilaki/perempuan, cucu laki-laki/perempuan dari anak laki-laki, bapak dan kakek dari bapak. Firman Alloh QS. An-Nisa ayat 12 Artinya: tetapi jika Saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, f. Ada tujuh orang yang mendapat bagian seperenam (1/6) yaitu: 1. Ibu, jika ada anak atau cucu laki-laki dari anak laki-laki, atau dua orang lebih saudara laki-laki atau perempuan baik sekandung, sebapak atau seibu. 2. Bapak, jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki. Firman Alloh QS. An- Nisa ayat 11: Artinya: Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak. 3. Nenek, dari pihak ibu atau bapak, jika tidak ada ibu atau bapak (untuk nenek dari pihak bapak). 4. Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan anak perempuan lebih dari satu. Bila anak perempuan hanya satu cucu perempuan tetap memperoleh bagian, yaitu 1/6 5. Saudara perempuan sebapak, jika bersama seorang saudara perempuan sekandung dan tidak ada anak, cucu laki-laki dari anak laki-laki dan saudara laki-laki sekandung atau sebapak. 6. Kakek, jika bersama anak, cucu dari anak laki-laki dan tidak ada bapak. 7. saudara seibu tunggal, baik laki-laki atau perempuan, bila tidak ada naka, cucu dari anak laki-laki, bapak dan kakek dari pihak bapak.

BAB III KESIMPULAN Ahlli waris adalah orang-orang yang berhak menerima warisan dari harta yang ditinggalkan oleh mayit, baik karena hubungan keluarga, perkawinan, maupun memerdekakan hamba sahaya. Ahli waris ada yang laki-laki dan ada pula yang perempuan. Ahli waris dari kelompok laki-laki ada 15 Adapun ahli waris dari kelompok perempuan ada 10. Furudul Muqaddaroh adalah bagian yang telah ditentukan. Maksudnya para ahli waris yang harus menerima bagian-bagian yang telah ditentukan dalam Al- Quran. Furudul Muqaddaroh itu ada enam yaitu: 1/2., 1/4, 1/8, 2/3, 1/3 dan 1/6.

DAFTAR PUSTAKA Dian Khairul Umam. 1999. Fiqih Mawaris. CV. Pustaka Setia: Bandung Al-Quran dan terjemahannya, 1978. Departemen Ahama RI, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, PT. Bumi Restu: Jakarta. Moh. RifaI, Ahmad Musthofa Hadna. 2001. Fiqih untuk MA jilid 1. CV Wicaksana: Semarang

You might also like