You are on page 1of 25

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malnutrisi menjadi masalah penting di seluruh dunia khususnya di negara-negara berkembang (Snyder, 2001). Tingginya angka kematian akibat malnutrisi yang terjadi pada anak menjadikan kasus ini perlu mendapatkan perhatian khusus. WHO memperkirakan 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi anak yang buruk. Beberapa studi yang dilakukan menunjukkan bahwa anak dengan status gizi sangat kurang (< 60% BB/usia) memiliki resiko mortalitas lebih tinggi delapan kali dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi normal (Heird, 2004). Selain itu, efek jangka panjang malnutrisi pada anak dapat menghambat perkembangan kognitif dan sosial, kemampuan fisik anak, produktivitas anak serta secara tidak langsung dapat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi (Husaini, 2006). Asupan gizi yang kurang dan dampak penyakit/infeksi merupakan faktor yang berperan langsung pada keadaan anak dengan gizi kurang/buruk, sedangkan secara tidak langsung disebabkan oleh pendidikan yang rendah, pola asuh ibu dan perilaku kurang mendukung kesehatan (Arvin, 2000). Indonesia pada tahun 2003 terdapat sekitar lima juta balita kurang gizi (27,5%), 3,5 juta balita (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta balita gizi buruk (8,3%). Selain itu, tahun 2004 Indonesia tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi karena 5.119.935 (28.47%) dari 17.983.244 balita di Indonesia termasuk dalam kelompok gizi kurang dan gizi buruk (Koalisi Untuk Indonesia Sehat, 2006). Namun, pada tahun 2005 jumlah balita dengan gizi kurang di Indonesia turun menjadi 28% (SUSENAS, 2005). Di Kota Medan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Medan (2007), jumlah bayi dan balita penderita gizi kurang dan gizi buruk pada Desember 2007 berturut-turut sebesar 3.286 dan 479 anak (DKK, 2007). Kasus gizi buruk tertinggi di Kota

Medan terdapat di Kecamatan Medan Belawan yang mencapai 55 orang dan kasus gizi kurang 174 orang bayi dan Balita (Dinkes, 2007). Protein dalam tubuh berperan sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, dan mengatur proses tubuh. Selain itu, protein juga sangat berperan dalam peranan hubungan antarneuron di otak. Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1995) adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau menyusui. Menurut Pusat Satistik tahun 1999, rata-rata 51,4% konsumsi protein penduduk sehari berasal dari padi-padian. Bahan makanan hewani kaya akan kandungan protein bermutu tinggi hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia (Almatsier, 2004). KEP merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi makronutrien (zat gizi makro). Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makronutrien kepada defisiensi mikronutrien, namun beberapa daerah di Indonesia, prevalensi KEP masih tinggi (> 30%) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP (Eritonang, 2004). Penyakit akibat KEP ini dikenal dengan kwashiorkor, marasmus, dan marasmus kwashiorkor (Arvin, 2000). Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein, marasmus disebabkan karena kurang energi, dan marasmus kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein (Gehri, 2006). KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda anak yang mengalami kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan, depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang mengalami marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan plek hitam pada kulit (Arvin, 2000). Di sisi lain, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas 5,8 juta km2 wilayah laut (Hamid, 2003). Kekayaan laut yang terkandung di dalamnya menjadi sebuah potensi besar dalam peningkatan dan pengembangan perekonomian,

wisata laut dan pangan. Kurangnya peran lintas sektor dalam pengembangan potensi ini menjadi kendala utama usaha pengembangan hasil laut dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia umumnya dan masyarakat pesisir pantai khususnya. Sumatera utara, khususnya pantai timur Sumatera, memiliki potensi yang besar dalam hasil laut. Menurut data statistik nilai produksi perairan laut timur Sumatera Utara tahun 1999-2001 mencapai 236.329 ton (SIMPATIK, 2006). Melihat adanya kesenjangan antara hasil perikanan laut yang merupakan sumber protein bermutu tinggi dengan keadaan balita dengan status gizi kurang yang terutama terjadi di Kecamatan Medan Belawan, maka saat ini masih perlu untuk dipikirkan solusi yang tepat dan terjangkau bagi masyarakat pesisir pantai pada umumnya dan masyarakat Kecamatan Medan Belawan pada khususnya guna memanfaatkan hasil perikanan laut sebagai alternatif cara peningkatan status gizi dan optimalisasi tumbuh kembang. 1.2 Rumusan masalah Untuk lebih memfokuskan pembahasan karya tulis ini, maka penulis mengangkat upaya apa yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan hasil perikanan laut untuk peningkatan status nutrisi balita mencapai tumbuh kembang yang optimal di Kecamatan Medan Belawan. 1.3 Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah menjadikan hasil perikanan laut dalam berbagai makanan olahan yang berbeda untuk meningkatkan status gizi dalam optimalisasi tumbuh kembang anak terutama anak di Kecamatan Medan Belawan. 1.4 Manfaat penelitian
1. Memberikan masukan bagi pembaca tentang tingginya kandungan protein

hewani hasil perairan laut.


2. Memberikan pengetahuan bagi pembaca pentingnya peranan protein

dalam menjaga stabilitas dan status nutrisi tubuh.

3. Memberikan informasi kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa hasil perikanan laut yang melimpah dapat dijadikan sebagai solusi meningkatkan status gizi anak dalam optimalisasi tumbuh kembangnya
4. Memberikan bahan masukan bagi penelitian selanjutnuya untuk lebih

mengembangkan potensi laut Indonesia dalam mengatasi masalah gizi kurang pada bayi/balita.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Malnutrisi pada Anak Malnutrisi dapat disebabkan oleh masukan makanan dan penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan makanan yang tidak cukup, kebiasaan diet yang jelek, mengikuti mode makanan, dan faktor-faktor emosi dapat membatasi masukan makanan. Kelainan metabolik tertentu, kondisi stress, konsumsi antibiotik, obat-obat katabolik (Arvin, 2000) Malnutrisi akut diakibatkan gangguan keseimbangan air dan elektrolit, terutama ion natrium, kalium, klorida, dan hidrogen. Sedangkan malnutsisi kronik melibatkan defisit lebih dari satu nutrien. Insufisiensi imunologis sering tampak pada anak malnutrisi dan ditunjukkan dengan angka limfosit total kurang dari 1.500/mm3 serta anergi tarhadap uji antigen kulit, seperti streptokinase, tuberkulin, dan lain-lain (Arvin, 2000) Marasmus merupakan malnutrisi akibat kekurangan kalori dan protein. Keadaan ini sering diakibatkan oleh asupan kalori makanan yang kurang, kebiasaan makan yang tidak tepat, dan kelainan metabolik serta malformasi kongenital. Pada anak dengan marasmus, awalnya tampak kegagalan dalam peningkatan berat badan, kehilangan berat badan, kehilangan turgor kulit akibat penipisan lemak subkutis. Abdomen dapat kembung atau datar dan usus dapat dengan mudah terlihat. Terjadi atrofi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya subnormal, nadi lambat, dan angka metabolik basal menurun. Bayi akan tampak rewel, lesu dan nafsu makan menghilang, diare, tinja berisi mukus dan sedikit (Gehri, 2006). Kurang protein banyak terjadi pada masyarakat kalangan ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak dibawah lima tahun (Almatsier, 2004). yang berkepanjangan dapat menyebabkan malnutrisi. Malnutrisi dapat bersifat akut atau kronik, reversibel atau irreversibel.

Pada awal kwashiorkor, akan tampak terjadi letargi, apatis atau iritabilitas. Kemudian akan menyebabkan gangguan pertumbuhan, penurunan stamina, kehilangan jaringan muskuler, bertambah kerentanan terhadap infeksi, dan edema. Imunodefisiensi sekunder merupakan merupakan salah satu dari manifestasi yang paling serius dan konstan, misalnya campak, penyakit yang biasanya benigna pada anak gizi baik dapat memburuk dan mematikan pada anak malnutrisi. Pada anak dapat terjadi anoreksia, kekenduran jaringan subkutan dan kehilangan tonus otot, hepatomegali, dan infiltrasi lemak. Edema biasanya terjadi diawal baik pada organ dalam atau kulit. Penurunan aliran darah ginjal, angka filtrasi glomerulus, dan fungsi tubuler ginjal. Jantung mengecil pada awal tetapi biasanya diikuti dengan pembesaran (kardiomegali). Sering terjadi dermatitis, penggelapan kulit tampak pada daerah yang teriritasi tetapi tidak ada pada daerah yang terpapar sinar matahari. Rambut akan tumbuh jarang, tipis, dan kehilangann elastisitasnya. Selain itu, sering terjadi infeksi dan investasi parasit, gangguan perkembangan mental, dan gangguan pertumbuhan tulang, stupor, koma, dan meninggal dapat juga terjadi pada kwashiorkor yang tidak diobati (Arvin, 2000). Malnutrisi pada anak sesudah masa bayi juga sering terjadi. Malnurtrisi ini sering disebabkan oleh kebiasaan diet yang buruk, higienis yang kurang, penyakit kronis, dan masalah dengan orang tua. Keadaan malnutrisi kronik akan menggangu proses kecerdasan anak (Arvin, 2000). 2.2 Asupan Nutrisi Almatsier, 2004 menyatakan bahwa makanan sehari-hari yang dipilih dengan baik akan memberikan berbagai kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Tetapi, jika makanan tidak dipilih dengan baik, tubuh akan kekurangan zat gizi esensial tertentu. Zat gizi memiliki tiga fungsi utama dalam menjaga stabilitas tubuh, yakni: memberi energi (karbihidrat, lemak, protein), pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (protein, mineral, air), mengatur proses tubuh (protein, mineral, air, vitamin).

2.2.1

Karbohidrat

Karbohidrat memegang peranan penting bagi tubuh karena merupakan sumber energi utama bagi manusia. Peranan utama karbohidrat dalam tubuh adalah menyediakan glukosa bagi bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diolah menjadi sumber energi. Glukosa memiliki peran sentral dalam metabolisme karbohidrat. Jaringan tertentu hanya memperoleh energi dari karbohidrat, seperti sel darah merah, sel otak dan sistem saraf. Bila glukosa memasuki sel, akan terjadi proses metabolisme sel untuk mengahasilkan energi (Murray, 2003). Ketika terjadi peningkatan jumlah karbohidrat dalam tubuh akan terjadi konversi glukosa menjadi lemak. Agar tubuh selalu memperoleh glukosa untuk kebutuhan energi, hendaknya seseorang mengkonsumsi karbohidrat dalam selang waktu tertentu karena glikogen hanya bertahan dalam waktu beberapa jam. Protein dapat diubah menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis dalam batas-batas tertentu, tetapi protein memiliki fungsi lain yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, seperti untuk pertumbuhan. Lemak tubuh tidak dapat diubah menjadi glukosa dalam jumlah berarti. Glukosa sebagai sumber-sumber energi untuk sel otak, saraf dan sel darah merah tidak dapat digantikan oleh lemak. Karbohidrat dalam jumlah yang cukup akan mencegah penggunaan protein sebagai energi (menghemat protein). Bila tubuh kekurangan karbohidrat dalam jumlah yang berarti, maka akan terjadi konversi asam amino dan gliserol menjadi glukosa untuk memenuhi kebutuhan energi otak dan sistem saraf pusat. Oleh karena itu, tidak ada ketentuan tentang kebutuhan karbohidrat sehari untuk manusia. (Almatsier, 2004). Sumber karbohidrat adalah padi-padian atau serelia, umbi-umbian, kacang-kacang kering, dan gula. Hasil olahan bahan-bahan adalah seperti mie, roti, tepungtepungan, selai, dan sebagainya. Beberapa jenis sayur mengandung sedikit karbohidrat, tetapi sayur umbi-umbian (wortel, kentang, dan lain-lain), serta sayur kacang-kacangan lebih banyak mengandung karbohidrat. Begitu juga bahan makanan hewani memiliki kandungan karbohidrat yang sangat sedikit (Almatsier, 2004).

2.2.2 Lemak Lipid meliputi senyawa-senyawa heterogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal dalam makanan, malam, fosfolipid, sterol, dan ikatan jenis lain yang terdapat dalam makanan dan tubuh manusia (Almatsier, 2004). Berdasarkan fungsinya lipid dapat diklasifikasikan menjadi lipid simpanan yang utama/trigliserida dan lemak struktural yang terutama terdiri atas fosfolipid dan kolesterol. Ada beberapa fungsi lemak yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan tubuh, yakni sebagai penghasil energi (9 kkal/gram), berperan dalam pengangkutan vitamin larut lemak, menghemat penggunaan protein untuk sintesis energi saat tubuh kekurangan glukosa, memberi rasa kenyang dengan memperlambat waktu pengosongan lambung, membantu mengeluarkan sisa pencernaan, memelihara suhu tubuh melalui lemak subkutan, dan pelindung organ tubuh, seperti jantung, hati, dan ginjal (Peckenpaugh, 2007). Kebutuhan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 15-30% kebutuhan energi total. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan asam lemak esensial dan untuk membentu penyerapan vitamin larut lemak. Dalam konsumsi sehari, dianjurkan paling banyak 10% kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 3-7% berasal dari lemak tidak jenuh ganda, dan konsumsi kolesterol < 300 mg sehari (Peckenpaugh, 2007). Sumber utama lemak adalah minyak tumbuh-tumbuhan (minyak kelapa, kelapa sawit, kacang tanah, kacang kedelai, jagung, dan sebagainya), mentega, margarine, dan lemak hewan. Sumber lemak lain adalah kacang-kacangan, bijibijian, daging dan ayam gemuk, krim, susu, keju, kuning telur, dan makanan yang dimasak dengan lemak atau minyak. Sayur dan buah, kecuali alpukat, sangat sedikit mengandung lemak. Selain itu, sumber kolesterol tambahan dari makanan dapat diperoleh dari hati, ginjal, kuning telur, daging, susu penuh, keju, serta udang. Akan tetapi, karena tubuh mampu mensistesis kolesterol dalam jumlah

yang mencukupi, maka dianjurkan konsumsi kolesterol dalam jumlah sedikit (Almatsier, 2004).

2.2.3 Protein Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen; beberapa asam amino di samping itu mengandung unsur-unsur fosfor, besi, iodium, dan kobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena di dalam semua protein tetapi tidak terdapat pada karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat protein (Murray, 2003). Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam masa pertumbuhan, kehamilan, atau menyusui. Angka kecukupan protein dipengaruhi oleh mutu protein hidangan yang dinyatakan dalam Skor Asam Amino (SAA), daya cerna Protein (DP) dan berat badan seseorang. Tabel 1. Angka Kecukupan Protein yang Dianjurkan (per orang per hari) Golongan Umur 0-6 bl 7-12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Berat badan (kg) 5,5 8,5 12 18 24 Tinggi badan (cm) 60 71 90 110 120 Protein (gr) 12 15 23 32 37

Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi, 1998

10

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan dan hasilnya, seperti kedelai, tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain (Peckenpaugh, 2007). Fungsi protein secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekular. Beberapa protein struktural, fibrousprotein, berfungsi sebagai pelindung. Protein juga berfungsi dalam pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, sumber energi (Almatsier, 2004). 2.2.4 Mineral Mineral memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, magnesium dan fosfor penting dalam menjaga densitas tulang, besi untuk transpor oksigen dalam eritrosit, dan iodium dari hormon tiroksin. Selain itu, mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kerja enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier, 2004). Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan oleh tubuh lebih dari seratus miligram per hari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari seratus miligram per hari. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg (Almatsier, 2004). Sumber mineral paling baik adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak didapat dari sumber pangan nabati. Hewan memperoleh mineral dari tumbuh-tumbuhan dan menumpuknya di dalam jaringan tubuhnya. Di samping itu, mineral dari sumber hewani memiliki ketersediaan biologik lebih tinggi dibandingkan dari sumber nabati. Makanan hewani mengandung lebih sedikit bahan pengikat mineral dari pada makanan nabati (Peckenpaugh, 2007).

11

Mineral makro antara lain terdiri atas natrium, klorida, magnesium, kalium, fosfor, kalsium, dan sulfur. Berikut adalah nilai kandungan mineral makro dari beberapa sumber makanan hasil perikanan laut (Peckenpaugh, 2007). Tabel 2. Komposisi Makanan Kandungan Mineral (mg/100 gram) Bahan Makanan Ikan segar Ikan ekor kuning Sardin Udang segar Teri kering Udang kering Na 59 131 185 885 Ca 354 1200 1209 F 150 434 170 1500 -

Sumber: Food Composition Table for Use in East Asia, FAO, 1972

Mineral mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit dalam tubuh, tetapi memiliki peranan esensial dalam menjaga stabilitas tubuh. Widya Karya Gizi Nasional tahun 1998 telah menetapkan angka kecukupan rata-rata konsumsi mineral mikro besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan selenium (Se). Di Amerika Serikat telah ditetapkan juga angka minimal konsumsi mineral mikro tembaga (Cu), mangan (Mn), fluor (F), krom (Cr), dan molibden (Mo). Sedangkan kebutuhan manusia akan mineral mikro arsen (As), nikel (Ni), silikon (Si), dan boron (Bo) masih dalam penelitian. Berikut adalah tabel kebutuhan mineral mikro per hari untuk berbagai kalangan usia (Almatsier, 2004). Tabel 3. Angka Kecukupan Mineral Mikro di Indonesia Golongan Umur Bayi Balita Anak sekolah Remaja laki-laki Remaja perempuan
Sumber : Widya Karya Pangan dan Gizi, 1998

Angka kecukupan mineral mikro (mg) Fe Zn I 3-5 3-5 0,05-0,07 8-9 10 14-17 14-25 3-5 8-10 15 15 0,07-0,12 0,07-0,12 0,150 0,150

12

BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Penulisan

Karya tulis ini memaparkan suatu gagasan yang membahas tentang pemanfaatan hasil perikanan laut guna peningkatan status gizi untuk optimalisasi tumbuh kembang balita. Data dalam karya tulis ini dikumpulkan dari menemukan, membaca, membuat ulasan/kutipan, dan menyimpulkan secara langsung bahanbahan yang berhubungan dangan topik karya tulis ini. Adapun sumber data berupa jurnal ilmiah kedokteran, literatur nutrisi dan gizi anak, buku dan koran yang berhubungan dengan nutrisi anak dan hasil perikanan laut, dan data-data eksperimental yang telah dilakukan dan dipublikasikan. Data dari internet didapat dengan bantuan mesin pencari www.yahoo.com, www.google.com, www.depoikan.com, www.search.com, dan lain-lain dengan menggunakan kata kunci berupa bahan makromolekul, hasil perikanan laut, tumbuh kembang balita dan lain-lain. 3.2 Sistematika Penulisan

Langkah-langkah dalam penulisan karya tulis ini antara lain : 3.2.1 Menentukan Judul Judul karya tulis adalah Pemanfaatan Sektor Pangan Hasil Perikanan Laut dalam Peningkatan Status Gizi dan Tumbuh Kembang Balita di Kecamatan Medan Belawan. 3.2.2 Menentukan Jenis Data yang Dikumpulkan Data-data yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan hasil perikanan laut, status gizi balita dan peranan protein yang mempunyai nilai gizi terbaik untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Data tersebut dapat berupa data statistik dari Biro Pusat Statistik dan Dinas Kesehatan,

13

artikel dan jurnal yang telah dipublikasikan dan sumber informasi yang dimuat di berbagai media informasi. 3.2.3 Menentukan Kerangka Penulisan Kerangka penulisan disusun berdasarkan format penulisan gagasan tertulis TEMILNAS tahun 2009 disertai penambahan beberapa subbab yang diperlukan mengikuti format yang telah ditentukan. 3.2.4 Menyusun Pembahasan Pembahasan disusun berdasarkan urutan permasalahan yang telah dibahas dan sumber data yang diperoleh. Pada bagian pembahasan terdapat analisis pembahasan dan sintesis solusi yang seperti terdapat di bagan di bawah ini :

Peningkatan status gizi balita untuk tumbuh kembang yang optimal

Konsumsi sumber protein yang bermanfaat dalam tumbuh kembang

Pengolahan hasil perikanan laut menjadi berbagai olahan makanan

Pemanfaatan sektor pangan hasil perikanan laut

3.2.5 Menyimpulkan Data Kesimpulan diambil berdasarkan analisis permasalahan yang telah ada dan mengikuti alur dari penyusunan pembahasan.

14

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Peranan Protein dalam optimalisasi tumbuh kembang anak Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh setelah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Protein juga sangat dibutuhkan dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini terlihat dari zat penyusun protein merupakan asam amino yang sangat berperan dalam berbagai fungsi seperti Triptofan sebagai prekursor vitamin niasin dan pengantar saraf serotonin. Metionin memberikan gugus metil guna sistesis kolin dan kreatinin. Fenilalanin adalah prekursor tirosin dan bersama membentuk hormon-hormon tiroksin dan epinefrin. Tirosin merupakan prekursor bahan yang membentuk pigmen kulit dan rambut. Jadi protein sangat berperan dalam pembentukan organisme karena protein memiliki berbagai peran sebagai molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan. Dari beberapa penelitian yang ada, penulis akan mengambil satu penelitian yang menurut penulis paling kuat dalam membuktikan peranan protein terhadap optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan untuk manusia dan anak khususnya. Dr. William Rose (1917), seorang pionir dalam penelitian protein dengan mengunakan berbagai campuran asam amino dan meneliti pengaruhnya terhadap pertumbuhan tikus percobaan dan manusia, membagi asam amino menjadi dua yaitu esensial dan tidak esensial. Satu per satu asam amino dikeluarkan dari diet semula yang terdiri atas campuran asam amino dan pengaruhnya terhadap tikus diamati. Pengeluaran beberapa asam amino tertentu ternyata mengganggu pertumbuhan, sedangkan yang lain tidak. Ternyata ada sepuluh macam asam amino yang dibutuhkan tikus untuk pertumbuhan yang tidak dapat disintesis

15

tubuh. Asam amino ini dinamakan asam amino esensial. Asam amino yang lain dinamakan asam amino tidak esensial. Asam amino tidak esensial ini juga penting untuk pembentukan protein tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Penelitian yang sama dilakukan terhadap manusia, dengan menggunakan campuran asam amino yang dianggap esensial untuk tikus. Satu per satu asam amino dikeluarkan dari campuran tersebut, dan pengaruhnya terhadap keseimbangan nitrogen pada manusia diamati. Ternyata ada sembilan jenis asam amino esensial untuk manusia yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh yaitu leusin, isoleusin, valin, tritofan, fenilalanin, metionin, treonin, lisin dan histidin. Asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia pada umumnya terdapat pada protein hewani misalnya pada ikan dan terdapat juga pada protein nabati. Tabel 4. Jumlah Protein yang dibutuhkan berdasar berat dan tinggi badan Kategori Umur (th) Berat Badan (kg) Bayi 0,0 - 0,5 0,0 - 1,0 Anak 1-3 4-6 7 - 10 11 - 14 15 - 18 6 9 13 20 28 45 66 (lb) 13 20 29 44 62 99 145 Tinggi Badan (cm) 60 71 90 112 132 157 176 (in) 24 28 35 44 52 62 69 Kebutuhan Protein (g) 13 14 16 24 28 45 59

Sumber : Dewan Makanan dan Nutrisi, Akademi Sains Nasional (direvisi tahun 1989)

Protein memegang peranan penting dalam berbagai proses biologi yaitu pertama sebagai katalisis enzimatik. Hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi dikatalisis oleh enzim dan hampir semua enzim adalah protein. Kedua sebagai transportasi dan penyimpanan berbagai molekul kecil dan ion-ion ditansport oleh protein spesifik. Misalnya transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin. Ketiga sebagai koordinasi

16

gerak. Kontraksi otot dapat terjadi karena pergeseran dua filamen protein. Keempat sebagai penunjang mekanis. Ketegangan kulit dan tulang disebabkan oleh kolagen yang merupakan protein fibrosa. Kelima sebagai proteksi imun. Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel dari organisme lain. Keenam sebagai membangkitkan dan menghantarkan impuls saraf. Respon sel saraf terhadap rangsang spesifik diperantarai oleh oleh protein reseptor. Contoh lainnya adalah protein reseptor pada sinapsis. Ketujuh sebagai pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi. Pada organisme tingkat tinggi, pertumbuhan dan diferensiasi diatur oleh protein faktor pertumbuhan. Misalnya faktor pertumbuhan saraf mengendalikan pertumbuhan jaringan saraf. Selain itu, banyak hormon merupakan protein. Protein memiliki peranan yang sangat penting dalam pola pertumbuhan dan perkembangan. Karena asupan protein sangat berpengaruh, hal ini terlihat dalam keadaan balita dan anak yang asupan proteinnya cukup memiliki berat badan dan tinggi badan sesuai umurnya serta memiliki tingkatan kecerdasan yang lebih daripada balita dan anak yang kurang asupan protein. Protein merupakan molekul tubuh yang membentuk 20% berat badan badan. Di dalam protein terdapat berupa unsur nitrogen selain asam amino yang telah dibicarakan di atas. Nitrogen ini juga sangat memegang peranan dalam pertumbuhan balita dan anak, keseimbangan nitrogen sangat menentukan dalam pertumbuhan. Karena balita dan anak sedang tumbuh maka mereka harus cukup makanan nitrogen yang sumbernya merupakan protein. 4.2 Hasil perikanan laut sebagai sumber protein bermutu tinggi berpotensi untuk tumbuh dan kembang anak Bahan makanan hewani yang berasal dari laut merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti ikan, kerang, udang, cumi-cumi, dan kepiting. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling sesuai untuk kebutuhan manusia. Bahan makanan hewani kaya dalam

17

protein bermutu tinggi, tetapi hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Potensi sumber daya perikanan sebenarnya cukup besar. Diperkirakan tak kurang 4.000 jenis ikan hidup di perairan Indonesia. Dari sejumlah itu lebih 3.000 jenis hidup di laut, sedang sisanya hidup di perairan tawar atau payau. Sayang, hanya sebagian dari potensi tersebut yang telah dimanfaatkan. Rendahnya teknologi perikanan akibat terbatasnya fasilitas pemanfaatan, penanganan, penyimpanan, pengolahan, distribusi menjadi kendala meningkatkan konsumsi ikan masyarakat. Salah satu Peneliti asal Bali menyatakan hasil laut yang dapat dimanfaatkan amat beragam. Mulai dari ikan, kerang-kerangan, cumi, udang, kepiting, teripang laut, landak laut, ubur-ubur, dan rumput laut. Masih banyak keuntungan lain dengan mengkonsumsi ikan karena setiap bagian tubuhnya bisa dimakan. Sebagai contoh daging putih ikan mengandung asam lemak tak jenuh omega-3 dan protein yang berisi asam amino taurin dan sepuluh jenis asam amino esensial. Daging merah ikan mengandung asam lemak tak jenuh omega-3, protein, vitamin A dan B. Kulit ikan mengandung vitamin A dan B2. Tulang ikan mengandung mineral, terutama kalsium dan fosfor. Isi perut dari ikan mengandung vitamin dan mineral. Kepala dan mata ikan mengandung polisakarida yang berperan dalam kelembutan kulit dan pembuluh darah. Sudah jelas semua zat dan molekul yang dikandung dalam ikan sangat baik jika dijadikan konsumsi balita dan anak untuk tumbuh kembang. Hasil perikanan laut memiliki berbagai macam kandungan yang berperan dalam tumbuh kembang anak dan balita, berikut akan dijabarkan satu-persatu. Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat nutrisi. Sebagai salah satu sumber protein hewani, ikan mengandung asam lemak tak jenuh (omega-3, Eicosapentaenoic acid /EPA, Docosahexanoic acid /DHA), yodium, selenium, flourida, zat besi, magnesium, zink, taurin, coenzyme Q10. Di samping itu, ikan juga mengandung kalori yang rendah. Kerang mempunyai kandungan zat gizi yang hampir sama dengan ikan. Sedangkan crustacea mengandung dua kali lebih banyak kolesterol dibanding ikan dan mollusca

18

diklasifikasikan makanan yang tinggi kolesterol. Namun demikian, kandungan omega-3 dan nutrisi lainnya dalam crustacea dan mollusca juga tinggi. Bahkan beberapa ahli nutrisi juga mengungkapkan tingginya kolesterol dalam makanan tidak selalu menjadi prediksi tingginya kolesterol dalam darah. Oleh karena itu, mengkonsumsi crustacea dan mollusca dua kali seminggu masih memiliki efek positif yang lebih besar dibandingkan dengan efek negatifnya. Ikan terdiri dari ikan air tawar dan ikan laut. Keduanya adalah makanan sumber protein yang sangat penting untuk pertumbuhan tubuh. Ikan mengandung 18 persen protein terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Para ahli menemukan, komposisi asam-asam amino dalam bahan makanan hewani sesuai dengan komposisi jaringan di dalam tubuh manusia. Oleh karena ada kesamaan ini maka protein dari ikan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Ikan sering disebut sebagai makanan untuk kecerdasan. Kalau dalam menu sehari-hari kita menghidangkan ikan, kita memberikan sumbangan yang tinggi pada jaringan tubuh. Absorbsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan daging sapi, ayam, dan lain-lain. Daging ikan mempunyai seratserat protein lebih pendek daripada serat-serat protein daging sapi atau ayam. Protein itu sendiri sangat diperlukan sebagai pembentuk jaringan baru. Kekurangan asupan protein dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan serta tidak optimalnya pertumbuhan jaringan tubuh dan jaringan pembentuk otak sebagai jaringan pusat perkembangan. Jadi hasil perikan laut berupa ikan, udang, cumi-cumi, kerang, dan kepiting sangat memegang peranan penting dalam penyediaan protein. Dengan kata lain, hasil perikanan laut merupakan potensi besar sebagai sumber protein. Maka, pemanfaatannya harus tepat guna karena kandungan di dalam ikan berupa protein bermutu tinggi sangat diperlukan untuk masa pertumbuhan dan perkembangan balita dan anak. Selain itu, banyak lagi zat-zat yang sangat membantu untuk meningkatkan status gizi anak sehingga tumbuh kembang anak menjadi optimal.
4.3 Program Pemerintah dalam Peningkatan Status Nutrisi Anak pada

Masyarakat Pesisir

19

Banyak faktor yang berperan dalam menentukan status gizi anak, baik masyarakat perkotaan, pedesaan, ataupun pesisir. Di antaranya adalah faktor ekonomi, penyakit, sosiokultural, ketersediaan variasi makanan dan pengetahuan ibu tentang status gizi anak (Arvin, 2000). Faktor ekonomi sudah menjadi hal yang sangat klasik untuk dijadikan suatu alasan besar penurunan status nutrisi di negara berkembang. Coral Reef Rehabilitation and Management Programe, menyatakan bahwa nelayan pada sepuluh provinsi di Indonesia hanya berpendapatan Rp 82.500 hingga Rp 225.000 per bulan. Ini menunjukkan masih rendahnya tingkat perekonomian nelayan. Kendati sebenarnya faktor ekonomi merupakan faktor yang paling potensial dalam menentukan tingkat konsumsi, hal tersebut hendaknnya tidak menghentikan upaya dalam mengambil langkah-langkah yang lebih efisien untuk meningkatkan status gizi. Pemerintah dalam usaha menanggulangi masalah kemiskinan, terutama masyarakat pesisir, melaksanakan Program Pengembangan Sumber Daya

Perikanan, yang di dalamnya terdapat upaya meningkatkan sarana dan prasarana perikanan, revitalisasi perikanan untuk meningkatkan nilai produksi, pembinaan dan pengembangan sistem usaha perikanan, peningkatan mutu dan pengembangan hasil perikanan, dan lain-lain. Ini menunjukkan adanya respon positif yang ingin dibangun pemerintah guna meningkatkan perekonomian nelayan. Sehingga dengan perbaikan kondisi ekonomi tersebut, diharapkan akan tercapai kualitas masyarakat yang baik. Di sisi lain, penyakit juga masih menjadi masalah utama penyebab tingginya mortalitas dan penurunan status gizi anak. Selain penyakit infeksi yang merupakan pandemik (polio, dipteri, tetanus, hepatitis, campak, dan lain-lain), penyakit infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi saluran pencernaan masih merupakan masalah besar di negara berkembang. Program imunisasi gratis, revitalisasi peran posyandu diharapkan mampu mengurangi angka kejadian tersebut. Akan tetapi, jika kita lihat lebih jauh mengenai penyakit pada anak, peranan daya tahan/imun merupakan faktor yang penting. Dan faktor nutrisi

20

masih menjadi penentu dalam stabilitas imun. Oleh karena itu, masih perlu upaya yang lebih efisien dalam mengatasi masalah gizi. Selain itu, aspek sosiokultural yang masih cukup kental di kehidupan masyarakat masih menjadi tantangan besar yang harus dihadapi. Kepercayaan masyarakat pesisir terhadap mitos berpengaruh terhadap pola konsumsi mereka. Masyarakat pesisir cenderung percaya jika banyak mengonsumsi ikan dapat berakibat cacingan. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus guna memperbaiki pola konsumsi masyarakat pesisir terhadap ikan. Sehingga akhirnya potensi perikanan yang sangat dekat dengan kehidupan para nelayan dapat dimanfaatkan secara optimal terutama untuk kesehatan anak mereka. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat juga terus dilakukan pemerintah, melalui program-program penyuluhan puskesmas diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya status gizi anak. Selain itu, program tiada hari tanpa makan ikan telah disosialisasikan untuk meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap hasil perikanan. Dengan adanya program ini diharapkan terjadi perubahan pola pangan baik pada anak maupun dewasa sehingga terjadi perbaikan dan peningkatan status gizi. Penganekaragaman pangan atau sering disebut diversifikasi pangan, yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pola pangan yang beraneka ragam untuk meningkatkan mutu gizi, juga menjadi program yang telah dilaksanakan pemerintah sejak tahun 1960-an. Program ini tidak hanya merupakan tanggung jawab sekelompok orang saja, tetapi merupakan masalah dan tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara. Program ini bertujuan menggeser pola konsumsi masyarakat yang umumnya bersumber dari karbohidrat ke arah konsumsi pangan berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). PUGS berisikan anjuran konsumsi makanan empat sehat lima sempurna yang digambarkan kedalam bentuk kerucut. Pengelompokan bahan makanan yang ada didalamnya didasarkan pada tiga fungsi utama zat gizi, yaitu sebagai zat energi (karbohidrat, protein, lemak), zat pembangun (protein, mineral, air), dan zat pengatur (protein, mineral, air, vitamin). Namun, dalam kenyataannya penerapan pola pangan PUGS ini masih banyak menemukan kendala karena ketergantungan

21

konsumsi beras belum dapat dihilangkan sehingga target konsumsi ikan masyarakat sebesar 26,01 kg/kapita/tahun masih sulit dicapai. Salah satu yang menjadi penyebab adalah kebiasaan masyarakat Indonesia memberikan bubur nasi saat bayi hingga akhirnya pola makan tersebut menjadi panutan sampai dewasa. Oleh karena itu, memperkenalkan beragam bahan makanan sedini mungkin, yaitu sejak masa bayi dan anak-anak, merupakan langkah yang sangat baik untuk kesuksesan program ini. Program PUGS juga didukung oleh beberapa kebijakan lain, seperti penyediaan berbagai komoditas pangan dalam jumlah cukup, terutama ikan dan sumber protein hewani lainnya, sayuran, dan buah-buahan, di samping kebijakan dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat luas. Sebagian besar usaha-usaha yang telah penulis paparkan di atas adalah langkah positif yang diambil pemerintah dalam upaya meningkatkan status gizi anak nasional. Beberapa usaha khusus yang dilaksanakan di daerah pesisir masih dalam usaha meningkatkan sektor perekonomian. Padahal, potensi perikanan hasil laut yang ada dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan status gizi anak seiring terus dilakukan usaha peningkatan perekonomian masyarakat pesisir. 4.4 Pemanfaatan Budidaya Perikanan Laut dalam Berbagai Olahan Makanan yang murah dan mudah diolah Hasil budidaya perikanan laut Indonesia sangat melimpah ini terbukti dengan banyaknya jenis tangkapan yang didapat per hari oleh nelayan pesisir pantai. Tetapi, kebanyakan penduduk Indonesia tak menyukai ikan, padahal jumlah produksi perikanan laut tangkapan termasuk tertinggi di dunia atau mencapai 4,7 juta ton pada tahun 2003 saja, dan perikanan budi daya mencapai 1,3 juta ton. Kenyataannya, hasil perikanan laut yang bernilai gizi tinggi (ikan-ikan besar) cenderung diekspor untuk menunjang kebutuhan ekonomi. Dan hal tersebut berpengaruh terhadap konsumsi ikan lokal, terutama masyarakat pesisir, sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi ikan-ikan kecil sisa tangkapan. Akan tetapi, nilai kandungan gizi tinggi tidak hanya terdapat pada ikan-ikan besar yang diekspor, tetapi juga terdapat pada ikan-ikan yang kecil dan berharga murah, seperti ikan kembung, ikan selar, dan lain-lain.

22

Saat ini, masyarakat cenderung mengkonsumsi ikan secara langsung, termasuk masyarakat nelayan yang sehari-hari biasa memakan ikan. Padahal ikan dapat diolah dengan mudah menjadi berbagai produk seperti ikan asin, ikan kering, dendeng ikan, abon ikan, kerupuk ikan, kemplang, bubur ikan, bubur udang, baso ikan dan bak pauw ikan, serta tepung ikan. Usaha kreatif ibu dalam mengolah bahan baku ikan ini menjadi berbagai varian makanan, akan menjadi solusi cerdas usaha meningkatkan minat makan anak terhadap ikan sekaligus upaya meningkatkan status gizi dan tumbuh kembang optimal. Karena erat kaitannya hasil perikanan dan protein untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Ikan asin memang telah menjadi konsumsi harian masyarakat pesisir, akan tetapi konsumsi ini tidak cukup optimal karena dalam proses pembuatannya ikan asin sudah banyak kehilangan nilai gizi, terutama ikan asin yang khusus dikonsumsi untuk keluarga nelayan. Mereka sering tidak memperhatikan tata cara pengolahan ikan asin, seperti penjemuran yang berlebihan dan kurangnya kebersihan, sehingga kualitas ikan yang seharusnya bernilai gizi tinggi menjadi ikan dengan sedikit kandungan gizi. Padahal jika diberikan bimbingan dan tata cara pengolahan ikan asin yang baik, nilai gizi tinggi yang ada pada ikan tidak akan berkurang. Oleh karena itu, konsumsi ikan asin ini dapat menjadi hambatan maupun salah satu solusi yang baik dalam usaha variasi olahan makanan laut bernilai gizi. Namun, hendaknya usaha olahan ikan tersebut tidak hanya terpatok pada konsumsi ikan asin saja, karena masih banyak varian makanan, seperti yang penulis paparkan pada kalimat sebelumnya, yang masih dapat dijadikan solusi cerdas usaha mengolah hasil perikanan laut. Mengingat juga, balita dan anak-anak sangat menyukai variasi dalam tampilan menu makan mereka sehari-hari. 4.5 Penerapan Olahan makanan Hasi Perikanan Laut Usaha pencapaian pola pangan empat sehat lima sempurna merupakan target utama yang dapat dicapai melalui penyusunan menu makan yang seimbang. Menu seimbang adalah menu yang terdiri atas beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh, proses kehidupan, dan tumbuh kembang.

23

Anak, terutama balita, adalah fase awal perubahan menu makan menuju makanan dewasa. Fase ini adalah fase penting dan sangat berpengaruh terhadap konsumsi makanan anak saat dewasa nantinya. Selain itu, perubahan minat makan anat pada fase ini akan sangat menonjol. Anak akan lebih suka makan di sela waktu makan utama (snack) dan anak cenderung mengharapkan variasi menu makanan yang berbeda. Dengan adanya inovasi dalam penyediaan olahan makanan hasil perikanan laut yang beraneka ragam seperti yang dijelaskan sebelumnya, akan mendorong upaya pemerintah untuk menyukseskan program pola makan PUGS. Oleh karena itu, sangat efektif jika dapat dimasukkan menjadi menu makan utama anak dalam sehari. Selain menambah dan memperkaya nilai gizi makanan, hal ini juga akan membantu anak untuk lepas dari keterikatan konsumsi karbohidrat berlebih dan pengenalan awal usaha diversifikasi makanan, sehingga akhirnya anak akan terbiasa untuk mengkonsumsi makanan dalam berbagai variasi. Namun, mengingat sering menjadi permasalahan pada anak tentang minat makan dan penurunan nafsu makan saat pemberian makanan utama, seperti yang penulis paparkan sebelumnya, untuk itu usaha lain dalam bentuk snacking diharapkan menjadi solusi yang cukup efektif dalam meningkatkan status gizi dan tercapainya tumbuh kembang optimal karena snack yang dikonsumsi memiliki nilai kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan snack yang biasa ada di pasaran. Pada beberapa referensi dikatakan bahwa konsumsi snack di antara waktu makanan utama dapat menurunkan nafsu makan anak. Tetapi, dengan adanya bimbingan dan arahan kepada ibu untuk lebih berkreasi dalam mengolah hasil laut dapat mengurangi kemungkinan kejenuhan atau penurunan nafsu makan tersebut. Sehingga hal ini tidak lagi menjadi sebuah kekhawatiran besar jika diterapkan pada masyarakat pesisir.

24

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dan beracuan dari masalah yang penulis ajukan maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan dalam penulisan karya tulis ini, yakni:
5.1.1 Hasil perikanan laut memiliki kandungan protein tinggi yang dapat

membantu meningkatkan status nutrisi dan optimalisasi tumbuh kembang anak.


5.1.2 Pengolahan hasil perikanan laut dalam bentuk makanan olahan yang

berbeda seperti ikan asin, ikan kering, dendeng ikan, abon ikan, kerupuk ikan, kemplang, bubur ikan, bubur udang, baso ikan dan bak pauw ikan, serta tepung ikan dapat dijadikan solusi yang efektif untuk meningkatkan status gizi dan optimalisasi tumbuh kembang balita. 5.2 Saran Adapun beberapa saran yang dapat diajukan oleh penulis terkait karya tulis ini antara lain : 5.2.1 Perlu dilakukan penyuluhan dan latihan yang lebih intensif tentang tata cara pengolahan hasil perikanan laut menjadi makanan olahan kepada ibuibu rumah tangga di daerah pesisir untuk mencapai tujuan seperti yang telah dipaparkan pada isi karya tulis ini. 5.2.2 5.2.3 Perlu dilakukan lagi beberapa penelitian lanjutan untuk realisasi keabsahan tulisan ini. Pemanfaatan hasil perikanan laut dapat digunakan untuk menjadi salah satu cara pemerintah untuk menanaggulanggi permasalahan malnutrisi.

25

You might also like