You are on page 1of 30

(Studi Kasus : Situ Gede Kuadran 1 Stasiun 3) Kelompok 3* ABSTRAK Praktikum Ekologi Perairan Tergenang ini merupakan praktikum

pertama dari mata kuliah Ekologi Perairan. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi perairan tergenang melalui parameter fisika, kimia, dan biologi. Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah observasi lapang. Pada praktikum ini, kami mengobservasi tiga substasiun yang berbeda di Situ Gede pada hari Minggu tanggal 29 Agustus 2010 pada pukul 13.30-16.30, masing-masing jaraknya kurang lebih 1 meter. Kedalaman di substasiun pertama adalah 0,97 m,di substasiun kedua adalah 1,3 m,dan di substasiun ketiga adalah 1,4 m Dari ketiga substasiun tersebut, kami memperoleh data terhadap parameter fisika berupa warna perairannya coklat, tipe substratnya adalah lumpur dan serasah, suhu air 32 C, dan rata-rata kecerahannya adalah 26,7 cm. Ditinjau dari parameter kimia, diketahui bahwa pH air di perairan Situ Gede adalah 5. Kemudian ditinjau dari parameter biologi, pada substasiun pertama diperoleh benthos berupa kijing 2 buah, nekton berupa ikan sebanyak 3 ekor,dan neuston berupa kumbang sebanyak 2 ekor. Pada substasiun 2, diperoleh benthos berupa kijing dan nekton berupa ikan sebanyak 2 ekor, sedangkan pada substasiun 3, didapatkan nekton berupa ikan sebanyak 1 ekor. PENDAHULUAN Ekologi perairan dapat dibedakan menjadi dua karakter, yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan mengalir (lotik). Untuk memantapkan konsep karakteristik ekosistem perairan ini, khususnya perairan tergenang dan melaksanakan tugas praktikum mata kuliah ekologi perairan, kami melakukan observasi lapang ke Situ Gede pada hari Minggu, 29 Agustus 2010. Melalui praktikum ini kami dapat mengetahui karakteristik suatu perairan tergenang yang sesuai dengan teori yang telah kami pelajari. Di sini kami menemukan adanya stratifikasi suhu, tidak ada arus atau hamper tidak ada arus, serta residence time-nya juga lebih lama. Perairan tergenang (lentik), khususnya danau, mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu. Selain itu, danau juga tidak memiliki arus, sehingga residence time-nya lebih lama. Perairan tergenang juga memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal yang tergantung pada kedalaman dan musim. Zonase perairan tergenang terbagi menjadi dua, yaitu zona benthos dan zona kolom air. Berdasarkan tingkat kesuburannya, perairan tergenang dapat dibedakan menjadi oligotrofik (miskin hara), meso. trofik (haranya sedang), eutrofik (kaya unsur hara). (Effendi,2003). [1] Danau atau situ merupakan satu dari tipe perairan darat dengan ciri utama tergenang dalam waktu tinggal yang lama, sehingga memungkinkan biota untuk hidup lebih lama dan berkembang. Perbedaan proses pembentukan dan cirri fisiknya, memungkinkan perairan ini memiliki parameter kimia yang beragam. (Lukman, 2007). Praktikum ini dilakukan agar teori tentang karakteristik perairan tergenang dapat dibuktikan dengan pengamatan atau observasi lapang

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengkaji dan mengidentifikasi karakteristik perairan tergenang di Situ Gede melalui parameter fisika, kimia, dan biologi. BAHAN DAN METODE Alat yang digunakan pada praktikum ekosistem perairan tergenang ini adalah: transek kuadrat, secchi disc, pipa paralon 3 inch, pipa paralon 1 inch, termometer, botol film, jar, ember ukuran 10 liter, sikat gigi, karet gelang, kertas label, cutter, serok, kamera, planktonnet, saringan, spidol, sarung tangan, dan kertas indikator pH. Bahan yang digunakan adalah larutan lugol, formalin, dan akuades. Transek kuadrat digunakan untuk menentukan sampel wilayah yang akan diamati. Cara penggunaannya adalah dengan mengapungkan transek kuadrat di substasiun yang telah ditentukan. Secchi disk untuk mengukur kecerahan air, cara penggunaannya di tenggelamkan ke dalam transek kuadrat sampai tidak terlihat dari permukaan. Pipa paralon 3 inci untuk mengukur kedalaman air dan mengambil substrat dan benthos. Cara penggunaannya sedikit berbeda. Pada saat mengukur kedalaman, ujung pipa paralon hanya menyentuh dasar, sementara pada saat pengambilan substrat dan benthos, pipa dibenamkan hingga ada substrat yang masuk ke dalam paralon. Pipa paralon 1 inci untuk membantu pengukuran dan memudahkan secchi disk masuk ke dalam air, digunakan dengan cara memasukkan tali secchi disk ke dalam paralon. Termometer untuk mengukur suhu. Cara penggunaannya dengan mencelupkannya ke dalam air dan melihat skala tanpa mengeluarkannya dari air. Botol film adalah tempat untuk meletakkan organisme kecil yang ditemukan ( plankton, perifiton, dan neuston ). Jar adalah tempat meletakkan organisme yang ditemukan ( Benthos dan Nekton ). Ember digunakan untuk mengambil sampel air saat pengambilan plankton. Sarung tangan untuk menghindari terjadinya kontaminasi bahan kimia dengan kulit. Sikat gigi untuk mengambil perifiton. Caranya dengan mengerik batu atau substrat lain yang di dapat di dasar perairan. Karet gelang untuk mengikat planton net dan botol film. Kertas label untuk menuliskan nama organisme yang didapat. Cutter untuk memotong label dan tali. Serok ikan untuk menangkap nekton dan neuston. Kamera untuk mendokumentasikan kegiatan praktikum. Plaktonnet untuk menyaring plankton. Digunakan dengan cara memasukkan air ke dalam planktonnet. Saringan untuk menangkap benthos. Caranya dengan menyaring substrat-substrat yang di peroleh dari pipa paralon 3 inci. Spidol untuk menulis di atas kertas label dan menentukan skala. Indikator pH untuk mengukur pH air dengan cara mencelupkannya ke dalam air dan membandingkannya dengan kertas pH. Lugol adalah larutan yang digunakan untuk mengawetkan organisme renik ( plankton dan perifiton ), sedangkan formalin untuk mengawetkan organisme seperti benthos dan nekton. Akuades berfungsi untuk mensterilkan sikat gigi dan organisme-organisme yang ditemukan, seperti: benthos, nekton, perifiton. Pengambilan Sampel di Lapang Pengambilan sampel di lapang dilakukan dalam tiga parameter, yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi. Semua ini dilakukan dengan cara yang berbeda dan menggunakan alat yang berbeda-beda. Ditinjau dari parameter fisika, warna perairan ini dapat kita lihat dengan visualisasi secara langsung. Kecerahannya dapat dilihat dengan memanfaatkan secchi disc.

Secchi disc ini dicelupkan ke dalam air dengan bantuan paralon 1 inch kemudian diamati hingga secchi ini tak lagi terlihat dari permukaan (d1). Setelah itu secchi disc kembali ditarik ke permukaan dan dilihat skalanya saat secchi disc sudah bisa dilihat dari permukaan (d2). Kecerahan didapat dengan mencari nilai rata-rata dari data yang diperoleh. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang dicelupkan ke dalam air. Sementara kedalaman perairan diukur dengan menggunakan paralon ukuran 3 inch yang telah diberi skala. Paralon ini dimasukkan ke dalam air hingga salah satu ujungnya menyentuh dasar perairan, skala pada paralon itulah yang menunjukkan kedalaman air. Sementara ditinjau dari parameter kimia, pH suatu perairan dapat diukur dengan mencelupkan kertas indikator pH kemudian membandingkan warnanya dengan trayek pH. Berbeda halnya dengan data terhadap parameter biologi, pengidentifikasian benthos dilakukan dengan cara membenamkan paralon 3 inch ke dalam air hingga substratnya masuk ke dalam paralon. Saat paralon itu diangkat dan substratnya ditaruh di saringan kasar dan halus, kemudian dicari benthos pada substrat itu. Perifiton dapat kita temukan pada batu atau substrat yang terdapat dalam dasar perairan. Perifiton ini dapat kita ambil dengan cara mengerik permukaan substrat itu, kemudian memasukkannya pada botol film. Sementara itu, neuston dapat kita ambil dengan serokan, begitu juga dengan nekton. Bedanya, neuston dapat kita temukan dipermukaan air, sementara nekton berada di dalam air. Plankton dapat kita temukan dengan menyaring air dengan menggunakan ember ukuran 10 liter sebanyak 10 kali ke dalam planktonnet. Analisis Laboratorium dan Data Di dalam laboratorium, kami menganalisi data yang didapat dari lapangan.data yang kami analisis ditinjau dari aspek fisika berupa kecerahan dan dari aspek biuologi, seperti: kelimpahan plankton, kelimpahan perifiton, dan keadatan benthos. Rumus yang digunakan adalah: 1. Kecerahan (m) Kecerahan = ;

d1=titik dimana secchi disc mulai tidaj terlihat ketika dibenamkan (m) d2=titik dimana secchi disc mulai terlihat ketika diangkat (m) kecerahan substasiun 1= kecerahan substasiun 2= kecerahan substasiun 3= 1. kelimpahan plankton N=

Kelimpahan fitoplankton substasiun 1=35 ind/mL Kelimpahan fitoplankton substasiun 2=26 ind/mL Kelimpahan fitoplankton substasiun 3=42 ind/mL Kelimpahan zooplankton substasiun 1=0 Kelimpahan zooplankton substasiun 2=0 Kelimpahan zooplankton substasiun 3=1 ind/mL 1. kelimpahan perifiton N= Oi=luas gelas penutup (324 mm) Op=luas sudut lapang pandang (1.306 mm) Vr=volume botol contoh (30 ml) Vo=volume 1 tetes contoh (0.05 ml) Vs=volume air yang disaring (100 l) A=luas bidang kerikan (25 cm) n=jumlah perifiton yang tercacah(individu) X=jumlah ulangan (3) P=jumlah lapang pandang (5) Kelimpahan perifiton substasiun 1=130 ind/mm Kelimpahan perifiton substasiun 2=59 ind/mm Kelimpahan perifiton substasiun 3=67 ind/mm 1. kepadatan benthos X= =jumlah individu per satuan alat (individu)

n=jumlah pengulangan (1) M=luas bukaan mulut alat (4.5581x10m) Kepadatan benthos pada substasiun 1=438 ind/m Kepadatan benthos pada substasiun 2=438 ind/m Kepadatan benthos pada substasiun 3=0 HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan Perairan Dari data di lapangan analisis laboratorium, kami menemukan karakteristik Situ Gede dari parameter fisika yaitu berwana cokelat, memiliki suhu 32C, kedalaman yang berbeda tiap substasiun yaitu 0.97 m, 1.3m, dan 1.4 m. Kecerahannya juga berbeda yaitu 23.5 cm, 26 cm, dan 30.5 cm. Tipe substatnya adalah lumpur lunak, dan kerikil. Sementara dari parameter kimia, didapatkan nilai pH untuk perairan Situ Gede 5.
Tabel 1. Parameter Fisika-Kimia Ekosistem Perairan Tergenang Situ Gede

Fisika

Parameter Warna Suhu Kedalaman Kecerahan Tipe Substrat pH

Unit C cm cm ppt

SS-1 Cokelat 32 90-100 22-25 Lumpur 5

Kimia a. Warna

SS-2 SS-3 Cokelat Cokelat 32 32 125-135 135-145 22-30 26-35 Lumpur halus, Lumpur kerikil 5 5

Dari data di atas diketahui bahwa secara warna merupakan salah satu parameter fisika. Dari data diperoleh bahwa warna perairan di Situ Gede tidak berbeda antara substasiun 1 dengan yang lainnya. Hal ini disebabkab pada perairan tergenang, substrat pada dasar perairan tidak banyak yang larut dengan air. Selain itu jarak antara substasiun 1 dengan yang lainnya cukup dekat. Warna perairan dipengaruhi oleh kedalaman. Bisaanya, jenis substrat juga mempengaruhi warna perairan, dipinggir bisaanya berwarna gelap atau keruh, sedangkan di daerah tengah lebih terang. Semakin dalam suatu perairan maka semakin pekat warna perairan (E. P. Odum, 1971). b. Suhu

Selain warna, suhu pada perairan ini juga tidak berbeda diakibatkan cahaya matahari yang merata pada permukaan sehingga suhu pada stasiun itu secara horizontal sama. Suhu air sangat

berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter bisaanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32 C menjadi 28 C). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 28 C menjadi 21 C). Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. (Wibawa,2010). c. Kedalaman

Kedalaman pada perairan ini semakin ke tengah semakin dalam, hal ini disebabkan oleh dasar perairan yang landai. Menurut Hutabarat dan Evans (1985), kedalaman perairan merupakan petunjuk keberadaan parameter oseanografi. Intensitas cahaya matahari akan berkurang secara cepat dan akan menghilang pada kedalaman tertentu, begitu pula temperatur dan kandungan oksigen terlarut semakin berkurang pada kedalaman tertentu sampai dasar perairan. d. Kecerahan

Menurut Odum (1971), kecerahan air adalah bentuk pencerminan daya tembus atau intensitas cahaya yang masuk dalam perairan. Kecerahan perairan juga dapat ditentukan karena adanya fitoplankton atau tumbuhan air lainnya yang terdapat dalam perairan. Kecerahan air dapat diukur apabila kedalaman tembus cahaya matahari ke dalam kolam minimum 40 cm. Pengukuran kecerahan dapat digunakan untuk menentukan besarnya produktifitas primer dalam perairan. Dari pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan Secchi dic, maka perairan di Situ Gede memiliki kecerahan yang cukup baik. Dari ketiga substasiun ini,yang memliki kecerahan yang lebih baik adalah substasiun 1 karena pad saat itu gerak kami belum terlalu banyak sehingga tidak terlalu menyebabkan kekeruhan. e. Tipe Substrat

Secara umum, perairan Situ Gede didominasi oleh lumpur halus hanya pada substasiun 2 kita menemukan kerikil. Tipe substrat pada perairan air tawar bisaanya berupa lumpur, pasir, dan batu. Substrat yang terlalu lunak tidak cocok bagi benthos dan perifiton yang hidup di permukaan dan dalam dasar perairan (E. P. Odum, 1996). Substrat berupa lumpur terjadi karena perpaduan antara air dan tanah yang terdapat di dasar perairan dan hasil dari penguraian oleh detrivor juga berupa lumpur (Yonvitner, S. pi. M. Si). f. pH

Secara parameter kimia, kita mengukur nilai pH dari periran Situ Gede. Dengan menggunakan kerts indicator pH, kita mendapatkan nilai pH dari perairan ini adalah 5. Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimia yang menunjukan salinitas atau drajat keasaman dari suatu perairan

dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antar 6,5-8,5. Dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda. Larutan atau air dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatan basa jika pH-nya > 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakan seimbang (Purba, 1994). Dari penjabaran di atas dapat kami simpulkan bahwa perairan Situ Gede dapat dikatakan baik jika ditinjau dari parameter fisika dan kimia. Situ Gede memiliki kedalaman dan kecerahan yang baik serta substrat yang baik untuk kehidupan biota air. Biologi Plankton Dari analisis di laboratorium, kami dapat mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat pada sampel yang kami bawa dari perairan Situ Gede. Jenis plankton yang kami temukan cukup bervariasi, meski di didominasi oleh Closterium. Nama plankton lainnya adalah: Ankistrodesmu, Chilomonas, Dosidium, Navicula, Netrium, Nitzschia, Ophiocytium, Polycystis, dan Selenastrum.
Tabel 2. Kelimpahan Plankton pada Stasiun 1 Situ Gede

Fitoplankton

Spesies Ankistrodesmus Closterium Dosidium Navicula Netrium Nitzschia Ophiocytium Polycystis Selenastrum Chilomonas

TOTAL Zooplankton TOTAL stasiun Kelimpahan (ind/L)

SS 1(ind/L) 99 2083 99 99 396 793 3569 -

SS 2(ind/L) 198 1782 99 99 198 99 2475 -

SS 3(ind/L) 3861 99 297 4257 99 99

Gambar 1. Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton pada stasiun 1 Situ Gede

Plankton terbagi menjadi Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata. Zooplankton bisaanya terdiri atas rotifera, cladocera, copepoda (Sugiarti Suwingnyo dan Majariana Krisanti, 2005). Kelimpahan plankton di tiap stasiun berbeda. Perbedaan kelimpahan ini disebabkan oleh perbedaan kecerahan dan kedalaman. Semakin banyak mendapat sinar matahari, maka jumlah plankton akan semakin banyak. Perifiton Perifiton dapat kami temukan menempel pada substrat di dasar perairan. Pada analisis laboratorium, kami menemukan beberapa jenis perifiton, seperti: Closterium, Netrium, dan Polycystis.
Tabel 3. Kelimpahan Perifiton pada Stasiun 1 Situ Gede

Perifiton

Spesies Closterium Netrium Polycystis

TOTAL stasiun Kelimpahan (ind/cm^2)

SS 1 (ind/mm) 55 3 71 129

SS 2 (ind/mm) 39 19 58

SS 3 (ind/mm) 15 51 66

Gambar 2. Kelimpahan perifiton pada Stasiun 1 Situ Gede Perifiton merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada objek yang tenggelam (E. P. Odum, 1998). Perifiton lebih banyak ditemui pada substasiun 1 yaitu bagian yang lebih dekat ke daratan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya batu atau substrat lain yang jatuh ke dalam air yang bisa dimanfaatkan sebagai tempat hidup perifiton. Selain itu, cahaya matahari semakin ke tengah semakin sukar menembus sampai ke dasar perairan. Benthos Dari penelitian di lapangan, benthos yang terdapat di stasiun 1 Situ Gede adalah kijing.
Tabel 4. Kelimpahan Benthos pada Stasiun 1 Situ Gede

Benthos TOTAL

Spesies Kijing

SS 1(ind/m) 438 438

SS 2(ind/m) 438 438

SS 3(ind/m) 0

stasiun Kelimpahan (ind/m^2)

Gambar 3 Kelimpahan Benthos pada Stasiun 1 Situ Gede Benthos yang banyak di temukan di sini adalah kijing. Di substasiun 1 dan 2 terdapat jumlah benthos yang sama, tetapi pada substasiun 3 sudah tidak ditemukannya benthos. Hal ini dikarenakan pada substasiun 1 dan 2 masih terdapat zat makanan yang bisa dimanfaatkan oleh benthos. Nekton dan Neuston Saat mengambil sampel di lapangan, kami menemukan nekton berupa ikan dan neuston berupa kumbang. Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak dan berenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jaring plankton) contohnya seperti ikan, amfibi, serangga air besar dll (E. P. Odum, 1998). Neuston adalah organisme yang tinggal atau beristirahat di atas permukaan air, yang pergerakannya tidak di pengaruhi oleh pergerakan arus (E. P. Odum, 1998). Pada substasiun 1 kami menemukan ikan sebanyak 3 ekor, pada substasiun 2 kami menemukan ikan sebanyak 2 ekor dan pad substasiun3 sebanyak 1 ekor. Neuston berupa kumbang kami temukan pada substasiun 1 yaitu sebanyak 2 ekor. Pada substasiun 2 dan 3, kami tidak berhasil menemukan neuston. Tumbuhan Air Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air. Yang berfungsi sebagai produsen penghasil energi.Tumbuhan air dapat dikelompokkan menjadi terrestrial plants adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya belum tertutup oleh air, emerged plants adalah tumbuhan air yang akarnya berada dalam air dan bagian lainnya berada di permukaan air, floating plants adalah tumbuhan air yang bagian akar dan batangnya berada dalam air, sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya berada dalam air (E. P. Odum, 1998). Namun pada substasiun yang kami amati, kami tidak dapat menemukan tumbuhan air. INTERAKSI KOMPONEN ABIOTIK DAN BIOTIK Interaksi antara komponen abiotik dan biotik Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Sebagian besar komponen abiotik bervariasi dalam ruang dan waktunya. Komponen abiotik dapat berupa bahan organik, senyawa anorganik, dan faktor yang mempengaruhi distribusi organisme, yaitu:

1. Suhu. Proses biologi dipengaruhi suhu. Makhluk hidup atau komponen biotik

membutuhkan energi untuk meregulasi temperatur dalam tubuhnya.


2. Air. Ketersediaan air mempengaruhi distribusi organisme. Biota air tidak bisa hidup

tanpa air.
3. Garam. Konsentrasi garam mempengaruhi kesetimbangan air dalam organisme melalui

osmosis.
4. Cahaya matahari. Intensitas dan kualitas cahaya mempengaruhi proses fotosintesis. Air

dapat menyerap cahaya sehingga pada lingkungan air, fotosintesis terjadi di sekitar permukaan yang terjangkau cahaya matahari. 5. Tanah dan batu. Beberapa karakteristik tanah yang meliputi struktur fisik, pH, dan komposisi mineral membatasi penyebaran organisme berdasarkan pada kandungan sumber makanannya di tanah. Tanah dan batu juga bisa menjadi tempat untuk hidup mikroorganisme. 6. Iklim. Iklim adalah kondisi cuaca dalam jangka waktu lama dalam suatu area. Iklim makro meliputi iklim global, regional dan lokal. Iklim mikro meliputi iklim dalam suatu daerah yang dihuni komunitas tertentu. Interaksi antara komponen biotik penyusun ekosistem perairan Pada ekosistem perairan, terdapat berbagai komponen biotik, seperti fitoplankton, zooplankton, nekton, neuston, benthos, dan tumbuhan air. Fitoplankton dan tumbuhan air merupakan penghasil energi. Zooplankton mendapatkan energi dengan memakan fitoplankton. Zooplankton ini akan dimakan oleh ikan-ikan kecil, ikan-ikan kecil ini akan dimakan oleh ikan besar. Selain itu ada juga ikan yang memakan tumbuhan air. Ikan ini akan diuraikan oleh dekomposer jika mati. (Firmansyah, 2007). Hal ini dapat dilihat pada rantai makanan berikut: KESIMPULAN Dari analisis lapang dan laboratorium, dapat disimpulkan bahwa karakteristik ekosistem perairan tergenang (Situ Gede) dapat ditentukan secara parameter fisika, kimia, dan biologi. Dari parameter fisika, diketahui bahwa perairan ini berwarna coklat dengan suhu tetap, kedalamannya semakin ke tengah semakin bertambah, kecerahannya juga demikian, dan tipe substratnya adalah lumpur. Dari parameter kimia, diketahui bahwa perairan ini bersifat basa. Dari parameter biologi diketahui bahwa banyak plankton da perifiton di perairan ini. Nekton, neuston, dan benthos juga ada. Kelimpahannya semakin berkurang bila semakin ke tengah. Hal ini disebabkan oleh kedalaman, kecerahan, dan sinar matahari yang semakin sukar menembus sampai ke dasar perairan. DAFTAR PUSTAKA Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Firmansyah, Rikki, dkk. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Bandung: PT Setia Purna Inves. Lukman. 2007. Danau Lindu Keteduhan yang Merindu. Jakarta: LIPI Press. Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 4rd ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. LAMPIRAN Peta Situ Gede, Foto-foto Kegiatan di Situ Gede dan Biota yang Ditemukan a) Mengukur suhu d) Mengambil substrat g) Mengambil Perifiton j) Pemberian lugol b) Mengukur Kedalaman e) Mengukur pH h) Mengambil benthos k) Benthos c) Mengukur kecerahan f) Mengambil Plankton i) Pemberian formalin l) Nekton

*Novita MZ (C24090002); Achmad Syarifuddin (C24090025); Yucha Fitriana (C2090043); Nisa Agustina (C24090062); Adam Wiradisastra (C24090067); dian Safarini (C24090071); Hendriyana Rachman (E44080060) Di bawah bimbingan: Jihan Jemika Agustina/C54080062
http://hendriyanar08.student.ipb.ac.id/2010/09/25/karakteristik-ekosistem-perairanmenggenang/

Karakteristik Ekosistem Perairan Tergenang


Laporan Praktikum m.a. Ekologi Perairan Ahmad Muhtadi S.Pi Glasnosta Ramadhan KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIRAN TERGENANG (Studi Kasus: Situ Gede, Bogor) Oleh: Hari/Tanggal : Minggu, 15 Maret 2009 Asisten : Rahmi Dina S.Pi

Kelompok 2 IKN A1 Inne Veronica Duma Yaumi Purwigafrina Muzakir Rahim Rijal Purwa Ilmiawan J3H108006 J3H108023 J3H108028 J3H108032

Agung Ady Setyawan J3H108059 TEKNOLOGI PRODUKSI DAN MENEJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA DIRERKTORAT PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan timbal-balik antar organisme hidup dan lingkungannya. Kata ekologi sendiri berasal dari bahasa Yunani oikos, berarti rumahatau tempat untuk hidup. Dan logos, yang berarti ilmu. (E. P. Odum, 1996) Salah satu kajian dari ekologi adalah ekosistem tempat organisme itu hidup sendiri. Ekosistem adalah satuan yang mencakup semua organisme di dalam suatu daerah lingkungan fisiknya sehingga arus energi mengarah ke struktur makanan, keanekaragaman hayati. (E. P. Odum, 1996) Pada peraktikum ini kami mengadakan pengambilan sampel di Situ Gede, Bogor. Situ Gede merupakan perairan tergenang yang memiliki faktor-faktor yang berpengaruh berdasarkan literatur meliputi ; Suhu, Kejernihan, Arus, Konsentrasi gas pernafasan, dan Konsentrasi garam biogenik (E. P. Odum, 1996) Praktikum yang dilakukan pada perairan tergenang di latar belakangi karena kurangnya mahasiswa akan pengetahuan tentang ekosistem perairan tergenang dan juga kurangnya kepedulian mahasiswa untuk peduli terhadap kebersihan dan kelestarian ekosistem perairan tergenang demi keseimbangan ekositem itu sendiri. Diharapkan agar mahasiswa program keahlian Teknologi Produksi Dan Manajemen Perikanan Budidaya lebih peduli dan menjaga keseimbangan ekosistem perairan antara habitat ikan air tawar dengan teknologi budidaya perikanan.

1.2 Tujuan Praktikum kali ini bertujuan untuk Mengenalkan dan mempelajari komponen-komponen penyusun ekosistem perairan tergenang serta Mempelajari interaksi dan hubungan timbal balik antar komponen penyusun ekosistem tersebut. Selain itu, praktikan juga Mempelajari pengaruh lingkungan terhadap komponen penyusun ekosistem terutama terhadap keanekaragaman biota didalamnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ekosistem Peraian Tergenang
Ekosistem perairan tergenang (lentic)[1] merupakan bagian dari habitat air tawar. Air tergenang, atau habitat lentik ( berasal dari kata lenis yang berarti tenang ) seperti danau, kolam, rawa atau pasir terapung (E. P. Odum,1996). Berdasarkan banyaknya intensitas cahaya yang masuk ke dalam danau maka danau dapat dibedakan menjadi tiga zonasi yaitu; zona litoral, zona limnetik, dan zona profundal. Menurut proses

Gambar 1 Pembagian Zonasi Pada Perairan Tergenang ( Danau ) library.thinkquest.org-ake pembentukkannya danau dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu:

Danau tektonik, terbentuk karena gaya tektonik baik penurunan atau penaikkan sebagian permukaan bumi sehingga terbentuk genangan air (Danau Poso, Matana, Tigi, Belida). Danau vulkanik, terbentuk karena aktivitas gunung berapi dan merupakan danau kawah atau kaldera pada ketinggian cukup tinggi (Danau Laut Tawar, Toba dan Ranu klakah). Danau patahan, terbentuk karena adanya patahan lapisan tanah, kemudian terjadi pergeseran permukaan bumi kemudian terjadi genangan (Danau Kerinci, Tempe, Tondano). Danau Solusi, terjadi di daerah batu kapur karena adanya pematusan menjadi larut dan terjadi genangan (telaga-telaga di Gunung Kidul). Danau Fluvialtil, karena adanya pengendapan pasir atau lumpur di dataran rendah, sehingga membendung aliran air kemudian menggenang (sungai-sungai besar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua) ikanlaut-unsoed.ac.id/node/289 81k. Selain itu danau berfungsi sebagai sumber keanekaragaman hayati digunakan untuk irigasi, sistem pengendali banjir, tempat budidaya perikanan dan juga dapat digunakan sebagai sarana rekreasi. Keterangan: Zona litoral merupakan daerah perairan yang dangkal dengan penetrasi cahaya sampai ke dasar sehingga merupakan habitat dari tumbuhan air dan binatang daerah litoral seperti Typha, Scirpus,

Sagittaria spp, Nymphaea dll untuk jenis tamnaman air dan Lymnaea columella,Physa gyrina, Hemiptera untuk binatang daerah litoral. Zona limnetik adalah daerah air terbuka sampai kedalaman penetrasi dimana fotosintesis seimbang dengan respirasi, zona ini merupakan habitat dari plankton,nekton dan terkadang neuston. Zona profundal adalah daerah dasar air yang dalam yang tidak tercapai oleh sinar matahari, sehingga merupakan habitat dari bentos. Zona-zona tersebut ternyata memiliki fungsi ekologi yang amat penting dalam ekosistem danau, Zona litoral dan limnetik merupakan daerah produsen penghasil energi, sedangkan zona profundal merupakan zona daur ulang (pengurai) hewan air yang sudah mati.

2.2 Parameter Fisika


2.2.1. Warna Perairan Warna perairan adalah warna yang secara visual yang dapat kita lihat dari sebuah perairan. Warna perairan dibagi menjadi dua yaitu warna tampak dan warna asli. Warna tampak adalah warna dari sebuah perairan yang disebabkan oleh partikel-partikel terlarut dan tersuspensi. Sedangkan warna asli merupakan warna yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut dari danau atau kondisi sekitar danau. Warna perairan dipengaruhi oleh kedalaman. Biasanya, jenis substrat juga mempengaruhi warna perairan, dipinggir biasanya berwarna gelap atau keruh, sedangkan didaerah tengah lebih terang. Semakin dalam suatu perairan maka semakin pekat warna perairan (E. P. Odum, 1971) 2.2.2. Kecerahan Dalam hal ini kecerahan merupakan parameter fisika yang berhubungan dengan fotosintesis karena pengaruh penetrasi cahaya yang masuk ke dalam situ. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman. Kekeruhan, terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yangdapat mengendap, seringkali penting sebagai faktor pembatas. Sebaliknya, bila kekeruhan disebabkan oleh organisme, ukuran kekeruhan merupakan indikasi produktivitas (E. P. Odum, 1971) 2.2.3. Suhu Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat hidup pada kisaran suhu tertentu. Daerah perairan yang cukup luas dapat mempengaruhi iklim daerah daratan di sekitarnya.Suhu air paling baik dan efisien diukur menggunakan sensor elektronis seperti Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara bersama-sama mengurani perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehina perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat dari pada udara. Sifat yang terpenting adalah : 1.

o o

Panas jenis yang tinggi, relatif sejumlah besar panas dinutuhkan untuk merubah suhu air. 1 gram kalori (gkal) panas dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1 gram) air 10 C lebih tinggi (antara 15-160) hanya amonia dan beberapa senyawa lain mempunyai nilai lebih dari satu. Panas fusi yang tinggi. 80 kalori dibutuh kan untuk mengubah 1 gram es menjadi air tanpa mengubah suhunya (dan sebaliknya). Panas evaporasi yang tingi. 536 kalori diserap sewaktu evaporasi yang dapat dikatakan berlangsun terus menerus dari permukaan vegetasi , air dan es, sebagian besar sinar matahari digunakan untuk evaporasi air dari ekosistem didunia, dan alur energi ini mengubah iklim dan memungkinkan perkembangan kehidupan dalam semua keanekaragaman yang menakjubkan. Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 40 C ; diatas dan dibawah titik tersebut air akan berkembang dan menjadi lebih ringan. Sifat unik ini menyebabkan aira danau tidak membeku seluruhnya pada musim dingin.

Walaupun variasi suhu dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor pembatas utama, karena organisme akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit ( stenotermal ). Maka, walaupun terjadi populasi panas yang sedang oleh manusia, akibatnya dapat amat luas. Perubahan suhu menyebabkan pola sirkulasi yang khas dan stratifikasi, yang amat mempengaruhi kehidupan akuatiktermistor. Pembacaan dan pencatatan langsung dari termistor memudahkan para pemula untuk mengambil profil suhu dari habitat akuatik (erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/ekologi-air-tawar). 2.2.4. Kedalaman Kedalaman suatu ekosistem perairan dapat bervariasi tergantung pada zona kedalaman dari suatu perairan tersebut, semakin dalam perairan tersebut maka intensitas cahaya matahari yang masuk semakin berkurang. Penetrasi cahaya seringkali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, membatasi zona fotosintesa, dimana habitat akuatik dibatasi oleh kedalaman (erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/ekologi-air-tawar). 2.2.5. Tipe Substrat Tipe substrat pada perairan air tawar biasanya berupa lumpur, pasir, dan batu. Substrat yang terlalu lunak tidak cocok bagi bentos dan perifiton yang hidup di permukaan dan dalam dasar perairan (E. P. Odum, 1996). Substrat berupa lumpur terjadi karena perpaduan antara air dan tanah yang terdapat di dasar perairan dan hasil dari penguraian oleh detrivor juga berupa lumpur (Yonvitner, S. pi. M. Si). 2.3. Parameter Kimia 2.3.1. Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman (pH) merupakan parameter kimia yang menunjukan salinitas atau drajat keasaman dari suatu perairan dimana biota air dapat hidup didalamnya, pH yang ideal berkisar antar 6,5-8,5. Dimana setiap organisme air memiliki toleransi pH yang berbeda. Larutan atau air

dikatakan asam jika pH-nya < 7, dikatan basa jika pH-nya > 7, sedangkan jika pH-nya = 7 maka larutan tersebut dikatakan seimbang (Purba,Michael.1994Dasar-dasar Kimia .Erlangga.Jakarta). 2.4. Parameter Biologi 2.4.1. Plankton Plankton adalah hewan air yang hidup mengapung di atas permukaan air dimana pergerakannya tergantung pada arus. Sehingga gerakan hidupnya tergantung pada arus atau gelombang pada air. Plankton terbagi menjadi Fitoplankton dan Zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata. Zooplankton biasanya terdiri atas rotifera, cladocera, copepoda (Sugiarti Suwingnyo dan Majariana Krisanti, Avertebrata Air). Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Menurut Nybakken (1992) zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis. Plankton merupakan makanan alami larva organisme perairan. Sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organime konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Menurut Djarijah (1995), produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh organisme lain (Dhani Dianthani Posted 3 May, 2003 Makalah Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana /S3 Institut Pertanian Bogor). 2.4.2. Perifiton Perifiton merupakan hewan yang ukurannya sangat kecil (mikroskopis), oleh karena itu perifiton tidak dapat dilihat oleh mata tanpa bantuan mikroskop. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang tumbuh dan menempel pada objek yang tenggelam (E. P. Odum, 1998). 2.4.3. Benthos Gambar 3 Organisme Bentos media-2.web.britannica.com Bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos dapat dibagi berdasarkan makananya menjadi pemakan penyaring seperti (kerang) dan pemakan deposit seperti ( siput ) (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang

masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah (Oey, et al1., 1978). Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993). Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi. Gambar 3 Contoh Hewan Bentos microbiologyprocedure.com-microbial-ecology-of-differentecosystems-images-freshwater-pond1 Bentos meliputi segala macam avertebrata air yang hidup di permukaan dasar perairan atau di dalam sedimen dasar perairan. Dasar perairan dapat berupa lumpur, batu, kerikil, baik di laut, sungai, maupun danau (Sugiarto Suwingnyo dan Majariana Krisanti). Istilah benthos digunakan untuk menggambarkan setiap organisme yang hidup di dasar. Sedimen yang terdapat di dasr zona profundal juga menunjangpopulasi besar dari bakteri dan fungi. Pembusuk ini menguraikan bahan organic yang mencapainya, membebaskan nutrien organik untuk daur ulang (Sumariatih, L. 2006. Keanekaragaman Jenis Plankton Di Perairan Danau Semayang Kabupaten Kutai Kartanegara. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman) 2.4.4. Nekton Nekton merupakan organisme yang dapat bergerak dan nerenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jaring plankton) contohnya seperti ikan, amfibi, serangga air besar dll (E. P. Odum, 1998) 2.4.5. Neuston Organisme yang tinggal atau beristirahat di atas permukaan air, yang pergerakannya tidak di pengaruhi oleh pergerakan arus (E. P. Odum, 1998) 2.4.6. Tumbuhan Air Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air. Yang berfungsi sebagai produsen penghasil energi. Tumbuhan air dapat dikelompokkan menjadi terrestrial plants adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya belum tertutup oleh air, emerged plants adalah tumbuhan air yang akarnya

berada dalam air dan bagian lainnya berada dipermukaan air, floating plants adalah tumbuhan air yang bagian akar dan batangnya berada dalam air , sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya berada dalam air (E. p. Odum, 1959) 2.4.7. Rantai Makanan Rantai makanan merupakan terjadinya proses perpindahan energi dari proses makan dan dimakan. Aliran energi terjadi dari tumbuhan sebagai produsen dimakan oleh konsumen tingkat 1 dan konsumen tingkat 1 dimakan oleh konsumen tingkat 2 lalu konsumen tingkat 2 mati dimakan oleh detritus atau pengurai yang menguraikan organik menjadi an organik yang dibutuhkan oleh tumbuhan. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Pengamatan Lokasi yang kita amati pada praktikum ekosistem perairan tergenang kali ini adalah Situ Gede, yang terletak didekat kampus IPB Dramaga Bogor pada hari Minggu tanggal 15 Maret 2009 dari pukul 07.00-10.45. Keadaan lokasi yang dapat kami amati pada saat itu adalah, cuacanya cerah, udaranya lembab, sinar matahari yang teduh dan banyak pepohonan yang rindang. Warna air situ pada saat itu adalah penduduk. 3.2. Alat dan Bahan Alat yang kita gunakan pada praktikum ini yaitu ember 5 liter yang digunakan untuk menuangkan air kedalaman saringan plankton net yang diikatkan dengan botol film, pipa paralon berdiameter 9,5 cm dengan tinggi 2 m digunakan untuk mengukur kedalaman perairan, thermometer digunakan untuk mengukur suhu perairan, botol film digunakan untuk wadah planktonet dan perifiton, plastik putih berukuran 1 kg digunakan untuk wadah bentos, alat-alat tulis untuk mencatat hasil praktikum, bola pimpong yang diikat dengan benang untuk mengukur arus, transek kuadrat digunakan untuk membuat plot area, benang nilon digunakan untuk mengikat thermometer, kertas label digunakan untuk memberi nama pada setiap hasil yang didapat. Scchidisk digunakan untuk mengukur kecerahan perairan dan tali tambang untuk mengukur lebar dan badan sungai. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah lugol yang digunakan untuk mengawetkan perifiton dan plankton, formalin untuk mengawetkan bentos, aquades digunakan untuk menambahkan cairan pada plankton dan perifiton sebelum diberi larutan lugol, sedangkan kertas pH digunakan untuk mengukur derajat keasaman (pH) dari perairan sungai. 3.3. Pengambilan Sampel di Lapang 3.3.1. Penentuan Stasiun Pengamatan

Susun paralon untuk dijadikan transek yang berbentuk persegi. Lalu tentukan lokasi stasiun transek yang akan diletakkan. Usahakan jarak antara transek 1 dan lainnya berjarak 3meter. 3.3.2. Penentuan Plot Metoda ini dilakukan disekeliling daerah sungai yang akan kita amati. 3.3.3. Parameter Fisika a. Warna Perairan Warna perairan adalah warna yang tampak yang dapat kita lihat dari sebuah situ. Warna perairan dibagi menjadi dua yaitu warna tampak dan warna asli. Warna tampak adalah warna dari sebuah perairan yang disebabkan oleh partikel-partikel terlarut dan tersuspensi. Sedangkan warna asli merupakan warna yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut dari sungai atau kondisi sekitar sungai. Carannya dengan mengamati warna air sungai dengan memperhatikan keadaaan lingkungan setempat. b. Kecerahan Kecerahan dapat diukur dengan menggunakan secchi disk. Pertama benamkan secchi disk ke dalam area transek kuadrat di tiga tempat yang berbeda. Lalu catat berapa skala yang di tunjukkan sampai secchi disk tidak terlihat (d1) dan angkat perlahan-lahan sampai secchi disk terlihat (d2) oleh mata kita, lalu catat berapa skalanya. Masukkan data ke dalam tabel sementara. c. Suhu Suhu diukur dengan menggunakan thermoneter caranya ukur suhu pada tiga tempat yang berbeda didalam area transek kuadrat : S1, S2, S3. Catat hasilnya dan masukkan data dalam tabel sementara. d. Kedalaman Perairan Kedalaman perairan diukur dengan menggunakan pipa paralon berdiameter 9,5 cm dengan tinggi 2 m. Dengan cara masukkan paralon ke dalam area transek dan lihat skala yang ditunjukkan. Lalu ukur kedalaman di tempat berbeda lainnya di dalam area transek dan catat hasilnya kemudian dicatat di dalam tabel sementara. e. Tipe Substrat Untuk menentukan tipe substrat, dapat dilakukan dengan metode mengambil atau mengangkat substrat dari dasar perairan, artinya dapat diambil dengan tangan dan rasakan tipe substrat tersebut dengan tangan kita apakah substrat tersebut pasir, lumpur, atau lainnya. 3.3.4. Parameter Kimia

a. pH Dalam mengukur pH kita dapat menggunakan pH stick, dengan cara mencelupkan pH stick tersebut ke dalam air sungai di area transek kuadraat, lalu cocokkan warna pH stik yang telah dicelupkan dengan warna yang ada pada kotak pH stick. Catat hasilnya. 3.3.4. Parameter Biologi a. Plankton Dalam pengambilan plankton, alat yang digunakan adalah ember volume 5 liter serta planktonet yang ujungnya telah diikat dengan botol film, dan beberapa buah botol film. Langkah awal dalam pengambilan plankton adalah ambil air dengan menggunakan ember volume 5 liter dan tuangkan kedalam planktonet sebanyak 20 kali atau volume ember mencapai 100 liter.setelah itu lepaskan botol filem dari plankton net dan tutup kembali. b. Perifiton Langkah dalam pengambilan perifiton adalah dengan mengambil media yang terdapat di dasar situ., seperti (batu, plastik, daun, dan benda lain yang sudah terbenam). Kemudian, kerik media atau substrat yang di dapat dengan luas kerikan 22. Kemudian masukkan hasil kerikan ke dalam botol film dan di beri air. Ambil sampel perifiton sebanyak tiga kali di setiap stasiun. c. Benthos Dalam pengambilan bentos alat yang digunakan adalah` pipa paralon berskala 6 cm, saringan bentos, dan plastik putih ukuran 1 kg. Lalu tancapkan pipa paralon sampai ke dasar perairan, tutup bagian mulut pipa paralon, tarik pipa paralon ke permukaan, dan tuangkan ke dalam saringan bentos. Kemudian saring hasil dari saringan tersebut sampai lumpur yang masih melekat pada bentos bersih. Kemudian, dimasukkan hasil saringan yang sudah bersih itu ke dalam plastik putih ukuran 1 kg. Lakukan langka tersebut secara diagonal dan sebanyak 3 kali di setiap stasiun. 3.4. Analisis Laboratorium dan Data a) Kecerahan Kecerahan dapat dicari dengan rumus: D1 = Warna putih pada seccidisk tidak terlihat D2 = warna putih pada seccidisk mulai terlihat b) Kelimpahan Plankton Kelimpahan Plankton dapat dicari dengan rumus:

Oi = Luas cover glass (324 ) Op = Luas lapang pandang (1,306 ) Vt = Volume tersaring (30 ml) Vo = Volume pipet tetes (0,05 ml) Vs = Volume air yang disaring (5L x 20 kali =100 L) X = ulangan P = lapang pandang c) Kepadatan Perifiton Kepadatan Perifiton dapat dihitung dengan rumus: A = Luas kerikan (22 cm) Oi = Luas cover glass (324 ) Op = Luas lapang pandang (1,306 ) Vt = Volume tersaring (30 ml) Vo = Volume pipet tetes (0,05 ml) Vs = Volume air yang disaring (5L x 20 kali =100 L) X = ulangan P = lapang pandang d) Kepadatan Bentos Kepadatan bentos dapat dicari dengan rumus: = Luas bukaan paralon (0,090 ) P = lapang pandang X = ulangan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Parameter Fisika Kimia Perairan Parameter Fisika Warna Suhu Kedalaman Kecerahan Tipe Substrat Kimia pH Unit c cm cm SS-2 SS-3 Hijau Hijau Hijau kecoklatan kecoklatan kecoklatan 28 28 27-28 105-109 127-144 125-140 35-75 30-60 50-75 Lumpur Halus Lumpur Halus Lumpur Halus 5 5 5 SS-1

Pembahasan Parameter Fisika Kimia Perairan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat kesamaan pada warna perairan dan suhu di setiap stasiun. Kesamaan warna perairan dikarenakan substrat pada perairan tidak terlalu banyak yang larut karna keadaan air yang tenang. Selain itu, letak setiap stasiun berdekatan satu sama lain sehingga warna perairan tidak memiliki perbedaan. Sedangkan kesamaan suhu di setiap stasiun dipengaruhi oleh cuaca. Pada saat melakukan pengamatan, cuaca cerah akan tetapi sinar matahari terhalang oleh rimbunnya pohon. Hal itulah yang menyebabkan suhu menjadi cenderung tetap dan tidak terlalu hangat. Kedalaman yang diukur pada sub stasiun 1 antara 105-109, sub stasiun 2 antara 127-144, dan sub stasiun 3 antara 125-140. Hal ini disebabkan karena pada sub stasiun 1 pengukuran kedalaman masih dilakukan di tepian situ. Sedangkan pada sub stasiun 2 dan 3 pengukuran dilakukan lebih jauh ke tengah perairan, Faktor lainnya yaitu perairan yang kami amati memiliki dasar perairan yang landai. Jadi, semakin ke tengah maka dasar perairan akan semakin dalam. Stasiun yang memiliki kecerahan yang paling tinggi yaitu stasiun kedua. Hal ini disebabkan karena pada sub stasiun 2, substrat dasar perairan belum tercampur dengan air yang bisa mengakibatkan air mengeruh. Pergerakan yang kami lakukan juga lebih tenang daripada sub stasiun 1 dan 2. Pada zona ini, peristiwa penetrasi cahaya sampai ke dasar perairan yang dangkal (E. P. Odum, 1996). Substrat pada ketiga stasiun adalah lumpur halus. Biasanya, perairan tergenang memiliki substrat berupa lumpur, yang dihasilkan dari campuran air dan tanah pada dasar serta hasil penguraian oleh detrivor berupa lumpur (Yonvitner, S. pi, M. Si). Pengukuran pH menunjukan angka 5, padahal Nilai pH yang ideal untuk perairan adalah berkisar 6,5-8,5 dimana organisme air dapat memliki kemampuan toleransi (Pescod, 1973). Hal inilah yang mungkin mengkibatkan kurangnya keanekaragaman biota yang terdapat di perairan situ yang kami amati. 4.2. Parameter Biologi 4.2.1 Plankton Tabel 1 Kelimpahan Plankton Spesies SS1 SS2 SS3

Binuclearia takrana Total Rhizoclonium Total

U1 U2 U3 N U1 U2 U3 N U1 U2 U3 N 6 14 8 9.3 3 5 9 5.7 5 26 7 12.7 28 17 38 3 0 2 1.7 3 6 1 3.3 2 2 0 1.3 5 10 4 Grafik 1 Kelimpahan Plankton

Pembahasan Kelimpahan Plankton : Plankton adalah organisme yang hidupnya melayang-layang dalam kolam air, pergerakannya lemah, tidak dapat melawan arus, sehingga perpindahannya lebih kurang bergantung pada gerakan air. Dilihat secara horizontal plankton banyak terdapat didaerah neritik zone, dan jika dilihat secara vertikal plankton banyak terdapat didaerah euphotik zone dengan suhu 24-27 0C. Didaerah tersebut merupakan daerah yang kaya akan unsur hara, nutrient, dan cahaya matahari yang amat dibutuhkan oleh fitoplankton untuk berproduksi dengan cara berfotosintesis. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kelimpahan plankton terdapat pada stasiun 3. Pada stasiun 3 yang kami amati bahwa kecerahan di stasiun 3 sangat tinggi sehingga banyak plankton yang kami dapat. . Semakin tinggi kecerahan suatu perairan, maka aktifitas produksi yang terjadi akan semakin tinggi. Akibatnya, terjadi kelimpahan organisme baik fitoplankton, zooplankton, maupun makhluk lain (Sugiarto Suwingnyo dan Majariana Krisanti). Plankton dalam suatu perairan mempunyai peranan yang sangat penting. Plankton merupakan mata rantai utama dalam rantai makanan di perairan (Sumariatih, L. 2006). 4.2.2 Perifiton Perifiton yang kita ketahui ialah sebagai organisme yang hidupnya menempel pada substrat baik itu pada kayu, batu ataupun pada sampah plastik. Jadi untuk mendapatkannya kita harus mengerik substrat-substrat tersebut terlebih dahulu. Pada percobaan ini kami tidak mendapatkan sampel perifiton dikarenakan kesalahan dalam pengambilan sampel, sehingga pada saat uji labolatorium yang kita amati tidak kami temukan spesies dari perifiton. 4.2.3 Bentos Tabel 2 Kelimpahan Bentos Spesies Kerang Keong Kecil Keong Sedang Total SS1 SS2 2 5 1 8 SS3 6 4 1 11 0 0 0 0

Bentos

Grafik 2 Kelimpahan Bentos Pembahasan Kepadatan Bentos :

Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang (Kendeigh, 1980; Odum 1993; Rosenberg dan Resh, 1993). Hewan ini memegang beberapa peran penting dalam perairan seperti dalam proses dekomposisi dan mineralisasi material organik yang memasuki perairan (Lind, 1985), serta menduduki beberapa tingkatan trofik dalam rantai makanan (Odum, 1993). Berdasarkan hasil pengamatan, kelimpahan bentos terjadi pada stasiun pertama. Hal ini disebabkan oleh substrat yang terdapat pada stasiun pertama merupakan jenis lumpur yang sedikit keras. Pada perairan dengan substrat dasar perairan berupa lumpur lunak, tidak sesuai dengan bentos (E. P. Odum, 1996). Selain itu, stasiun pertama juga memiliki kecerahan yang tinggi, dimana cahaya matahari menembus perairan sampai ke dasar. Kecerahan yang tinggi menyebabkan banyak atau tingginya aktifitas produksi (Sugiarto Suwingnyo dan Majariana Krisanti). 4.3. Interaksi Komponen Abiotik dan Biotik Interaksi komponen abiotik dengan biotik Interaksi antar organisme Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu lain yang sejenis atau lain jenis, baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antar organisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut. a. Netral Hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral. Contohnya : antara ikan betutu dengan tanaman air. b. Predasi Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup. Sebaliknya, predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa. Contoh : ikan mujair dengan mangsanya, yaitu zooplankton c. Parasitisme Parasitisme adalah hubungan antarorganisme yang berbeda spesies, bilasalah satu organisme hidup pada organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan inangnya. contoh : Plasmodium dengan manusia, Taeniasaginata dengan sapi, dan benalu dengan pohon inang.

d. Komensalisme Komensalisme merupakan hubunganantara dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya ikan kecil yang selalu mengikuti ikan besar . e. Mutualisme Mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Contoh, bakteri yang menempel pada tanaman air. B. Interaksi Antarpopulasi Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi secara langsung atau tidak langsung dalam komunitasnya.Contoh interaksi antarpopulasi adalah sebagai berikut. Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik. Pada mikroorganisme istilah alelopati dikenal sebagai anabiosa.Contoh, jamur Penicillium sp. dapat menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri tertentu. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan. Contoh, persaingan antara populasi ikan mujair dengan populasi ikan nila di dalam situ. C. Interaksi Antar Komunitas Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Contoh komunitas, misalnya komunitas sawah dan sungai. Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang, burung, ular, dan gulma. Komunitas sungai terdiri dari ikan, ganggang, zooplankton, fitoplankton, dan dekomposer. Antara komunitas sungai dan sawah terjadi interaksi dalam bentuk peredaran nutrien dari air sungai ke sawah dan peredaran organisme hidup dari kedua komunitas tersebut. Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tapi juga aliran energi dan makanan. Interaksi antarkomunitas dapat kita amati, misalnya pada daur karbon. Daur karbon melibatkan ekosistem yang berbeda misalnya laut dan darat. D. Interaksi Antarkomponen Biotik dengan Abiotik Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubunganantara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem itu. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotik, serta siklus materi.

Dengan adanya interaksi-interaksi tersebut, suatu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Pengaturan untuk menjamin terjadinya keseimbangan ini merupakan ciri khas suatu ekosistem. Apabila keseimbangan ini tidak diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru. V. PEMANFAATAN DAN PERMASALAHAN SITU GEDE 1. Situ Gede menurut informasi yang kita dapat dari hasil wawancara dengan Bpk. Hj Ganda sebagai warga dan tokoh masyarakat setempat, tempat ini pada jaman belanda dahulunya rawa, kemudian alirannya dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk mengairi sawah, penampungan air, dan irigasi lahan-lahan pertanian milik warga sendiri. Manfaat utama dari Situ Gede adalah sebagai tempat penampungan debit air yang melimpah saat musim hujan dan sebagai hutan lindung di daerah setempat. Selain itu, situ gede sekarang ini dimanfaatkan sebagai tempat wisata dan area memancing untuk menyalurkan hobi memancing., Situ Gede juga mempunyai permasalahan, yaitu banyaknya sampah yang mengakibatkan terhambatnya arus onlet dan outlet, serta tingkat pH yang cukup asam sehingga mengurangi banyaknya keaneka ragaman biota yang ada di perairan situ. Kegiatan pemanfaatan dan permasalahan yang terjadi di Situ Gede mempunyai suatu keterkaitan, yaitu sebagai penampung air pada saat hujan, kondisi air tidak akan pernah stabil. Selain itu, pemakaian air yang berlebihan pada musim kemarau menyebabkan debit air menjadi berkurang dan terjadi kerapatan organisme. Terjadinya kerapatan juga menyebabkan pasokan oksigen berkurang dan mengakibatkan banyak organisme mengalami kematian. Banyak kematian berarti kadar amoniak dalam air akan bertambah. Kadar amoniak yang terlalu besar dalam air akan semakin mengganggu kehidupan organisme lain (E. P. Odum, 1971) . VI. KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa perairan Situ Gede merupakan perairan yang cukup memadai untuk melakukan kegiatan budidaya ikan. Perairan Situ Gede memilik kecerahan yang cukup tinggi. Kecerahan yang tinggi menunjukkan bahwa daya tembus cahaya matahari jauh menembus ke dalam perairan (E. P. Odum, 1971). Perairan yang memiliki kecerahan yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya aktifitas produksi. Akibatnya terjadi kelimpahan organisme (Sugiarto Suwingnyo dan Majariana Krisanti). Kelimpahan organisme seperti plankton akan menyebabkan kelimpahan organisme lain. Kelimpahan organisme juga disebabkan oleh banyaknya unsur hara yang tersedia untuk kelangsungan hidup. Hal ini disebabkan karena lingkungan disekitar Situ Gede ditumbuhi banyak pepohonan yang menghasilkan banyak unsur hara. Selain itu, Situ Gede juga memiliki permasalah besar dalam kegiatan budidaya, yaitu permasalahan sampah. Sampah yang bertumpuk di dalam Situ Gede akan menyebabkan kerusakan ekosistem karena salah satu dari anggota rantai makanan ada yang mati. Permasalahan ini merupakan permasalahan utama yang harus dipikirkan agar ekosistem danau situ gede tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh warga sekitar. Jalan keluar yang harus dipikirkan oleh warga sekitar adalah tidak membuang sampah ke dalam situ dengan cara

mendaur ulang dan mengubah fungsi sampah tersebut. Agar pemanfaatan perairan Situ Gede dapat terlaksana segara optimal. demi terciptanya lingkungan yang bersih, indah, dan terpelihara. VII. DAFTAR PUSTAKA Buku : Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 4rd ed. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
1. Suwigyo, Sugiarti. Widigdo, Bambang. Wardiatno, Yusli. dan Krisanti, Majariana.

2005

Avertebrata Air. 1st ed. Penebar Swadaya. Jakarta

Purba,Michael.1994Dasar-dasar Kimia .Erlangga.Jakarta Skripsi : Sumariatih, L. 2006. Keanekaragaman Jenis Plankton Di Perairan Danau Semayang Kabupaten Kutai Kartanegara. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman Blog : http// erikarianto.wordpress.com/2008/01/10/ekologi-air-tawar http// library.thinkquest.org http// mac122.icu.ac.jp-gen-ed-biogeog-jpgs-lake-littoral-fig http// media-2.web.britannica.com http// microbiologyprocedure.com-microbial-ecology-of-different-ecosystems-imagesfreshwater-pond1 http// chebucto.ns.ca-ccn-inf-Science-SWCS-ZOOBENTH-BENTHOS-PIC-gastropoda_id2 http// ikanlaut-unsoed.ac.id/node/289 81k. Materi kuliah: Perairan Tergenang Yonvitner, S. pi. M. Si LAMPIRAN Kecerahana 1. Kecerahan (SS1-1) :

1. Kecerahan (SS1-2) : 1. Kecerahan (SS1-3) : 1. Kecerahan (SS1) : 1. Kecerahan (SS2-1) : 1. Kecerahan (SS2-2) : 1. Kecerahan (SS2-3) : 1. Kecerahan (SS2) : 1. Kecerahan (SS3-1) : 10. Kecerahan (SS3-2) : 11. Kecerahan (SS3-3) : 12. Kecerahan (SS3) : Kedalaman 1. Kedalaman (SS1-1) : 1. Kedalaman (SS1-2) : 1. Kedalaman (SS1-3) : 1. Kedalaman (SS1) : 1. Kedalaman (SS2-1) : 1. Kedalaman (SS2-2) : 1. Kedalaman (SS2-3) : 1. Kedalaman (SS2) : 1. Kedalaman (SS3-1) : 10. Kedalaman (SS3-2) : 11. Kedalaman (SS3-3) :

12. Kedalaman (SS3) : Kelimpahan Plankton 1. Fitoplankton (SS1) : 1. Fitoplankton (SS2) : 1. Fitoplankton (SS3) : 1. Zooplankton (SS1) : 1. Zooplankton (SS2) : 1. Zooplankton (SS3) : Kepadatan Bentos 1. Kerang (SS1) : 1. Keong kecil (SS1) : 1. Keong sedang (SS1) : 1. Kerang (SS2) : 1. Keong kecil (SS2) : 1. Keong sedeng (SS2) : 1. Kerang (SS3) : 1. Kerong kecil (SS3) : 1. Keong sedang (SS3) : a. Lokasi pengambilan sampling Gambar 4 Suasana Situ Gede Pada Pagi Hari b. Kegiatan dilapangan Gambar 5 Kegiatan Di Lapangan [1](Lotic) meliputi seluruh perairan darat yang airnya tidak mengalir secara terus-menerus atau tergenang (pergerakan hanya disebabkan karena ombak atau aliran pada inlet maupun outlet.

http://rijalpurwailmiawan.wordpress.com/2009/05/05/karakteristik-ekosistemperairan-tergenang/

You might also like