You are on page 1of 10

MAKALAH ISD Peran Program Keluarga Berencana Untuk Mensejahterakan Keluarga

Nama Jurusan Kelas NIM

: Malik Ibrahim : Sistem Informasi : 1KA40 : 14111263

Fakultas Ilmu Komputer & Teknologi Informmasi Universitas Gunadarma Kampus J, Jl. KH Noer Ali, Kalimalang Bekasi Telp (021) 88860117

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga Makalah Mata Kuliah Ilmu Sosial Dasar ini dapat saya selesaikan guna sebagai salah satu tugas yang diberikan dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar sebagai salah satu mata kuliah softskill.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial Dasar yang telah memberi pengajaran materi tugas, Orang tua yang telah memberikan dukungan materil maupun moril,& teman-teman yang juga membantu penyelesaian tugas makalah ini. Tugas makalah yang berjudul Peran Program Keluarga Berencana Untuk Mensejahterakan Keluarga yang membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah Keluarga Berencana. Disadari bahwa makalah ini belum sesempurna apa yang diharapkan.Oleh karena itu saya mengharapkan bimbingan dari dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Sosial Dasar serta Saran dan Kritik dari segala pihak. Sebagai harapan saya, semoga makalah ini dapat berguna bagi para Mahasiswa dan pembacanya. Demikian,saya ucapkan terimakasih atas perhatiannya.

Jakarta,11 November 2011 Salam

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................1 DAFTAR ISI..............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................3 1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................3 1.2. TUJUAN .............................................................................................................4 1.3. SASARAN ..........................................................................................................5

BAB II PERMASALAHAN ......................................................................................6 2.1. KEKUATAN URBANISASI .............................................................................6 2.2. KELEMAHAN URBANISASI ..........................................................................6 2.3. PELUANG ..........................................................................................................7 2.4. TANTANGAN ...................................................................................................8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................9 3.1. KESIMPULAN ...................................................................................................9 3.2. REKOMENDASI ...............................................................................................9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah program nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga khususnya, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara membatasi dan menjarangkan kehamilan. Masalah yang akan dihadapi oleh keluarga yang memiliki anak dalam jumlah banyak terutama disertai tidak diaturnya jarak kelahiran adalah peningkatan risiko terjadinya pendarahan ibu hamil pada trimester ketiga, angka kematian bayi meningkat, ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan anaknya, serta terganggunya proses perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan kurang gizi, berat badan lahir rendah (BBLR) dan lahir prematur. Proyeksi penduduk telah dirumuskan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan perkiraan penduduk Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tahun 1971-1980 adalah 2,30%, tahun 1980-1990 adalah 1,97%, tahun 1990-2000 sebanyak 1,49% dan tahun 2000-2005 adalah 1,3%. Hal ini menujukkan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan laju pertumbuhan di Provinsi Riau berturut-turut untuk tahun yang sama adalah 3,11%, 4,25%, 4,22%, 4,35%, dan 4,05%. Hal ini menunjukkan laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau masih jauh lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk Indonesia. Revitalisasi program KB perlu dilakukan, karena dalam lima tahun terakhir pertumbuhan akseptor (pengguna) KB baru hanya berkisar antara 0,3 persen sampai 0,5 persen. Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan pertumbuhan akseptor KB aktif minimal satu persen mulai 2007. Pada 2006, jumlah akseptor KB aktif tercatat sebanyak 37.000. Dengan revitalisasi program KB yang dimulai akhir Juni lalu, diharapkan jumlah akseptor aktif mencapai 40.000 pada akhir 2007. Bila revitalisasi program KB tidak segera dilakukan, Indonesia terancam pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Jumlah akseptor baru KB berdasarkan alat kontrasepsi di Provinsi Riau tahun 2007 sebanyak 90.197 orang (67,16%) dari target 134.300 orang. Akseptor baru metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebanyak 5.656 orang dan non MKJP sebanyak 84.541 orang. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya tahun 2007 sebanyak 81.689 orang yang terdiri dari pria 48.191 orang dan wanita 33.498 dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 17.822 orang. Dari semua PUS yang ada, akseptor KB aktif MKJP sebanyak 2.131 orang dan non MKJP sebanyak 12. 464 orang. Akseptor baru KB sebanyak 1.388 orang (63,17%) dari target 2.197 orang, target MKJP hanya tercapai 30,29% (128 orang) dari 423 orang dan target non MKJP 71,02% (1.260 orang) dari 1.774 orang. Akseptor baru pria sebanyak 60 orang (4,32%) dari 2.197 orang akseptor baru, dimana seluruh akseptor ini merupakan akseptor non MKJP.

Berdasarkan Human Development Report tahun 2006 masih rendahnya angka cakupan KB-MKJP dikarenakan masih sangat rendahnya tingkat pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsi jangka panjang. Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan wanita kawin yang mengetahui metode Mini Operasi Wanita (MOW) sebesar 63 persen dan metode Mini Operasi Pria (MOP) sebesar 39 persen, sedangkan pria kawin yang mengetahui metode MOW 44 persen dan MOP sebesar 31 persen. Bandingkan dengan pengetahuan mereka tentang metode kontrasepsi modern lainnya seperti Pil, Suntik, IUD, dan kondom yang sudah mencapai rata-rata diatas 80 persen. Hal tersebut juga didukung dengan angket prepenelitian yang penulis lakukan terhadap pengunjung Puskesmas Harapan Raya, dan didapatkan hanya 5% pengunjung yang mengetahui tentang KB-MKJP. Sedangkan 95% lainnya tidak mengetahui tentang KBMKJP. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab Program KB di Puskesmas Harapan Raya, penulis menilai masih diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan KB MKJP di Puskesamas Harapan Raya dengan mensosialisasikan KB-MKJP sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan angka cakupan akseptor KB-MKJP. 1.2 Tujuan Program KB

Tujuan umum adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekutan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Tujuan KB berdasar RENSTRA 2005-2009 meliputi:

Keluarga dengan anak ideal Keluarga sehat Keluarga berpendidikan Keluarga sejahtera Keluarga berketahanan Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
4

Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

1.3 Sasaran Program KB

Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2004-2009 yang meliputi: Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need) menjadi 6 persen. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif dalam usaha ekonomi produktif. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan Program KB Nasional.

BAB II PERMASALAHAN

2.1 Kekuatan (Strength) Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para akseptor akan mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk ibu, anak dan keluarga, antara lain: 1. Manfaat Untuk Ibu:

Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu Menjaga kesehatan ibu Merencanakan kehamilan lebih terprogram

2. Manfaat Untuk Anak:


Mengurangi risiko kematian bayi Meningkatkan kesehatan bayi Mencegah bayi kekurangan gizi Tumbuh kembang bayi lebih terjamin Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal

3. Manfaat Untuk Keluarga:


Meningkatkan kesejahteraan keluarga Harmonisasi keluarga lebih terjaga

2.2 Kelemahan 1. Pemahaman masyarakat dari segi religi KB termasuk masalah yang kontroversional sehingga tidak ditemukan bahasannya oleh imam-imam madzhab. Secara umum, hingga kini di kalangan umat Islam masih ada dua kubu antara yang membolehkan KB dan yang menolak KB. Ada beberapa alasan dari para ulama yang memperbolehkan KB, diantaranya dari segi kesehatan ibu dan ekonomi keluarga. Selain itu, program KB juga didukung oleh pemerintah. Sebagaimana diketahui, sejak 1970, program Keluarga Berencana (KB) Nasional telah meletakkan dasar-dasar mengenai pentingnya perencanaan dalam keluarga. Intinya, tentu saja untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang berkaitan dengan masalah dan beban keluarga jika kelak memiliki anak. Di lain pihak, beberapa ulama berpendapat bahwa KB itu haram 2. Persepsi Banyak anak banyak rezeki Keuntungan finansial(materi) dan kebahagiaan yang diperoleh oleh orang tua apabilamempunyai anak, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan dalammembesarkan anak. Jika jumlah anak dalam keluarga itu besar, makabiaya dan waktu alokasi untuk anak akan besar pula dan hal tersebutdapat membebani orang tuanya.
6

3. Ancaman baby booming Ledakan penduduk [baby booming) masih menjadi ancaman Indonesia di masa mendatang. Ini mengingat jumlah penduduk Indonesia setiap tahun masih bertambah sekitar 3,2 juta-3,5 juta per tahunnya.

2.3 Peluang Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak keuntungan. Salah satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan. Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr Sugiri Syarif, Keluarga Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, Perencanaan ini harus dimiliki oleh setiap keluarga termasuk calon pengantin. Dan setiap individu harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang kesehatan reproduksi seperti misalnya kapan usia ideal untuk melahirkan, berapa jumlah anak, dan jarak kelahiran yang ideal, bagaimana perawatan kehamilan, serta tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Pengetahuan mengurangi risiko langsung maupun tidak langsung dari risiko kematian maternal, kata Sugiri Syarief, pada Raker Koresponden se Indonesia Harian Umum Pelita, di Jakarta, kemarin. Selain pengetahuan, tambahnya, pasangan suami istri harus memiliki akses seluas-luasnya terhadap pelayanan kontrasepsi yang berkualitas. Sehingga mudah merencanakan kehamilan seperti yang diinginkan dan menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Dengan demikian, program KB menjadi salah satu program pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak. Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata, salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV. Meskipun penggunaan alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping dan risiko yang kadang-kadang merugikan kesehatan, namun demikian benefit penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut akan lebih besar dibanding tidak menggunakan kontrasepsi yang memberikan risiko kesakitan dan kematian maternal. Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih balk dengan merencanakan proses reproduksinya.

Program KB, bisa meningkatkan pria untuk ikut bertanggung jawab dalam kesehatan reproduksi mereka dan keluarganya. Ini merupakan keuntungan seseorang mengikuti program KB.

2.4 Tantangan Kendala pelaksanaan program KB-KR (Keluarga Berencana -Kesehatan Reproduksi), antara lain masih adanya pemahaman tentang KB yang sempit, baik di kalangan masyarakat maupun para tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Demikian pula pelayanan kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan IUD yang masih dianggap tabu karena harus membuka aurat. Selain itu, masih ada persepsi bahwa kematian ibu melahirkan adalah mati sahid dan banyak anak akan membawa rezeki. Kendala lainnya, masih adanya anggapan atau pengetahuan dari para tokoh agama bahwa KB hanya untuk membatasi jumlah anak atau kelahiran saja, dan belum memahami manfaat KB dalam kesehatan.

BAB III KESIMPULAN & REKOMENDASI 3.1 Kesimpulan Penduduk telah menyadari pentingnya pembatasan jumlah anak demi peningkatan kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, Indonesia masih memerlukan program KB, tetapi dengan orientasi berbeda. Targetnya bukan lagi menurunkan angka kelahiran, melainkan meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat dalam pengaturan kelahiran. Termasuk menyediakan beragam alat kontrasepsi serta membuat masyarakat paham akan alat kontrasepsi yang mereka pilih. Selain itu, program KB juga tetap berusaha agar alat dan pelayanan kontrasepsi mudah didapatkan masyarakat dengan harga yang terjangkau, termasuk mereka dalam kelompok miskin. Program KB perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Bila tidak, penduduk akan kecewa. Kompetisi nasional, bahkan global telah memaksa mereka untuk mempunyai anak dalam jumlah yang kecil. Dan kalau perlu tidak punya anak sama sekali. Jika alat dan pelayanan kontrasepsi tidak tersedia dengan baik, terjangkau, dan berkualitas tinggi, rakyat di era demokrasi ini dapat marah. Kemarahan rakyat ini dapat berdampak besar, seperti kalau mereka tidak dapat membeli beras dengan harga murah!

3.2 Rekomendasi Revitalisasi Program KB di Indonesia Program KB Perlu Paradigma Baru Kesuksesan KB di Indonesia Harus Menjadi Acuan

Referensi http://www.bkkbn.go.id/ http://posyandu.org/ http://belibis-a17.com/2008/09/07/kontrasepsi-jangka-panjang/ http://www.lusa.web.id/program-kb-di-indonesia/ http://www.puskel.com/3-manfaat-utama-program-keluarga-berencana/

You might also like