You are on page 1of 11

BAB I ARTIKEL Potensi Pasir Besi di Banten

(http://pertambangan-geologi.blogspot.com/2011/03/potensi-pasir-besi-di-banten.html)

Perkembangan industri yang cukup pesat di Indonesia selama 5 tahun belakangan ini menuntut tersedianya bahan baku industri yang cukup besar. Salah satu industri yang cukup berkembang pesat di Indonesia adalah industri besi dan baja. Peningkatan jumlah industri di bidang besi dan baja ini dikaitkan dengan semakin dibutuhkannya besi dan baja untuk keperluan kontruksi yang akhir-akhir ini terus berkembang. Peningkatan pembangunan di bidang konstruksi yang cukup pesat di Indonesia inilah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kebutuhan besi dan baja untuk industri. Selain untuk kepentingan kontruksi, besi dan baja juga mulai banyak dibutuhkan di industri transportasi dan juga industri rumah tangga. Untuk mencukupi kebutuhan besi dan baja nasional saat ini lebih banyak dipenuhi dengan melakukan import bahan baku mentah berupa pellet besi dari Australia atau negara lain penghasil bahan baku tersebut seperti Cina atau Kanada. Selain dengan melakukan impor pellet besi industri dalam negeri juga memanfaatkan besi bekas utuk dilebur kembali.

Gambar 1 Peta Lokasi Penyelidikan Potensi Bijih Besi Provinsi Banten

Di Indonesia, endapan bijih besi dalam bentuk pasir besi diperkirakan berjumlah 83 juta ton dengan kadar sekitar 38-59 % Fe. Pasir besi ini diketemukan di pantai selatan Pulau Jawa. Kebutuhan akan besi dari tahun ke tahun makin meningkat. Pada saat ini kebutuhan besi baja di Indonesia mencapai sekitar sembilan juta ton pertahun. Bahan baku bijih besi berbentuk pellet yang digunakan untuk pembuatan besi baja tersebut saat ini masih diimpor. Indonesia sebagai negara yang mempunyai cadangan bijih besi yang melimpah, harus dapat memanfaatkan kekayaan alam yang ada sebaik mungkin. Di satu sisi Indonesia memiliki potensi bahan baku baja tersebut berupa pasir besi maupun bijih besi. Pasir besi ini banyak dijumpai di sepanjang pesisir pantai jawa bagian selatan. Direktorat Geologi pada dekade tahun 80 an telah melakukan penyelidikan pasir besi disepanjang pantai selatan Jawa mulai dari Sukabumi hingga daerah Jawa Tengah. PT. Aneka Tambang telah melakukan penambangan pasir besi di daerah Cilacap Jawa Tengah. Hanya sayang penyelidikan potensi pasir besi belum dilakukan oleh Direktorat Geologi di wilayah Banten masa itu. Endapan bijih besi juga dijumpai di Indonesia diantaranya di daerah Rajabasa Lampung, di Wilayah Banten bijih besi belum ditemukan hanya dari data lama terdapat indikasi bijih besi di wilayah Banten yang perlu diselidiki lebih lanjut. Besi itu sendiri merupakan logam yang sangat melimpah di alam, karena semua jenis batuan mengandung besi dengan kadar rata-rata 5,6 %, kelimpahannya menempati urutan ke empat dari seluruh elemen penyusun batuan, dan nomor dua setelah alumunium dari logam yang ada di bumi ini. Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokan menjadi tiga jenis. Pertama endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal, kedua endapan besi laterit terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk karena proses rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika. Berdasarkan data geologi regional Provinsi Banten, potensi pasir besi ini hanya dapat dijumpai di wilayah pesisir selatan Banten, untuk kesempatan ini pemetaan potensi pasir besi ini akan lebih difokuskan di Kabupaten Pandeglang.

Secara geologi keterdapatan pasir besi di wilayah tersebut yaitu pada endapan alluvium dan endapan undak sungai yang terdiri atas pasir berbutir sedang sampai kasar, dengan sisipan lapisan lempung. Untuk itu pemerintah daerah melakukan penyelidikan pasir besi di wilayah pesisir selatan Kabupaten Pandeglang, yaitu sekitar wilayah Kecamatan Cikeusik dan Kecamatan Cimanggu. Berdasarkan hasil penyelidikan prospek pasir besi di wilayah pesisir selatan Kabupaten Pandeglang, yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Banten maka temuannya adalah :

Gambar 2 Pemetaan Geologi Permukaan

1. Endapan pasir besi di pantai Cikeusik dan Rancecet merupakan bagian dari endapan Aluvial dataran pantai selatan Pandeglang, yang berasal dari rombakan batuan gunung api Tersier di Pegunungan Honje. Tebal endapan pasir besi sekitar 5 meter dan maksimum 7 m. Selain di dataran pantai, diperkirakan potensi endapan pasir besi juga terdapat di dasar laut, yang berhadapan dengan garis pantai. 2. Hasil rekontruksi volume pasir besi yang ada di wilayah Cikeusik memiliki luas sebaran sekitar 12 hektar dengan volume sebesar 10,8 x 104 ton x 60% = 6,48 x 104 ton (64.800 ton) total besi. Apabila kemampuan menambang penambang rakyat adalah 10 ton/hari dan satu tahun dihitung 350 hari kerja (14 hari libur), maka penambangan endapan pasir besi tersebut dapat berlangsung selama: 64.800 ton: (10 x 350) ton/tahun = 0,185 tahun. Kegiatan penambangan saat ini telah berhenti dan yang diperlukan adalah Reklamasi lahan bekas tambang agar estetika

lingkungan kembali pulih dan gangguan terhadap kesehatan masayarakat tidak terjadi.

Gambar 3 Singkapan Pasir Besi di Kp. Rancecet 3. Sedangkan yang memiliki prospek tambang pasir besi meliputi dataran pantai Rancecet, Kecamatan Cimanggu seluas 80 Hektar. Apabila endapan pasir besi yang akan ditambang setebal 5 m dihitung dari muka tanah maka volume cadangan hipotetisnya sebesar 90 x 104 ton (900.000 ton), yang dapat menghasilkan 36 x 104 m3 (360.000 ton) total besi. Cadangan pasir besi itu dapat ditambang oleh penambang rakyat selama 10 tahun.

Gambar 4 Singkapan Pasir Besi yang telah Kompak 4. Agar penambangan pasir besi tidak merusak lingkungan, pengelolaan paska tambang harus dilaksanakan secara cermat, mulai dari reklamasi, reboisasi sampai dengan tata guna lahan yang lain dengan memperhatikan peraturan perundang-

undangan yang berlaku di pemerintahan pusat, Provnsi maupun Kabupaten Pandeglang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka memberikan izin kegiatan penambangan pasir besi di wilayah pesisir selatan Pandeglang, diantaranya adalah: 1. Secara fisik, kegiatan penambangan pasir besi di pesisir merupakan upaya teknologi yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan material bangunan, dengan merubah suatu lingkungan bentang alam pesisir pantai yang sudah pasti menimbulkan dampak negatif terhadap tipologi ekosistem eustuaria, mangrove, terumbu karang dan biodiversitas laut. Dampak penambangan pasir besi pasti menimbulkan masalah lingkungan yang jauh lebih besar dan luas dibandingkan dengan profit jangka pendek yang diperoleh pemerintah daerah. 2. Pulau Jawa bagian selatan yang berbatasan langsung dengan samudera Indonesia adalah posisi yang sangat rawan bencana alam tsunami seperti yang pernah terjadi di Banyuwangi dan Pangadaran dan kita ketahui bahwa sebaran pasir besi di Kabupaten Padeglang pada umumnya memiliki bentang alam gumuk pantai yang salah satunya berfungsi sebagai penahan gelombang laut yang cukup efektif. 3. Yang perlu diperhatikan juga adalah apabila wilayah pesisir memiliki bentang alam gumuk pasir, maka berdasarkan PP. No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW nasional termasuk kawasan lindung geologi. Oleh karena dampak ekologisnya sangat rawan, maka harus dilakukan kajian yang mendalam, tidak hanya pada aspek sosial ekonomi saja, tetapi perlu dan wajib dilakukan kajian sosial ekonomi masyarakat nelayan serta kajian dari sudut ekologi yang holistik. 4. Untuk penambangan sekala kecil dan menengah, disarankan dilakukan pada back dune (gunuk pasir di belakang garis pesisir) dan dilakukan pada endapan di atas permukaan laut dari pada menambang endapan yang berada di bawah permukaan laut, dengan pertimbangan factor-faktoe teknis dan lingkungan.

5. Produk yang dijual hendaknya berupa konsentrat dari pada hanya sebagai crude sand, dengan pertimbangan aspek-aspek lain, seperti mengurangi beban transportasi yang pada akhirnya akan merusak jalan yang dilalui, serta embuka lebih banyak peluang untuk tenaga kerja dengan dibukanya proses pengolahan di tempat dan terbukanya industry bahan penunjang seperti pertanian dan perikanan.

BAB II PEMBAHASAN
Bijih Besi merupakan salah satu unsur penting yang dapat dan biasa dimanfaatkan manusia atau ditambang untuk kebutuhan perkembangan industri pembuatan logam-logam besi dan baja. Pada bijih besi biasanya mengandung mineral-mineral logam yang dapat berupa magnetit, hematit, limonite, siderit, pyrite, pyrhotit, marcasite dan chamosite. Keterdapatan unsur besi memeliki genesa dan endapan yang bermacammacam dan beberapa ada yang bersifat ekonomis, adapun beberapa genesa dari keterdapatan unsur besi : 1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite 2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite 3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite 4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite 5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetite dan Limonite 6. Oksidasi: Limonite dan Hematite 7. Letusan Gunung Api Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit merupakan mineral yang memiliki kandungan Fe paling tinggi namun keterdapatannya sangat kecil atau jarang. Sedangkan hematit merupakan mineral bijih besi utama yang diperlukan dalam industri besi. Adapun penjelasan mengenai genesa keterdapatan bijih besi atau mineralmineral yang mengandung logam besi : Besi primer ( ore deposits ) Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi,

alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya. Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih. Besi sekunder ( endapan placer ) Mekanisme endapan mineral besi dibentuk ini oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer Pada kondisi kasus artikel di atas maka dapat di terangkan bahwa keterdapatan endapan bijih besi tersebut merupakan akibat proses

sedimentasi/placer dimana bijih-bijih besi berasal dari mineral-mineral besi yang telah terbentuk sebelumnya baik akibat proses tektonisme yang diikuti oleh proses magmatisme ataupun proses presipitasi mineral yang di kontrol ole kondisi kimia permukaan dan lingkungan diagenesisnya yang kemudian tertransport dan terendapakan sesuai dengan proses sedimentasi pada umumnya. Dari berbagai macam tipe sedimentasi/placer sedimen besi pada tempat ini termasuk dalam kategori tipe sedimentasi yang jenisnya placer sungai atau alluvial karena dilihat dari keterdapatan endapan-endapan mineral-mineral besi berada pada endapan alluvium atau soil dan juga pada endapan sungai yang memiliki butiran yang sedang sampai kasar dan beasosiasi dengan sisipan lapisan material-material lempung. Selain tipe sedimentasi placer sungai atau aluvial juga terdapat sedimentasi dengan tipe placer pantai karena endapan bijih-bijih besi juga

terdapat di sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambahnya besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.

BAB III KESIMPULAN


Berdasarkan artikel dan pembahasan studi kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Provinsi Banten tepatnya di Kabupaten Pandeglang memiliki potensi bijih besi yang dapat dimanfaatkan untuk ditambang untuk keperluan industri logam besi. 2. Genesa keterdapatan material-material logam terutama besi antara lain : a. Besi primer ( ore deposits ) b. Besi sekunder ( endapan placer ) 3. Pada lokasi pelaksanaan studi kasus genesa dari keterdapatan bijih besi tersebut adalah sedimen / placer sungai atau alluvial dan sedimen / placer pantai.

10

DAFTAR PUSTAKA
http://pertambangan-geologi.blogspot.com/2011/03/potensi-pasir-besi-dibanten.html (diakses pada 31 Septermber 2011 pukul 23.30) Tim Assisten Praktikum Petrologi. Panduan praktikum Petrologi 2011. Laboratorium Mineralogi, Petrologi Dan Petrografi Universitas

Diponegoro : Semarang

11

You might also like