You are on page 1of 44

BERKENALAN DENGANPENDIDIKAN IPA SEKOLAH DASAR I A.

TUJUAN Setelah mengkaji materi pada bagian I ini mahasiswa mampu: Mendeskripsikan kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran IPA di SD pada umumnya. Mendeskripsikan pentingnya pembelajaran IPA dilaksanakan sejak dinibagi siswa. Mendeskripsikan dimensi dan ruang lingkup pendidkan IPA menurut kajian para akhli dan kurikulum. Mengidentifikasi keterkaitan antar dimensi/ruang lingkup pendidikan IPA yang dikemukakan oleh para akhli dan kurikulum. Mengidentifikasi ciri-ciri pembelajaran IPA yang efektif serta persaratankompetensi profesional yang harus dimiliki guru untuk mencapai hal itu. B. KAJIAN MATERI 1. Pendahuluan B agaimana pengertian Anda tentang belajar, mengajar, dan mendidik?Adakah perbedaan antara pembelajaran, pengajaran, danpendidikan? Setujukah jika pendidikan dimaknai sebagai proses mereproduksiserta mengelaborasi sistim nilai dan budaya ke arah yang lebih baik, antara laindalam hal pembentukan wawasan, keyakinan ( belieft) , kepribadian, keterampilandan kematangan intelektual peserta didik. Bagaimana pula pandangan Andabahwa dalam lembaga formal proses reproduksi sistim nilai dan budaya inidilakukan terutama dengan mediasi proses belajar mengajar sejumlah matapelajaran dalam kelas. Jika Anda mendukung gagasan-gagasan tersebut,bagaimana Anda menjelaskan bahwa salah satu mata pelajaran yang turutberperan penting dalam mendidikkan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiahsejak dini bagi anak adalah mata pelajaran IPA? Sekedar untuk mengungkapulang hasil belajar Anda pada beberapa mata kuliah terdahulu, jawablah1 pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setelah itu, untuk mengkritisi jawaban Andasendiri, simaklah paparan berikut.Sejatinya, melalui pembelajaran dan pengembangan potensi diri padapembelajaran IPA siswa akan memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dansikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadapfenomena dan perubahanperubahan di lingkungan sekitar dirinya, disampingmemenuhi keperluan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Pembelajaran dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu kuncikeberhasilan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasukidunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi. Meskipundemikian, pencermatan terhadap realitas di lapangan; pada mayoritas waktu dantempat, pembelajaran IPA di sekolah dasar masih menunjukkan sejumlahkelemahan.Salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada mayoritas SD selama iniadalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada penguasaan sejumlahfakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang comprehensive . Keseluruhan tujuan dan karakteristik berkenaan denganpendidikan IPA SD -sebagaimana tertuang dalam kurikulum- pada kegiatanpembelajaran secara umum telah direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang kemudian menjadi bahan hapalan bagi siswa. Tidak jarangpembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam bentuk latihan-latihan penyelesaiansoalsoal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasihasil belajar sebagai ukuran utama prestasi siswa dan kesuksesan guru dalammengelola pembelajaran. Pembelajaran IPA yang demikian jelas lebihmenekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan padapenguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau keterampilan proses

IPA. Olehkarena target seperti itu maka guru tidak terlalu terdorong untuk menghadirkanfenomena-fenomena alam betapa pun melalui alat peraga sederhana ke dalampembelajaran IPA.

Kondisi objektif bermasalah lainnya di lapangan saat ini adalah bahwamateri penilaian hasil belajar untuk mata pelajaran IPA -dengan pelaksanaan yangdikordinasikan oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota- masih didominasi danberfokus pada penilaian hasil belajar ranah kognitif melalui tes. Oleh karena itu,penilaian tersebut tidak pernah mengukur sejauh mana kinerja, karya, dan sikapsiswa dalam kegiatan praktikum atau proses inkuiri IPA di SD itu telah berjalandengan benar, melainkan yang diukur dan dievaluasi itu adalah sejauh mana siswaSD menguasai (mengetahui) sejumlah konsep-konsep IPA yang terdapat dalambuku ajar. Tidak jadi soal dengan cara apa siswa memperoleh pengetahuan danpenguasaan konsep-konsep tersebut. Dengan bersandar pada alasan ini lah paraguru di SD pada umumnya "cenderung enggan" menyelenggarakan pembelajaranIPA yang lebih menuntut siswa terlibat dalam berbagai kegiatan praktikum dan jenis kegiatan inkuiri lainnya sekurang-kurangnya melalui metode demonstrasi,karena hal demikian dipandang kurang efektif untuk meningkatkan penguasaansiswa terhadap konsep-konsep dalam IPA.Dengan mencermati karakteristik soal-soal ujian (Tes Formatif dan TesSumatif (EHB dan EBTA/ EBTANAS) -khususnya untuk Mata Pelajaran IPASD- yang hanya mengukur hasil belajar siswa pada ranah kognitif belaka; makanilai IPA siswa pada raport dan STTB -hingga kahir tahun 2004- pada umumnyabelum menjadi indikator yang representatif dan sahih bagi hasil belajar yangkomprehensif (meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif); serta tidak begiturelevan dengan karakteristik pendidikan IPA. Namun demikian, tidak lah sertamerta aspek kognitif siswa pada pembelajaran IPA di SD menjadi tidak penting,karena penguasaan konsep-konsep IPA pun berperan memberikan kemampuandasar akademis bagi siswa untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yanglebih tinggi. Hanya saja persoalannya menjadi tidak benar apabila demi mencapainilai EHB dan EBTA/EBTANAS yang tinggi belaka, kemudian pembelajaran IPAdireduksi menjadi sekedar pemindahan/penuangan pengetahuan IPA dari benak guru ke otak anak; dan dengan sadar mengabaikan tuntutan ideal kurikulum danhakikat pendidikan IPA sebagai proses, produk, dan sikap (nilai)

Kondisi pembelajaran IPA di SD selama ini telah mendorong para pakarmelakukan studi reflektif dan evaluatif terhadap isi ( content ), pelaksanaan, danhasil keluaran dari kurikulum pendidikan dasar dan menengah (khususnya IPA)hingga periode Kurikulum Tahun 1994 memberikan temuan sejumlah kelemahanyang berujung dengan kesimpulan perlunya penyempurnaan kurikulum sesuaidengan tuntutan masyarakat yang cenderung berubah, perkembangan ilmu danteknologi, kebutuhan daerah dalam konteks kesatuan bangsa, dan upaya memban-gun bangsa agar menjadi negara maju, mandiri, berwibawa dan kompetitif dalampercaturan pasar bebas dan global internasional. Hal demikian mendesak untuk dipenuhi karena bagaimana pun operasionalisasi kurikulum harus berhadapandengan berbagai kendala, tuntutan dan kondisi objektif di lapangan (Eddy,1996:20; Dahar,1985:292 dan 1992:32).Sehubungan dengan temuan itu upaya pengembangan kurikulum mutakhir(Kurikulum tahun 2004 dan disempurnakan menjadi kurikulum 2006) yang ber-alih dari kurikulum berbasis isi atau materi ( content-based curriculum ) ke kuriku-lum berbasis kemampuan ( competency-based curriculum ) dimana terdapat ke-seimbangan peningkatan kemampuan konseptual dan kemampuan prosedural me-rupakan langkah maju Departemen Pendidikan Nasional dalam mengantisipasikecenderungan pembelajaran IPA selama ini. Kurikulum ini selama proses penyusunan awalnya sejak tahun 2000/2001 populer dengan nama KBK. Akronim dariKurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas, 2001:6).Ada kesan serius dalam penyusunan kurikulum 2004 atau kurikulum 2006ini. Selain melakukan uji coba di beberapa sekolah yang dijadikan sebagai pilot project , pemerintah melalui Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas juga BSPNmenerbitkan buku-buku pelayanan profesional yang terkait langsung dengan pen-erapan kurikulum di lapangan. Misalnya cara pengelolaan kurikulum di sekolah,cara dan contoh pengembangan silabus, pedoman penilaian berbasis kelas, danrambu-rambu pembelajaran efektif. Hal-hal tersebut juga

harus dikuasai oleh paraguru dan mahassiswa calon guru. Denganl demikian sangat jelas pentingnya pem-belajaran termasuk IPA di SD dilaksanakan secara profesional 2. Mengapa Anak SD Harus Belajar IPA ? Mengapa harus disusun kurikulum pembelajaran IPA bagi anak SD?Mengapa di SD anak-anak harus belajar IPA? Mengapa mereka harus belajarkonsep-konsep listrik, magnet, fotosintesis, atau dasar-dasar antariksa nun jauh disana. Mengapa mereka harus belajar mengobservasi, mencatat data, melaporkandata, bahkan melakukan penyelidikan? Akan kah mereka semua dijadikan ataubahkan digiring menjadi ahli IPA? Untuk membantu Anda menjawabpertanyaan ini, pertama-tama cermatilah apa yang ditulis Bobbi dePorter & MikeHernacki berikut dalam Quatum Learning (1992:22) ."Kita semua dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan.Dan kita semua memiliki peralatan yang memadai untuk memuaskannya.Pernahkah Anda memperhatikan seorang bayi yang meneliti dengan saksamasebuah mainan baru? Ia meraih mainan tersebut dan memasukkanya ke dalammulut untuk mengetahui rasanya. Ia menggoyang-kannya, mengangkatnya, danmemutarkannya perlahan-lahan sehingga ia bisa melihat bagaimana setiap sisinyaterkena cahaya. Ia menempelkannya di telinga, menjatuhkannya ke lantai danmengambilnya kembali, membongkar bagian-bagiannya dan menyelidikinya satudemi satu.Proses penelitian yang dilakukan anak seperti demikian, kini, disebutbelajar secara menyeluruh ( global learning ). Global Learning merupakan caraefektif dan alamiah bagi seseorang untuk belajar. Dari sini diketahui bahwa otak seorang anak hingga usia enam atau tujuh tahun adalah seperti spons, menyerapberbagai fakta, sifat-sifat fisis, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan carayang menyenangkan dan bebas stres. Proses ini juga didukung dengan faktor-faktor umpan balik positif dan rangsangan dari lingkungan, sehingga Anda telahmenciptakan kondisi yang sempurna bagi anak Anda untuk belajar apa saja".Inilah potensi scientist dalam diri anak, salah satu anugerah terbesar dari Tuhanbagi manusia yang sekaligus membedakannya dari makhluk lainnya. Karenabegitu besarnya potensi ini terdapat dalam diri anak maka Herbert Zim dengan tegas menyatakan, Young children are more scientists then they are anythingelse . (Holt, 1991:1-6).Potensi scientist dibawa serta oleh anak dalam serangkaian kegiatansehari-hari, berhadapan dengan dunia IPA yang sederhana sampai yangmembutuhkan pemikiran kompleks. Anak secara intrinsik terdorong inginmengerti dan menelusuri apa saja, termasuk yang berkaitan dengan IPA. Anak ingin mengerti mengapa benda-benda bergerak, mengapa tumbuhan dan hewanberagam, mengapa matahari hanya nampak pada siang hari, mengapa jika iaberlari pada saat rembulan muncul rembulan tersebut selalu mengikutinya. Danmasih banyak lagi fenomena-fenomena alam lainnya yang mengusik rasa ingintahunya. Ada-lah tugas utama pendidikan (melalui kolaborasi gurusiswa) untuk mengembangkan potensi saintis siswa secara optimal sejak dini melalui prosespembelajaran IPA yang dikelola secara profesional.Selain itu, dalam konteks era globalisasi dan informasi - dengan tuntutanketerampilan hidup ( life sklill) yang semakin tinggi dan kompleks pembelajaranIPA di SD merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan,keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di sekelilingnya. Para pakar IPAsepakat bahwa dengan melibatkan siswa ke dalam kegiatan IPA sejak dini akanmenghasilkan generasi dewasa yang melek sains yang dapat menghadapitantangan hidup dalam dunia yang makin kompetitif, sehingga mereka mamputurut serta memilih dan mengolah informasi untuk digunakan dalam mengambilkeputusan. (Depdiknas, 2001:6; Rutherford, F.J. & Ahlgren,A.,1990; Susan,etal.,1990:2/31; Yager, 1993:4; Connor, 1990:6/7; Carin & Sund,1989:16).Tepat apa yang dinyatakan oleh Roth, W.F.

et al. (1993:127) bahwa Animportant task of science educators is to help students develop the thinking skillsof scientists. Tugas penting guru IPA dalam membantu siswa mengembangkanketerampilan berpikir saintis ini dapat dituangkan dalam pembelajaran IPA bagianak melalui penyediaan konteks yang autentik yang melibatkan benda-benda,peristiwa, istilah dan pengertian IPA. 3. Pengertian dan Dimensi Umum Pendidikan IPA Cara pandang guru terhadap hakikat (esensi dan karakteristik) pendidikanIPA akan sangat mempengaruhi profil pembelajaran IPA yang diselenggarakanguru bersama siswa. Oleh karenanya pemahaman yang benar tentang karakteristik pendidikan IPA mutlak diperlukan guru. Karakteristik tersebut sekurang-kurangnya meliputi pengertian dan dimensi (ruang lingkup) pendidikan IPA.IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alamsemesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (1994) dijelaskan penger-tian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan, dankonsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalamanmelalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pen-gujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikansebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.Menurut Hendro dan Jenny (1993:3) ucapan Einstein: Science is theatempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logically uniform system of thought , mempertegas bahwa IPA merupakan suatu ben-tuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikiryang logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.Untuk membahas hakikat IPA, ada beberapa hal yang perlu diperhatikansebagaimana dikemukakan oleh Hardy & Fleer (1996:15-16) sehingga memung-kinkan para guru memahami IPA dalam perspektif yang lebih luas. Menurutmereka, sekurang-kurangnya ada 7 ruang lingkup pemahaman IPA sebagaimanaberikut. a. IPA sebagai kumpulan pengetahuan IPA sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagaikonsep IPA yang sangat luas. IPA dipertimbangakan sebagai akumulasi berbagaipengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuanpengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dangeneralisasi yang menjelaskan alam

b. IPA sebagai suatu proses penelusuran (investigation) IPA sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatupandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang berhu-bungan erat dengankegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Dalam kategori ini IPA dipandangsebagai sesuatu yang memiliki disi-plin yang ketat, objektif, dan suatu prosesyang bebas nilai. c. IPA sebagai kumpulan nilai IPA sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan pene-kanan IPAsebagai proses. Bagaimanapun juga, pandangan ini mene-kankan pada aspek nilaiilmiah yang melekat pada IPA. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasaingin tahu, dan keterbukaan. d. IPA sebagai cara untuk mengenal dunia Proses IPA dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupandan dunia di sekitarnya. IPA dipertimbangkan sebagai suatu cara di mana manusiamengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka, selain jugamerupakan salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segalaketerbatasannya. e. IPA sebagai institusi sosial Ini berarti bahwa IPA seharusnya dipandang dalam penegrtian sebagaikumpulan para profesional, yang melalui IPA mereka didanai, dilatih dan diberipenghargaan akan hasil karya. Para ilmuwan ini sangat terikat dengankepentingan institusi, pemerintah, politik, bahkan militer. f. IPA sebagai hasil konstruksi manusia Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa IPA sebenarnyamerupakan penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semestaalam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran. Halpokok dalam pandangan ini adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia.Oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan IPA memiliki sifat bias dansementara. g. IPA sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari

Orang menyadari bahwa apa yang dipakai dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sangat dipengaruhi oleh IPA. Bukan saja pemakaianberbagai jenis produk teknologi sebagai hasil investigasi dan pengetahuan, me-lainkan pula cara bagaimana orang berpikir mengenai situasi sehari-hari sangatkuat dipengaruhi oleh pendekatan ilmiah ( scientific approach ).Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai paparan para pakar tentangruang lingkup IPA sebagaimana dilakukan oleh T. Sarkim (1998) maka hakikatpendidikan IPA dapat dikategorikan kedalam tiga dimensi yaitu: Dimensi Produk,Dimensi Proses, dan dimensi sikap. Dimensi produk meliputi konsep-konsep,prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam IPA yang merupakan ha-sil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama den-gan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA (konsep, prinsip,hokum dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasar-kan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan penyelidikan.Fakta adalah fenomena alam yang berhasil diobservasi tetapi masih me-mungkinkan adanya perbedaan persepsi di antara pengamat (pelaku observasi).Fakta yang dipersepsi sama oleh setiap observer disebut data. Bertumpu pada sekumpulan data yang sahih itulah suatu fenomena alam diabstraksikan ke dalambentuk konsep. Secara sederhana ada tiga jenis konsep: konsep teramati, konsepterdefinisi, dan konsep menyatakan hubungan. Kursi dan ruang kelas adalah con-toh konsep teramati. Kita dapat memahaminya semata-mata dengan menyaksikanbentuk konkritnya, dan bukan mendefinisikannya. Energi, medan, suhu adalahcontoh konsep terdefinisi. Sedangkan rumusrumus dan kalimat matematikaadalah contoh konsep menyatakan hubungan. Carin & Sund (1989:4) mengajukantiga kriteria bagi suatu produk IPA yang benar. Ketiga kriteria tersebut adalah: (1)mampu menjelaskan fenomena yang telah diamati atau telah terjadi; (2) mampumemprediksi peristiwa yang akan terjadi; (3) mampu diuji dengan eksperimensejenis.

Dimensi proses, yaitu metode memperoleh pengetahuan, yang disebutdengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA sekarang merupakan gabunganantara metode induksi dan metode deduksi. Metode gabungan ini merupakankegiatan beranting antara deduksi dan induksi, dimana seorang peneliti mula-mulamenggunakan metode induksi dalam menguhubungkan pengamatan denganhipotesis. Kemudian, secara deduksi hipotesis ini dihubungkan denganpengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelahmelewati berbagai perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diujimelalui serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah dalamproses IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan dalam enamlangkah: (1) sadar akan adanya masalah dan merumusan masalah; (2) pengamatandan pengumpulan data yang relevan; (3) pengklasifikasian data; (4) perumusanhipotesis; (5) pengujian hipotesis; dan (6) melakukan generalisasi.Pada tahap-tahap tersebut terdapat aktivitas-aktivitas yang secara umumbiasa dilakukan oleh para peneliti, yang dikenal dengan keterampilan proses,yaitu: melakukan observasi, mengukur, memprediksi, mengklasifikasi,membandingkan, menyimpulkan, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen,menganalisis data, dan mengkomu-nikasikan hasil penelitian. Dalam pengajaranIPA, aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Adatidaknya aspek proses ini sangat bergantung pada guru.Dimensi sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilainilai yangharus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari ataumengembangkan pengetahuan baru. Sikap dapat diklasifikasi ke dalam duakelompok besar. Pertama, seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantuproses pemecahan masalah; dan kedua, seperangkat sikap tertentu yang meru-pakan cara memandang dunia serta berguna bagi pengembangan karir di masayang akan datang (T. Sarkim, 1998:134). Termasuk ke dalam kelompok pertama,antara lain adalah:a. kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan;b. kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi/pandangan lain;10

c. kemauan melakukan eksperimen atau kegiatan pengujian lainnya secaraberhati-hati; dand. menyadari adanya keterbatasan dalam penemuan keilmuan.Sedangkan sikap-sikap yang termasuk kelompok kedua adalah:a. rasa ingin tahu terhadap dunia fisik/biologis dan cara kerjanya;b. pengakuan bahwa IPA dapat membantu pemecahan masalah-masalah indi-vidual dan global;c. memiliki rasa antusias untuk menguasi pengetahuan dan metode ilmiah;d. pengakuan

pentingnya pemahaman keilmuan dalam masa kini;e. mengakui IPA merupakan hasil dan kebutuhan aktivitas manusia;Wynne Harlen (1987) dalam Teaching and Learning Premary Science semenjelaskan sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini padasiswa sekolah dasar. Pengembangan sikap ilmiah ini bukan melalui ceramahmelainkan dengan memunculkannya ketika siswa terlibat dalam kegiatanpemecahan masalah. Kesembilan sikap tersebut adalah:a. sikap ingin tahu ( curiousity )b. sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru ( originality )c. sikap kerja sama (cooperation )d. sikap tidak putus asa ( perseverance )e. sikap terbuka untuk menerima ( open-mindedness )f. sikap mawas diri ( self critism )g. sikap bertanggung jawab ( responsibility )h. sikap berpikir bebas ( independence in thinking )i. sikap kedisiplinan diri ( self discipline )Dari keseluruhan uraian tentang hakikat IPA di atas, kiranya cukup jelasbahwa pendidikan IPA bukan sekedar berisi rumus-rumus dan teori-teorimelainkan suatu proses dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsepilmiah tentang alam semesta.

4. IPA dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK tahun 2004 dan KTSP,Kurikulum Tingakat Satuan Pendidikan tahun 2006), pendidikan sains (IPA) disekolah dasar (SD) secara eksplisit berupa mata pelajaran mulai diajarkan pada jenjang kelas tinggi. Sedangkan di kelas rendah pembelajaran IPA ini terintegrasibersama mata pelajaran lainnya, terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesiamelalui model pembelajaran tematis. Dalam KTSP ditegaskan pengertian Sains(IPA) sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanyakumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsipsaja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di SekolahDasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) diharapkan dapat menjadi wahana bagisiswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman belajar secaralangsung. Dalam pembelajaran tersebut siswa difasilitasi untuk mengembangkansejumlah keterampilan proses (keterampilan atau kerja ilmiah) dan sikap ilmiahdalam memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dirinya dan alam sekitar. Ket-erampilan proses ini meliputi: keterampilan mengamati dengan seluruh indera;keterampilan menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

memper-timbangkan keselamatan kerja; mengajukan pertanyaan; menggolongkan data;menafsirkan data; mengkomunikasikan hasil temuan secara beragam, serta meng-gali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasanatau memecahkan masalah sehari-hari. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA harusdirancang dan dilaksanakan sebagai cara mencari tahu dan cara mengerja-kan/melakukan yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam secaramendalam (Depdiknas, 2004:3). Fungsi dan Tujuan Pendidikan IPA Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dijelaskan bahwa mata pelajaranIPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berfungsi untuk menguasai konsep dan manfaat IPA dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta bertujuan: (1) Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari; (2) Menanamkan rasaingin tahu dan sikap positip terhadap sains dan teknologi; (3) Mengembangkanketerampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah danmembuat keputusan; (4) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikanlingkungan alam; (5) Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yangsaling mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat; dan (6)Menghargai alam dan segala ketera-turannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.Secara global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkaian tujuankurikuler pendidikan IPA dalam kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik anak agar memahami konsep IPA, memiliki keterampilan ilmiah, bersikap ilmiahdan religius. Keilmiah dan tujuan transendental pendidikan IPA sebagaimanadipaparkan di atas sudah barang tentu tidak serta merta dapat dicapai oleh materipelajaran IPA, melainkan oleh cara melibatkan siswa ke dalam kegiatan didalamnya (Galton & Harlen, 1990:2). Dengan demikian pengertian, karakteristik dan tujuan pendidikan IPA SD dalam kurikulum menuntut proses belajar-mengajar IPA yang tidak terlalu akademis yakni penekanan pada penyampaiankonsep-konsep dengan sistimatika yang ketak berdasarkan buku teks dan lebih-lebih sekedar verbalistik semata. Ruang Lingkup (dimensi) Mata Pelajaran IPA Ruang lingkup mata pelajaran Sains (IPA) di SD menurut KBK tahun2004 (cikal bakal Kurikulum 2006) meliputi dua dimensi: (1) Kerja Ilmiah dan (2)Pemahaman Konsep dan Penerapannya. Dalam kegiatan pembelajaran keduadimensi ini dilaksanakan secara sinergi dan terintegrasi.Kerja ilmiah sains dalam kurikulum sekolah dasar terdiri daripenyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahanmasalah, sikap dan nilai ilmiah. Berikut adalah deskripsi kerja ilmiah tersebut. a. Penyelidikan/Penelitian Siswa menggali pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan produk teknologi melalui refleksi dan analisis untuk merencanakan, mengum-pulkan,

mengolah dan menafsirkan data, mengkomunikasikan kesim-pulan, sertamenilai rencana prosedur dan hasilnya. b. Berkomunikasi Ilmiah Siswa mengkomunikasikan pengetahuan ilmiah hasil temuan dan kajiannyakepada berbagai kelompok sasaran untuk berbagai tujuan. c. Pengembangan Kreatifitas dan Pemecahan Masalah Siswa mampu berkreatifitas dan memecahkan masalah serta membuatkeputusan dengan menggunakan metode ilmiah. d. Sikap dan Nilai Ilmiah Siswa mengembangkan sikap ingin tahu, tidak percaya tahayul, jujur dalammenyajikan data faktual, terbuka pada pikiran dan gagasan baru, kreatif dalammenghasilkan karya ilmiah, peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan,tekun dan teliti.Adapun dimensi Pemahaman Konsep dan Penerapannya mencakup:a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tum-buhan daninteraksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas;c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahayadan pesawat sederhana;d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-bendalangit lainnya.e. Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (salingtemas) merupakanpenerapan konsep IPA dan saling keterkaitannya dengan

lingkungan, teknologidan masyarakat melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat. Kompetensi Pendidikan IPA Kompetensi yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasionaldalam Kurikulum 2004 diartikan oleh Pusat Kurikulum Balibang Depdiknas se-bagai pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pembelajaran IPA dirancang, diope-rasionalkan, dan dievaluasi dengan berorientasi pada pencapaian kompetensi ter-tentu oleh siswa. Kompetensi tersebut antara lain kompetensi lintas kurikulum(dicapai siswa melalui pembelajaranpembelajaran dari semu rumpun pembela- jaran), kompetensi rumpun mata pelajaran (standar kompetensi kajian) dan stan-dar kompetensi mata pelajaran.Ada sembilan Kompetensi Lintas Kurikulum (KLK) yang terkait denganpendidikan Sains. Kesembilan KLK tersebut adalah sebagai berikut.a. Siswa menyadari bahwa setiap orang mempunyai hak untuk dihargai danmerasa aman, dalam kaitan ini siswa memahami hak-hak dan kewajiban sertamenjalankannya secara bertanggung jawab.b. Siswa menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan meng-komunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk bertinteraksi dengan oranglain.c. Siswa memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep dan teknik-teknik numerik dan spasial, serta mampu menyusun pola, struktur, dan hubungan.d. Siswa menyadari kapan/apa teknologi dan informasi yang diperlukan, ditemu-kan, dan diperolehnya dari berbagai sumber dan mampu menilai, menggunakandan berbagai informasi dengan orang lain.e. Siswa memahami dan menghargai dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologiserta mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk mengambilkeputusan.f. Siswa memahami konteks budaya, geografi dan sejarah, serta memiliki penge-tahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk berpartisipasi aktif dalam ke-hidupannya, serta berinteraksi dan berkontribusi dalam masyarakat dan budayaglobal.g. Siswa memahami dan berpartisipasi dalam kegiatan kreatif di ling-kungannyauntuk saling menghargai karya artistic, budaya dan intelektual serta menerap-kan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menujumasyarakat beradab. h. Siswa menunjukkan kemampuan untuk berpikir konsekuen, berpikir lateral,memperhitungkan peluang dan potensi, serta siap menghadapi berbagai ke-mungkinan.i. Siswa menunjukkan motivasi dan percaya diri dalam belajar serta mampubekerja mandiri sekaligus dapat bekerjasama.Kompetensi Rumpun Mata Pelajaran Sains (IPA) berkaitan dengan penca-paian kompetensi yang meliputi kerja ilmiah dan penguasaan konsep yakni pema-haman dan penerapannya. Dari kompetensi rumpun mata pelajaran ini kemudiandijabarkan menjadi kompetensi yang lebih operasioanl dan lebih mencerminkanaspek-aspek khusus pencapai tujuan mata pelajaran. Kompetensi tersebut dikenaldengan istilah Standar Komptensi Mata Pelajaran.Standar Kompetensi mata pelajaran Sains (IPA) di SD/MI adalah:a. Mampu bersikap ilmiah dengan penekanan pada sikap ingin tahu, bertanya,bekerjasama, dan peka terhadap makhluk hidup dan lingkungan.b. Mampu menterjemahkan perilaku alam tentang diri dan lingkungan di sekitarrumah dan sekolah.c. Mampu memahami proses pembentukan ilmu dan melakukan inkuiri ilmiahmelalui pengamatan dan sesekali melakukan penelitian sederhana dalamlingkup pengalamannyad.

Mampu memanfaatkan sains dan merancang/membuat produk teknologisederhana dengan menerapkan prinsip sains dan mampu mengelola lingkungandi sekitar rumah dan sekolah serta memiliki saran/usul untuk mengatasidampak negatif teknologi di sekitar rumah dan sekolah. 5. Bagaimana Mengajarkan Sains (IPA) di SD? Pembelajaran IPA sebagai media pengembangan potensi siswa SDseharusnya didasarkan pada karakteristik psikologis anak; memberikankesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkarmisteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya;mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya; memperbaiki konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam; sambil membekaliketerampilan dan membangun konsep-konsep baru yang harus dikuasainya. Selainitu penilaian dalam pengajaran IPA harus dilakukan dengan menggunakan sistempenilaian (asesmen) yang adil, proporsional, transparan, dan komprehensif bagisetiap aspek proses dan hasil belajar siswa.Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan keterampilan dalam pembelajaranIPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari mudah ke sukar; darisederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan kata lain, mulailah dari apayang ada pada/di sekitar siswa dan yang dikenal, diminati serta diperlukan siswa.Secara psikologis, anak usia SD berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalahmenciptakan dan mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehinggamenjadi media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA. Sesekali tidak boleh terjadi, pembelajaran IPA di SD justru mengabaikan apalagi menghi-langkan dunia bermain anak. Pembelajaran IPA akan berlangsung efektif jikakegiatan belajar mengajarnya mampu mencitrakan kepada siswa bahwa kelasadalah tempat untuk bermain, aman dari segala bentuk ancaman dan hambatanpsikologis, serta memfasilitasi siswa untuk secara lugas mengemukakan dan men-cobakan ide-idenya.Bobbi dePorter dalam Quantum Learning (1999:22-24) menginformasikankepada Anda tentang pentingnya menciptakan suasana kelas sebagai tempat 'bermain sambil belajar ' yang aman dari caci maki dan ancaman serta bermaknabagi siswa. "Marilah kita mencermati beberapa tonggak belajar pada usia awalseorang anak yang normal dan sehat. Boleh jadi anak ini sangat mirip denganAnda dahulu. Saat Anda merayakan ulang tahun pertama, mungkin Anda telahbelajar berjalan suatu proses yang rumit baik secara fisik maupun mental yanghampir-hampir mustahil dapat dijelaskan dengan kata-kata atau diajarkan tanpamendemons-trasikannya. Meskipun demikian, Anda dapat melakukannya walaudengan berkali-kali tersandung dan terjatuh. Mengapa demikian? Saya yakin, sebagai orang dewasa, Anda dapat mengingat danmembandingkannya dengan beberapa kasus ketika Anda menyerah mempelajarisesuatu yang baru setelah gagal satu atau dua kali. Jadi, mengapa justru pada saatkanak-kanak Anda mencoba dan mencoba lagi ketika Anda sedang belajarberjalan? Jawabannya adalah, bahwa Anda tidak mengenal konsep mengenaikegagalan. Untuk membantu, orangtua Anda meyakinkan betul bahwa Anda bisamelakukannya jika terus menerus berusaha dan mereka selalu mendampingi Andauntuk mendorong Anda. Setiap keberhasilan diakhiri dengan kegembiraan dantepukan, yang memompa diri diri Anda untuk lebih berhasil . . . hingga pada usiaenam atau tujuh tahun, Anda menjalani apa yang oleh para pakar pendidikandianggap sebagai tugas belajar tersulit yang dapat dilakukan oleh manusia Anda belajar membaca!. Semua itu dapat Anda jalani dengan relatif tidak adakendala.Lalu pada suatu hari, mungkin ketika di kelas satu atau kelas dua, Andaduduk di kelas dan guru berkata, "Siapa yang dapat menjawab pertanyaan ini?"Anda mengacungkan tangan sambil bergeser ke ujung tempat duduk Andadengan bersemangat hingga guru memanggil nama Anda. Dengan penuhkeyakinan Anda menjawabnya. Lalu Anda mendengar beberapa anak tertawa danguru berkata, "Tidak, itu salah! Saya heran kamu berani tergesa-gesa menjawab!"Anda merasa malu sekali di hadapan teman-teman dan guru, yang merupakansalah seorang tokoh penting dalam hidup Anda saat itu.Keyakinan Anda terguncang, dan benih-benih keraguan mulai tersemaidalam

jiwa Anda. Bagi banyak orang, ini lah awal terbentuknya citra negatif diri.Sejak saat itu, belajar menjadi tugas berat".Jack Canfield (1982) dalam Quantum Learning melaporkan hasilpenelitiannya di sejumlah sekolah dasar di USA bahwa setiap anak dalam seharirata-rata menerima 460 komentar negatif atau kritik dan hanya 75 komentarpositif atau yang bersifat mendukung. Komentar negatif enam kali lebih banyak dibandingkan komentar positif! Dengan demikian kelas (sekolah) telahmemindahkan siswa dari lingkungan hidup yang humanis dan demokratis ke' kamp-kamp konsentrasi ala Nazi'.

Sangat disayangkan! Berdasarkan hasil survey dan penelitian penulis disejumlah SD, pembelajaran IPA di sekolah dasar tradisional telah mengalihkananak dari pendekatan " global learning " yang menyenangkan dan holistik menjadipendekatan kaku, linear, dan verbalistis. Masih sering terjadi, dalam pembelajaranIPA guru mengharapkan siswa diam dengan sikap duduk tegak dan bersidekaptangan, dalam deretan bangku-bangku yang berjajar menghadap ke depan,sementara guru dengan fasih menceramahkan materi IPA. Hilang sudah kinerjasaintis anak yang begitu cekatan mengobservasi dan memperlakukan benda-benda apa saja yang ada di sekitarnya. Pembelajaran IPA yang demikian, jelassangat bertentangan dengan hakikat anak dan pendidikan IPA itu sendiri.Disamping pemahaman dan pengimplementasian karakteristik psikologissiswa pada pembelajaran IPA, kejelasan wawasan guru tentang ruang lingkup IPA juga sangat menentukan kualitas pengajaran IPA di Sekolah Dasar. MenurutConnor (dalam Rowe, M.B., 1990:6) cakupan pendidikan IPA untuk pendidikandasar harus berorientasi pada empat hal: (1) Personal needs : menyiapkan individuyang mampu menggunakan IPA bagi peningkatan tarap hidup dan menghadapiperkembangan teknologi; (2) Social Issues : menanamkan tanggung jawabterhadap isu-isu sosial yang berkaitan dengan IPA; 3) Career Education Awareness : menanamkan kesadaran akan sifat dan ruang lingkup IPA yangberhubungan dengan pengembangkan bakat dan minat ; (4) AcademicPreparation : memberi landasan bagi siswa yang akan mendalami IPA secaraakademik dan profesional.Connor (1990:7) berkesimpulan bahwa pendidikan IPA untuk sekolahdasar harus secara konsisten berorientasi pada: (1) pengembangan keterampilanproses, (2) pengembangan konsep, (3) aplikasi, dan (4) isu sosial yang berdasarpada sains. Sedangkan Carin & Sund (1989:16) memberikan arahan bagaimanasemestinya IPA diajarkan pada pendidikan dasar termasuk SD, yaitu:a. menyiapkan siswa agar dapat menggunakan IPA dan teknologi dalammemahami dan memperbaiki kehidupan sehari-hari,b. menyiapkan siswa agar dapat menggunakan IPA dan teknologi dalammenghadapi isu-isu sosial yang berhubungan dengan IPA, c. menanamkan ke dalam diri siswa keingintahuan akan alam sekitar, serta dapatmemahami penjelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam,d. menanamkan kesadaran dan pengertian akan hakikat IPA sebagai programinternasional,f. menanamkan pengertian akan adanya hubungan yang erat antara IPA danteknologi.Hal lain yang juga penting disadari oleh para guru adalah bahwapendidikan IPA di SD tidak boleh lepas dari pendidikan teknologi. Jikapendidikan IPA terutama ditujukan untuk mendorong siswa agar mampumenjelaskan hasil observasi mengenai lingkungan sekitar; maka pendidikanteknologi bertujuan untuk memberi siswa caracara memberi nilai tambahterhadap benda yang di lingkungan serta cara-cara berurusan dengan kehidupanmoderen yang kompleks. Keberhasilan menghubungkan pendidikan IPA

denganpendidikan teknologi dapat meningkatkan dan mengembangkan proses berpikiryang meliputi keterampilan mengumpulkan informasi, memecahkan masalah,serta mengambil keputusan (Horsley,1990).Sehubungan dengan keterkaitan antara pendidikan IPA, teknologilingkungan, dan masyarakat (salingtemas) Standar Kompetensi Mata PelajaranSains Kurikulum 2004 menjelaskan:Sains terdapat di dalam teknologi, lingkungan , dan masyarakat. Sainsdiperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhanmanusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapatdiidentifikasikan. Penerapan Sains perlu dilakukan secara bijaksana agartidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Penekanan pembelajaransalingtemas diarahkan pada pe-ngalaman belajar untuk merancang danmembuat suatu karya melalaui penerapan konsep sains dan kompetensibekerja ilmiah secara bijaksana. Sub aspek salingtemas yang perludipelajari siswa adalah: (1) mengidentifikasi kebutuhan dan kesempatan,(2) merancang dan membuat produk teknologi berdasarkan ciri-cirimakhluk hidup, sifat dan struktur benda, konsep gaya besertakarakteristiknya, dan perubahan yang terjadi pada bumi dan sistem tatasurya, dan (3) memperbaiki produk teknologi yang ramah lingkungan danmasyarakat.Literasi sains dan teknologi serta peran keduanya dalam lingkungan danmasyarakat sangat penting dan mendesak untuk diperkenalkan sejak tingkat pendidikan dasar agar peserta didik terbiasa untuk cepat tanggap terhadap situasilingkungan dan masyarakat serta terampil menyelesaikan masalah denganmenggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari melalui pendidikan. Untuk itudituntut kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran IPA sehinggamembentuk konfigurasi yang bermakna yang mengkaitkan antara materi IPA,keterampilan teknologi dan isu-isu ilmiah yang berada di lingkungan masyarakat.Pada buku Pedoman Belajar Mengajar Sekolah Dasar dicantumkan enamprinsip (azas) pengembangan dan operasional pembelajaran bagi para guru SD.Prinsip-prinsip tersebut adalah:a. Mengacu pada tujuan ; yang harus relevan antara tujuan kurikuler, tujuaninstruksional dan pelaksanaan pembelajaran;b. Keluwesan dalam hal penyesuaian waktu, penggunaan pendekatan dan metodemengajar, penggunaan sarana dan sumber belajar, dan urutan bahan pelajarandalam satu caturwulan;c. Kesesuaian dalam hal tingkat usia, tingkat pemahaman, dan keadaan daerahsiswa;d. Keseimbangan antara bahan pelajaran teoritis dan kegiatan-kegiatan-kegiatannyata serta pengembangan sikap dan nilai.e. Kesinambungan bahan pelajaran, baik antar tingkat/kelas di SD maupun antaraSD dan SLTP.f. Belajar aktif dan koperatif baik secara mental, fisik, maupun sosial.Guru pengajar IPA yang amanah dan profesional dituntut untuk mampumengelaborasi keenam prinsip di atas dalam kegiatan belajar mengajar IPA di ke-las. Tujuan pembelajaran yang disusun, metode yang dipilih, materi pelajaran danstrategi pembelajaran yang dikembangkan, serta evaluasi yang digunakan, satusama lain harus saling bertautan dengan serta bersumber dari Kompetensi Umum,Kompetensi Dasar, Materi Pokok dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar seba-gaimana tercantum pada kurikulum Mata Pelajaran Sains SD.Sebagai contoh, jika dalam kurikulum tertulis Kompetensi Dasar: 'Men-gidentifikasi ciri-ciri umum makhluk hidup dan kebutuhannya maka tujuan pemtidak lain merupakan pengelompokan dari keterampilan proses IPA yang sudahkita kenal.Dalam menyelenggarakan pembelajaran IPA dengan pendekatan danmodel apa pun guru harus tetap pro aktif sebagai fasilitator; mau memonitor se-berapa besar kadar on-task siswa, seberapa banyak keterampilan dan sikap ilmiahsiswa yang dapat dikembangkan, dan sejauh mana konsep-konsep IPA dikuasaidan diimplementasikan siswa. Jika semua itu tercapai secara optimal maka dapatdipastikan bahwa pembelajaran IPA yang diselenggarakan guru adalah pembela- jaran IPA yang efektif. Salah satu sikap pro aktif guru adalah sejak awal berusahamemahami benar rambu-rambu pembelajaran IPA dalam kurikulum. 7. Rambu-rambu Pembelajaran Sains (IPA) dalam Kurikulum Dari berbagai buku layanan profesional yang dikeluarkan oleh Pusat Kuri-kulum Depdiknas (2003) untuk pelaksanaan Kurikulum 2004 atau sekarang dis-empurnakan menjadi kurikulum 2006, diperoleh rambu-rambu pembelajaran IPAdi SD sebagai berikut.a. Bahan kajian sains

untuk kelas I, II dan III tidak diajarkan sebagai matapelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan dengan pendekatan tematis.b. Aspek kerja ilmiah bukanlah bahan ajar, melainkan cara untuk menyampaikanbahan pembelajaran yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Pengem-bangan aspek ini disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak artinya tidak harus seluruh aspek serta merta ada pada setiap kegiatan. Aspek kerja ilmiahdisusun bergradasi untuk kelas I dan II, kelas III dan IV, serta kelas V dan VI.c. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada siswa.Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagai-mana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalamanbelajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkun-gan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.Ada 6 pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembela- jaran IPA yang berorientasi pada siswa, yaitu: 1) Empat pilar pendidikan yaitu belajar untuk mengetahui ( learning toknow ), belajar untuk melakukan ( learning to do ), belajar untuk hidupdalam kebersamaan ( learning to live together ), belajar untuk menjadi dir-inya sendiri ( learning to be ).2) Inkuiri IPA.3) Konstruktivisme.4) Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat (Salingtemas).5) Pemecahan Masalah.6) Pembelajaran IPA yang bermuatan nilai.d. Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melaluipenggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengantujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah.Keterampilan proses yang digunakan dalam IPA antara lain: mengamati,menggolongkan, mengukur, menggunakan alat, mengkomunikasikan hasilmelalui berbagai cara seperti lisan, tulisan, dan diagram; menafsirkan,memprediksi, melakukan percobaan.Agar mampu bekerja secara ilmiahpada para siswa perlu ditanamkan sikap: rasa ingin tahu, bekerja sama secaraterbuka, bekerja keras dan cerdas, mengambil keputusan yang bertanggung jawab, peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan.e. Pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti penga-matan, pengujian/penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melaluitugas baca, wawancara nara sumber, simulasi/bermain peran, nyanyian, de-monstrasi/peragaan model.f. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman belajar langsungdaripada pengajaran (mengajar). Guru berperan sebagai fasilitator sehinggasiswa lebih aktif berperan dalam proses belajar. Guru membiasakan memberipeluang seluas-luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan mem-beri respon yang mengaktifkan semua siswa secara positip dan edukatif.g. Apabila dipandang perlu, guru diperkenankan mengubah urutan materi asalmasih dalam semester yang sama.

h. Guru dapat memberikan tugas proyek yang perlu dikerjakan serta ditinjauulang untuk senantiasa menyempurnakan hasil. Tugas proyek ini diharapkanmenyangkut Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (Salingtemas) se-cara nyata dalam konteks pengembangan teknologi sederhana, penelitian danpengujian, pembuatan sari bacaan, pembuatan kliping, penulisan gagasanilmiah atau sejenisnya dengan demikian, tujuan pembelajaran untuk masing-masing mata pelajaran serta kompetensi pendidikan yang diharapkan akantetap tercapai. Tugas proyek hendaknya dikaitkan dengan kompetensi matapelajaran lain di luar IPA, hal ini untuk menghindari pengelapan. Setiap kom-petensi yang berkaitan dengan mata pelajaran lain perlu dinilai dalam kegiatanbelajar proyek tersebut.i. Penilaian tentang kemajuan belajar siswa dilakukan selama proses pembela- jaran. Penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan se-cara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil (produk). Penilaian IPAdapat dilakukan dengan berbagai cara seperti tes perbuatan, tes tertulis, pen-gamatan, kuesioner, skala sikap, portofolio, hasil proyek. Dengan demikian,lingkup penilaian IPA dapat dilakukan baik pada hasil belajar (akhir kegiatan)maupun pada proses perolehan hasil belaj ar (selama kegiatan belajar). Hasilpenilaian dapat diwujudkan dalam bentuk nilai dengan ukuran kuantitatif ataupun dalam bentuk komentar deskriptif kualitatif.

A. Pengertian Media Pengertian Media - Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat ciri utama yakni adanya hubungan diantara anggotanya. Hubungan itu berlangsung sedemikian rupa, sehingga terjadi proses saling mempengaruhi. Dengan kata lain antara anggota kelompok terdapat hubungan yang disebut komunikasi interaksi. Melalui berbagai bentuk komunikasi maka kelompok-kelompok masyarakat melakukan banyak kegiatan atau tingkah laku sosial sehingga tercapai tujuan-tujuan bersama. Bentuk komunikasi itu berlaku di dalam semua bentuk hubungan sosial, baik di sekolah maupun di dalam pergaulan masyarakat yang lebih luas dan di dalam bentuk-bentuk masyarakat dengan struktur dan fungsinya masing-masing. Di sekolah berlangsung hubungan komunikasi interaksi antara para siswa dan guru.

Untuk mencapai maksud dan tujuannya, bentuk-bentuk organisasi masyarakat itu, perlu peningkatan efisiensi dan efektivitasnya. Peningkatan efisiensi dan efektivitas tersebut sebagian bergantung kepada faktor penunjang, yakni sarana dan prasarana. Dengan perkataan lain, hubungan komunikasi interaksi itu akan berjalan dengan lancar dan mendapat hasil yang maksimal. Apabila organisasi itu berjalan dan menggunakan alat bantu, alat bantu itulah yang disebut dengan media. Bertitik tolak dar alat bantu (media) itu dapat dipahami bahwa, media dalam hubungannya dengan komunikasi interaksi suatu organisasi sangat menentukan. Namun yang masih perlu kejelasan adalah, apa yang dimaksud dengan media. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan. Selanjutnya akan diuraikan pengertian media menurut istilah. Para ahli di dalam memberikan batasan media berbeda-beda pendapat, tetapi arah dan tujuannya sama, yang tidak lepas dari kata medium. Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980), media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Sedangkan Assosiasi Teknologi dan Komunikasi (Association of Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika memberi batasan yaitu: Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/ informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sementara Bringgs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar buku, film, kaset adalah contohcontohnya. Selanjutnya Mc. Luhan dalam Arif S. Sadiman (1984) berpendapat bahwa media adalah sarana yang juga disebut channel, karena pada hakekatnya media memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengarkan, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu yang hampir tak terbatas lagi. Dalam kaitannya dengan komunikasi interaksi dalam bentuk organisasi Dr. Oemar Hamalik (1994) berpendapat bahwa media komunikasi adalah suatu media atau alat bantu yang digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja dengan hasil yang maksimal. Dalam dunia pendidikan kita mengenal peragaan atau keperagaan. Ada yang lebih senang menggunakan istilah peragaan. Tetapi ada pula yang senang yang menggunakan istilah komunikasi peragaan. Dewasa ini telah mulai dipopulerkan istilah baru yakni Media pendidikan. Beragamnya istilah tersebut, yang mempunyai tekanan sendiri-sendiri, maka akan lebih baik di

salah satu diantaranya yaitu Media pendidikan. Media pendidikan sebagai alat bantu memiliki ciri-ciri: 1. Media pendidikan identik artinya dengan pengertiankeparagaan yang berasal dari kata raga, suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat diamati. 2. Tekanan utama terdapat pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan didengar. 3. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran, antara guru dengan siswa. 4. Media pendidikan sebagai alat bantu belajar mengajar, baik diluar kelas. 5. Berdasarkan (3) dan (4), maka pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan. 6. Media pendidikan mengandung aspek; sebagai alat dan sebagai teknik, yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar. 7. Karena itu, sebagai tindakan operasional, dalam tulisan ini kita menggunakan pengertian media pendidikan

Berdasarkan dari ciri-ciri umum media pendidikan tersebut, Dr. Oemar Hamlik (1994) memberi batasan media pendidikan adalah alat, metode dan teknik digunakan dalam rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam prose pendidikan dan pengajaran disekolah. Dari pengertian media serta batasan-batasan yang dikemukakan oleh para ahli di atas, terdapat beberapa persamaan diantaranya, bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. B. Media Gambar Berikut ini akan dipaparkan beberapa uraian berkaitan dengan pemahaman terhadap media gambar yang merupakan salah satu fokus dalam penelitian. Dewasa ini gambar fotografi secara luas dapat diperoleh dari berbagai sumber, misanya dari surat-surat kabar, majalah-majalah, brosur-brosur dan buku-buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi dan foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Arif S. Sadiman, 1984). Gambar fotografi merupakan salah satu media pengajaran yang amat dikenal di dalam setiap kegiatan pengajaran hal ini disebabkan kesederhanaannya, tanpa memerlukan perlengkapan dan tidak diproyeksikan untuk mengamatinya. Media gambar termasuk kepda gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok, yaitu: pertama flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan cetak. Kedua adalah transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips dan transparancies. Namun yang termasuk media gambar, penulis maksudkan dalam pembahasan skripsi ini yang terdapat pada kelompok pertama yakni Flat opeque picture, karena gambar datar tidak tembus pandang ini mudah pengadaannya serta biasanya relatif murah. Jadi media gambar adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di samping itu media gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. C. Pemanfaatan Media Gambar Data Proses Belajar Mengajar Di antara media pendidikan, gambar/ foto adalah media paling umum dipakai. Dia merupakan

bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu ada pepatah Cina mengatakan bahwa sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata. Gambar ilustrasi fotografi adalah gambar yang tidak dapat diproyeksikan, dapat dipergunakan, baik dalam lingkungan anak-anak maupun dalam lingkungan orang dewasa. Gambar yang berwarna umumnya menarik perhatian. Semua gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran sendiri. Karena itu gambar dapat dipergunakan sebagai media pendidikan dan mempunyai nilainilai pendidikan bagi peserta didik yang memungkinkan belajar secara efisien peserta didik yang berkaitan dengan pemanfaatan media gambar dalam data PBM beberapa ahli membekas rambu yang perlu diperhatikan yaitu : 1. Prinsip-prinsip pemakaian media gambar.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain:

Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti pelajaran atau pokokpokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan minat siswa kepada pokokpokok pelajaran. Bilamana tujuan instruksional yang ingin dicapainya adalah kemampuan siswa membandingkan kelompok hewan bertulang belakang dengan tidak, maka gambargambarnya harus memperhatikan perbedaan yang mencolok. Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektivan pemakaian gambar-gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan. Bilamana gambar-gambar itu akan dipakai semuanya, perlu dipikirkan kemungkinan dalam kaitan pokok-pokok pelajaran. Pameran gambar di papan pengumuman pada umumnya mempunyai nilai kesan sama seperti di dalam ruang kelas. Gambar-gambar yang ril sangat berfaedah untuk suatu mata pelajaran, karena maknanya akan membantu pemahaman para siswa dan cara itu akan ditiru untuk hal-hal yang sama dikemudian hari. Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan banyak gambar tetapi tidak efektif. Hematlah penggunaan gambar yang mendukung makna. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik daripada dua kali mempertunjukkan gambar yang serabutan tanpa pilih-pilih. Banyaknya ilustrasi gambar-gambr secara berlebihan, akan mengakibatkan para siswa merasa dirongrong oleh sekelompok gambar yang mengikat mereka, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau inpresi visual yang jelas, jadi yang terpenting adalah pemusatan Perhatian pada gagasan utama. Sekali gagasan dibentuk dengan baik, ilustrasi tambahan bisa berfaedah memperbesar konsepkonsep permulaan. Penyajian gambar hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan memperagakan konsep-konsep pokok artinya apa yang terpenting dari pelajaran itu. Lalu diperhatikan gambar yang menyertainya, lingkungannya, dan lain-lain berturutturut secara lengkap. Kurangilah penambahan kata-kata pada gambar oleh karena gambar-gambar itu sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau dalam menyajikan gagasan baru. Misalnya dalam mata pelajaran biologi. Para siswa mengamati gambar-gambar candi gaya Jawa Tengah dan Jawa Timur menjelaskan bahwa mengapa bentuk tidak sama, apa ciri-ciri membedakan satu sama lain. Guru bisa saja tidak bisa mudah dipahami oleh para siswa yang bertempat tinggal di lingkungan hutan tropis asing. Demikian pula istilah supermarket terdengar asing bagi siswa-siswa yang hidup si kampung. Melalui gambar itulah mereka akan memperoleh kejelasan tentang istilah Verbal Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan, seni grafis dan bentukbentuk kegiatan lainnya. Keterampilan jenis keterbacaan visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi para siswa dalam membaca gambar-gambar itu. Mengevaluasi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi belajar bagi para siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan guru, dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensip serta menyeluruh.

2.

Memilih gambar yang baik dalam pengajaran

Dalam pemilihan gambar yang baik untuk kegiatan pengajaran terdapat beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain:

Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu dikatakan asli. Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis. Jangan sampai peserta didik menjadi bingung dan tidak tertarik pada gambar. Bentuk item. Hendaknya sipengamat dapat memperoleh tanggapan yang tetap tentang obyek-obyek dalam gambar. Perbuatan. Gambar hendaknya hal sedang melakukan perbuatan. Siswa akan lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar-gambar yang sedang bergerak. Fotografi. Siswa dapat lebih tertarik kepada gambar yang nilai fotografinya rendah, yang dikerjakan secara tidak profesional seperti terlalu terang atau gelap. Gambar yang bagus belum tentu menarik dan efektif bagi pengajaran. Artistik. Segi artistik pada umumnya dapat mempengaruhi nilai gambar. Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai

Kriteria-kriteria memilih gambar seperti yang telah dikemukakan di atas juga berfungsi untuk menilai apakah suatu gambar efektif atau tidak untuk digunakan dalam pengajaran. Gambar yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat digunakan sebagai media dalam mengajar. 3. Menggunakan gambar dalam kelas Penggunaan gambar secara efektif disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam hal besarnya gambar, detai, warna dan latar belakang untuk penafsiran. Dijadikan alat untuk pengalaman kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki kekurang jelasan. Akan tetapi gambar juga menjadi tidak efektif, apabila terlalu sering digunakan dalam waktu yang tidak lama. Gambar sebaiknya disusun menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas. Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari gambar sendiri dalam kegiatan pengajaran dapat dilakukan cara, menulis pertanyaan tentang gambar, menulis cerita, mencari gambar-gambar yang sama, dan menggunakan gambar untuk mendemonstrasikan suatu obyek. Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa, meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa. 4. Mengajar siswa membaca gambar Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar siswa membaca gambar:

Warna. Siswa sangat tertarik pada gambar-gambar berwarna. Umumnya pada mulanya mereka mengamati warna sebelum mereka mengetahui nama warna, barulah ia tafsirkan. Pada umumnya mereka memilikji kriteria tersendiri tentang kombinasi warna-warna. Melatih menanggapi, membedakan, dan menafsirkan warna perlu dilakukan guru terhadap para siswa. Ukuran. Dapat dibandingkan mana yang lebih besar antara seekor ayam dengan seekor sapi, mana yang lebih tinggi antara seorang manusia dengan gereja, dan sebagainya. Jarak. Maksudnya agar anak dapat mengira-ngira jarak antara suatu obyek dengan obyek lainnya dalam suatu gambar, misalnya jarak antara puncak gunung latar belakangnya. Sesuatu gambar dapat menunjukkan suatu gerakan. Mobil yang sedang diparkir yang nampak dalam sebuah gambar, dalam gambar terdapat sebuah simbol-simbol gerakan. Temperatur. Bermaksud anak memperoleh kesan apakah di dalam gambar temperaturnya dingin atau panas. Bandingkan gambar yang menunjukkan musim salju dan gambar

orang-orang yang berada dalam keadaan membuka pakaian. Maka dapat dibedakan temperatur rendah dan keadaan panas.

Beberapa kelebihan yang lain dari media gambar adalah :


Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibanding dengan media verbal semata. Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anak-anak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan menit yang lalu kadang-kadang tak dapat dilihat seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah pahaman. Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan peralatan yang khusus.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut gambar atau foto mempunyai beberapa kelemahan yaitu :

Gambar atau foto hanya menekankan presepsi indra mata. Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH) Apakah Penelitian Tikdakan Kelas (PTK) itu ?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.,...... (baca selanjutnya klik disini) BERITA DARI LEMBAGA PENELITIAN UNP Baru-baru ini, Lembaga Penelitian UNP baru saja selesai menyelenggarakan Program Kerja sama dengan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK). Program tersebut berbentuk kepercayaan yang diberikan kepada Lemlit UNP untuk melatih para guru SD, SMP, SMA, dan SMK sebanyak 100 orang per tahun untuk kawasan Sumatra dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap setiap tahunnya per wilayah. Untuk kesempatan tahun ini, wilayah yang terpilih adalah Wilayah Sumatra Barat yang dipilih secara acak dan yang terpilih adalah wilayah Pesisir Selatan, Solok, Padang Panjang, dan Pariaman. Pada tahun kedua, direncanakan Lemlit UNP sudah dapat memperluas wilayah ke daerah tetangga, seperti Propvinsi Riau, Jambi, Bengkulu. Pada tahun ketiga diharapkan sudah menjangkau wilayah-wilayah lainnya yang masih belum dijangkau.

Setelah penelitian selesai, para guru membuat laporan penelitian dan kemudian dialihkan menjadi sebuah artikel yang akan dimuat di dalam Jurnal Pendidikan yang ada di UNP.

Learn More Scribd Upload a Document Search Documents Explore

Documents

Books - Fiction Books - Non-fiction Health & Medicine Brochures/Catalogs Government Docs How-To Guides/Manuals Magazines/Newspapers Recipes/Menus School Work + all categories Featured Recent

People

Authors Students Researchers Publishers Government & Nonprofits Businesses Musicians Artists & Designers Teachers + all categories Most Followed Popular Sign Up | Log In / 41

Download this Document for Free


prosesnya, kemudian berdasarkan data dilakukan refleksi, yang menghasilkan permasalahan baru, yaitu bahwa hanya sebagian kecil siswa menjadi aktif dengan tugas information gap tersebut, sedangkan sebagian besar siswa tampak takut salah, cemas dan malu berbicara dalam bahasa Inggris. Maka, dalam tindakan kedua direncanakan untuk melakukan sesuatu yang dapat mengurangi rasa takut salah, kecemasan, dan rasa malu. Rencana ini dilaksanakan dan direkam prosesnya, kemudian dilakukan refleksi untuk melihat sejauh mana perubahan dicapai lewat tindakan kedua. Begitu seterusnya, siklus-siklus tindakan berlanjut sampai perubahan yang diinginkan dicapai dengan catatan bahwa tidak mungkin dicapai ketuntasan perubahan karena situasi dan kondisi kelas berubah terus secara dinamis.

Persoalan-Persoalan Praktis Pemrakarsa Peneliti Tindakan


Penelitian tindakan biasanya diprakarsai oleh orang yang memiliki kepedulian besar terhadap kebutuhan untuk meningkatkan suatu situasi, misalnya situasi belajar- mengajar di kelas dan situasi pengelolaan sekolah. Ada dua kelompok orang yang dapat terlibat dalam usaha kolaborasi penelitian tindakan: (1) kelompok orang yang langsung terlibat dalam kehidupan situasi terkait, seperti guru dalam situasi belajar-mengajar dan pimpinan dalam situasi pengelolaan (manajemen), dan (2) kelompok orang yang memiliki pengetahuan tentang penelitian tindakan dan kemampuan untuk melaksanakannya, misalnya peneliti dari perguruan tinggi atau lembaga penelitian. Para guru mungkin merasakan adanya sesuatu yang perlu ditingkatkan tetapi mungkin tidak begitu mengetahui bagaimana melakukannya. Atau pimpinan suatu kantor dan stafnya merasa bahwa ada kekuranglancaran dalam komunikasi antara mereka dan para bawahan mereka sehingga penyelesaian pekerjaan tertentu sering terhambat tetapi mereka kurang mengetahui bagaimana mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam situasi seperti itu. Dengan berperan sebagai fasilitator, peneliti mengenalkan penelitian tindakan kepada guru-guru atau pimpinan dan stafnya sebagai cara untuk meneliti masalah yang telah diidentifikasi oleh para guru. Kemudian mereka bekerja sama untuk melaksanakan penelitian tindakan.

Pemilik Penelitian Tindakan


Meskipun suatu penelitian tindakan sering diprakarsai oleh fasilitator, misalnya seorang konsultan, sebaiknya orang-orang yang langsung dikenai dan sekaligus ikut serta dalam pelaksanaan penelitian tindakan tsb., dibuat merasa ikut memilikinya. Rasa ikut memiliki ini akan sangat mempengaruhi kelancaran dan kualitas pelaksanaan penelitian tsb. Rasa ikut memiliki ini dapat dikembangkan dengan melibatkan mereka dalam seluruh proses penelitian, yaitu dari langkah pertama sampai langkah terakhir. Dengan demikian, semua orang yang terkena dampak penelitian tindakan tersebut akan merasa bahwa penelitian tindakan tsb., merupakan bagian dari dirinya.

Sasaran Penelitian Tindakan


Penelitian tindakan bukan merupakan teknik pemecahan masalah, namun dorongan untuk meneliti praktik secara sistematik yang sering timbul karena ada masalah yang perlu ditangani lewat tindakan praktis. Jadi penelitian tindakan tidak cocok digunakan untuk tujuan pengembangan teori karena alasan utama dilakukannya penelitian tindakan adalah peningkatan praktik dalam situasi kehidupan nyata.

Data Penelitian Tindakan


Data dalam penelitian tindakan berfungsi sebagai landasan refleksi. Data mewakili tindakan dalam arti bahwa data itu memungkinkan peneliti untuk merekonstruksi tindakan terkait, bukan hanya mengingat kembali. Oleh sebab itu, pengumpulan data tidak hanya untuk keperluan hipotesis, melainkan sebagai alat untuk membukukan amatan dan menjembatani antara momen-momen tindakan dan refleksi dalam putaran penelitian tindakan. Data penelitian tindakan diambil dari suatu situasi bersama seluruh unsur- unsurnya. Data tersebut dapat berupa semua catatan tentang hasil amatan, transkrip wawancara, rekaman audio dan/atau video peristiwa/kejadian, yang dikumpulkan lewat berbagai teknik seperti disebutkan di bawah. Maka data penelitian tindakan dapat berbentuk catatan lapangan, catatan harian, transkrip komentar peserta penelitian, rekaman audio, rekaman video, foto dan rekaman/catatan lainnya.

Analisis Data
Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan. Dengan melakukan refleksi peneliti akan memiliki wawasan autentik yang akan membantu dalam menafsirkan datanya. Tetapi perlu diingat bahwa dalam menganalisis data sering seorang peserta penelitian tindakan menjadi terlalu subyektif, dan oleh karena itu dia perlu berdiskusi dengan peserta-peserta yang lainnya untuk dapat melihat datanya lewat perspektif yang berbeda. Dengan kata lain, usaha triangulasi hendaknya dilakukan dengan mengacu pendapat atau persepsi orang lain. Akan lebih bagus jika dalam menganalisis data yang kompleks peneliti menggunakan teknik analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman

(1984: 21-23). Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain: reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Dalam proses ini dilakukan penajaman, pemilahan, pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna, dan menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Misalnya, data tentang proses pembelajaran kelas bahasa Inggris yang tergambar dalam Vignette 1 di bawah dapat direduksi dengan menfokuskan perhatian pada apa yang dilakukan guru pada permulaan kelas (membuka pelajaran), pada bagian utama pembelajaran, dan pada akhir pelajaran (menutup pelajaran). Pada bagian utama pembelajaran dapat direduksi dengan menfokuskan perhatian pada apakah ada tindakan guru yang berkenaan, misalnya, dengan( a) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam mamahami makna/isi teks bahasa Inggris sebagai teks asupan,(b) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam memahami aturan tatabahasa yang dipakai untuk mengungkapkan makna/pesan yang sama,(c) upaya membantu dan/atau memfasilitasi siswa dalam menggunakan ungkapan yang sama untuk berkomunikasi, apakah lewat permainan bahasa, bermain peran, atau simulasi,(d) upaya memotivasi siswa atau meningkatkan percaya diri siswa dengan memuji siswa yang telah menunjukkan upaya keras atau kinerja bagus dalam menggunakan bahasa Inggris dan mendorong siswa yang kehilangan semangat atau percaya diri untuk tetap berupaya, dan(e) upaya membantu siswa untuk meningkatkan kelancaran berbahasa Inggris serta(f) upaya membantu siswa untuk meningkatkan keakuratan berbahasa Inggris. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana guru mengelola kelas, yang bisa berkenaan dengan volume suaranya, pandangan mata, gerakan fisiknya, pengaturan tempat duduk, dan pengelompokan siswa. Dengan mereduksi data tentang proses pembelajaran bahasa Inggris yang demikian, akan dapat ditarik kesimpulan apakah guru menekankan pengembangan keterampilan berkomunikasi atau hanya mengajarkan unsur-unsur bahasa seperti struktur, kosakata, lafal, dan ejaan, atau hanya menekankan keterampilan membaca tanpa menghiraukan keterampilan berbicara. Juga dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dikelola sedemikian rupa sehingga cukup kondusif bagi terjadinya pembelajaran yang menyenangkan tetapi cukup efektif. Setelah direduksi data siap dibeberkan. Artinya, tahap analisis sampai pada pembeberan data. Berbagai macam data penelitian tindakan yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi plus matriks, grafik, dan/atau diagram. Pembeberan data yang sistematik, interaktif, dan inventif serta mantab akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Seperti layaknya yang terjadi dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sepanjang proses pelaksanaan tindakan penelitian. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara, yang ditarik pada akhir Siklus I, ke kesimpulan terevisi pada akhir Siklus II dan seterusnya, dan kesimpulan terakhir pada akhir Siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan.Perlu dicatat bahwa data yang dikumpulkan tidak hanya terbatas pada data tentang perubahan yang diharapkan, melainkan juga mencakup data tentang peningkatan/perubahan yang tak diharapkan (di luar rencana). Maka, kesimpulan yang ditarik juga harus mencakup perubahan yang direncanakan/diharapkan dan yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya, peningkatan/perubahan yang diharapkan adalah (a) peningkatan keterlibatan siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris, terutama dalam praktik berbahasa Inggris, (b) peningkatan pemahaman guru peneliti terhadap hakikat proses pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing, dan (c) peningkatan suasana pembelajaran dari suasana membosankan menjadi mengasyikkan dan menyenangkan. Namun, ternyata guru peneliti juga menjadi sadar atas kekurangannya dalam hal kelancaran, ketepatan dan keakuratan berbahasa Inggris, dan kepala sekolah terkait juga

mengalami perubahan sikap, yaitu dari sikap berpihak pada kelas yang diam/sunyi ke sikap yang menghargai kelas yang agak bising penuh suara siswa yang praktik berbahasa Inggris, misalnya seperti yang terjadi dalam penelitian Madya dkk (2002). Pendeknya, kesimpulan yang dibuat hendaknya mencakup semua perubahan/peningkatan pada diri peneliti dan anggota penelitian lainnya serta situasi tempat penelitian dilakukan.

Teknik-Teknik Pemantauan dalam Penelitian Tindakan


Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melakukan pemantauan dalam penelitian tindakan. Penggunaan setiap teknik tentu saja ditentukan oleh sifat dasar data yang akan dikumpulkannya. Teknik-teknik yang dimaksud disajikan berikut ini. 1. Catatan Anekdot Catatan anekdot adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal tentang apa yang dikatakan atau dilakukan perseorangan dalam kelas Anda dalam suatu jangka waktu. Deskripsi akurat ditekankan untuk meenghasilkan gambaran umum yang layak untuk keperluan penjelasan dan penafsiran. Deskripsi tersebut biasanya mencakup konteks dan peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudah peristiwa yang gayut dengan persoalan yang diteliti. Metode ini dapat diterapkan pada kelompok dan individu. 2. Catatan Lapangan Teknik ini sejenis dengan catatan anekdot, tetapi mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Deskripsi boleh mencakup referensi misalnya pelajaran yang lebih baik, perilaku kurang perhatian, pertengkaran picik, kecerobohan, yang tidak disadari oleh guru atau pimpinan terkait. Seperti halnya catatan anekdot, perhatian diarahkan pada persoalan yang dianggap menarik. 3. Deskripsi Perilaku Ekologis Teknik ini kurang terarah pada persoalan jika dibandingkan dengan teknik pertama di atas. Teknik ini berusaha untuk mencatat observasi dan pemahaman terhadap urutan perilaku yang lengkap. Tingkat-tingkat deskripsi yang berbeda dapat dipakai, misalnya dalam situasi belajar-mengajar: - Kelas dalam suasana serius, tetapi tawa meledak - Seorang siswa bernama Toni mendeskripsikan hobinya dalam acara tunjukkan dan katakan - Dengan kakinya diseret di lantai dan kedua tangannya saling menggenggam di punggung seorang siswa Deskripsi sebaiknya mengurangi penafsiran psikologis dan terminologis, seperti telah disinggung di atas. Misalnya, ketika seorang siswa diamati tertawa terbahak-bahak, peneliti tidak boleh memberi komentar tentang maksud tertawa siswa tersebut. Atau ketika beberapa siswa menolak mengerjakan tugas, peneliti tidak boleh menafsirkan bahwa penolakan tersebut karena malas atau alasan lain. Kecenderungan untuk memberikan penilaian seperti ini banyak dialami oleh peneliti pemula. Mereka belum terlatih untuk menunda penilaian sampai refleksi dilakukan. 4. Analisis Dokumen Gambaran tentang persoalan, sekolah atau bagian sekolah, kantor atau bagian kantor, dapat dikonstruksi dengan menggunakan berbagai dokumen: surat, memo untuk staf, edaran untuk orangtua atau karyawan, memo guru atau pejabat, papan pengumuman guru, papan pengumuman siswa, pekerjaan siswa yang dipamerkan, garis besar, tes formal dan informal, publikasi siswa atau karyawan, kebijaksanaan, dan/atau peraturan. Dokumen-dokumen ini dapat memberikan informasi yang berguna untuk berbagai persoalan. 5. Catatan Harian Catatan harian adalah riwayat pribadi yang dilakukan secara teratur seputar topik yang diminati atau yang diperhatikan. Catatan harian mungkin memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi, dugaan, hipotesis, dan penjelasan. Persoalan mungkin berkisar dari riwayat tentang pekerjaan siswa atau karyawan individual sampai pemantauan diri tentang perubahan dalam metode mengajar atau metode pengawasan. Siswa atau karyawan dapat didorong untuk membuat catatan harian tentang topik yang sama untuk memperoleh perspektif alternatif.

Catatan harian dapat digunakan untuk salah satu atau beberapa tujuan berikut:

merekam secara teratur informasi faktual tentang peristiwa, tanggal dan orang, dengan klasifikasi judul, misalnya Kapan? Di mana? Siapa? Yang mana? Bagamana? Mengapa? Data yang direkam dapat membantu peneliti merekonstruksi urutan waktu atau peristiwa sebagaimana terjadi.

Aide mmoire untuk merekam catatan pendek tentang penelitian yang sedang dilakukan untuk refleksi kemudian.

Memotret secara rinci peristiwa dan situasi tertentu yang memberikan data deskriptif lengkap yang akan digunakan untuk laporan lengkap tertulis

Catatan introspektif dan evaluatif-diri di mana peneliti mencatat pengalaman, pemikiran, dan perasaan pribadi dalam rangka memahami penelitiannya. 6. Logseknik ini pada dasarnya sama dengan catatan harian tetapi biasanya disusun dengan mempertimbangkan alokasi waktu untuk kegiatan tertentu, pengelompokan kelas, dan sebagainya. Kegunaannya ditingkatkan jika mencakup komentar seperti yang terdapat dalam catatan harian tentang organisasi dan peristiwa lain. 7. Kartu Cuplikan Butir Teknik ini mirip dengan catatan harian tetapi sekitar enam kartu digunakan untuk mencatat kesan tentang sejumlah topik, satu untuk satu kartu. Misalnya: satu set kartu boleh mencakup topik-topik seperti pendahuluan pelajaran, disiplin, kualitas pekerjaan siswa, efisiensi penilaian, kontak individual dengan siswa, dan perilaku seorang siswa. Kartunya dikocok dan catatan harian dibuat untuk satu topik setiap harinya, dan dengan demikian membangun gambaran tentang semua persoalan sebagai dasar refleksi tanpa resiko memberikan tekanan terlalu berat atau menimbulkan kebosanan dengan aspek tertentu. 8. Portfolio Teknik ini digunakan untuk membuat koleksi bahan yang disusun dengan tujuan tertentu. Portfolio mungkin memuat hal-hal seperti tambatan rapat staf yang gayut dengan sejarah suatu persoalan yang diteliti, korespondensi yang berkaitan dengan kemajuan dan perilaku subyek penelitian, kliping korespodensi dan surat kabar yang berkaitan dengan persoalan di mana lembaga tempat penelitian menjadi pusat perhatian khalayak ramai, dan/atau tambatan rapat staf yang relevan; singkatnya dokumen apa pun yang relevan dengan persoalan yang diteliti dapat dimuat. 9. Angket Angket terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis yang memerlukan jawaban tertulis. Pertanyaan ada dua macam. a. Terbuka: meminta informasi atau pendapat dengan kata-kata responden sendiri. Pertanyaan macam ini berguna bagi tahap-tahap eksplorasi, tetapi dapat menghasilkan jawaban-jawaban yang sulit untuk disatukan. Jumlah angket yang dikembalikan mungkin juga sangat rendah. b. Tertutup atau pilihan ganda: meminta responden untuk memilih kalimat atau deskripsi yang paling dekat dengan pendapat, perasan, penilaian, atau posisi mereka. Pertanyaan harus secara cermat diungkapkan dan tujuannya harus jelas dan tidak taksa (bermakna ganda). Mengujicobakan pertanyaan dengan teman atau cuplikan (sample) kecil responden akan meningkatkan kualitasnya. Membatasi lingkup topik yang dicakup merupakan cara yang bermanfaat untuk meningkatkan jumlah angket yang kembali dan kualitas informasi yang diperoleh. 10. Wawancara Teknik ini memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari mula. Wawancara dapat: a. Tak terencana: misalnya, omong-omong informal di antara para pelaku penelitian atau antara pelaku penelitian dan subyek penelitian. b. Terencana tetapi tak terstruktur: Satu atau dua pertanyaan pembukaan dari

pewancara, tetapi setelah itu pewancara memberikan kesempatan bagi responden untuk memilih apa yang akan dibicarakan. Pewancara boleh mengajukan pertanyaan untuk menggali atau memperjelas. c. Terstruktur: Pewancara telah menyusun serentetan pertanyaan yang akan diajukan dan mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaanpertanyaan.

Penelitian Tindakan Kelas


Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document This is a private document.

Info and Rating


Islam Pendidikan Education-Teaching Follow muhtadin_abrori

Share & Embed Related Documents


PreviousNext 1.

p.

p.

p.

2.

p.

p.

p.

3.

p.

p.

p.

4.

p.

p.

p.

5.

p.

p.

p.

6.

p.

p.

p.

7.

p.

p.

p.

8.

p.

p.

p.

9.

p.

p.

p.

10.

p.

p.

p.

11.

p.

p.

p.

12.

p.

p.

p.

13.

p.

p.

p.

14.

p.

More from this user


PreviousNext 1.

1 p.

9 p.

22 p.

2.

11 p.

7 p.

6 p.

3.

1 p.

1 p.

2 p.

4.

3 p.

20 p.

6 p.

5.

1 p.

1 p.

1 p.

6.

1 p.

2 p.

3 p.

7.

1 p.

1 p.

8 p.

8.

5 p.

2 p.

18 p.

9.

11 p.

Recent Readcasters

Add a Comment
dd2597202ff0aaa

Submit Characters: 400


document_comme 4gen

Ahmad Josept Khan Fatahillahleft a comment sangat bermanfaat http://favstore.net/hypnotherapy/?id=... 07 / 07 / 2011 Reply

Ahmad Mappaleft a comment tolong kirim dong ke email sy majonkies@yahoo.com. terima kasih sebelumnya, sangat membantu 06 / 30 / 2011 Reply

Randa Fabiolaleft a comment Sebaik-baik manusia adalah manusia yg bermanfaat bagi orang lain. Saya Ikbal Barlian, telah menemukan cara bagaimana melatih PTK dalam sehari mampu membuat judul PTK ratusan dan mampu menyelesaikan proposal PTK secara tuntas. saya ada di PTK-Tidak-Sulit blogspot.Com.

hubungi via SMS. banyak buku PTK. dan hasil PTK saya sebut salah arti, karena hanya menampilkan hasilnya saja, tidak bicara proses, 06 / 17 / 2011 Reply

Ricky Hermawan Lembayungleft a comment bisa kirimkan contoh PTK juga ke email saya rlembayung@yahoo.com. Terima kasih, sangat membantu 04 / 13 / 2011 Reply

Retno Agustinileft a comment retnoagustini70@yahoo.co.id 03 / 26 / 2011 Reply

Send me the Scribd Newsletter, and occasional account related communications. Discover and connect with people of similar interests. Publish your documents quickly and easily. Share your reading interests on Scribd and social sites.

Email address: Submit Upload a Document Search Documents


Follow Us! scribd.com/scribd twitter.com/scribd facebook.com/scribd About Press Blog Partners Scribd 101 Web Stuff Scribd Store Support FAQ Developers / API Jobs

Terms Copyright Privacy

Copyright 2011 Scribd Inc. Language: English scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd.

Metamorfosis
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Untuk kegunaan lain dari Metamorfosis atau Metamorphosis, lihat Metamorfosis (disambiguasi).

Seekor capung sedang melakukan ekdisis terakhirnya, bermetamorfosis dari bentuk nimfanya

Metamorfosis adalah suatu proses perkembangan biologi pada hewan yang melibatkan perubahan penampilan fisik dan/atau struktur setelah kelahiran atau penetasan. Perubahan fisik itu terjadi akibat pertumbuhan sel dan differensiasi sel yang secara radikal berbeda. Beberapa serangga, amfibi, mollusca, crustacea, echinodermata, dan tunicata mengalami proses metamorfosis, yang biasanya (tapi tidak selalu) disertai perubahan habitat atau kelakuan.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Metamorfosis serangga 2 Metamorfosis amfibi 3 Lihat pula 4 Referensi 5 Pranala luar

[sunting] Metamorfosis serangga


Metamorfosis biasanya terjadi pada fase berbeda-beda, dimulai dari larva atau nimfa, kadang-kadang melewati fase pupa, dan berakhir sebagai imago dewasa. Ada dua macam metamorfosis utama pada serangga, hemimetabola dan holometabola.

Perbandingan lama metamorfosis Spesies Lalat rumah Kepik Telur Larva/Nimfa 1 hari 2 minggu 4 hari 2 minggu 1 minggu 2 minggu 10 hari Pupa Dewasa 2 minggu 3-9 bulan 2-6 minggu 2 bulan tidak melewati tahapan ini 1 hari 9 bulan

Monarch Butterfly 4 hari 2 minggu Periodical Cicada 1 bulan 13/17 tahun Mayfly Kecoa 1 bulan 3 tahun 1 bulan 3 bulan

Metamorfosis tidak sempurna pada belalang

Fase spesies yang belum dewasa pada metamorfosis biasanya disebut larva/nimfa. Tapi pada metamorfosis kompleks pada kebanyakan spesies serangga, hanya fase pertama yang disebut larva/nimfa. Pada hemimetabolisme, perkembangan nimfa berlangsung pada fase pertumbuhan

berulang dan ekdisis (pergantian kulit), fase ini disebut instar. Hemimetabola juga dikenal dengan metamorfosis tidak sempurna. Pada holometabola, larva sangat berbeda dengan dewasanya. Serangga yang melakukan holometabola melalui fase larva, kemudian memasuki fase tidak aktif yang disebut pupa, atau chrysalis, dan akhirnya menjadi dewasa (imago). Holometabola juga dikenal dengan metamorfosis sempurna. Sementara di dalam pupa, serangga akan mengeluarkan cairan pencernaan, untuk menghancurkan tubuh larva, menyisakan sebagian sel saja. Sebagian sel itu kemudian akan tumbuh menjadi dewasa menggunakan nutrisi dari hancuran tubuh larva. Proses kematian sel disebut histolisis, dan pertumbuhan sel lagi disebut histogenesis. Lama serangga menghabiskan waktunya pada fase dewasa atau pada fase remajanya tergantung pada spesies serangga itu. Misalnya mayfly yang hanya hidup pada fase dewasa hanya satu hari, dan cicada, yang fase remajanya hidup di bawah tanah selama 13 hingga 17 tahun. Kedua spesies ini melakukan metamorfosis tidak sempurna.

[sunting] Metamorfosis amfibi


pada awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut akan menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi Berudu.berudu hidup di air Setelah berumur 2 hari, Berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu, kaki depannya mulai berbentuk,ingsang tak berfungsi lagi ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru.maka bentuk dari muka akan lebih jelas Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi katak dewasa dan kmbali berkembang biak. Ada beberapa hal yang berbeda dari daur amfibi pada umumnya. Beberapa spesies salamander tidak perlu bermetamorfosis untuk menjadi dewasa sepenuhnya secara seksual, dan hanya akan bermetamorfosis dalam tekanan kondisi lingkungan tertentu. Banyak spesies kodok tropis meletakkan telurnya di darat, di mana kecebong bermetamorfosis di dalam telur. Ketika mereka menetas, mereka menjadi dewasa yang belum benar-benar matang, kadang-kadang masih memiliki ekor yang dalam beberapa hari kemudian diserap kembali.

Metamorfosis pada hewan


Monday, 03 May 2010 04:12 Bantar Suryonanto

Apakah Metamorfosis itu ? Dari sekian banyak hewan yang ada di dunia ini, ada beberapa hewan yang hidupnya harus melewati beberapa tahapan berbeda sebelum menjadi dewasa. Tahapan tersebut bisa terlihat dari perubahan bentuk tubuh hewan. Tahapan-tahapan ini disebut juga dengan "Metamorfosis". Hewan yang mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah Katak, Kupu-kupu dan serangga. Sebelum mengetahui tahapan metamotphosis pada katak, kupu-kupu dan serangga. sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis metamorphosis. Apa saja jenis metamorphosis dan proses metamorphosis pada hewan? Jenis-jenis metamorphosis

Metamorphosis tidak sempurna Metamorphosis tidak sempurna umumnya terjadi pada hewan jenis serangga seperti capung, belalang, jangkrik dan lainnya. Mengapa dikatakan tidak sempurna ? Jawabannya adalah karena hewan tersebut hanya melewati 2 tahapan, yaitu dari telur menjadi nimfa kemudian menjadi hewan dewasa. Metamorphosis sempurna Metamorphosis sempurna kebalikan dari metamorphosis sempurna. Contoh proses metamorphosis sempurna terjadi pada katak dan kupu-kupu. Seperti terlihat pada gambar di bawah. Metamorfosis Katak

Pada awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut akan menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi Berudu. Setelah berumur 2 hari, Berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu, kaki depannya mulai berbentuk, ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi katak dewasa. Metamorfosis Kupu-kupu

Pertama-tama, kupu-kupu akan bertelur. Telur tersebut akan menetas menjadi Larva (ulat), ulat tersebut akan berubah bentuknya menjadi panjang. Ulat tersebut nantinya akan menempel pada pohon dan daun-daunan sehingga menjadi kepompong. Setelah beberapa lama, dari kepompong tersebut akan keluar seekor kupu-kupu yang masih muda. Kemudian tidak berapa lama menjadi kupu-kupu dewasa.

Daur Hidup Hewan Tujuan: Anak dapat belajar mengenai daur hidup yang terjadi pada hewan. Petunjuk: Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memilih salah satu jawaban yang benar ! 1. Kucing menghasilkan anak dengan cara ...... a. beranak b. bertelur c. beranak dan bertelur d. membelah diri 2. Sebelum menjadi kupu-kupu, ulat membuat sarangnya dengan ...... a. kotorannya b. ekornya c. lidahnya d. air liurnya 3. Yang membedakan antara kecoa muda dengan kecoa dewasa ialah ....... a. kecoa muda tidak bersayap b. kecoa dewasa tidak bersayap c. kecoa muda tidak memiliki kaki d. kecoa muda dan kecoa dewasa memiliki kaki 4. Kecebong bernapas dengan ...... a. paru-paru b. insang c. kulit d. trakea 5. Daur hidup tanpa metamorfosis dialami oleh hewan ....... a. katak b. kecoa c. kangguru d. belalang 6. Berikut ini manakah hewan yang mengalami daur hidup dengan metamorfosis ? a. kambing b. ayam c. kucing d. lalat 7. Berikut ini manakah hewan yang mengalami tahap jentik-jentik dalam daur hidupnya ?

a. katak b. kecoa c. lalat d. nyamuk 8. Hewan yang mengalami saat lahir tidak terlalu berbeda bentuknya dengan hewan dewasa disebut ...... a. metamorfosis sempurna b. metamorfosis tidak sempurna c. metamorfosis pendek d. metamorfosis panjang 9. Yang merupakan proses daur hidup pada nyamuk adalah ...... a. telur - jentik-jentik - kecebong - nyamuk b. telur - belatung - pupa - nyamuk c. telur - jentik-jentik - pupa - nyamuk d. telur - pupa - jentik-jentik - nyamuk 10. Bagaimanakah proses daur hidup pada kupu-kupu ? a. telur - ulat - kepompong - kupu-kupu b. telur - kepompong - ulat - kupu-kupu c. kupu-kupu - ulat - telur - kepompong d. ulat - telur - kepompong - kupu-kupu

Metamorfosis adalah perubahan bentuk tubuh yang dialami oelh hewan dari tahap larva hingga mencapai bentuk dewasa. 1. Metamorfosis pada Serangga Pada beberapa serangga seperti kupu-kupu, lalat, nyamuk, lebah, dan kumbang, bentuk larva dan dewasa sering hampir tdak ada kemiripan. Sedangkan pada beberapa serangga lainnya seperti belalang, lipas (kecoa), dan jangkrik, bentuk larva (nimfa) mirip bentuk dewasa. Pada proses metamorfosis terjadi proses fisik, yaitu pergantian kulit yang disebut molting. Serangga biasanya mengalami empat kali molting. Pada proses ini terjadi pembentukan kulit baru dan membentuk alat-alat tubuh yang diperlukan menjelang dewasa. Pada bentuk dewasa (imago) telah terjadi perkembangan organ reproduksi sehingga sudah mampu untuk bereproduksi.

Berdasarkan kemiripan bentuk larva dan dewasa, metamorfosis pada serangga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis Sempurna (holometabola). Pada metamorfosis sempurna, serangga dalam daur hidupnya mengalami perubahan-perubahan yang mencolok pada bentuk luar dan organ tubuh dari berbagai stadiumnya. Metamorfosis sempurna perubahannya adalah sebagai berikut : Telur larva pupa (kepompong) imago (dewasa) Telur menetas menjadi larva. Larva umumnya mengalami molting empat kali sehingga terbentuk larva stadium satu hingga larva stadium empat. Contoh serangga yang mengalami metamorfosis sempurna antara lain : kupu-kupu, lalat, nyamuk, lebah dan kumbang.

Gambar 1.7 Metamorfosis pada kupu-kupu

Metamorfosis Tidak Sempurna (hemimetabola). Pada metamorfosis tidak sempurna, serangga mengalami perubahan bentuk dari telur hingga dewasa yang tidak mencolok dalam daur hidupnya. 2. Metamorfosis Katak Pada awalnya, katak betina dewasa akan bertelur, kemudian telur tersebut akan menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi Berudu. Setelah berumur 2 hari, Berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu, kaki depannya mulai berbentuk, ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi katak dewasa. 3. Metagenesis Metagenesis pada hewan pada dasarnya sama dengan metagenesis pada tumbuhan. Hewan mengalami pergiliran generasi, yaitu fase generatif (seksual) dan fase vegetatif (aseksual) secara bergantian. Hewan yang mengalami metagenesis misalnya golongan Cnidaria. Contoh hewannya yaitu Hydra dan Ubur-ubur. Perhatikan Gambar 1.13. Ubur-ubur memiliki dua fase dalam daur hidupnya, yaitu medusa dan polip. Medusa merupakan fase seksual (generatif) dan polip merupakan fase aseksual (vegetatif).

Gambar 1.8 Metagenesis pada Obelia

Proses, Metamorfosis Kupu-Kupu - Terdapat golongan hewan yang mengalami tahapan perubahan bentuk atau disebut metamorfosis (perubahan tingkatan atau fase bentuk). Hewan yang berkembangbiak melalui proses metamorfosis antara lain, katak, kupu-kupu, belalang, nyamuk, dan kecoak. Golongan hewan yang bermetamorfosis ini dibedakan menjadi metamorfosis sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Disebut metamorfosis sempurna bila hewan mengalami empat fase, yaitu fase telur, larva, pupa (kepompong), dan imago (dewasa). Contoh katak, kupu-kupu, lalat hijau, dan kumbang mas-masan. Sedangkan metamorfosis tidak sempurna kalau serangga yang keluar dari telur tidak mengalami fase kepompong, melainkan dari larva terus berubah menjadi serangga dewasa. Contoh capung, tonggeret, kecoa, belalang, jangkrik, dan lipas. Kali ini kita hanya membahas mengenai metamorfosis sempurna dari kupu-kupu. Kupu-kupu merupakan bentuk akhir dari suatu proses metamorfosis. Bentuk baru, berupa kupukupu, ini dapat terbang jauh dan bebas dari satu pohon ke pohon lainnya, suatu hal yang tidak dapat dilakukan seekor ulat. Makanannya pun tidak lagi daun melainkan sari bunga yang manis.

Klik Gambar Untuk Memperbesar Metamorfosis Kupu-Kupu Tahapan yang dialami kupu-kupu, yaitu 1) Tahap larva (tempayak). Setelah induk kupu-kupu bertelur, kemudian telur tersebut menetas menjadi larva yang disebut ulat, bentuk ulat sangat berbeda dari bentuk induknya. Tahap ini merupakan masa makan, seperti ulat yang terus makan dedaunan yang ada di sekitarnya. 2) Tahap kepompong. Setelah selesai masa makan, larva membentuk kepompong. Tahap ini merupakan masa istirahat. Di dalam kepompong terjadi perubahan bentuk, menjadi kupu-kupu. 3) Tahap dewasa. Kupu-kupu dewasa meninggalkan kepompong, lalu terbang mencari makan dengan cara menghisap sari bunga (nektar).

You might also like