You are on page 1of 11

PERSIAPAN LAHAN TANAMAN KELAPA SAWIT

A. Pendahuluan Kelapa sawit (Elaeis guineesis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang cukup penting di Indonesia karena memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit selain digunakan sebagai bahan mentah industri pangan dan bahan mentah industri non pangan. Komoditas kelapa sawit baik barang mentah maupun olahannya menduduki peringkat ketiga penyumbang devisa non migas terbesar bagi negara setelah karet dan kopi. Penyebaran kelapa sawit di Indonesia terdapat di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi. Penghasil minyak sawit terbesar di dunia saat ini adalah Malaysia dan di sana kelapa sawit merupakan sumber devusa utama sejak tahun 1970-an sehingga kedudukannya cukup mantap. Indonesia yang menempati posisi kedua setelah Malaysia relatif masih jauh ketinggalan terutama dari segi teknologi budidaya, pengolahan dan pemasaran. Sampai saat ini ekspor minyak sawit Indonesia masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan sebagian kecil dalam bentuk olahan yang merupakan hasil sampingan dan pembuatan minyak goreng. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagi keunggulan dibandingkan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keungggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah bahkan tanpa kolesterol.

B. Faktor Pertumbuhan dan Produktivitas Kelapa Sawit Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam tiga faktor yaitu faktor lingkungan, faktor bahan tanam dan faktor tindakan kultur teknis. Ketiga faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.

1. Faktor Lingkungan a. Iklim Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang tumbuh baik antara garis lintang 130 Lintang Utara dan 120 Lintang Selatan, terutama di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Tanaman Kelapa sawit menghendaki curah hujan 1.500 - 4.000 mm per tahun, tetapi curah hujan optimal 2.000 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan tidak lebih dari 180 hari per tahun. Pembagian hujan yang merata dalam satu tahunnya berpengaruh kurang baik karena pertumbuhan vegetatif lebih dominan daripada pertumbuhan generatif, sehingga bunga atau buah yang terbentuk relatif lebih sedikit. Namun curah hujan yang terlalu tinggi kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan kebun karena mengganggu kegiatan di kebun seperti pemeliharaan tanaman, kelancaran transportasi, pembakaran sisa-sisa tanaman pada pembukaan kebun, dan terjadinya erosi. optimum berkisar 0-500m dpl. Contoh Keadaan curah hujan yang baik adalah di kawasan Sumatera utara, yakni berkisar antara 2.000 4.000 mm per tahun, dengan musim kemarau jatuh pada bulan juni sampai september, tetapi masih ada hujan turun yang menyediakan kebutuhan air bagi tanaman. Keadaan iklim yang demikian mendorong kelapa sawit membentuk bunga dan buah secara terus menerus, sehingga diperoleh hasil buah yang tinggi. b. Tanah dan Topografi Sifat fisik dan sifat kimia setiap jenis tanah memang berbeda-beda. Maka itu tingkat produksi setiap jenis tanah juga berbeda. Bagi tanaman kelapa sawit sifat fisik tanah lebih penting daripada kesuburan kimiawinya, karena kekurangan unsur hara dapat di atasi dengan pemupukan. Sifat fisik tanah yang baik akan memberikan kesempatan pada akar tanaman untuk berkembang secara luas. Sifat fisik tanah ditentukan oleh tekstur, struktur, kemiringan tanah, tebalnya lapisan tanah, kedalaman permukaan air tanah, konsistensinay gembur dan permeabilitas sedang. Suhu optimum berkisar 24-28C dan ketinggian

Dengan kata lain tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang subur, gembur, memiliki solum yang tebal, tanpa lapisan padas, datar dan drainasenya baik. Sifat kimia tanah yang baik berarti tanah tersebut mampu menyediakan unsurunsur hara dalam jumlah yang cukup dan dalam keadaan tersedia untuk diserap oleh akar. Keasaman tanah sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsurunsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 6,5 sedangkan pH optimum berkisar 5 5,5. Tanaman Kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah besar untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Karena itu, untuk mendapatkan produksi yang tinggi dibutuhkan kandungan unsur hara yang tinggi juga. Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawit adalah antaar 0 - 15. Sedangkan kemiringan di atas 15 harus dibuat teras kontur. 2. Faktor Bahan Tanam Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit antara lain ditentukan oleh faktor bahan tanaman atau bibit yang memiliki sifat-sifat unggul. Bibit yang unggul akan menjamin suatu pertumbuhan yang baik dan tingkat produksi yang tinggi apabila perlakuan dilaksanakan secara optimal. Klasifikasi tanaman kelapa sawit yaitu : Kingdom Divisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arecales : Arecaceae : Elasis : Elasis guineensis

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakal akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya.

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan. Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas. Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun. Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo). Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles). Berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut : 1. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm), daging buah tipis, dan rendemen minyak 15-17%.

2. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging buah tebal, dan rendemen minyak 21-23%. 3. Pisifera memiliki cangkang yang sangat tipis, tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil. Rendemen minyaknya tinggi (lebih dari 23%). Tandan buahnyahampir selalu gugur sebelum masak, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan sedikit. Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment. 3. Faktor Tindakan Kultur Teknis a. Pembibitan Kelapa Sawit Benih kelapa sawit untuk calon bibit harus dihasilkan dan dikecambahkan oleh lembaga resmi yang ditunjuk pemerintah. Proses pengecambahan umumnya dilakukan sebagai berikut: 1) Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya. 2) Tandan buah diperam selama 3 hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari. 3) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air, lalu rendam dalam air selama 6-7 hari. Ganti air rendaman setiap hari. Selanjutnya rendam biji tadi dalam Dithane M-45 konsentrasi 0,2 % selama 2 menit, lalu keringanginkan. 4) Masukkan biji kelapa sawit tersebut ke dalam kaleng pengecambahan dan simpan di dalam ruangan bertemperatur 39oC dengan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari, benih dikeringanginkan selama 3 menit. 5) Setelah 60 hari, rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan dikeringanginkan lagi. Masukkan benih ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 1-2 menit. Simpan

benih di ruangan bertemperatur 270 C. Setelah 10 hari, benih berkecambah pada hari ke30 tidak digunakan lagi. b. Pembukaan Lahan Baru Persiapan atau pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal terhadap areal lahan pertanaman. Pembukaan lahan sangat tergantung pada jenis vegetasi, topografi, sarana dan prasarana pendukung. Sebelum membuka lahan disarankan melakukan studi kesesuaian lahan untuk menilai lahan tersebut sesuai atau tidak untuk pertumbuhan kelapa sawit dan mendukung produktivitas tanaman. Kesesuaian lahan bisa di nilai berdasarkan kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan. Dalam hal ini karakteristik lahan dinilai apa adanya. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik utama lahan (kesesuaian lahan aktual ditambah teknologi dan modal). Kegiatan pembukaan lahan terdiri dari 1) Surfei lapangan a) Menentukan klasifikasi hutan primer, sekunder, dan atau tersier. b) Menggambar topografi lahan (datar, bergelombang atau berbukit). c) Menggambar letak sungai, rawa, kampung, dan lainnya. d) Membuat jalan rintisan untuk pengukuran. e) Memeriksa tempat sumber air dan mengambil contoh tanah. f) Membuat peta orientasi dan membuat petak-petak hektaran (blok). g) Membuat lorong-lorong (peta blok kebun) dari patok batas areal. 2) Menebas pohon berdiameter kurang dari 3 inch Pohon-pohon yang berdiameter kurang dari 3 inci (7,5 cm), termasuk semak di tebas, dan tanaman merambat di cincang. Tinggi tebasan harus rata degnan permukaan tanah. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan dari areal yang rendah ke arah yang lebih tinggi.

3) Menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inch

Penebangan pohon berdiameter lebih dari 3 inci dilakukan oleh tenaga manusia menggunakan chainsaw. Tinggi tebangan dari atas tanah harus di ukur berdasarkan diameter pohon seperti berikut: a) Diameter 3-10 inci, tinggi tebangan maksimal 30 cm. b) Diameter 10-12 inci, tinggi tebangan maksimum 60 cm. c) Diameter 13-30 inci, tinggi tebangan maksimum 90 cm. d) Diameter lebih dari 31 inci, tinggi tebangan maksimum 150 inci. Pembukaan lahan secara mekanis dilakukan pada areal hutan dan konversi yang ditumbuhi oleh pohon pohon besar. Pembukaan lahan secara mekanis ini terdiri dari beberapa pekerjaan sebagai berikut : Babad pendahuluan, yaitu membabad dan memotong pohon kecil atau semak semak yang tumbuh dibawah pohon besar, Menumbang, memotong pohon pohon besar yang berdiameter di atas 10 cm dengan menggunakan gergaji mesin atau kapak, Merencek, memotong motong cabang cabang dan ranting ranting kayu yang sudah tumbang untuk memudahkan perumpukan, Merumpuk yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan dan rencekan biasanya memanjang arah utara-selatan agar dapat sinar matahari secukupnya dan cepat kering, dan Membakar yaitu membakar rumpukan agar area bersih dari bahan bahan yang tidak diperlukan. c. Pengolahan Tanah Mengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma dan menyiapkan tanah menjadi media yang cocok untuk perakaran dan mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Mengolah tanah untuk menanam kelapa sawit lebih di anjurkan menggunakan traktor (jika lahan yang diolah cukup luas). Jika mengolah tanah menggunakan traktor, antara dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya harus tegak lurus atau paling tidak sedikit menyilang. Sementara itu, interval antara rotasi minimum dilakukan dalam dua minggu. d. Pembuatan Jalan, Parit dan Teras 1. Pembuatan Jalan

Kegiatan yang termasuk dalam pekerjaan ini diantaranya mengorek, menimbun, mengeraskan bagian lapangan, membuat bentang dan membuat parit di sebelah kiri-kanan jalan. Berikut ini jenis jalan beserta ukurannya: a) Jalan utama (main road) merupakan jalan induk yang menghubungkan afdeling yang satu dengan yang lainnya, dan dengan pabrik. Lebar jalan utama 8 meter. b) Jalan traspor, submain road, jalan primer, jalan afdeling atau jalan produksi yang menghubungkan jalan utama dengan jalan koleksi. Lebar jalan traspo 6 meter. c) Jalan koleksi (colleting road) atau jalan sekunder (jalan tengah) merupakan jalan yang terletak di dalam blok-blok penanaman yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil atau produksi kebun. Lebar jalannya 4 meter. d) Jalan control atau jalan tersier merupakan jalan di dalam kebun yang berfungsi sebagai sarana mengontrol kegiatan di kebun. Lebar jalannya 2-3 meter. Jalan utama dan jalan produksi dibuat dengan bulldozer dan atau grader. Jalan sepanjang 1 km dibuat dalam waktu 40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80 liter/jam kerja. Selanjutnya, jalan di padatkan dengan menggunakan alat pemadat (bomag). Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada akhir musim hujan.

2. Pembuatan Parit Parit drainase merupakan saluran yang menghubungkan lembah bukit yang satu dengan yang lainnya agar air dapat dialirkan menuju aerah bawah dan akhir nya masuk ke saluran pembuangan. Pembuatan parit dikerjakan dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar. Tanah galiannya di buang ke tempat tertentu.

Saluran air di daerah berbukit berupa saluran kebun dan saluran utama yang menyalurkan air ke saluran drainase alam (sungai). Saluran kebun di buat setiap 16 baris tanaman kelapa sawit dan di buat menurut kontur lahan. Saluran utama di buat dengan lebar bagian atas 150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di buat dengan lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm. 3. Pembuatan Teras Berdasarkan derajat kemiringan lahan dikenal teras kontur (bersambung) dan teras individu (tapak kuda). Teras bersambung untuk laham memiliki kemiringan 4-29 dan teras individu 30-40. Teras individu di buat menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras menhadap kea rah lereng bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25 m. Pembuatan teras dikerjakan dengan menggali dan menimbun tanah lereng, sehingga tempat tersebutmenjadi rata dan agak datar. Teras individu dibuat menurut kemiringan lahan. Contohnya, pada tingkat kemiringan 15o, jarijari teras bias dibuat 1,5 2 m. e. Penanaman dan Penyulaman Jenis jenis pekerjaan utama dalam proses penanaman adalah : 1) Pengajiran Pada tahap pertama dibuat rancangan larikan (barisan) tanaman serta pancang sebagai titik tanam, dimana bibit kelapa sawit akan ditanam. Pengajiran atau memancang adalah menentukan tempat tempat yang akan ditanam bibit kelapa sawit. Letak ajir (pancang) harus tepat, sehingga terbentuk barisan ajir yang lurus dilihat dari segala arah, dan kelak setiap individu tanaman pun akan lurus teratur serta memperoleh tempat tumbuh yang sama luasnya. Dalam keadaan yang demikian, tanaman mempunyai peluang utnuk tumbuh dan berkembang dalam kondisi yang tidak berbeda. Sistem jarak tanaman yang digunakan umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 m X 9 m X 9 m. Dengan sisitem segitiga sama sisi ini, Jarak Utara-Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antara setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa

sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 m X 9,5 m X 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U-S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar. Untuk mencapai ketepatan pengajiran, pekerjaan pengajiran harus dilaksanakan oleh pekerja yang terlatih. 2) Pembuatan Lubang Tanam Lubang tanam harus dibuat beberapa minggu sebelum penanaman agar tanah yang digali dan lubang tanam mengalami pengaruh iklim sehingga terjadi perbaikan tanah secara fisika ataupun kimia dan dapat dilakukan pemeriksaan lubang baik ukurannya maupun jumlah per hektarnya. Pembuatan lubang yang dilakukan pada saat tanam atau hanya 1-2 hari sebelum tanam tidak dianjurkan. 3) Lubang tanam kelapa sawit biasanya dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, tetapi ada juga yang hanya berukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada saat menggali, tanah atas ditaruh di sebelah dan tanah bawah di sebelah selatan lubang. Ajir ditancapkan di samping lubang dan bila lubang telah selesai dibuat, ajir ditancapkan kembali di tengah tengah lubang. Apabila tanaman akan ditanam menurut garis tinggi (kontur) atau dibuat teras melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berada paling dekat 1,5 m dari sisi lereng. Untuk penanaman kelapa sawit yang melingkari bukit, biasanya dibuat teras teras terlebih dahulu, baik Penanaman Kegiatan menanam terdiri dari kegiatan mempersiapkan bibit di Pembibitan utama, Pengangkutan bibit ke lapangan, Menaruh bibit di setiap lubang, persiapan lubang, menanam bibit pada lubang, dan pemeriksaan areal yang sudah ditanami. teras individual maupun teras kolektif. 4) Tanaman Pentup Tanah Penanaman tanaman penutup tanah biasa dilaksanakan pada perkebunan kelapa sawit. Tanaman penutup tanah adalah tanaman kacangan (Legume cover crops, LCC) yang ditanam untuk menutup tanah yang terbuka di antara kelapa sawit karena belum terbentuk tajuk yang dapat menutup permukaan tanah. Penanaman tanaman kacangan penutup tanah bertujuan untuk memperbaiki sifat sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah terjadinya erosi, mempertahankan

kelembaban tanah, dan menekan tumbuhan pengganggu (gulma). Penanaman kacangan penutup tanah sebaiknya dilaksanakan segera setelah pembukaan lahan selesai dilaksanakan. Jenis jenis tanaman kacangan penutup tanah yang umum ditanam di perkebunan kelapa sawit adalah Calopogonium caeruleum, Calopogonium mucunoides, Pueraria javanica, Pueraria phaseoloides, Centrocema pubescens, Psophocarphus palustries, dan Mucuna cochinchinensis. C. Kesimpulan Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagi keunggulan dibandingkan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain. Keungggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah bahkan tanpa kolesterol. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam tiga faktor yaitu faktor lingkungan, faktor bahan tanam dan faktor tindakan kultur teknis. Ketiga faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit.

You might also like