You are on page 1of 19

KEBAHAGIAAN MENURUT PANDANGAN AGAMA HINDU Oleh : Anak Agung Raka Asmariani

ABSTRACT Happiness is primordial subject, representing the natural basis of human being which appropriately ought to easily can be achieved. How to achieved for Happiness practically, is matching with the one which decanted in our ancestors wisdom, religion manual and also scientific explanation. Happiness is not quit of attitude of sincerity, because pittance of us comprehending why sincere attitude very needed. In this life how to recognize to feel the happiness and the most important is the way of how-to achieved happiness. As according to Hinduism teaching, human being born into this word have a objective to get happiness " Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma ". Main happiness with objective to achieved moksa, its mean unification of it Atman with Brahman. Keyword : Happiness, Moksa, Atman, Brahman. I. PENDAHULUAN Dibalik semua hiruk pikuk kegiatan manusia di dunia ini sebenarnya ada satu hal yang dicari oleh manusia. Jika kita dapatkan kita seperti mendapatkan seluruh isi dunia, tetapi jika tidak memilikinya meskipun kita mungkin memiliki segalanya kita seperti tidak memiliki apaapa. Ya , kebahagiaan sebenarnya yang kita cari, kebahagiaan yang hakiki, yang sejati, yang tidak tergoyahkan. Bukan sekedar kesenangan atau kenyamanan-kenyamanan hidup semata. Kebahagiaan adalah subyek primordial, yang merupakan sifat dasar-alamiah dari manusia yang sewajarnya seharusnya dengan mudah dapat kita capai. Bagaimana mencari kebahagiaan secara praktis, sesuai dengan yang tertuang dalam kebijaksanaan nenek moyang kita, tuntunan agama maupun penjelasan ilmiah. Ketika seseorang mendengar kata kebahagiaan sudah pasti orang berpikir, menilai atau memandang setiap orang akan merasa bahagia apabila seseorang memiliki kekayaan, rumah mewah dan harta benda yang melimpah dan seseorang dapat memenuhi segala keinginannya secara material. Apakah ketika kebutuhan seseorang secara material terpenuhi maka orang akan merasa bahagia? Belum tentu, karena rasa bahagia akan dirasakan seseorang apabila ia dapat mensyukuri apa yang sudah ia miliki dalam hidupnya dan segala sesuatu yang ia miliki adalah hasil dari jerih payahnya sendiri sehingga seseorang akan dapat merasa puas atas apa yang sudah diperolehnya dan kepuasan inilah yang dapat melahirkan kebahagiaan bagi setiap orang yang hidup di dunia ini. Setiap orang dalam hidupnya sudah pasti menginginkan suatu kebahagiaan. Apa sebenarnya yang membuat manusia merasa bahagia dalam hidupnya ? manusia akan merasa bahagia apabila keinginannya sudah terlaksana karena hanya manusialah yang bisa merasakan

kebahagiaan itu dan hanya manusia yang dapat membedakan antara mana yang baik dan buruk, dan dapat merenungkan keadaannya serta dapat merasakan kepuasan yang ia alami ketika sesuatu yang diinginkan dapat tercapai. Manusia sebagai mahluk berbudi selalu menginginkan sebuah kebahagiaan dan sudah pasti kebahagiaan yang dimaksud adalah kebahagiaan sempurna. Apakah kebahagiaan sempurna itu akan dapat dicapai oleh semua umat manusia sebagai mahluk ciptaan beliau ? sudah pasti kebahagiaan itu akan dapat dicapai apabila manusia memiliki sebuah keinginan yang kuat dan penuh dengan kesungguhan hati untuk mewujudkan keinginannya itu, karena sebuah kebahagiaan yang diinginkannya adalah sebuah kebahagiaan yang merupakan bawaan dari setiap insan karena tujuan manusia lahir ke dunia inipun untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut. Manusia akan lebih terdorong untuk memenuhi keinginannya yaitu tercapainya sebuah kebahagiaan dan dorongan itu dapat berupa dorongan dari rohani. Karena keinginan manusia tidak akan dapat tertahankan dan manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Tuhan yang tidak akan pernah berhenti apabila keinginannya belum tercapai. Apakah yang harus dilakukan manusia agar kebahagiaan dapat tercapai karena dimana kita ketahui didalam diri manusia ada tiga unsur yang dapat mempengaruhi gerak manusia itu sendiri yang di sebut dengan Tri Guna yang terdiri dari Satwam, Rajas, dan Tamas, dan juga Sad Dripu yaitu enam musuh yang ada didalam diri manusia. Secara tidak langsung agar keinginan manusia dapat tercapai sudah tentu manusia itu sendiri harus mampu mengendalikan unsur unsur Tri Guna dan hanya mengembangkan sifat Satwam didalam dirinya dan manusia juga harus mampu mengendalikan enam musuh yang ada di dalam diri manusia, sehingga apa yang menjadi keinginan manusia dapat terpenuhi yaitu tercapainya kebahagiaan tertinggi yang menjadi tujuan hidup dan terlahir kedunia ini karena dimana kita ketahui bersama manusia lahir kedunia ini berdasarkan atas karma yaitu hasil dari perbuatan yang dilakukan dimasa lalu dan karmalah yang menyebabkan manusia jatuh pada sebuah kebahagiaan dan karma pulalah yang menyebabkan manusia berada dalam sebuah penderitaan. Selain dari pada karma itu sendiri manusia juga terlahir ke dunia disebabkan oleh hutang yang telah ia lakukan pada masa lampau. II. PEMBAHASAN 2.1 MANUSIA ADALAH MAHLUK BEBAS

Manusia adalah mahluk bebas sehingga manusia bebas melakukan segala sesuatu yang diinginkannya dalam hidup ini, untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan akan tetapi kebebasan yang dimiliki manusia bukanlah kebebasan yang semata mata manusia tersebut bebas melakukan apa yang diinginkannya akan tetapi kebebasan yang dimaksud adalah manusia bebas melakukan apa yang diinginkan untuk mendapatkan sebuah kesenangan atau kepuasan bahkan kebahagiaan namun manusia berada dalam sebuah keterbatasan. Apa yang membatasi manusia untuk melakukan apa yang diinginkanya ? sudah tentu yang membatasi manusia untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya adalah aturan yang berlaku dalam sebuah sistem kehidupan bermasyarakat karena manusia adalah mahluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya dan sudah pasti manusia hidup bermasyarakat dan harus mematuhi segala

aturan yang berlaku dilingkungan dimana ia berada. Suatu perbuatan dapat disebut sebagai perbuatan bebas apabila ada suatu kemauan yang sadar saat seseorang melakukan apa yang diperbuat atau dikerjakan tanpa ada paksaan dari orang lain asalkan sesuatu yang dilakukan tidak bertentangan dengan norma norma yang berlaku baik norma hukum maupun norma adat istiadat. Manusia hanya dapat hidup sebaik baiknya dan mempunyai arti apabila ia hidup bersama sama dengan manusia lainnya karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Sehingga kebebasan manusia harus dibatasi agar apa yang dilakukan oleh manusia yang satu tidak menuimbulkan sebuah dampak negatif terhadap manusia yang lainnya. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kebebasan seseorang dimana kita ketahui manusia sebagai mahluk ciptaan tuhan memiliki sifat yang berpariasi karena didalam diri manusia masing - masing memiliki sifat satwam, rajas dan tamas tergantung sifat yang mana yang akan dikembangkan oleh manusia itu sendiri tergantung dari kemampuan seseorang mengendalikan dirinya. Dan kebebasan seseorang akan bisa hilang jika ada paksaan dan kekerasan dari pihak lain untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan. Manusia dalam mencapai keinginannya manusia harus mampu menciptakan kedamaian dalam hidupnya dengan cara manusia harus menumbuhkan kesadaran dalam dirinya bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan Tuhan yang harus dicintai dan dijaga. Denagan demikian manusia akan lebih mudah mendapatkan apa yang diinginkan dan manusia akan lebih mudah mendapatkan sebuah kebahagiaan dalam hidupnya karena Tuhan sangat senang terhadap orang orang yang memiliki cinta kasih kepada Beliau. 2.2 KEBAHAGIAAN Kebahagiaan tidak terlepas dari sikap kikhlasan, karena sedikit sekali dari kita yang memahami mengapa sikap ikhlas sangat diperlukan dalam hidup ini yang terpenting bagaimana mengenali rasa-nya dan yang terpenting adalah cara-cara (how-to) mencapainya. Komponen ikhlas yang terdiri dari sikap syukur, sabar, fokus tenang dan bahagia sering kali justru dianggap sikap yang lemah. Sikap itu dikhawatirkan akan membuat mereka kurang dihargai orang, tidak tercukupi secara materi, atau tidak tercapainya tujuan hidup karena tidak adanya ambisi. Padahal yang terjadi justru sebaliknya. Dalam kondisi ikhlas yang sekarang telah dibuktikan secara ilmiah manusia justru akan menjadi sangat kuat, cerdas dan bijaksana. Kita bisa berpikir lebih jernih, mampu menjalani hidup dengan lebih efektif dan produktif untuk mencapai tujuan. Bahkan hubungan kita dengan siapa pun akan terjalin semakin menyenangkan, dan hal inilah yang menjadi modal dasar untuk tercapainya suatu kebahagiaan. Sebuah kebahagiaan tidak dapat diwujudkan dengan materi dan kekuatan jasmani semata karena sebuah kebahagiaan tidak bisa dibeli dengan uang, dan kebahagiaan juga tidak dapat digantikan dengan rumah mewah, mobil mewah dan harta yang melimpah. Mungkin manusia selama ini memandang bahwa kebahagiaan akan bisa diraih apabila mereka memiliki harta benda dan segala sesuatu yang diinginkannya bisa terpenuhi sehingga seseorang tidak bisa mensyukuri apa yang dimilikinya yang telah diberikan oleh Tuhan dan hal ini pula banyak melahirkan orangorang yang menggunakan kekuasaannya sebagai peluang untuk korupsi padahal apa yang

mereka lakukan dapat merugikan orang banyak, mungkin mereka tidak mengerti apakah sesungguhnya kebahagiaan itu ? Sebuah kebahagiaan adalah sesuatu yang dapat dirasakan oleh manusia. Seseorang yang tidak memiliiki harta benda dan rumah yang mewah pun dapat merasakan sebuah kebahagiaan asalkan ia dapat menghirup udara segar diluar sana dan bebas berekspresi dalam hidupnya. Dan kebahagiaan itu dapat dicapai seseorang apabila sebuah keinginan yang dilakukan yang berdasarkan sebuah keinginan yang baik dapat dilakukan, dan masih banyak terdapat beberapa devinisi tentang kebahagiaan karena sebuah kebahagiaan adalah sesuatu yang sangat sulit untuk di jabarkan karena kebahagiaan menyangkut mengenai rasa. Kebahagiaan adalah suatu rasa puas/kepuasan yang dirasakan oleh seseorang ketika keinginannya sudah tercapai atau terlaksana dan mendapatkan sebuah hasil sesuai dengan keinginannya. Dapat juga dikatakan bahwa seseorang akan merasa bahagia apabila seseoarang merasa bahwa dirinya telah memiliki sesuatu yang baik bahkan paling baik dari orang lain sehingga ia memiliki nilai spesial atau niali lebih dari yang lainnya. Apakah sesungguhnya kebahagiaan itu menurut pandangan agama Hindu ? 2.3 BAGAIMANA AGAMA HINDU MEMANDANG KEBAHAGIAAN

Menurut pandangan Agama Hindu kebahagiaan tidak dapat digantikan dengan materi karena harta benda atau materi hanyalah sebuah objek yang disediakan oleh Tuhan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang dimiliki dengan rasa takut, dan kesusahan karena semuanya akan ditinggalkan manusia ketika manusia meninggal dunia kelak. Oleh sebab itu kekayaan, penghargaan, pengaruh, kekuasaan duniawi semata bukanlah tujuan akhir. Benda benda duuniawi terbatas dan terikat maka tidaklah mungkin memberikan kebahagiaan yang merupaka kebebasan sejati karena kebahagiaan sejati hanya akan dapat diberikan oleh yang maha bebas, yang tidak pernah terikat oleh waktu dan ruang, kebahagiaan hanya dapat diberikan oleh Tuhan bila manusia menuju kepada seluruh kebenaran dan keinginan menuju keseluruh kebahagiaan. Jelaslah kiranya bahwa sumber untuk mencari kebahagiaan adalah Tuhan Yang Maha Esa ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ) sebab beliaulah yang mengatasi segalanya dan meliputi seluruh kesempurnaan pada taraf tertinggi. Sikap yang tulus ikhlas yang akan membuat manusia lebih kuat, cerdas dan bijaksana sifat-sifat inilah yang akan menjadi komponen penting dalam pencapaian kebahagiaan. Hal ini bisa dijelaskan dalam sloka berikut ini : Surwanapuspm prthiwm bhujanti catwro narh, upyajaca raca krtawidyah priyamwadah Artinya : Empat golongan manusia yang menikmati kebahagiaan hidup ini, yaitu orang yang tahu tujuan dan cara hidup, orang yang pemberani, orang yang bijaksana, dan orang yang pandai berbicara ramah dan menarik.

Orang yang bisa dan dapat berbahagia didunia ini ialah orang yang sedikit-dikitnya mempunyai sikap-sikap budi luhur, mengenali jiwa masyarakat, penyayang, penolong, cerdas, bijaksana, pemurah, pemberani, adil, dan mencintai seluruh mahluk hidup dan yang penting adalah berbhakti kepada Tuhan. Sesuai dengan ajaran agama Hindu manusia lahir kedunia memiliki sebuah tujuan untuk mendapatkan kebahagiaan Moksartaham Jagadhita Ya Caiti Dharma . Dan dipandang dari ajaran Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma jelaslah bahwa terwujudnya kebahagiaan sempurna setelah pencapaian tujuan akhir, sedangkan kebahagiaan duniawi bukan merupakan kebahagiaan akhir, maka kebahagiaan dinuawi dapat menggagalkan tujuan akhir ( Moksha ). Mengarahkan kebahagiaan duniawi kepada tujuan akhir berarti rela meyadjnakan harta bendanya untuk mmelaksanakan yajna dan suksesnya sebuah pencapaian tujuan akhir terletak pada adanya kemauan bebas dan kerelaan beryadjna. Kebahagiaan yang sesuai dengan devinisinya tidak terlepas dari suatu perbuatan. Perbuatan yang dilakukan selalu berlandaskan pada sebuah kebenaran dan Sang Hyang Widhi sangat senang akan sebuah kebenaran karena Sang Hyang Widhi maha segalanya. Didalam ajaran agama Hindu kebahagiaan itu ada dua bagian yaitu ada yang disebut dengan kebahagiaan subyektif dan ada juga yang disebut dengan kebahagiaan obyektif. Yang dimaksud dengan kebahagiaan Subyektif adalah kebahagiaan yang berasal dari dorongan orang lain. Kebahgiaan Subyektif ini tidak dapat mengantarkan manusia untuk sampai pada kebahagiaan lahir dan bathin, manusia bebas memilih objek yang ada untuk memenuhi keinginannya tergantung dari mana manusia berharaf untuk mendapatkan kebahagiaan sesuai yang menjadi keinginannya. Demi terwujudnya sebuah kebahagiaan ini manusia sering kali mengorbankan segala sesuatu yang dimilikinya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya bahkan manusia terkadang rela mengorbankan sesuatu yang baik demi memenuhi keinginannya untuk sesuatu yang belum tentu bernilai baik pula. Sedangkan kebahagiaan obyektif adalah sebuah kebahagiaan yang berasal dari diri manusia itu sendiri tanpa adanya unsur unsur lain yang mempengaruhinya dan merupakan tujuan akhir dari hidup ini yaitu menyatunya Atman dengan Brahman ( Tuhan ). Inilah yang dimaksud dengan kebahagiaan sempurna menurut pandangan agama Hindu. Tuhan yang bersifat maha kasih akan memudahkan setiap mahluk ciptaannya untuk mencapai yang disebut dengan kebahagiaan dan Tuhan pun tidak akan membiarkan manusia ( mahluk ciptaannya ) berada dalam sebuah penderitaan ketika manusia itu sendiri mampu menunjukkan rasa baktinya kehadapan Tuhan dan Tuhan pun akan memudahkan segala jalan kita untuk menuju kepada-Nya ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ). Jelaslah kiranya bahwa sumber unutk mencari kebahagiaan adalah Tuhan sebab beliaulah yang mengatasi semuanya dan segala yang ada yang meliputi seluruhnya pada tarap hidup tertinggi. Akan tetapi kebahagiaan ini adalah adalah sebuah kebahagiaan yang hanya dapat diarih dengan cara yang terbatas. Namun manusia sebagai mahluk yang terbatas harus mampu dan selalu berusaha dalam meraih sesuatu untuk menuju sesuatu yang tidak terbatas. Untuk mencapai kebahagiaan ini orang tidak boleh diwakili oleh orang lain karena setiap manusia akan dapat meraih kebahagiaan yang dimaksud dengan karma / hasil dari perbuatan mereka masing masing. Apa yang dilakukan manusia

untuk mendapatkan kebahgiaan selain dengan berkarma yang baik ? sudah tentu manusia harus mendekatkan dirinya dengan Ida Sang Hyang Widhi dengan cara bersembahyang untuk menunjukkan rasa Bhakti kita kehadapan beliau. Dan dalam sembahyang tersebut manusia akan menemukan integritas rohani yaitu kontak rohani kepada Tuhan dan sesama manusia. Karena tanpa adanya kontak rohani orang akan sulit menemukan kebahagiaan yang dimaksud dengan Moksartham Jagadhita Ya Caiti Dharma sesuai dengan ajaran agama Hindu. Selain melalui ajaran bhakti didalam ajaran agama Hindu juga disampaikan bahwa manusia akan mampu mencapai sebuah kebahagiaan apabila mampu melakukan hubungan yang harmmonis berdasarkan atas yadnya. ( Bhagawadgita III.10 ).
2.4 KIAT MENUJU KEBAHAGIA MENURUT AGAMA HINDU

Adapun beberapa hal yang harus dilakukan oleh manusia untuk mencapai sebuah kebahagiaan adalah dengan jalan yadnya karena Tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa ) didalam Bhagawadgita ( III. 10 ) dinyatakan bahwa Tuhan mencipatakan manusia alam beserta isinya berdasarkan atas yadnya dimana yadnya itu merupakan sebuah karya yang dilakukan oleh Tuhan berdasarkan atas rasa tulus dan ikhlas. Dan manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan lahir kedunia ini berdasarkan atas hutang dan hutang itu harus dibayar. Hutang yang dimaksud disini adalah hutang kepada Tuhan yang telah menciptakan kita, hutang kepada leluhur yang telah menurunkan kita dan menyebabkan kita lahir kedunia, hutang kepada para Rsi yang telah menurunkan ajaran ajaran suci yang dapat membimbing manusia menuju kepada jalan yang benar nantinya, ketiga hutang ini disebut dengan Tri Rna. Kita dapat membayar hutang kita kepada Tuhan dengan Bhakti, dan hutang kepada leluhur dapat dibayar dengan mmelakukan pitra yadnya dan manusa yadnya, membayar hutang kepada para Rsi dapat ditunjukkan dengan jalan mendalami kitab kitab suci dan dalam ajaran ajaran agama Hindu terdapat ajaran Tri Hita Karana dimana Tri Hita Karana itu adalah merupakan tiga penyebab datangnya kebahagiaan karena Tri Hita Karana itu adalah membangun kebahagiaan dengan mewujudkan sikap hidup yang seimbang antara berbhakti pada Tuhan, mengabdi kepada sesama umat manusia dan menyayangi alam dan lingkungan berdasarkan yadnya. Hubungan yang harmonis dan dinamis berdasarkan yadnya antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya dan sesama manusia dengan lingkungannya. Dalam hidup ini manusia pada hakekatnya berhadapan dengan dirinya sendiri dan sebagai mahluk sosial manusia berhadapan dengan sesama manusia. Bagaiman manusia menunjukkan hubungannya dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya atau alam disekitarnya? Hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan dapat ditunjukkan dengan jalan berbakti kepada Tuhan yaitu pada saat kita membangun rumah hendaknya ditanah pekarangan juga terdapat bangunan Padmasana sebagai simbol stana Beliau agar memudahkan manusia melakukan hubungan dengan Tuhan sesuai dengan letak tata ruang yang seharusnya, dan jikalau seseorang tidak memiliki rumah melainkan kost paling tidak harus memiliki plangkiran sebagai simbol stana dari pada Beliau yang Maha Agung untuk memudahkan manusia melakukan yadnya untuk menunjukkan rasa

bhaktinya kepada beliau. Manusia dapat menunjukkan hubungan yang baik terhadap sesama manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yanitu dengan cara yang variatif. Yaitu dimulai dari lingkungan keluarga, didalam keluarga kita harus menanamkan sebuah sikap saling menghargai antara sesama dan menanamkan cinta kasih. Didalam kehidupan bermasyarakat pun manusia harus saling menghargai antara sesama dan saling tolong menolong dan saling mengasihi dan menjaga antara yang satu dengan yang lainnya. Manusia dalam menjalin hubungannya dengan alam lingkungan sudah tentu Manusia dapat menunjukkan rasa kepeduliannya terhadap alam selain dengan memelihara alam tersebut dengan baik manusia juga menggunakan hasil alam sebagai sesajen untuk menunjukkan bahwa manusia memberikan kesempatan kepada alam sebagai sarana yang akan dipersembahkan kepada Tuhan dalam melakukan sebuah pemujaan terhadap Tuhan itu sendiri. Meningkatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam lingkungannya adalah dengan tujuan untuk mempertemukan Atman dengan Brahma dan mencapai Moksah yaitu yang dimaksud dengan kebahagiaan tertinggi dalam ajaran agama Hindu dan inilah yang dimaksud dengan kebahagiaan sempurna yang diinginkan oleh manusia. Ketentraman dan ketenangan hati serta hilangnya keresahan dan kesedihan adalah tujuan setiap manusia. Dengan itu kehidupan bahagia menjadi realita dan kesenangan serta kegembiraan yang sebenarnya pun terwujud. Hal ini tergapai lantaran tiga sarana. 1. Sarana melalui pembenahan dan kehidupan religi. 2. Sarana yang bersifat alami, dan 3. Sarana praktis yang dijalani dengan kesungguhan. Ketiga sarana inlah yang harus dimiliki para umat hindu pada khususnya dan uamat manusia pada umumnya . Sedangkan selain itu, kalaupun tergapai oleh mereka satu sisi kebahagian dan karena suatu sarana yang diupayakan keras oleh orang-orang bijak dikalangan mereka, tidaklah dapat tergapai oleh mereka sisi-sisi lain yang lebih tinggi manfaatnya, lebih mantap dan lebih bagus nilainya, baik yang dirasakan secara langsung di dunia ataupun kelak di Hari Kemudian. Sehingga diperlukan kiat untuk mencapai kebahagiaan. A. Sraddha dan Bhakti Sarana yang paling agung yang merupakan sarana pokok dan dasar bagi tergapainya hidup bahagia bagi umat hindu adalah Sraddha dan Bhakti. Sraddha, percaya terhadap Tuhan, mempunyai pengertian yakin dan iman terhadap Tuhan itu sendiri. Yakin dan iman ini merupakan pengakuan atas dasar keyakinan bahwa sesungguhnya Tuhan itu ada, Maha Kuasa, Maha Esa dan Maha segala-galanya. Tuhan Yang Maha Kuasa, yang disebut juga Hyang Widhi (Brahman), adalah ia yang kuasa atas segala yang ada ini. Tidak ada apapun yang luput dari Kuasa-Nya. Ia sebagai pencipta, sebagai pemelihara dan Pelebur alam semesta dengan segala isinya. Tuhan adalah sumber dan awal serta akhir dan pertengahan dari segala yang ada. Didalam Weda (Bhagavad Gita), Tuhan (Hyang Widhi) bersabda mengenai hal ini, sebagai berikut:

Etadyonini bhutani sarvanity upadharaya aham kristnasya jagatah prabhavah pralayas tatha. (BG. VII.6)

Artinya : Ketahuilah, bahwa semua insani mempunyai sumber-sumber kelahiran disini, Aku adalah asal mula alam semesta ini demikian pula kiamat-kelaknya nanti. Aham atma gudakesa sarva bhutasaya sthitah aham adis cha madhyam cha bhutanam anta eva cha. (BG.X.20)

Artinya : Aku adalah jiwa yang berdiam dalam hati segala insani, wahai Gudakesa. Aku adalah permulaan, pertengahan dan penghabisan dari mahluk semua. yach cha pi sarvabhutanam bijam tad aham arjuna na tad asti vina syan maya bhutam characharam. (BG. X.39)

Artinya : Dan selanjutnya apapun, oh Arjuna, aku adalah benih dari segala mahluk, tidak ada sesuatupun bisa ada, bergerak atau tidak bergerak, tanpa aku.

Tuhan (Hyang Widhi), yang bersifat Maha Ada, juga berada disetiap mahluk hidup, didalam maupun diluar dunia (imanen dan transenden). Tuhan (Hyang Widhi) meresap disegala tempat dan ada dimana-mana (Wyapi Wyapaka), serta tidak berubah dan kekal abadi (Nirwikara). Di dalam Upanisad (k.U. 1,2) disebutkan bahwa Hyang Widhi adalah "telinga dari semua telinga, pikiran dari segala pikiran, ucapan dari segala ucapan, nafas dari segala nafas dan mata dari segala mata", namun Hyang Widhi itu bersifat gaib (maha suksma) dan abstrak tetapi ada. Pokok-Pokok Keimanan dalam Agama Hindu: 1. Percaya adanya Tuhan (Brahman/Hyang Widhi) 2. Percaya adanya Atman 3. Percaya adanya Hukum Karma Phala 4. Percaya adanya Punarbhawa/Reinkarnasi/Samsara 5. Percaya adanya Moksa Bhakti , kata Bhakti berasal dari urat kata BAJ berasal dari bahasa sanskerta yang berarti terikat pada Tuhan, dari urat kata ini terbentuklah kata Bhakti yang artinya kasih sayang. Kedudukan Bhakti di dalam konsepsi kerangka dasar agama Hindu yaitu : Karma, Bhakti, Jnana, yang hampir pararel dengan konsepsi Tatwa atau filsafat, Etika atau Susila, Upacara atau Yadnya. Ketiga krangka dasar ini diyakini sebagai jalan atau marga dalam usaha menghubungkan diri dengan Tuhan, sehingga sering ditambah atau digabungkan dengan marga atau yoga, dengan penambahan ini maka terbentuklah istilah : 1. Karma marga atau karma yoga 2. Bhakti marga atau bhakti yoga 3. Jnana marga atau jnana yoga

Kedudukan bhakti sebenarnya merupakan bagian yang integral dengan karma dan jnana. Artinya seseorang yang melaksanakan karma marga tanpa disertai dengan rasa bhakti, maka akan kehilangan kehalusan rasa, dan etika sehingga menimbulkan perbuatan yang kasar dan memungkinkan akan melanggar tatakrama ditinjau secara sosiokultural. Demikian pula bila seseorang melaksanakan jnana tanpa disertai dengan rasa bhakti kehadapan Tuhan maka akan terasa kering tanpa rasa. Oleh karena itu kedudukan bhakti dalam tiga kerangka dasar konsepsi itu mempunyai peranan yang sangat penting, karena tanpa rasa bhakti seseorang akan menjadi sombong, angkuh, egois dan kehilangan keseimbangan dalam melaksanakan stabilitas kehidupan. Kepada mereka yang memadukan antara sraddha dan bhakti memberitahukan dan menjanjikan kehidupan yang mampu memperbaiki hati, ahlak, urusan duniawi dan surgawi, mereka memiliki prisip-prinsip mendasar dalam menyambut datangnya kesenangan dan

kegembiraan ataupun datangnya keguncangan, kegundahan dan kesedihan. Dengan demikian mereka menyambut segala hal dengan mensyukuri dan mempergunakannya untuk sesuatu yang bermanfaat, sehingga timbul nilai-nilai agung yang tulus terhadap segala kuasa tuhan. Dengan demikian, hal itu dapat membuahkan di hatinya kesenangan kegembiraan dan hilangnya kegundahan, kesedihan, kegelisahan, kesempitan dada dan kesengsaraan hidup. Selanjutnya, kehidupan bahagia akan benar-benar menjadi realita baginya di dunia ini. B. Berperilaku Baik Melalui Ucapan, Pikiran dan Perbuatan(slokantara 21,43) mnusah sarvabhtesu varttate vai subhsubbe, asubhesu samavistam subhesvevvakrayet. (Sras, 2). Artinya: Di antara semua makhluk hidup hanya yang dilahirkan sebagai manusia sajalah yang dapat berbuat baik ataupun buruk, Leburlah ke dalam perbuatan baik segala perbuatan buruk itu; Demikianlah gunanya (pahalanya) menjadi manusia. Tri kaya Parisudha artinya tiga gerak perilaku manusia yang harus disucikan, yaitu berfikir yang bersih dan suci (manacika), berkata yang benar (Wacika) dan berbuat yang jujur (Kayika). Jadi dari pikiran yang bersih akan timbul perkataan yang baik dan perbuatan yang jujur. Dari Tri Kaya Parisudha ini timbul adanya sepuluh pengendalian diri yaitu 3 macam berdasarkan pikiran, 4 macam berdasarkan perkataan dan 3 macam lagi berdasarkan perbuatan. Tiga macam yang berdasarkan pikiran adalah tidak menginginkan sesuatu yang tidak halal, tidak berpikiran buruk terhadap mahkluk lain dan tidak mengingkari adanya hukum karmaphala. Sedangkan empat macam yang berdasarkan atas perkataan adalah tidak suka mencaci maki, tidak berkata kasar kepada makhluk lain, tidak memfitnah dan tidak ingkar pada janji atau ucapan. Selanjutnya tiga macam pengendalian yang berdasarkan atas perbuatan adalah tidak menyiksa atau membunuh makhluk lain, tidak melakukan kecurangan terhadap harta benda dan tidak berjina. Diantara sarana untuk menghilangkan kegundahan, kesedihan dan kegelisahan adalah berperilaku yang baik terhadap orang lain (subhakarma) melalui ucapan, pikiran dan perbuatan. Semua itu adalah kebaikan untuk diri dan tindak kebajikan untuk orang lain. Karena kebajikan itu dan kadar dari kebajikan itulah tuhan ( Ida Sang Hyang Widhi Wasa) akan menangkis kegundahan dan kesedihan dan maka dari itu akan timbulah kebahagiaan. Jangan terpancing emosi oleh tutur kata buruk seseorang yang diarahkan kepada kita. Diantara perkara yang bermanfaat adalah hendaknya anda mengerti, bahwa tindakan menyakiti yang dilakukan orang lain kepada kita, khususnya dengan kata- kata yang buruk, tidaklah membahayakan kita, bahkan justru membahayakan diri mereka sendiri. Kecuali, jika kita sibukkan diri kita untuk terus memikirkan tindak mereka yang menyakiti itu dan kita izinkan ia untuk menguasai perasaan dan emosi kita. Maka, saat itulah akan membahayakan kita, sebagaimana membahayakan mereka juga. Namun, jika kita anggap angin lalu, tidaklah hal itu membahayakan kita sedikitpun. Ketahuilah, bahwa hidup kita itu mengikuti alur pikiran kita. Jika pikiran- pikiran kita itu mengarah kepada hal-hal yang bermanfaat bagi kita di sisi kehidupan religi maupun duniawi, maka kehidupan kita adalah kehidupan yang indah lagi bahagia. Namun, jika tidak demikian, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Masa bahagia yang pendek itu, janganlah kita pendekkan

lagi dengan kegundahan kelarutan dalam kekeruhan pikiran. Orang yang bijak mengetahui bahwa hidupnya yang sehat dan benar adalah hidup yang penuh dengan kebahagiaan dan ketentraman, dan bahwasanya itu pendek sekali. Maka, tidaklah sepatutnya ia memendekkannya lagi dengan kegundahan dan kelarutan bersama kekeruhan pikiran. Karena, hal itu bertentangan dengan hidup sehat dan benar. Maka orang yang bijak sangat menghemat hidupnya, jangan sampai hari-harinya hilang begitu saja dirampas kegundahan dan kekeruhan pikiran. Dalam hal ini tidak ada bedanya antara orang-orang yang taat dan orang yang jahat. Hanya saja, dalam mewujudkan kehidupan sehat bahagia ini, orang memiliki nilai lebih dan perolehan lebih di sisi manfaat duniawi maupun religi. Menata hati untuk mengharap pahala ilahi dalam berbuat kebajikan adalah sarana yang paling bermanfaat untuk mengusir kegundahan. hendaknya kita menata hati untuk tidak meminta ucapan terima kasih atau imbalan kecuali dari Tuhan (Hyang Widhi). Jika kita berbuat baik untuk orang yang mempunyai atau yang tidak mempunyai hak atas diri kita, sadarilah bahwa itu adalah hubungan kita dengan Tuhan (Hyang Widhi). Karenanya, janganlah kita menaruh perhatian kita pada balasan terima kasih orang yang kita beri suatu jasa atau pemberian itu. Prinsip ini lebih ditekankan dalam hubungan kita dengan keluarga, anak-anak dan orang-orang yang jalinan ikatan kita dengan mereka kuat. Maka, jika kita kuatkan hati kita untuk membuang jauh dari hati kita tindak buruk dari mereka, berarti kita telah membuat orang tenteram (tidak terganggu oleh kita) dan sekaligus kitapun tenteram. Meraih dan melakukan tindakan-tindakan utama merupakan sarana yang dapat membawa ketentraman . Lakukan itu seirama dorongan batin, tanpa mengada-ada yang justru membuat kita mengeluh dan turun tangga, gagal meraih keutamaan itu, karena kita telah melalui jalan yang berbelok dan ini adalah suatu hikmah/karma perjalanan. Di balik suasana-suasana kekeruhan, hendaknya kita dapat menciptakan suasana yang jernih dan manis. Dengan demikian, jernihnya kelezatan dan kenikmatan hidup ini akan bertambah dan suasana-suasana yang keruhpun akan sirna. C. Yadnya Yadnya menurut ajaran agama Hindu, merupakan satu bentuk kewajiban yang harus dilakukan oleh umat manusia di dalam kehidupannya sehari-hari. Sebab Tuhan menciptakan manusia beserta makhluk hidup lainnya berdasarkan atas yadnya, maka hendaklah manusia memelihara dan mengembangkan dirinya, juga atas dasar yadnya sebagai jalan untuk memperbaiki dan mengabdikan diri kepada Sang Pencipta yakni Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Sahayajh prajah strishtva puro vcha prajpatih anena prasavishya dhvam esha va stv ishta kmadhuk (Bh. G. III.10) Artinya : Dahulu kala Hyang Widhi (Prajapati), menciptakan manusia dengan jalan yadnya, dan bersabda: "dengan ini (yadnya) engkau akan berkembang dan mendapatkan kebahagiaan (kamadhuk) sesuai dengan keinginanmu"

Yadnya (yajna), dapat juga diartikan korban suci, yaitu korban yang didasarkan atas pengabdian dan cinta kasih. Pelaksanaan yadnya bagi umat Hindu adalah satu contoh perbuatan Hyang Widhi yang telah menciptalan alam semesta dengan segala isinya dengan yadnya-Nya. Yadnya adalah cara yang dilakukan untuk menghubungkan diri antara manusia dengan Hyang Widhi beserta semua manifestasinya untuk memperoleh kesucian jiwa dan persatuan Atman dengan Paramatman. Yadnya juga merupakan kebaktian, penghormatan dan pengabdian atas dasar kesadaran dan cinta kasih yang keluar dari hati sanubari yang suci dan tulus iklas sebagai pengabdian yang sejati kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa). Dengan demikian jelaslah bahwa yadnya mempunyai arti sebagai suatu perbuatan suci yang didasarkan atas cinta kasih, pengabdian yang tulus iklas dengan tanpa pamerih. Kita beryadnya, karena kita sadar bahwa Hyang Widhi menciptakan alam ini dengan segala isinya termasuk manusia dengan yadnyanya pula. Penciptaan Hyang Widhi ini didasarkan atas korban suci-Nya, cinta dan kasih-Nya sehingga alam semesta dengan segala isinya ini termasuk manusia dan mahluk-mahluk hidup lainnya menjadi ada, dapat hidup dan berkembang dengan baik. Hyang Widhilah yang mengatur peredaran alam semesta berserta segala isinya dengan hukum kodrat-Nya, serta perilaku kehidupan mahluk dengan menciptakan zat-zat hidup yang berguna bagi mahluk hidup tersebut sehingga teratur dan harmonis. jadi untuk dapat hidup yang harmonis dan berkembang dengan baik, maka manusia hendaknya melaksanakan yadnya, baik kepada Hyang Widhi beserta semua manifestasi-Nya, maupun kepada sesama makhluk hidup. Semua yadnya yang dilakukan ini akan membawa manfaat yang amat besar bagi kelangsungan hidup makhluk di dunia. Dengan sarana yadnya inilah untuk menangkis kegelisahan, kegundahan dan kesedihan dimana dengan ketulusan dan keberharapannya terhadap Hyang Widhi melalui yadnya akan dapat menimbulkan ketenangan, ketentraman serta keharmonisan sehingga diharapkan akan muncul kegembiraan yang dapat melahirkan kebahagiaan. D. Kerja dan Swadharma
Swadharma , kata swadharma berasal dari bahasa Sansekerta, yakni dari kata swa dan dharma. Kata swa artinya sendiri, diri sendiri, aku, orang-orang dan golongan sendiri, teman. Kata dharma artinya lembaga, adat, kebiasaan, aturan, kewajiban, moral yang baik, pekerjaan yang baik, kebenaran, hukum, keadilan. Kata swadharma artinya kebenaran sendiri, kewajiban sendiri. Menurut beberapa pengertian swadharma sesuai Sabdakosa Sansekerta tersebut, maka dapat ditegaskan bahwa maksud dan istilah dalam ajaran swadharma adalah kewajiban diri sendiri, kebenaran diri sendiri ataupun hal lainnya yang terkait dengan konteks diri sendiri, terutama dalam hal kewajiban ataupun hal terkait dengan kebenaran atau aturan.

reyn sva-dharma vigunah para-dharmt sv-anusthitt, Sva-dharme nidhanam reyah para-dharmo bhayvahah (Bh. G. III.35) Artinya :

Lebih baik melakukan dharmanya sendiri walaupun tidak sempurna dari pada melaksanakan dharma orang lain walaupun dikerjakan dengan sempurna. Lebih baik mati dalam menyelesaikan dharmanya sendiri dari pada mengikuti dharma orang lain yang berbahaya. Sloka diatas telah menggambarkan dengan tegas bahwa nilai ajaran swadharma mengandung nilai ajaran yang sangat universal dan dapat diimplentasikan diseluruh belahan dunia. Dengan melakukan sesuatu yang terbaik, termulia, terhormat, terbijaksana dimulai dan diri sendiri yang pada akhirnya untuk dipersembahkan selain untuk diri sendiri tetapi juga untuk pihak lain, orang lain, warga lain, sesama lain, suku lain, adat lain, negara lain, bangsa lain dan sebagainya akan diharapkan dapat memberikan suatu kebahagiaan surgawi dan duniawi. Tujuan hidup manusia menurut Weda adalah kebahagiaan yang di dalamnya tekandung makna kesejahteraan, ketertiban, keselamatan dan kebebasan. Secara khusus tujuan hidup ini dirumuskan sebagai Catur Purusaartha, yaitu dharma, artha, kama dan moksha. Hanya dengan mengusahakan dharma orang dapat memperoleh Arta, Kama dan Moksa . Arta dan Kama dalah tujuan duniawi sedangkan moksa adalah tujuan rohani. Seseorang akan dapat meraih empat tujuan hidup apabila ia menjalani tahapan hidup secara wajar dan benar, ada empat tahapan hidup yaitu yg disebut catur asrama : 1. Brahmacari asrama ; pada tahap ini seseorang harus tekun mwempelajari dharma,dharma berarti kebenaran yg berwujud ilmu mpengetahuan duniawi maupun rohani. 2. Grahasta asrama ; masa hidup berumah tangga ,seseorang harus mengaplikasiakn ilmu yg dikuasai menjadi keterampilan hidup untuk mendapatkan arta dan kama. 3. Wanaprasta asrama ; tahap dimana seseorang melimpahakan tanggungjwabnya sebagai kepala rumah tangga dan mulai mengarahkan perhatianya ke hal-hal yg bersifat rohani. 4. Biksuka atau sanyasin; tahap dimana ditandai oleh sikap dan prilaku yg merdeka, artinya ia tidak terikat oleh segala hal yg bersifat duniawi. ubhaubha phalam karma manowagdeha sambhawam, Karmaja gatayo nrnam uttama dhyamah (MDs, XII:3). Artinya : Setiap perbuatan membuahkan hasil dan konsep ini juga disebut hukum karmaphala, karma yang lahir dari pikiran , perkataan, dan badan menimbulkan akibat baik atau buruk Ada sepuluh karma buruk yang harus dihindari : 1. Tiga perbuatan buruk pikiran ; menginginkan milik orang lain, berkeinginkan mencelakai orang lain, dan mengikuti ajaran sesat. 2. Empat perbuatan buruk dari perbuatan ; mencemooh, berbohong, memfitnah, dan berkata kasar. 3. Tiga perbuatan buruk badan ; mencuri, melakukan kekerasaan, dan berzina.

Yang berhasil mengendalikan dirinya, tidak melakukan sepuluh perbuatan terlarang tersebut dipastikan mencapai keberhasilan yang sempurna yang dapat menimbulkan kebahagiaan..Ada dua jenis pekerjaan yang baik:
1. prawerti karma yaitu kerja yang dilakukan untuk mencapai harapan atau hasil tertentu,

akan tetapi karma jenis ini tetap bersifat mengikat, oleh karena itu prawerti karma menyebabkan seseorang mengalami tumimbal lahir. 2. nirwrti karma yaitu kerja yang dilakukan atas dasar pengetahuan yang benar, yaitu kerja tanpa menharapkan hasil, dan dengan demikian menyebabkan seseorang mencapai kebebasan akhir. Akan tetapi nirwrti karma sungguh sulit dilaksanakan oleh masyarakat umum, karena bahwa secara riil tidak ada suatu perbuatan apapun yang dilakukan oleh manusia tanpa didasari oleh keinginan, walau memang secara idealis berbuat karena keinginan untuk mendapat pahala kurang terpuji. Teks weda toh tetap membenarkan umatnya untuk melaksanakan upacara agama dengan didasari oleh keinginan, tetapi keinginan yang berdasarkan dharma untuk mendapat pahala yang baik. Atas dasar konsep hukum kerja dan karakter manusia, maka ditentukan klasifikasi kerja menjadi empat bagian yang disebut catur warna atau warna dharma. Kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata ''Catur" berarti empat dan kata "warna" yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri) artinya memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Empat golongan itu ialah: Brahmana, Ksatrya, Wesya, dan Sudra. Jika dikaitkan dengan ajaran swadharma menurut Sarasamuscaya swadharma dari masing-masing warna adalah: Swadharma Sang brahmana : adhyta brhmano vaijayate dadydiyat trthamukhyni caiva, adhypayedyyjayecchpi yjyn pratigrahan va vihitnupeyt. (Sras : 56) Artinya : Inilah kewajiban sang brahmana : belajar aji, pengetahuan suci, beryadnya:kurban, Berdana punia: beramal, Melakukan tirta yatra : penyucian diri ke tempat-tempat suci, Mengajar : memimpin upacara korban, dan menerima dana. Swadharma Sang Ksatria : adhtya vedn parisamstitya cgninistv yajaih playitv prajasca, bhrtyam bhrtva jatisambandhinasca dnam dattv ksatriyah svargameti. (Sras : 58) Artinya : Adapun kerja yang menjadi kewajiban sang ksarria adalah : mempelajari weda, selalu melaksanakan agnihotra, melaksanakan yadnya, menjaga perdamaian dunia(negara),

mengenal bawahan dan sanak keluarga, dan beramal sedekah , bila berprilaku demikian, kamu akan memperoleh surga kelak. Swadharma Sang Waisya : vaisyo shitya brmant ksatriydv dhanaih kale sambivhajycritmsca, tretprvan dhmamaghrya punyam pretya svarge devasukh bhinukte (Sras : 59) Artinya : Inilah yg patut dilaksanakan sang waisya: belajarlah kamu kepada sang barahmana atau juga kepada ksatria, berdanalah saban waktu, pada hari baik. Bagikanlah secara adil dana tersebut kepada mereka yg datang memerlukan bantuanmu: tekunlah memuja sang triagni yaitu tiga api suci: ahawaniya, garhaspatya dan citagni; ahawaniya artinya api tukang masak untuk memasak makanan, garhaspatya artinya api upacara perkawinan, itulah api yang dipakai saksi pada waktu perkawinan dilangsungkan, citagni artinya api untuk membakar mayat, itulah yang disebut tiga api suci , api itulah yang harus dihormati dan dipuja oleh sang waisya, perbuatan demikian itu menyampaikan dia ke alam sorga kelak. Swadharma Sang Sudra : brahma ksatram vaicyavarnam ca sudrah kramenaitn nyyatah pujyamnah, tutesvetesvavyatho dagdhapapstyaktv deham siddhimistamllabheta (Sras : 60) Artinya : Akan perilaku sang sudra, sedia mengabdi kepada sang brahmana , ksatrya dan waisya, sebagaimana harusnya : apabila puaslah ketiga golongan yang dilayani olehnya maka terhapuslah dosanya dan berhasil segala usahanya. Diantara sarana yang dapat menangkis kesedihan dan keguncangan hati adalah dapat menjalankan swadharma dengan baik untuk dapat menjadikan suatu kebahagiaan. Yang lebih luas lagi adalah bersenerginya kwalitas kemampuan masing-masing golongan dalam menjalankan swadharma maka kebahagiaan yang lebih besar akan terjadi karena masing-masing sudah dapat dapat memberikan rasa tentram, aman dan sejahtera. iyam hiyonih pratham yonih prpya jagatpate, tmnam sakyate trtum karmabhih ubhalaksanaih.(Sras : 4) Artinya : Betapa utamanya dapat menjelma manjadi manusia , mengapa demikian? Karena ,kamu dapat menolong dirimu dari keadaan sengsara dengan berbuat bajik, demikianlah keunggulanya menjelma menjadi manusia. na karmanm anrambhn naiskarmyam puruso nute, na ca samnyasand eva siddhim samadhigacchati (Bh. G. III.4)

Artinya : Tanpa kerja orang tak akan mencapai kebebasan, demikian juga ia tak akan mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja Kedua sloka diatas memberikan kita penyadaran bahwa kita terlahir kedunia sebagai manusia adalah sesuatu yang utama karena kita memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya. Kita dapat menolong diri kita dari keadaan sengsara, dalam pengertian sengsara disini merupakan kesusahan hidup duniawi ataupun terjerumusnya kita kedalam jurang neraka setelah kita mengalami kematian. Cara yang terbaik yang dapat kita lakukan untuk menolong diri kita dari kesengsaraan adalah kerja. Kerja yang dimaksud disini adalah pengertian kerja secara luas yaitu segala kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Karena dengan kerja kita akan dapat mencapai suatu kebebasan dan kesempurnaan. Kebebasan dan kesempurnaan dalam hidup merupakan pencapaian terhadap artha dan kama, tentu diperoleh dengan melakukan kerja yang berdasarkan dharma. Seperti yang dinyatakan dalam sloka berikut : kamarthau lipsamnastu dharmmamevditascaret, nadhi dharmmdapetyrthah kma vapi kadcana. Artinya : Pada intinya, jika artha kekayaan dan kenikmatan hidup yg dicita-citakan, maka usahakanlah Dharma (perbuatan baik) terlebih dahulu, dengan demikian tidak perlu disangsikan lagi, kamu pasti akan mendapatkan artha kekayaan dan keindahan hidup, sebaliknya , tidak ada manfaatnya arta kekayaan dan kenikmatan hidup jika diperoleh denganjalan adharma(amoral) (SS:12) Dalam bekerja sarana yang dapat menangkis kesedihan dan keguncangan hati adalah terputusnya pikiran sepenuhnya untuk memberikan perhatian kepada pekerjaan hari ini yang sedang kita hadapi dan menghentikan pikiran dari menoleh jauh ke waktu mendatang dari kesedihan menengok masa lampau. Hal yang bermanfaat ialah menyelesaikan pekerjaan yang sedang ditangani dan berkosentrasi menghadapi yang akan ditangani. Karena, jika pekerjaan itu tidak kita selesaikan, akan tertumpuklah di depan kita sisa pekerjaan yang lalu ditambah pekerjaan berikutnya, dan beban pun akan menjadi berat. Maka, jika kita tentukan segala sesuatu tepat waktu, niscaya kita dapat menghadapi hal-hal yang akan datang dengan pikiran yang optimal dan penanganan yang optimal pula. Pusatkan perhatian kita kepada hal-hal yang bermanfaat, berbuatlah untuk merealisasikannya, dan janganlah menoleh ke hal-hal yang membahayakan atau merugikan, agar dengan itu kita dapat melupakan hal-hal yang menyebabkan kegundahan dan kesedihan. Jadikanlah ketenangan batin dan pemusatan jiwa sebagai pembantu kita untuk menangani pekerjaan-pekerjaan penting. Seyogiayanya anda memilih yang terpenting dari sekian pekerjaan yang bermanfaat, lalu yang berikutnya dan berikutnya, sesuai urutan nilai kepentingannya. Juga, hendaklah kita memilah mana yang dicenderungi dan sangat diminati oleh hati kita. Karena, hal sebaliknya akan membuahkan kebosanan, menurunnya semangat dan keruhnya pikiran. Jadikanlah pemikiran yang benar dan bermusyawarah sebagai penolong kita untuk itu. Maka, tidak akan menyesal seseorang yang meminta pendapat orang bijak. Pelajarilah dengan cermat apa yang hendak kita lakukan.

E. Mensyukuri Berbagai Karunia Tuhan Sukhasyanantaran dhukasyanantaran sukham, Cakrawajjagatah sarwa wartate sthatarajanggamam. (Slokantara 84(76)) Artinya : Kedukaan datang setelah kesukaan, kesukaan mengikuti kedukaan, semua mahluk mati dan hidup di dunia ini mengalami perputaran roda suka dan duka ini. Dunia ini bukan dunia jika tidak dikuasai oleh suka dan duka. Kesenangan dan kesedihan itu datangnya tidak pernah terpisah. Mereka tidak memilih tempat beraksinya. Orang-orang kayapun dikunjunginya apalagi orang miskin. Mereka kuasai selurah dunia ini, baik benda-benda mati maupun benda-benda hidup. Sudah selayaknya lah kita sebagai manusia mulai menyadrkan diri kita terhadap kesukaan dan keduakaan yang kita peroleh dengan cara selalu mensyukurinya sebagai sebuah karunia Tuhan (Hyang Widhi). Syukur adalah tingkatan yang paling tinggi dan luhur. Sekalipun dalam keadaan sakit, kedukaan ataupun cobaan lainya, jika kita bandingkan dengan kesukaan ataupun kesenangan yang sudah diberikan. Dengan bersyukur terhadap karunia tuhan akan menumbuhkan sikap sabar terhadap cobaan ataupun tekanan, dan yakinlah sikap sabar ini akan merubah hal yang pahit menjadi manis. Kebahgiaan tidak dapat kita tempatkan pada suatu posisi, dalam artian kita harus banyak memberikan perbandingan-perbandingan kondisi sehingga dengan demikian kita dapat memaknai dengan jelas suatu kebahagiaan yang kita inginkan. Jika kita dalam kondisi melebihi orang lain dalam hal kesejahteraan dan materi maka kita ankan merasa hilangnya keguncangan, keruwetan dan kegundahan dalam diri kita sehingga yang timbul adalah bertambahnya kegembiraan dan kesukaan karena dapat menggungguli orang-orang yang ada dibawah kita. Dengan demikian kita akan merasa sangat bahagia terhadap segala bentuk karunia Tuhan. Diantara sarana penyebab lahirnya kegembiraan dan sirnanya berbagai kegundahan dan keruwetan adalah berupaya keras menyingkirkan penyebab kegundahan itu dan meraih berbagai sarana yang dapat membuahkan kegembiraan. Yaitu dengan melupakan cobaan-cobaan yang telah lampau yang tidak mungkin diputar ulang, dan menyadari bahwa kekalutan hati dan memikirkan hal itu adalah suatu tindakan sia-sia dan tidak dibenarkan oleh akal yang sehat, dan bahwasanya memikirkan hal yang semacam itu adalah suatu kebohongan dan kegilaan. Jadi ia harus menekankan agar tidak memikirkan cobaan masa lalu itu. Juga agar ia menekankan hatinya agar tidak gelisah atau guncang menghadapi masa yang akan datang, yang dibayangkan akan menghadapi kemiskinan atau kekhawatiran atau bayang-bayang masa depan buruk yang lain. Hendaknya kita mengetahui, bahwa segala peristiwa dimasa mendatang, baik itu keberuntungan atau keburukan, harapan baik atau derita, adalah tidak dapat diketahui, dan bahwasanya itu semua di tangan Tuhan (Hyang Widhi) yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sedang ditangan kita tiada lain adalah usaha meraih keberuntungan dan menangkis keburukan di masa mendatang itu. Disamping itu hendaknya kita mengetahui, jika kita memalingkan pikiran dari bayang-bayang kegelisahan masa depan dan bertawaqal kepada Tuhan (Hyang Widhi) untuk membenahinya serta percaya penuh kepadaNya saat melakukan itu semua, niscaya hati kita akan tenteram, kondisinya akan membaik dan akan sirnalah kegundahan maupun keguncangan itu. Diantara sarana yang paling bermanfaat untuk sirnanya keguncangan dan kegundahan manakala kita tertimpa aneka bencana adalah hendaknya kita berupaya memandang dan

menjadikannya ringan. Yaitu, dengan mengandaikan atau membayangkan kemungkinan yang lebih buruk dari yang telah terjadi, dan kita kuatkan hati kita dalam menghadapinya. Jika kita lakukan itu, hendaknya kita berupaya, sejauh mungkin untuk meringankan apa yang mungkin diringankan. Maka, dengan penguatan hati dan upaya yang bermanfaat semacam ini akan hilanglah kegelisahan dan kegundahannya, dan berganti menjadi upaya keras untuk meraih berbagai hal yang bermanfaat dan menangkis berbagai kesusahan yang menimpa kita. Lalu, jika kita terhampiri beberapa penyebab ketakutan, penyebab sakit, penyebab kemiskinan dan ketaktercapainya aneka hal yang kita senangi, hendaklah menghadapinya dengan tenang dan menguatkan hati dalam menanggung derita cobaan akan meringankannya dan menghilangkan tekanannya. Terutama jika kita menyibukkan diri kita untuk menangkis cobaan itu sebatas kemampuan kita. Dengan itu, menyatulah dalam diri kita tekad mengukuhkan batin seiring berupaya yang bermanfaat, yang hal itu akan membuat kita tidak kalut oleh berbagai musibah. kita tekan diri kita agar memperbaharui kekuata kita untuk melawan berbagai cobaan dan bencana, seiring bersandar dan percaya penuh kepada Tuhan (Hyang Widhi). Tidak diragukan, bahwa upaya-upaya ini memiliki manfaat yang sangat agung untuk terwujudnya suatu kegembiraan dan kebahagiaan. Demikian halnya, jika kita tertimpa atau khawatir tertimpa cobaan atau hal yang tidak dinginkannya, seyogianya kita membandingkan kesukaan/kesenangan-kesenangan yang telah kita dapatkan, baik di sisi kehidupan religi atau duniawi, dengan cobaan- cobaan yang menimpa kita itu. Maka, saat membandingkan antara keduanya itu, akan nyata betapa banyaknya kesukaan/kesenangan yang dapat kita rasakan dan betapa kecilnya cobaan yang menimpa kita. Begitu juga, seyogianya kita membandingkan bahaya yang dikhawatiri akan terjadinya itu dengan banyaknya peluang kemungkinan terhindar dari bahaya tersebut. Maka, janganlah kita membiarkan kemungkinan yang lemah tadi mengalahkan banyaknya kemungkinan yang kuat itu. Dengan ini, akan sirnalah kegundahan dan kekhawatiran kita. Hendaknya kita pun memperhitungkan kemungkinan terbesar yang dimungkinkan akan menimpa kita. Lalu, kita kuatkan hati kita untuk menghadapinya kalaupun terjadi, dan berupaya untuk mencegah yang belum terjadi dan menangkis atau meringankan cobaan yang terjadi.

KESIMPULAN Kebahagiaan adalah subyek primordial, yang merupakan sifat dasar-alamiah dari manusia Kebahagiaan dapat dicapai secara praktis, sesuai dengan yang tertuang dalam kebijaksanaan nenek moyang kita, tuntunan agama maupun penjelasan ilmiah. Kebahagiaan tidak terlepas dari sikap kikhlasan, karena sikap ikhlas sangat diperlukan dalam hidup ini yang terpenting bagaimana mengenali rasa-nya dan yang terpenting adalah cara-cara (how-to) mencapainya. Agama hindu memandang kebahagiaan adalah sebagai suatu proses perjalanan kehidupan yang tidak saja diarahkan untuk memenuhi kebutuhan duniawi melaikan suatu proses pencapaian tujuan yang lebih jauh yaitu tercapainya kesatuan antara Atman dengan Brahman. Dalam proses kehidupan dan pencapaian kebahagiaan sejati mutlak diperlukan kiat-kiat ataupun rambu-rambu yang dapat dijadikan sebagai suatu arahan untuk sebuah pencapaian perjalanan kehidupan dimana hal ini berguna untuk meletakan seutuhnya dan memfokuskan arah hidup sesuai dengan

tujuan yang diinginkan, beberapa kiat untuk dapat mencapai kebahagiaan menurut cara pandang umat hindu adalah : Sraddha dan Bhakti ; berperilaku yang baik melalui ucapan, pikiran dan perbuatan; yadnya; kerja dan swadharma, mensyukuri berbagai karunia Tuhan. Dengan beberapa kiat ini diharapkan keharmonisan dalam kehidupan dapat terjadi sehingga dapat mengalihkan kedukaan menjadi kesukaan yang akan menimbulkan rasa kebahagiaan di Dunia dan di akhirat yaitu menyatunya Atman dengan Brahman dengan kata lain ( Moksha ) yang merupakan tujuan tertinggi dari agama Hindu dan yang merupakan tujuan akhir manusia lahir ke dunia. DAFTAR PUSTAKA

Dharmayasa. (1992). Canakya Niti Sastra. Jakarta: Hanuman Sakti.

Kajeng, I Nyoman, dkk. (1989). Sarasamuccaya. Denpasar: Pemda Tingkat I Bali. Pudja, I Gde. (1999). Bhagawadgita. Surabaya: Paramita Pudja, I Gde. (1984). Sarasamuccaya. Jakarta: Dirjen Bimas Hindu dan Buddha Depag, RI.

Pendit, Nyoman S. (1988). Bhagawadgita. Jakarta: Daya Prana Press. Punyatmaja I B. Oka (1989). Panca Sraddha. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathi. Pudja, Gde., Sudharta, Tjokorda Rai. (1979). Manawa Dharmasastra. Jakarta: Ditjen Bimas Hindu dan Buddha Depang. R.I. Pudja, I Gde. (1977). Teologi Hindu Dharma (Brahman Vidya). Jakarta: Ditjen Bimas Hindu dan Buddha Depag R.I. . Sudharta, Tjokorda.(2003). Slokantara (Untaian Ajaran Etika). Surabaya : Paramitha. Supartha, Wayan. (1995). Dharma Agama & Dharma Negara. Denpasar: BP. Denpasar. Titib, I Made. (1977). Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita.

You might also like