You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makanan yang dikonsumsi oleh seseorang sangat mempengaruhi kesehatannya. Nutrisi yang dikandungnya akan digunakan tubuh untuk proses metabolisme yang menghasilkan energi, pertahanan, dan pertumbuhan. Ketika makanan yang dikonsumsi seseorang itu mengandung gizi seimbang maka kesehatan tubuhnyapun akan terjaga, sebaliknya jika makanan yang dikonsumsinya tidak memperhatikan gizi maka pemenuhan energi, pertahanan, dan pertumbuhan akan terganggu. Apabila defisit nutrisi tersebut berlangsung lama maka dapat menyebabkan kwashiorkor. Kwasiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat . Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Anak penderita kwashorkor secara umum mempunyai ciri-ciri pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Pentingnya memeperhatikan asupan mkanan bagi anak harus disadari oleh semua orang tua agar tidak terjadi defisit kronis yang menyebabkan kwashiorkor. Di sisi lain orang tua tidak semua paham akan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhan anak. Orang tua juga perlu mengetahui ciri-ciri bila anak menderita kwashorkor dan memerlukan tindakan kuratif. Oleh karena itu peran perawat sangat berpengaruh dalam kasus ini, baik tindakan preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Penyusunan asuhan keperawatan ini diperlukan untuk media pembelajaran dan pedoman bagi mahasiswa keperawatan.

B. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mendefinisikan kwashiorkor 2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penyebab kwashiorkor 3. Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan untuk penderita kwashiorkor 4. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan untuk penderita kwashiorkor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kwashiorkor

Kwasiorkor adalah sindrom klinis yang diakibatkan dari defisiensi protein berat dan asupan kalori yang tidak adekuat. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Kwasiorkor berarti anak tersingkirkan, yaitu anak yang tidak lagi menghisap, dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar usia 5 tahun, biasanya sudah menyapih dari ASI. Walaupun pertambahan tinggi dan berat dipercepat dengan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan berat badan anak yang secara tetap bergizi baik.

B. Etiologi Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :

1.

Pola makan

Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan ASI. 2. Faktor sosial Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun temurun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor. 3. Faktor ekonomi Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya. 4. Faktor infeksi dan penyakit lain Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi. Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan protein, misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan protein secara tidak normal padaproteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta kegagalan mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis. C. Patologi nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati. D. Manifestasi Klinis Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat- Kwashiorkor, antara lain : 1. Wujud Umum Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema. 2. Retardasi Pertumbuhan Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat. 3. Perubahan Mental Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif. 4. Edema Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH. 5. Kelainan Rambut

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang. 6. Kelainan Kulit Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat tekanan. Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercakbercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi. 7. Pada Kelainan Gigi dan Tulang tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi,

osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita. 8. Kelainan Hati Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis, nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor lipotropik. 9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi

disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen. 10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi perlemakan.

11.

Kelainan Jantung

Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan hipmagnesemia. 12. Kelainan Gastrointestinal Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus. Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat didefinisikan secara jelas menurut perbedaan kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala yang ditunjukkan penderita. Marasmus
1. Anak tampak sangat

Kwashiorkor 1. Edema diseluruh tubuh, terutama pada punggung kaki 2. Wajah membulat dan sembab

kurus, hanya tulang terbungkus kulit

2. 3. 4. 5.

Wajah seperti orang tua Cengeng, rewel Perut cekung Sering disertai diare kronik atau sembelit

3. Pandangan mata sayu


4. Perubahan status mental: cengeng, rewel,

kadang apatis
5. Rambutberwarna kepirangan, kusam, dan

mudah dicabut
6. Otot

mengecil, terlihat terutama saat

berdiri dan duduk 7. Bercak merah kecoklatan pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas 8. Menolak segala jenis makanan (anoreksi)
9. Sering disertai anemia, diare, dan infeksi.

E. Komplikasi Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen. Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan dari kwashiorkor adalah: 1. 2. 3. Defisiensi zat besi Hiperpigmentasi kulit Edema anasarka

F. Pemeriksaan penunjang 1. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukanterutama

jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat

besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. 2. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan

adanya kelainan pada paru.

BAB III PEMBAHASAN

A. Kasus II Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dirawat di ruang perawatan anak. Perut tampak buncit dan anak mengalami kelemahan. Rambut tipis dan berwarna kemerahan. Kedua punggung kaki edema dan terdapat lesi pada kedua kaki. Dari pemeriksaan labih lanjut anak dinyatakan kwashiorkor. B. Pembahasan 1. Pengkajian
a. Nama b. Usia

: Nn. V : 5 tahun

c. Jenis kelamin d. Diagnosa medis e. Kepala f. Abdomen g. Ekstremitas

: Laki-laki : Kwashiorkor : Rambut tipis dan berwarna kemerahan : Perut tampak buncit : Punggung kaki edema, terdapat lesi di kedua

kaki h. Kebutuhan nutrisi : Anoreksia i. Kebutuhan Aktivitas dan latihan 2. Analisa Data No 1 Data Do: Anoreksia perut tampak buncit Diagnosa medis= kwashiorkor Ds: 2 Do: Rambut tipis dan berwarna kemerahan Perut buncit Ds: 3 Do: Punggung kaki edema Terdapat lesi dikedua kaki
Diagnosa medis=

: Lemah

Masalah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Etiologi Asupan yang tidak adekuat, anoreksia

Diagnosa Kep Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia.

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Asupan protein Gangguan yang tidak adekuat pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan protein yang tidak adekuat.

Gangguan integritas kulit

Gangguan nutrisi, edema

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi, edema.

kwarhiorkor Ds: -

3. Intervensi

No 1

Diagnosa Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia.

Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, pasien akan menunjukkan peningkatan status gizi dengan kriteria hasil: Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.

Intervensi 1. Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, Tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi pasien 2. Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri. 3. Laksanakan pemberian

Rasional 1. Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.

2. Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien. 3. Roborans meningkatkan nafsu

roborans sesuai program terapi. 4. Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi. 2 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan protein yang tidak adekuat. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x seminggu, pasien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia, dengan kriteria hasil: a. Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia. b.Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan metrik secara berkala. 1. Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas perkembangan sesuai usia anak. 2. Lakukan pemberian makanan/minuman sesuai program terapi diet pemulihan.

makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi. 4. Menilai perkembangan masalah klien.

1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak. 2. Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi system pencernaan.

3. Lakukan pengukuran antropo- 3. Menilai perkembangan masalah klien. 4. Stimulasi diperlukan untuk

personal/sosial sesuai standar 4. Lakukan stimulasi tingkat

usia.

perkembangan sesuai dengan usia klien.

mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.

5. Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (Puskesmas/Posyandu) 3 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi, edema. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam integritas kulit kembali normal dengan kriteria hasil: kulit kembali halus, kenyal dan utuh. 1. Anjurkan pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.

5. Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada. 1. Mencegah ulcus decubitus.

2. Anjurkan keluarga lebih sering 2. Mencegah iritasi kulit dan mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit anak tetap kering. 3. Kolaborasi dengan dokter kulit 3. Tindakan interdependent untuk pengobatan lebih lanjut. bidan/perawat dengan dokter. mengurangi gatal.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA Suryanah. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta: EGC Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC Behrman, L. Richard dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC Rudolph, Abraham M. dkk. 2006. Buku Ajar Pediatrik Rudolph. Jakarta: EGC

PAPER

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN (KASUS II KWASHIORKOR)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I Oleh: Vina Ayu Rosyita Septiana Marifah Febri Yudha Utama Nurmaryani Wahyuni Firdaus Dwi Kuncara Tridamai K. Sarira G2B009019 G2B009020 G2B009024 G2B009026 G2B009027 G2B009029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2011

You might also like