You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK PERCOBAAN V PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONATMELALUI TITRASI ASAM BASA

Oleh: Nama NIM No. Kelompok Tanggal Percobaan Tanggal Pengumpulan Asisten : Hilman Prasetya Edi : 13020028 :2 : 26 Oktober 2011 : 2 November 2011 : Riski Aji K - 10508106

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2011

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONATMELALUI TITRASI ASAM BASA

I.

TUJUAN a. Menentukan kadar natrium karbonat dengan titrasi asam basadan indicator visual. b. Menentukan kadar natrium hydrogen karbonat dengan titrasi asam basadan indicator visual.

II.

PRINSIP PERCOBAAN Titrimetri atau volumetri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis-jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, seperti titrasi asam basa yang melibatkan reaksi asam basa, titrasi redoks yang melibatkan reaksi oksidasi dan reduksi, dan titrasi kompleksometri untuk reaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Dalam percobaan kali ini digunakan metode titasi asam basa atau dengan reaksi asam basa atau bias disebut reaksi penetralan. Titrasi asam basa merupakan metode yang digunakan untuk memantau keasaman atau kebasaan suatu larutan dan untuk menentukan kadar zat yang bersifat asam atau basa, baik organik maupun anorganik. Prinsip umum dari titrasi adalah larutan yang akan diteliti (analit) direaksikan secara bertahap dengan cara menambahkan larutan titran yang telah diketahui konsentrasinya hingga titik ekivalen. Dengan mengetahui volume dan konsentrasi titran, serta persamaan reaksi maka konsentrasi analit dapat diketahui. Digunakan juga indicator

visual, indicator visual merupakan asam atau basa lemah yang

memiliki zat warna yang berbeda dalam bentuk asam atau basa dan mempunyai nilai pH di sekitar

titik ekivalensi dari reaksi titrasi yang diamati. Indikator yang digunakan adalah indicator pp dan indicator metal jingga sebagai penentu titik ekivalen. Faktor faktor yang harus diperhatikan untuk keberhasilan titrasi antara lain ketelitian pembuatan larutan, kebersihan dan kualitas alat-alat yang digunakan. Analit yang digunakan pada percobaan kali ini adalah asam karbonat yang merupakan asam diprotik. Asam karbonat dapat membentuk garam karbonat dan garam hidrogen karbonat. Dalam air kedua garam ini bersifat basa sehingga secara bertahap dapat dititrasi dengan asam kuat. Persamaan reaksi yang terjadi pada percobaan titrasi adalah : CO32- (aq) + H+ (aq) HCO3- (aq) HCO3- (aq) + H+ (aq) H2CO3 (aq) pKa = 6,37 pKa = 10,32
(1)

(2)

Pada reaksi pertama, seluruh CO32- berreaksi dengan H+ menjadi HCO3- yang terjadi pada titik ekivalen (TE) pertama yaitu pada pH TE = 8,345. Setelah itu seluruh HCO3- berreaksi dengan H+ membentuk H2CO3 yang terjadi pada titik ekivalen (TE) kedua yaitu pada pH TE = 3,8

III.

CARA KERJA 1. Membuat Larutan Standar Na2CO3

Berat Cawan kosong ditimbang

Berat cawan + sampel ditimbang

Sampel dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml Air dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml hingga kosentrasi sampel 0,05 M

2. Membuat Larutan Sampel Berat Cawan kosong ditimbang

Berat cawan + sampel ditimbang

Sampel dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml Air dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml hingga garis batas

3. Pengenceran Larutan Standar HCl Larutan HCl 0,05 M 20 ml dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml.

Air dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml hingga garis batas

4. Titrasi Larutan Standar Na2CO3 dengan Larutan HCl Hasil Pengenceran 25 ml larutan Na2CO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditambahkan 3 tetes pp dan 50 ml aqua dm Buret diisi dengan 50 ml larutan HCL hasil pengenceran

Titrasi larutan standar dengan larutan HCl


Larutan akan berubah warna menjadi merah saat mencapai titik kesetimbangan Bagian nilai volume di buret dicatat dan titrasi dilakukan sekali lagi

5. Titrasi Larutan Sampel dengan Larutan HCl Hasil Pengenceran 25 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditambahkan 3 tetes pp dan 50 ml aqua dm Buret diisi dengan 50 ml larutan HCL hasil pengenceran

Titrasi larutan sampel dengan larutan HCl

Nilai volume saat kesetimbangan dicatat

Larutan sampel ditambahkan 3-4 tetes metil jingga

Titrasi sampel dengan HCl sisa

Nilai volume saat kesetimbangan dicatat

IV.

DATA PENGAMATAN

Massa Cawan = 52,8581 g Massa Cawan + Sampel = 54,1581 g Massa Sampel = 1,3 g Massa Na2CO3 = 1,2935 g Titrasi Na2CO3 dengan HCl Volume HCl I II R 8,8 ml 8,4 ml 8,6 ml I II R Titrasi Sampel dengan HCl Volume HCl 10,5 ml 10,5 ml 10,5 ml 19,2 ml 19,1 ml 19,15 ml

V.

PERHITUNGAN Massa Na2CO3 = 1,2935 g Maka mol Na2CO3 = Massa Na2CO3 / Mr Na2CO3 = 1,2935 gram / 106 g/mol = 0,0122 mol

Karena jumlah volume Na2CO3 yang digunakan untuk titrasi adalah 25 ml dari 250 ml, maka molnya pun sebanding dengan jumlah volume Na2CO3 yang digunakan. Mol Na2CO3 = 0,0122 mol / 10 = 0,00122 mol = 1,22 mmol Ketika Na2CO3diencerkan dengan menambah 50 ml air bebas mineral, mol Na2CO3 konstan. Na2CO3 + HCl Na2CO3 + NaCl Koefisien Na2CO3dan HCl dalam reaksi tersebut, oleh karena itu, ketika mencapai titik ekivalen, mol Na2CO3 = mol HCl = 1,22 mmol Molaritas HCl = [HCl] = mol / volume = (1,22 mmol) / (8,6 ml ) = 0,142 Molar. Jadi, dengan titrasi pembakuan, didapat harga molaritas HCl adalah 0,142 Molar. Pada saat titrasi sampel dengan menggunakan pp, volume HCl yang dibutuhkan adalah: 10,5 ml Mol HCl = V.M = 10,5 ml x 0,142 M = 1,491 mmol CO32- (aq) + H+ (aq) HCO3- (aq) Mol Na2CO3 = Mol HCl = 1,491 mmol Karena larutan sampel yang dititrasi adalah seperempat dari volume awal (25 ml dari 100ml), maka 1,491 mmol adalah seperempat dari mol Na2CO3 yang ada di dalam sampel. Mol Na2CO3 dalam sampel = 4 x 1,491 mmol = 5,964 mmol

Pada saat titrasi sampel dengan menggunakan metil jingga, volume HCl yang dibutuhkan adalah: 19,15 ml Mol HCl = 19,15 ml x 0,142 Molar = 2,7193 mmol HCO3- (aq) + H+ (aq) H2CO3 (aq) Mol HCO3- = Mol HCl = 2,7193 mmol Mol HCO3- sampel = Mol HCO3- reaksi2 Mol HCO3-reaksi1 = 2,7193 mmol 1,491 mmol = 1,2283 mmol Karena larutan sampel yang dititrasi adalah seperempat dari volume awal (25 ml dari 100ml), maka 1,2283 mmol adalah seperempat dari mol HCO3- yang ada di dalam sampel. Mol HCO3- = 4 x 1,2283 mmol = 4,9132 mmol Massa sampel hasil perhitungan = Massa HCO3- + Massa Na2CO3 = 4,9132 x 85 + 5,964 x 106 = 1,0498 g

VI.

PEMBAHASAN Pada titrasi kali ini larutan HCl dibuat dan dititrasi terlebih dahulu agar konsentrasi HCl yang digunakan diketahui. Selain itu digunakan juga indicator pp karena pH kerja pp berada pada interval 8,0 sampai 9,6 dan pH titik ekivalen karbonat berada pada pH 8,3 (berada di dalam rentang pH kerja fenolftalein). metil jingga juga digunakan sebagai indicator karena pH kerja dari metil jingga adalah 3,1-4,4 dan pH titik ekivalen dari hydrogen karbonat adalah 3,9 (berada di dalam rentang pH kerja metil jingga). Oleh karena itu, metil jingga juga digunakan sebagai indikator dalam titrasi hidrogen karbonat. Didapatkan hasil perhitungan kadar sampel dengan metode titrasi asam basa berbeda dengan hasil penimbangan awal karena beberapa hal, seperti: 1. Terdapat CO2 atau pengotor lainnya di dalam air aqua dm atau alat. CO2 atau pengotor lainnya dapat mengganggu reaksi karena CO2 dapat berreaksi dengan air menjadi H2CO3. Hal ini membuat titik ekivalen reaksi menjadi tidak tepat saat jumlah mol titran dan analit sama.

2. Jumlah penambahan indicator yang tidak sama. Jadi untuk setiap titrasi yang dilakukan secara duplo, jumlah indicator yang ditambahkan haruslah sama, jangan berbeda-beda. Hal ini juga akan mengganggu titik ekivalen titrasi. 3. Kesalahan praktikan. Kesalahan yang dilakukan praktikan sebenarnya dapat diminimalisir dengan cara memperbaiki diri dan melakukan persiapan yang mantap sebelum melakukan percobaan. Namun tetap saja ada kesalahan yang dapat terjadi. Contohnya adalah kesalahan pembacaan volume titran dan pencucian alat yang kurang bersih. Kadar HCO3- dan Na2CO3 dalam sampel dapat kita hitung dengan cara : Kadar HCO3- = Massa HCO3- / Massa Sampel x 100% = 4,9132 x 85 / 1,0498 x 100% = 39,78% Kadar Na2CO3 = Massa Na2CO3 / Massa Sampel x 100% = 5,964 x 106 / 1,0498 x 100% = 60,22%

VII.

KESIMPULAN Titrasi asam basa dengan menggunakan indicator visual dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu zat di dalam suatu senyawa. Kadar Kadar dalam sampel = 60,22 % massa dalam sampel = % massa

VIII.

DAFTAR PUSTAKA http://en.wikipedia.org/wiki/Purified_water (Diakses tanggal 10 Oktober 2009 pukul 11.22) http://kimiaanalisa.web.id/bagaimana-membuat-larutan-standar/ (Diakses tanggal 10 Oktober 2009 pukul 14.30) http://kimiaanalisa.web.id/syarat-memilih-titran-dan-analit-untuk-titrasi/ (Diakses tanggal 10 Oktober 2009 pukul 14.40) http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah%20054828 /materi.HTM (Diakses tanggal 6 Oktober 2009 pukul 20.00) http://rumahkimia.wordpress.com/2009/05/02/titrasi-asam-basa/ (Diakses tanggal 6 Oktober pukul 17.54) http://warnadunia.com/apa-itu-titrasi-asam-basa/ (Diakses tanggal 6 Oktober 2009 pukul 20.15) http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimia_fisika1/kesetimbangan_asam_basa/ kurva_ph_titrasi/ (Diakses tanggal 6 Oktober 2009 pukul 22.23) Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. USA: Mc Graw Hill. Page 273 276.

You might also like