You are on page 1of 9

1 + 1 + 1 = 24.

000 Teknik Penginjilan:

DASAR. Ada beberapa point utama yang harus anda kuasai sebelum anda memberitakan injil - Bibliogi - Soteriologi - Ekklesiologi Bibliologi adalah pengetahuan tentang alkitab, hal ini berkaitan juga dengan Hermeneutika ( cara penafsiran). Soteriologi adalah pengetahuan mengenai keselamatan, dengan memiliki pengetahuan ini anda dapat menyampaikan perbedaan antara umat Kristen dengan non Kristen. Sebab keselamatanan adalah hal mendasar yang ada dari diferensiasi berbagai agama di muka bumi ini. Ekklesiologi adalah pengetahuan mengenai gereja yang sesuai dengan alkitab (alkitabiah), dengan memiliki kemampuan ekklesiologi anda akan mampu mengajarkan dan mengindikasikan apakah sebuah gereja sudah benar atau belum berjalan dalam Firman Tuhan.

CARA: Salah satu cara yang paling ampuh dan bisa diterima semua orang adalah merubah diri. Biarkan orang melihat perbedaan nyata, antara kita sebelum dan kita sesudah lahir baru. Hilangkan semua keburukan hidup lama, ganti dengan hidup baru yang sesuai dengan jalan yang kudus. Biarkan anda menjadi garam dan terang dunia bagi lingkungan sekitar anda, keluarga kerabat teman teman dan lingkungan tempat tinggal. Kemudian, setelah anda berhasil mereformasi diri sendiri, perbanyaklah berteman, berlatihlah untuk menjadi teman yang menyenangkan, teman yang bisa diterima semua kalangan. Nah setelah anda berhasil mereformasi diri, dan berhasil diterima oleh teman teman anda, selanjutnya akan lebih mudah. Karena mengajak seorang teman jauh lebih mudah dari pada mengajak seorang musuh.

Peluang Emas
"Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang

untuk dituai." (Tuhan Yesus Kristus) Berkebalikan dengan berbagai kesulitan yang menghadang, masa krisis ini merupakan peluang emas. Kita hidup dalam masa yang menurut DR. Bill Bright maupun DR. Billy Graham, "Masa di mana belum pernah ada kebutuhan Injil sebesar ini sebelumnya". Berkaitan dengan itu, tujuan Evangelism Explosion (EE) International Metropolitan adalah menekankan prioritas penginjilan dan menjadikan setiap orang Kristen lancar memberitakan Injil (ber-PI) di manapun, serta bermultiplikasi seproduktif mungkin hingga Tuhan Yesus datang. Seorang Kristen perlu mengaitkan beritanya secara tepat dengan berbagai informasi, situasi, dan keperluan. Berita ini juga harus bersaing dengan berbagai isu gencar seperti perdamaian dunia, terorisme, krisis ekonomi, persaingan partai politik, dan lain-lain. Berita kita adalah Kristus, yang disalibkan dan bangkit. Berita yang sama pernah disampaikan Rasul Paulus; ia takut dan gentar, tetapi tetap memberitakan Kristus, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya. Karena itu setelah berlatih, kita akan kembali melayani secara lebih bijak. Dengan kekuatan Roh Kudus kita pergi memberitakan Injil - Injil yang tak pernah berubah - di dunia yang berubah ini; dan mengalami hari baru dalam sejarah penginjilan Anda di Indonesia dan dimanapun.

Goal
Setiap orang Kristen memenangkan satu jiwa

Misi
Memuliakan Allah dengan cara memperlengkapi orang-orang Kristen di metropolitan dan di manapun untuk bermultiplikasi melalui persahabatan, penginjilan, pemuridan dan pertumbuhan gereja yang sehat.

Mengenal Penginjilan Pelatihan


Pelatihan pada umumnya dilaksanakan dengan materi khusus dalam bentuk lokakarya bagi para pemimpin dan bagi aktivis atau jemaat umum. Aspek-aspek pelatihan - Lokakarya oleh para pengajar. - penginjilan lapangan (on the job training) oleh peserta dipandu para pelatih - Pelaporan hasil visitasi disertai evaluasi dan doa bersama

Dampak pembelajaran

Anda mengalami perspektif segar karena ketakutan Anda mulai terkikis selama pelatihan dan pembibingan lapangan yang dinamis. 1. Anda lancar ber-PI dalam suasana persahabatan, sehingga dapat berinteraksi dengan nyaman tanpa orang lain merasa digurui. 2. Anda tidak bergantung pada orang lain, bahkan dapat ber-PI secara luwes kepada orang terdekat (orangtua, anak, teman, atasan, kolega, dsb) yang selama ini sulit dilakukan dengan metode lainnya.
3. Anda berpotensi menjadi pemimpin dan pelatih penginjilan Dengan materi pelatihan dan

follow up yang transferable dan teruji 4. Anda dapat mengorganisir tim PI yang tangguh 5. Anda menjadi teladan dan lebih dihargai dalam memotivasi orang lain untuk bersaksi karena Anda sendiri mengalaminya. Hal yang masih langka saat ini. 6. Dengan kemurahan Allah dan kuasa Roh-Nya: Anda dapat bermultiplikasi luar biasa untuk menggenapkan Amanat Agung.

Impian
"Monumen yang kuinginkan setelah kematianku adalah monumen berkaki dua yang pergi ke seluruh dunia, yaitu seorang berdosa yang telah diselamatkan lalu giat menceritakan berita keselamatan Yesus Kristus." (Dwilight L. Moody) MENGATASI KERAGU_RAGUAN a. Memenangkan Jiwa bagi Kristus Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah., 2 Timotius 1:8 Penting bagi kita untuk mencatat bahwa bukan kita yang menentukan apakah kita bisa memenangkan jiwa bagi Kristus tetapi kita harus menjadi bejana yang rela untuk dipakai Tuhan bagi tujuan-Nya. Meskipun mungkin kita tidak percaya, penting bagi kita untuk berfokus kepada Tuhan dan meminta hikmat mengenai cara melakukan penginjilan. Sering kali, kita berjuang keras untuk menginjili karena kita melakukannya dengan usaha kita sendiri. Kita bisa meragukan kemampuan kita sendiri tetapi kita tidak boleh meragukan kemampuan Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan bisa menggunakan siapa saja untuk melakukan kehendak-Nya dan jika kita ingin dipakai untuk kemuliaan Tuhan, kita harus mengizinkan Tuhan untuk memakai kita untuk membagikan kabar baik. Kenyataannya, kita adalah duta-duta Kristus (2 Kor 5:20) dengan sebagai duta kita mewakili Tubuh Kristus di bumi. Peran dari seroang duta adalah juga untuk memperkenalkan

negara yang diwakili oleh duta tersebut! b. Membuktikan Keberadaan Tuhan Kita tidak harus membuktikan kepada mereka bahwa Tuhan itu ada! Tuhan akan membuktikannya sendiri kepada mereka! Tuhan telah membuktikan keberadaan-Nya di banyak kesempatan. Elia membuktikan bahwa Tuhan ada sedangkan Baal tidak ada (1 Raj 18). Musa membuktikan kepada Firaun keberadaan Tuhan yang penuh kuasa yang lebih berkuasa daripada para penyihir Firaun. Les Strobel, penulis dari The Case For Christ dan merupakan seorang guru Alkitab yang sebelumnya seorang ateis yang tidak percaya kepada Kristus. Pencariannya dilakukan untuk meneliti iman istrinya yang akhirnya membawanya kepada kristus! Dalam pelayanan Gembala Bp. Pendeta Niko melalui beberapa acara khusus yang diadakan di beberapa kota di Indonesia, hadirat Tuhan adalah bukti melalui kesembuhan dari orang-orang yang sakit atau tidak memiliki banyak harapan untuk sembuh. Satu hal yang telah saya pelajari di dalam perjalanan iman saya kepada Kristus adalah Tuhan tinggal di dalam kita. Tuhan adalah kasih (1 Yoh 4:8). Meskipun kita tidak bisa melihat, atau menjamah kasih, kita tahu bahwa kasih itu ada. Sama halnya dengan Tuhan, kita tidak bisa melihat dan menjamah-Nya secara fisik tetapi kita tahu Dia ada karena kita mengalami hadiratNya di dalam hati dan hidup kita! MENGATASI KETAKUTAN

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. 2 Timotius 1:7 Tuhan meminta kita untuk tidak takut. Firman janganlah takut muncul 63 kali di dalam Alkitab. Ini telah menjadi perintah Tuhan untuk umat perjanjian-Nya sejak semula. Kejadian 15:1 "Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar. Bersaksi adalah sebuah pertualangan di mana kita berada di ujung tombak dari Kerajaan Allah dan bisa melihat mukjizat terjadi. Karena Tuhan begitu tertarik dalam memenangkan manusia yang Dia berikan kepada Anda, tentara-Nya, serta sejumlah besar sumber daya untuk dipergunakan untuknya. Iblis membenci saat-saat kita membawa orang ke dalam Kerajaan Allah. Salah satu senjata utamanya adalah ketakutan, di mana dia bermaksud untuk mencegah orang Kristen bergerak dalam pertualangan besar ini. Berikut ini adalah beberapa kunci untuk mengatasinya. a. Mengatasi ketakutan akan olokan dan penolakan Takut kepada orang mendatangkan jerat, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, dilindungi. Ams 29:25

Ingatlah bahwa kita adalah milik Yesus sekarang. Dia bersama dengan kita melalui Roh-Nya. (Matius 28:20; 1 Kor. 6:19) Percaya kepada Tuhan dan segala kemampuan-Nya akan menghancurkan ketakutan ini. Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani13:6) Tiga kali Tuhan meminta Yosua untuk menguatkan dan meneguhkan hatinya. Meskipun Yosua kelihatan seperti menghadapi kemustahilan, dia mengatasi tembok Yeriko dan menguasai tanah yang telah disediakan Tuhan untuknya! Jika Anda bekerja untuk presiden atau perdana menteri Singapura, Anda tidak akan merasa ditolak. Mari saya bagikan kepada Anda: Anda sedang melayani Raja dari segala raja, Tuhan dari segala tuhan. Jadi ketahuilah sekarang bahwa Anda sedang melayani Tuhan Yang Maha Kuasa! b. Mengatasi rasa malu (kesadaran diri) Untuk mengatasi ini kita harus menyadari kebenaran bahwa Tuhan ada di dalam kita melalui Roh-Nya. Sebagai anak-anak Allah, mari kita berjalan dengan tuntunan Roh Kudus. (Kis 4:29-3; Ams. 28:1) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita (Rom 8:37). Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita (Rom 8:31)? c. Mengatasi rasa takut akan kegagalan Ini bisa diatasi jika Anda TERLATIH UNTUK BERSAKSI dan mempersiapkan diri Anda secukupnya. Bacalah Alkitab dan ikuti kelas SON (School of New Beginners) agar Anda memiliki pengetahuan dasar mengenai iman. Ketika kita berakar di dalam Firman Tuhan, kita tidak akan mudah tergoncang. Kita juga harus mempelajari cara untuk berbagi dengan efektif dan belajar untuk meningkatkan cara kita mengabarkan injil (dengan berdoa bagi seseorang, dengan cara hidup Anda, mukjizat hidup Anda, dan sebagainya. Penting bagi kita untuk percaya apa yang dikatakan Tuhan tentang Anda dan tujuan-Nya bagi Anda. (Yoh 15:8,16; 2 Tim. 1:6-8) Kita harus menyadari bahwa Tuhan telah memberikan kita segala yang kita perlukan untuk berhasil. (2 Pet 1:3). Kita harus menerima dengan iman apa yang kita perlukan dari Tuhan. Kesimpulan Ketika kita berbagi dengan orang-orang yang kita kasihi atau teman serta rekan kerja mengenai injil, mari kita berdoa dan biarkan Roh Kudus menuntun kita dengan cara kita harus berbagi. Kita mungkin ragu dan takut tetapi kita harus belajar untuk menyerahkannya semuanya kepada Tuhan yang lebih daripada mampu untuk mengatasinya bagi kita. Sukacita kita dipenuhkan ketika kita bersaksi mengenai apa yang kita kenal tentang Tuhan (1 Yoh 1:3). Tidakkah itu luar biasa untuk bisa membagikan hal yang baik serta kabar baik kepada orang lain! Semoga Tuhan ditinggikan dan dimuliakan! Amin.

BERSAKSI KEPADA UMAT ISLAM ? ". kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah 1:8) Tahun 2010 baru kita tinggalkan dan di tahun itu ada dua peristiwa penting yang bisa direnungkan sehubungan dengan judul artikel ini. Pertama, di Bekasi ada yayasan kristen yang melakukan penginjilan dan pembaptisan massal di kalangan pemulung Islam, dan kedua, ada gereja di Bandung yang melakukan ibadat Natal dengan mengundang penyanyi dan tokoh Islam untuk bersaksi. Di kalangan kristen, ada yang memuji keduanya namun ada juga yang menolak cara-cara itu. Kesaksian kristen memang berada diantara dua kecenderungan yang 'menekankan penginjilan' atau 'menekankan dialog,' keduanya secara asasi termasuk cara-cara yang bisa dilakukan oleh umat kristen sebab baik Yesus, para rasul, maupun Paulus pernah melakukan kedua cara kesaksian itu, namun mengapa kedua kasus di atas kontroversial? Antara penginjilan Masal dan Dialog Kalangan misi kristen pertama memang dihadapkan berbagai tantangan dalam usaha kesaksiannya, kedua contoh diatas bertujuan bersaksi kepada umat Islam. Apakah plus minus keduanya? Ada yang menyetujui 'penekanan pada penginjilan masal' dengan alasan karena itulah perintah Yesus yang utama untuk menjadikan 'semua murid-Ku.' Namun, ada juga yang menolaknya karena metoda demikian kurang memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat yang dituju. Memang fakta di Bekasi terbilang fanatik dalam hal beragama di kalangan masyarakatnya,penginjilan dan pembaptisan masal yang ditujukan kepada kalangan mereka dengan mengangkut para pemulung dengan banyak bis ternyata berakibat reaksi keras dimana mereka menghentikan upacara itu bahkan mengejar si pendeta yang dikenai fatwa mati. Apalagi hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa beberapa pemulung ketika diwawancarai mengaku belum mengerti ia mau apa dalam ritual itu. Dulu juga ada dua penginjil yang secara frontal menginjili kalangan Islam bahkan dengan fanatisme menyatakan bahwa 'Allah adalah nama berhala Arab,' akibatnya keduanya dicari dan diberi fatwa mati oleh kalangan forum Islam tertentu. Sejak pembaptisan masal itu beberapa gereja di bekasi mengalami tekanan lebih dari biasanya. Memang kelemahan penginjilan dan pembaptisan masal yang terlalu menekankan aspek kwantitatip itu kurang memperhatikan kwalitas iman para petobat dan menimbulkan syak bagi pihak lain. Biasanya pertobatan demikian bersifat

praktis, apakah karena kotbah bersifat emosional atau dalam kasus Bekasi karena mereka menerima bantuan ekonomi. Namun yang jelas penginjilan dan pembaptisan masal biasanya memang menghasilkan 'kristen nominal' yang mau dibaptis namun mereka belum mengenal 'Yesus sang juruselamat manusia secara pribadi,' akibatnya banyak di kalangan ini bila menghadapi tantangan akan goyah sekalipun ada juga yang memang benar-benar menerima Kristus sebagai juruselamat secara pribadi. Ada yang menyetujui 'penekanan pada dialog' dengan alasan dialog adalah cara efektif menghadirkan suasana toleransi dimana kedua pihak bisa saling bersaksi. Memang melalui dialog antar umat-beragama demikian keduanya bisa berkumpul dan bersalaman disatu gedung, dan ini tentu baik juga bila dalam kotbah Natal bisa diperdengarkan proklamasi tentang 'Yesus sang juruselamat manusia yang lahir di Betlehem' yang juga bisa didengar oleh mereka yang diundang itu. Namun, apakah hal itu bisa dicapai? Kita perlu berhati-hati dalam menjalankan eksperimen ibadat demikian, karena biasanya kalangan yang gandrung melakukan 'dialog' adalah kalangan modern yang terpengaruh faham 'inklusivisme' (universalisme) yang menganggap bahwa semua agama itu sama-sama menuju Tuhan 'Yang Satu' itu tapi itu bukan dalam pengertian 'Tuhan Abraham yang Esa' (Ul.6:4) namun dalam perkembangannya lebih menjurus kearah pengertian 'Tuhan mistik yang tidak berpribadi, dasar keberadaan semua yang ada.' Akibatnya, peran Yesus sebagai 'Tuhan dan Juruselamat' direduksi (demi toleransi) sekedar diterima sebagai 'salah satu avatar/perantara' saja setingkat dengan para nabi agama-agama lain, dan kesaksian proklamasi injil menjadi luntur dan dikorbankan. Ibadat eksperimental dialogis semacam itu sudah lama dilakukan di Eropah dengan akibat sekarang banyak pendeta di sana yang menyangkali 'keunikan Yesus sebagai Tuhan dan Mesias' dan situasi ini mendorong gereja ditinggalkan jemaatnya, padahal gereja yang menekankah ajaran firman Allah yang teguh masih dipenuhi jemaat, gejala yang sama bisa dilihat di Amerika. Ini membawa kita kepada perenungan sampai dimanakah 'kadar misi Injil Kristus' yang ada dalam acara dialogis demikian? Di negara-negara Eropah sekarang toleransi ternyata hasilnya tidak diharapkan telah menimbulkan bangkitnya perilaku salah kaprah dimana kekuatan fundamentalisme 'islam,' dan 'anti-Islam' yang berlebihan mulai menunjukkan gigi, misalnya membatasi arus imigrasi, pelarangan jilbab maupun penggunaan atribut agama lainnya. Allah, Sesembahan Dalam Bahasa Arab Ditengah kedua ektrim pendekatan kesaksian demikian, masih adakah cara pendekatan dalam menyaksikan Injil Kristus kepada kalangan mayoritas di Indonesia oleh umat kristen yang minoritas? Gambar pada awal artikel ini menunjukkan adanya sekelompok orang di Palestina yang sama-sama berbahasa Arab tetapi ada yang menganut agama Yahudi, ada yang menganut agama Kristen, dan ada yang menganut agama Islam,

dan mereka duduk berdampingan secara damai dibawah tulisan 'Allah' (bahasa Arab, elohim dalam Al Quran terjemahan Ibrani, dan theos dalam PB Yunani & Tanakh Ibrani) didinding dibelakang mereka. Ini mengisyaratkan bahwa Allah adalah nama yang dikenal dan dipercayai oleh semua pihak yang beragama Abraham (semitik) di sana sekalipun berbagai agama itu menerima ajaran/aqidah yang berbeda sesuai kitab suci masing-masing. Menarik membaca syahadat pertama agama Islam 'la ilaha illa Allah' yang tertulis dalam Al Quran (QS.47:19), padahal pengakuan ini sudah 6 abad lamanya diucapkan dalam 'pengakuan Paulus' yang tertulis dalam '1Korintus 8:4,' (oudeis theos eimee heis. Cat: Dalam salinan yunani yang lain dibelakang 'theos' ada tambahan kata 'heteros' [lain], tapi maksudnya sama). Yang membedakannya hanyalah dalam Al Quran yang dimaksud ayat itu secara tersurat adalah 'Allah' sedangkan dalam pengakuan Paulus yang diterjemahkan Al Kitab dalam bahasa Arab kata itu ditulis 'alhad/wahid' yang artinya 'Esa' (yun: heis). Sekalipun tersurat/harfiah tidak sama namun yang tersirat/hakekat-nya sama karena dalam konteks Al Quran disebut bahwa Allah itu 'Mahaesa' (QS.38:65), 'Pencipta Langit dan Bumi' (QS.35:1), dan 'Pemberi Hidup' (QS.57:2), sedangkan dalam konteks Alkitab PB khususnya 1Kor.8:4 disebutkan bahwa 'Yang Esa' itu adalah 'pencipta dan pemberi hidup' (1Kor.8:6). Baik dalam Al Kitab maupun Al Quran, ayat-ayat pengakuan/syahadat itu ditujukan untuk melawan berhala! Data Al Quran juga menyebut bahwa pada masa Islam, di gereja dan sinagoge juga banyak disebut nama Allah sama halnya di Mesjid, itu berarti bahwa pada masa pra-Islam nama 'Allah' sudah digunakan oleh umat yahudi dan kristen terlebih dahulu. "(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah." Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa." (QS.22:40) Dalam Surrah Al Quran (QS) disebut "orang Yahudi menyebut Allah" (5:64), dan "orang Yahudi & Nasrani beriman kepada Allah" (2:62) dan menyebut "kami anak-anak Allah" (5:18). Orang Nasrani menyebut "Isa Almasih putra Allah" (9:30) dan "rasul utusan Allah" (4:157,171;61:6), dan "Isa menjawab: Bertakwalah kepada Allah" (5:112) dan berkata "Aku ini hamba Allah" (19:30), dan "Allah mengangkat Isa kepada-Nya" (3:55;4:158;5:110). Ini menunjukkan bahwa nama 'Allah' sudah dipakai umat Yahudi dan Kristen Arab termasuk dalam kitab-kitab mereka (QS.2:97;5:48) pasa masa kelahiran Islam dan sebelumnya.

Akhirnya . . . Dari kesamaan dasar 'Allah yang esa sebagai pencipta langit dan bumi dan pemberi hidup' itu dan yang telah 'menyatakan diri kepada Abraham/Ibrahim' yang dipercayai oleh baik agama Yahudi, Kristen maupun Islam, maka kita dapat melanjutkan misi sebagai 'Saksi Kristus' untuk bersaksi kepada umat Yahudi dan Islam bahwa Allah yang sama itu dalam Al Kitab Perjanjian Baru menyatakan diri dalam 'Yesus Kristus' (1Kor.8:6) yang perlu diproklamasikan sebagai 'Tuhan dan Juruselamat.' Kabar baik Injil (evangelion) inilah yang bisa menjadi dasar berpijak yang sama dan juga kesaksian kristiani, yang utama dan yang teguh masakini di dunia Islam, selanjutnya apakah kita akan menggunakan cara' penginjilan masal' atau 'dialog' perlu dilihat situasi dan kondisi dan konteks kemasyarakatan yang dihadapi dengan maksud agar kesaksian itu lebih efektif, sebab baik Tuhan Yesus dan Paulus juga memiliki strategi penginjilan yang berhati-hati juga. Tujuan kesaksian Kristen adalah agar mereka yang kita beri kesaksian itu mendengar dan menerima 'kabar baik Injil' yaitu 'Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi' dan 'menjadi murid-Nya,' dan untuk tugas yang tidak mudah itu kita perlu meminta penyertaan Roh Kudus agar kuasa-Nya menjadikan semuanya itu tercapai. "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes 3:16). "Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Roma10:15b).

You might also like