You are on page 1of 189

Mitologi Yunani

ZEUS Sang Raja Petir Penguasa Jagat Raya


Penguasa jagat raya, pengendali cuaca, bos para dewa-dewi dan manusia : Zeus adalah dewa pemimpin Pantheon (Kuil kuno di Roma yang dipersembahkan kepada semua dewa) pada zaman Yunani kuno. Tempat-tempat pemujaannya beragam, mulai dari rumah tangga biasa hingga Olympia, kuil pemujaan terbesar. Arti pentingnya tecermin dalam berbagai bab buku-buku beragam pemuja yang dipersembahkan kepadanya. Begitu juga yang bias kita jumpai dalam buku-buku agama, serta mitlogi Yunani. Buku ini, mungkin adalah karya pertama yang mencoba menangkap segala pemujaan terhadap Zeus, dalam berbagai aspeknya, serta menyajikannya dalam sebuah karya utuh. Dalam sebuah studi yang komprehensif dan mendalam, Ken Dowden menyajikan hasil penelitiannya tentang pada dewa-dewi itu bagi kita yang hidup di sebuah milenium yang sama sekali baru. Legenda, kultus dan seni dicermati, sebagaimana filosofi, drama, teologi, lukisan dan banyak lainnya. Zeus tidak sekadar dipandang sebagai dewa Yunani itu sendiri, tetapi juga sebagai dewa dunia Mediterania yang berkembang serta Roma,

ketika ia menjadi Yupiter-nya. Pentingnya Zeus dalam periode masa pertengahan dan zaman modern didiskusikan dalam bagian pembuka. Buku ini berisi ilustrasi yang beragam, bagan-bagan dan peta serta menyediakan pengenalan yang menyeluruh dan dapat diterima, selain ilmiah, tentang sang dewa penguasa Kuil Pantheon Yunani. Ken Dowden adalah Profesor Sastra Yunani dan Romawi Kuno, dan Direktur Institut Arkeologi dan Kepurbakalaan di University of Birmingham.

DAFTAR ISI Rangkaian Prakata ix Daftar peta xiii Daftar ilustrasi dan kredit xv Kata pengantar xix Tabel kronologis xxiii Peta Yunani dan wilayah-wilayahnya xxvi MENGAPA ZEUS? 1 MEMPERKENALKAN ZEUS 3 Bukti untuk Zeus 4 Menjelaskan Zeus 8 Selayang Pandang: Impresi pertama dari Zeus 16 TEMA-TEMA KUNCI 19

1 MEMBAYANGKAN ZEUS 21 Ikhtisar 27 2 HUBUNGAN ZEUS DENGAN DEWA-DEWI DAN KEFANAAN 28 Zeus dalam Zaman Perunggu 28 Ayah, saudara, suami 29 Kelahiran dan kematian Zeus 32 Titanomachy, Taifun, Gigantomachy 35 Aktivitas seksual Zeus 39 Ikhtisar 52 vi KONTEN 3 ZEUS DARI CUACA KE NASIB 54 Cuaca, halilintar 54 Gunung 57 Pengendalian waktu dan kejadian 61 Ikhtisar 64 4 ZEUS DAN TATANAN MASYARAKAT 65 Athena 65 Pusat Zeus 67 Raja-raja dan penghakiman Zeus 72 Raja-raja bersejarah 76 Kebutuhan pihak luar: orang asing, pemohon, sumpah 78 Zeus di rumah: berdoa, minum dan bersumpah 80 Ikhtisar 84

5 BERPIKIR TENTANG ZEUS 86 Visi Homer, dan penyair kuno 86 Pemikir pra-Socrates 91 Panggung tragis 92 Zeus dalam Plato dan Aristoteles 95 Beberapa penyair Hellenistik 97 Orang sabar dan lainnya: alegori dan euhemerisme 99 Sinkretisme 106 Pemikiran Yunani mengenai Yupiter Roma 108 Ikhtisar 112 ZEUS SESUDAHNYA 115 6 FRASE SEJARAH 117 Kekristenan mengakhiri Zeus? 118 Yupiter di Eropa Barat 5001200 120 Era 1200, 1300-an: kebangunan kembali sebelum Renaisans 123 Zeus dan Renaisans 128 Senjakala Dewa Dewi 134 KONTEN vii Catatan 137 Bacaan lanjutan 144 Kutipan 147

Prakata
Untuk seseorang yang hendak memulai sembarang diskursus serius atau tugas, adalah pantas untuk memulainya lebih dulu dengan dewa-dewi.

(Demosthenes, Surat 1.1)

DEWA-DEWI DAN PAHLAWAN Dewa-dewi dan para pahlawan dari wilayah purba-klasik merupakan bagian dari budaya kita. Banyak yang berfungsi sebagai sumber inspirasi kreatif bagi penyair, novelis, seniman, pengarang, pembuat film dan desainer. Lakon Yunani yang berkepanjangan daya tariknya telah memastikan keberlanjutan familiaritas dengan pengalaman dan penderitaan si pelaku utama, sementara pilihan Minerva sebagai logo salah satu universitas terbaru Inggris, University of Lincoln, menunjukkan dewa-dewi kuno terus berpotensi menjadi sesuatu yang bersifat simbol. Bahkan manajemen dunia telah menggunakannya sebagai perwakilan dari corak berbeda: Zeus dan budaya klub misalnya, serta Apollo dan budaya peran: lihat C. Handy, The Gods of Management: who they are, how they work and why they fail (London, 1978). Serial ini menekankan dengan bagaimana dan mengapa para figur ini terus mengagumkan serta menggugah rasa ingin tahu. Tetapi ia juga mempunyai tujuan lain, yakni untuk mengeksplorasi keeksotikan mereka. Keakraban dewa-dewi dan para pahlawan berisiko mengaburkan perbedaan vital antara pemaknaan modern dan tujuan serta fungsi kuno. Dengan pengecualian tertentu, masyarakat saat ini tidak memujanya, walaupun bagi orang Yunani dan Roma mereka adalah makhluk nyata dalam sistem yang secara harfiah terdiri dari ratusan kekuatan kekekalan. Ini berkisar dari dewa-dewi utama,

masing-masing darinya disembah dengan banyak samaran melalui julukan-julukan atau nama keluarga, hingga para pahlawanindividu-individu yang telah meninggal dunia dan diasosiasikan dengan komunitas lokalsampai pada figur lain seperti daimon dan bidadari atau peri. Lanskap ini berbintik-bintik dengan tempat perlindungan, sementara gambaran alami seperti pegunungan, pohon dan sungai dipandang dihuni oleh hal-hal yang bersifat keagamaan. Memelajari paganisme kuno melibatkan penemuan strategi untuk memahami dunia di mana segalanya, dalam kata-kata Thales yang seringkali dikutip, dipenuhi oleh dewa-dewi. Guna berpegangan pada dunia ini, diperlukan untuk meminggirkan prakonsepsi kita tentang keilahian, dibentuk sebagian besar sebagaimana pada keyakinan yang sudah diKristen-kan tentang Tuhan yang maha hadir dan transenden yang secara moral adalah baik. Warga Yunani dan Romawi memuja begitu banyak sesembahan dewa, baik pria maupun wanita, yang berpenampilan, berperilaku dan menderita seperti laiknya manusia, tetapi sebagai yang abadi, tidak terikat oleh kondisi manusia. Jauh dari menjadi yang maha kuasa, masing-masing memiliki kekuatan terbatas: bahkan pada kedaulatannya, Zeus/Yupiter, berbagi kendali atas alam semesta dengan saudaranya Poseidion/Neptune (laut) dan Hades/Pluto (dewa kematian/neraka). Tidak dilengkapi dengan kredo atau dogma atau segala sesuatu seperti sebuah gereja yang terorganisir, penyembahan berhala kuno terbuka terhadap keberlanjutan interpretasi ulang, dengan akibat di mana kita tidak seharusnya mengharapkan menemukan sosok dengan esensi yang seragam. Adalah lazim untuk memulai cerita tentang panteon dengan daftar dari dewa-dewi utama beserta dengan fungsinya (Hephaistos/Vulcan: keahlian; Aphrodite/Venus: dewi cinta; dan Artemis/Diana: dewi perburuan dan seterusnya), tetapi hanya beberapa yang langsung

demikian. Aphrodite, misalnya, jauh lebih dari sekadar dewi cinta, walaupun fungsinya ini adalah yang vital. Julukannya termasuk Hetaira (kesopanan) dan Porne (prostitusi), tetapi juga membuktikan peran bervariasi sebagai patron dari raga penduduk (Pandemos: dari seluruh rakyat) dan pelindung mereka yang berlayar di laut (Euploia, Pontia, Limenia). Mengakui keberagaman ini, seri tidak hanya berisikan biografi dari masing-masing dewa atau pahlawan (meskipun yang sedemikian pernah dicobakan di masa lalu), tetapi pada investigasi ke dalam berbagai segi aspek-aspek di dalam dunia kompleks paganisme kuno. Pendekatan ini telah terbentuk sebagian sebagai respons terhadap dua pola berbeda dalam riset sebelumnya. Hingga pertengahan abad ke-20, ilmu pengetahuan sebagian besar mengambil bentuk penelitian dewa-dewi dan pahlawan individual. Banyak karya menghasilkan penilaian detail dari isu-isu seperti asal-mula, mitologi dan kultus dari masing-masing sosok; ini termasuk pemeriksaan L.R. Farnell atas mayoritas dewa-dewi dalam Cults of the Greek States (5 volume, Oxford, 18961909) dan tiga volume besar A.B. Cook, Zeus (Cambridge, 191440). Lainnya menerapkan teori perkembangan terhadap studi dewa-dewi dan pahlawan, terutama (dan dalam karya terdekat yang ada bagi seri yang seragam) K. Kernyi dalam investigasinya mengenai dewa-dewi sebagai pola mula-mula Jungian, termasuk Prometheus: archetypal image of human existence (English trans. London 1963) dan Dionisus: archetypal image of the indestructable life (English trans. London 1976). Secara berlawanan, di bawah pengaruh strukturalisme Prancis, bagian terkemudian dari abad tersebut menyaksikan pergeseran yang disengaja dari riset mengenai dewa-dewi dan pahlawan tertentu menuju suatu investigasi dari sistem di mana mereka menjadi

bagiannya. Dipicu oleh keyakinan bahwa studi terisolir terhadap dewa-dewi tidak dapat mengerjakan keadilan terhadap dinamika agama purba, panteon muncul untuk direpresentasikan sebagai jaringan logis dan saling bertalian di mana berbagai kekuatan secara sistematis saling bertentangan satu sama lain. Dalam studi klasik oleh J.-P. Vernant, misalnya, konsep Yunani atas ruang menunjukkan penahbisan melalui oposisi antara Hestia (dewi perapiantempat yang menetap) dan Hermes (dewa perniagaan yang bepergianruang yang dapat berpindah: Vernant, Myth and Thought Among the Greeks, London, 1983, 12775). Namun, dewa-dewi sebagai entitas individual jauh dari penyianyiaan, sebagaimana mungkin dapat dijadikan contoh melalui hasil karya Vernant, dan koleganya M. Detienne, pada dewa-dewi tertentu meliputi Artemis, Dionisos dan Apollo: lihat, yang paling terbaru, karya Detienne, yakni Apollon, le couteau en main: une approche exprimentale du polythisme grec (Paris, 1998). Dalam sebuah pemaknaan, seri ini berusaha mendapatkan bagian tengah bumi. Sementara mendekati subjeknya sebagai individu yang unik (jika berbeda), ia menaruh perhatian pada keberartiannya sebagai kekuatan di dalam kolektivitas hal-hal keagamaan. Gods and Heroes of the Ancient World memancarkan cahaya baru pada banyak dari hal-hal keagamaan yang paling penting dalam kepurbakalaan klasik; ia juga menyediakan rute menuju pemahaman politeisme Yunani dan Romawi dalam abad ke-21. Seri ini dimaksudkan bagi pembaca umum yang tertarik sebagaimana memperlengkapi kebutuhan siswa dalam berbagai bidang mulai dari agama dan mitologi Yunani dan Romawi, kesusasteraan klasik dan antropologi, hingga pustaka Renaisans serta studi kebudayaan. Masing-masing buku menyajikan catatan otoritatif, dapat diterima dan memberi penyegaran atas subjek ini melalui tiga bagian utama. Perkenalan membawakan

mengenai apa itu dewa dan pahlawan yang patut memeroleh perhatian tertentu. Ini diikuti oleh bagian sentral yang memperkenalkan tema-tema dan gagasan kunci, termasuk (dengan tingkatan bervariasi) asal-mula, mitos, kultus dan representasi dalam kesusasteraan dan seni. Mengenali peninggalan mitologi tersebut merupakan faktor kunci dalam keberlanjutan daya tariknya, penyambutan masing-masing figur sejak zaman baheula membentuk subjek dari bagian ketiga buku. Volume tersebut meliputi ilustrasi dari masing-masing dewa/pahlawan dan secara bersesuaian bagan waktu, pohon keluarga dan peta. Anotasi bibliografi memadukan penelitian di masa lalu dan mengindikasikan bacaan lanjutan yang berguna. Untuk kenyamanan, istilah maskulin dewa dan pahlawan telah diseleksi untuk judul seri, walaupun (dengan dengan permintaan maaf untuk bahasa yang didominasi gender laki-laki), pemilihan tersebut sebagian merefleksikan penggunaan di masa lampau dalam istilah Yunani theos (dewa) yang digunakan juga untuk dewi perempuan. Untuk kenyamanan dan konsistensi, pengejaan Yunani digunakan untuk nama-nama kuno, kecuali untuk kata-kata yang sudah terkenal dalam Latin-nya, dan terminologi waktu BC/AD digunakan daripada BCE/CE. Saya berutang kepada Catherine Bousfield, asisten editorial sampai 2004, yang (benarbenar) memimpikan seri ini dan yang ketuntasan serta motivasinya membawa buku ini mendekati penerbitannya. Kerja keras dan efisiensi penggantinya, Matthew Gibbons, telah mensupervisi kemajuan buku ini menuju publikasi, dan editor kesusasteraan klasik dari Routledge, Richard Stoneman, telah menyediakan dukungan dan keahlian dengan sepenuhnya. Pembaca anonim untuk tiap proposal telah memberikan nasihat yang jujur dan sangat membantu, sementara komitmen penulis untuk memajukan ilmu pengetahuan

sembari menghasilkan karya yang dapat diterima untuk subjek bersangkutan telah membuat menjadi suatu suka cita untuk bisa bekerja bersama mereka. Susan Deacy, Roehampton University, Juni 2005

DAFTAR PETA Peta 1 Wilayah daratan Yunani xxvi Peta 2 Kreta: Mitologi dan kultus Zeus 33 Map 3 Kota-kota Boeotia 71

DAFTAR ILUSTRASI DAN KREDIT 1 Pemandangan Olympia. Rekonstruksi oleh R. Bohn, dari Th. Schreiber (ed.), Kulturhistorischer Bilderatlas, Leipzig 1885, Tafel XII.1. 67

2 Zeus Keraunios (LIMC Zeus 29e). Patung perunggu dari Olympia. Museum Nasional Arkeologi, Athena no. 6195. Reproduksi dengan izin Kementerian Kebudayaan Yunani. Hak Cipta, Kementerian Kebudayaan Yunani. 23

3 Zeus dan rajawalinya (LIMC Zeus 45). Interior cangkir Laconian dari Caere oleh Pelukis Naucratis. Louvre, Paris, Antiquits grecques, tr. 93CE620. Foto: RMN Herv Lewandowski, Louvre E668. Reproduksi dengan izin dari pemegang hak cipta. 24 4 Zeus dari Pheidias. Lukisan oleh F. Adler and W. Schiering, dari W. Schiering, Die Werkstatt des Pheidias in Olympia, 2 Werkstattfunde [Olympische Forschungen xviii],

Walter de Gruyter, Berlin & New York 1991, halaman 141. Reproduksi dengan izin Deutsches Archologisches Institut, Berlin dan kesepakatan Prof. Dr Wolfgang Schiering dan Verlag Walter de Gruyter & Co. GmbH. 25

5 Zeus dan Taifun. Dua dekorasi dari pelindung penutup yang ditemukan di Olympia dan berasal dari abad ke-6 SM. Gambaran oleh H. Schleif, dari E. Kunze, Archische Schildbnder: ein Beitrag zur frhgriechischen Bildgeschichte und Sagenberlieferung [Olympische Forschungen ii], Walter de Gruyter, Berlin 1950, Tafel 30 X.b dan 6 I.d. Direpro dengan izin Deutsches Archologisches Institut, Berlin dan kesepakatan dari Verlag Walter de Gruyter & Co. GmbH. 37 6 Zeus dalam peperangan melawan Gigantes, kawah kelopak dalam gaya pelukis Niobid, c. 450 SM (LIMC Gigantes 312). Antikenmuseum Basel und Sammlung Ludwig, Inventori Lu51. Foto: Claire Niggli. Direpro dengan izin dari pemegang hak cipta. 38

7 Danae menerima hujan emas, krater oleh pelukis Triptolemos, c. 490/80 SM (LIMC Danae 1). State Hermitage Museum, St Petersburg, Inventori 1602. Direpro dengan izin dari pemegang hak cipta. 47

8 Zeus merayu Ganymede, cangkir merah oleh Pelukis Penthesilea, c. 460/50 SM (LIMC Ganymede 44). Museo Archeologico Nazionale, Ferrara, Inventori 9351. Direpro dengan izin dari Soprintendenza per i Beni e le Attivit Culturali, Bologna; reproduksi atau duplikasi lebih jauh dengan semua cara dilarang. 51

9 Ganymede dan rajawali, sarkofagus Romawi, abad kedua masehi (LIMC Ganymede 109). Deutsches Archologisches Institut, Roma, Inst.neg. 72.583. Direpro dengan izin dari pemegang hak cipta. 52

10 Personifikasi udara lapisan atas (aether), udara dan Olympus, setelah digambarkan dalam A.B. Cook, Zeus, vol. 1, 1914, halaman 100 (Cambridge University Press). Disketsakan lagi dengan kesepakatan. 57

11 Impresi Zeus ditakhtakan dari Dion, digambar oleh Harry Buglass (University of Birmingham). 59

12 Kaisar Augustus dilukiskan sebagai Zeus dari Pheidias. Awal abad pertama masehi. State Hermitage Museum, St Petersburg, Inventori A-399. Direpro dengan izin dari pemegang hak cipta. 113

13 Lukisan dari ukiran kayu oleh Conrad Celtes dalam Petrus Tritonius, Melopoiae, Augsburg, 1507 (Perpustakaan Universitas Glasgow, Departemen Koleksi Khusus). Direpro dengan izin dari pemegang hak cipta. 130

14 Giulio Romano, The Infant Zeus Guarded by the Corybants on Crete, pertengahan 1530-an (National Gallery, London), Inventori NG624. Direpro dengan izin dari National Gallery Picture Library. 131

Kata Pengantar Apa yang dapat lebih mudah untuk dituliskan, bagi seseorang yang telah menghabiskan masa kerjanya dalam agama Yunani dan mitologi, daripada sebuah buku pendek tentang Zeus yang ditujukan secara luas tetapi dengan diskriminasi jumlah pembaca? Jawabannya

adalah hampir segalanya. Tidak ada pengetahuan tentang Zeus tanpa mengkonfrontasi detail mitologi dan kesusasteraan, serta mendapatkan pengertian nyata dari posisi seni atau tanpa mengamati dengan serius apa yang disembah, dipuja, dan dihormati oleh dewa-dewi terbesar Yunani ini. Tidak ada rumah setengah jadiZeus tingkat menengah adalah mustahil. Ada banyak yang hendak diungkapkan dan kemudian saya mohon maaf jika sebagian di antaranya merupakan hal-hal yang keras. Kita selanjutnya menyapu ke dalam sejarah dari rakyat Indo-Eropa yang darinya kita dapat merasakan penyembahan ilah mereka Dyeus pter dalam milenium keempat sebelum masehi hingga pada nama-nama nan elok di mana para insinyur perangkat lunak komputer mengadopsinya guna memasarkan solusi komputasi yang canggih dan sulit dipahami seiring milenium ketiga masehi kita dimulai. Di antaranya, di tengah penyembahan rakyat Yunani terhadap Zeus yang universal, tetapi disesuaikan dengan kondisi lokal dan sangat kaya: adalah berarti apa yang mereka lakukan di dalam Boeotia di Daidala Agung setiap 59 tahun atau di pesta muram Zeus Laphystios. Adalah penting juga bagaimana Zeus menyebar kepada bangsa-bangsa yang baru tiba di dunia yang diakui oleh kebudayaan Yunani, atau rakyat Romawi yang ingin berpikir mengenai Yupiter yang riil, atau rakyat Suriah yang menyembah dewa Baal. Jadi pemahaman geografi dan kronologi, bahkan peta sejarah yang dipampangkan, adalah menjadi tidak terhindarkan. Dalam menulis mengenai mitologi, saya menyatakan bahwa tidak ada tatanan yang benar mengenai bagaimana menghantarkan materi seperti itu. Yang terbaik seseorang dapat mencapai retorika sukses. Buku ini terutama yang sulit dan saya telah menulisnya paling tidak tiga kali dengan tatanan yang berbeda. Saya akan merasa bahagia jika para pembaca

merasa bahwa buku ini menghantarkan pemahaman ke depan tentang sejarah sembari mengelompokkan tema-tema seiring diberikannya catatan yang sinkron, sebuah ikhtisar, mengenai bagaimana Zeus menyesuaikan bersama-sama, aspek demi aspek, pada kurun waktu tertentu yang diberikan. Menulis buku sejenis ini membutuhkan keahlian yang meluas, lebih luas daripada segala kemampuan yang kita miliki. Saya sadar atas banyak kelemahan saya dan berkeinginan untuk dapat memberikan perhatian lebih terutama pada ikonografi dan terhadap arkeologi. Tetapi dengan itikad terbaik di dunia, saya tidak akan mundur walaupun satu halaman tunggal buku ini demi membuka kesempatan. Saya percaya pada suara otentik rakyat dari masa silam yang jauh, apakah pada masa-masa Yunani atau Romawi atau dalam zaman pertengahan (dan saya percaya untuk membiarkan mereka berbicara bagi dirinya sendiri). Adalah keajaiban kita dapat mempunyai literatur mereka setelah melampaui masa yang begitu panjang dan bisa datang begitu dekat guna menciptakan ulang dunia mereka beserta hal-hal penting besertanya. Sebagian dari material ini menjadi begitu ilmiah; tetapi banyak juga dari apa yang hari-hari ini kita akan menyebutnya sebagai budaya rakyat. Ini adalah dunia keseluruhan, membumilah kepada tiap kata yang mereka pakai. Semua bangsa berhak mendapatkan penghormatan. Tetapi rakyat Yunani kuno harus diselamatkan dari banyak hal malangmisalnya kematian keturunan yang akan dipandang menyempurnakan seluruh rakyat Yunani, atau memandang rendah siapa yang memperlakukan mereka sebagai rakyat dunia fantasi, yang cocok untuk game komputer, peran model dan tanpa pikiran terhadap mitologi tersebut. Warga Yunani adalah masyarakat, seperti masyarakat kebanyakan lainnya saat ini, dan ketegangan-ketegangan

yang khas pada komunitas mereka mengkataliskan fenomena budaya di mana kita berutang banyak dalam tradisi Eropa, maupun umat manusia. Betapapun, agama mereka, terima kasih pada sejarah Kristen kita, telah diperlakukan sebagai koleksi adat-istiadat yang menarik dengan tanpa isi di dalamnya. Saya tidak secara pribadi menyumbang kepada isi bagian dalam dari segala agama. Tetapi jika sebuah agama berpandangan ia menjangkau untuk sesuatu yang lain, sesuatu yang secara kategori berbeda dan melampaui pemahaman manusiadan itulah apa yang dilakukan agama berdasarkan catatan milik mereka sendirimaka agama Zeus berjuang lebih keras daripada sebagian besar lainnya. Rakyat Yunani tidak melewati pergerakan humanis, tetapi berkomitmen kepada dewa-dewi mereka dan kepada dewa tertinggi mereka. Biarlah buku ini menjadi persembahan tanpa darah kepadanya! Ini juga menjadi sebuah persembahan kepada mereka yang telah begitu baik kepada saya dalam membuat buku ini dapat bersama-sama menjadi satu bagian utuh. Ilustrasi-ilustrasi terutama telah menjadi mimpi buruk dan membutuhkan intervensi kunci, seringkali melampaui panggilan tugas, oleh teman-teman budaya Eropa di Bologna, St Petersburg, Roma, Berlin, Heidelberg, Paris dan Glasgow yang telah berarti banyak bagi saya. Saya juga berterima kasih kepada para pembaca anonim (terutama pada tahap desain) dan kepada Susan Deacy dan Catherine Bousfield atas kesabaran mereka serta kritiknya yang konstruktif, kepada Geraldine Martin untuk ketabahannya yang tidak dapat diganggu dalam memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam tahap produksi, kepada putera saya James Dowden untuk kerja cepatnya yang heroik untuk membuatkan indeks, dan kepada Ken dan Diana Wardle untuk koreksi, bantuan praktis dan anggur yang memadai. Universitas Birmingham Malam Natal 2004

TABEL KRONOLOGIS Tabel ini didesain untuk membantu Anda mengikuti urutan kejadian-kejadian dan periode-periode. Harap diperhatikan bahwa saya sebagian harus membuat keputusan sendiri mengenai kapan suatu periode dimulai dan berakhir, dan mengenai kapan ketika suatu kejadian, terutama yang lebih awal, berlangsung. Tanggal yang tidak pasti untuk sebuah event berada dalam huruf miring. Periode Sebelum Yunani 35002100 SM Zaman Perunggu (Minoan di Kreta, Mycenaean di Yunani) 21001200 SM Zaman Kegelapan 1200776 SM Zaman Archaic 776480 SM 776 700 700/650 630 600 546510 Zaman Klasik 480/479 (diduga) Olimpiade pertama Hesiod, Theogony dan Works and Days Homer, Iliad dan Odyssey Puisi Mimnermos Puisi Alcaeus Tirani di Athena (Peisistratids) Rakyat Yunani mengalahkan Xerxes (Raja Persia) 800/700 Berakhirnya martabat raja di sebagian besar Yunani 1200 Tahun 3500 Event Perpecahan final komunitas dan bahasa Indo-Eropa Zeus di Knossos dan Pylos

480323 SM

484456 441406 435 429347 384322 339314

Lakon Aeschylus Lakon Euripides Patung Zeus oleh Pheidias dinobatkan Plato Aristoteles Xenokrates mengepalai Akademi Kematian Alexander Agung Zeno (pendiri Stoikisme/sikap tabah) Euhemeros Puisi Aratus Cleanthes (Stoik) Puisi dan lakon Ennius Kepurbakalaan Manusia dan Keilahian Varro

Zaman Hellenistik (Yunani) 323 32331 SM Republik (Roma) 50931 SM 335263 300 280250 331232 204169 47 SM

Kekaisaran, masa pagan 2919 SM Aeneid dari Vergil 31 SM312 M menjelang 8 M Metamorfosa Ovid 60-an 117138 150 190230 Kekaisaran, masa Kristen; Kekunoan Akhir 312567 312337 391/2 393 426 Kompendium Mitologi Yunani oleh Cornutus Kaisar Hadrian Panduan Yunani dari Pausanias Tulisan-tulisan Tertullian Kaisar Konstantin Theodosius melarang kultus penyembahan berhala Olimpiade terakhir Kota Tuhan Agustinus

420450 470 475 Zaman Pertengahan 5671453 600636 1200 1321 1360 1380 Renaisans 14531600 1499?1546 1545 1550 1470-an

Tulisan Macrobius dan Martianus Capella Mythologiae dari Fulgentius Zeus Pheidias hancur terbakar di Konstantinopel Uskup Isidore dari Seville Carmina Burana Komedi Ketuhanan Dante Genealogi Dewa-Dewi Pagan dari Boccaccio Griya Kemasyhuran Chaucer Edisi cetak Metamorfosa dari Ovid

Pelukis Giulio Romano Danae (Naples) dari Titian Adegan mitologi fontainebleau (istana Henri II dari Prancis adalah Olympus Baru)

Modern 16002005

1744 1876

Semele dari Handel Cincin Nibelung karya Wagner untuk pertama

kalinya ditampilkan secara lengkap

MENGAPA ZEUS?

MEMPERKENALKAN ZEUS Zeus, raja dewa-dewi Yunani, penguasa halilintar, penghajar mereka yang melawan dia, dewa langit yang memerintah di Gunung Olympus. Zeus yang unggul: kydistos, megistos, hypatospaling mulia, paling besar, paling tinggi. Penguasa dari segala pria dan dewa-dewi, dia mengawasi semua, dia merencanakan semua. Kita tidak dapat dan

mungkin tidak memahami pemikirannya, tetapi tidak ada yang tergenapi tanpa Zeus, sebagaimana Tua-tua dalam lakon Aeschylus, Agamemnon (1487), melantunkannya. Beranikah kita berpikir bahwa Zeus masih eksis? Penganut politeisme, mereka yang percaya dengan banyak ilah, seharusnya tidak memiliki masalah memikirkannya sebagai dewa tambahan atau sekadar nama Yunani untuk dewa kunci dari milik mereka sendiri. Bagi penganut monoteisme, mengapa dia tidak menjadi jalan untuk membicarakan tentang, jalan pendekatan, terhadap satu Tuhan? Di atas segalanya, dia merupakan kekuatan perencana tunggal yang memberi makna bagi politeisme Yunani. Tetapi bagi kita Zeus adalah semata-mata fiksi: penuh warna, penuh gairah, kuat dan tidak bertanggungjawab. Kita mengenal dia dari lukisan-lukisan modern, buku-buku seni kuno, terkadang dalam bentuk nyata di museum dan dari mitologi perzinahannya. Bagaimana rakyat Yunani menyembah ilah yang demikian kosong ini? Zeus menghujani, dan tanaman mereka tumbuh. Zeus mengeluarkan guntur, dia pun marah. Kalah dalam sebuah perang, mereka tidak cukup memberi pengorbanan. Sebuah peperangan dimenangkan, mereka mendedikasikan trofi kepada Zeus Tropaios. Apakah itu semua? Dari permulaan hingga pada akhirnya Zeus telah tidak kasat mata, beroperasi pada sistem

sebab-musabab alam semesta dengan cara-cara yang misterius, dan mendasari tiap kejadian. Dari permulaan kesusasteraan Barat dalam hasil karya Homer, dia adalah kekuatan asing dan jauh yang berfokus pada dunia kita dan menyebabkan ia menjadi demikian adanya. Alam semesta menampilkan penghakiman Zeus. Dan itu adalah penghakiman yang keras. Baik Homer maupun pemain cerita sedih atau filosof tidak ada yang berpikir mereka telah mempunyai ukurannya. Bahkan filosof, Cleanthes si Stoik, mungkin menciptakan sebuah himne kepadanya seiring dia berjuang menggenggam sesuatu di tempat Zeus, atau sedikit di bagian luar, dunia kitamungkin di bagian langit atas (ether). Mitologi adalah satu-satunya cara membicarakan mengenai Zeus, faon de parler. Tidak seorang pun percaya dewa-dewi sebenarnya memiliki sebuah istana di puncak sebuah gunung di Thessaly. Mitologi selalu merupakan sebuah cerita perumpamaan, perubahan dari kemisteriusan ke dalam bahasa lain. Jika rakyat Yunani kerapkali memperlakukan mitos mereka dengan pemahaman kesenangan yang mungkin menggemparkan generasi-generasi yang mengedepankan kitab suci dan buku-buku sakral lain, itu minimal sebagian karena mereka tidak mengambilnya dengan begitu saja secara harfiah atau tak dibuat-buat. Ingatlah, bahwa rakyat Yunani kuno tidak kalah cerdas daripada diri kita sekarang ini. BUKTI UNTUK ZEUS Kita mengetahui tentang Zeus dari dongeng, dari kultus dan dari seni. Ketiganya bergabung bersama-sama membentuk Zeus di mana rakyat Yunani membangun imajinasi mereka dan memuja-mujanya. Mitos membungkus tempat-tempat keagamaan dalam suasana sekeliling dewa-dewi dan para pahlawan, serta menghadirkan asal-mulanya dalam masa lalu dari kehidupan keagamaan masa kini. Ia dikisahkan dari masa kanak-

kanak ke depan, membentuk subjek pertunjukanapakah syair kepahlawanan, drama atau himne yang ditarikandan merupakan inti dari kehidupan dan pendidikan di zaman kuno. Kultus merupakan pengakuan yang tidak terhentikan atas supremasi dewa-dewi dan ketergantungan kita kepada mereka: ia mencakup rumah, kota dan daerah pedalaman, serta mendefinisikan apa itu menjadi orang Yunani. Waktu itu sendiri diciptakan melalui ritme festival-festival di sepanjang tahun, rentang tahun-tahun di antaranya, misalnya, festival Olimpiade, dan seremoni-seremoni yang menyoroti tahap-tahap kehidupan, mulai dari kelahiran sampai kematian. Seni memberi bentuk yang terlihat dan pemahamannya sendiri terhadap gagasan-gagasan yang kita miliki tentang dewa-dewi dan terhadap mitologinya; ia mengerjakan lebih dari sekadar mendekorasi kuil-kuil dan tempat pemujaan: ia merupakan wahana bagi gagasan keagamaan untuk mempenetrasi seluruh dunia. Mitologi Zeus dilahirkan, biasanya di Kreta. Dia melarikan diri dari ayahnya, Kronos, yang menelannya ketika ibunya Rhea meletakkan sebuah batu di tempatnya. Sementara suara bayi Zeus yang menangis disembunyikan oleh keriuhan tarian para prajurit muda, Kouretes (Curetes). Dia dirawat, sebagai alternatif, oleh Amaltea, si kambing suci (atau peri) atau Kouretes. Kronos dibatasi dan dikurung. Sebuah upaya kontra-revolusi oleh para Titan (yang terdiri dari Kronos dan generasinya) dikalahkan. Ini adalah Titanomachy. Para Titan dipenjarakan di Tartarus. Terdapat beberapa pertempuran lagi untuk membuat otoritas Zeus menjadi absolut: terkadang Gigantomachy (peperangan dengan Gigantes, para raksasa), dan terkadang pertempuran dengan monster mematikan

sekaligus musuh Taifun (monster dengan ratusan kepala yang mampu menyemburkan nyala api dalam mitologi Yunani). Dia hampir terkalahkan dalam pertempuran ini. Kekuasaannya sekarang lengkap. Ketika Prometheus mencuri api dari yang abadi, Zeus membuatnya terantai ke pegunungan Kaukasus dan hatinya dengan biadab diambil seekor rajawali sampai Herakles (Hercules) menembaknyasebuah contoh dari tatanan Zeus. Dia menikahi Hera dan ia dikultuskan lebih dari mitos yang menceritakan pernikahan suci dengannya (halaman 31). Tetapi mayoritas anak-anaknya, banyak di antaranya, menghasilkan keturunan dengan wanita lain, yang membentuk daftar sangat kuat (halaman 39) dan membentuk bagian lebih besar dari mitologinya. Semele dengan bodoh berdoa baginya agar menunjukkan bentuk aslinya, yang berubah menjadi halilintar. Tidak seperti dewa-dewi lain dia tidak mempunyai bentuk manusia untuk ditunjukkan dan karena itu, dengan kegunaan untuk bercerita, hanya dapat muncul dalam bentuk tersamar, atau bertransformasi. Maka, bagi Alkmene, ibu dari Herakles, dia muncul sebagai suaminya Amphitryon; kepada Danae, ibu dari Perseus, sebagai siraman hujan emas; kepada Leda, ibu dari Helen dan Dioskouroi, sebagai seekor angsa; kepada Eropa sebagai sapi jantan. Dia juga mengirimkan rajawalinya untuk Ganymede, seorang pangeran Troya dengan kemolekan luar biasa, sehingga dia bisa jadi merupakan pembawa cawannya di langit. Menurut warga Kreta, dia juga meninggal. Tetapi itu merupakan cerita memalukan yang membuat warga Kreta menjadi bereputasi sebagai pembohong (halaman 35). Inilah kisahnya. Dalam bagian pertama, tema-tema kunci, kita akan menyaksikan apa yang dimaksudkan oleh sebagian dari mereka, atau apa yang terlihat sebagai maknanya, bagi rakyat Yunani. Mitos selalu untuk dipikirkan dengan, dan, sebagaimana dunia Yunani

berekspansi, menjadi bagian pendefinisian prestisius budaya Yunanidan kemudian Romawidi mana pada akhirnya akan diadopsi oleh sejumlah peradaban baru. Gambaran mitologi ini juga menjadi sebuah titik referensi ideologis: Zeus membantu kita berpikir mengenai raja-raja dan peran mereka, tentang kekaisaran, mengenai kehidupan dan aturan alam semesta yang mengelola semuanya. Dalam tradisi Eropa juga, subjek dari bagian kedua, Zeus sesudahnya, mitos-mitos memiliki maknanya: dunia legenda tidak terbagi ke dalam masa kuno yang otentik di satu pihak dan kemudian manipulasi Eropa di pihak lain. Kultus Zeus adalah dewa Yunani yang paling menyebar luas, dan rakyat Yunani menyembahnya dengan banyak cara berbeda. Pada satu ekstrim kepala rumah tangga berdoa di pelataran, tangan-tangan diangkat ke langit seiring altar terbakar dengan beberapa batangan. Pada ekstrim lain adalah saat Festival Olimpiade, digelar tiap empat tahun, di Olympia di Peloponnese, dan separuh dunia Yunani, serta lebih banyak lagi lainnya, terlihat berada di sana. Sesuatu di antara Kota Vatikan dalam tahun jubelium dan festival Hindu raksasa seperti Kumbh Mela, Anda akan menyaksikan sejumlah besar perangkat para imam, pejabat, asrama, perbendaharaan, event-even olahraga, patung para juara, dan di tengahtengahnya, kuil Zeus dan Hera dalam ukuran raksasa. Pada skala yang lebih moderat, sebuah prosesi memutari gunung digelar, bisa jadi di Arkadia, Kreta atau Makedonia, untuk mempersembahkan hadiah-hadiah tradisional, untuk berdoa bagi turunnya hujan atau sekadar mengakui kekuatan tertingginya. Dan sekarang, di desa kecil Erchia di wilayah Athena, merupakan Thargelion ke-4, waktu bagi masyarakat untuk mendaki perbukitan lokal mereka, pagos, dan mempersembahkan kepada Zeus seekor domba.

Tanpa menghiraukan apakah Zeus merupakan dewa patron kota Anda, dia terus dipuja di tiap tingkatan dan ketergantungan Anda kepadanya secara konstan diikrarkan melalui ritual kerendahan hati dan penyembelihan hewan-hewan. Citra Adalah tugas seni patung dan seni lukis untuk menangkap gambaran dewa dan pemaknaannya serta untuk menyediakan fokus yang kentara mengenai dewa dan untuk mengaguminya. Tugas pertama adalah menyediakan gambaran kultus, sebuah patung yang di masa lalu seringkali kaku dan cenderung bersifat gagasan (sederhana menurut pandangan evolusioner). Hal-hal ini kerap tetap paling berkuasa dalam terminologi keagamaan. Kemudian, menjadi kebiasaan untuk membuat patung-patung tidak lagi dari batu atau perunggu dan ia menjadi lebih seperti hidup dalam pengertian ia terlihat lebih persis seperti manusia; mereka adalah antropomorpis (menyerupai manusia). Patung Zeus raksasa karya Pheidias di Olympia merupakan chryselephantineemas dan

gading diaplikasikan di sekitar pusat inti yang dari kayu untuk menciptakan kulit yang memucat dan kontras seperti rambut dan dandanan mewah. Ini kemudian berperan sebagai sebuah fokus untuk penyembahan dan perenungan. Tetapi kuil-kuil juga didekorasi dengan pemandangan dari mitologi dan Anda mungkin menemukan dewa yang mengisi kesenjangan antara representasi batu dari balok di ujung langit-langit, pada tubuh kuil di belakang barisan tiang yang menopang atap dan, tentu saja, pada pedimen. Kita juga bisa menyaksikan patung Zeus yang berdiri bebas di sembarang tempat suci keagamaan. Lukisan Yunani sebagian besar telah menghilang dari kita, dan adalah mustahil untuk mengetahui apakah terdapat gambar-gambar menyolok Zeus pada interior kuil-kuil atau

di bangunan-bangunan publik. Cerita mengenainya tentu saja muncul pada barang-barang tembikar, yang memeroleh sebagian besar inspirasinya dari lukisan. Di waktu makan dan pada pesta minum, serta dalam semua konteks seremonial dan domestik, lukisan pada jambangan akan menyediakan cara lain, melampaui syair kepahlawanan dan teks-teks tragis yang ditemui rakyat Yunani dalam pendidikan maupun pada pertunjukan, untuk gambaran Zeus beserta mitologinya agar secara terus-menerus eksis. Kemahahadiran Zeus digambarkan, dibicarakan, dipikirkan, dan disembahtidak dapat dilebih-lebihkan. Dan keterwakilan fisik, seperti tipikal seni dan kehidupan Kristen serta Hindu, membentuk jangkar yang dibutuhkan. Ia mengungkapkan dengan mendalam bahwa di Zaman Pertengahan, ketika Zeus tidak lagi terlihat dalam seni, buku Albricus telah dituliskan untuk menggambarkan pemunculan dari dewa-dewi kuno (halaman 124). MENJELASKAN ZEUS Di dunia modern kita sekarang sulit untuk memahami Zeus. Dan kita tidak seharusnya meremehkan pengaruh para penulis tersebut di mana sejak abad ke-19 telah ada pada gagasan-gagasan kita, untuk yang lebih baik maupun untuk yang lebih buruk. Jika kita menempatkan sebagian dari gagasan ini sekarang, kita mungkin mampu untuk berdiri di sebelah belakang dari mereka ketika kita perlu untuk dan mengakui gema yang terpisah dari pandangan ini dalam penulisan modern mengenai dewa. Bermain dengan kata-kata: nama Zeus Dapatkah namanya memberi kita segala informasi? Zeus adalah sebuah kasus yang tidak biasa karena ia sejatinya relatif jelas dari mana ia berasal, tidak seperti nama-nama dewa-dewi Yunani lain. Pada tahun 1786 ditemukan bahwa Yunani merupakan bagian keluarga dari bahasa-bahasa yang berkaitan. Kata bahasa Inggris three (tiga) mirip

dengan kata Yunani treis atau kata Sansekerta trayah atau kata Latin tres karena ia merupakan kata yang sama. Demikian juga, Tue dalam kata bahasa Inggris Tuesday (hari Selasa) adalah sama seperti Zeus atau Dyauh atau Ju-piter (rakyat Yunani menyebut bapa Zeus, Zeu pater juga): bahasa Inggris Tuesday adalah Zeuss day (hari Zeus). Kata-kata ini dapat dilacak kembali pada nenek moyang linguistik bersama, Proto-IndoEropa, yang mungkin berdiam di sebelah utara Laut Hitam, sekitar 3500 SM. Kata *Dyeus mereka masuk ke dalam kelompok kata-kata yang memicu pemunculan: dies, kata Latin untuk hari (kata dalam bahasa Inggris sebenarnya tidak terkait); kata sifat Yunani endios, merujuk pada waktu puncak dari hari biasanya dibayangkan sebagai tengah hari; kata sifat Yunani eudios, mengacu pada cuaca yang baik sebagai lawan dari badai; banyak kata-kata dari bahasa Sansekerta dibangun dengan akar divmengacu pada kayangan, bercahaya dan siang. Ini menarik: kita dengan sebagian cara telah mengungkapkan sebuah dewa leluhur masyarakat Indo-Eropa, sebuah nama dewa dalam apa yang diasumsikan sebagai sistem politeistik dan dewa senior (bapa) pada sistem tersebut. Seluruh rakyat Yunani memiliki dewa ini karena dia telah berada di sana pada permulaan sebelum terdapat rakyat Yunani yang tersendiri. Perannya terlihat berdasarkan pada alam, menyatakan cerahnya langit dan gangguan pada langit itu oleh hujan, badai dan kilatfitur dasar dalam pengalaman manusia. Bahkan jika nama Zeus tidak berarti langit, dia juga dibelitkan dengannya di mana rakyat Yunani dapat mengatakan bahwa Zeus hujan (halaman 54) dan mengatribusikan fenomena atmosfer kepadanya.1

Namun kita seharusnya mengendalikan antusiasme kita: betapapun ilmiah dan pragmatis tampaknya hubungan ini, keberartiannya secara fakta cukup terbatas. *Dyeus tidak mengungkapkan kepada kita mengenai Zeus yang disembah oleh rakyat Yunani kuno, dan dengan gembira mengabaikan etimologi Indo-Eropa. Untuk itu kita membutuhkan fakta-fakta tentang rakyat Yunani, sistem mereka dan struktur pemikirannya. Agama klasik Yunani merupakan produk dari dua milenium perubahan sejak masa Indo-Eropa. Ke manapun penyembah *Dyeus---atau Zeus---bermigrasi, mereka menemukan ZeusZeus baru di sekitarnya dan, mereka juga mengidentifikasi dewa ini atau itu sebagai Zeus, sehingga identitas Zeus berubah dan harus membentuk bagian dari sistem baru. Budaya-budaya yang mendahului rakyat Yunani berkontribusi terhadap tiap aspek kehidupan dari populasi yang baru saja bergabung. Adalah untuk alasan ini sehingga banyak dari dewa-dewi Yunani tidak bisa secara etimologi dihubungkan dengan IndoEropa, dan ia mungkin juga membantu menjelaskan mengapa terdapat begitu banyak dewa perempuan yang mendominasi kota-kota Yunani. Ketika kita datang untuk menyaksikan kultus dari Zeus, kita akan menemuinya dengan sangat bervariasi: kita dapat berterima kasih kepada penyair dan pemikir karena telah mengayunkan kembali pendulum dan berusaha memulihkan kesatuan terhadap dewa yang bernama Zeus ini. Meski terdapat upaya dari para penyair, betapapun, variasi tetap kasat mata. Jadi, Zeus di Kreta menyerap kultus anak yang ilahi, dikawal dalam mitologi oleh para penempur muda Kouretes. Dewa ini adalah seseorang yang bisa meninggal. Di Dodona (Epirus) istri Zeus adalah Dione dan bukan Hera seperti yang biasanya. Anak-anaknya merupakan para pemuda Zeus, Dioskouroi (halaman 44) Castor dan Pollux, tetapi kedudukannya sebagai orang tua bukan pada posisi di depan dari mitologi mereka. Ia bahkan mungkin

telah menjadi bapa dewa-dewi dan para pria di masa Indo-Eropadeskripsi ini ditemukan paling tidak dalam Yunani maupun Sansekerta. Tetapi perkembangan keluarga para dewa yang terorganisir--dengan lebih disukai 12dengan dia untuk memimpin, lebih seperti mitologi-mitologi dari budaya Timur Dekat di mana rakyat Yunani berhubungan dengannya dan mereka memeroleh gagasan ini. Namun, untuk pekerjaan tambahan yang disediakan baginya oleh model Timur Dekat ini, dia mungkin menemukan kenyataan lebih sulit untuk bertahan; Sansekerta Dyauh dan proto-Jerman *Tiwaz sudah hampir menghilang: kita dapat mengatakan sesuatu mengenai Woden yang namanya bertahan di dalam kata bahasa Inggris Wednesday (hari Rabu), tetapi apa yang dapat kita katakan tentang dewa Tuesday (hari Selasa)? Zeus telah menurunkan daya hidup lebih dari dewa badai muda, keras dan sangat sukses yang ditemukan pada berbagai budaya Timur Dekat. Alam dan evolusi
Semua para dewa personal berasal dari para dewa alam

Welcker, Griechische Gtterlehre i.324 (1857)

[Masyarakat Yunani] dengan sangat cepat maju untuk mengamankan personifikasi dan antropomorpisme (sifat menyerupai manusia) secara lengkap dari

dewa-dewi

Preller, Griechische Mythologie i.2 (1854)

Etimologi Indo-Eropa merupakan antusiasme awal abad ke-19. Begitu juga Alam dan Evolusi. Alam, yang telah meluap-luap ke permukaan puisi Romawi dalam paruh pertama abad ke-19, juga tampak penting bagi para sarjana: banyak bentuk-bentuk pengalaman karakteristik dari peradaban yang lebih awal telah dihasilkan, mereka berpandangan, dari keagamaan cara manusia berdiri dalam perasaan terpersona atas alam.

Evolusi adalah sesuatu di mana mayoritas kita telah mengasosiasikannya dengan teori Darwin dan kemunculan Homo sapiens (manusia cerdas), tetapi ia sejatinya telah bergerak jauh melampaui ini. Bahasa, seperti telah kita saksikan, telah ditemukan berkembang hingga dimiliki bahasa-bahasa istimewa dari Eropa Barat. Bahkan, bukan hanya pria tetapi seluruh peradabannya juga berkembang. Tahapan-tahapan dalam evolusi ini dapat dilihat dalam reliknya di masa moderndalam primitif dan biadab di mana Kerajaan eksis untuk melakukan kolonialisasi, yang, dibekukan dalam waktu, berlawanan dengan tajam dengan kehidupan pemikiran yang dipraktikkan oleh para sarjana dari universitas-universitas besar di Eropa. Gagasan-gagasan seperti ini berada di permukaan seperti A.B. Cook menuliskan apa yang masih menjadi buku tunggal paling monumental mengenai Zeus, dalam tiga jilid berbeda yang tebal. Dia menuliskan pengantar untuk jilid pertama pada 22 Juli 1914, sekitar tiga pekan setelah pembunuhan Pangeran Ferdinand dan dalam hitungan hari dari pecahnya Perang Dunia Pertama. Jadi itulah di mana Cook semula mencermati Dewa Langit Eropa (Cook 1914: i.xii) sampai dia disarankan oleh Farnell di Oxford bahwa kesatuan suatu dewa kuno terdiri dari lebih sedikit pada alamnya daripada pada namanya (ibid.: i.xii), karenanya ia mengistimewakan studi dari sejarah kata-kata. Namun, ini tidak menghentikan Cook untuk melacak evolusi Zeus dari Langit ke LangitDewa dan berusaha menentukan hubungan di mana dia berdiri terhadap kultus matahari, bulan, dan bintang dari kolam Mediterania (ibid.: i.xiii). Jadi, Zeus-nya Cook, sebagai seseorang, dewa yang menyerupai manusia, merupakan produk dari tiga tahap evolusi di mana perasaan, kehendak, dan intelektual berturut-turut berperan sebagai bagian prinsipal (ibid.: i.13f.):

1. perasaan: perasaan terpesona yang dirasakan seorang pria muda seiring dia memandang kehidupan lazuardi [yang dimaksudkan Cook adalah langit] di atasnya; 2. ekspresi kehendak ketika komunitas terpanggang oleh kekeringan dan ahli sihir dengan gairah proyeksinya sendiri membuat berhamburan hujan-badai untuk memuaskan manusia yang haus dan buas; 3. kerja intelektual, menyatakan kayangan dalam terminologi bumi, dan memandu pada bentuk dan model yang jelas dari raja penguasa cuaca. Visi dari kemajuan pria ini dihadirkan sebagai modifikasi formula di mana Frazer barubaru ini telah mempergunakannya dalam edisi kedua dari kolosalnya Golden Bough dalam perjuangan untuk memberi pemahaman yang terlambat terhadap gunung-gunung petunjuk yang telah dikumpulkannya, melacak jejak evolusi dalam ketergantungan manusia dari sihir menuju kepada agama kepada sains. Yang cukup mengkontraskan gagasan Frazer adalah pemahaman yang berlaku di sebuah negara religius seperti Inggris di mana Kekristenan itu sendiri ke arah tujuan hasil dari evolusi dari mentalitas keagamaan. Ini muncul sangat sering, biasanya dalam bentuk tertindas, dalam ilmu pengetahuan klasik dan ia dapat dilihat pada karya di dalam keyakinan Cook bahwa evolusi Zeus ini menghasilkan tak lebih dari peningkatan iman dalam seorang Tuhan pribadi, Penguasa dan Bapa dari segalanya (1914: i.9). Iman dan para dewa perseorangan tidak berurusan dengan agama Yunani, tetapi banyak yang dapat dilakukannya dengan Kekristenan. Mengumpulkan fakta-faktapendekatan empiris

Cook mungkin tidak memahami nasihat Farnell dengan sangat baik. Farnell, kembali ke tahun 1896, telah menerbitkan jilid pertama The Cults of the Greek States, termasuk babbab mengenai Zeus. Pendekatannya umumnya banyak yang lebih faktual dan jauh lebih sedikit yang spekulatif daripada Cookyang merupakan salah satu alasan mengapa, setelah lebih dari satu abad kemudian, karya ini masih berguna. Lingkup utamanya, tulis dia, dari karya saat ini bukanlah pertanyaan mengenai asal-mula, tetapi sebuah survei dari catatan-catatan dan monumen-monumen paling penting yang

mengekspresikan konsepsi aktual keagamaan dari berbagai komunitas Yunani pada zaman sejarah yang berbeda (1896: i.1). Dia mengumpulkan data lebih dari yang diteorikannya, bahkan kategori-kategori di mana data diposisikan telah menghasilkan sesuatu. Dia dengan terang-terangan menolak dasar teoritis di mana ilmuwan lain menekuninya, yakni pandangan bahwa legenda merupakan catatan alegori dari fenomena fisik, dan figur-figur tidak nyata seperti dalam dongeng merupakan personifikasi dari unsur-unsur dan kekuatan dari alam (ibid.: i.3), karena, sebagaimana manfaat dari asal-mula agama Yunani dan penjelasan perkembangannya, teori itu hanya menghasilkan ketidak-konsekuenan dan kebingungan. Betapapun, bahkan Farnell tidak kebal terhadap lingkungan evolusioner dari waktuwaktu tersebut: kita dapat membedakan yang lebih primitif dari tahapan-tahapan kultus yang lebih lanjut, jika kita menerima sebagian besar kemungkinan hipotesis bahwa aspek fisik dari dewa adalah lebih awal, dan bahwa karakter primitif yang dilestarikan dalam kultus dan legenda adalah lebih dulu daripada yang lebih bertumpu pada moral dan spiritual (ibid.: i.36).

Dipandang dari perspektif berbeda, Farnell bisa dilihat sebagai bagian pergerakan penggambaran yang panjang dan jauh dari legenda menuju praktik ritual dan kultus. Ini merefleksikan karakteristik petunjuk dari para sarjana: kita berpindah dari sebuah dunia di mana material utama adalah kesusasteraan kreatifprosa atau syair, dibaca oleh orangorang yang sensitif terhadapnyajauh ke suatu dunia berbeda di mana material ditemukan oleh para arkeolog, ahli bangsa-bangsa dan hal-hal lain yang berakibat pemburuan dalam literatur. Kecenderungan ini sudah tampak jelas dalam keistimewaan praktik-praktik bangsa dalam karya Mannhardt, Wald- und Feldkulte (Ritual Kayu dan Ladang, 1st edn 1875/7).2 Dengan serupa Frazer, dalam Golden Bough (1st edn 1890), di mana ia semula sangat tergantung pada Mannhardt, tetapi secara progresif dia merajut kerjanya dengan pola evolusioner yang palsu dan telah kita saksikan di atas. Namun ia mencapai ekspresi definitif dalam penggantian jilid-jilid standar tentang agama Yunani dalam karya Jerman Handbuch der Altertumswissenschaft (Buku Penuntun Kepurbakalaan), di mana Otto Gruppe telah menuliskannya dengan judul Griechische Mythologie und

Religionsgeschichte (Sejarah Agama Yunani dan Mitologi, 1906), oleh Martin Nilsson yang lebih konservatif dan empiris Geschichte der griechischen Religion (Sejarah Agama Yunani, 1st edn, i. 1941, ii. 1950). Kultus dan fakta-fakta mengenai kultus sekarang bermakna di atas semuanya. Mitologi adalah selingan yang tidak dapat secara ilmiah terkait dengan fakta-fakta nyata dari kultus. Kekhususan dan seni interpretasi Seiring gunungan data bertumbuh, maka makin menjadi sulit untuk memeroleh gagasan yang jelas mengenai Zeus, terutama jika seseorang sekarang harus mengabaikan ide-ide Victorian seperti alam dan evolusi sebagai sarana pemolaan informasi. Ketika membaca

karya Cook, pemberi resensi buku akan menilai adalah sulit untuk melihat hutan terhadap pohon-pohonnya, walaupun Cook cukup bertubi-tubi pada pemikiran Zeus pemimpin Dewa Langit menuju jalur ke atas terhadap evolusi keagamaan. Salah satu penangkal bagi gunungan data ini adalah dengan menuliskan studi-studi yang mengamati pada sebagian aspek tertentu dari Zeus. Dengan menyebutkan beberapa contoh: pada 1931, seorang murid Nilsson, H. Sjvall, menulis sebuah buku, Zeus im altgriechischen Hauskult, tentang Zeus dalam kultus rumah tangga; pada 1981, H. Verbruggen melakukan studi terhadap Zeus di Kreta, Le Zeus crtois; dan dalam tahun 1990 K.W. Arafat mengamati Zeus pada figur merah jambangan rakyat Athena.3 Namun kita memelajari lebih banyak mengenai dewa dan pemikiran dunia Yunani dari karya yang bagus sekali ketajamannya dan disertai dengan penuh kepercayaan oleh Hugh Lloyd-Jones dalam The Justice of Zeus (1971). Pada ekstrim yang lain, standar yang kritis dan ilmiah dalam kemanusiaan telah mendorong penciptaan bank data dalam skala raksasa. Ensiklopedi yang mengakhiri semua ensiklopedi lain adalah revisi dari karya A. Pauly, Realencyclopaedie der Altertumswissenschaft (dalam hanya enam jilid pada 1866), dimulai di tahun 1894 oleh G. Wissowa dan dilengkapi pada 1980 (dalam 85 jilid). Satu bagian dari karya mengagumkan Schwabl tentang Zeus muncul di tahun 1972, mendaftarkan tiap julukan dan gelar, dan lainnya pada 1978, menghasilkan survei raksasa tentang petunjuk dalam kesusasteraan dan seni. Dalam jajaran ensiklopedi yang dapat diperbandingkan adalah artikel-artikel dalam Lexicon Iconographicum Mythologiae Classicae tentang Zeus (jilid 8, 1997) yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan tiap contoh tunggal dari representasi Zeus di Yunani, Etruscan, Romawi serta seni yang lebih marjinal. Karya ini

menjadi fundamental dalam membantu kita untuk menemukan jalan di seputar para pahlawan dan dewa pada seni kuno, dan seperti Farnell, ia akan berlangsung lama kegunaannya karena ia memberi kita fakta-fakta yang selurus mungkin. Adalah jauh lebih langka untuk mencoba mengambil esensi dari dewa yang mendasari manifestasi ini. Sesuatu yang seperti ini dicoba oleh C. Kernyi dalam karyanya Zeus and Hera: archetypal image of father, husband and wife (1976tanggal orisinal Jerman berasal dari tahun 1972). Kernyi, yang waktu itu bekerjasama erat dengan C.J. Jung, mengamati sumber psikologis dari Zeus dan Hera serta cara di mana model orisinal mendalami kondisi alamiah manusia atas penciptaan legenda dan bahkan pada seluruh gagasan kita. Ia akan menjadi pendekatan yang impresif jika berhasil berfungsi. Cerita berbeda dimulai dengan W.F. Otto, yang menulis buku-buku mengobarkan semangat yang mengkristalkan sifat alami berbeda dari berbagai para dewa Yunani, sekaligus memberi impresi bahwa dia bahkan memercayainya. Meskipun ia terlihat khas pada tahun 1930-an, karyanya telah menjadi inspirasi berkelanjutan bagi mereka yang ingin melihat di bawah permukaan dan memahami kredibilitas, kekuasaan mentah, dari para dewa Yunani. Melalui komentar kadang-kadangnya yang terpencar tentang Zeus dalam The Homeric Gods: the spiritual significance of Greek religion (1929, terjemahan bahasa Inggris pada 1954) kita memeroleh firasat atas sifat transeden, melingkupi semua, dan kekuasaan tidak terperikan dari Zeus. Ini kemudian menunjukkan jalan menuju dua ahli final. J.-P. Vernant tidak menulis sebuah buku tentang Zeus, tetapi dia telah membantu kita memahami dewa dan sistem dari agama Yunani. Dia berusaha mendeteksi pola-pola yang mendasari pemikiran untuk mendapatkan ekspresi dalam mitologi dan agama, seperti

pada Zeus. Secara khas dia telah mengambil ketertarikan tertentu dalam membuat legenda yang bijaksana dari Hesiod (sekitar 700 SM). Di sini kita menemukan diri kita mengamati kecerdasan khusus dari Zeus, metis-nya, pada hubungan konsekuen dia dengan Athena, dewi kebijaksanaan yang bersumber dari kepalanya, dan pada Prometheus yang menantang tatanan dunianya dengan memberi kuasa pada manusia melalui hadiah api. Vernant juga menekankan bagaimana para dewa seperti Zeus menawarkan cara untuk mengkategorikan dan membagi-bagi dunia. Jika dia erat diasosiasikan dengan langit, cahayanya dan kegelapannya, maka itu karena ia merupakan wahana di mana kekuasaan khususnya yang berlebih menjadi nyata bagi kita. Apa yang berarti bukanlah bahwa ia dewa langit, tetapi tipe kekuasaan tertentu darinya (Vernant 1982: 95). Buku-buku tentang agama Yunani biasanya termasuk (tidak selalu tanggap demikian) sebuah bab tentang Zeus. Tetapi sebuah karya telah terbukti definitif di masa modern dan berbicara untuk sebuah generasi: karya Walter Burkert, Greek Religion: archaic and classical (1985, pertama kali diterbitkan di Jerman pada tahun 1977). Supremasi dan kekuasaan yang terjalsebuah visi yang begitu dekat pada Otto dan Vernant menggerakkan Zeus karya Burkert maju melintasi tiap manifestasi: seluruh kedaulatan di antara para pria berproses dari Zeus. . .Zeus berdiri di atas semua golongan. . .Zeus karenanya dengan unik dikualifikasikan sebagai dewa bagi seluruh rakyat Yunani. . . Zeus adalah satu-satunya dewa yang dapat menjadi suatu dewa yang dianut seluruh alam semesta. . . (dan bagi para filosof) Zeus adalah dunia secara keseluruhan (Burkert 1985: 130 f.).

Bersatu dalam perbedaan. Ini apa yang sekarang kita harus pergulatkan seiring dalam suatu milenium baru kita mencoba lagi membentuk gambaran dari keseluruhan ilah dan melihat bagaimana ia tetap menjadi kekuatan daya tawar dengan masa yang bahkan sudah modern. Dia mempunyai banyak, manifestasi-manifestasi yang berbeda jauh. Namun ia bukanlah bunga rampai. Terdapat satu Zeus. SELAYANG PANDANG: IMPRESI PERTAMA DARI ZEUS Seiring kita memulainya, maka akan diperhadapkan dengan sejumlah pertanyaan berikut: Dapatkah kita memelajari sifat dasar Zeus dari asal-mula namanya? Jika tidak, apakah ia hanya produk beraneka macam dari kecelakaan sejarah? Apakah persepsi keagamaan berkembang dari kekaguman primitif pada sifat alami untuk membayangkan bentuk dan model yang jelas dari raja penguasa cuaca? Namun jika tidak demikian, bagaimana dia dapat merangkul baik dunia personal maupun impersonal? Apakah Zeus berkembang dari satu dewa dalam bentuk fisik ke sesuatu yang lebih tinggi, dan apakah kemajuan warga Yunani dari kultus dan legenda primitif ke yang lebih moral dan spiritual? Tetapi apakah dewa yang lebih tinggi tidak dapat dibayangkan dalam bentuk fisik? Apakah kita seharusnya meminggirkan seluruh legenda dan bahan sifat alami ini serta sebagai gantinya memandang pada penyembahannya di semua keberagamannya, misalnya mengumpulkan dan mengurutkan nama-nama kultusnya? Tetapi kesimpulan apa yang akan kita capai dan bagaimana mitologi bisa menjadi tidak relevan bagi agama Yunani?

Apakah kita sekarang sudah melewati titik di mana kita dapat, atau akan menginginkan untuk, mencapai pemahaman lebih dalam mengenai Zeus? Atau masih dapatkah kita memahaminya melalui psikologi yang mendasari bagaimana ia dilukiskan, atau melalui sebagian pemahaman intuitif dari kekuatan transendennya? Kata akhir pada beberapa gagasan yang saling bersaing ini. Yang pertama, kultus. Jika Anda ingin mengatakan bahwa salah satu aspek dari Zeus lebih penting daripada lainnya, mungkin Anda seharusnya memilih kultus. Kultus adalah apa yang dilakukan warga Yunani, baik secara pribadi maupun secara bersama. Ini bagaimana mereka melakonkan Zeus dan bagaimana mereka mendramatisir hubungannya terhadap kekuatan yang menakjubkan ini. Tanpa kultus, mereka akan mempunyai Zeus tanpa perbedaan dari milik kita. Namun, pada saat yang sama, kultus merupakan bagian dari catatan yang lebih besar: ia mengungkapkan bahasa dan menggambarkan secara bersama-sama antara kesempatan dan kebutuhan, tetapi terdapat pula bahasa lain. Salah satunya adalah bahasa legenda dan syair. Lainnya adalah bahasa seni pahat dan seni lukis yang mengelilingi rakyat Yunani dalam kehidupan keseharian mereka. Ada juga bahasa filsafat, yang bergulat dengan bahasa legenda dan syair serta pada akhirnya mencapai pemahaman melalui alegori, karena mereka perlu memaknai legenda tradisional dan syair yang darinya mereka secara langsung memeroleh nilai. Selain itu adalah bahasa yang hilang dari masyarakat biasa, yang akan mengambil unsur-unsur dari bahasa lain tersebut, menyerap seni dan menyaksikan ritual serta kerapkali melangsungkannya. Sebagaimana kita bisa menyaksikan dari bagian-bagian bahasa mereka, mereka akan memperbincangkan dengan kesalehan atas hujan dari Zeus serta akan dengan teguh dikutuk olehnya. Semua

gagasan ini dan pertunjukannya berputar-putar di sekitar rakyat Yunani seiring mereka menyembah Zeus, dan memberi pemaknaan mendalam terhadap aktivitas mereka. Kedua, pembagian Zeus. Kunci untuk memahami Zeus adalah bahwa dia sekarang dewa cuaca, yakni suatu dewa yang memelihara fungsi tertentu di alam, dan dewa utama, yang menjadi penyebab segala sesuatunya. Ini dengan sepenuhnya dapat dipahami dan dengan luas adalah paralel, karena langit di mana cuaca datang, adalah cukup sederhana, di atas kita dan di mana-mana. Tidak perlu untuk melacak sebuah evolusi dari dewa cuaca kepada dewa tertinggisemua yang dilakukan adalah mengerjakan hubungan logika di antara keduanya (di mana kita kerjakan di bawah dalam Zeus dari Cuaca kepada Takdir), atau lebih buruk untuk memisahkan unsur pokok dari supremasinya. Gambaran halilintar dan tongkat kerajaan melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk memegang kedua aspek ini bersama-sama. Ketiga, Zeus juga merupakan bagian dari sebuah sistem4 pada suatu waktu: dia menghubungkan semua gagasan dan gambaran lain di mana masyarakat memiliki mengenai kehidupan mereka dan terhadap seluruh para dewa lain. Ia dari totalitas para dewa, tidak hanya dari salah satu dari mereka, yakni bahwa kita mengembangkan sebuah sains atau teologi dari alam semesta. Namun, Zeus melemahkan sistem tersebut dalam pengertian ia adalah satu-satunya dewa yang dengan total tidak tergantikan. Karena itu, karakternya pun spesial: ia jauh, tidak terlihat dan tidak dapat dimengerti. Penyembahan berhala Yunani adalah juga beragama. TEMA-TEMA KUNCI I MEMBAYANGKAN ZEUS

Anda mengenali para dewa dari atribut-atributnya. Dalam kasus Zeus ini berarti yang terpenting adalah halilintar yang dipegangnya, menyebabkan kilatan cahaya, suara guruh dan dampaknya ketika ia menghantam. Kilat dapat dikenali dalam seni melalui bentuk teratai gandanya (lihat figur 5, 6, 8). Ini pada mulanya berbasis pada seni dari Timur Dekat, yang telah digambarkan sebagai garpu petirdan terkadang didobelkan. Namun, ia diimpor ke Yunani sebagai repertoar (bagian barisan lagu atau sandiwara yang akan dimainkan) dari motif bersifat dekoratif dan dalam proses yang dengan cantik diubah menjadi sebuah bunga teratai ganda. Zeus telah mencengkeram halilintar dalam karya Homer, Iliad:
Kemudian adalah bapa para pria dan para dewa yang duduk pada puncak Ida dengan sumber mata airnya telah turun dari langit; dan dia memegang

halilintar di tangannya.

Iliad 11.1824

Duduk bukanlah masalah kenyamanan tetapi merupakan salah satu dari status: ia adalah penuh keagungan ketika duduk, dan para dewa maupun para raja duduk pada thronos, sebuah kursi yang menandakan status mereka. Pada sekitar 650 SM Homer menyulapkan sebuah gambar hidup dari Zeus bertakhta dengan halilintar dan karenanya memberi tanda pada perkembangan seni Barat. Dia menangkap semangat dari Zeus dengan cara yang telah mengumpulkan sebuah agenda bagi para ahli patung, yang secara alami seni mereka harus bergulat dengan momen bingkai yang telah dibekukan. Ini merupakan Zeus yang mendominasi pusat dari pedimen timur Parthenon (kuil utama dewi Athena). Hal lain yang membedakan tentang Zeus menurut Homer adalah bahwa dia aigiochos, yang kemudian pemikiran rakyat Yunani memaknainya dia yang memegang aigis, di mana aigis (aegis) adalah tameng yang dibuat dengan kulit kambing. Tidak begitu jelas

mengapa ia seharusnya memiliki atribut ini terutamadan bahkan kata itu seharusnya dengan tepat berarti mengendarai seekor kambing!1 Walaupun demikian, tameng kulit kambing ini bagus untuk menghasilkan badai (sebagian penulis bahkan menggunakan kata aigis untuk mengartikan badai):
Kemudian putra Kronos mengambil aigis dengan jumbainya, bergemerlap, dan menutupi Ida dengan awan-awan, serta mengeluarkan cahaya kilat, dia

bergemuruh dengan perkasa dan mengguncangkannya, serta memberi kemenangan pada Troya dan mengarahkan perjalanan Achaean.

Homer, Iliad 17.5936

Tampaknya terdapat sejenis guncangan tamborin pada aigis ini, dan memang aigis Athena yang dibawa pada Iliad 2.448 mempunyai seratus jumbai emas padat. Ketika Zeus diasosiasikan dengan kulit hewan, ia biasanya adalah domba--atau biri-biri jantan: Dios kodion, bulu domba Zeus, merupakan bagian penting dari peralatan untuk pemurnian, misalnya dalam inisiasi ke dalam Misteri Eleusinian.2 Bulu Domba Emas juga berasal dari domba jantan yang dikorbankan kepada Zeus dan dihubungkan dengan kultus Zeus Laphystios di Halos (Thessaly). Dan pada waktu munculnya Bintang Anjing, bangsawan Thessalian dan para putra mereka terbiasa pergi berpakaian dengan kulit domba jantan di puncak Gunung Mt Pelion ke gua Cheiron Centaur dan kuil suci Zeus Akraios. Mungkin dalam kultus-kultus lain, pada hari-hari yang lewat, kambing menjadi hewan kultusnya. Dan mungkin kulit kambing yang melambai-lambai, tidak begitu berbeda dari awan-awan yang menampilkan wujudnya, mempunyai tempat dalam sihir hujan dari hari-hari yang telah berlalu. Dalam seni, Zeus paling awal yang bertahan di mana kita dapat memastikannya adalah figur dekoratif pada sebuah tutup pithos (LIMC 12) dari sekitar 700 SM, dikenali sebagai Zeus karena seekor burung di tangan kiri dan sebuah halilintar di tangan kanan.

Walaupun ini, sebenarnya dari masa Homer, ia mungkin bukanlah penggambaran standar. Pada apa yang menjadi lokasi kunci, Olympia, patung-patung kecil yang lebih awal dibuat untuk dedikasi bagi Zeus terlihat untuk menggambarkan seorang dewa perang daripada dewa petir.3 Inilah apa yang kita perkirakan dari sebuah komunitas pada masa-masa yang tidak stabil di abad ke-7 dan ke-8 SM, sebagaimana seperti dewa yang berkorespondensi, *Tiwaz, menjadi dewa perang dalam budaya Jerman yang belum mapan. Zeus standar hasil dari pembacaan tertentu dari dewa perang: ia makin dipandang sebagai pemegang halilintar berkat pengaruh internasional (atau minimal antar-negara) dari para penyair syair kepahlawanan dengan theogony (studi asal-mula dan genealogi dari para dewa), titanomachy (perang para Titan), dan sajak heroik seperti Iliadhikayat para dewa yang dilahirkan, para dewa yang lebih tua menjadi terkalahkan dan merupakan makhluk hidup yang menuju kematian. Dimulai pada sekitar 600 SM dan berlangsung baik hingga abad ke-5, kita berulangkali menyaksikan Zeus Keraunios, Zeus sang halilintar, terutama dalam patung-patung kecil setinggi 1020 sentimeter yang ditinggalkan penganutnya di Olympia sebagai testimoni atas keyakinan mereka: di sini (gambar 2) Zeus melangkah, tangan kanannya siap untuk melemparkan halilintar (mereka yang tidak kekal akan memegang tombak), sementara rajawalinya bertengger di tangan kiri Zeus, sebuah ikon supremasi di langit. Ini adalah Zeus yang diambil dalam keadaan sedang beraksi. Jika tidak sedang dalam keadaan bergerak, Zeus dapat duduk dengan keagungan di sebuah thronos. Zeus ditakhtakan sudah eksis di dalam Homer dan segera dibentuk sebagai sebuah tipe artistik, meskipun kita harus menunggu sampai abad ke-6 SM untuk

penggambaran yang tidak bisa dipungkiri atas motif ini, ketika kita dapat menyaksikan tiga cangkir dengan sosok hitam dari Laconia (gambar 3) di mana, berpakaian dalam jubah dengan pola-pola yang demikian kuat, dan menyandang rambut panjang serta janggut, rajawalinya bermanuver menyambar untuk bertemu dengan dia. Kita belajar misalnya dari Pausanias bahwa patung perunggu tertua berasal dari awal abad ke-6 SM; ia melukiskan Zeus Hypatos (Tertinggi) di Sparta dan dibuat dari pelat perunggu yang dilantakkan dan disesuaikan bersama-sama dengan paku (Pausanias 3.17.6, 8.14.7; LIMC 55). Apa yang berhasil bertahan dengan jelas hanya merupakan ujung kecil dari gunung es. Patung-patung besar, terutama yang dengan impresif menggambarkan Zeus ditakhtakan, semuanya sudah hilang, meskipun kadang-kadang kita mengambil gema dan impresi darinya pada koin-koin atau melalui reproduksi Roma. Karya agung adalah patung kolosal Pheidias untuk kuil di Olympia (gambar 4; LIMC 89). Dia bahkan memasukkan penggambaran teman prianya, Pantarkes, dan menuliskan Pantarkes itu elok pada jari dari patung, begitulah yang dikatakan.4 Ini memberi kita tanggal kasar dari patung karena kita mengetahui bahwa Pantarkes memenangkan gulat para pria pada tahun 436 SM. Patung muncul secara ekspresif ke dalam kehidupan yang dilukiskan oleh Pausanias:
Dewa duduk di singgasana yang terbuat dari emas dan gading. Karangan bunga terpasang pada kepalanya, dalam bentuk tunas buah zaitun. Pada tangan

kanannya dia membawa (patung kecil) Victory, ia juga terbuat dari emas dan gading, dengan sebuah pita dan karangan bunga di kepala. Pada tangan kiri

dewa terdapat sebuah tongkat kerajaan, diperkaya dekorasi dengan tiap jenis logam; dan burung yang duduk pada tongkat kerajaan adalah rajawali. Sandal

dewa juga dari emas dan demikian pula jubahnya. Pada jubah terdapat sulaman figur hewan-hewan dan bunga-bungaan, bunga bakung. Takhta didekorasi

dengan para dewa dan batu-batuan berharga, serta juga dengan kayu eboni dan gading. Dan terdapat lukisan binatang-binatang padanya serta sejumlah

figur yang dikerjakan di dalamnya. Ada empat Victory dalam bentuk penari pada masing-masing kaki dari takhta, dan dua lagi di dasar dari tiap kaki. . .

Pausanias, Tour of Greece 5.11.1f.

Dengan seni patung yang sensasional ini, gambaran karakteristik Homer mencapai pemenuhan klasikal dan menurut kisah, yang saya percayai, Pheidiaspematung Yunani kunosebenarnya mengambil puisi Homer sebagai modelnya (Dio Chrysostom 12.25). Sekarang mata petir digantikan oleh dewi Nike (Victory) dalam genre Zeus bertakhta, yang perbandingannya, sayang sekali, kita tidak mengetahui. Ini adalah perubahan modernisasi, bertumpu pada karakter yang lebih antropomorpis (mirip manusia) dari supremasi Zeus. Bagaimanapun juga, dewi Nike lebih kompleks daripada sebuah halilintar dan lebih cocok terhadap pose statis ini. Halilintar, rajawali, tongkat kerajaan dan sekarang Nikeini adalah atribut-atribut dari Zeus pada abad ke-4 SM. Terkadang juga dia memegang piring minuman yang dangkal (phiale) merefleksikan pemujaan yang diterima dirinya dalam kultus domestik. Dia sekarang cenderung seperti patung yang lebih normal dalam perspektif modern, dan berkurang kesannya sebagai pelempar halilintar kecuali pada beberapa koin. Dia hampir menjadi lebih serius, seiring bangkitnya konsepsi manusia dan klasik dari pematung Pheidias serta tuntutan para filosof. Melawan latar belakang ini, pematung Zeus dari akhir abad ke-4 SM, Lysippos mencari suasana melalui arkhaisme (sesuatu yang bersifat kuno). Perunggu kolosal Zeus dalam agora (pusat jual beli) di Tarentum (LIMC 224),5 yang belum pernah terjadi dengan tinggi 40 cubit (cubit adalah satuan panjang pertama yang tercatat, sekitar 17 meter), dengan sengaja menonjolkan ketelanjangan ini, patung-patung kuno yang melangkah dan hendak melontarkan halilintar, tetapi menampilkan keadaban yang lebih baik dengan himation (jubah)-nya serta seekor rajawali pada sebuah tiang untuk menyediakan

stabilitas secara harfiah maupun metafora (LIMC 8.1, halaman 344). Namun, patungpatung yang dibuatnya untuk agorai (pusat perbelanjaan) di Argos dan Sikyon, terlihat berasal dari imitasi pada koin-koin untuk menjadi kepahlawanan telanjang bergaya lama yang baik, bahkan satu yang untuk Megara dilukiskan sebagai pelontar halilintar. SELAYANG PANDANG Maka kemudian inilah Zeus ketika dia digambarkan dalam dirinya sendiri dan ketika dia merupakan fokus eksklusif dari pemikiran. Gambar memproyeksikan kekuasaannya: berdiri dengan memegang halilintar, atau duduk dengan mulia, inilah yang paling berkuasa di antara semua dewa. Dalam sebuah agama antropomorpis (menyerupai manusia) dia dengan jelas dibayangkan hingga sejauh yang dilakukan Homer. Ini dimantapkan melalui seni, dengan tekanan pada atribut-atribut regulerkilat, rajawali. Namun, sejak patung karya Pheidias telah memberikan kehidupan baru kepada gambaran dari Homer, ikonografinya telah berubah untuk seterusnya. Bahkan, setiap penggambaran yang terkemudian mempunyai perspektif Zeus dari pematung Pheidias. 2 HUBUNGAN ZEUS DENGAN DEWA-DEWI DAN KEFANAAN ZEUS DALAM ZAMAN PERUNGGU Zeus merupakan dewa yang spesial. Dia mungkin dalam kenyataannya merupakan satusatunya dewa yang bertahan dari masa Indo-Eropa, ketika pastilah terdapat berbagai dewa politeistik, sebuah panteon, sebagaimana yang ada di Yunani dan telah kita ketahui. Pada tahun 3.000 atau pada tahun-tahun di antaranya, mereka telah diperbaharui, digantikan, dimodernisasi. Adalah dalam milenium sebelum Yunani klasik, dalam Zaman Perunggu Akhir (Yunani Mycenaean), Zeus pertama kali muncul pada penglihatan.

Di antara petunjuk paling awal adalah lembaran yang ditemukan di istana Mycenaean di Pylos tertulis dalam skrip Linear B kemungkinan berasal dari sekitar 1200 SM.6 Ia tampaknya mengatakan sesuatu seperti ini:
<mengenai sesuatu > Diwion [kuil Zeus] dan membawa hadiah serta menuntun porena kepada Zeus 1 bahtera emas, 1 pria; kepada Hera 1 bahtera emas, 1

wanita; kepada Drimios [kita tidak mengetahui siapa dia] Putra Zeus 1 bahtera emas, 1 <pria?>

Porena itu pastilah hadiah yang berjalanitulah mengapa dia dituntun, bukan dibawa. Mereka seperti pria dan wanitaapakah mereka bahkan merupakan manusia yang dikorbankan?7 Diwion dari Pylos (diasumsikan ia adalah hal yang sama pada tiap kasus) merupakan bagian familiar dari dunia ini, dan disoroti pada dua lembaran tulisan lain, ketika Zeus menerima hadiah sekitar satu liter minyak zaitun dan kemungkinan beberapa pakaian (Hiller 1978: 1004). Kita tidak mengetahui apakah ini merupakan istana pemujaan, semacam tempat terbuka atau sesuatu yang bahkan lebih ambisius (meskipun itu akan menjadi sangat tidak lazim sejauh yang dapat kita ungkapkan dari arkeologi). Terlihat pula kemungkinan beberapa tipe rohaniwan atau pelayan yang menyertai di PylosDiwieus. Hera sudah muncul dengan keterkaitan yang erat dengan Zeus, walaupun juga ada dewi Diwia, yang tampaknya memiliki pendeta wanita, Diwieia. Sementara itu di Knossos, sebuah lembaran tulisan (Knossos Fp1) mengungkapkan kepada kita mengenai sebuah persembahan minyak kepada Zeus Diktaios (dari Gunung Dikte). Namanya pasti telah dipakai untuk disembah sebelum adanya kuil di Gunung Dikte dengan dampak variasi lain memasuki sistem agama Yunani. Pengiriman persembahan ke (Gunung) Dikte kelak menyulap prosesi panjang dari masyarakat berbahasa Yunani pada milenium kedua sebelum Kristus. Biji gandum dan minyak terlihat menjadi hadiah yang lazim bagi Zeus, apakah ia penduduk Gunung Dikte atau

bukan. Sebuah bulan, Diwios, dinamakan berdasarkannya, yang bertahan dalam bulan Dios dari Makedonia, Aetolia dan Thessaly kelak; dan seharusnya dimaksudkan bahwa festival ini, kelihatannya Diwia, berlangsung pada waktu itu dari sepanjang tahun. Kita sudah mempunyai banyak bagian yang akan familiar kelak: dewa Zeus; sebuah julukan yang mengasosiasikannya dengan sebuah tempat, sebuah gunung; suatu bulan, dan karenanya mungkin suatu festival; daerah atau tempat khusus, Diwion; seorang rohaniwan; kemungkinan seorang istri (apakah Hera atau Diwia) dan agaknya seorang putera, sekaligus memberlakukan mitologi keluarga yang ilahi. Putra dari Zeus telah menggemakan arus utama tradisi Yunani. Nama dewa Dionisus terlihat seperti--dengan satu cara atau lainnya--pernah dimaksudkan sebagai putra dari Zeus.8 Dan Dioskouroi (Dioscuri) tentu saja adalah para putera Zeus: tempat mereka dalam sistem keilahian Indo-Europa sebagai manusia kuda kembar diyakinkan oleh kepararelannya dalam kesusasteraan Sansekerta, sebagai Asvins kembarmerupakan di antara keturunan dari dewa zaman dulu kala yang menghasilkan keturunan, Prajapati (ini dalam kisah kepahlawanan kuno, Mahabharata 1.302).9 AYAH, SAUDARA, SUAMI Fungsi terpenting yang telah melestarikan Zeus sejak masa Indo-Eropa adalah ayah, fungsi yang diabadikan terutama dalam kasus vokatip (bentuk penyeru), bentuk kata yang digunakan ketika menyapa dewa, sebagaimana seseorang harus melakukannya:
Zeu pater [ayah/bapa Zeus] . . .

Iliad 1.503 dan lainnyasembilan kali dalam dua kisah kepahlawanan dari Homer

O ayah dari kami, Kronides [putera Kronos], penguasa tertinggi. . .

Sabda Athena, Iliad 8.31

Bapa Zeus, penguasa dari [Gunung] Ida, yang paling mulia, paling besar. . .

Iliad 3.276

Bapa Zeus yang merupakan tuan atas para pria dan kekal. . .

Odyssey 20.112.

Contoh-contoh ini berasal dari kisah kepahlawanan (epik), tetapi mereka menembusi kesusasteraan dan kehidupan Yunanisebagaimana kita temukan tertulis pada sebuah jambangan pada akhir abad ke-6 SM, O ayah Zeus, semoga saya menjadi kaya.10 Bentuk sapaan ini juga terlihat di dalam bentuk Latin: ketika dia mengerjakan sesuatu atau Anda menyebut dia adalah Iuppiter (Yupiter, Jove-father); namun ketika dia memerankan hal yang kurang signifikan dalam kalimat, dia semata-mata Iovem (Jove). Yupiter memerintah atas para dewa dan pria; kita memuja Jove. Jika dia adalah ayah atau bapa, itu bukanlah sekadar aspek menyenangkan dari kehidupan keluarga dan itu tidak membuatnya menjadi sejenis ilah pencipta dalam model Yudaisme-Kristenyang datang belakangan. Dia adalah ayah karena dia mempunyai otoritas yang tidak perlu dipertanyakan lagi terhadap keluarga para dewa, dan atas semacam perluasan rumah tangga yang terdiri dari para dewa maupun manusia (LloydJones 1971: 33). Itu merupakan suatu cara pembuktian dari ini, bahwa dia pada faktanya, sebagaimana akan kita lihat di bawah, merupakan ayah dari sebagian dewa dan bapa dari sebagian manusia, terutama ia yang berasal pada permulaan bangsa-bangsa. Namun tentu saja dia adalah saudara, yang dengan mengejutkan adalah yang termuda, dari Poseidon, Hades, Demeter dan dari isterinya Hera. Jika dia merupakan kepala rumah tangga, yang berarti dia mempunyai isteri serta anakanak. Di Dodona isterinya haruslah Dione, nama yang berisikan akar dari namanya

sendiri (Di-), sejenis Zeus-ona dan cukup mengingatkan pada Diana dari Romawi. Namun, mungkin karena peleburan dari agama dan kebudayaan para penyembah Zeus seiring mereka tiba di Yunani dengan masyarakat lain yang sudah berdiam di sana, istri yang lazim adalah Hera. Orang bisa saja heran mengapa dia menikah dengan saudaranya. Pernikahan antarsaudara terjadi di antara firaun di Mesir. Apakah keluarga raja Yunani pada Zaman Akhir Perunggu juga berperilaku seperti ini? Atau adakah legenda itu sendiri meminjam dari suatu tempat seperti Mesir? Mungkin ia hanya bahwa suatu pernikahan yang begitu dini dalam genealogi para dewa cenderung menjadi berzinah, dan Kernyi (1976:112) memang benar: tema ini berperan sebagai bagian kosmogoni (teori mengenai asal-usul jagad raya) sebagai persatuan untuk menghasilkan keturunan dari pasangan pertama . Gagasan pernikahan primordial adalah lebih daripada legendaia mempunyai peran penting dalam kultus. Di Nauplion terdapat mata air, Kanathos:
Di sini masyarakat Argos mengatakan bahwa Hera, ketika dia dicucikan tiap tahun, menjadi seorang perawan. Ini dari Ritus yang mereka adakan untuk

Hera dan merupakan salah satu rahasia.

Pausanias 2.38.2f.

Karenanya kultus magis membawa kita kembali ke titik awal untuk theogony (studi asalmula dan genealogi dari para dewa), atau untuk sebuah pernikahan, dan pernikahan Zeus dan Hera adalah cara untuk memutar ulang jam. Ini adalah apa yang kita rujuk sebagai hieros gamos, pernikahan suci yang secara ritual dapat diundang-undangkan. Terdapat banyak lokasi di Yunani di mana pernikahan Zeus dan Hera ini diduga berlangsung.11 Sebuah contoh menonjol, di mana kita mengetahui sesuatu dari festival di seputar ini di Boeotia. Di sini Plataea merayakan Daidala dalam tiap tahun keenam dan

Boeotia secara keseluruhan merayakan Daidala Raya tiap 59 tahun. Festival yang terjadi dalam interval waktu yang begitu panjang, di Yunani maupun budaya-budaya Indo-Eropa lain, merupakan karakter dari festival pembaharuan, di mana masyarakat membuat awal baru dan dalam kasus yang ekstrim dunia mungkin terlihat dimulai kembali. Dalam kasus Daidala tindakan seksual dan pernikahan ini berlangsung di Gunung Kithairon, berdampingan dengan Plataea, berbatasan dengan Attica, dan yakni bagaimana Hera menjadi disebut Hera Gamelia (dari ritus pernikahan) dan Hera Teleia. Kata sifat teleios mengacu pada penyelesaian transisi dari pertunangan pada pernikahan dan penyelesaian kedewasaan melalui pernikahan.12 Namun di Daidala, anugerah Hera harus dimenangkan. Menurut legenda aetiologikal (yang bersifat menjelaskan), Hera telah meninggalkan Zeus, dan Zeus tidak tahu apa yang harus dilakukan. Seorang pahlawan lokal sekarang menasihatinya: entah Kithairon, yang eksis dalam legenda yang membuat Gunung Kithairon dinamakan menurut dia, eponym (seseorang yang berdasarkan dia sesuatu dinamakan) dari Gunung Kithairon, atau Alalkomeneus, eponym dari Alalkomenai, yang jauh di Boeotia, orang pertama yang cerdik. Menyusul nasihatnya, dia mendandani sebuah patung dari kayu, dan dinamai Daidale (daidala, kata Pausanias, adalah apa yang mereka biasa gunakan untuk menyebut xoanapatung kayudi masa kuno), dan dibiarkan diketahui bahwa dia akan menikah dengan Daidale ini. Hera kemudian tiba dengan kemarahan dan kecemburuan, tetapi menemukan kebenarannya, berpikir bahwa itu adalah lelucon yang hebat, dia pun rujuk dengan Zeus dan dirinya menempuh pernikahan dengan Zeus.13 Jadi terdapat festival dengan sebuah prosesi menuntun patung kayu Hera dari Kota Plataea ke Gunung Kithairon, di mana hieros gamos berlangsung. Dan untuk

mencapai ini pernikahan Zeus dengan Hera harus terus-menerus dibatalkanagar dapat dilakukan pembaharuan. Cerita Daidale dari Pausanias terlihat bahwa ia berutang banyak kepada penggambaran Homer mengenai hubungan bergolak Zeus dengan Hera. Namun ini mungkin merupakan arah lain. Penggambaran dari Homer merupakan hal yang aneh sampai kita menyadari bahwa dibutuhkan dalam kultus untuk menyiapkan sebuah pernikahan baru yang menggerakkan pelukisan pernikahan yang hampir putus. Homer memelihara dinamika kultus dengan cukup setia: kemarahan dan kecemburuan dalam Iliad 1, disapu untuk sementara oleh hieros gamos di Gunung Ida dalam Buku 14. Namun, tipu daya dalam kasus ini tentu saja Hera, bukan Zeus. Pernikahan sebenarnya di Athena kerapkali terjadi dalam bulan Gamelion (sekitar Februari), bulan Festival Pernikahan, Gamelia. Ini mencakup doa dan persembahan kepada Zeus Teleios dan Hera Teleia yang hieros gamos-nya dirayakan di Theogamia pada hari ke-27 dari bulan dan menjadi model serta menyempurnakan pernikahan yang disahkan di bumi.14 Petunjuk yang terpisah menyatakan, sebagaimana diamati Kernyi, peserta yang besar sekali entah bagaimana menyucikan pernikahan mereka masingmasing dalam proses ini dan membuatnya khusus, sama sucinya seperti para dewa. KELAHIRAN DAN KEMATIAN ZEUS Kelahiran Zeus bukan merupakan momen kunci yang begitu penting seperti, misalkan, pada Yesus Kristus. Dia terutama ada untuk menguasai dan memerintah dunia, bukan untuk memiliki biografi yang menjadi teladan. Jika kita mempunyai kisah kelahirannya itu karena terdapat penggabungan antara dewa Zeus dan seorang dewa anak yang ilahi, keturunan dari Ibu Besar, yang sudah ada lama sebelum Zeus. Namun, betapa

pentingnya yang diatribusikan kepada anak ilahi ini oleh kultus lokal, dan peran sangat penting dari gunung pada kedua kultus tersebut, menjadi sedemikian memaksa bagi mereka untuk mengikatkan mitologinya kepada Zeus. Jadi Zeus dilahirkan di Arcadia oleh Rhea: dalam sebuah legenda yang bernuansa penyiksaan, perempuan ini berada di sebuah gua di puncak Gunung Thaumasion (ajaib) seiring dia menjelang melahirkan dan di Gunung Lykaion di mana dia benar-benar melahirkan.15 Hal itu dengan rapi menyapu dua lokasi kultus dengan petunjuk klaim yang tidak konsisten. Namun, tentu saja keduanya keliru, karena lokasi kultus yang berhasil dalam kompetisi ini adalah di Kreta dan dia kemudian dapat dengan bangga diproklamirkan Zeus Kretagenes (kelahiran Kreta). Karena itu dalam Hesiod perempuan ini dikirimkan ke Lyktos (Lyttos) di Kreta dengan guanya, dan hampir pasti ini Psychro, di mana Zeus dari Dikte kemungkinan telah dipuja di masa-masa awal. Tetapi lokasi ini tutup usia sekitar 500 SM dan asosiasi yang paling berpengaruh adalah dengan Gunung Dikte itu sendiri, bukan Gunung Dikte modern digantikan oleh pembuat legenda modern di dekat gua di Psychro, tetapi lokasi riil yang diketahui oleh ahli geografi purbakala di timur jauh pulau di wilayah Praisos yang juga mencakup kuil Zeus Diktaios di lokasi yang sekarang dikenal sebagai Palaikastro. Dikte punya bunyi mirip dengan tiktei (melahirkan) dan legenda menyatakan bahwa di sebuah gua di Gunung Dikte, tangisan bayi Zeus diredam oleh keriuhan bunyi melengking tarian senjata dari Kouretes,16 nampaknya merefleksikan legenda sebuah tarian ritual prajurit muda yang praktik awalnya terutama diasosiasikan dengan gua-gua. Karenanya sejumlah bahan penyusun kultuslagu, tarian, pemuda, dan ibu dari dewa muncul bersama dan menjadi fokus sebagaimana warna-warni legenda hampir secara paradoks mengaitkan masa bayi

dari bapa para dewa dan manusia, raja dari mereka yang kekal. Satu-satunya masalah adalah gua-gua di timur pulau itu tampaknya tidak mempunyai tempat-tempat kultus bagian itu muncul dari Gunung Ida di bagian tengah pulau, atau bahkan dari Psychro.17 Seiring kisah-kisah dari sejumlah lokasi berbeda bercampur, mitologi yang kaya tapi sekaligus tidak konsisten terbentuk. Zeus bisa jadi disusui oleh seekor kambing, yang dinamakan Amaltea, dan Zenobius pada abad kedua masehi menyatakan Zeus menetapkannya di antara perbintangan. Di Praisos mereka meyakini babi betina yang melindungi Zeus dengan suaranya yang banyak mendengkur dan bahkan mereka berkorban kepadanya. Cerita lain mengisahkan keberadaan para tawon di sebuah gua, sehingga tidak seorang pun dapat memasukinya; sekali dalam setahun sebuah cahaya benderang bersinar keluar dari gua seiring darah Zeus dari kelahirannya meluap; di sini hidup para tawon suci, perawat dari Zeus di mana dengan madunya Zeus memeroleh makanan. Tawon Suci mungkin hanya sekadar titel dari pendeta wanita dalam beberapa jenis kultus di mana Zeus dilahirkan sekali lagi setiap tahun. Namun petunjuk paling kuat yang berhasil bertahan adalah nyanyian pujian kultus aktual yang ditemukan di dalam kuil Zeus Diktaios di Palaikastro. Dengan penuh warna-warni ia dinamakan Himne Kouretes oleh para pengarang modern, dan pada faktanya merupakan himne penuh semangat yang memanggil Zeus untuk memberi kesuburan dan kemakmuran pada tanah dan masyarakat. Teologinya cukup ganjil:
Yo!

Pemuda Terbesar [Kouros], saya katakan dengan mengelu-elukan!,

Putra dari Kronos, semua suka cita yang sangat kuat,

Datanglah!

Menuntun daimones [roh, para dewa kecil]

Ke Dikte setiap tahun membuka jalan Anda dan

bergembira di dalam lagu yang kita anyam dengan lyre (semacam alat musik kecapi yang digunakan masyarakat Yunani kuno)

dan dicampur dengan seruling

dan dengan berdiri kita menyanyi di seputaran altar yang berbatasan dengan baik

Yo! [dan seterusnya]

Himne Kouretes 112

Seseorang dapat menerka bahwa himne Pemuda Terbesar, dengan kelompok roh jahat ini, sebenarnya masih dipertunjukkan pada abad ketiga masehi, yakni tanggal dari inkripsi ini, oleh para pemuda di wilayah Praisos sebagai suatu event dalam budaya rakyat lokal.18 Terdapat kultus pararel di Gunung Ida pada rakyat Kreta, sebuah pegunungan berpohon yang merupakan arti dari (w)ida. Ia dirancukan dengan Dikte oleh pengarang dari Alexandria yang tidak pernah berada di sana.19 Apollonius dari Rhodes membicarakan tentang gua Diktaios (1.509, 1130) dan gua Idaios (3.134) seolah-olah mereka adalah hal yang sama, yakni gua Kreta (2.1233). Jadi mitologi berebut dan tersisa pada Diodorus (5.70) atau sumber-sumbernya untuk membereskan ini: Zeus dilahirkan di gua di Dikte tetapi dibawa dalam gua di Ida (Nilsson 1967: i.320 n.3). Tentu saja yang belakangan mempunyai pengaruh yang kian meningkat dan di Lyttos juga Zeus dapat dirujuk sebagai Widatas (dari Ida). Penyembahan berhala Yunani dengan adil adalah terbuka dan toleran. Namun, ia mempunyai kesulitan dengan konsep para dewa meninggal, sebagaimana para dewa secara definisi adalah kekal. Ini hanya terjadi pada kasus yang marjinal dan asing.

Adonis, jika merupakan dewa, meninggal. Dalam kisah dari Plutarch (Decline of Oracles 419bd), pengembara di Mesir diberitahu Pan (dewa ternak) besar mati. Ares dan Aphrodite dilukai oleh Diomedes dalam Iliad 5 melalui tindakan yang amat berlebihlebihan oleh Homer, yang mengisahkan bagaimana pada suatu waktu Ares pernah hampir meninggal (5.388). Tetapi adalah hal lain untuk mempunyai kuburan Zeus, yang lokasinya, seperti tempat lahirnya, bervariasi antara Dikte dan Ida. Itu hanya menunjukkan bahwa warga Kreta adalah pendusta (Callimachus, Hymn 1.8). Namun, ia juga menunjukkan dengan sangat jelas bagaimana kultus lokal memperkenalkan bagianbagian yang beragam dan tidak konsisten ke dalam gambaran dewa Yunani; bahkan gambaran dewa Yunani dibentuk di tempat pertama oleh perkembangan selama berabadabad dari karakteristik-karakteristik dan kisah yang berbeda. Jika dewa dilahirkan tiap tahun dia juga akan meninggal. TITANOMACHY, TAIFUN, GIGANTOMACHY Kendali Zeus terhadap tatanan alam semesta digarisbawahi oleh kisah-kisah yang mencakup pembentukan tatanan itu atau mengalahkan serangan pada tatanan itu. Cerita semacam ini ditemukan pertama kali dalam literatur kita yang berhasil bertahan, dalam Hesiod, yang dapat digambarkan sebagai sebuah pengarang dari timur, menyegarkan mitologi Yunani dengan cukup banyak bahan dari Timur Dekatdan ini tampaknya di mana kisah-kisah tersebut berasal. Pada permulaan adalah Nirwana dan Bumi (Ouranos dan Gaia). Mereka memperanakkan Cyclopes bermata satu dan sederetan orang yang dikenal secara kolektif sebagai para Titan, termasuk Kronos. Kronos mengebiri Ouranos dan rezim baru terlahir. Kronos kemudian menelan anak-anaknya hingga sebuah batu disubstitusikan bagi Zeus (batu ini

masih dipamerkan di Delphi pada abad kedua masehi). Zeus memeroleh kembali saudarasaudarinya yang telah ditelan oleh Kronos dan dalam sebuah pertempuran besar Titanomachymengalahkan rezim lama. Senjata pentingnya pada pertempuran ini, halilintar, dibuat oleh Cyclopes, yang memberinya daya serang untuk meraih kemenangan dan sebuah perlambang dari kemenangan itu. Ini digambarkan dalam Hesiod (Theogony 617731) dan telah dilukiskan dalam Titanomachy Eumelos dari Corinth, puisi yang hilang dari sekitar 700 SM. Pertempuran dari para Titan, sebagaimana digambarkan oleh Hesiod, berlalu dengan demikian perkasa: Zeus melemparkan ke sekeliling kilat dan petir dalam jumlah banyak, bumi berdesis dan sungai-sungai serta lautan mendidih (Theogony 6936). Segenap yang benar-benar berarti adalah bahwa pertempuran terjadi dan mempunyai hasil, bukan kualitas dari perkelahian dan alur yang sekadar daripada standar 10 tahun. Bagian kunci dimainkan oleh para sekutunya Seratus-Tangan (Hekatoncheires), Kottos, Briareos dan Gyges. Di Eumelos, akan tampak, monster laut Aegaeon-Briareos mengobarkan api dari 50 bagian tubuh atas dan menggemerincingkan begitu banyak perisai melawan halilintar dari Jove.20 Versi ini lebih dekat pada pola Timur Dekat seperti legenda dari Ugarit (pada pesisir apa yang kemudian menjadi Suriah), dikutip oleh Barat, di mana dewa Baal berperang melawan naga berkepala tujuh, Yammu (laut).21 Di sembarang kejadian, pada akhirnya sebagian besar dari para Titan dikirim ke Tartarus, terpisah dari Hyperion Matahari (Titan putra Gaea dan Uranus), dan lainnyakebanyakan Titan perempuan termasuk Leto, Themis dan Mnemosyne. Inilah keharusan legenda di mana darinya Homer memeroleh ancaman berulang Zeus untuk mengirimkan para dewa lain ke Tartarus (Gantz 1993: 45). Ini adalah sesuatu yang sangat kuat dan hal yang tegas

untuk mengirimkan seseorang ke Tartarus dan pada waktunya22 di sana berkembang sebuah kata untuknya, tartaro, atau, dengan lebih lengkap, katatartaro (seluruhnya) ke Tartarus. Lawan khusus Zeus adalah Typh(a)on (Hesiod, Theogony 306), atau Typhoeus (82080 penggabungan dalam teks Hesiod menunjukkan agak secara buruk). Monster ini menampakkan diri setelah Titanomachy, mengambil bentuk kesemrawutan dan tidak dapat dipahami pada fisiknya: 100 kepala, yang cukup menyendiri dari aspek-aspek lain yang tidak menyenangkan (keularan), serta memancarkan suara-suara membingungkan, antara perkataan dewa dan lenguhan sapi (Hesiod, 831f.). Zeus memerlukan seluruh kekuatan untuk mengalahkannya dan pada akhirnya untuk memukul jatuh ia dalam suatu tempat yang menghanguskan dan disebut sebagai Aidna. Hal itu tidak lama sebelum ini telah ditransformasikan ke Gunung Etna di Sicily, di mana kobaran api dari Taifun muncul dengan menakjubkan melalui gunung berapi. Hikayat tersebut juga dipulangkan ke timur dalam Zaman Hellenistik, dengan horizon yang lebih lebar. Sekarang Taifun, yang sudah di Pindar dan mazmur dari Aeschylusbapak drama tragis Yunani--, Lompatan Prometheus telah muncul dari Cilicia, berpindah sedikit lebih jauh untuk menjadi naga dari gunung kudus, pernah Gunung Hazzi dari Hittites, kemudian Gunung Kasios di Suriah (yang naik di atas di mana Ugarit ada). Dalam versi ini uratnya Zeus telah dicuri oleh Taifun dan, tidak tertolong, pada akhirnya diselamatkan hanya oleh intervensi dari Hermes dan Kambing-Pan (Aigipan), atau dalam kisah kepahlawanan Nonnos, Dionysiaka (abad ke-5 masehi), Kadmos, pendiri dari Thebes. Zaman Kuno (Arkais), ketika jenis syair ini pertama kali berkembang, juga merupakan zaman dari hoplite tentara Yunani kuno bersenjata lengkap yang berperang dalam

formasi bersama para rekannya. Sebagaimana para pria ini berperang dan kemudian gugur, terkadang tali pengikat dari perisai mereka didekorasi dengan pita logam dari adegan-adegan yang hampir seperti potongan kartun sebagaimana hoplite mungkin diasosiasikan dengannya. Ditemukan di Olympia di mana mereka didedikasikan 2.500 tahun lampau, beberapa melukiskan peperangan Zeus dengan Taifun, paralel kosmik untuk karya dari hoplite (lihat gambar 5). Titanomachy menangkap imajinasi dari Yunani Arkais (Kuno) dalam puisi, namun adalah pada Gigantomachies di mana seni patung cenderung berpaling, pertempuranpertempuran melawan Gigantes (lihat gambar 6). Gigantes adalah ras dari insan, kelihatannya para pria, tidak semestinya pada apa yang kita pahami sebagai raksasa/giant, minimal pada mulanya (seperti Nephilim atau orangorang raksasa misterius dalam Kitab Kejadian 6:4, diri mereka diterjemahkan sebagai Gigantes dalam Septuaginta Yunani). Tidak seorang pun benar-benar mengatakan kisah mereka dengan tegas, meskipun peran Herakles di dalamnya diketahui pada pengarang mazmur Hesiod, Katalog Wanita (fr. 43a.65, abad ke-6 SM). Ini disisakan bagi pengarang terkemudian23 untuk merangkai bersama kisah bahwa para dewa bertemu Gigantes dalam pertempuran di Phlegra, suatu tempat di Thrace, di luar sebelah utara wilayah barbar dari Yunani, yang berada di luar peta. Untuk mengalahkan mereka, para dewa perlu bantuan dua sosok setengah dewa, Herakles dan Dionisusmemainkan peran pembantu dalam legenda Taifun. Kita sering melihat Gigantomachy dalam dekorasi seni patung dari kuil-kuil Arkais (zaman kuno): pernyataan otoritas dari para dewa, dibuat oleh kuil itu sendiri, dan diperkokoh oleh legenda yang dikisahkan atasnya. Ia berada di mana-mana pada abad ke-

5 dan ke-6 SM (semua tanggal merupakan perkiraan): kuil Artemis di Corfu (awal abad ke-6 SM), Perbendaharaan Siphnian (bangunan yang didedikasikan bagi polis Yunani untuk memberikan persembahan) di Delphi (525 SM), bagian barat dari kuil Alcmeonid Apollo di Delphi (500 SM), sebuah bangunan perbendaharaan anonim di Delphi (awal abad ke-5 SM), Perbendaharaan Megarian di Olympia (510 SM), pedimen timur dari kuil Arkais dewi Athena di Acropolis, Athena (520 SM), kemungkinan situs lain di Athena pada akhir abad ke-6, metope--(Yunani: ) dalam mitologi Yunani adalah peri sungai, putri dari sungai Ladondari berbagai kuil di Selinous di Sicily (paruh pertama abad ke-5 SM), Olympieion di Agrigento pada kuartal kedua dari abad ke-5, dekorasi di Sounion pada kuil Poseidon (450 SM), tentu saja metope yang sangat indah dari Parthenon, dan akhirnya metope dari Heraion di Argos (410 SM). Atau jika belum cukup, karena dekorasi dari altar raksasa Zeus di Pergamon pada awal abad kedua sebelum masehi, dengan luar biasa mengingatkan pada seni patung Arkais (zaman kuno) dan klasik, memampangkan suatu Gigantomachy pada skala besar. Ini, kemudian, merupakan kisah-kisah yang menyokong kekuasaan Zeus dan untuk memuji atas kekuatannya. Mereka membentuk karakter yang mengagumkan dan tidak terbantahkan yang mengharuskan kita mengakuinya sebagai dewa paling penting. Ini merupakan bahasa khusus mistis, dipinjam dari Timur Dekat, di mana masyarakat merasa nyaman dengan konsep kebesaran raja yang kuat dan mengagumkan. Namun, dalam bentuk yang dihaluskan ini, rakyat Yunani menemukan ketimuran Hesiodic (cosmogony dan theogony dari Hesiod, penyair-filosof Yunani dari abad ke-8 SM) pada selera mereka, dan ia cocok dengan ekspektasi mereka mengenai manusia super. Para dewa, dan dengan perluasan pada para pahlawan, dapat mempertunjukkan keekstriman di mana

manusia dalam dunia Yunani yang berbudaya mungkin akan menjauhkan diri. Itu karena mereka lebih besar dan hal tersebut akan mengangkat kebesaran mereka. Kekerasan dan kekuatan yang tidak bisa dilawan menekankan tatanan yang lebih tinggi, penghakiman Zeus. AKTIVITAS SEKSUAL ZEUS
Dia begitu kecanduan terhadap seks, sehingga dia bergairah atas semua wanita dan memenuhi hawa nafsunya kepada semua wanita.

Clement dari Alexandria, Exhortation to the Greeks 2 (27 P.)

Apakah ini istana Olympia bagi saya? Saya akan pergi ke bumi

Dan meninggalkan aither (elemen para dewa yang terlahir pertama) dari ayah saya dan hidup

di Thrace (negara kuno dan kawasan penghasil anggur di timur Semenanjung Balkan ke utara Laut Aegean; dikolonisasi oleh Yunani kuno) milik kita

sendiri di mana saya tidak akan menyaksikan ibu saya meratap

dalam kesedihan yang mendalam, maupun Zeus si pemanja pernikahan!

Ares berbicara dalam Nonnos, Dionysiaka 8.614

Zeus si pezina Zeus menghabiskan banyak dari waktu mistisnya dalam perzinahan. Anda dapat berpikir ini merupakan proyeksi dari fantasi pria dari apa yang tidak akan dibatasi oleh masyarakat atau moralitas. Namun terdapat alasan lain yang akan menjadi jelas ketika tipe dari legenda ini menjadi kategori-kategori. Dalam hal ini, saya menyadari bahwa tiap legenda mempunyai kepentingannya dan bahwa kita akan menyaring dengan sangat cepat terhadapnya. Kita juga perlu untuk memasukkan ke dalam pikiran bahwa rakyat Yunani mengisahkan legenda-legenda mereka dengan cara apapun yang terlihat berguna untuk tujuan praktis. Tidak ada biblika legenda Yunani, dan detail-detail serta nama-nama yang akurat dilakukan pada kesempatan yang kemudian berubah. Zeus mungkin bukan hanya,

atau bahkan lazim, ayah dari keturunan yang saya hubungkan kepadanya di bawah dengan lugas seseorang di zaman kepurbakalaan menyatakan bahwa itulah dia dan mereka mempunyai alasan. Umumnya ketika seorang dewa memiliki seks, pembaca seharusnya menanamkan ke dalam pikiran pada kata-kata yang dibuat Homer di mana Poseidon berbicara kepada Tyro setelah kejadian:
Bergembiralah, wanita, dalam cinta (ini); seiring tahun datang, kamu akan melahirkan anak-anak yang luar biasa, karena tidak sia-sialah ranjang-ranjang

dari kekekalan. . .

Odyssey 11.2485024 Pada sebagian besar legenda, pokok dari hubungan seksual dengan seorang dewa adalah keturunan yang dihasilkannya. (Dalam kasus Tyro adalah Neleus, raja nenek moyang dari Pylos, di mana kultus tertentu dari Poseidon yang dapat dikenang digambarkan pada permulaan Odyssey 3.) Sebaliknya, jika seseorang menginginkan dengan bangga untuk mengklaim bahwa sebagian pahlawan atau suku merupakan keturunan Zeus, perzinahan lain biasanya akan ditambahkan ke dalam daftarnya. Inilah bagaimana pohon keluarga (genealogi) berfungsi. Walaupun demikian, adalah luar biasa bagaimana hanya beberapa (sedikit) anak Zeus dipunyai dari Hera dan betapa tidak berartinya mereka. Bisa jadi perkosaan dan penggodaan berperan lebih baik untuk mendistribusikan keturunan di seluruh Yunani. Jika memang demikian, kita mencapai kesimpulan penting bahwa Zeus si pemerkosa dan penzina sebenarnya sebuah produk dari kebutuhan dari apa yang seseorang dapat mengistilahkan sebagai puisi internasional sebagaimana ia muncul bersamaan dalam yang diduga sebagai Zaman Kegelapan (yakni, 1200776 SM). Ini pada faktanya merupakan zaman perkembangan, di mana harus mengombinasikan

tradisi-tradisi lokal berbeda untuk pertumbuhan dan kesadaran diri pasar yang dinamis di seluruh dunia Yunani. Seiring dunia berkembang, mereka berjuang untuk

mengakomodasi yang baru dan untuk memeroleh kembali persatuan mereka melalui berbagai ekspresi budaya, termasuk agama dan mitologi. Dalam perzinaan Zeus pada Zaman Kegelapan merefleksikan perubahan roda gigi seiring tradisi-tradisi dari satu komunitas Yunani berkombinasi dengan komunitas yang lainnya. Pada Hellenistik dan Zaman Romawi lingkup dari dunia Yunani akan tiba-tiba meluas kembali dan Zeus akan menjadi Baal dan Yupiter (pp. 1079). Kurangnya legitimasi keturunan membentuk nuansa tertentu pada hieros gamos (kesucian pernikahan antara dewa dan dewi) dari Zeus dan Hera. Agaknya ini merupakan aksi pernikahan yang di bagian latar depan, bukan prokreasi dari anak-anak. Mitologi Yunani sebagaimana kita ketahui secara umum tidak membentuk Tritunggal Kekal atau Keluarga Kudus, meskipun terdapat bagian dari dunia Yunani di mana Zeus, Hera dan Dionisus dipuja bersama, misalnya di Lesbos. Ini tentu saja mewakili struktur yang kita saksikan dalam Zaman Perunggu Akhir dengan Drimios putra dari Zeus (halaman 28ff). Warga Romawi, di bawah pengaruh Etruscan, mengambil tipe pemolaan ini juga dan mendirikan kuil raksasa bagi Yupiter, Juno dan Minerva (Zeus, Hera dan Athena), yang disebut Tritunggal Capitoline, atau Bukit Capitoline di Roma, dipersembahkan pada 509 SM. Dan ia akan bangkit lagi di Yunani ketika versi baru dari agama rakyat Mesir ditemukan pada abad ke-3 SM untuk pasar Mediterania, berfokus pada Isis, Osiris dan Horos/Harpokrates (ibu, ayah dan putera). Kekristenan juga akan pada akhirnya menaruh perhatian pada model ini. Zeus memperanakkan para dewa

Dalam hal para dewa kita perlu mengetahui orangtua dari masing-masing guna menempatkan mereka, untuk memahami mereka, dan hampir untuk mendaftarkan mereka. Jika merupakan hal yang penting bagi kita untuk mengetahui siapa keluarga kita, ia jauh lebih berarti pada masyarakat tradisional. Theogony merupakan catatan dari kelahiran para dewa, sebagaimana dalam Theogony dari Hesiod, penyair Yunani yang karyanya antara lain menggambarkan kehidupan pedesaan dan genealogi dari para dewa serta permulaan dunia, (sekitar 700 SM). Ia karenanya merupakan bentuk tertentu dari pohon keluarga. Untuk menghasilkan para dewa, Anda membutuhkan seorang dewa yang benar-benar penting sebagai ayah, dan lebih disukai lagi para ibu yang kekal jika seorang dewa dengan kualifikasi memuaskan menjadi hasilnya; sebagaimana seorang ayah warga negara dan ibu warga negara diperlukan untuk menghasilkan seorang anak warga negara Athena. Zeus memperanakkan Apollo dan Artemis, Aphrodite, Ares, Athene, Dionisus, Hermes. Kenyataannya dia menurunkan seluruh para dewa Olympia25 yang bukan para saudara perempuan dan saudara laki-lakinyamereka adalah anak-anak dari Kronos (Hestia, Demeter, Hera, Hades, Poseidon). Genealogi membuat para dewa Olympia menjadi sistem rajutan yang ketat, kelompok tertutup, sebuah tim: mereka digambarkan sebagai keluarga yang dengan khusus tertutup. Para dewa ini sebagai suatu perkara fakta sejarah semuanya mempunyai asal-mula yang terpisah, mayoritas hilang bagi kita, tetapi dapat terlihat dalam ibu tradisional mereka yang berbeda. Istri mitologi resmi dari Zeus, Hera, biasanya hanya merupakan ibu dari Ares dalam kelompok inidan sebaliknya hanya dewi kecil Hebe (masa muda/puncak dari kondisidia menjadi istri Herakles di Olympus) dan Eileithyia (dewi kelahiran bagi masyarakat Kreta dalam mitologi Yunani). Dione,

pasangan hidup Zeus dari Dodona, dipakai sebagai ibu dari Aphrodite. Terkadang juga dia menjadi ibu dari Dionisus, walaupun biasanya merupakan yang secara mitologi fana, Semele. Maia yang misterius, puteri dari Atlas, adalah ibu dari Hermes, dan Leto merupakan ibu dari Apollo dan Artemis. Kisah Athene, dari Hesiod ke depan, adalah bahwa Zeus menciptakan dia pada miliknya sendiri, keluar dari kepalanya sendiri, karena dia telah menelan Metis, (Inteligensi, sebuah personifikasi lebih dari satu dewa perempuan).26 Ini membuat berkembangnya beberapa penggambaran bagus dari jambangan-jambangan yang menunjukkan Hephaistos membelah kepalanya hingga terbuka dengan sebuah kapak. Theogony dari Hesiod secara tidak biasa merupakan puisi orisinal dan berdaya cipta, baik pada bagian-bagian orisinalnya maupun pada bagian-bagian di mana seseorang menambahkannya seiring puisi tersebut beredar (jumlah baris melampaui 900). Hephaistos mungkin terlihat merupakan anak dari Zeus dan Hera dalam Iliad karya Homer, namun kemudian dalam Theogony (927) dia diperanakkan oleh Hera tanpa bantuan pria, dengan asumsi untuk melaporkan ketimpangannya. Aphrodite adalah putri dari Zeus dalam Iliad (5.370 dan 428), namun Hesiod menginginkan dia dilahirkan dari buih kemaluan Ouranos sebagaimana ia mengambang, diakhiri, di laut (aphros=buih, Theogony 191) dan itu adalah versi yang kita semua ingat, dengan ucapan terima kasih kepada Botticelli.27 Horai karya Hesiod juga dimodelkan ulang. Dalam kultus warga Athena, Horai (Musim) adalah Thallo dan Karpo (Pertumbuhan dengan penuh semangat dan Subur), namun dalam Theogony 9013, mereka mendesakkan pesan yang kurang bersifat musiman: anak-anak dari Zeus dan Themis ini (yang menurut hukum agama sah) adalah Eunomia, Dike dan Eirene Hukum dan tatanan, Keadilan

serta Perdamaian (West 1966: 406f.). Ini menunjukkan bahaya dari mengambil sebuah teks, terutama yang berpengaruh, sebagai sekadar meneruskan mitologi Yunani kepada kita atau hanya membaca mentah-mentah pernyataan-pernyataan dari buku saku mitologi (Yunani). Masing-masing teks mempunyai agendanya masing-masing. Ia juga mengungkapkan sesuatu bahwa Moirai (Takdir) adalah anak-anak dari Zeus dan Themis pada Theogony 904: di 217, dan oleh Hesiod yang riil, mereka mempunyai anak-anak Malam yang suram, seperti Keres yang destruktif (Malapetaka). Hesiodik lain memisahkan anak-anak Zeus termasuk Charites (Keanggunan) dan Muses, para puteri dari Ingatan (Mnemosyne; Titan perempuan yang merupakan dewi ingatan; ibu dari Muses). Pendekatan ini menuntun kepada para penulis mistik, Orphics, yang dalam abad ke-5 dan ke-6 SM menciptakan Ananke (Kebutuhan) ibu dari Adrasteia (Tak Terelakkan), Rhea ibu dari Persephone yang memesonakan, Ratu Neraka, dan Persephone sendiri ibu dari dewa yang mati Dionisus Zagreus. Mitologi nan eksotik dari Orphics membentuk imbangan terhadap perkembangan dari apa yang kita sebut sebagai filsafat, yang bersandar pada perluasan pembuatan legenda untuk menghasilkan bobot perspektif dunia yang sama impresifnya. Maka tidak akan mengejutkan kita bahwa Zeus berpasangan dengan Rhea dalam bentuk ular. Dalam arus utama bukan Rhea tetapi Demeter yang melahirkan Persephone bagi Zeus dan dia juga melahirkan Nemesis. Persephone menikah dengan pamannya, Hades, pola pernikahan yang akrab untuk contoh dalam warga Athena klasik.28 Nemesis terlihat seperti sebuah abstraksi (kemarahan yang pada tempatnya, bandingkan di bawah), tetapi

dia juga memiliki kultus yang sudah berdiri lama sebagai kekekalan nyata di Rhamnous di Attica. Karena itu, adalah tepat bagi dia untuk mempunyai seorang ibu yang penting. Zeus juga memperanakkan sosok-sosok yang lebih suram. Dengan menakjubkan, dia adalah ayah dari Tantalos dan Tityos, dua dari pendosa yang cukup berkuasa untuk menghina para dewa dan dihukum di dalam Hades untuk selamanya. Dia juga ayah dari Hekate, dewa perempuan yang agak misterius dan tidak termasuk ke dalam kumpulan resmi 12 dewa Olympia serta kerapkali hanya diperlakukan sebagai sebuah bentuk dari Artemis (dewi perburuan). Namun, dia mempunyai cukup kultus riil di tempat yang tepat bagi sejarawan Hecataeus dari Miletus yang dinamakan menurut dia dan untuk Hesiod yang tertarik kepadanya. Pihak luar ini, terkadang diidentifikasi dengan Artemis, yang seyogyanya menjadi dewi dari persimpangan (sebuah tempat yang berbahaya), kematian sebagaimana mereka menghantui dunia ini, dan tukang sihir. Para dewa yang lebih sedikit juga dapat--mengejutkan kita--cukup penting untuk dilahirkan dari Zeus: Pan yang sederhana atau Kambing-Pan (Aigipan), dan Dactyls (Jari para dewa) dari Gunung Ida di Kreta atau Phrygia, yang kerdil dengan lima atau 10 yang mirip jari, dan menemukan kerja dengan besi. Dioskouroi adalah, sebagaimana kita saksikan, para putera dari Zeus. Dia memperanakkan mereka melalui Leda dan mereka mempunyai kultus tertentu di Sparta, di mana untuk mengatakan tosio, (pasangan) dari para dewa, adalah untuk menyebut mereka. Mereka ditanamkan ke dalam mitologi pra-Dorian sebagai para putera dari penguasa Sparta, Tyndareus. Namun, di sini, Zeus, disamarkan sebagai seekor angsa, berhubungan seks dengan seorang wanita yang sudah menikah, Leda, dan kita dapat melihat bahwa pernikahannya bukanlah secara kebetulan, tetapi memang dimaksudkan

demikian. Pernikahan fana bukanlah hambatan terhadap asal-usul yang abadi, sesuatu yang harus mengambil asal-muasalnya pada akhirnya dari keinginan genealogi raja yang nyatasebagaimana seperti tradisi rakyat Mesir menuntun pada kisah bahwa Zeus Ammon merupakan ayah sebenarnya dari Alexander Agung, daripada sekadar Philip ayahnya. Boeotia juga memiliki versinya sendiri atas Dioskouroi, si kembar Amphion dan Zethus. Ia karenanya bukan merupakan kebetulan kalau Zeus juga merupakan ayah mereka. Ia juga harus dikatakan bahwa ketika para dewa menjadi bentuk jamak (lebih dari satu) mereka akan cenderung dikacaukan dengan kelompok jamak lainnya. Dioskouroi ditemukan dalam kultus sebagai para raja (Anaktes atau Anakes) Dioskouroi, atau hanya sebagai para raja, dan menjadi terdapat jalinan dengan Kabeiroi (atau nama lain mereka, Para Dewa Besar), Kouretes (yang menari dengan senjata di sekitar bayi Zeus), dan Korybantes (juga diperanakkan oleh Zeus). Dioskouroi, Kouretes, Korybantes semua para dewa pemuda (kouros/koros), merupakan proyeksi dari pemuda sebagai sebuah kelas dalam masyarakat, prajurit yang sedang dilatih. Pemikiran ini berharga ketika mengamati Zeus dan phatries di Athena (halaman 66). Saudari mereka Helen mempunyai posisi khusus dalam legenda Yunani: walaupun banyak sekali dari demigod (makhluk sebagian manusia sebagian dewa) diperanakkan oleh Zeus, dia satu-satunya puteri Zeus yang tidak kekal (Isocrates, Helen 16). Saudara perempuannya Clytaemestra sekadar puteri dari Tyndareus yang juga tidak kekal, namun Helen merupakan puteri dari Zeus sendiri.29 Helen dipercayai oleh sebagian orang semula merupakan dewi, mungkin dewi pohon, Helen Dendritis (dari pohon) di Sparta. Namun jika kita menyimpang dari kultus, dia tampaknya telah mempunyai sejarah yang panjang: kolega fungsionalnya dalam Sansekerta dan mitologi-mitologi lain adalah puteri dari

Matahari, yang ada untuk ditawan dan kemudian diperoleh kembali oleh para saudaranya, dewa muda kembar. Dilahirkan dari Zeus sangatlah penting untuk memahatkan para dewa asing--seperti Britomartis (sebuah dewi Artemis pada Kreta) atau Velchanos (sebuah dewa tua Kreta yang kadang-kadang menjadi alternatif bagi Zeus Velchanos)--ke dalam mitologi dan budaya Yunani. Mereka memeroleh semacam kewarganegaraan budaya melalui adopsi pohon keluarga dewa. Putera lainnya adalah Belus, yang ternyata adalah dewa Baal, Raja dewa dari rakyat Phoenicia dan rakyat Suriah. Dia menjadi putera Libya, diduga karena Carthage, sebuah koloni Phoenicia. Dan jika Zeus memperanakkan Herakles melalui Asteria, dia benar-benar menyertakan kelahiran Herakles dari Phoenicia, Melqart, melalui dewi Phoenicia, Astarte. Zeus memperanakkan yang tidak kekal Beralih sekarang ke yang tidak kekal, banyak dari anak-anak Zeus eksis untuk alasanalasan aetiologikal, untuk menjelaskan asal-muasal geografi dan bangsa-bangsa. Ini biasanya berfungsi dengan menciptakan eponym, seseorang yang berdasarkan dia sesuatu masyarakat atau tempat dinamakan. Nama-nama ini bisa jadi tidak jelas bagi kita, tetapi ia sangat penting untuk mereka yang berdiam dalam wilayah ini. Saya berharap Anda akan mendapati peta 1 pada halaman xxvi berguna. Di bagian utara Yunani, keturunannya mencakup Thebe dan Lokros, yang menjadi Thebes (Boeotia), dan Locrians (Locris). Thessaly kemungkinan merupakan pusat paling penting bagi pemujaan Zeus (itulah mengapa Olympus berada pada perbatasannya) dan terutama mengeksploitir leluhur dari Zeus: dengan gembira, puteranya Meliteus (Manusia madu), diberi makan madu oleh para lebah, sebelum menemukan Melite

(Phthiotis). Haemon (Pelasgiotis), Magnesia dan Myrmidon (suku-suku dari Patroclus dalam Iliad) dapat dilacak leluhur mereka kembali kepada putera Zeus Haemon, Magnes dan Myrmidon. Para tetangga mereka dari Makedonia melakukan hal yang sama dengan Macedon. Di barat laut, lokasi di Dodona (Epirus) dapat dilacak kembali kepada puteranya Dodonaios, dan suku yang memberi rakyat Romawi dan kita nama Yunani (Greek) dapat ditelusuri kembali kepada puteranya, Graikos. Turun ke bagian tengah Yunani kita menemukan Megaros (yang sendirian selamat dari Air Bah, untuk mendapati Megara), dan dalam Peloponnese leluhur dari suku-suku utamaAchaeus (Achaean), Lakon (Laconia) dan Arkas (Arcadia), serta sebagian kota-kota dan dusun kecil Lakedaimon (Sparta, Laconia), Argos dan Olenos kecil. Bahasa yang sama dipakai warga Yunani yang bertempat tinggal di Sicily guna menciptakan Akragas (Agrigento) dan untuk menginterpretasikan Palisci, yang merupakan anak-anak Zeus melalui (Gunung) Etna. Ke manapun rakyat Yunani pergi mereka menggunakan bahasa ini, dapat dicatat untuk warga Kreta, Thracian, Bithynian, Carian, Lydian dan Dardaniansebuah suku di Balkan diidentifikasi oleh tradisi kisah kepahlawanan pada Trojan. Namun ketika kita membicarakan mengenai sub-varietas dari Troya ini, pemimpin mereka adalah Aeneas, bukan putera dari Zeus, tetapi seorang dewi dari Asia Kecil, dibawa ke dalam lingkaran Yunani dengan dinamakan sebagai Aphrodite. Bahkan di mana pahlawan bukanlah merupakan eponym, namun dia dapat menjadi bapak pendiri atau seseorang yang merupakan tokoh kunci dalam legenda dan sejarah budaya dari suatu tempat atau kawasan. Kemudian juga Zeus dapat menjadi ayahnya. Jadi kita dapat menyaksikan dari Iliad bahwa Sarpedon, pemimpin dari Lycian, menjadi berarti

penting dengan Zeus. Dan juga Perseus, putera dari Danae, bisa jadi pernah menjadi tokoh kunci dalam mitologi dari Mycenae. Warna dari legenda: hujan emas dan kisah-kisah lain Betapapun, legenda mempunyai kehidupannya sendiri dan pada sebagian kasus tujuan genealogikal dapat berhenti untuk mendominasi dan bahkan bisa mundur seluruhnya. Inilah yang membimbing pada legenda yang penuh kehidupan, yang penting bagi kesusasteraan, seni dan musik dari masa-masa klasik kepada masa kini, sebagaimana kita juga akan melihatnya pada bagian kedua buku ini. Zeus memasrahkan hubungan asmaranya dengan peri laut Thetis karena sang putera ditakdirkan untuk menjadi lebih berkuasa daripada sang ayah. Maka Thetis menikahi Peleus, dan Achilles, yang terbesar dari para pahlawan dalam karya Homer, dilahirkan. Yang tertinggal adalah noda halus yang dipunyai Zeus untuk puteri Nereus ini, mewarnai daya tariknya dalam Iliad 1. Pada abad ke-5 SM kepentingan kesusasteraan ini menjadi telanjang, dalam Pindar dan Aeschylus. Bagaimanapun, dalam seni Thetis menawarkan lebih sedikit kesempatan yang menarik daripada tema penculikannya terhadap Europa dari Sidon (Phoenicia). Di sana, Zeus diubahkan menjadi seekor sapi jantan yang mengendarai gelombang dengan Europa pada punggungnya. Ini merupakan adegan favorit dari sejak 560 SM (LIMC Europe 22) hingga pada lukisan dinding dari Pompeii. Ia pasti telah ditokohkan juga, dalam puisi-puisi awal seperti Europeia karya Eumelos. Ini merupakan legenda penting karena saudara Europa, Kadmos harus mencari dirinya dan dalam proses mengubah kebangsaannya dari warga Phoenicia (negara maritim kuno di ujung timur Mediterania) menjadi Yunani (Euripides, dari 819 Kannicht2)demi menemukan Thebes. Legenda ini karenanya menegosiasikan batasan antara Europe (yang

kepadanya dia memberikan namanya) dan Asia, antara identitas Yunani dan identitas dari Phoenicia, yang kepadanya supremasi perniagaan Yunani diteruskan, menjelajah lautan untuk perdagangan dan penemuan. Io adalah pendeta wanita perawan dari Hera di kuilnya di dekat Argos hingga Zeus mencintainya. Kemudian, apakah melalui kemurkaan dewi atau akibat gagalnya upaya penyembunyian oleh Zeus, dia berubah menjadi seekor sapi. Seperti banyak dari tematema romantis dari Zeus, ini tidak mendapat tempat dalam seni patung monumental atau yang didedikasikan padanya; tetapi ia ditelanjangi pada figur jambangan merah dalam abad ke-5, sebagaimana lakon sedih dimulai dan memompa pasar yang sudah muncul untuk legenda pada jambangan. Bertakhtanya Zeus menjangkau pada Io yang malang, bertransformasi menjadi seekor sapi, dalam sebuah kalpis sekitar 470 (LIMC Io 11). Pada sebuah pelike (semacam wadah keramik) sekitar 440 ia mengamati seolah-olah Zeus telah bertemu Io (terompet dan telinga sapi menandai dia) di sebuah pesta (LIMC Io 62)! Pada sekitar 330 SM ada lukisan oleh Nicias hilang, seperti semua lukisan-lukisan termasyhur Yunanidi mana efek dari tindakan-tindakan Zeus digambarkan, namun bukan diri Zeus sendiri. Lukisan Nicias kemudian menuntun pada lukisan dinding dia di Pompeii (kota kuno di sebelah tenggara Naples yang terkubur oleh erupsi vulkanis dari Vesuvius), yang kita mempunyainya. Kasus paralel adalah Kallisto (Tercantik), peri dalam rombongan Artemis hingga Zeus bercinta dengannya. Tidak mampu

menyembunyikan kehamilannya dari murka dewi, dia berubah menjadi seekor beruang, mengarungi dan berubah menjadi perbintangan Beruang Besar (konstelasi di luar zodiak yang berotasi di sekitar Bintang Utara) di langitwalaupun bukan kelahiran pertama pada Arcas, Arcadian pertama. Zeus adalah juga langka dalam penggambaran dari Kallisto,

walaupun terdapat sendok besar perak dari akhir abad ke-3 masehi yang menggambarkannya menggoda Kallisto sambil menyamar sebagai Artemis (LIMC Kallisto 4). Akrisios mempunyai sebuah orakel (sabda dewa, medium yang memiliki otoritas untuk melihat masa depan) bahwa puterinya, putera dari Danae (Perseus) akan membunuh dia-satu lagi dari legenda-legenda ini yang menggambarkan kecemasan mengenai peran di dalam keluarga. Dalam fantasi ini, Akrisios mengunci Danae dalam sebuah menara perunggu, tetapi tidak ada Zeus yang melarikan diri, dia kemudian turun dalam bentuk hujan emas yang menyuburkan. Danae muncul dalam bentuk seni setelah tahun 500 SM, dengan rambut indah yang menarik perhatian Zeus, terkadang dengan rapi tertambat dalam sebuah kekryphalos (jaring hiasan kepala), dan jubahnya menjuntai untuk menyambut hujan emas.30 Sebagian lekythoi yang terkait penguburan (minyak kendi) pada abad ke-4 SM bahkan memberi kesan dia menyimbolkan kontak yang dilakukan mereka yang sudah meninggal dengan keabadian dalam kematian. Namun adalah fantasi hujan emas yang terus-menerus menarik para seniman, mulai dari lukisan dinding dan mosaik Romawi hingga pada lukisan modern Eropa. Ini adalah kisah-kisah yang cukup digemari, penuh warna-warni dan aksi. Banyak dari mereka dikisahkan dengan sentuhan ringan dan kecerdasan hebat oleh Ovid dalam Metamorphoses (diselesaikan pada abad ke-8 masehi), repertoar--barisan lagu atau sandiwara yang akan dimainkanlegenda mulai dari penciptaan hingga saat ini yang diungkapkan dalam 15 buku tanpa kenal lelah dengan energi yang begitu besar dan dalam bahasa Latin yang menawan. Dalam Buku 1 kita bertemu Io, Buku 2 Callisto dan Europa, Buku 3 Semele dan Danae. Atau kita dapat menikmati lawatan inspeksi dari Yupiter

(Zeus) ketika dia mengunjungi dunia dalam penyamaran dalam kisah Lycaon (Buku 1) dan kisah dari Filemon dan Baucis (Buku 8) serta memulihkan keadilan: Lycaon menghidangkan dia makanan anak-anak dan dihukum dengan berubah menjadi serigala; Baucis dan Filemon menawarkan keramah-tamahan yang sederhana serta memeroleh hadiah kematian masing-masing pada momen yang sangat sama. Di balik kisah-kisah yang penuh warna, terdapat beberapa pesan yang lebih serius. Zeus menyambangi dunia merupakan implementasi dari fungsinya sebagai pengendali tatanan dunia dan pendistribusi dari semacam keadilan, di mana kita akan menyaksikan lebih banyak di bawah ini. Transformasi dan penyamaran pasti masing-masing mempunyai asal-muasalnya, tetapi mereka memiliki persamaan bahwa Zeus merupakan kekuatan tidak kasat mata dari kekuasaan yang tidak bisa dihitung. Hanya Semele berusaha melihat kekuasaan tersebut sebagaimana adanya dan bingkai kefanaan dia tidak dapat bertahan dari halilintar yang adalah Zeus. Kita untuk bagian kita perlu dengan hati-hati mengenali kapan kekuatan tersebut bekerja, dan dalam bentuk apapun. Pada beberapa kasus kita menyaksikan legenda muncul pada suatu momen penuh dengan bahaya untuk si perawan. Wanita ini bertemu Zeus, pengejawantahan dari pria yang berkuasa sekaligus berbahaya, bisa jadi si suami dilukiskan sebagai makhluk asing dan melawan hukum. Kecantikannya telah mengekspos dirinya kepada Zeus dan hasilnya adalah penderitaan dan transformasi. Kisah-kisah berfokus pada ekspresi-ekspresi hidup dari akhir kerudung keperawanan ini. Kita tidak menemukan kisah-kisah yang menyatukan kembali ke dalam masyarakat sebagai seorang ibu dengan seluruh otoritas kewanitaan dan sebagai bagian dari tatanan warga perempuan yang bertemu untuk merayakan ritual besar seperti Thesmophoria, festival penghormatan kepada dewi

Demeter di mana hanya wanita (kecuali perawan) yang berpartisipasi. Kegelisahan menghasilkan legenda yang patut menjadi kenangan. Putera yang terakhir dan paling terkenal dari Zeus (Diodoros 4.14.4), adalah Herakles. Dalam kasus dia, Zeus secara mentah-mentah menggantikan ayah yang fana dan mengunjungi Alkmeneibu dari Heracles--, disembunyikan sebagai suaminya Amphitryon sementara dia jauh di peperangan. Potensi komedi ditemukan dalam legenda ini, bahkan sedini sebagaimana karya Aristophanes, Burung-burung, di mana burungburung mengancam untuk memotong wilayah udara para dewa sehingga, ketika ereksi, mereka tidak akan bisa mengunjungi Alkmene, Alope atau Semele yang digandrungi (5549; Alope adalah kemenangan dari Poseidon, dua lainnya dari Zeus). Namun kita paling mengenal kisah tersebut dari komedi Romawi yang ekselen dari Plautus, Amphitruo, berdasarkan pada sebuah sandiwara Yunani yang hilang, terutama diturunkan dari apa yang disebut sebagai Komedi Pertengahan (abad ke-4 SM) ketika mitologi ejekan dalam bentuk sandiwara muncul. Cara membawakan yang jenaka dari tema ini digambarkan pada sebuah jambangan Italia selatan dari akhir abad ke-4 SM (LIMC Alkmene 2) menunjukkan Zeus dan Hermes memasukkan barang empuk dengan luar biasa ajaib (dan jelek) sebagai karakter mericau (phlyakes), dan membawakan sebuah tangga untuk memanjat kepada Alkmene di jendela! Bagian berbeda dari kisah Alkmene harus, dengan sangat tidak biasa, direkonstruksi dari penggambaran lain dalam jambangan Italia selatan (LIMC 37). Tampaknya mereka mereproduksi sebagian lakon sedih, yang sangat mungkin Alkmene dari Euripides, penulis drama Yunani kuno yang menulis banyak lakon sedih. Sekarang Amphitryon marah dengan ketidaksetiaan Alkmene, Alkmene melarikan diri ke altar, Amphitryon membangun sebuah onggokan

kayu bakar di sekitarnya dan tepat pada waktunya Zeus menyebabkan awan-awan memadamkan api tersebut. Ia terlihat melaluinya bahwa aturan tetap ditegakkan: lakon sedih Zeus tidak muncul di panggung; namun sebuah komik Zeus dapat melakukannya. Meninggalkan semua kegemparan ini, Herakles terwakili dalam legenda melalui sebuah aspirasi ekstrim dan penolakan Freudian terhadap sang ayah. Dia adalah seorang pahlawan, bukan benar-benar putera dari ayahnya yang tidak abadi. Dia berusaha melalui kerja yang luar biasa untuk mentransenden kondisi manusia yang diwakili oleh ayah tersebut dengan keseluruhannya. Dengan berhasil, karena dia adalah satu-satunya pahlawan yang menanggalkan mortalitasdalam lidah api yang menyiksa dari tumpukan kayu bakar penguburan di puncak Gunung Oeta. Pahlawan ini menjadi seorang dewa seperti ayah sejatinya, Zeus. Zeus dan Ganymede
Mencintai para pria adalah sesuatu yang menyenangkan semenjak Ganymede juga pernah dicintai oleh Putera dari Kronos, raja dari mereka yang abadi.

Theognis 1345f.

Tidak ada kisah mengenai rayuan Zeus akan lengkap tanpa Ganymede, putera dari raja Trojan, Tros (atau dengan pilihan lain Laomedon) dan pria paling menawan di dunia.31 Zeus menculik dia dan memberi kompensasi ayahnya dengan sebuah hadiah kuda-kuda abadi yang mengagumkan. Peran dari Ganymede kemudian menjadi penyaji anggur untuk Zeus. Cerita ini pada faktanya merefleksikan inisiasi adat-istiadat kuno yang dikenal dari sebuah contoh di Kreta.32 Ada seseorang dengan status tinggi secara ritual melarikan pria utama dari kelompok usia remaja (kleinos, ternama) dan memberi hadiah-hadiah mahal. Di antara hadiah-hadiah yang dimintakan untuk pria ini adalah sebuah tempat minum. Adalah sulit untuk menangkap sifat dari ritual ini: si pria

sebenarnya menjalani sejenis masa belajar atas suatu keahlian mirip seperti gambar kita tentang mengantar menuju ksatria. Cawan tersebut mirip bagian dari gambar tersebut. Begitu pula dengan seks. Kleinos dari warga Kreta harus menyatakan apakah seks telah menjadi dapat diterima (sebagaimana berlawanan terhadap kebengisan) dan inkripsi yang ditemukan pada Thera mengesahkan tindakan seperti itu yang tampaknya termasuk ke dalam konteks ritual yang sama. Adat-istiadat ini hanya dikenal dalam segala detail dari satu catatan sebuah adat-istiadat unik di Kreta. Jadi, basis ritual untuk legenda mempunyai kematian yang lebih atau kurang. Namun legenda, seperti yang dikerjakan oleh legenda tersebut, telah menjalani kehidupan dari miliknya sendiri dan menyediakan sebuah model di kayangan untuk sebuah bentuk hubungan homoseksual dengan seorang yang belum dewasa. Tipe hubungan ini adalah dapat diterima di dalam diri pada parameter tertentu dari warga Athena klasik: di sini, pemberian hadiah yang terkait juga diritualkan, dan politisi Athena Alcibiades pada masa mudanya begitu tidak menyukai kleinos warga Kreta. Karenanya apa yang dikatakan legenda tentang Zeus tidak berarti merupakan sesuatu yang bersifat memalukan dan cenderung menyesatkanwalaupun ia tentu menjadi demikian bagi para pembaca yang tidak mengenali budaya tersebut, seperti tulisan teolog Kristen, Clement dari Alexandria pada sekitar tahun 200 masehi:
Para dewa kamu bahkan tidak memelihara para pria muda!salah satu dari mereka [Herakles] mencintai Hylas . . . yang lainnya mencintai Ganymede.

Biarlah para wanitamu rebah di hadapan para dewa ini! Biarlah mereka bersembahyang bahwa suami-suami mereka seharusnya menjadi seperti ini,

berperilaku begitu baik bahwa mereka bisa menjadi seperti para dewa dengan melakukan apa yang mereka kerjakan! Biarkan para pria mudamu menjadi

terbiasa untuk memuja mereka, sehingga ketika menjadi pria dewasa mereka bisa memiliki para dewa menyertai sebagai contoh nyata dari kesesatan.

Clement dari Alexandria, Exhortation to the Greeks 2 (28 P.)

Betapapun di dunia seni, legenda penculikan ini menjadi sebuah perayaan kecantikan yang dihormati bahkan oleh para dewa. Mulanya, pada sekitar 560, Ganymede sekadar seorang anggota pengadilan Olympia (LIMC Ganymedes 57). Kemudian pada jambangan Athena dari abad ke-5 (gambar 8) dia menjadi sebuah standar dari para teman pria warga Athena, dipacari dan separuh disegani. Terkadang pada abad ke-4 rajawali milik Zeus muncul sebagai sarana penculikan (Gantz 1993: 560). Kita pertama kali mendengarnya dalam sebuah patung dari Leochares dan kemungkinan ia berasal dari seni, dengan nuansa dari atribut-atribut Zeus, yakni motif tertentu di mana berasal dibandingkan dari puisi. Namun, satu keraguan tetap muncul, sebagaimana diamati oleh Gantz: jika Anda melihat rajawali menculik Ganymede, apakah itu merupakan burung milik Zeus atau ia adalah Zeus sendiri dalam bentuk seekor rajawali? Di masa Romawi, Ganymede mengenakan penutup kepala Phrygian untuk menandai dirinya sebagai bangsa timur, seperti Attis atau Mithras, dan seringkali ditemani oleh rajawali daripada mengendarai hewan tersebut (lihat gambar 9). Pada konteks keagamaan, legenda penculikan dapat memodelkan pelarian yang sukses dari jiwa kepada keabadian dalam kematian dan adalah untuk alasan ini bahwa ia muncul pada plester semen langit-langit dari basilika besar di Porta Maggiore di Roma, yang dipandang merupakan tempat pemujaan Pythagorean. Itu juga mengapa ia cocok untuk monumen pemakaman, terutama pada sarkofagus seperti yang dilukiskan di sini pada gambar 9. IKHTISAR Mitologi Zeus, dari seluruh dunia Yunani, adalah sesuatu yang didominasi oleh petualangan seksualnya. Kita telah menyaksikan bagaimana ini dapat dipahami dalam cara berbeda. Pada satu tingkatan, mitologi merefleksikan sebagian dari psikologi pria

Yunani dalam komunitas mereka yang didominasi oleh kemaskulinan. Pada tingkatan lain, mereka menampilkan kekuatan besar dan tidak dapat ditahan untuk memerintah layanan kecantikan di mana pun ia ditemukan. Tetapi yang terpenting, mereka menyebabkan Zeus menjadi pondasi dari komunitas para dewa dan komunitas para pria, karena ketika Anda misalnya melacak seorang warga Yunani ke asal-muasalnya, begitu sering jawabannya adalah Zeus. Dia telah menjadi bapa Zeus sejak masa Indo-Eropa. Dewa yang disembah dengan kebesaran sedemikian adalah dewa yang sama yang ditemukan, seringkali dalam pengaburan, dalam tindakan-tindakan di mana tak satu masyarakat pun akan menyetujui. Ketegangan ini, yang telah muncul dari kebutuhan mitologi untuk menjelaskan dasar dari masyarakat kita, dapat diperankan dengan banyak cara: sebagai sesuatu yang misterius dan tidak adil mengenai peran para dewa, seperti dalam lakon sedih, atau sesuatu yang dengan mengguncangkan bersifat lelucon, membawa para dewa secara harfiah turun ke bumi. Dalam hal ini penyair Roma, Ovid, merupakan master melalui Metamorphoses-nya dan ini adalah tradisi di mana kita akan menyaksikan geliat dari seni Eropa Barat. Cara dia dilukiskan dalam seni menjadi didefinisikan pada Zaman Arkais. Ini adalah masa dari kerapnya peperangan dan pertempuran serta yang sangat terbuka pada pembentukan sebuah rezim melalui aksi militer. Ini merupakan masa ketika titanomachy (perang para Titan) dan gigantomachy (peperangan dengan Gigantes, para raksasa) menangkap imajinasi dan seni pahat yang dipromosikan ke zaman hoplite, cara di mana kekuasaan Zeus telah diamankan. Begitu bermacam-macam mitologi dari Zeus mempunyai asal-muasalnya dalam otoritas dan dalam organisasi sosialnya. Namun, begitu terbentuk, legenda yang dikenal lebih

baik akan mempunyai warna miliknya sendiri dan menghadirkan jajaran indah dari kesempatan kepada seniman yang kreatif. 3 ZEUS DARI CUACA KE NASIB CUACA, HALILINTAR Adalah mudah ketika memikirkan mengenai peran lebih agung dari Zeus untuk melupakan peran sentral dalam kultus: dalam kesusasteraan maupun kehidupan dia adalah dewa langit dan cuaca. Langit terutama adalah kerajaannya. Menurut Poseidon dalam Iliad 15.18793, sebuah undian membagi-bagi alam semesta di antara tiga putera Kronos: Poseidon memeroleh lautan, Hades kegelapan berkabut di mana dia memerintah atas mereka yang sudah meninggal, dan Zeus pada langit luas di dalam ether (bagian langit atas) dan awan-awan (192) meninggalkan bumi dan Olympus sebagai pijakan bersama. Zeus dapat dipegang untuk bertanggungjawab dalam sebuah cara langsung yang menakjubkan untuk fenomena cuaca. Entah bagaimana Macrobius (Saturnalia 1.15.14, c. 440 masehi) telah menjumpai informasi yang disebut warga Kreta hari Zeus. Itu memang agak aneh, namun adalah hal lumrah untuk memandang Zeus sebagai hujan:
Zeus hujan dari dari kayangan, ada badai dahsyat dan alirannya ditegarkan dengan air.

Alcaeus, dari 338.12 Lobel-Page

Zeus tidak mengirimkan hujan, dia sebenarnya hujan itu sendiri.33 Jadi, dalam komedi dari Aristophanes, Clouds, orang tolol Strepsiades diperhadapkan pada Socrates yang dengan sangat baik dilebih-lebihkan kecanggihannya dan tidak mampu memahami bagaimana Socrates bisa mengklaim bahwa Zeus tidak eksis:

Soc.: Apa itu Zeus? Jangan mengatakan omong kosong kepada saya. Tidak ada Zeus.

STREPS.: Apa yang kamu maksudkan? Jadi siapa hujan itu? Itulah yang apa Anda dapat katakan kepada saya untuk permulaan.

Aristophanes, Clouds 367f.

Juga adalah tradisional kalau ia menerangi, misalnya dirinya memancarkan kilat sebagaimana kita saksikan dalam Homer:
Sebagaimana ketika suami dari Hera dengan rambutnya yang indah bercahaya menghasilkan sebuah hujan badai yang besar dan menakjubkan atau hujan

es atau badai salju ketika salju menyirami lahan bajakan. . .

Homer, Iliad 10.57

Badai hujan dan badai salju adalah spesifik kepadanya: mereka adalah hujan badai dari Zeus (Iliad 5.91) atau salju dari Zeus yang berhamburan (19.357). Dan awan-awan adalah milik Zeus dan berkas sinar matahari merupakan punya Zeus.34 Saya pikir kita seharusnya mendengar ini dalam ekspresi kesalehan dari masyarakat tradisional, semacam kelembaban keagamaan yang berhadapan dengan cuaca. Yang lebih umum, Zeus karya Homer membawa awan bersama-sama (dia adalah nephelegereta pengumpul awan) dan berspesialisasi dalam awan hitam (dia adalah kelainephes awan hitam). Bersama dengan kilat kita sekarang mempunyai bahan penyusun untuk semua jenis badai, terutama yang melompati sebuah langit cerah atau kluster di sekitar gunung seperti yang dilakukan oleh awan hujan, mendemonstrasikan dengan melampaui keraguan bahwa ada pekerjaan besar dari dewa:35
Seperti ketika dari puncak tinggi gunung yang besar pengumpul kilat Zeus mengaduk-aduk awan tebal dan semua puncak serta tebing batu terjal yang

menonjol bersinar, dan celah-celah gunung, serta aither yang menakjubkan terbelah turun dari kayangan. . .

Iliad 16.297300

Puisi sedikit bergairah dengan berlebihan di siniia merupakan awan yang berhimpun, bukan kilat, dan saya juga tidak terlalu yakin mengenai bagaimana Anda membelah ether dengan cara seperti initetapi efeknya sangat bagus dan kita merasakan kekuatan penuh keagungan dari Zeus. Cara mengaitkan cuaca kepada Zeus tidak sekadar puitis, tetapi juga bagian dari pembicaraan sehari-hari, bahkan jika terkadang ilah yang lebih hatihati digantikan untuk Zeus dalam ekspresi ini, sebuah metode percakapan yang lebih samar-samar yang bahkan bertahan setelah terjadi konversi kepada Kekristenan. Sebuah inkripsi menggambarkan air hujan sebagai air dari Zeus. Apa yang ganjil adalah untuk melangkah lebih jauh, seperti yang dilakukan sebagian Orphics, dan mengatakan sebuah hujan yang sebentar merupakan air mata Zeus.36 Di dalam Homer tidak kurang dari 26 julukan mengaitkan Zeus dengan guntur dan kilat. Yang paling sering dia merupakan erigdoupos, sebuah kata yang berkumandang dan berarti sesuatu seperti sangat mengguruh (Iliad tujuh kali, Odyssey tiga), dan terpikeraunos, bersukacita dalam kilat (Iliad delapan kali, Odyssey tujuh). Terpikeraunos bahkan bisa berisikan di dalamnya sebuah kata Indo-Eropa yang sudah lama hilang untuk dewa kilat dan untuk pohon oak (ek) di mana kilat begitu mudah meledak, dikenal misalnya bagi rakyat Lithuania sebagai Perkunas. Tidak ada hal yang sedemikian seperti halilintar, karena kilat bukanlah objek yang dilemparkan, dan kita tidak dapat dengan begitu saja tersambar petir atau dihantam oleh kilat, sebagaimana oleh sebuah objek. Namun bagi rakyat Yunani halilintar adalah nyata dan Zeus membuatnya diproduksi oleh Cyclopes pada landasan mereka di bawah Gunung Etna di Sicily:
Memercayai pada [guntur dan halilintar] ini dia adalah ilah atas mereka yang fana maupun yang abadi.

Hesiod, Theogony 506, cf. 854

Ini adalah rudal yang digunakan Zeus untuk menenggelamkan kapal Odysseus (Odyssey 12.416), dan, sebagaimana telah kita saksikan, ini merupakan tanda resminya. Jadi, dari bersembahyang untuk hujan kita mencapai sebuah mitologi di mana dia memerangi para raksasa dalam pertempuran kosmis untuk mengendalikan alam semesta. Listrik dari langit adalah menakjubkan dan mengundang kultus. Tempat-tempat di mana kilat menghantam adalah sangat spesial dan dengan praktis menunjukkan dewa yang turun. Di Arcadia kita menemukan inkripsi dari abad ke-5 SM yang mendedikasikan sebuah tempat kepada Zeus Keraunos, Zeus kilat atau Zeus Storpaos, Zeus dari kilat (IG V 2.288, 64). Di tempat lain Anda mungkin menemukan Zeus Astrapaios, atau Keraunios (keduanya berarti dari kilat), atau Keraunobolos (pelempar kilat), atau Kataibates, turun, atau, di Gytheion (Laconia) Kappotas, jatuh. Di Gytheion sebuah batu dipertontonkan pada abad ke-2 masehi, yang mana dalam mitologi modern kita menyebutnya meteor. Meskipun badainya adalah menyolok, kita seharusnya tidak mengabaikan ketenangannya. Dia berdiam di aither (bahasa Latin aether atau ether), atmosfer bagian atas yang cemerlang, berapi-api dan bercahaya, di atas awan-awan (lihat di bawah). Berulangkali, dia adalah aitheri naion, berdiam dalam ether.37 Dan jika dia bertanggungjawab atas hujan lebat, dia juga bertanggungjawab atas kekeringan yang terjadi untuk kekurangannyadari hujan dan dari kekeringan Zeus adalah pengurus (Isocrates, Busiris 13). GUNUNG

Terdekat dengan langit, bangun dengan perkasa dari horisontal bumi adalah gununggunung. Dan seorang Yunani dari akhir abad ke-2 masehi mungkin meyakini (seperti terkait dengan karakteristik kekuasaan Ratu Victoria dari Inggris Raya)38 bahwa
Para pria pertama mendedikasikan puncak-puncak gunung kepada Zeus sebagai patung-patungnya, Olympus dan Ida serta semua gunung lain yang dekat

dengan langit.

Maximus of Tyre, Oration 8.1

Ada banyak Gunung Olympus di dunia Yunani, termasuk Asia Kecil (Turki modern), apakah karena Olympus hanya merupakan sebuah kata pra-Yunani untuk gunung atau karena, seperti saya pikir, warga Yunani yang bermigrasi memandang penting untuk memiliki sebuah Olympus di tempat di mana mereka tinggal (ini jauh dari satu-satunya orang Thessaly, dataran subur di Laut Aegean dan bekas wilayah dari Yunani kuno, yang menempatkan namanya untuk menyebar ke tempat lain). Yang paling penting Gunung Olympus, dan satu yang impresif yang puncak tertingginya mencapai 2918 meter, berada pada perbatasan Thessaly dan Makedonia seiring Anda memasuki bagian utama dari Yunani. Gagasan berkembang bahwa terdapat dua tingkatan udara: udara bagian bawah (aer) dan udara berapi-api di bagian atas (aither, seperti kita telah saksikan). Terlihat bagi Cook bahwa sebuah gunung seperti Olympus, dapat dilihat naik di atas awan hujan, pasti telah dipandang sebagai sangat mencapai ether di mana para dewa berdiam. Ini adalah pemikiran yang menantang. Tentu saja, para penulis kuno berkomentar tentang bagaimana abu dari pengorbanan di ketinggian ekstrim di puncak Gunung Olympus tidak terganggu oleh hujan atau angin, dan kesusasteraan di mana menjadi kebiasaan untuk

menuliskan tentang abu tadi tetap eksis sampai kesempatan berikutnya.39 Mereka tentu saja memiliki di dalam pikirannya tentang baris-baris magis Homer:
...Olympus, di mana mereka mengatakan kursi aman untuk para dewa untuk selamanya berdiam; ia tidak akan diguncangkan oleh angin atau tidak akan

pernah dibuat basah kuyup oleh hujan atau tidak pula salju datang ke sana, tetapi dengan sangat jelas cuaca,40 tanpa awan, dan cahaya cerah membalutnya

serta padanya para dewa yang diberkati bersukacita pada sepanjang waktu.

Homer, Odyssey 6.427

Para sarjana terbiasa mendaki ke lokasi kultus Zeus di gunung pada puncak paling utara. Pada masa-masa yang lebih modern terdapat kuil batu sederhana berada pada penggantinya (lihat halaman 119), St Elias, di mana prosesi berlangsung pada rute mereka. Namun faktanya sisa substansial dari kultusabu (masih dapatkah ekskavator memeroleh isi fisiknya?), inkripsi pada Zeus Olympios, jambangan-jambangan, alas, koin-koin dari abad ke-4 SMditemukan pada 1961 di posisi lebih jauh ke selatan di puncak St Antonios (2817 meter) ketika berlangsung pembangunan sebuah

observatorium.41 Dalam tiap event, kita seharusnya tidak memandang segala sesuatu dengan terlalu utama, karena banyak dari aktivitas kultus berlangsung di kota yang dinamakan menurut Zeus, Dion (bentuk kemudian dari Mycenaean Diwion), yang berdiri di kaki gunung di sisi sebelah utara. Dion, pusat festival utama Makedonia, telah digali selama beberapa tahun, tetapi hanya pada 2003 Profesor Pantermalis dan timnya menemukan altar Zeus itu sendiri. Secara menakjubkan, patung kultus dari Zeus Hypsistos (Tertinggi), masih berada di tempatnya (gambar 11).42 Kepalanya bisa jadi hilang tetapi ia dapat dikenali dari tipe Pheidian, seperti Anda dapat melihatnya dengan membandingkan dengan gambar 4 dan 12. Tangan kiri itu menjangkau tongkat kerajaannya!

Olympus merupakan sentral bagi identitas Zeus, dan ini kemungkinan terutama berasal dari komitmen kuat untuk memuja Zeus di Thessaly dan Makedonia. Ini bisa jadi menjelaskan nama gunung-gunung lain di dunia Yunani sebagaimana juga Olympus, juga yang mendasari penggambaran para dewa sebagai berasal dari Olympia (atau memiliki rumah Olympia) dalam Homer dan para penyair lain serta seringnya pemujaan Zeus Olympios di tempat lain, misalnya di Olympia. Gunung-gunung juga merupakan fokus dari kultus Zeus di tempat lain. Ini menjelaskan misalnya Zeus Aenesios dari Gunung Ainos di Kephallenia, Zeus yang kita saksikan mendominasi gunung-punung di pusat negeri-negeri (pp.6871), dan sejumlah Zeus, terutama di Boeotia, yang disebut sebagai Keraios, Karaios, Karios. Ini telah menuntun pada sebuah mitologi Yunani kuno Karians (sebuah bangsa dari Asia Kecil) yang berdiam di Boeotia, namun penjelasannya terlihat lebih sederhanaini adalah dewa dari kara (kepala), misalnya puncak gunung, yang di negeri lain mungkin disebut sebagai akraios (Zeus lokal). Athena mempunyai kecintaan teristimewa pada altar-altar gunung, sebagaimana catatan Pausanias (1.32.2), melalui persembahan-persembahan di sekitar antara setelah 300 SM: di Gunung Hymettos ada Zeus Hymettios, di Gunung Parnes sebuah Zeus perunggu, pada gunung yang tidak sangat besar Anchesimos juga terdapat sebuah Zeus. Di lain tempat ada altar dari Zeus Ombrios, dari curahan hujan, dan Zeus Semaleos, yang memberi tanda-tandanampaknya tanda cuaca, bisa jadi formasi awan atau, yang lebih langsung, kilat dan guntur (Parker 1996: 3032). Tempat suci ini bukan pusat tempat tinggal dan karenanya kita harus membayangkan prosesi dari orang-orang dan pengorbanan hewan kepadanya. Jadi dalam kasus Gunung Olympus, kemungkinan besar prosesi akan dimulai di Dion. Pada kasus lain, di Cos, ada

perkumpulan dari mereka yang melakukan perjalanan sukarela, bulanan, secara bersamasama ke Zeus Hyetios (dari hujan).43 Seseorang juga mungkin mempertimbangkan perjalanan khusus sesuai kebutuhan, seperti yang terjadi di Gunung Lykaion (Arcadia):
Jika kekeringan berlangsung untuk waktu yang lama dan benih mereka telah berada di tanah dan pepohonan mereka mengering, dalam keadaan

sedemikian para pendeta Zeus Lykaios bersembahyang di air [dari Hagno, sebuah mata air di gunung] dan membuat semua pengorbanan yang disyaratkan

oleh adat-istiadat; dia kemudian merendahkan sebuah cabang pohon ek ke permukaantidak dalam ke mata airdan seiring air diaduk uap air naik darinya,

seperti halimun, dan dalam waktu singkat sementara uap air menjadi awan dan menarik awan-awan lain kepadanya hingga ia menghasilkan curahan hujan

pada tanah penduduk Arcadia.

Pausanias 8.38.4

Di puncak gunung akan ada sebuah altar dan abu dari pengorbanan sebelumnya, mungkin satu atau dua patung dan bisa jadi persembahan koin-koin serta objek lainnya. Di Megara batu-batuan diukir untuk menyediakan singgasana raksasa di mana darinya dewa bisa jadi dikhayalkan sedang memandang dunia manusia di bawahnya; singgasana ini menimbulkan cerita Xerxes menonton pertempuran Salamis dari sebuah puncak gunung di antara Megarid dan Attica, tetapi ia menghadapi arah yang keliru untuk itu (Cook 1914: i.145). Adakalanya, dan dengan kentara, sebuah kuil mungkin terlihat anggun di puncak gunung jika misalnya sentralitasnya pada akhirnya membenarkan pengeluaran biaya yang besarseperti Parthenon dari Athena yang menarik pandangan mata pada acropolis Athena (156 meter). Sebuah kuil Zeus Polieus dibangun oleh tirani brutal Phalaris pada acropolis Akragas yang lebih agung (Agrigento di Sicily; 350 meter), dan Zeus Larisaios lainnya di Larisa (acropolis/benteng pada kota di Yunani kuno, 289 meter) dibangun di Argos. Di atas Glisas di Boeotia, pada Gunung Hypatos (Tertinggi, 730 meter) menjulang kuil Zeus Hypatos (Pausanias 9.19.3). Dan di Rhodes ada kuil Zeus

Atabyrios di Gunung Atabyrion (1215 meterterdapat kuil Zeus lain pada acropolis Rhodian atau agaknya, dataran tinggi). Ini bukan hanya sekadar contoh-contoh, tetapi mereka mungkin adalah yang utama. PENGENDALIAN WAKTU DAN KEJADIAN Zeus mengendalikan cuaca pada hari yang diberikan. Perubahan-perubahan khusus pada cuaca, terutama kilat, bisa jadi mempunyai signifikansi dan disebut sebagai tanda dari Zeus, diosemiaseperti kita saksikan ketika tiga kali dari Gunung Ida, Zeus mengguruh, memberi sebuah tanda kepada Trojan (Iliad 8.170f.). Tetapi dia juga mengendalikan urutan hari-hari dan apa yang terjadi kepada seseorang pada suatu hari tertentu. Jadi Hesiod dalam karyanya Works and Days pembicaraan Zeus menyelesaikan 60 hari setelah titik balik matahari di musim dingin (565), dan Eumaeus kawanan babiyang dengan jelas saleh-- dapat berbicara sepanjang siang dan malam yang berasal dari Zeus (Odyssey 14.93). Dan hari-hari dari bulan-bulan mempunyai keberartian tertentu dalam bagian akhir karya Hesiod Works and Days (765828) kita harus memperhatikan harihari dari Zeus (765). Musim dikatakan oleh jam astronomi kita, mengamati perbintangan di mana Zeus sendiri telah ditetapkan di kayangan sebagai tanda bagi kita. Ini apa yang dikatakan Aratus kepada kita dalam karyanya, Phaenomena, karya dari abad ke-3 SM yang dengan sadar membangun pada karya Hesiod 400 tahun lebih awal. Kata Yunani untuk sebuah tanda adalah sema dan dengan penyingkapan juga menjadi kata untuk sebuah perbintangan. Ini menuntun kita pada bentuk ekspresi dalam kisah kepahlawanan yang mengambil hari ke dalam kerajaan nasib. Homer berbicara mengenai hal seperti ini sebagai hari hak (untuk kematian), hari kejahatan, hari kejam, hari perbudakan, hari kebebasan, hari

kembali (Schwabl 1978: 1022). Adalah Zeus yang mengelola hari-hari kunci ini, yang menentukan pemikiran dan perilaku kita sendiri jika kita memercayai penyamaran Odysseus:44
Pemikiran para pria di bumi adalah sedemikian seperti hari di mana ayah para pria dan para dewa mengadakan.

Homer, Odyssey 18.136f.

Bahkan ada momen-momen ketika ketika ingin mempertalikan pemikiran kita kepada lainnya. Yang paling jelas berkenaan dengan ini adalah apologi dari Agamemnon (raja yang memimpin rakyat Yunani melawan Troy dalam Perang Troya) kepada Achilles dalam Iliad:45
. . . Saya tidak bertanggungjawab, tetapi Zeus dan Moira [takdir dia bagikan] dan Erinys [iblis penuh dendam] yang berjalan dalam kabut, yang pada

perhimpunan menancapkan ate (dewi kriminal dan penghukuman) ganas [penghancuran] dalam pikiran saya pada hari di mana diri saya mengambil

hadiahnya [Briseis] dari Achilles.

Homer, Iliad 19.869

Adalah kesalahannya sendiri yang dilukiskannya, dan dia mengetahui itu. Tetapi itulah bagaimana dunia, yakni adalah Zeus. Jika Zeus mengirimkan tanda-tanda melalui cuaca dan melalui bintang-bintang, dan jika dia mengelola seluruh bagian kehidupan manusia, maka masuk akal kalau dia seharusnya terkadang berkomunikasi dengan manusia dengan berbagai cara tidak langsung untuk menyatakan keinginannya. Pesan-pesan berasal darinya, dibawa oleh Hermes (perantara dan bentara dari para dewa) dalam Odyssey dan Iris dalam Iliad. Iris adalah pelangi, ikon indah dari komunikasi para dewa dengan manusia. Zeus juga mengirimkan mimpi, seperti yang menyesatkan Agamemnon dalam Iliad 2. Mari kita kirimkan, ujar Achilles

(Iliad 1.62f.), untuk yang lebih ilahi atau seorang pendeta, atau seorang penafsir mimpi juga untuk mimpi-mimpi yang berasal dari Zeus. Ketika kita memikirkan orakel atau tempat penyampaian sesuatu yang ilahi kita berpikir mengenai Apollo dan Delphi. Namun Zeus juga mempunyai orakel, di Dodona dan Olympia. Kita pertama kali mendengar Dodona (sebuah kota kuno di barat laut Yunani, tempat orakel prasejarah yang didevosikan kepada dewa Zeus) dari Achilles ketika dia bersembahyang kepada seorang Zeus yang sangat berbeda:
Zeus yang ilahi, orang Dodona, Pelasgian (populasi Yunani pra-hellenisme), berdiam dari kejauhan, memerintah atas Dodona yang seperti dalam musim

dingin; dan di sekitar Anda kediaman Selloi, juru tafsir, kakinya tidak dicuci, tempat tidur mereka di bumi!

Iliad 16.2335

Ini adalah orakel utama dari Zeus di masa klasik. Selloi adalah kependetaan arkais (zaman kuno), dibatasi oleh tabu leluhur. Kontak mereka yang tidak dapat dimediasi dengan bumi mempunyai sejumlah paralel termasuk ia yang dengan kesetaraan kepurbakalaan dan pendeta Yupiter pengeliminir tabu di Roma, Flamen Dialis. Tempat itu sendiri kembali ke dalam jalan yang panjang: sisa-sisa telah ditemukan dari barang tembikar Mycenaean Akhir dan pondok kayu.46 Di sini, terima kasih kepada desiran pohon ek suci Zeus dan kerja dari Doves, yang diduga merupakan pendeta wanita, keinginan Zeus dan isterinya Dione kemungkinan ditentukan oleh negeri-negeri atau oleh mereka yang bertanya-tanya apakah tetap mempertahankan domba, bermigrasi atau menemukan sepotong pakaian yang dicuri. Paling tidak mereka dapat menemukan dewa atau pahlawan yang mana yang paling baik untuk disembahyangi. Betapapun, orakel merupakan alat tidak lazim pada pengelolaan tidak langsung dan jarak jauh atas alam semesta dari Zeus. Orakel di Olympia padam pada masa Pausanias (tahun

150 masehi) dan hanya muncul sekali atau dua kali dalam catatan sejarah, meskipun penyebutan ini adalah menarik. Kita mendengar ia dimanuverkan dengan memalukan oleh Raja Agesilaos dari Sparta pada 388 SM (Xenophon, Hellenica 4.7). Agesilaos meminta agar dia diperbolehkan menolak sebuah gencatan senjata sakral yang ditawarkan oleh Argives, dan, dengan berhasil, pergi ke Delphi serta menanyai Apollo apakah dia setuju dengan ayahnya (Zeus). Apollo harus mengatakan yaini setelah dewa memekik:
Beri saya lyre (semacam alat musik kecapi yang digunakan masyarakat Yunani kuno) dan busur panah melengkung! Dan saya akan menghantarkan

kepada manusia keinginan Zeus yang tidak akan gagal!

Homer, Hymn to Apollo 131f.

Item kedua yang menjadi daya tarik ditemukan pada karya Plutarch, Life of Agis (11, 100 masehi). Tiap sembilan tahun para ephor (hakim di Sparta kuno) Sparta akan menonton langit untuk sebuah bintang yang ditembakkan dan, jika mereka berhasil menyaksikannya, menangguhkan raja-raja sampai sebuah orakel dari Delphi atau Olympia memperbolehkan mereka melanjutkan. Ini menggemakan cara di mana tiap sembilan tahun Minos harus bercakap-cakap dengan Zeus (lihat Bab 4). Martabat raja adalah sesuatu yang akan habis dan perlu dipulihkan dari sumbernya, Zeus. Dengan pengendaliannya terhadap kejadian sehari-hari, Zeus secara alami merupakan dewa momen-momen penentuan. Victory (Nike) dan makna tertinggi pencapaiannya, halilintar, diikutkan dalam ikonografinya (lihat Bab 1). Ini diterapkan baik pada perang maupun pada olahraga, sarana untuk latihan para prajurit. Di Olympia mereka bahkan bernyanyi untuk penghormatan bagi sang halilintar:47
Mengikuti permulaan sebelumnya,

juga sekarang kita akan bernyanyi dengan keras apa yang disebut sebagai kesukaan dari kemenangan yang membanggakan,

halilintar,

senjata api yang dilemparkan

dari pengumpul guntur Zeus,

halilintar bernyala-nyala yang sesuai

dengan tiap sukses.

Pindar, Olympian Ode 10.7883

Rakyat Yunani sensitif terhadap titik di mana peruntungan pertempuran bergeser atau berbelok. Kata untuk ini adalah trope (biasanya diterjemahkan mengalahkan secara total) dan dewa yang menentukan titik di mana pertempuran berbalik arah tentu saja Zeus Tropaios. Guna merayakan ini, sebuah dedikasi dibuat, biasanya pada kedudukan langsung, disebut sebagai tropaion, yang membimbing pada kata yang kemudian kita pergunakan untuk trofi. Namun, tropaion merupakan kata sifat dan diterapkan pada bretas, patung kayu sederhana di mana trofi efek tanda kemenangan ada di sini. Dalam bentuknya yang lebih sederhana ia dibuat dari pohon ek yang secara kasar ditebang cabang-cabangnya, dengan senjata-senjata yang disita dipampangkan padanya, seperti halnya pada suku-suku Jerman yang memajang para tahanan yang dikorbankan di pohonpohon. Monumen-monumen unik ini didirikan terutama kepada Zeus Tropaios, meskipun tentu saja dedikasi dapat dipersembahkan kepada sembarang dewa. Sekali didirikan adalah tabu untuk memindahkannya. Mereka kelihatannya membentuk sebuah tempat keagamaan yang didedikasikan sepenuhnya.48 IKHTISAR Dalam bab ini kita telah menyaksikan hubungan antara dewa langit dengan dewa yang mengendalikan kehidupan dan alam semesta. Pengendalian cuaca dan perubahan-

perubahannya yang tidak terduga, terutama pertunjukan kekuasaan dari guntur dan kilat serta langit yang menghitam, bergabung dengan tanpa terputus-putus pada pengendalian waktu, hari demi hari, dan perubahan tidak terduga ini dibawa kepada kehidupan kita. Namun di balik semuanya adalah kekuatan dewa yang tidak tertandingi yang kerajaannya merupakan ether (bagian langit atas) berapi-api di mana hanya gunung-gunung tertinggi menjangkaunya. Zeus menerima penghormatan di gunung-gunung tinggi, dan prosesiprosesi dari kebutuhan mereka yang tidak kekal pada kesempatan itu meretas jalan mereka untuk beribadah kepadanya. Tetapi dia selalu di latar belakang menentukan jatuh waktu untuk segala perkara dan dengan demikian memutuskan hasil dari pertempuranpertempuran maupun segala hal lainnya. ZEUS DAN TATANAN MASYARAKAT ATHENA Athena, kota di mana kita memiliki bukti terbaik, tidak mengeksploitasi Zeus sebanyak negeri-negeri lain, namun bahkan di sini kita dapat menyaksikan cara di mana Zeus secara subtil menata masyarakat. Menjenguk Athena, melewati Sungai Kephisos, adalah altar dari Zeus Meilichio, si lemah-lembut, kata yang mengkhawatirkan dalam agama Yunani, karena apa yang menjadi isu adalah pemurnian dan pelepasan dari miasma, polusi keagamaan, dalam mitologi Yunani kekuatan menular yang memiliki kehidupan independen tersendiri. Altar ini adalah di mana pahlawan besar rakyat Athena, raja mereka Theseus, pernah ditahirkan dari pembunuhan-pembunuhannya (Pausanias 1.37.4) dan merupakan tempat Diasia, festival Zeus utama di Athena. Kisah berlanjut (Thucydides 1.126) bahwa Cylon merencanakan kudeta di sekitar tahun 632 SM dan telah dinasihati oleh orakel Delphic,

dalam salah satu respons dwiarti yang melegenda, bahwa dia seharusnya melaksanakan rencananya ketika festival utama Zeus sedang berlangsung. Adalah luar biasa Cylon dalam legenda ini menganggap bukan dari rumahnya Athena, tetapi dari pesta olahraga Olympiade, di mana itulah mengapa kudetanya gagal. Jawaban yang kurang nyata, lebih dekat ke rumah, adalah Diasia, digelar pada Anthesterion ke-23 (kalender hellenis yang digunakan di Attica kuno, wilayah leluhur polis Athena), pada akhir Maret, merupakan festival utama rakyat Athena untuk Zeus. Pada festival ini seluruh distrik (demes) di Athena bersatu untuk menggelar pemujaan. Sebagian besar masyarakat membuat apa yang disebut sebagai persembahan lokal, yakni korban bakaran berbentuk binatang, namun bagi mereka yang mampu membeli akan mempersembahkan binatang babi sebenarnya. Walaupun demikian, mereka tidak makan besar alias berpesta atas daging tersebut karena dalam kasus ini keseluruhan binatang dibakar habis; ia merupakan holocaust atau pemusnahan besar dalam pemahaman teknis Yunani, sebagaimana selaras dengan para dewa dari dunia neraka. Festival itu dilukiskan di dalam kepurbakalaan sebagaimana dilakukan dengan kebencian tertentu dan disertai dengan ekspresi yang suram. Ini adalah sisi publiknya. Berkenaan dengan rumah tangga, ia adalah hari keluarga, keramah-tamahan dan memberi hadiah kepada anak-anak. Karenanya, ia seperti menggelar Jumat Agung yang bernuansa duka dan Paskah yang gembira pada hari yang sama, dan bahkan ia banyak berlangsung berbarengan tiap tahun. Jadi Zeus Meilichio, dewa kekuatan-kekuatan suram yang darinya meminta permurnian, juga merupakan dewa suka cita dan kehangatan, yang pemujaannya saling berjalinan, sebagaimana seseorang dapat melihatnya dari kultus yang tersisa, dengan Zeus Philios

(dari persahabatan) itu

49

dan Zeus Soter (yang menyelamatkan). Penggambarannya

kerapkali sebagai ular, makhluk dari bumiyang berisikan kematian dan menyebarkan kematian yang baru. Pemahaman mengakhiri sebuah tahun tampaknya dimiliki oleh festival iniFebruari di Roma adalah bulan permurnian, sehingga tahun baru mereka bisa jadi dimulai dengan bulan musim semi di bulan Maret. Diasia mempunyai sesuatu dari rasa ini, dan komunitas lokal, yang bertemu di luar kota itu, pada batasnya, dapat kembali ke kota mereka dan demes (bagian dari Attica, kawasan Yunani yang mengelilingi Athena) mereka dihidupkan. Sebagian berpikir bahwa fungsi Zeus Meilichio begitu terpisah dari lainnya dan mereka semula berasal dari dewa yang terpisah (cf. Nilsson 1967: i.412, 414). Namun Zeus adalah pengawas keseluruhan tatanan dunia dan merupakan pelindung khusus dari kompartemen dan strukturnya, seperti demes dalam kasus ini. Pembunuhan mengacaukan struktur itu dan dengan demikian dia dewa yang darinya pemurnian dapat selayaknya dimintakan. Ini adalah Zeus yang sama yang melindungi para pemohon (Zeus Hikesios), yang akan menguatkan hubungan persahabatan (Zeus Philios) dan persahabatan tamu (Zeus Xenios). Zeus juga bisa mengawasi jalan masuk para pria muda ke dalam komunitas pria seiring mereka melintas dari masa anak-anak dan struktur dari komunitas berubah. Phratry adalah persaudaraan dari para pria dewasa di mana pendatang baru disertakan dan merupakan satu-satunya konteks di mana warga Yunani menggunakan kata Indo-Eropa untuk saudara, sebagaimana juga milik kita. Di Athena kita mengetahui bahwa Zeus Phratrios dan Athene Phratria disembah dan ada beberapa kawasan terbatas, mungkin termasuk kawasan terbatas khusus negara, dan phratries (phratry/Yunani: (),

persaudaraan, dalam Yunani pra-klasik, tiap suku/phyle dibagi ke dalam phratries) itu dengan bangga menyembah berbagai dewa, seperti Zeus Xenios, Apollo Patroos (leluhur), Apollo Hebdomeios (dari angka tujuh). Seberapa sangat ini semua menambahkan, kita tidak mengetahui, tetapi mungkin seluruh phratries terlibat dalam penyembahan baik kepada para dewa normal maupun para dewa khusus milik mereka sendiri. Apa yang kita dengar adalah Zeus Phratrios memainkan bagian sentral dalam proses pendaftaran: untuk menolak pendaftaran Anda mungkin mengambil korban persembahan keluar dari altar; untuk membawanya melalui tangan lain Anda harus mengambil batu kerikil pilihan dari altar Zeus Phratrios sementara para korban dibakar.50 Dengan jelas listrik yang mentenagai perubahan dalam status dan pergantian dari komunitas pria dewasa harus mengalir tanpa terinterupsi dari Zeus Phratrios. PUSAT ZEUS Harap lihat peta 1. Di antara rakyat Yunani lain Zeus merupakan dewa sentral. Dia mempunyai sebuah peran khusus ketika kelompok kota-kota dan suku-suku tertentu bersatu untuk menyatakan identitas bersama mereka. Tiap empat tahun masyarakat di wilayah Elis dan Pisa, sebagaimana dengan Triphylia, masyarakat yang diduga sakral bagi Zeus, berhimpun pada pertengahan musim panas di waktu bulan purnama penuh untuk sebuah festival yang patut dicatat untuk permainan olahraganya. Festival berlangsung di sebuah lokasi kultus yang kembali ke masa Mycenaean dan dikenal sebagai Olympiade, festival dari Zeus Olympios. Olympiade begitu besar kekuatannya, sebuah perkumpulan para atlet muda, semua bersaing untuk menunjukkan keahlian dan ketangkasan mereka, dan festival yang melampaui batasan

negara serta seluruh Yunani diundang. Inilah mengapa kita melukiskan festival ini sebagai panhellenisme (seluruh Yunani). Apa yang dimulai sebagai sebuah festival lokal dari saling berbagi (sharing) identitas bersama muncul ke lokasi di mana seluruh Yunani dapat menyatakan cita-cita bersamanya, sesuatu yang telah dilekatkan ke dalam Olympiade modern. Kekuatan utama di balik festival ini adalah sentripetal (gaya yang bergerak menuju ke pusat) dan banyak suku sejak permulaannya. Dapat dibandingkan dalam maksudnya adalah pertemuan tahunan dari 12 bagian Achaean untuk mengambil keputusan berkenaan dengan kepentingan bersama, yang bertemu di dekat Aigion di sebuah hutan kecil Zeus yang disebut Amarion (bisa jadi artinya tempat pertemuan) di mana Zeus Amarios memimpin atas pertemuan festival.51 Ini merupakan struktur keakraban di antara masyarakat Indo-Eropa: dalam kasus suku-suku di Jerman, pertemuan unifikasi dari subsuku-suku disebut sebagai Thing/objek. Juga terdapat sebuah tendensi pembagian ke dalam 12 (Dowden 2000: 278, 2824). Bahkan Etruscanspenghuni asli Etruria kuno-bertemu dengan cara ini. Bagi pandangan politik modern, ini merupakan pertemuan tahunan dari sebuah liga atau federasi, tetapi ini kemungkinan lebih pada proses penciptaan kembali pada suku dari asal-muasal pertamanya, dari rahim, dan penciptaan kembali dari identitasnya, sesuatu yang memerlukan pengorbanan yang kuatterdapat laporan secara terus-menerus tentang pengorbanan manusia seperti pada pertemuan Jerman dan Slavia. Mitologi Yunani mengaitkan pengorbanan manusia dengan sebagian situs Zeus, meskipun ia tampaknya tidak benar-benar dipraktikkan pada masa bersejarah tersebut. Ketika Messenia pada akhirnya melepaskan diri dari pendudukan Sparta pada 369 SM,

Ithome menjadi benteng pertahanan dari Kota Messene, dan Zeus Ithomatas diadopsi sebagai dewa utama mereka. Dalam sifat alami identitas nasional, tampaknya ini menjadi dimuliakan oleh tradisi. Tetapi Zeus dari Ithome juga dewa yang kepadanya seorang penulis Kristen (Clement, Protrepticus 3) menduga bahwa Raja Aristomenes dari Messenia mengorbankan Raja Sparta, Theopompos, dan 300 dari prajurit mereka, kelihatannya dalam abad ke-8 SM. Jika ada sesuatu dalam cerita ini, ia kemungkinan tidak sekadar mengacu ke sebuah kekejaman, atau kejahatan perang dalam istilah kita, tetapi juga pada adat-istiadat awal, paralelisasi dalam budaya Jerman, untuk mengorbankan pasukan musuh. Ini kemudian akan mengarahkan kita kepada kultus Zeus lain di mana pengorbanan manusia mempunyai bagiannya dalam menegaskan identitas suku super. Kultus kunci tersebut membanggakan patung perunggu yang halus dari awal abad ke-5 SM, karya Hageladas dari Argos. Patung ini merupakan lambang pada pembuatan uang logamnya di kemudian hari, yang memberi sebagian gagasan dari sentralitasnya kepada identitas Messenia. Tempat yang paling terkenal di mana pengorbanan manusia diduga telah terjadi adalah di selatan Arcadia di Gunung Lykaion, di mana warga Arcadia lain memanggil Olympus atau Gunung Kudus (Pausanias 8.38.2). Di sini mereka membuat jalannya di antara dua pilar masif yang diatapi oleh rajawali-rajawali yang disepuh dengan emas, teman khusus Zeus Lykaios seperti kita saksikan pada koin-koin, di seberang tempat perlindungan di mana tidak seorang pun manusia mungkin akan berani memasukinya dengan ancaman sakitnya rajaman, hingga ke altar, ada sebuah gundukan buatan dengan diameter 30 meter dan tinggi 1,5 meter di puncak tertinggi dari gunung itu. Di sini, dengan seluruh Peloponnese telah menyebar sebelumnya, mereka akan memberi pengorbanan kepada

Zeus Lykaios secara rahasia; dan bukanlah gagasan menyenangkan bagi saya untuk menanyakan lebih lanjut mengenai pengorbanan tersebut. Biarkanlah ia sebagaimana adanya dan sebagaimana ia mulai dari permulaan (Pausanias 8.38.7). Dalam Ovid (Metamorphoses 1) kita menemukan cerita bahwa raja Lycaon telah membunuh seorang tahanan dan mempersembahkannya kepada Zeus serta kemudian dihukum dengan berubah menjadi seekor serigala. Tetapi juga ada cerita (Plato, Republic 565d) yakni jika seseorang mencicipi daging manusia dicampur daging hewan di kuil Zeus Lykaios, dia akan berubah menjadi seekor serigala. Cerita itu dikembangkan dalam Pausanias (8.2.6):
Bahkan mereka mengatakan bahwa semenjak Lykaon seseorang secara teratur berubah dari manusia menjadi serigala pada pengorbanan Zeus Lykaios,

tetapi dia tidak menjadi seekor serigala untuk seumur hidupnya. Sementara dia seekor serigala, asalkan dia berpantang dari daging manusia, dalam tahun

ke-10 sesudah itu, mereka mengatakan, dia kembali menjadi manusia sebagai ganti seekor serigala. Namun jika dia mencicipinya dia selalu tetap

merupakan seekor binatang buas.

Penulis abad ke-3 SM Apollas mengetahui seseorang yang telah melakukan ini, sesuatu yang kepadanya penulis Romawi, Pliny the Elder (8.82) bereaksi dengan kegusaran:
Adalah menakjubkan seberapa jauh keadaan tertipu Yunanitidak ada kebohongan yang begitu memalukan hingga ia kekurangan seseorang untuk

menyaksikannya. Jadi, Apollas, yang menulis Victors at Olympia, mengatakan bagaimana Demaenetus Parrhasian berada dalam pengorbanan di mana

rakyat Arcadia masih melakukannya untuk Zeus Lykaios dengan menggunakan korban manusia. Dia mencicipi isi perut dari seorang anak laki-laki yang

dikorbankan dan berubah menjadi seekor serigala. Yang dulu itu dikembalikan pada tahun ke-10 dan dilatih sebagai seorang atlet tinju serta membuat

Olympia menjadi pemenang.

Namun, para arkeolog tidak menemukan tulang-belulang manusia dan, untuk seluruh klaim dan tuduhan tersembunyi tersebut, tidak ada seorang pun yang menyaksikan baik saat terjadinya perubahan bentuk maupun pengorbanan manusia ini. Di sini pada apa yang pernah menjadi pemusatan besar-besaran festival lokal warga Arcadia, seorang pria

muda secara ritual dibuat menjadi seekor serigalasebagaimana dalam legenda di Argos, Io menjadi seekor sapi, dan dalam ritual gadis-gadis muda di Brauron di Attica menjadi para beruang. Ini merupakan tipe spesial dari kependetaan yang dipegang oleh seorang muda yang sedang melakukan transisi dari masa anak-anak menuju ke kedewasaan. Ia tidak begitu jauh dari dunia Zeus Phratrios, pengawal batasan dari komunitas kaum dewasa. Gunung Lykaion tidak terlalu dekat dengan kota tertentu, kecuali Megalopolis (15 kilometer jauhnya), yang ditemukan pada 368/7 untuk menyatukan Parrhasian Arcadia pada 40 dusun kecil mereka ke dalam suatu kekuatan yang dapat melawan orang-orang Sparta yang darinya mereka baru saja dibebaskan. Kultus Zeus Lykaios ini sebelumnya telah menjadi kendaraan identitas dan persatuan mereka serta sekarang ia semakin menemukan sebuah tujuan sebagai sebuah fokus bagi seluruh rakyat Arcadia, dan bangga menjadi orang Arcadia daripada sekadar menjadi penghuni dari kota ini atau kota itu. Selayaknya, Zeus merupakan penjamin bagi rakyat Arcadia maupun Messenia dari Gunung Ithome melawan orang Sparta. Namun, ia menjadi jelas, bahwa ini merupakan pilihan orisinal ketika kita menyaksikan Megalopolis dan wilayah efektif Parrhasia-nya merupakan para pemuja Zeus, tetapi Mantinea, lebih jauh di Arcadia, memelihara identitas yang dengan sengaja berbeda melalui kesetiaannya kepada Poseidon. Sebuah cabang dari kultus Gunung Lykaion juga terbentuk di Kota Megalopolis, sebuah pola yang kita akan saksikan berulang di bawah (Koroneia). Kita harus membayangkan komunitas-komunitas ini bersatu dalam penyembahan mereka kepada Zeus di festival Lykaiakemungkinan di sekitar Aprildan olahraganya, yang mengikuti pola normal event dari para pria dan anak laki-laki pada waktu kita memelajari mengenai mereka serta

memiliki hippodromestadion Yunani untuk balapan kuda--sendiri. Cerita-cerita tentang serigala hanya sebuah kumandang kuno dari apa yang dimaksudkan kultus ini kepada para pengikutnya.52 Situasi yang serupa terjadi dengan kultus Zeus Laphystios, Zeus Pelahap. Pada altarnya, di Gunung Laphystion, 20 stade--atau distrik di Lower Saxony, Jerman--dari Koroneia (Boeotia), Athamas akan mengorbankan Phrixos dan Helle di hadapan biri-biri jantan dengan bulu domba emas menyelamatkan mereka. Dan legenda masing-masing saling mengaitkan tanah Orchomenos, Koroneia dan Haliartos serta dengan gunung ini, yang kelihatannya merupakan fokus utama untuk identitas merekadan dari Pan-Boeotia itu sebagai dinyatakan melalui kultus. Schachter (1994: iii.105) mengacu kepada Zeus dari Koroneia sebagai dewa etnis pan-Boeotia dan berpandangan bahwa dia muncul pada beberapa koin dari Boeotia. Kultus terhadap Zeus Laphystios, dan kisah rencana untuk mengorbankan Phrixos, juga ditemukan di Halos di dalam Thessaly, mencari-cari Teluk Pagasaean ke arah Gunung Pelion. Menurut migrasi ke arah selatan dari penduduk Boeotia, kultus ini kemungkinan berasal dari sana pada Tanah Air semula mereka dan merupakan bagian dari pola yang membawa nama-nama lama ke tempat baru. Profil yang sama muncul dalam lokasi dari pasangan kota dan gunung: di Koroneia dan Gunung Laphystion; di Halos dan Gunung Pelion, di mana di sana terdapat kultus Zeus Akraios (dari puncak) gelar lain yang dipanggul oleh Zeus Laphystios di Koroneia. Kuil Zeus Akraios di Gunung Pelion mendua sebagai kuil (gua) dari Cheiron si Centaur dan, sebagaimana telah kita saksikan, para putera dari bangsawan Thessalia pergi ke sana tiap tahun dengan berpakaian kulit domba,53 dan para saudara sepupu jauh dari rakyat Athena itu memuja Zeus Phratrios.

Pada edisi kemudian dari Golden Bough-nya, Sir James Frazer menggunakan hikayat upaya Athamas mengorbankan Phrixos sebagai bagian petunjuk lain untuk pandangannya bahwa di sana pernah menyebar adat-istiadat menciptakan para raja pendeta untuk suatu periode hingga pada akhirnya mereka dikorbankan.54 Kita dapat tidak lagi memercayai Frazer, tetapi pengorbanan manusia yang tampaknya sekadar perlambang dalam kultus dan legenda Yunanipada sebagian pandangan kita merupakan permainan peran berakhirnya masa muda sehingga masa dewasa pun dapat dimulaiharus memerhatikan apa yang sebenarnya lebih cenderung pernah terjadi ketika kita melihat melampaui Yunani kepada bangsa-bangsa lain. Zeus Pelahap bahkan pernah menjadi seorang dewa yang menakutkan. Yang lebih marjinal adalah Game Nemea, yang digelar tiap dua tahun guna menghormati Zeus Nemeiosmarjinal karena Nemea tidak seperti banyak tempat: ia termasuk ke dalam Cleonae, pada sisi lain Jalan Tembus (Tretos) melalui gunung-gunung dari Argos. Di sini juga, di bawah otoritas Zeus, sebuah festival panhellenisme berkembang dari apa yang bisa jadi merupakan kota-kota di sekitar sebuah gunung yang muncul bersama untuk pemujaan sekaligus olahraga: sedikit ke utara, ada Gunung Apesas di mana Zeus Apesantios untuk pertama kalinya dipuja oleh Perseus, pahlawan pendiri dari Mycenae (Pausanias 2.15.3), ia sendiri pada sisi Argive dari Jalan Tembus. Karenanya Game Nemea bisa jadi pada awalnya tidak begitu berbeda dari festival lain yang telah kita cermati dalam bagian ini, dan sekali lagi kita menyaksikan sebuah festival panhellenisme muncul dari pemahaman saling berbagi budaya di antara populasi-populasi lokal. RAJA-RAJA DAN PENGHAKIMAN ZEUS
Ilah Zeus. . .

Iliad 3.351 tiga kali dalam Homer

Ilah dari para ilah, yang paling diberkati

dari yang diberkati dan paling mencapai [teleiotaton]

dari akhir [telos], Zeus yang berbahagia.. .

Aeschylus, Suppliant Women 5246

Zeus, sebagaimana kita saksikan sebelumnya, adalah bapa dari para dewa dan manusia. Namun ia juga merupakan ilah (anax) dan raja (basileus) mereka. Kita merayakan Yunani untuk penemuannya atas demokrasi, tetapi bentuk pemerintahan lain juga lazim. Biasanya, pada faktanya, negara bagian Yunani diperintah oleh sebuah oligarki. Namun martabat raja tidak harus menunggu raja-raja Macedon dan penerus Alexander Agung. Ia ada di mana-mana dalam Homer mulai dari ilah, misalnya raja besar, Agamemnon, hingga para raja, misalnya raja-raja minor, seperti Diomedes. Dan raja-raja Homer bersandar pada realitas para raja dalam masyarakat Yunanibaik dalam Zaman Perunggu Akhir di istana-istana Yunani Mycenaea dan Kreta Minoan, maupun dalam Zaman Kegelapan dan permulaan dari Yunani Arkais. Homer akan sepakat dengan Hesiod bahwa para raja berasal dari Zeus sebagaimana bard (pada masa pertengahan budaya Gael dan Inggris--Irlandia, Skotlandia, Wales, Isle of Man dan Cornwall--bard adalah penyair profesional) berasal dari Muses dan Apollo (Theogony 946). Itulah mengapa para raja atau pangeran seperti Patroclus, Ajax, Agamemnon, Menelaus dan, yang paling sering, Odysseus dilukiskan oleh Homer sebagai dilahirkan oleh Zeus (diogenes). Herakles di sisi lain digambarkan sebagai dilahirkan Zeus karena dirinya. Dalam kasus para raja, Anda dapat jika Anda ingin menjelaskan ini dengan anggapan bahwa garis trah raja kembali kepada Zeus, tetapi itu

hanya menyatakan kembali menjadi apa julukan tersebut: kekuasaan raja-raja dengan sebuah otoritas yang berasal dari Zeus. Dan sebagai para manajernya, mereka juga menjadi subjek audit kejutan, seperti akan kita saksikan di bawah ini. Seorang raja juga diotrephesdisuburkan oleh Zeus, dibesarkan dan dibentuk menjadi siapa ia sekarang oleh Zeus.55 Ini merupakan julukan-julukan yang cukup tegas dan kita seharusnya tidak berpandangan mereka sekadar memaksudkan secara tidak jelas diuntungkan secara ketuhanankata untuk dewa dalam bahasa Yunani adalah theos dan rakyat Yunani tidak memiliki bentuk Latin di atau deusbentuk kata-kata yang saya pikir kita terkadang di bawah sadar dan keliru mendengarnya dalam julukan-julukan Yunani ini. Dioberarti Zeus. Jika otoritas berasal dari Zeus, ia harus juga, kadang-kadang, diperbaharui dari Zeus. Sembilan tahun tampaknya adalah siklusnya. Menurut Odysseus (Odyssey 19.178f.) Minos lazimnya atau menjadi raja tiap sembilan tahun, dia yang hidup bersama Zeus besar. Berdasarkan sebuah dialog yang mengacu kepada Plato (Minos 319e) dia harus memberi sebuah laporan atas pemerintahannya kepada Zeus tiap sembilan tahun dan mempelajari lebih banyak. Ini terlihat sesuai dengan pola pembaharuan dari keseluruhan masyarakat yang pernah dipraktikkan oleh budaya-budaya Indo-Eropa (Dowden 2000: 286 dan ch. 14 passim; Schwabl 1978: 1394). Pembaharuan keilahian, dan Zeus sebagai sumbernya, adalah satu aspek yang telah mempunyai tempat kehidupan panjang. Ia muncul kembali dalam kasus para raja Sparta, sebagaimana telah kita lihat. Sebelum perkembangan negeri-negeri dalam pemahaman kontemporer, tidak ada kodifikasi hukum; hukum karena itu dimiliki oleh para pemimpin individu. Jadi adalah dalam Homer dan Hesiod raja-raja mendengar kasus-kasus hukum dan mengeluarkan

penghakiman (themistes, dikai). Ia kemudian menjadi masalah perhatian mengenai apakah penghakiman tersebut adalah jujur atau telah dibengkokkan. Sebagaimana Zeus merupakan proyeksi di kayangan dari para raja di bumi, ia mengikuti bahwa dirinya bertanggungjawab untuk menegakkan keadilan dan penerapannya, sejauh ini yang kita tanamkan di dalam pikiran adalah ini bukan keadilan Kristen atau filosof, tetapi kesiapan penghakiman manajerial yang kasar.56 Dalam Odyssey kita mempelajari bahwa para dewa berjalan ke bumi yang tidak diperinci, dalam bentuk orang asing untuk memeriksa penghormatan manusia terhadap hukum (17.4857). Dalam Hesiod (Works and Days 24855) ia lebih angker: tiga yang kekal dalam jumlah banyak sekali (misalnya 30.000 dari mereka, tetapi dia tidak menghitungnya), menyelubungi dalam kabut, memantau para pria yang fana; tetapi para pria yang fana ini adalah raja-raja, karena tiga yang banyak sekali ini adalah kekal, para pengawal Zeus, yang sedang memeriksa standar penghakiman mereka. Kisah pemeriksaan yang ilahi terhadap mereka yang fana ini mempunyai paralelisasi dalam budaya-budaya di Timur Dekat: dewa bangsa Persia, Mithra, memantau perjanjianperjanjian, dan Tuhan bangsa Yahudi dengan dua pendamping mengunjungi orang benar Abraham dan Sarah serta, pada penghentian selanjutnya, Kota Sodom dan Gomora yang telah menyimpang (Kitab Kejadian 1819, 21).57 Kesamaan-kesamaan ini tidaklah kebetulan: mereka membentuk bagian dari sebuah pola budaya yang dipinjam dari Timur. Namun di sini dan sekarang dalam budaya Yunani ini telah menjadi peran dari Zeus, dan ini adalah apa yang penting, untuk mengelola keadilan melalui campur-tangan misterius dan melalui pemeriksaan. Ia bukan sekadar pertempuran-pertempuran tetapi dispensasi keseluruhan dari kehidupan manusia yang dikendalikan oleh Zeus.

Para penulis modern telah mencoba mengklaim bahwa Odyssey mempunyai pandangan berbeda dari Iliad dan bahwa Hesiod adalah berbeda lagi. Namun, kian bertambah, kita dapat menyaksikan bahwa ini merupakan karakter tertentu dari masing-masing karya daripada mengubah konsepsi-konsepsi Yunani yang menjadi pokok persoalan. Kisah kembalinya seorang pria melawan seluruh keganjilan umumnya meletakkan tuntutan berbeda atas para dewanya daripada sebuah lakon sedih yang dikumpulkan pada pertempuran Troy (Lloyd-Jones 1971: 3032). Dan karya Hesiod, Works and Days menimbang dengan ketegasan moral untuk menciptakan atmosfer berbeda. Ini ditunjukkan misalnya oleh sebuah bagian di mana karya Homer, Iliad, dapat kembali kepada konsep-konsep Hesiodic (cosmogony dan theogony dari Hesiod, penyair-filosof Yunani dari abad ke-8 SM) mengenai keadilan serta seorang pengikut Odyssey memahami penghormatan untuk para dewa:
. . . seiring ketika bumi hitam semuanya dibobot turun oleh bombardir hujan

pada suatu hari di musim gugur, ketika air dituangkan dengan deras dan lebat

oleh Zeus, ketika dia dibuat jengkel dan marah sekali kepada manusia

yang menggunakan kekerasan di agora (pusat jual beli) untuk menghantarkan penghakiman yang bengkok

dan menundung Dike, tanpa penghormatan kepada para dewa.

Iliad 16.3838

Di sini Homer menikmati menambahkan sebuah garis warna Hesiodic pada kisah kepahlawanannya, yang dengan rapi diasingkan dalam daftar alternatif tamsilan/kiasan.58 Dasar telah diletakkan untuk Zeus sebagai pengelola dari kehidupan yang tidak kekal di dalam adegan yang baik sekali pada permulaan Odyssey di mana Zeus berbicara (1.29 38):

Dia telah berpikir dalam jiwanya mengenai Aegisthus yang gagah berani

di mana putera Agamemnon yang jauh tersohor Orestes telah terbunuh.

Ini adalah apa yang ada di dalam pikirannya ketika dia mengatakan kata-kata di antara mereka yang kekal:

Oh sayang, betapa mereka yang fana menyalahkan para dewa!

Mereka mengatakan bahwa kemalangan datang dari kita, ketika mereka sendirilah justru

Oleh kesembronoan mereka sendiri menderita kesedihan melampaui yang dapat diukur [moros]

Ambil bagaimana Aegisthus baru saja melampaui takaran menikah

Agamemnon (raja yang memimpin rakyat Yunani melawan Troy dalam Perang Troya) dibujuk isteri dan membunuh dia pada kembalinya

Mengetahui dengan sepenuhnya ia berarti kehancuran belakakarena kita sudah mengatakan kepadanya

Mengirimkan Hermes . . .

Terdapat tatanan pada berbagai hal dan hak pengukuran atau proporsi (moros), yang dipantau oleh Zeus dan sekitaran mana yang dikhawatirkannya. Meskipun ini bukan nasib: kata yang biasanya diterjemahkan sebagai nasib, moira, adalah kata terkait yang menandakan proporsi tersebut, atau kekuatan ilahi yang membagikannya, Takdir dalam pemahaman lembut. Zeus, menurut pandangan ini, tidak meledakkan Aegisthus dengan sebuah halilintardia sekadar memperingatkan karena dia mengetahui tatanan segala sesuatunya, bahwa Aegisthus akan membuatnya datang kepada dia. Inilah adegan di mana, sekitar 600 tahun kemudian, Ovid membangun aksi pembuka dari Metamorphoses (1.163ff.). Para dewanya melangkah di sepanjang Bima Sakti ke dalam Palatine (berbagai pejabat penting dalam Romawi kuno) di langit untuk mendengarkan Yupiter, Zeus Romawi. Yupiter melaporkan dengan bengis bagaimana Lycaon, raja dari Arcadia, semula telah dengan jahat mencoba membunuhnya, kemudian memberi makan dia daging manusia.

Hiasan dari Ovid yang bersifat puitis diuraikan: rumah Lycaon diruntuhkan oleh api yang membalas dendam (1.230), yakni halilintar; Lycaon berubah menjadi seekor serigala yang melolong; dan bumi dihancurkan dalam banjir besar, bencana alam. Tetapi tetap sebuah hal para dewa berkeliling bumi dengan menyamar, motif yang juga muncul pada model yang lebih seperti pada (Nabi) Abraham dan Sarah, dalam kisah Filemon dan Baucis (8.617ff.). Ovid tidak menciptakan kisah-kisah ini dan tampaknya hikayat hiburan Zeus oleh Lycaon berasal kembali kepada teks palsu Hesiodic, walaupun ia tidak lagi eksis (Hesiod, dari 163 Merkelbach-West; lihat West 1997: 123). Itu berarti ia kemungkinan beredar sebagai salah satu dari karya yang dilambangkan sebagai Hesiod pada pertengahan abad ke-6 SM. Hesiod mengkhotbahkan keadilan keras dari Zeus. Pandora membuka kotak para setan, menimbulkan segala macam kesulitan/keburukan, menunjukkan kelemahan mereka yang tidak kekal dan kelemahan tertentu, dalam mitologi pria, terhadap wanita. Namun ini merupakan tatanan yang secara simultan telah diletakkan oleh Zeus dan Hesiod menyimpulkan bahwa tidak ada jalan untuk menghindari pikiran Zeus (Works and Days 105), sebagaimana dia berkomentar di kemudian (483f.):
Pikiran Zeus, pemegang aigis, beragam dari waktu ke waktu dan adalah menyakitkan bagi manusia yang tidak kekal untuk memahaminya.

Zeus di dalam Hesiod mengerjakan lebih daripada membentuk dunia. Dia memantau jalan-jalan manusia dan menggantikan tiap masa manusia dengan yang selanjutnya (Works and Days, misalnya halaman 140, 144, 158). Demikian juga, ketika harinya tiba dia akan menghancurkan usia kita (halaman 180), meskipun dalam kebijaksanaannya dia tidak secara langsung melakukan itu, seperti yang kita harapkan (halaman 273). Perilaku para raja dan pengelolaan mereka atas keadilan merupakan perhatian khusus Hesiod

dalam Works and Days. Ini adalah Zeus yang memandang dengan luas (euryopa, 229, 239), atau mata Zeus yang melihat semuanya (halaman 267), memantau melalui berbagai macam agen, apakah Keadilan (Dike, seorang perawan yang dilahirkan dari Zeus, 256), Sumpah (Horkos) atau 30.000 roh. Seluruh kota-kota binasa di sekitar penguasa yang tidak adil (halaman 240). Kita seharusnya tidak berpikir bahwa rakyat Yunani pada khususnya berpikiran harfiah mengenai mitologi mereka. Zeus tidak melemparkan halilintar dalam Homer (kecuali di kapal Odysseus, sebuah pengaturan yang relatif realistis) dan dia memengaruhi dunia manusia keseluruhannya dengan cara yang lebih halus, dilukiskan oleh pujangga sebagai operasi dari sebuah keluarga para dewa. Homer selalu menurunkan tingkat nada yang berkaitan dengan mitologi. Tiap orang diyakini mengetahui dari kisah kepahlawanan yang hilang Thebaids bahwa Kapaneus telah memperlihatkan kejijikan terhadap para dewa ketika dia merupakan salah satu dari Tujuh Penentang Thebes dan dia berada dalam konsekuensi secara pribadi dipukul dengan keras oleh mata petir Zeus. Dia disebut hingga beberapa kali dalam Iliad dan Homer menempatkan putera dia, yang kita sebut Sthenelos (Orang kuat), berdampingan dengan Diomedes di dalam Iliad, untuk menggoda audiensnya guna mengingat Kapaneus yang besar mulut dan sembrono dan untuk memperkenankan Diomedes berlawanan dengan keadaan moralitas baru yang telah membimbing keberhasilan dari generasi barunyaEpigonoi atau Penggantidalam pencarian mereka untuk menangkap Thebes:
Kita sebenarnya menawan kedudukan dari tujuh gerbang Thebes,

dua dari kita menuntun rombongan besar yang lebih kecil melawan dinding-dinding yang lebih baik,

meletakkan kepercayaan kita dalam isyarat para dewa dan bantuan Zeus

di mana mereka dibinasakan oleh kecerobohannya sendiri.

Iliad 4.4069

Audiens mengetahui kisah halilintar yang tidak disebutkan tetapi mungkin Homer tidak mengambilnya dengan terlalu harfiah. Apa yang penting adalah para pemimpin memahami penghakiman Zeus. Itulah mengapa Diomedes (raja Diomedes/

dari Thrace yang adalah seorang raksasa, putera dari Ares dan Cyrene) disebut Diomedes, Penasihat Zeus. RAJA-RAJA BERSEJARAH Para raja sebagian besar menghilang dari pemandangan Yunani selama Zaman Kegelapan. Pengecualian yang paling menonjol adalah di Makedonia dan di Sparta. Di Sparta mereka mempertahankan sepasang raja, sesuatu yang tampaknya terefleksikan dalam Dioskouroi kembar (Castor dan Pollux, para putera Zeus) yang kampung halamannya adalah Sparta. Di tempat lain, kekuasaan didatarkan dan diteruskan kepada oligarki aristokrat dengan interupsi sekali-sekali dalam Zaman Arkais (776480 SM) oleh para raja tiran, sejenis diktator. Raja lalim seperti ini ada kebutuhan untuk waspada terhadap gambaran publik mereka, dan tekun, misalnya, terhadap program-program pembangunan. Bukan kebetulan bahwa percobaan yang gagal dari Cylon untuk merebut kekuasaan di Athena dikaitkan dalam legenda dengan festival dari Zeus. Bahkan, peran Zeus di Athena boleh jadi berbeda jika tirani Peisistratos dan para puteranya dari abad ke-6 SM telah bertahan lebih lama. Nampaknya, berdasarkan sebuah kuil penting yang berasal dari masa lebih awal, mereka telah memulai kuil Zeus Olympios. Kuil asalnya telah dibangun, dan dikatakan (Pausanias 1.18.7f.), oleh Deucalion, Nabi Nuh-nya Yunani, dan retakan masih menunjukkan di mana air banjir

menghilang serta sebuah dunia baru terciptasebuah dunia di mana, sebagaimana kuil Kronos dan Rhea yang bertetangga mengingatkan kita, adalah di bawah rezim baru Zeus. Namun kuil baru yang setengah jadi bagi para generasi yang kemudian menjadi simbol pameran arogansi Pisistratid (Parker 1996: 68). Penegasan otoritas monarki melalui gambaran Zeus menjadi problematik dalam tahun-tahun formasi menyusul ambruknya tirani tersebut (510) dan masa-masa ujian dari perang melawan raja besar Persia, Darius (490) dan Xerxes (48179): di Yunani, raja biasanya merujuk kepada Raja Persia ini merupakan kata dalam pengasingan, karena rakyat Yunani memiliki hukum dan kebebasan, bukan kerajaan dan perbudakan (Herodotus 7.1014). Perilaku ini dengan hak istimewa sebagai ganti keilahian Acropolis, Athena, di mana demokrasi membangun Parthenon-nya dan lingkungannyawalaupun bukannya tanpa mengakui latar belakang kehadiran dari Zeus Hypatos (yang tertinggi) dengan sebuah altar berdampingan dengan Erechtheion yang hanya menerima kue (Pausanias 1.26.4). Ia tidak akan demikian hingga raja Syria Antiochus Epiphanes (148138 BC) di mana di sana terdapat pekerjaan lebih jauh pada kuil Olympia Zeus, atau hingga Kaisar Hadrian di mana warga Athena sekarang sudah lama merasa nyaman dengan monarki tersebut, dan dengan

berterimakasih menyaksikannya terselesaikan dan dilengkapi sebuah gading kolosal dan patung emas (Pausanias 1.18.6). Di Makedonia, Zeus menjabat sebagai bapa dari rakyat Makedonia itu sendiri, sebagaimana Woden merupakan nenek moyang dari para raja Anglo-Saxon, dan bisa jadi kultus Zeus di Makedonia lebih terkenal daripada di tempat lain.59 Dengan penaklukan Alexander Agung (334323 SM), keningratan kembali ke wilayah luas dari dunia Yunani dan dunia monarki Mesir serta Timur Dekat sekarang menjadi bagian dunia Yunani yang

telah diperluas. Seperti Peisistratos (raja tiran Athena mulai 546 hingga 527/8 SM) telah mencari untuk menyatakan kedaulatannya melalui kuil baru Zeus Olympios di Athena, sekarang para raja yang menggantikan Alexander Ptolemies di Mesir, Seleucids di Syria dan, agak terkemudian, Attalids di Pergamon ditemukan menggunakan Zeus dalam proyeksi mereka atas kekuasaannya. Jadi misalnya ketika kultus penguasa diciptakan di antara para raja Yunani di antara Syria dan Babilon, Zeus kemudian dipanggil fungsinya. Ini dimulai dengan pendewaan Antiochus I atas ayahnya Seleucus pada 280: sebuah inkripsi dari pemerintahan Seleucus IV (187175) mengungkapkan terdapat seorang pendeta Seleucus Zeus Nikator, Pemenang, bersama-sama dengan Antiochus Apollo Soter, Juru Selamat (Nilsson 1974: ii.167). Zeus dan puteranya Apollo memodelkan dunia dengan kedaulatan yang bersifat keduniawian. Altar raksasa Zeus di Pergamon (sekarang di Berlin), salah satu kebanggaan dari seni patung Hellenistik dan tentu saja hasil karya terbesar yang masih eksis, didirikan oleh raja Yunani, Attalos I. Kultus kota ini saling berjalin dengan pemujaan Zeus dengan penghormatan untuk para raja dalam banyak cara ritual. Pesan dari altar adalah bahwa Attalos, melalui penaklukannya atas Gauls pada 226 SM dan penciptaan dari negara baru yang kuat ini berdasarkan pada Pergamon, telah mengulangi pertempuran Zeus yang telah membentuk tatanan yang ada sekarang. Dalam seni patung, kematian Gauls yang halus menggemakan para raksasa dikalahkan oleh Zeus dan Athena. Dalam cara ini Attalos juga melekatkan Pergamon ke peninggalan budaya dari rakyat Athena, di mana dia membuat dedikasi seni patung dengan tema-tema yang serupa.

Martabat raja, kemudian, terus disokong oleh Zeus, sebagaimana para kaisar dan para raja di akhir zaman kuno dari zaman Romawi dan di Eropa akan secara khusus dilindungi oleh Tuhan orang Kristen. KEBUTUHAN PIHAK LUAR: ORANG ASING, PEMOHON, SUMPAH Kita sekarang kembali dari tatanan di dalam masyarakat ke konvensi-konvensi internasional. Odyssey karya Homer menyatakan kebutuhan untuk menghormati tidak hanya ikatan-ikatan internal terhadap masyarakat, tetapi juga ia yang melindungi pihak luar dan memastikan bahwa perbedaan negara dan penduduknya memiliki sarana untuk saling hidup berdampingan. Zeus menjamin seluruh ikatan persahabatan seperti Zeus Philios dan, yang terpenting, ikatan-ikatan antara negara ini, sebagai sejenis keagamaan Palang Merah. Nausicaa mengetahui bahwa Semua xenoi (bentuk kombinasi arti dari orang asing dan tamu) dan peminta-minta adalah berasal dari Zeus (Odyssey 6.207f.), sebuah baris di mana Odysseus sendiri mengambil di 14.251 dan di mana, satu milenium kemudian, merupakan baris favorit dari kaisar penyembah berhala, Yulian, ketika dia memukulkan ke dalam negerinya penekanan bahwa para penganut paganisme seharusnya tidak membiarkan umat Kristen memonopoli kegiatan amal.60 Xenia adalah hubungan timbal-balik keramah-tamahan di antara orang-orang dari negara-negara berbeda, dan kedua belah pihak dikenal sebagai xenos, tanpa memedulikan siapa yang menjadi tuan rumah dan siapa yang menjadi tamu pada sembarang kesempatan tertentu. Untuk mengundang di mana tamu menanyakan yang mana dari dua teman yang menjadi penerima kebaikan. Zeus Xenios, kemudian, menyelenggarakan penghormatan bagi hubungan ini. Itulah mengapa pernyataan Nausicaa sedikit diwarnai dengan kekhawatiran bahwa xenos bisa jadi seorang dewa yang sedang menyamar, memeriksa bumi, dengan

persis seperti yang kita lihat pada Odyssey 17.4857 ketika terdapat percakapan para dewa dalam bentuk xenoi asing. Itulah juga mengapa Odysseus, bahkan walaupun dia mengetahui di dalam hatinya bahwa Polyphemos adalah seorang bengis, masih memohon kepadanya:
. . . tetapi kita, menggapai lututmu,

telah tiba sebagai pemohon, dengan harapan kamu mungkin dapat menyediakan kita dengan satu xenion atau dalam cara lain

memberi kita sebuah hadiah, yang merupakan themis/dewi Yunani kuno [hak keagamaan] dari xenoi.

Jadilah yang menghormati, orangku yang baik, dari para dewa: kita adalah para pemohonmu [hiketai].

Dan Zeus adalah penuntut balas dari para pemohon dan xenoi,

Zeus Xenios, yang berdiri di sebelah xenoi yang penuh hormat.

Odyssey 9.26671

Keseluruhan budaya menggarisbawahi this frase ini: yang datang (hiketes) adalah bahasa Yunani untuk seorang pemohon dan dia melakukan ritual permohonan dengan menjatuhkan diri dan mencengkram lutut dari orang yang dimohonkan; xenion adalah hadiah yang pemberiannya secara khidmat menciptakan ikatan persahabatan tamu dan tuntutan, ketika dimungkinkan, untuk bersifat timbal-balik; dan themis adalah tatanan atau hukum ilahi yang tidak dapat dilanggar, cukup berbeda dari dike, tatanan atau keadilan di mana seorang penguasa yang baik atau masyarakat yang bagus dipelihara. Zeus dapat menjadi Zeus Hikesios, Zeus Xenios; dia memiliki anak-anak dengan Themis. Ini adalah dosa yang mengerikan, membutuhkan penebusan dosa, ketika seseorang membunuh satu xenos. Jadi misalnya Herakles membunuh xenos-nya, Iphitos:

Dikatakan bahwa Zeus, dibuat merasa ngeri pada pembunuhan xenos, memerintahkan Hermes untuk mengambil Herakles dan menjualnya sebagai dike

[dampak, hukuman] atas pembunuhan itu. Dia membawanya kepada Lydia dan menjualnya kepada ratu dari tempat, Omphale, dengan harga tiga talenta.

Kisah itu dalam Pherekydes.

Pherekydes of Athens, FGrH 3F82

Karena itu terdapat konvensi-konvensi dan ada sanksi yang hanya dapat dilakukan oleh dewa. Tidak di manapun ini lebih besar daripada dalam kasus sumpah. Yang paling kuasa, dan paling persuasif, sumpah adalah secara alami oleh dewa yang paling perkasa dan Zeus Horkios (dari sumpah, horkoi) adalah penjaminnya:
Patung Zeus dalam Dewan Majelis [di Olympia] adalah yang paling menakutkan dari semua patung-patung Zeus untuk manusia yang tidak adil. Dia

disebut Horkios dan mempunyai sebuah halilintar pada salah satu tangannya.

Pausanias 5.24.9

Halilintar ganda memukulkan ketakutan kepada pelaku sumpah yang bersumpah dusta di sebelah patung seiring dia mengucapkan sumpah atas bagian-bagian daging babi, sebagaimana dalam sumpah besar Agamemnon di Iliad 19.258: Biarlah Zeus mengetahui pertama-tama, dari para dewa tertinggi dan terbaik. Sumpah tidak selalu oleh Zeus dan dia pada sembarang kasus seringkali dikombinasikan dengan kekuatan bumi dan laut (misalnya Ge dan Poseidon), tetapi jika sebuah sumpah berharga untuk diambil sumpahnya seringkali berharga untuk diambil sumpahnya oleh dia. Karenanya halilintar berdiri untuk melompat dengan mematikan atas kekuasaan utama yang diambil secara sia-sia oleh mereka yang tidak memahami tatanan dunia. ZEUS DI RUMAH: BERDOA, MINUM DAN BERSUMPAH

Penyair Phemius cemas untuk menghindari Odysseus yang hendak membunuhnya. Salah satu opsi yang dipertimbangkannya untuk mencapai tujuan ini adalah mengklaim perlindungan:
Untuk pergi dari megaron dan duduk di altar Zeus yang besar

Herkeios, altar yang dibuat dengan patut di mana banyak paha dari para sapi yang telah dibakar Laertes dan Odysseus.

Odyssey 22.3346

Jadi geografinya jelas: istana Yunani ini, seperti rumah rakyat Yunani lainnya, mempunyai ruang tamu (megaron) dan di bagian luar, sebuah wilayah berpagar (herkos adalah pagar yang membatasi, atau area yang begitu tertutup) dengan sebuah altar Zeus dari Wilayah Berpagar (Herkeios). Inilah di mana keluarga akan melakukan pengorbanannya dan titik keagamaan ke arah luar di dalam rumah, yang kepadanya pada kasus ini seorang pemohon menyelamatkan diri. Zeus merupakan bapa utama dari keluarga sekaligus kepala rumah tangga, mewakili orang kunci di dalam rumah, oikos, di negeri Yunani. Seperti Agamemnon atau Odysseus, kepala rumah tangga akan mengorbankan di altarnya dari paternalisme Zeus Herkeios, meskipun bisa jadi diragukan apakah kisah epik tentang paha sapi akan ada banyak buktinya, dibandingkan domba atau babi. Namun, dalam suasana dusun yang lebih sederhana yang mengelilingi pondok dari Eumaios, tidak ada altar dan babi dikorbankan di dalam ruangan pada perapian yang menyala-nyala (eschara, Odyssey 14.420). Tetapi Anda juga dapat memperbincangkan mengenai eschara (panggangan) ketika berfokus pada bagian dari altar yang terbakar, sesuatu yang berposisi di depan pada gambaran mental Anda, sebagaimana ia untuk Pausanias ketika dia melukiskan pembantaian Priam oleh Neoptolemos di eschara Zeus Herkeios.61 Ini terutama tindakan yang tidak beragama dan keji.

Ini juga sebuah pendefinisian kultus bagi warga negara. Ketika pantas tidaknya seorang kandidat untuk archon (hakim di Athena) dicermati, Aristoteles mengatakan kepada kita (Konstitusi Rakyat Athena 55) bahwa mereka ditanyai tidak hanya mengenai keluarga dari ayah dan ibu mereka, tetapi juga mengenai lokasi kultusnya dari paternalisme Apollo atau Zeus Herkeios. Zeus di dalam rumah juga kerapkali dikenal sebagai Zeus Ktesios (dari kepemilikan /penyimpan), yang terlihat berhubungan di atas semuanya terhadap penyimpanan makanan, di mana ahli penyusun kamus (leksikografer) akan menyatakan sebuah gambaran dari dia harus didirikan. Ini kemudian mereplikasi pola kultus rumah tangga yang dikenal dari agama Romawi, di mana terdapat pembagian antara para dewa dari wilayah tanah (Lar atau bentuk jamak Lares) dan para dewa penyimpanan lemari untuk makanan (Penates). Mendekati yang terakhir ini adalah dewa perapian, Hestia dalam bahasa Yunani (Vesta dalam bahasa Latin), meskipun fokus pribadi kerapkali pada Zeus Ephestios (di perapian). Warga Romawi juga mempunyai Penates publik seolah-olah negara itu sendiri hanyalah sebuah rumah tangga yang besar. Ini bisa jadi merupakan tipe pemikiran yang mendasari sebuah altar Zeus Ktesios di sebuah kuil di desa yang besar di Attica atau pemujaannya di Piraeus (pelabuhan Athena), dan pertimbangan serupa dapat diterapkan kepada pemujaan publik Zeus Herkeios, disembah di acropolis Athena itu sendiri.62 Zeus Ktesios dapat dilukiskan dengan, atau sebagai, seekor ular, yang sangat bersesuaian dengan pandangan rakyat mengenai ular-ular yang tidak berbahaya: mereka merupakan manifestasi dari roh yang bersifat dermawan dari tempat yang ditentukan dan seharusnya diberi makan. Tetapi Anda juga bisa membuat patung-patung kecil Zeus Ktesios di rumah seperti ini:

Letakkan sebuah penutup pada dua telinga baru [misalnya pegangan] kadiskos [jenis kendi], kenakan telinganya dengan bulu domba putih, dan dari bahu

kanan dan dari kening kenakan pakaian dengan sebuah kuning jingga [jubah mini?], dan tuangkan ambrosia (makanan atau suguhan dewa-dewa dalam

mitologi Yunani). Ambrosia adalah air murni, minyak zaitun, serta campuran biji padi-padianitulah apa yang Anda masukkan.

Autokleides, Exegeticon (abad ketiga-keempat sebelum masehi) FGrH 353F1, dikoreksi

Minuman keras juga penting di rumah. Hector harus pertama-tama menuangkan minuman keras kepada Zeus dan kepada yang kekal lainnya sebelum dia dapat meminumnya untuk dirinya sendiri (Iliad 6.259f.).63 Di pesta-pesta dan pertemuan sosial tiga mangkuk minuman anggur akan dicampurkan, tidak satupun akan disentuh sebelum minuman keras. Minuman keras pertama adalah, kita diberitahu, kepada Zeus Olympios dan para dewa Olympia, yang kedua kepada para pahlawan (yang melindungi masyarakat lokal mereka dari kuburannya) dan ketiga, yang lengkap (teleios) akan kepada Zeus Soterya, Zeus yang bertanggungjawab menyelamatkan negara dalam peperangan sebagaimana kependetaan dan inkripsi-inkripsi dari begitu banyak negara

menyaksikannya, tetapi juga semata-mata Zeus penyelamat ketiga, yang mengawal rumah para manusia saleh.64 Minuman keras ini merupakan latar belakang yang indah sekali terhadap kata-kata hebat dari Clytaemestra seiring dia mengungkapkan bagaimana dirinya membunuh Agamemnon:
Saya memukulnya dua kali, dan dalam dua ratapan

tungkai dan lengannya terbentur, dan, jatuh,

Saya menaruh dalam ketigadalam terima kasih yang memenuhi nazar

Zeus di bawah bumi, soter (penyelamat), dari yang mati.

Aeschylus, Agamemnon 13847

Jika kita memiliki sebuah mikrofon untuk menangkap pembicaraan Yunani dan Romawi kuno, kita kemungkinan dilanda oleh sejumlah sumpah ringan yang berlanjut. Kita telah menyaksikan bagaimana karakter-karakter di dalam Birds dari Aristophanes adalah selalu berjanji ne ton Dia (oleh Zeus!), sebagaimana mereka lakukan di dalam seluruh lakonnya, dan terkadang dengan sedikit lebih banyak penekanan, saya pikir, ma ton Dia! Karenanya praktik percakapan mereka merefleksikan praktik dalam sumpah-sumpah utama. Socrates sedikit suka melawan dengan bersumpah Oleh Anjing sebagai gantinya, yang merupakan sumpah menggelikan oleh dewa berkepala anjing dari Mesir, Anubis. Dengan setara, jika Anda memohon kepada seseorang, maka adalah paling efektif untuk memohon pros Dios (di dalam nama dari/untuk kepentingan Zeus). Rakyat Romawi pada penghormatan ini tidak banyak berbedatentu saja sebuah perbantahan pro Iuppiter! (oh/wow Yupiter!) merupakan hal yang lumrah. Istilah Latin per Iovem (dalam nama Yupiter!) bukannya jarang-jarang, meskipun warga Romawi senang untuk menghimpun hal-hal yang dengan namanya seseorang dimohonkan: Saya memohonkan kepada Anda, dalam nama para dewa dan para priadan kebodohan saya, dan lutut Anda. . . (Plautus, Miles Gloriosus 541). Jenis ekspresi ini berkontribusi dalam alam bawah sadarnya jalan kepada latar belakang keriuhan dari kesalehan. Adalah menarik untuk mengetahui apakah perubahan dalam kesalehan tersebut dapat diukur oleh perubahan dalam suara sumpah. Jika Anda mengatur teks-teks Yunani dari masa klasik berdampingan dengan teks-teks Yunani dari masa kerajaan ia terlihat seolah-olah sesuatu telah berubah. Dalam Aristophanes, Demosthenes dan Plato (abad keempat-kelima sebelum masehi) ada cukup banyak pernyataan oleh Zeus. Di dalam Dio Chrysostom, Plutarch dan Lucian (abad pertama-kedua) ia lebih

sedikit. Dalam Plotinus dan Himerius (abad ketiga dan keempat sesudah masehi) ia tidak ada, dan dalam Libanius (abad keempat masehi) adalah terlarang bagi lingkungan arkais (kuno) maupun artifisial atas deklamasi-deklamasi tersebut. Hanya benar-benar ada dua kemungkinan: entah prosa kesusasteraan Yunani telah menjadi diceraikan dari percakapan dan sentimen lazim tersebut; atau kesalehan sumpah oleh Zeus memang telah berlalu. Para dewa memasuki kehidupan biasa dengan cara lain juga, sebagaimana dapat disaksikan dari masalah-masalah di mana Tertullian yang penganut Kristen bergumul dengannya:
Hukum melarang penamaan para dewa penyembah berhala, tetapi itu tidak berarti untuk mengatakan bahwa kita tidak dapat mengucapkan nama-nama

mereka ketika percakapan memaksa kita untuk berbuat demikian. Anda seringkali harus mengatakan hal-hal seperti Anda akan menemukannya di kuil

Asclepius, atau saya hidup di kuartal Isis, atau dia telah menetapkan pendeta Yupiter. Saya tidak menyembah Saturnus jika saya memanggil seseorang

dengan nama ini, sesuatu lebih daripada saya memuja Markus jika saya menyebut seseorang Markus.

dari Tertullian, On Idolatry 20

Ini terlihat cukup jelas, tetapi sembarang ahli pencucian otak akan dengan segera mengenali efek-efek tersembunyi dari penamaan budaya ini. Dunia penyembahan berhala berada di sekitar Anda: Anda berdiam di dekat kuil Zeus dan teman-teman Yunani Anda sangat sering dinamai menurutnya. Mereka bisa jadi hadiah dari Zeus, Diodotos, Diodoros, Zenodotos, Zenodoros, Diozotos; atau dilahirkan dari Zeus, Diogenes, Diognetos; atau kemuliaan Zeus, Diokles; atau putera kemuliaan dari Zeus, Diokleides; atau kekasih dari Zeus, Diiphilos, Diphilos, Zenophilos; atau kebijaksanaan Zeus, Diomedes; atau penghormatan/pemujaan Zeus, Diotimos, Zenotimos atau

Dieitrephes, Diogeiton, Diophanes, Diophantos, Zenobios, Diomedon, Diopeithes atau sekadar Zeus-o, Dion atau Zenon seperti filosof Zeno.65 Dan dunia tumbuh-tumbuhan juga memikul namanya. Sebuah anyelir adalah diosanthos bunga milik Zeus (karenanya nama Latin tumbuh-tumbuhannya adalah dianthus), dan buah berangan manis adalah buah pohon ek Zeus, diosbalanos. Jamu, kemangi, adalah dioselakate, kumparan Zeus, dan apa nama yang lebih baik untuk sebuah bunga liar daripada diospogon janggut Zeus? Komplain-komplain lain dari Tertullian adalah kontrak-kontrak yang mensyaratkan sumpah oleh para dewa jika mereka hendak diberlakukan, dan para pemimpi nasib baik yang bodoh itu bisa jadi memberkati orang-orang Kristen yang tidak beruntung atas nama para dewa mereka. Gibbon mungkin berpikir ini seperti ucapan Yupiter memberkati Anda ketika seseorang bersin.66 Ini bisa jadi benar; sebuah puisi dalam Greek Anthology menceritakan kepada kita mengenai Proclus (Proklos/ nama salah satu seniman terkenal dalam mosaik di zaman kaisar Romawi, kaisar Augustus) tertentu:
. . . tidak juga dia mengatakan Zeu, soson! [Zeus menyelamatkan kita!] jika dia bersin: dia tidak dapat mendengarkan hidungnya: ia terlalu jauh dari

telinganya.

Anonim, Greek Anthology 11.268.3f.

Semua ini, bersama dengan kelanjutan referensi terhadap hujan dari Zeus atau kebiasaan zaman kuno akhir (periode yang mendahului Zaman Pertengahan di Eropa)-bisa jadi dimodelkan pada Hari Tuhan Kristen--untuk tidak bekerja pada Hari Kamis (Hari Jove, Jovis dies, jeudi) berarti bukan hal sederhana untuk mengikis Zeus atau Jove dari kehidupan dan kebudayaan dunia paganisme (Dowden 2000: 158, 164). IKHTISAR

Terdapat kaleidoskop dari kebiasaan-kebiasaan dalam bab ini. Kita mulai di Athena, di mana kita menyaksikan kohesi sosial dan organisasi yang dibawa oleh Zeus: di antara berbagai fungsinya, dengan asing kesuraman Zeus Meilichios menjulang, yang kepadanya seluruh demes (bagian dari Attica, kawasan Yunani yang mengelilingi Athena) dengan gembira berhimpun untuk melakukan pemujaan seiring musim semi dimulai. Di tempat lain, di Olympia, atau sedikit di luar Achaean Aigion, atau pada Gunung Lykaion, Ithome atau Laphystion, kita menyaksikan seluruh orang bertemu dalam semua suku-suku dan cabang-cabang mereka guna merakit identitasnya; kita juga menyaksikan sisi yang lebih muram, dengan petunjuk yang terus-menerus bahwa di sana pernah berlangsung pengorbanan manusia. Dari sana kita beralih ke aspek lain dari tatanan sosial, jaminan lain bagi komunitas, yakni hubungan khusus para raja dengan Zeus, dirinya sendiri merupakan proyeksi utama dari martabat raja di kayangan. Ini merupakan hubungan di mana dia secara khusus memantaunya (sebagaimana dia memantau arah-arah para pria secara umum) guna memelihara kelurusan keadilan dan untuk memelihara dunia yang ditinjau berdasarkan hak proporsinya. Raja-raja yang riil menjadi langka di Yunani setelah Zaman Kegelapan, tetapi para tiran dan para raja Makedonia serta monarki Hellenistik cenderung memiliki hubungan khusus dengan Zeus, yang mereka promosikan. Pada akhirnya kita beralih kepada hubungan supra-kenegaraan dari timbal-balik keramah-tamahan dan permohonan di mana Zeus melakukan pengawasan dan kepada sumpah-sumpah yang dia tegakkan; serta kita menyaksikan bagaimana dia bahkan menguasai ritme kehidupan keluarga dan domestik, dari altar Zeus Herkeios di pelataran hingga pada sumpah serta penamaan rumput-rumputan. Zeus yang sesungguhnya meliputi tiap aspek dari komunitas manusia.

5 BERPIKIR TENTANG ZEUS VISI HOMER, DAN PENYAIR KUNO Jika agama kerapkali merupakan hal yang serius dalam budaya modern kita, adalah tidak mengejutkan jika kita menemukan sulit untuk memahami bagian-bagian dari tulisan Homer mengenai Zeus yang lebih bersifat permainan. Permohonan Thetis (salah satu dari 50 Nereid; ibu dari Achilles oleh Peleus) kepada Zeus agar menolong puteranya Achilles; Zeus menjanjikannya tetapi khawatir ini akan membuat jengkel Hera, yang sudah memberinya masa-masa sulit untuk membantu para Trojan; bahkan Thetis lebih baik mendahului maklumat Heranamun Zeus terlalu lambat, dia sudah memilikinya (Iliad 1.51761). Sementara itu, kita menilai kisah bahwa Zeus hanya memasrahkan Thetis karena puteranya akan lebih berkuasa daripada ayahnya (halaman 46). Sekarang Zeus mengancam dengan kekerasan, seolah-olah ia adalah kasus pemukulan isteri di kayangan, dan putera Hera, Hephaistos, smith perunggu, mengatakan para dewa tidak seharusnya berkelahi dengan para pria; dia mengatakan bagaimana dia dilemparkan dari kayangan oleh Zeus pada kesempatan sebelumnya dan mendarat di Lemnos di mana para pria Sintianbagi rakyat Yunani dikenal sebagai orang-orang bajak laut dan perompak serta juga disebut sebagai orang Thracian mengasuhnya. Sekarang, Thetis tersenyum dan para dewa meraung dengan suara tertawa yang tidak dapat dipadamkan seiring mereka menyaksikan Hephaistos yang lemah berkeliling menyajikan minuman anggur. Ini bukanlah kisah-kisah di mana kita menceritakan para dewa dalam kredo agama modern (iman). Apa mungkin rakyat Yunani menganut agama mereka dengan sedikit kurang serius?

Tetapi ia bukan seperti ini. Bahwa para dewa seharusnya tidak berebut atas para pria adalah klise, diucapkan dengan lebih impresif oleh Apollo kepada Poseidon (Iliad 21.4636). Ini haruslah situasi epik biasa: para dewa sebenarnya selalu berebut dengan para pria dan mengapa yang mereka lakukan adalah sebuah problem, kepada Homer dan para audiensnya sebagaimana kepada kita. Ini adalah hal yang aneh tentang para dewa, yang hanya ditolak Epicurus: meskipun dengan status dan kekuasaan mereka yang mulia, mereka masih dengan aneh tertarik kepada kita. Para dewa diketahui mendukung kotakota, karena jika sebaliknya tidak akan ada gunanya kota-kota memberikan penghormatan khusus kepada para dewa tertentu. Hera menuduh Zeus membantu para Trojan, karena dia mendukung negeri-negeri kunci Yunani (Argos, Sparta, dan Mycenae dengan jalan-jalannya yang besar, Iliad 4.52) dan Apollo menyesatkan Achilles dalam Iliad 21 karena dia mendukung Troy. Jika para dewa menyokong kota-kota dan jika kotakota terlibat dalam konflik, maka para dewa tersebut semestinya akan saling berperang, karena kalau tidak demikian, kepada siapa lagi kita akan memohon? Tidak seorang pun dapat meragukan bahwa mereka memang berperang, bahkan jika Homer membangun ini ke dalam sebuah pertempuran hebat itu terlalu banyak bagi keinginan Plato dan para filosof yang sepaham dengannya (Iliad 20 dan 21). Di Lemnos ada kultus khusus Hephaistos, yang memproduksi api pada puncak Gunung Mosychlos (dalam kenyataannya para pendetanya bisa jadi menggunakan cermin perunggu), dan itulah mengapa ada legenda kewajiban khusus Hephaistos kepada Sinties serta jatuhnya api dewa ke bumi. Ini bukanlah penemuan acak oleh Homer tetapi sebuah dasar untuk, atau sebuah refleksi bagi, kultus nyata di mana dia telah bekerja dengan

brilian ke dalam catatan ungkapan kegembiraannya atas pertengkaran sehari-hari di antara para dewa. Jadi adegan ini berbicara dan ia menceritakan kepada kita tentang Zeus. Dia adalah kunci untuk bagaimana kejadian-kejadian berlangsung: jika Anda, Thetis, menginginkan pergeseran dalam arah pertempuran, atau jika Anda, Hera, berpikir bahwa peperangan bergerak ke arah para Trojan, maka Anda akan memandang kepada Zeus. Pengaruhnya dilukiskan di sini sebagai berdasarkan pada kekuatan kasar yang sangat luar biasa dari pria pemimpin di dalam rumah tangga. Tetapi ia tidak sekadar bahwa dia adalah pada betapa akuratnya dia mengendalikan hasil dari pertempuran. Para dewa tidak begitu nyata daripada yang kita sangka: manusia tidak bisa dengan cepat mengidentifikasinya, karena mereka beroperasi secara tersamar atau tidak terlihat. Dan Zeus berbeda lagi: tidak pernah di dalam syair dia menjejak bumi manusia. Dia tidak pernah berpergian ke manapun, kecuali ke Gunung Ida dalam Iliad 14. Intervensi besarnya adalah menimbang ajal seseorang dalam skala-skalainilah psychostasia, pembobotan jiwa. Melalui sebagian proses yang tidak terjelaskan ini secara bersamaan merupakan kehendak dari Zeus, dan kegagalan pada skala menimbulkan malapetaka dari Sarpedon atau Hector yang tidak beruntung. Saya tidak meyakini bahwa ini merupakan sesuatu yang terpisah, ditentukan oleh kekuatan impersonal yang membatasi Zeus, nasibrakyat Yunani tidak memiliki konsep seperti itu pada hari-hari tersebut. 67 Tetapi, penghakiman dia, betapapun manusiawi dan segan dalam penyajiannya, adalah selalu hal tentang menimbang dan menentukan waktu yang tepat. Achilles tidak meragukan bahwa mereka yang tidak kekal seharusnya memandang kepada Zeus untuk sumber keberuntungan dan kebahagiaan mereka. Terdapat dua pithoi

(buli-buli penyimpan raksasa) pada ambang pintu Zeus yang dengan penuh warna menjelmakan dunia atas kemungkinan kejahatan dan kemungkinan keberhasilan. Dia menarik dari buli-buli ini dan memberi manusia salah satu dari dua halsebuah campuran, atau keseluruhannya buruk. Sedemikian, ujar Achilles, merupakan kehidupan manusia, bahwa kita menderita di bumi dan bahwa mereka di sana hidup tanpa kepedulian. Ini sebuah jendela pada kekerasan hidup sebagaimana ia terlihat pada kita di masa-masa lebih hitam dan dalam suasana hati yang lebih suram, dan terdapat perasaan kuat pengungkapan atau wahyu pada baris-baris ini sebagaimana Iliad mengambil persediaannya sendiri dan memunculkan pertanyaan penutupan. Seperti banyak gambaran tentang bagaimana para dewa bekerja dan apa yang mereka lakukan, ini bukanlah bagian dari teologi sistematikkita ditawarkan sebuah bagian dari kemungkinan pola/potongan mozaik, sebuah potret dari dunia sebagaimana ia terlihat pada beberapa momen. Kita tidak menyimpulkan dari jalan sedemikian bahwa rakyat Yunani memercayai bahwa takdir Anda ditetapkan di saat kelahiran oleh Zeus, raja dari para dewa. Ia sekadar satu cara untuk memandangnya. Para penyair, terutama di masa Arkais, gemar atas presentasi suram dari jurang pemisah antara manusia dan para dewa, sesuatu yang telah memicu sebagian ilmuwan untuk membicarakan tentang sebuah pandangan dunia arkais.68 Homer pada faktanya telah sepenuhnya merasa nyaman dengan posisi ini. Jambangan-jambangan dari Achilles merupakan dasar dari komentar Mimnermos (c. 630 SM):
. . .tidak ada manusia yang kepadanya Zeus tidak memberikan banyak penyakit.

Mimnermos, dari 2.15f. West

Ini dengan jelas dapat dipahami bahwa pengaruh Zeus terhadap kejadian-kejadian adalah dapat menembus dan menyeluruh, yang digarisbawahi satu generasi kemudian oleh Alcaeus dalam sebuah potongan papirus (fr. 39 Lobel-Page), di mana dia nampak mengatakan bahwa tidak mungkin bagi manusia yang fana untuk menghindari apa yang telah ditentukan dan adalah seorang pria bijak yang mengatakan bahwa berlawanan dengan nasib yang ditetapkan oleh Zeus [moira dari Zeus] bahkan tidak sehelai rambut pun dapat dipindahkan. Sebuah kata khusus untuk Zeus adalah telosakhir, target, penyelesaian, penggenapan. Ini telah ditanamkan di dalam Homer, Iliad 1.5, di mana rencana Zeus telah diselesaikan (eteleieto). Solon (c. 600 SM) mengkomplain bahwa para pria tidak berpikir panjang mengenai tindakan-tindakan kekerasan tetapi Zeus mengawasi telos dari segala hal (fr. 13.17 West). Dan Semonides dari Amorgos/yang kedua, baik dalam waktu maupun reputasi, dari tiga irama penyair utama pada masa awal kesusasteraan Yunani, yakni Archilochus, Semonides, dan Hipponax (c. 650 SM), yang dengan jarang merupakan seorang penulis yang gembira, menekankan pesan:
Anak laki-laki, adalah Zeus guntur nan jauh yang memegang telos

dari semua hal-hal yang eksis dan membuangnya jika dia inginkan.

Para pria tidak memiliki pemikiran, tetapi hari demi hari

mereka hidup seperti hidup yang dilakukan ternak, tidak mengetahui apapun

tentang bagaimana dewa akan membawa tiap hal ke dalam penggenapannya [ekteleutesei].

Semonides dari Amorgos, dari 1.15 West

Zeus dari baris 1 telah menjadi dewa yang agak samar-samar dalam baris 5. Adalah penting mengingat ketika Anda membaca kesusasteraan Yunani bahwa Zeus tidak selalu dinamai: dia dewa keutamaan.

Para dewa sangat sadar adanya jurang pemisah antara kita dan mereka, dan, melihat kepada mereka yang fana, dengan merasa meremehkan bercampur dengan sedikit kasihan (Lloyd-Jones 1971: 3). Ini mencapai pernyataan klasik dalam klimaks menakjubkan atas peperangan terhadap tubuh Patroclus, ketika Homer meletakkan di tengah panggung pasangan kuda di mana Achilles mewarisi dari ayahnya Peleus dan meminjamkan kepada Patroclus yang sekarang meninggal. Mereka adalah tidak kekal dan, kehilangan di medan peperangan, menyajikan ekspose terhadap jurang pemisah yang memisahkan kita:
Seiring sepasang dari mereka diratapi, putera dari Kronos [Zeus] melihat mereka dan merasa kasihan

dan, menggerakkan kepalanya, berbicara kepada hatinya:

Ciptaan yang malang! Mengapa kita memberi kamu dua kepada tuan Peleus,

seorang yang tidak kekal, ketika kamu tidak bisa tua dan kekal?

Apakah itu kamu bisa jadi, di tengah para pria di dalam kemelaratan mereka, menderita duka cita?

Tidak ada di manapun yang lebih meratap daripada pria

dari semua hal-hal yang bernapas dan merayap di atas bumi. . .

Homer, Iliad 17.4417

Tetapi para dewa, dan yang terpenting Zeus, adalah jauh dari kepedulian manusia, betapapun serius perhatian tersebut tampaknya kepada kita. Ketika Achilles dan Agamemnon jatuh ke dalam konsekuensi yang mendatangkan malapetaka, argumen Zeus dan Hera, yang dimaksudkan untuk dibaca dan menerangi hal itu atas Achilles dan Agamemnon, menguap ke dalam kegembiraan, dengan hampir tidak bertanggungjawab, lalu tertawa. Gelak tawa para dewa menandai perbedaan mereka. Inilah bagaimana

Homer dapat menghadirkan Zeus, dengan paradoks yang telah diperhitungkan, sebagai reaksi terhadap peperangan di antara para dewa sendiri dengan seperti ini:
Dia tertawa-tawa di dalam hatinya

dari kegembiraan untuk menyaksikan para dewa datang bersama-sama dalam perselisihan.

Iliad 21.389f.

Rupanya komentar yang demikian mengejutkan merujuk pada pengertian keagamaan yang sangat berbeda:
Kita sendiri terbiasa berpikir tentang hal keilahian sebagaimana terobsesi dengan pria dan kebutuhannya serta sedikit memerhatikan dengan

keberadaannya yang melampaui kemanusiaan. Namun di sini mata spiritual menuntut dunia yang lebih tinggi di mana tidak lagi dipersulit untuk

kepentingan manusia; dan ia berdiri dengan memesonakan di hadapan visi dari kesempurnaannya. Hanya dalam perenungan yang jauh kita masih mampu

menangkap visi ini, namun ia bahkan tetap sangat kuat. Betapapun dengan antusiasme seorang warga Olympia mungkin mengkhawatirkan dirinya sendiri

untuk manusia dan kebutuhan mereka, putera dari keabadian selalu kembali kepada keagungan dari semarak surgawinya. Di sana, dalam ketinggian yang

sangat ringan, tidak ada sakit atau kecemasan, tidak ada pula usia atau kematian. Dalam keriangan kuat dari kemudaan, kecantikan dan kebesaran yang

tidak bisa dirusakkan mereka melangkah melalui ruang-ruang yang bersinar untuk mereka selama-selamanya. Di sana mereka berjumpa dengan para

kawan sebaya, saudara dan saudari, para sahabat serta orang-orang yang dicintai, dan seorang dewa saling membawa sukacita kepada lainnya, untuk

kemegahan dari peristirahatan sempurna atas tiap sosok. Tentu saja, yang partisan untuk para pria dan manusia terkadang memicu pada sebuah

percekcokan yang penuh semangat, tetapi perselisihan tidak pernah berlangsung lama, dan tidak ada hari yang berakhir tanpa membawa bersama para

dewa dalam kesenangan pesta bagi kenikmatan bersama dari keberadaan keilahian mereka.

Otto 1954: 129

Adalah manfaat terbesar dari Otto untuk mencoba melihat ke dalam gagasan asing dari agama. Pada waktu yang sama, kita memergoki Homer pada permulaan penerangan puitis yang menyentuh dalam menggambarkan para dewa secara umum dan Zeus secara khusus. Zeus digoda oleh Hera dalam Buku 14 Iliad, ditundukkan oleh Tidur (Hypnos)

dan nafsu (Aphrodite). Keseluruhan adegan begitu menantang dan memesonakan, serta dengan mendalam menjadi ofensif bagi para filosof yang berpikiran serius. Seiring bunga-bunga bersemi di bawah mereka di Gunung Ida (bunga teratai berembun dan kunyit serta sejenis bunga bakung, sesak dan lembut, 14.348f.), kita para mahasiswa kepurbakalaan klasik dapat belajar melihat bahwa adegan itu bermula dalam sebuah ritual hierogamy (pernikahan kudus, merujuk pada pernikahan antara seorang dewa dan dewi), sebagaimana kita saksikan di atas (halaman 31). Ini menjelaskan dari mana Homer memeroleh peralatannya, tetapi ia tidak menjelaskan lisensi kegembiraan yang digunakannya atau benturan haluan kebudayaan yang telah dia dirikan di antara para penyair dan para filosof. PEMIKIR PRA-SOCRATES
. . . berbicara dengan cara yang demikian serius dia mengalihkan legenda-legenda ke dalam apa yang dia katakan merupakan diskursus mistik mengenai

para dewa.

Eusebius, Praeparatio evangelica 3.pref., membicarakan tentang Plutarch (fr. 157 Sandbach)

Sebelum beralih ke panggung, kita melihat bagaimana para pemikir telah membicarakan pertanyaan Zeus di hadapan tulisan para pengarang drama. Para filosof pertama, yang disebut sebagai filosof pra-Socrates, dalam upaya mereka untuk memikirkan mengenai sifat dasar alam semesta dan cara ia berfungsi, maju kepada mitologi sebagaimana kita saksikan dalam Homer dan, yang terpenting, Hesiod dengan mengkonstruksi dunia yang lebih abstrak, di mana para dewa di dalam legenda dan kultus menemukan adalah lebih sulit untuk memasukinya. Secara bersamaan, pencarian untuk penjelasan yang lebih ilmiah menggerakkan mereka menuju prinsip-prinsip pertama yang lebih sedikit, dan dalam teologi menuju apa yang terlihat bagi kita lebih seperti monoteisme daripada

politeisme dari budaya-budaya di mana para pemikir ini berdiam. Ketika cara berpikir mereka telah dicerna, dampaknya karena itu menambah bobot pada tendensi di dalam agama Yunani yang menuju ke arah kathenotheism, memikirkan atau menyembah satu dewa sebagai yang spesial pada suatu waktu sementara tidak menolak keberadaan dari para dewa lainnya. Masa dan kembali dewa khusus itu adalah Zeus. Walaupun dia kemungkinan kehilangan landasan sebagai sebuah hal mitologi, sifat dasar khususnya, mentransenden/lebih penting dari para dewa lain dan merencanakan arah dari segalanya, telah menghargakan Zeus. Bahkan ketika dia tidak disebutkan, Anda terkadang dapat merasakannya mengendalikan bentuk dari spekulasi para filosof atas keutamaan keilahian. Menuju akhir abad ke-6 SM, Theagenes dari Rhegium ( , kritik kesusasteraan Yunani dari abad ke-6 SM) memperkenalkan jalan filosofi untuk menyimpan mitologi bersifat puitis yang tidak dapat diterima: peperangan para dewa dalam Iliad karya Homer (Buku 20) merupakan sebuah alegori/kiasan untuk konflik di antara elemen-elemen yang menyusun alam semesta. Dan jika Heraclitus (c. 500 SM) mengemukakan bahwa alam semesta pada hakikatnya merupakan sebuah api yang kekal (fr. B30 DK), maka menjadi sulit untuk membayangkan aither,69 alam khusus untuk Zeus. Jadi, pernyataan Heraclitus bahwa Halilintar mengemudikan segalanya (fr. 64) harus mengungkapkan kepada kita mengenai kekuatan dari api yang bersifat surgawi, dan dengan efektif memberi kiasan pada mitologi Zeus. Ini bertengger dengan rapi bersama pandangan bahwa Satu Kebijaksanaan, hanya satu-satunya, adalah yang ingin dan tidak ingin diucapkan oleh nama Zeus (fr. 32). Karenanya kesatuan dari Zeus, beserta peran khususnya yang membedakan dari para dewa lain, memungkinkan para pemikir mulai

dari zaman pra-Socrates hingga yang terakhir penganut Neo-Platoisme untuk mengasosiasikan Zeus dengan prinsip tatanan alam semesta mereka yang tunggal, dan yang paling atas. Pada abad ke-5 SM, ahli matematika pitagoras Philolaos meletakkan ini ke dalam sebuah cara geometri: Zeus bertanggungjawab untuk sudut dari dodecahedron (polihedron dengan 12 bidang) yang memberi kesatuan kepada figur dengan 12 sisi ini, yang harus merefleksikan 12 Olympia (fr. A14 DK). Empedokles, juga pada pertengahan abad ke-5, mengaitkan Zeus dan Hera dengan dua dari empat elemen; kemungkinan Hera adalah bumi daripada udara, yang menjadi lazim di kemudian hari, tetapi tidak diragukan lagi kalau Zeus adalah api (fr. B6 DK). Sekarang bahwa Zeus telah dimerdekakan dari bentuk manusianya dan telah menjadi bagian paling penting di alam semesta, adalah memungkinkan bagi sebuah bahasa mistik baru untuk muncul. Sejak tahun 500 SM para penyair sudah mulai mengarang teks berdasarkan nama dongengan penyair profesional Thracian Orpheus. Salah satu syair awal Orphic adalah sebuah himne kepada Zeus yang mencerminkan peran kosmis barunya:
Zeus adalah yang pertama, Zeus yang mengilaukan kilat adalah yang terakhir,

Zeus adalah kepala, Zeus pertengahan, oleh Zeus semua hal terselesaikan.

Zeus adalah pria, Zeus adalah bidadari yang abadi,

Zeus merupakan dasar dari bumi dan surga yang berbintang-bintang. . .

Orphica dari 21a Kern70

Dua baris pertama dikenal oleh Plato dan didiskusikan dalam sebuah potongan papirus dari Derveni di Yunani yang bertanggal pada akhir abad ke-4 SM. Ini merupakan penulisan berani, dan baris ketiga yang aneh pastilah merujuk kepada kekuasaan Zeus

untuk menciptakarenanya dia digambarkan sebagai pria maupun wanita. Dalam sebuah cara dia telah mendemonstrasikan ini melalui melahirkan pada dirinya sendiri untuk Athena. Jenis syair ini sekarang mencoba melepaskan diri dari batasan mitologi tradisional. Ia juga memulai sebuah gaya bahasa, pengulangan repetitif permohonan kepada kekuatan dari nama Zeus, yang akhirnya diringkas dalam sebuah kata bersuku satu. PANGGUNG TRAGIS Para sastrawan lakon tragedi dapat berpikir dalam suatu cara yang mereka pilih mengenai Zeus dan pada sembarang cara yang cocok dengan karakter yang mereka miliki dari mulut ke mulut. Namun satu fakta dengan segera menghantam: Zeus tidak pernah muncul pada panggung tragis, sebagaimana dalam Homer dia tidak pernah muncul di bumi. Karena itu segala percakapan Zeus dalam istilah antropomorpis (menyerupai manusia) pada faktanya dalam sebagian cara merupakan metafora. Dan yang ekstrim dapat dicapai:
Zeus adalah aither, Zeus tanah, Zeus kayangan,

Zeus adalah segalanya dan apapun lebih tinggi daripada ini.

Aeschylus, Heliads dari 70 Radt

Kita tidak dapat mengetahui bagaimana baris-baris ini diucapkan. Heliads, Para Puteri Matahari, tetapi diyakini mengenai dukacita para saudari Phaethon pada kematian dia menyusul upayanya untuk mengendalikan kereta pertempuran Matahari yang ditakdirkan buruk. Namun mereka seperti pernyataan panteisme (bahwa dewa merupakan segalanya dan segalanya adalah dewa), sesuatu yang telah menjadi dimungkinkan sesudah para filosof pra-Socrates.

Kita mengetahui lebih banyak mengenai karakter-karakter tersebut dalam Agamemnon karya Aeschylus (sastrawan kisah sedih Yunani; bapa dari drama tragis Yunani, 525-456 SM) yang memperbincangkan tentang Zeus. Suara serentak dari para pria tua, dalam bagian pembuka dari drama (parodos), mengetahui bahwa kekuatan dari Menelaus dan Agamemnon berasal dari Zeus (43) dan bahwa Zeus mengirim mereka untuk menghukum Paris. Tetapi eksekusi dari keinginan pengadilan ini, menjadi suram baik untuk rakyat Yunani maupun bagi para Trojan (6067), sebagaimana ia merupakan tipikal dari keadilan Zeus. Kemudian, seiring Paduan Suara menyanyikan bagaimana Agamemnon harus mengorbankan puterinya sendiri, sehingga armada itu dapat berlayar melawan Troy, mereka mencapai batas pemahaman atas Zeus dalam baris-baris dengan penerjemahan agak menantang:
Zeus siapapun dia, jika dia senang dipanggil dengan ini,

inilah apa yang saya sapa dia.

Saya tidak dapat menghampirkan kepadanya, walaupun saya menakar segalanya,

kecuali [dengan menyebutnya] Zeus, ia adalah beban pemikiran yang membuat frustrasi

ia sungguh-sungguh dituang ke samping.

Agamemnon 16066

Para pria tua berpikir bagaimana legenda mengungkapkan bahwa Zeus mencapai kekuasaan melalui suksesi dengan kekerasan dan sampai pada gagasan bahwa, sementara bukan merupakan pesan dari drama, adalah jenis pernyataan semi peribahasa yang penuh pertentangan di mana para pria tua bisa jadi berpikir mendalam:
(Zeus) yang menuntun mereka yang tidak kekal untuk memikirkan perasaan,

Yang membuat pathei mathos ('melalui penderitaan datang pengetahuan) menjadi sebuah aturan.

Agamemnon 1768

Mathos adalah pembelajaran; pathos adalah pengalaman/penderitaan. Pathei mathos adalah belajar dari apa yang terjadi pada Anda. Apa yang benar-benar dipergumulkan para pria tua itu adalah kesulitan untuk memahami pikiran Zeus, misalnya melihat keadilan dalam perkara yang diselesaikannya. Tetapi mereka mengetahui ada keadilan untuk dicari. Adalah Zeus Xenios (dari persahabatan tamu) yang sejatinya menggerakkan rakyat Yunani untuk melawan para Trojan di Agamemnon (362), dan akibatnya para Trojan memiliki tamparan Zeus untuk diungkapkan (367). Dengan jelas mereka telah dihantam dengan kuat, bukan oleh halilintar yang indah seperti dalam lukisan, tetapi oleh agen manusia yang beroperasi untuk menegakkan prinsip-prinsip, seakan-akan dengan kejam. Dalam kasus ini adalah prinsip persahabatan tamu yang mengikat berbagai komunitas manusia yang berbeda bersama-sama dan tidak dengan mudah dipisahkan. Melalui cara yang sama, hantu dari raja Darius menyadari, dalam Persians karya Aeschylus, bahwa pada serangan mereka terhadap Yunani melalui kekerasan yang tanpa kendali [hybris] mereka menciptakan sebuah kumpulan kehancuran [ate] yang darinya memungut tuaian yang sungguh disayangkan dan Zeus datang sebagai penghukum atas pembuahan yang terlalu sombong (Persians 821f., 827f.). Pandangan mengenai Zeus dalam Prometheus Bound (apakah sandiwara oleh Aeschylus atau oleh tangan lain) mengadopsi nada Hesiodic (Hesiod, penyair Yunani yang karyanya melukiskan kehidupan dewa dan genealogi para dewa serta permulaan dunia, abad ke-8 SM) yang berbeda. Pada sandiwara yang sangat baik ini, pembukaan dalam kesepian yang tidak berpenghuni dari Scythia (area kuno Eurasia), tiga dewa berbaris ke

panggungHephaistos (dewa api dan penempa yang lemah dalam mitologi kuno Yunani), Kekuatan dan Kekerasan. Dua yang terakhir merupakan agen dari--seperti selalu demikian--Zeus yang tidak terlihat, menjelmakan aspek-aspek kekuatan Zeus yang sudah ada di dalam Hesiod (Theogony 3858):
juga mulai hari itu dia membawa Kratos [Kekuatan] dan Bia [Kekerasan],

anak-anak yang sangat bagus. Ini tidak memiliki kediaman menyendiri dari Zeus, tidak juga sembarang tempat tinggal atau jalan kecil kecuali bahwa

dalam mana Dewa menuntun mereka,

tetapi mereka selalu berdiam dengan Zeus guruh yang keras.

Keadilan Zeus yang problematik dipampangkan dalam Prometheus Bound tetapi dia juga berada di belakang pembebasan Prometheus dalam Prometheus Unbound yang hilang, bisa jadi di sepanjang baris-baris yang dulu disketsa oleh Hesiod (Theogony 52931) di mana Herakles menembak burung yang menggerogoti liver Prometheus 71
bukan tanpa keinginan Zeus Olympia yang bertakhta di ketinggian, bahwa

kemuliaan Herakles kelahiran Thebes bisa jadi masih belum lebih besar daripada

yang sebelumnya atas bumi yang berlimpah

Apa yang menonjol dalam catatan Zeus diberikan oleh karakter-karakter yang menurut mikroskop sandiwara kisah sedih merupakan pemahaman dari jaraknya yang jauh dan kesulitan memahami tatanan dunianya:
Zeus benar-benar seharusnya, jika dia (sebenarnya) berada di kayangan,

tidak membuat orang yang sama (dengan terus-menerus) mengalami ketidakberuntungan.

Euripides, fr. 900 Kannicht

Kamu menyaksikannya yang tinggi di sini aither tanpa batas

dan bumi merangkul lengan-lengannya yang basah

pertimbangkan Zeus ini, anggap dewa ini.

Euripides, fr. 941 Kannicht

ZEUS DALAM PLATO DAN ARISTOTELES Plato bahkan secara mendalam memedulikan jiwa dan dengan sebuah dunia yang melampaui dunia fisik dari penampilan dan kesenangan yang sia-sia. Betapapun, visinya, tergambar pada hasil karya yang dilakukan oleh para filosof di era pra-Socrates, tidak mengambil penyebutan nama-nama dewa tertentu dengan serius, kecuali guna mengoreksi gagasan-gagasan yang tidak tepat dari para penyair mengenai perilaku dari keilahian. Dia terkadang mengemukakan bahwa para dewa perlu dipahami sebagai caracara membicarakan mengenai hal-hal yang jauh lebih mendalam. Salah satu contoh teristimewa, yang mempunyai unsur kekekalan Kristen di dalamnya akan kita lihat pada bagian berikutnya, adalah diskusi makna dari nama-nama Zeus dan Kronos dalam Cratylus-nya (, Kratylos, filosof Athena dari akhir abad ke-5 SM). Di sini terlihat etimologi yang bersifat bermain-main, atau eksperimental, digunakan untuk mengemukakan pandangan filosofis dari sifat alami keilahian:
Sebagian orang menyebutnya Zena, lainnya Dia [ini merupakan bentuk penderita dari kata Zeus] dan jika kita meletakkan mereka bersama-sama kita

mengungkapkan sifat dasar dari dewa. . .di mana tidak seorang pun yang lebih bertanggungjawab untuk kita dan setiap orang lain hidup [zen] daripada

pemimpin dan raja dari keseluruhannya. Jadi ia terbukti bahwa dewa ini dinamakan dengan tepat, melalui [dia] yang memungkinkan seluruh ciptaan untuk

hidup [zen].

Plato, Cratylus 396ab

Plato, dalam ketidakbahagiaannya dengan mitologi dalam Republic, mengambil pengecualian tertentu terhadap legenda Zeus, kelihatannya karena ini merupakan yang terdekat di mana seseorang dapat datang dalam mitologi tradisional kepada jenis

fundamental kekuatan ilahi di mana Plato sebenarnya berkomitmen. Karena dewa adalah baik (379b), Zeus tidak dapatsebagaimana dipikirkan Achillesmengelola kejahatan dari guci-guci di kayangan (379d; Iliad 24.527). Tidak juga dewa mengubah penampilannya, dan akibatnya para dewa tidak bepergian dalam penyamaran di dunia (381d; Odyssey 17.485). Sebagaimana untuk yang terkenal dengan nama buruknya, Ouranos, Kronos dan mitologi Zeus, Plato berpikir ia tidak dapat dikisahkan bahkan jika ia memiliki sebagian keberartian yang tinggi (377e378a), dan hal yang sama berlaku untuk hikayat peperangan para dewa yang saling memerangi serta cerita Zeus melemparkan Hephaistos keluar dari surga (378be; Iliad 20, 1.59094). Di antara legenda-legenda yang dikritik di lain tempat, adalah menarik bahwa pada risalat yang belakangan dan agak konvensional, Laws (636cd), legenda dari Zeus dan Ganymede dikatakan dibuat oleh rakyat Kreta untuk membenarkan kesesatan mereka. Ini baik untuk mengantisipasi kritik di kemudian hari atas legenda tersebut, terutama oleh para penganut Kristen, maupun mencomot jenis ritual yang kita temukan di Kreta (halaman 50). Di dalam Timaeus, di mana Plato membicarakan mengenai konstruksi alam semesta, dia menempatkan para dewa tradisional sebuah tempat yang sangat kecil di dalamnya. Demiurge (dewa produksi) telah menyelesaikan pekerjaannya dan kemudian Plato meneruskannya kepada para dewa lain. Satu-satunya penyebutan tentang Zeus adalah: Sejak Kronos dan Rhea meneruskan Zeus dan Hera serta semua yang kita ketahui dikatakan merupakan saudara-saudari mereka, maka lainnya juga merupakan keturunan mereka (41a). Namun, bahasa yang digunakan Plato pada Demiurge adalah bahasa yang kemudian dalam tradisi platonis (cinta yang bersifat persaudaraan) diterapkan kepada Zeus (Schwabl 1978: 1338). Kita dapat menambahkan bahwa ini tidaklah mengejutkan,

dengan menyadari bahwa Plato benar-benar mencoba membayangkan kembali bagaimana seorang Zeus seharusnya. Jika Zeus merupakan bapa dari para pria dan para dewa, Demiurge merupakan pembuat dan bapa dari keseluruhan ini (28c), tetapi bersesuaian dengan doktrin Republic dia bertanggungjawab hanya bagi yang baik (30a), dan karenanya pertanyaan untuk Plato telah dengan jelas menjadi apakah istilah Zeus tetap berharga atau ia semata-mata terlalu tidak akurat. Dia tampaknya harus menilai kemudian pada kesempatan ini. Adalah konsisten dengan pandangan ini bahwa Zeus dari Plato umumnya berada dalam legenda atau daftar konvensional. Pria yang secara konvensional alim, Euthyphro, meyakini Zeus adalah yang terbaik dan paling adil serta kemudian melanjutkan untuk mengatakan bagaimana Kronos patut untuk diikat dan Ouranos patut mendapatkan pengebirian (Euthyphro 5e6a)! Perundang-undangan yang digambarkan Plato dalam Laws akan membuat Zeus Horios-nya untuk melindungi batu-batuan pembatas, Zeus Homophylos-nya (dari rumpun bersama) untuk melindungi kepaduan sosial, Zeus Xenios-nya untuk melindungi orang-orang asing (semua 843a). Ia juga akan memiliki sebuah kuil Zeus dan Hera di mana hukum perpajakan pada mereka yang membiarkan mahar berlebihan dapat diberlakukan (774d). Plato bisa sama revolusionernya dengan pemikiran dia, tetapi dalam kenyataannya tidak ada dunia nyata yang dapat dibayangkan tanpa perlengkapan para dewa secara umum dan Zeus pada khususnya. Dan Aristoteles berada pada banyak persamaan pandangan ketika dia mengakui bahwa seluruh perangkat para dewa yang antropomorpis (menyerupai manusia) adalah untuk konsumsi populer, untuk memelihara hukum dan bagi kebaikan umum (Metaphysics 1074b1), atau bahwa martabat raja itu diproyeksikan kepada mereka sejak saat ini dan pengalaman sejarah dari

martabat raja di antara para pria serta jika manusia membuat para dewa menyerupai mereka dalam penampilan, mereka melakukan yang sama dengan gaya hidupnya (Politics 1252b237). BEBERAPA PENYAIR HELLENISTIK Zeus tetap menjadi sebuah kekuatan hidup dalam kesusasteraan Yunani lama sesudah Zaman Klasik pada abad ke-4 dan abad ke-5 sebelum masehi. Seiring penaklukan Alexander Agung mengubah dunia, dan penggantinya sebagai raja di Mesir, Ptolemy I Soter, mendirikan sebuah perpustakaan besar di Alexandria New York dari dunia kuno untuk mengumpulkan buku-buku yang membentuk budaya Yunani, para penyair yang berusaha mendefinisikan dan melanjutkan budaya tersebut menemukan tempat mereka sendiri untuk Zeus. Itulah apa yang akan saya lihat secara singkat pada bagian ini. Kita mengetahui kisah Argonauts dari Apollonius Rhodius (juga dikenal sebagai Apollonius dari Rhodes, pustakawan di Perpustakaan Alexandria). Argonautica-nya (puisi kisah kepahlawanan Yunani yang ditulis oleh Apollonius Rhodius pada abad ke-3 SM) lebih yakin dari Homer bahwa Zeus merencanakanmemang pahlawan Jason (kisah mitologi dalam Argonautica) lebih yakin bahwa Zeus turut-campur ke dalam detail untuk memastikan keadilan (2.1179f.), dan narator itu sendiri menduga bahwa Zeus melakukan tindakan-tindakan menyusul pembunuhan kriminal atas saudaranya Apsyrtus oleh Medea (4.557f.). Bahkan Apollonius tampaknya telah menemukan (Gantz 1993: i.351) sebuah alasan tertentu untuk penderitaan nabi Phineus:
. . . namun dia tidak memerhatikan bahkan kepada Zeus itu sendiri

mengungkapkan dengan tepat pemikiran suci kepada para pria.

Apollonius of Rhodes, Argonautica 2.180f.

Pemikiran Zeus tidak terlalu sulit untuk dipahami oleh mereka yang fanaia juga rahasia (sebagaimana Phineus sendiri sekarang menyadarinya, 2.3116). Pengetahuan tentang dewa telah menjadi hal yang berbahaya, sebagaimana ia berada dalam misteri agamaagama yang sekarang meluas dan ditemukan dalam kerahasiaan yang diamati oleh prakarsa-prakarsa mereka, dan sebagaimana dalam agama-agama Gnostik pada abad pertama sesudah masehi, di mana Kejatuhan manusia disebabkan oleh upaya fatal untuk mengetahui Tuhan secara prematur. Penyair Aratus membuka puisinya pada konstelasi-konstelasi, Phaenomena (ejaan alternatif dari phenomenon/fenomena), dengan sebuah himne yang gagah berani kepada Zeus (15), memainkan tema-tema panteistik yang kita saksikan berkembang lebih awal:
Dari Zeus marilah kita mulai! Dia kita para pria tidak pernah pergi tanpa terkatakan.

Seluruh jalan-jalan penuh dengan Zeus,

semua pasar jual-beli dari para pria, penuh lautan

dan pelabuhan-pelabuhan. Dalam tiap hal kita semua tergantung pada Zeus.

Karena kita adalah rasnya juga. . .

Tetapi tugas dari Aratus adalah untuk menunjukkan bagaimana bintang-bintang dapat menuntun aktivitas manusia kepada tingkatan bahwa ia themis (dapat diperkenankan secara keagamaan, 18). Pikiran Zeus merupakan Misteri besar, tidak mudah untuk diungkapkan. Koleksi milik Callimachus dari Hymns yang bersifat puitis juga dibuka dengan sebuah himne kepada Zeus. Di sini kita mempunyai sebuah karya yang secara karakteristik dari zamannya dan lingkungannya mengumpulkan tradisi-tradisi lokal, terutama pada kelahiran Zeus: dia dilahirkan di wilayah Parrhasia dari Arcadia, dia memutuskan, tidak

di Kreta.72 Callimachus mengabadikan budaya beserta mainan-mainan dengannya. Namun klimaks muncul ketika kita beralih kepada hubungan Zeus terhadap kebangsawanan:
Dari Zeus muncul raja-raja, sejak itu tidak ada yang lebih ilahi dibandingkan

para tuan dari Zeus; jadi kamu [Zeus] memilih mereka sebagai kekhususanmu.

Kamu memberi mereka kota-kota untuk dilindungi sementara dirimu sendiri duduk

pada acropolis-acropolis, menyaksikan atas mereka yang memerintah

masyarakat dengan penghakiman yang bengkok dan mereka yang melakukan yang berlawanan.

[. . .]

. . . dan adalah pas untuk menghakimi

oleh penguasa kita, yang mana dia telah pergi jauh ke atas (lainnya):

di waktu malam dia menggenapi apa yang telah direncanakannya pada pagi hari. . .

Callimachus, Hymn to Zeus 7882, 846

Penguasa kita adalah Ptolemy II (tahun 285247 SM) dan ini merupakan dunia baru dari monarki dan Zeus (halaman 78). ORANG SABAR DAN LAINNYA: ALEGORI DAN EUHEMERISME Jika Plato dan Aristoteles telah berayun keluar dari agama tradisional, adalah tugas dari para filosof yang belakangan untuk menemukan cara mengakomodasi fitur pusat dari kehidupan budaya Yunani. Pengganti Plato, Xenokrates (kepala dari Academy mulai tahun 339 hingga 314 SM) melakukan ini. Baginya (fr. 15 Heinze) dasar pertama dalam alam semesta adalah monad (sebuah atom dengan valensi satu), yakni sumber utama tunggal atas berbagai hal; ia dapat dipandang sebagai laki-laki, sebagai ganjil (sebagai berlawanan dengan genap), sebagai ilahi; dan ia dapat disebut Zeus (dalam bentuk Zena).

Ini kemudian dikombinasikan dengan dyad, dasar dari pluralitas, yang dapat dipandang sebagai berhubungan dengan kewanitaan, sebagai ibu dari para dewa dan sebagai dunia jiwa. Adalah langkah pendek dari ini, kemudian, kepada para Stoik (orang yang pandai menahan hawa nafsunya). Pendiri dari Stoikisme adalah Zeno dari Kition, di mana nama dia sendiri diturunkan dari Zeus. Dasar yang utama bagi dia adalah nafas berapi-api yang menjiwai segalanya, termasuk diri kita sendiri, sesuatu di mana seseorang tidak perlu membangun kuil-kuil untuknya di dalam kita (fr. 146).73 Udara yang berapi-api ini adalah aether dan itulah apa Zeus yang sebenar-benarnya. Ia juga merupakan logos, pemikiran atau kata/firman (sebagaimana dalam Kitab Injil Yohanes), yang meliputi alam semesta, jiwa, sifat alami, nasib, dewa, pikiran Zeus, dan kebutuhan alam semestadengan dapat dipertukarkan (frs 158, 160). Inilah Sifat Dasar yang menurutnya kita harus hidup. Para dewa lain menjadi elemen-elemen berbeda: Hera udara, Poseidon laut, Hephaistos api, dan dewa lain pada aspek berbeda dari fisik alam semesta (fr. 169); Aphrodite merupakan kekuatan pengikat dari masing-masing bagian dan Dioskouroi alasan yang tepat dan penempatan yang bernilai (frs 168, 170). Penerusnya, Cleanthes, membawa ini kepada sebuah ekstrim, dengan Hymn to Zeus-nya yang luar biasa, sebagian darinya saya tampilkan di bawah ini:
Yang termulia dari mereka yang kekal, dari banyak nama, semuanya berkuasa selamanya,

Zeus, pemula dari Alam, mengelola segalanya dengan hukum,

Sambutlah!: adalah benar [themis] bagi semua yang fana untuk menyebutmu,

yang darinya kamu membuat mereka memeroleh sebuah peniruan atas penggemaan,

mereka sendiri dari seluruh hal-hal fana yang hidup dan merangkak di atas bumi.

Karenanya akankah saya menyanyikan pujian bagimu dan selamanya melantunkan kekuatanmu.

Kamu seluruhnya dunia ini, berputar-putar di sekitar bumi,

mematuhi, ke manapun kamu menuntunnya dan berkeinginan diperintah oleh kamu.

Sedemikian seorang pembantu kamu miliki di dalam tanganmu yang tak terkalahkan,

membelah menjadi dua cabang, berapi-api, halilintar yang pernah menyambar.

Melalui pukulannya seluruh perbuatan Alam terselesaikan

dan bersamanya kamu mengendalikan pemikiran bersama yang beredar

melalui segala hal, berbaur dengan cahaya besar maupun kecil,

dan dengannya kamu menjadi raja tertinggi untuk seluruhnya.

Tidak juga sembarang perbuatan terjadi di bumi tanpa kamu, roh [daimon],

tidak satupun melewati keilahian kubah dari ether maupun samudera,

kecuali segala hal di mana orang-orang buruk mengerjakan melalui kedunguannya.

Cleanthes, Hymn to Zeus 113 (SVF i.537, HP 54I)

Sebagaimana dengan Zeus menurut Homer, terdapat perbedaan kategori di antara dia dan para dewa lain. Yang lainnya semuanya dapat dirusak dan dalam peristirahatan terakhir hanya aspek-aspek dari Zeus sendiri,74 sebagaimana apakah kita, karena kita dari rasnya, sebagaimana baik Cleanthes maupun Aratus mengingatkan kita. Apakah Aratus meminjam dari Stoik, atau Cleanthes dari penyair? Apapun ia, terdapat perasaan antusiasme baru bagi Zeus yang dipompakan oleh sebuah filosofi yang menjangkau jauh alam semesta. Pada akhirnya, Stoik L. Annaeus Cornutus, segenerasi dengan Nero, menunjukkan kita bagaimana Cratylus dari Plato telah dimasukkan ke dalam cara berpikir ini:

Sebagaimana kamu dikelola oleh jiwamu, begitu juga alam semesta memiliki jiwa yang memegangnya bersama-sama dan ia disebut Zeus. Ia hidup,

dengan keunggulan dan untuk selamanya, dan bertanggungjawab atas kehidupan [zen] dari hal-hal yang hidup. Untuk alasan ini Zeus dikatakan menjadi

raja atas alam semesta, sebagaimana jiwa di dalam kita dan alam kita bisa jadi merupakan raja atas kita. Kita menyebutnya Zeus [ Dia] karena melaluinya

[dia] segalanya muncul ke dalam keberadaan dan terpelihara.

Cornutus, Compendium of Greek Theology 2

Dengan alegori yang mendalam ini, kisah dari batu di mana Kronos diberi sebagai ganti Zeus memikul keberartian baru: adalah bumi sendiri yang terbentuk sebagai dasar dari bayi alam semesta (ibid. 6). Namun, Cornutus menemukan adalah perlu untuk mencatat kesepakatan besar dari kultus Zeus yang diketahui, yang masih sangat hidup. Kita diberitahu mengapa dia disebut bapa dari para dewa dan para pria, pengumpul awan, guruh yang mendalam, mengapa dia memegang aegis (karena badai yang memburu):
dan mereka menyebutnya soter [penyelamat] dan herkeios dan dari kota dan pihak ayah dan famili bersama dan xenios dan ktesios dan penasihat

dan pemegang trofi dan kebebasandia mempunyai banyak nama-nama dengan tanpa batas dari jenis ini karena dia meluas ke tiap kapabilitas dan

kondisi serta merupakan penyebab dari, dan pengawas dari, segala hal. Itulah mengapa dia juga disebut bapa dari Keadilan [Dike] .. . dan dari

Keanggunan...serta dari Musim [Horai].

Cornutus, Compendium of Greek Theology 9

Tongkat kerajaan di tangannya bukanlah sekadar simbol dari kekuasaan kebangsawanan tetapi juga atas stabilitas dan dukungan; halilintar pada tangan kanannya tidak membutuhkan penjelasan; seringkali dia dilukiskan memegang sebuah Nike

(Kemenangan) karena dia tidak dapat dikalahkan. Rajawali adalah burungnya karena ia merupakan burung yang paling cepat. Dan juga ia berlanjut, melimpahi dalam ketaatannya walaupun terjadi pemisahan intelektual dan filosofi.

Satu generasi kemudian, sekitar tahun 101 masehi, orator besar Dio Chrysostom, hanya satu atau dua tahun setelah kembali dari pengasingan ke kota kampung halamannya Prusa di timur laut Turki, menghantarkan Borysthenitic Oration-nya dan, mencapai klimaks, dituturkan (36.3961) mengenai penciptaan alam semesta itu sendiri dalam sebuah legenda di mana dia secara imajinatif mengklaim telah diciptakan oleh Magi dari Persia, meskipun ia lebih tampak seperti Platonis dan Stoik bagi mata pihak lain. Alam semesta merupakan sebuah kereta pertempuran yang ditenagai oleh empat kuda, di mana yang tertinggi dan yang paling luar disucikan kepada Zeus sendiri. Matahari, bulan dan bintang-bintang semata-mata merupakan bagian dari kecemerlangannya yang berapi-api. Ia tentu saja ether. Berikutnya datang kuda-kuda dari Hera (udara), Poseidon (air) dan Hestia (pilihan yang tidak biasa untuk bumi). Namun kuda hanya merupakan gambaran dari jiwa pengendali kereta pertempuran atau agaknya bagian berpikir dan berkuasa dari jiwa tersebut. Nous ini, bagian jiwa yang paling intelektual dan ilahi, berada pada permulaan waktu dalam kilatan cahaya merupakan demiurge (pencipta) dari alam semesta yang sekarang eksis. Udara berapi-api yang dihasilkan dan dalam persatuan dengan Hera, dalam tindakan seksual yang paling lengkap, dia melepaskan seluruh benih dari alam semesta. Ini merupakan pernikahan Hera dan Zeus yang diberkati di mana anak-anak dari yang bijak menyanyi dalam ritus rahasia. Dan ketika demiurge menyaksikan pada tindakan penciptaannya dia tidak sekadar bersuka cita, tidak,
duduk di Olympus, hati tersayangnya tertawa-tawa

dari suka cita untuk menyaksikan para dewa

semua dari mereka sekarang terlahirkan dan hadir. Karenanya Dio membelokkan bagian dari Homer yang banyak dikritik (halaman 89 di atas) ke dalam sebuah mistik,

pembacaan dari filosof atas permulaan alam semesta. Dan walaupun dia menyatakannya dengan pengamatan tajam miliknya sendiri, ini tidaklah benar-benar orisinal, tetapi sesuatu di mana sembarang orang terdidik dari tahun 101 masehi akan mengakui dan memberikan aplaus. Hanya anak-anak atau mereka yang tidak terpelajar akan sejak sekarang mengambil Zeus secara harfiah. Momen-momen janggal lain di dalam Homer membimbing kepada solusi yang tidak kurang menginspirasi. Salah satunya adalah di mana Zeus telah menantang para dewa lain (Iliad 8.1822):
Datang, cobalah, kamu para dewa dan kamu semua dewi:

gantungkan sebuah rantai emas dari kayangan

dan pegang padanya, kamu para dewa dan kamu semua dewi

kamu tidak akan menurunkan dari kayangan ke bumi

Zeus penasihat tertinggi, bahkan tidak jika kamu bekerja sangat keras. . .

Aristoteles membawa hal yang tidak terlihat seperti perlombaan tarik tambang ini serta menggunakannya sebagai gambaran untuk sifat dasar dari gerakan (On the movement of animals 699b37). Gerakan adalah relatif terhadap sesuatu yang tetap dan tidak bergerak dan ini diterapkan pada Alam Semesta, yang bergerak di bawah pengaruh dari penggerak yang tidak bergerakdewa titik pusat yang tunggal, oleh implikasi Zeus dalam Homer yang merupakan pengikut paham Aristoteles. Apa yang dipergunakan Aristoteles adalah menggunakan ilustrasi sederhana yang dipergunakan dengan lebih tegas dalam tradisi mistik belakangan, dan pada masa Neo-Plato terakhir, seperti Proclus,75 terdapat doktrin bahwa kekuatan ilahi penggerak utama alam semesta, One, terikat atau terkoneksi ke semua bentuk menjadi di bawahnya melalui seira (rantai, kata yang dipergunakan

Homer), atau agaknya serangkaian rantai. Meskipun bentuk lebih rendah dari kehidupan bisa jadi menampilkan pelipatgandaan yang mengagumkan, apa yang membuat mereka dapat dimengerti dan bernilai adalah hubungannya kepada keilahian. Gagasan ini mempunyai keberlanjutan popularitas sekarang sebagai Rantai Emas, atau Rantai Besar Keberadaan. Sekadar diingat: Zeus adalah pada sisi akhir lainnya! Rasionalisasi merupakan pendekatan berbeda, didesain untuk mengurangi legenda kepada kejadian-kejadian aktual yang lugas, dan di mana budaya Yunani merupakan salah satunya yang rentan. Kita sendiri mengetahui bahwa legenda adalah satu hal dan sejarah merupakan hal lainnya. Namun, bagi rakyat Yunani, yang tidak mempunyai sejarah sebelum abad ke-5 SM kecuali dari mulut ke mulut, legenda menduduki ruang di mana sejarah yang lebih tua melakukannya bagi kita. Karenanya pembagian antara sejarah dan legenda bukanlah riil versus legenda, tetapi modern yang dapat dipercaya versus tua yang lebih fantastis. Mereka tidak memiliki kesulitan misalnya dalam memikirkan Herakles sebagai manusia nyata dari masa lalu. Seberapa jauh ini dapat melangkah? Ia adalah satu hal, sebagaimana dilakukan Hecataeus dalam Genealogiai-nya (1F27), guna mengatakan bahwa Herakles tidak membawa Eurystheus seekor anjing dari Hades (Cerberus) tetapi seekor ular dari Taenarum yang begitu beracun di mana ia disebut anjing Hades. Namun akankah seseorang mengklaim bahwa Zeus sebenarnya pernah menjejakkan kaki di bumi? Ini merupakan problem di masa klasik, bahwa rasionalisasi akan bersepakat dengan hal-hal yang tidak realistis dalam legenda para pahlawan, tetapi para dewa adalah para dewa dan karenanya apa yang tidak dapat diterima dalam perilaku mereka hanya dapat diselesaikan oleh alegori. Walaupun demikian, pinggiran akhir ini diseberangi oleh Euhemeros of Messene.

Euhemeros hidup pada masa bangkitnya penaklukan Alexander dan merupakan teman dari Cassander, Raja Makedonia (317298 SM). Penaklukan Alexander menutup kesenjangan di antara manusia dan para dewa serta terkadang menuntun kepada para dewa untuk berasimilasi kepadanya. Dionisus kerapkali diduga telah menaklukkan dunia dan mencapai India seperti yang telah dilakukan Alexander, tetapi Euhemeros mengambil garis baru yang tajam dalam Sacred Record-nya (Hiera Anagraphe). Dalam karya ini dia menceritakan perjalanannya ke sebuah tanah legenda, Panchaia, salah satu dari kelompok kepulauan yang dijelajahi berhari-hari melintasi Samudera di selatan Arab:
Di sini kita menyaksikan para penghuni, Panchaioi, yang memiliki kesalehan luar biasa dan menyembah para dewa dengan pengorbanan yang seluruhnya

cemerlang dan emas yang mengagumkan serta persembahan perak. Pulau yang disucikan bagi para dewa. . . dan ia berada di dalamnya pada sebuah bukit

yang tinggi, pada puncaknya, sebuah kuil dari Zeus Triphylios, ditemukan oleh Zeus sendiri pada waktu ketika dia menjadi raja dari keseluruhan dunia,

ketika dia masih berada di antara para pria. Di kuil ini ada sebuah pilar emas di mana, dalam surat-surat Panchaian, dituliskan ringkasan pencapaian dari

Ouranos dan Kronos dan Zeus . . . sebelum Zeus, menggantikan Kronos sebagai raja, menikahi Hera dan Demeter dan Themis. Dari mereka dia

mempunyai anak-anak sebagai berikut: Kouretes dari yang pertama, Persephone dari yang kedua, dan Athena dari yang ketiga.

Euhemeros FGrH 63F2 (sebagaimana dilaporkan oleh Diodoros)

Dengan karakteristik tertentu sebuah zaman di mana kultus kebangsawanan dan penguasa ditelanjangi, Euhemeros menanyakan apa perbedaan antara seorang raja dan seorang dewa jika keduanya dibedakan atas tindakan mereka sebagai Penderma (Euergetes) dan Juru Selamat (Soter) dari umat manusia karena watak Baik mereka (Eumenes). Seiring para penguasa menjadi jauh, para dewa pun datang mendekat. Fantasi ini merupakan petunjuk untuk sebuah komitmen yang melemah kepada para dewa dan pemujaan mereka. Euhemeros sendiri kemudian dicela sebagai seorang atheos, seorang yang tidak memiliki dewa, tetapi tidak cukup ateis dalam pemahaman kita.

Juga kita mengetahui dia dapat meyakini dalam sebuah keilahian yang lebih abstrak sebanyak Plato atau Epicurus. Namun, dia melalui pengambilan langkah akhir ini, membuat sejarah universal (sebuah sejarah total, mulai dari permulaannya) lebih dimungkinkan daripada yang telah ada. Karenanya sejarah universal utama pertama adalah dari Ephoros pada tahun 340-an/330-an SM. Dia telah memulai dengan kembalinya Herakleidai, setelah Perang Troya, pada landasan di mana sejarah yang dapat diverifikasi dimulai di sana. Apa yang mungkin terlihat bagi kita seperti metode yang baik tentu benar-benar sebuah kesenjangan yang menunggu untuk disumbat. Euhemeros telah menyediakan satu kelompok peralatan dan Dionysios Skytobrachion (kemungkinan abad ke-2 SM) menempatkannya dengan kuat untuk berurusan dengan Kampanye dari Dionysos dan Athena, Amazon, Argonauts dan Perang Troya. Sekarang Diodoros dari Sicily dapat melakukan lompatan besar ke depan dengan para dewa sendiri dalam sejarah universalnya, Historical Library. Untuk informasi berikutnya tentang Zeus, kita berutang kepada para penduduk Atlantis (sebuah sumber dari Skytobrachion yang tidak memberi keyakinan):
Putera dari Kronos, Zeus, mengiringi gaya hidup berlawanan kepada ayahnya dan menunjukkan dirinya sendiri masuk akal dan baik [philanthropos]

kepada tiap orang hingga pada tingkat di mana massa menyebutnya ayah [kemudian, bapa Zeus]. Catat bagaimana dia mengambilalih kerajaan dengan

bervariasiapakah pada keinginan turun takhta dengan sukarela dari ayahnya atau karena massa memilihnya yang keluar dari kebencian atas ayahnya.

Kronos meluncurkan gerakan melawan dia dengan bantuan para Titan, tetapi Zeus menang dalam pertempuran dan, saat menjadi Tuan dari seluruh tanah,

dia mengunjungi keseluruhan dunia, melakukan yang baik kepada (euergetein) ras dari manusia. . .

Diodoros, 3.61.4

Dan mereka menyebutnya Zen (sebuah bentuk variasi dari Zeus) karena dia menyebabkan manusia untuk hidup (zen) dengan baik.

Bersama dengan rasionalisasi ini berlangsung sebuah proses pembagian para dewa dan para pahlawan ke dalam beberapa dengan nama yang sama. Ini didesain untuk menghapuskan ketidakkonsistenan dari asal-usul atau kronologi dalam sejarah universal. Inilah, pada hasilnya, tiga Zeus:
Mereka yang disebut para teolog menghitung tiga Zeus. Zeus 1 dan 2 dilahirkan di Arcadia. Ayah dari Zeus 1 adalah Aether dan mereka mengatakan

Persephone dan Dionysus adalah anak-anaknya. Ayah dari Zeus 2 adalah Ouranos (Kayangan), yang dikatakan melahirkan Athena, yang mereka sebut

sebagai pemimpin, dan penemu dari, perang. Zeus 3 adalah Kreta, putera dari Kronos, dan kuburannya dipertontonkan pada pulau itu.

Cicero, On the Nature of the Gods 3.53 (tetapi dengan nama-nama dewa Yunani)

Kuburan Zeus di Kreta berhenti menimbulkan rasa penasaran, dan menjadi bukti dari euhemerisme. Dapat dilihat bahwa Euhemeros memiliki dampak yang bersifat tetap. Ini termasuk sebuah efek pada sebuah kemunculan bangsa, Romawi. Meski dapat diperdebatkan penulis awal mereka yang paling penting, tentu saja yang paling multi-talenta, adalah Ennius (tahun 239169 SM). Dalam bagian Latin-nya yang terhilang, Euhemeros, dia menerjemahkan dan menganut Sacred Record dan membawa karya ini dengan cara demikian kepada perhatian orang-orang Romawi, seperti Cicero (Nature of the Gods, 1.119) dan penulis Romawi, Pliny the Elder, yang menceritakan kepada kita bahwa dewa Babilonia, Zeus Belos, merupakan penemu dari astrologi (Natural History 6.121). Namun bisa jadi yang lebih penting dalam jangka panjang adalah para penulis Kristen yang menulis dalam bahasa Latin mengambil pendekatan ini dengan antusias. Lactantius (c. tahun 240320 masehi) dengan jelas berhasil dalam menemukan sebuah teks Euhemerus karya Ennius dan mengutip yang berikut ini darinya:

Ketika Yupiter telah bepergian berkeliling bumi lima kali dan telah membagi-bagikan kerajaan-kerajaan kepada para teman dan relasinya, serta membuat

hukum bagi manusia dan melakukan banyak hal-hal baik lainnya, sekarang telah mendapatkan kemasyhuran yang tidak dapat mati sedemikian hingga dia

akan diingat untuk selamanya, dia melewati dari kehidupan di Kreta dan pergi kepada para dewa. Kuburannya berada di Kreta, di dalam kota Gnossus, dan

padanya tertulis huruf-huruf Yunani ZAN KPONOY, yakni dalam bahasa Latin Yupiter putera Saturnus.

Ennius, Euhemerus (Euhemeros FGrH 63F24)

Pandangan para penganut euhemerisme ini merupakan bagian dari perangkat kekristenan, terutama di Afrika Utara, dipraktikkan oleh para pengarang seperti Tertullian, Minucius Felix, dan guru Lactantius, Arnobius. Augustine akan menggunakannya untuk Kota Tuhan-nya (7.18 dan 7.27) serta para pengarang ini melampaui ke dalam tradisi di masa pertengahan (lihat Zeus Sesudahnya di bawah). SINKRETISME Rakyat Yunani harus selalu berurusan dengan pertanyaan siapa sebenarnya para dewa dari orang-orang asing (para barbar). Jadi, Herodotus dalam melukiskan para dewa Scythian mengatakan tanpa memikirkan ia adalah problematik, yakni bahwa Zeus di Scythian cukup layak di dalam opini saya disebut sebagai Papaios (4.59). Ia merupakan asumsi natural bahwa seluruh rakyat Yunani menyembah Zeus, kemudian seluruh orang asing juga melakukan hal yang sama: para pembaca Homer tanpa diragukan bergetar ketika Polyphemos mengatakan kepada Odysseus, Kita Cyclopes tidak mencemaskan mengenai Zeus sang pembawa aegis (Odyssey 9.275). Tidak ada bangsa yang benarbenar barbar seperti ini. Jadi itu sebagaimana dunia di mana rakyat Yunani diperkenalkan bertumbuh lebih besar dan sebagaimana budaya Yunani menyebar lebih luas, kita menemukan cukup banyak Zeus yang mengekspresikan keilahian lokal di dalam bahasa (Yunani) yang umum. Identifikasi para dewa satu sama lain dikenal sebagai sinkretisme.

Ini menjadi krusial seiring dunia Yunani diperluas di bawah Alexander Agung. Sebuah kebutuhan akibatnya muncul untuk suatu mata uang keagamaan bersama yang dapat memudahkan perdagangan bebas dari gagasan-gagasan keagamaan. Tren ini dipicu oleh aktivitas dari Alexander sendiri. Adegan terkait kuil orakel (sabda dewa, medium yang memiliki otoritas untuk melihat masa depan) di oase Siwah sebelah barat laut Mesir. Ini mengacu kepada Ammon, yang sudah lama dibawa ke dalam sistem Yunani sebagai Zeus Ammon. Di sini Alexander dideklarasikan dalam ragam rakyat Mesir sebagai putera dewa, dan yang mewariskan, karenanya, dari posisi firaun. Namun, Ammon, sebuah alien Zeus, yang kepadanya Lucian (retorikawan Asyuria, dan seorang satiris yang menulis dalam bahasa Yunani) mempermain-mainkan kesenangan pada abad ke-2 masehi (Council of the gods 10), dan di mana Lucan berkomentar padanya di abad pertama:
Yupiter, begitu mereka mengatakan, tetapi tidak mengacung-acungkan halilintar

dan tidak serupa dengan kita, tetapi dengan pilinan tanduk, Hammon.

Lucan, Civil War 9.513f.

Para dewa utama, apapun atribut mereka, mempunyai tendensi untuk menjadi Zeus lokal. Di dalam apa yang sekarang merupakan sebelah barat laut Turki, waktu itu Phrygia dan dataran di sekitarnya, sebuah dewa lokal kepentingan, Sabazios, biasanya dibuat Zeus (daripada Dionisus). Kultusnya merangkul penanganan ular, memeroleh sebagian keuntungan di bawah Attalos III dari Pergamon (dalam 135/4) dan kemudian menjadi sebuah fokus bagi perkumpulan para individu. Ini disebut sebagai Sabaziast dan menikmati penggambaran yang dibubuhi dengan banyak lubang atas katak, kura-kura, cicak dan kodok yang merayap atas tangan-tangan pahatan.

Turun ke Syria sejumlah keilahian keluar dan masuk dari identifikasi dengan Zeus. Masing-masing darinya adalah tuan (baal). Jadi tuan dari apa yang di dalam bangsa Yunani adalah Gunung Kasios, tetapi Saphon bagi rakyat Syria, adalah Zeus Kasios atau Baal Saphon. Ini merupakan gunung di mana Zeus bertempur dengan Taifun. Di sini, di dalam dunia Hellenistik tradisi-tradisi yang semula menimbulkan legenda Zeus-Taifun ditemukan ulang dan apa yang tampaknya seperti sebuah kenyamanan antara satu dewa cuaca dan lainnya di gunung di Syria dengan sejati menunjukkan konstituen nyata dari identitas Zeus. Lainnya, sebuah dewa badai utama dan hujan, Adad di Babilon dan Asyuria, tetapi Hadad di Syria dan Phoenicia, diwakili di Yunani sebagai Zeus Adados.76 Versi lain dari dewa ini adalah dewa matahari di Heliopolis (Baalbek di Lebanon) dan para pengunjung saat ini bisa jadi masih mengagumi sisa-sisa kuil raksasa yang agung bagi Yupiter dari Heliopolis, atau Adad, yang dibangun oleh para kaisar mulai dari Antoninus Pius (tahun 13861 masehi) hingga Caracalla (tahun 21117 masehi) dan dihancurkan oleh Theodosius pada 379. Namun, patung kultusnya yang menyolok, mengenakan sebuah jubah yang dengan aneh didekorasi bagian depan dan belakangnya dengan patung dada (misalnya Matahari dan Bulan), terhindar dari kehancuran dan masih dapat dilihat pada tahun 560-an. Inkripsi kepada Yupiter Heliopolitanus ditemukan hingga jauh ke Tembok Hadrian. Ini merupakan kuil orakel besar yang Trajan bahkan berkonsultasi kepadanya. Karenanya kita menyaksikan suatu pergerakan dalam teologi menuju sebuah dewa sinkretisme yang besar, merangkul Zeus, para dewa lokal dan Matahari, baik dalam Zeus dari Heliopolis maupun dalam Zeus Sarapis. Zeus-Adad dari Syria, yang merupakan satu contoh lain ditemukan di Hierapolis (Bambyce) dan yang kultusnya dilukiskan oleh Lucian dalam On the Syrian Goddess-nya, terkadang dipuja

sebagai sapi jantan, seperti dewa orang Kanaan dari Keluaran 32 disembah sebagai seekor anak sapi emas. Ini juga membawa kita kembali ke tahapan yang berhubungan dengan perkembangan legenda Yunani, jika kita berpandangan kisah dari Zeus yang berada dalam bentuk sapi jantan merenggut Europa dari Tyre. Dalam bagian dunia yang sama, orang Yahudi biasanya dengan keras menentang sinkretisme, seperti dapat kita saksikan dari anggapan (Nabi) Elia bahwa Baal merupakan ilah yang berbeda, yakni dari orang-orang Kanaan, yang harus ditunjukkan sebagai tidak berkuasa untuk mendatangkan api atau hujan (Alkitab 1 Raja-raja 18). Ia karenanya merupakan sebuah provokasi yang disengaja oleh raja Seleucid, Antiochus IV Epiphanes, semasa represi berdarah, untuk mempersembahkan tempat peribadatan di Gunung di Yerusalem kepada Zeus Olympios dan yang lainnya di Gunung Gerizim kepada Zeus Xenios (Kitab 2 Makabe 6.2). Inilah dalam konteksi revolusi dari Makabe pada 168/7 SM menentang kekuatan-kekuatan modernisasi, atau agaknya hellenisasi. Adalah dimungkinkan bahwa Antiochus sejatinya memiliki sebuah kebijakan untuk menarik sebuah pola yang konsisten atas pemujaan Zeus di dalam kerajaannya, terkait dengan kultus dari para penguasa (Praux 1978: ii.577). Tetapi Yerusalem dengan jelas merupakan satu langkah yang terlalu jauh. Penggabungan yang berbeda berlangsung di Mesir, merangkul tradisi keagamaan asli yang kuat. Secara independen dari budaya Yunani, sapi jantan yang disucikan Apis tampaknya telah diidentifikasi dengan dewa kematian dan terutama firaun yang telah meninggal, Osiris, menghasilkan dewa Sarapis yang kuat (atau dalam bahasa Latin, Serapis). Tetapi di bawah Ptolemy I, para pakar keagamaan Yunani mengidentifikasinya berbeda dengan dewa kematian Yunani, Pluto, di mana ikonografi diadopsi. Dewa yang

kuat ini, berbasis di Memphis Serapeum dengan katochoi-nya yang mirip rahib, diidentifikasi dengan berbagai dewa Yunani, tetapi yang terpenting, karena otoritasnya dan asosiasinya dengan para penguasa (Ptolemies dalam kasus ini), adalah dengan Zeus. Sekali lagi sebuah dewa tunggal menjadi fokus spesial untuk pemujaan dan untuk pemahaman tatanan dunia, serta inkripsi-inkripsi dari Kekaisaran Romawi, terutama dari abad kedua (Vidman 1969: 343), akan memberi penghormatan Zeus Matahari Serapis Besar atau memproklamasikan bahwa ada Satu Zeus Serapis. PEMIKIRAN YUNANI MENGENAI YUPITER ROMA Yupiter merupakan kasus khusus bagi sinkretisme: dia adalah, dan menjadi, persamaan Romawi atas Zeus. Sebagaimana telah kita lihat (halaman 9) kata Zeus pater (bapa) dan Yupiter adalah asalnya dari kata yang sama satu sama lain, diturunkan dari budaya bersama Indo-Eropa dari leluhur linguistik mereka. Tentu saja banyak yang akan berubah dalam kurun 3.000 tahun sejak masa itu. Namun, seiring orang Romawi dan Italia berhubungan dengan para pemukim Yunani di sekitar Italia (misalnya di Naples, Neapolis, Kota Baru) dan seiring mereka memasuki tingkatan sebagai sebuah kekuatan dunia, antusiasme warga Romawi atas kesusasteraan dan budaya Yunani pada semua tingkatan komunitas menarik Yupiter Roma kembali menuju Zeus, sebagaimana di Yunani para penyair juga pernah menyatukan kembali Zeus-Zeus yang berbeda dari rakyat Yunani yang berbeda. Adalah berada di luar lingkup saya untuk memulai titik baru ini pada Yupiter dan budaya Romawi. Tetapi saya ingin menunjukkan bagaimana pemikiran tentang Yupiter berlanjut di dalam kisah Barat mengenai Zeus.

Ennius, dengan efektif merupakan bapa dari kesusasteraan Latin, mempunyai sebuah karakter dalam sandiwara lakon sedihnya (tragedi), Thyestes, berbicara dalam ragam filosofi yang megah dan agung:
aspice hoc sublime candens, quem invocant omnes Iovem

Lihat saja pada cahaya di ketinggian ini, yang seluruhnya menggunakan hak sebagai Jove.

Ennius, fr. 153 Jocelyn, dalam Cicero, Nature of the Gods 2.4

Ini adalah Zeus ether yang hebat, dengan taat ditransposisikan dari Euripides (halaman 95 di atas). Yang masih lebih menonjol adalah baris-baris Valerius dari Kota Sora (dipanggungkan dalam 82 SM), di mana pemikiran kembali kepada puisi paling awal Orphic yang menemukan ekspresi baru dan menakjubkan di tangan-tangan dari yang paling sastrawi dari semua yang mengenakan jubah ini (Cicero, de oratore 3.43):
Iuppiter omnipotens regum rerumque deumque

progenitor genetrixque deum deus unus et omnes!

Yupiter seluruhnya berkuasa atas para raja dan dunia serta para dewa,

Ayah dan ibu dari para dewa, satu dewa dan seluruh dewa!

Valerius Soranus, dalam Augustine, Kota Tuhan 7.10

Baris-baris yang amat indah ini dikutip oleh seseorang dengan pembelajaran mendalam dan bervariasi, Varro (tahun 11627 SM) dalam sebuah dialog On the Cult of the Gods. Varro sendiri merupakan sosok kunci dalam pertumbuhan pandangan mengenai para dewa di Roma dengan karya besarnya yang meliputi hal-hal yang luas, Human and Divine Antiquities dalam 41 buku, dipersembahkan kepada Julius Caesar (pendeta

kepala) dalam tahun 47 SM. Bersandarkan pada pandangan dan terminologi Yunani, dia membagi wacana ilmiah mengenai para dewa (teologia) ke dalam tiga jenis: 1. mythicon, mencakup legenda, yang merupakan pembahasan dari para penyair; 2. physicon, mencakup alam dan sains, yang merupakan pembahasan dari para filosof; 3. civile (misalnya politicon), berhubungan dengan negara, yang merupakan bahasa dari bangsa-bangsa dan para pemimpin politik mereka. Ini menghadiahi sejumlah masalah bagi orang yang religius: bahkan Varro mengakui bahwa dalam legenda (1) ada banyak hal yang dibuat berlawanan dengan martabat dan sifat dasar dari mereka yang kekal. Sebagaimana bagi agama yang umum (3), patungpatung kemungkinan tidak dapat berhubungan dengan realitas dari sifat dasar keilahian dan tidak juga para dewa yang akibatnya telah memiliki status ilahi yang ditransfer ke para orang hebat di masa lalu, sebagaimana yang disangkakan oleh Euhemeros bagi kultus para dewa (lihat di bawah). Karenanya satu-satunya realitas bagi mereka yang terdidik seperti Cicero dan Varro adalah (2), berdasarkan filsafat.77 Apa, kemudian, bagi Varro yang merupakan sifat dasar nyata dari Yupiter? Sejauh ini sebagaimana yang dapat kita katakan, dia mengambil pandangan dari para pemikir Yunani seperti filosof Stoik, Poseidonios. Yupiter merupakan pemikiran dunia ini yang memenuhi keseluruhan massa itu yang dibangun dari empat elemen dan

menggerakkannya atau bisa jadi dia adalah aether/surga yang merangkul udara/bumi (Juno) yang terletak di bawah. Pemikirannya terefleksikan di dalam komentar Augustine yang berbau pembubaran:

Biarkan Yupiter segera menjadi seluruh dewa dan dewi, atau, sebagaimana diinginkan sebagian, biarkan mereka semua menjadi bagian darinya, atau,

sebagaimana terlihat bagi mereka yang telah memutuskan dia adalah pikiran dari duniasebuah pandangan yang dianut oleh banyak guru yang hebat,

biarlah mereka menjadi kebajikannya.

Augustine, Kota Tuhan 4.11

Augustine menyebut sebuah baris dari Vergil dalam konteks ini:


. . . untuk dewa yang menembus ke segala hal

daratan, regangan dari laut, dan surga yang dalam.

Vergil, Georgics 4.221f.

Ini merupakan titik yang penting, karena ia membuat jelas bahwa Vergil pria yang sama yang membicarakan mengenai jiwa-jiwa yang dibersihkan sampai mereka hanya berisikan persepsi aether dan api dari udara yang murni (Aeneid 6.746f.) mengikutsertakan dengan pengetahuan sebuah latihan teologi mistis dalam Aeneid-nya (sebuah kisah kepahlawanan dalam bahasa Latin oleh Vergil; menceritakan petualangan Aeneas setelah Perang Troya dan menyediakan latar belakang ilustrasi sejarah bagi Kekaisaran Romawi) di tahun 20-an SM. Yupiter-nya bukan sekadar buku cerita dewa (daripada yang telah dilakukan Homer), tetapi termasuk dengan sebuah pandangan tentang alam semesta, bagaimana ia berfungsi dan apa tempat manusia di dalam konteks keilahian dan di dalam pencarian untuk kehidupan yang berbudi tinggi. Pada waktu yang sama, cerita dibangun pada mitologi Yunani tentang Perang Troya dan akibat sesudahnya. Ia menarik dengan kuat pada para penyair Yunani, terutama Homer, yang Iliad dan Odyssey-nya bergeletakan begitu banyak adegan bahkan frase-frase dalam buku itu, dan di belakang keseluruhan susunan dari para dewa yang menyerupai manusia berinteraksi dengan kisah dari para pria di bumi. Yupiter memegang komando para dewa,

menentukan arah atas kejadian-kejadian, dapat dimohonkan oleh para dewa lain, namun, benar bagi Zeus, tidak pernah dirinya mengintervensi secara langsung. Dia berbicara, fatur, dan katanya adalah itu yang telah diucapkan, fatum, bahasa Latin untuk takdir. Jarak dari Homer, kalau kita memahami dia dengan selayaknya, adalah lebih sedikit daripada yang mungkin dibayangkan seseorang. Ini dapat dilihat dalam Aeneid 1:
Tersenyum kepadanya [Venus] ayah dari para pria dan para dewa

dengan ekspresi di mana dia membuat tenang langit dan badai

mencium bibir dari puterinya dan kemudian berbicara [fatur] sebagai berikut:

Jangan takut, Cytherean [Venus], mereka berdiri tidak tergeserkan, takdir rakyatmu:

kamu akan menyaksikan kota dan tembok-tembok yang dijanjikan

dari Lavinium, dan kamu akan membawa tinggi [sublimem] kepada bintang-bintang surga

Aeneas berjiwa besar; maupun tidaklah keputusan saya berubah. . .

Vergil, Aeneid 1.25460

Dalam mitologi yang bersifat puitis, seorang dewa mencium puteri yang dicintainya dan memberi dia penenteraman. Namun ini adalah dewa umum dengan kekuasaan atas langit dan badai, yang bangsa-bangsa bisa jadi berdoa kepadanya. Secara lebih filosofi, sebagaimana dalam Valerius dari Kota Sora, dia adalah ayah dari semuanyadan kita dapat, sebagaimana orang dari abad pertama SM, mengambil pandangan bahwa Homer telah memahami ini dalam formulanya bapa dari para dewa dan manusia. Berkelanjutan dalam ragam filosofi, kita mengetahui bahwa Yupiter bertanggungjawab untuk, bisa jadi bahkan, keseluruhan elemen berapi-api dari alam semesta, yang paling murni ditampilkan di dalam aether di mana penyair di sini menyebutnya caelum (langit). Adalah langit ini, dengan bintang-bintangnya yang bernyala-nyala, tinggi, sublime candens dari Ennius,

yang kepadanya jiwa Aeneas akan terbang setelah kematian. Dia akan diangkat di antara para dewa, dan bisa jadi dalam pemahaman Stoik dia akan bergabung dengan api ilahi, yang adalah Dewa dan Zeus. Alam semesta tidaklah acak, terdapat sesuatu yang bijak yang direncanakan, dan ia menentukan takdir. Dalam pembahasan bersifat puitis ini adalah kata-kata dari Yupiter, namun ini benar-benar pemikiran ilahi yang ditanamkan ke seluruh dunia dan alam semesta di mana kita berdiam. Adalah di dalam tradisi ini kita dapat memahami orakel dari kuil Zeus Ammon di padang pasir Libya, sebagaimana dibayangkan oleh Lucan (tahun 3965 masehi) dan dikagumi oleh Dante (Epistle 10 22)
Tidak ada kursi dewa kecuali bumi dan samudera dan udara

dan kayangan dan kebajikan. Mengapa seharusnya kita mencari lebih jauh untuk para dewa di atas?

Yupiter adalah apapun yang kamu saksikan dan apapun kamu berpindah dengannya.

Lucan, Pharsalia 9.57880

Namun, ia bisa saja salah, sebelum bagian penutupan, untuk mengabaikan hubungan antara Yupiter dan kaisar. Sudah terdapat perasaan yang kuat di dalam Aeneid bahwa Yupiter mewakili pengendalian yang bersifat dermawan atas dunia Romawi dari Augustus. Bahkan seluruh kultus kaisar Romawi dimulai dari deklarasi bahwa pada kematiannya Julius Caesar telah menjadi seorang dewa, Jupiter Julius, yang Flamen Dialis-nya (pendeta Yupiter, posisi penting dalam agama Romawi)seiring pendeta penyucian waktu Yupiter dipanggilbakal menjadi Mark Antony (seorang jenderal Romawi dan politisi serta pendukung erat Julius Caesar). Yupiter juga akan memilih gambaran dari kaisar Septimius Severus (tahun 193211 masehi), sementara lainnya lebih mengutamakan menjadi Mars atau Hercules. IKHTISAR

Dari permulaan, kedangkalan dari puisi kisah kepahlawanan menyelubungi kedalaman tersembunyi dari refleksi sifat dasar keilahian, dan misteri-misteri dari pemahaman itu yang secara progresif diusik oleh para pemikir yang belakangan. Dia merupakan pengendali dari tatanan dunia yang seringkali muram. Para pemikir pra-Socrates kemudian membebaskan Zeus dari busana tidak nyatanya ini dan menyaksikan di

dalamnya prinsip pertama dari alam semesta, bahkan mungkin api. Peperangan yang tidak taat dari para dewa di dalam Homer hanya menjadi sebuah alegori untuk kebenaran sains atau filosofi ini. Ia melawan latar belakang ini bahwa tragedi atau lakon sedih itu dituliskan, di mana karakter-karakter berjuang untuk menemukan pemaknaan di dalam krisis akut dan meraba-raba bagi misteri dari Zeus. Plato dan Aristoteles tidak memiliki waktu untuk legenda Zeus, tetapi dengan mendalam dipengaruhi oleh perkembangan filosofi Zeus. Para penyair hellenistik yang kita saksikan pada kelanjutan pemahaman Zeus di dalam kisah kepahlawanan atau drama, tetapi juga mengkhawatirkan mengenai keterbatasan pada pengetahuan kita dan bahaya dari melampauinya. Seperti para penulis lain mereka merupakan bagian dari zaman mereka dan himne yang membuka Phaenomena dari Aratus sangat mirip himne agung dari filosof Cleanthes si Stoik. Para stoik lebih nyaman dengan mengakomodasi Zeus ke dalam teologi mereka dan menempatkan alegori dengan bebas. Namun sebuah solusi baru muncul dengan Euhemeros: para dewa mitologikal merupakan asal-usul para pria agung, seperti para raja besar hellenistik. Ini kemudian menjadi berkah bagi orang-orang Kristen, yang sekarang dapat, dengan otoritas dari para pemikir Yunani, meruntuhkan dasar dari pemujaan Yunani. Pada akhirnya, kita melihat pada pemikiran yang mendasari pertemuan Zeus dengan budaya-budaya non-Yunani. Biasanya para dewa bisa diidentifikasi atau

digabungkanini adalah sinkretisme. Namun dalam kasus Romawi kita dapat melihat bagaimana sebuah pemahaman dari pendekatan kepada Zeus yang tidak terlalu bersifat legenda dan lebih pada filosofi, sebagaimana dikanonisasikan di dalam teologi tripartit dari Varro, membantu kita dengan pandangan Romawi terhadap Yupiter. Adalah Yupiter Romawi, yang akan meneruskan tradisi dari Zeus ke dalam budaya Eropa, sebagaimana akan kita saksikan berikut ini. ZEUS SESUDAHNYA 6 FRASE SEJARAH Ketika berurusan dengan goresan panjang dari waktu seperti satu setengah milenium (masa seribu tahun) sejak berakhirnya dunia klasik, adalah nyaman untuk membagi masa itu ke dalam berbagai periode yang berbeda. Namun, periode-periode tidak dimulai dan diakhiri secara bersih dan jeda seperti itu mengaburkan keberlanjutan. Kekaisaran Romawi mencapai akhirnya. Tetapi kapan? Secara konvensional, penggulingan Roma oleh Alaric dan Visigoths pada tahun 410 menandai titik tersebut. Tetapi penulisan pagan mengenai alam semesta dan para dewa yang agak bermetafora terus berlanjut tanpa berkurang secara menyeluruh di abad ke-5 di sebelah utara Afrika, dan perangkat dari negara Romawi barat terus berlanjut dengan satu cara atau lainnya, betapapun terbatasnya, hingga Lombards menginvasi Italia pada 567. Jika Zaman Kegelapan membuntuti berakhirnya Kekaisaran Romawi, ia untuk menekankan dengan agak persuasif berakhirnya ekonomi perkotaan tertentu dan kesatuan Eropa tertentu. Tetapi yang dibesar-besarkan seluruhnya terlalu mudah di dalam apa yang faktanya merupakan Zaman Pertengahan Awal. Gereja Kristen menjadi pemangku

kebudayaan dan kota-kota tidak berhenti eksis atau orang-orang tidak berhenti berpikir tentang dunia di sekitar mereka. Bahkan kalau Kekristenan meresepkan sebuah kesepakatan baik dari dunia pemikiran, ini dapat dipandang sebagai sebuah pergeseran dalam bahasa: ia biasanya dimungkinkan untuk mengambil pandangan dari para dewa pagan daripada suatu pembubaran secara instan. Bahkan, seiring para dewa penyembah berhala berhenti menjadi persaingan serius, para penulis bisa jadi, jika mereka memilihnya, untuk membawanya ke dalam filosofi atau astrologi mereka. Juga, renaisans, adalah istilah berbahaya. Ia menunjukkan kelahiran kembali, dari sesuatu yang telah mati atau mengalami tidur lama, yakni dalam kasus ini peradaban, yang telah mangkat dengan Kekaisaran Romawi; kejatuhan Konstantinopel kepada Turki pada 1453 dapat, pada perspektif ini, memicu mengalirnya para intelektual yang datang mengemban peradaban klasik kepada Barat yang dengan berterima kasih menerimanya. Ini tidak sepenuhnya tanpa kebenaran dan ia tentu saja kasus yang melalui seni dimungkinkan untuk menggambarkan para dewa pagan di mana Dara, Anak dan Orang Suci telah mendominasi selama bertahun-tahun dan guna memperkenalkan ulang sebuah seni yang lebih alami dan realistik pada basis penemuan kembali hasil karya-hasil karya kuno. Namun ia salah dalam menggambarkan gagasan-gagasan yang penuh kehidupan di dalam budaya tertulis pada Zaman Pertengahan, biarpun banyak gagasan cenderung dituliskan di dalam kerangka tradisional dari pendidikan dan Kekristenan. Dan ia dengan serius keliru menggambarkan iklim penuh semangat gagasan-gagasan dari tahun 1200-an dan 1300-an, abad-abad vital yang tanpanya tidak akan ada Renaisans, tidak peduli berapa kali pun Konstantinopel mengalami kejatuhan.

Saya akan memerhatikan periode-periode ini dan sebagian dari peninggalan mereka di dunia modern pada bagian ini. Tetapi seiring saya tidak dapat menceritakan tiap kisah, saya memilih untuk berfokus pada budaya Eropa Barat (konteks di mana buku ini sendiri telah muncul). Saya hanya bisa menyebutkan secara kebetulan bahwa terdapat kisah lain yang hendak dikatakan tentang Yunani timur dan mengenai penerimaan serta perkembangan Arab terhadap filosofi Yunani. KEKRISTENAN MENGAKHIRI ZEUS? Orang-orang Kristen mula-mula diselamatkan dari keadaan yang tidak menyenangkan dan tanpa rasa sakit untuk menjungkirbalikkan pemujaan kepada Zeus, kepala dewa penyembah berhala. Dengan adopsi oleh Konstantin terhadap Kekristenan pada tahun 312, jalan sekarang terbentang membuka bagi berakhirnya paganisme. Namun ini bukanlah sebuah masalah yang sederhana, sebagaimana dekrit yang berulang telah menunjukkannya. Satu dari Konstantin II dan Kaisar Roma, Flavius Julius Constans, pada tahun 346 memerintahkan kuil-kuil di segala tempat harus ditutup dan pengorbanan/persembahan kepada para dewa dihentikan (Codex Theodosianus 16.10.4.). Pada tahun 353 pengorbanan malam kembali dilarang setelah sempat diperbolehkan oleh Magnentius (16.10.5). Di tahun 356 pengorbanan dan pemujaan berhala dilarang (16.10.6). Lebih jauh lagi, tujuh dekrit Theodosius pada 391/2 mengulangi pelarangan tiap bentuk pemujaan berhala di tiap tempat yang dimungkinkankuil, tempat pemujaan dan di rumah serta di tanah. Biarpun demikian, apa yang benar-benar diungkapkan dalam melawan penyembahan berhala pada kondisi ini bukanlah dekrit yang layak dari para kaisar yang alim itu, tetapi lebih pada persoalan uang. Zosimus (New History 4.59) melaporkan sebuah diskusi yang

dikatakan Theodosius terlibat di dalamnya dengan para senator di Roma pada sekitar tahun 393, di mana dia beralih pada dorongan fakta nyata ekonomi: adalah menelan biaya terlalu banyak untuk mempertahankan pengorbanan penyembahan berhala (sehingga ia dilakukan) dan uang dibutuhkan bagi anggaran pertahanan. Paganisme telah selalu menjadi mahal dan sejumlah reruntuhan kuil-kuil memberi kesaksian atas hal tersebut. Begitu pula untuk Zeus: Olympiade terakhir, yang memerlukan pendanaan cukup besar, digelar pada 393. Kuil terbakar habis pada tahun 426 dan tidak akan ada uang lagi untuk melakukan perbaikan. Sebagai gantinya, sebuah gereja Kristen sederhana dibangun di lokasi kerja dari Pheidias, si pematung Yunani kuno. Namun, gempa bumi, terutama pada tahun 522 dan 551, menghabiskannya. Patung-patung memiliki kisahnya masing-masing seiring mereka terus dipuja di dalam sejenis budaya museum; kuil-kuil juga dijaga dan proteksi. Tetapi mereka tidak lagi disucikan. Konstantin, yang membangun dengan efektif kota baru Konstantinopel, perlu mengimpor budaya dan tradisi; jadi misalnya dia dengan bersifat penghujatan terhadap agama mengambil Zeus dari Dodona dan Athena dari Lindos serta meletakkannya di dalam Gedung Senat yang baru. Kemudian belakangan, patung legendaris karya Pheidias, yakni Zeus dari Olympia menjadi bagian bintang di dalam koleksi utama dari Lausus, yang merupakan Pengurus Rumah Tangga Utama Theodosius II (40250). Koleksi ini, yang juga termasuk misalnya Aphrodite of Knidos (salah satu dari karya terkenal pematung Yunani kuno Praxiteles of Athens pada abad ke-4 SM), seluruhnya hancur dalam sebuah kebakaran di tahun 475.1 Betapapun, ini belum cukup untuk mengakhirinya. Jika Zeus tidak dipuja di bawah nama miliknya sendiri, maka orang-orang tidak berhenti untuk memerlukan layanan yang telah

disediakannya selama satu milenium. Di puncak-puncak gunung, di mana Zeus pernah dipuja, seperti di Gunung Olympus dan Gunung Lykaion, orang suci (Kristen) tertentu seringkali menerima pemujaan sebagai gantinya. Inilah nabi Elia (bahasa Indonesia, red), terkadang Santo Elia, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai Elijah, dalam sebuah konfrontasi besar melawan para nabi Baal memanggil langsung dari yang paling puncak dari Gunung Carmel hujan badai begitu kuat untuk membanjiri tanah yang dilanda kekeringan hebat, di mana memukul keras orang-orang Ahab dengan kilat dari sebuah puncak bukit, dan, ketika dia meninggal, naik ke surga di dalam sebuah kereta kuda berapi.2 Ini merupakan kualitas-kualitas dari kebutuhan penggantian Zeus kita dan mereka menuntun kepada mitologi asing baru di dalam budaya populer Yunani: guruh adalah nabi Elia yang berkendara melintasi langit, bisa jadi dalam mengejar seekor naga. Dengan aneh, Gunung Karmel sendiri, yang merupakan di antara Yudea dan Syria, adalah lokasi dari sebuah orakel (sabda dewa, medium yang memiliki otoritas untuk melihat masa depan) yang kepadanya dikonsultasikan oleh Vespasian pada tahun 69 masehi sebagai sebuah langkah menuju kedudukan kaisar (Tacitus, Histories 2.78). Ini menunjukkan bagaimana fenomena keagamaan yang mendasari tidak begitu banyak digusur seiring ia dilawan oleh agama-agama yang berbeda: agama orang-orang Kanaan benar-benar dipetakan ke dalam monoteisme orang-orang Yahudi melalui sosok Elia; puncak gunung dewa cuaca Zeus dari Yunani kuno kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa kitab suci Kristen sebagai nabi Elia. YUPITER DI EROPA BARAT 5001200
Di puncak kubu pertahanan terdapat kuil Yupiter dan (Juno) Moneta.

Wonders of the City of Rome, 24 (c. tahun 1150 masehi, melukiskan Capitol Hill)

Teks-teks klasik di dalam bahasa Latin terus dibaca di Barat setelah berakhirnya dunia Romawi. Seiring melek huruf hanya dimungkinkan di dalam konteks yang berhubungan dengan biara dan gereja, penerimaan kesusasteraan klasik bagi umat Kristen menjadi pertanyaan kunci. Tidak diragukan lagi asal-mula dari pendidikan di zaman pertengahan dari sistem klasik paganisme membantu memeliharakan penghormatan bagi teks-teks ini. Teks-teks pagan juga diuntungkan oleh dukungan para pemuka gereja dan dari praktik menyalin manuskrip-manuskrip di biara-biara, yang tanpanya hanya sedikit yang akan terselamatkan, ini terlihat dari sebagian besar tanggal manuskrip-manuskrip kita yang berasal dari abad ke-9 atau sesudahnya. Apalagi, pandangan bahwa Charlemagne beserta para penasihatnya mengambil budaya sebuah kaisar Romawi baru seharusnya mempromosikan apa yang sekarang disebut sebagai Renaisans Carolingian dan promosi aktivitas melek huruf yang melampaui apa yang dipersyaratkan oleh Gereja. Karenanya para dewa kuno mempertahankan kehadiran dan dari waktu ke waktu terus dibahas. Pada waktu yang sama terdapat cukup ketertarikan dalam mitologi klasik untuk bukubuku yang ia berperan besar untuk bertahan dan dibaca. Sentral terhadap tradisi ini adalah tiga karya terpelajar dari abad ke-5 masehiCommentarii (Buku Catatan) pada karya Cicero Dream of Scipio oleh Macrobius (prefect/pejabat kepala atau hakim kepala dari Italia pada tahun 430), karya Martianus Capella Wedding of Philology and Mercury (kemungkinan sekitar tahun 450) dan dari Fulgentius Mythologiae (bisa jadi dalam generasi menyusul Martianus). Adalah melampaui lingkup buku ini untuk masuk ke dalam detail, tetapi mencukupi untuk mengatakan bahwa karya-karya ini memeliharakan para dewa pagan tetap hidup melalui cara kesusasteraan serta diduga mereka memiliki signifikansi yang lebih besar daripada objek-objek penyembahan berhala dan

pengorbanan. Yupiter kemungkinan mewakili api, kemungkinan mewakili hidup, dan kemungkinan mewakili jiwa dari dunia.3 Neo-Platoisme ini, yang terakhir dan merupakan panggung paling berbeda di dalam perkembangan filosofi Plato di dunia kepurbakalaan, berakibat berlawanan atas Euhemerisme dan, mencapai kebenaran utama mengenai manusia dan keilahian, tidak dengan jelas berkontradiksi dengan Kekristenan di dalam cara di mana praktik-praktik kultus penyembahan berhala mengerjakannya. Yupiter bagi Macrobius adalah langit (misalnya ether) dan saudari-isterinya Juno, udara: saudari karena udara dilahirkan dari bibit yang sama seperti langit, isteri karena udara merupakan subjek terhadap langit (Dream of Scipio 1.17.15). Martianus mengangkat patoknya. Mempersonifikasikan Arithmetic berbicara kepada kita di dalam Buku 7 dari kekekalan monad (sebuah atom dengan valensi satu, sumber utama tunggal atas berbagai hal), bahwa penyatuan bilangan tanpa lainnya, hal-hal plural tidak dapat masuk ke dalam eksistensi dan di mana tetap hidup bahkan ketika mereka pergi:
Bapa dari semua hal ini dengan tepat disebut Jove, karena ia memberikan kesaksian terhadap kekuatan kausatif (bersifat menyebabkan) dari bentuk

prototipe yang masuk akal tersebut. Dan setelah contohnya kita berbicara tentang satu ilah, satu dunia, satu matahari, satu bulan, dan juga empat elemen

tunggal yang eksis. . . Sebagian telah menyebut ini Harmoni, sebagian Kesalehan atau Persahabatan, karena ia begitu berikatan bersama-sama, sehingga ia

tidak dapat dipotong ke dalam bagian-bagian; betapapun adalah lebih tepat disebut Yupiter, karena yang sama itu adalah sumber dan bapa dari para dewa.

Martianus Capella, Wedding of Philology and Mercury 7.731

Terungkap bahwa bahan di mana ia menjadi bagiannya berulang di dalam karya Isidore dari Seville, Book of Numbers kecuali untuk bahan yang terkait dengan para dewa penyembah berhala.4 Ini menyoroti ketegangan paganisme yang melekat dalam bahan sains dan pendidikan di mana Zaman Pertengahan diwariskan dan dihargakan. Di sisi lain pemahaman sebuah dewa individu untuk disembah di antara lainnya adalah sangat lemah

dalam teks-teks paganisme terakhir ini, dan di dalam Martianus mereka merupakan alegori-alegori yang tidak berbahayapara pengarang ini telah menggenapi tendensi yang sudah muncul di dalam Plato untuk memandang objek-objek pikiran sebagai target sesungguhnya dari agama, daripada pengorbanan kepada para dewa di kuil-kuil, yang sekarang telah ditutup semuanya. Tidak juga Macrobius di dalam Dream of Scipio-nya maupun Martianus, biarpun dia berbicara singkat mengenai Tuhan Kristen, Kristus atau Musa. Agama telah menjadi dihaluskan bagi kelas-kelas intelektual dari zaman purbakala akhir Romawi Afrika. Penggerak perhatian Fulgentius, terutama dalam Mythologiae, adalah untuk menemukan pemahaman filosofis dalam rentangan besar dari legenda para dewa dan para pahlawan. Ini adalah Jove dan Juno-nya sebagai dua dari empat elemen:
pertama, Jove sebagai api: inilah mengapa ia disebut Zeus di YunaniZeus dalam Yunani dapat berarti kehidupan [zen] atau panas [zeinmendidih], baik

karena mereka maksudkan bahwa seluruh hal-hal yang hidup memiliki api vital, sebagaimana yang dipegang Heraclitus, atau karena elemen ini panas;

kedua, Juno sebagai udara, di mana itulah mengapa ia disebut Era dalam bahasa Yunani; dan meskipun mereka sepatutnya membuat udara menjadi

maskulin, walaupun demikian ia ternyata adalah saudara perempuan dari Jove untuk alasan ini, bahwa dua elemen ini sangat banyak dikaitkan satu sama

lain, jadi dia juga adalah isteri dari Jove, karena udara, ketika ia dinikahkan dengan api, akan berkobar-kobar.

Fulgentius, Mythologiae 1.3 (poin terpisah ditambahkan untuk memperjelas)

Ini merupakan teks dari terpeliharanya popularitas hingga pada Renaisans dan ia memenuhi kesenjangan dari sains tanpa menuduh para dewa palsu, menyediakan cicilan lain bagi ensiklopedia virtual yang telah mendominasi imajinasi dari begitu banyak guru dan penulis atas abad-abad ini. Dunia dapat dikenal jika terdapat cukup karya yang komprehensif dan tentu saja karya Isidore, Origines (atau Etymologiae) mencakup tiap aspek yang dapat dibayangkan dari budaya dan pembelajaran. Isidore (c. 570636)

adalah Uskup dari Seville dalam sebuah renaisans Visigothic (satu dari dua cabang utama Goths, suku di Jerman Timur) di Spanyol dan Origines-nya menyebar cepat sekali di seluruh Eropa. Dari sudut pandang kita dia tertarik untuk memelihara dan menyebarluaskan cara pandang Euhemerist pada para dewa kuno. Ini pernah, seperti telah kita lihat, diperdebatkan guna mencela para dewa, tetapi ia kemudian terlihat memberikan mereka sebuah alasan untuk bertahan dalam budaya Kristen (Seznec 1953: bab 1.). Catatan Isidore tentang Para Dewa Pagan dimulai seperti ini:
(1) Mereka yang dideklarasikan para penyembah berhala sebagai para dewa terungkap pernah menjadi manusia, dan, sejalan dengan kehidupan dan

pencapaian masing-masing, mereka mulai disembah setelah kematiannya di antara masyarakat mereka sendiriseperti Isis di antara rakyat Mesir, Yupiter

di antara warga Kreta. . . (9) di antara Cecrops (Kekrops, raja awal kelahiran bumi dari Attica) Yunani. . . adalah yang pertama memanggil pada Yupiter,

menemukan patung-patung, mendirikan altar, mempersembahkan korban, ketika hal seperti itu tidak belum pernah ada di Yunani. . . . (34) Jove adalah

dinamakan menurut membantu [juvando] dan Yupiter adalah sejenis bapa yang membantu [juvans pater], misalnya ada di sana bagi tiap orang. Mereka

juga memberinya gelar personal Jove Optimus [paling baik], walaupun fakta bahwa dia berkomitmen melakukan perkawinan sedarah dengan keluarganya

dan kekejaman seksual terhadap pihak lain. (35) Mereka terkadang menggambarkannya sebagai sapi jantan karena penculikan Europadia berada dalam

sebuah kapal yang perlambangnya adalah seekor sapi jantan; terkadang dia diandaikan meminta pertemuan besar dengan Danae melalui hujan emasjadi

Anda dapat memahami bahwa kebajikan dari seorang wanita telah dikorupsi oleh emas; terkadang dalam bentuk seekor rajawali karena dia menyambar

seorang anak laki-laki untuk menistakannya.

Isidore, Origines 8.11

Penghentian akhir untuk dipertimbangkan di sini adalah astrologi, di mana, bahkan jika ia memeroleh penolakan tidak simpatik dari Isidore (3.27) sebagai semata-mata takhyul, berlanjut dengan mengagumkan dalam sebuah zaman di mana pikirannya terhadap sains sangat berbeda dengan yang kita miliki. Ia dalam sembarang kasus telah diintegrasikan menjelang akhir zaman kekunoan dari Zaman Roma ke dalam keseluruhan sistem

pengetahuan. Astronomi, yang darinya ia hampir tidak bisa dibedakan, merupakan bagian dari kurikulum inti lanjutan, quadrivium. Yupiter (Zeus) merupakan lebih daripada sebuah label untuk sebuah planet, ia merupakan planet itu sendiri, sesuatu yang sesuai pada satu tangan dengan untaian pemikiran non-Euhemerist, di mana ia sendiri cenderung bermeditasi pada matahari, bintang-bintang dan alam semesta.5 Di lain pihak ia dihubungkan dengan euergetist (dermawan/orang yang mencoba melakukan semua dengan baik) karakter Zeus dari Euhemeros: planet Yupiter didominasi oleh hal yang bersifat dermawan dan membawa kesehatan.6 Adat dan pengetahuan legenda serta yang berbau astrologi darinya ini ditanamkan begitu baik sehingga menjadi mustahil untuk mencabut nama-nama paganisme dari planet-planet dan gugusan bintang. William of Conches (seorang filosof skolastik Prancis), guru pribadi Henry Plantagenet (Henry II, disebut Curtmantle (5 Maret 1133 - 6 Juli 1189) berkuasa sebagai raja Inggris pada kurun 1154-1189), pada sekitar tahun 1122, bahkan menjustifikasi pengetahuan legenda pagan pada basis ini: jika kita tidak mengetahui kisah Yupiter mengambil bentuk sapi jantan untuk menculik Europa, kita tidak akan mengetahui bagaimana untuk menemukan Taurus di langit-langit (Seznec 1953: 51). Astrologi secara khusus menjadi berpengaruh pada abad ke-12 hingga ke-14, melalui interaksi dengan Bizantium dan dengan dunia Arab yang telah mengambil ketertarikan semacam itu dalam filosofi dan sains Yunani. ERA 1200, 1300-AN: KEBANGUNAN KEMBALI SEBELUM RENAISANS Pengetahuan Ilmu Klasik (studi karya kesusasteraan Yunani dan Romawi kuno) adalah cukup lumrah di antara mereka yang terpelajar dan para audiensnya menjelang akhir Zaman Pertengahan. Salah satu dari bagian petunjuk paling menyenangkan adalah kumpulan lagu-lagu dalam sebuah manuskrip dari tahun 1230 atau lebih dini dari

Benediktbeuern di kaki perbukitan Alps, yang disebut Carmina Burana. Termasyhur dalam karya berirama yang hebat dari Carl Orff (musisi Jerman yang mengembangkan sistem yang dipakai meluas untuk mengajarkan musik kepada anak-anak) pada tahun 1938, puisi-puisi masa pertengahan ini memiliki sebuah tempat bagi Yupiter dalam mitologi klasikal yang dengan ringan mereka kenakan: tertawa (risu Jovis, dengan gelak tertawa Jove), terkadang berkuasa, pernah pada planet. Archpoet (Archipoeta, nama yang diberikan pada pengarang anonim 10 puisi dari kesusasteraan Latin pada masa pertengahan) mengatakan kepada kita bahwa manusia bisa melihat pada penampilan, tetapi hati adalah terbuka bagi Jove, yang terlihat nuansa Kristennya (191, bait 22): homo videt faciem, sed cor patet Jovi. Dia juga menghasilkan sebuah syair yang bagus, sebagaimana ketika si pelantun dengan berang menolak kalau dia telah menjadi tidak setia:
Unde juro Musas novem, Jadi saya bersumpah oleh Muses (para dewi atau roh yang menginspirasikan penciptaan

kesusasteraan dan seni) sembilan,

quod et maius est, per Jovem,

dan, lebih dari itu, oleh Jove,

qui pro Dane sumpsit auri,

yang untuk Danae (puteri dari raja Argos dan ibu, oleh Zeus disamarkan sebagai pancaran emas) mengambil bentuk

emas,

in Europa formam tauri. dan dalam kasus Europa bentuk seekor sapi jantan.

Carmina Burana 117, bait 4

Banyak dari pengetahuan tentang mitologi datang dari karya Ovid, Metamorphoses, yang telah diinterpretasikan dalam cara alegori yang banyak akal. Sebuah karya kunci dalam tradisi ini adalah Book of Albricus the Philosopher on the Images of the Gods, di mana sebagian pemikiran, kemungkinan dengan sepantasnya, adalah oleh Alexander Neckham

(11571217), seorang cendekiawan dan guru berkebangsaan Inggris. Nama ini juga dieja sebagai Alexander Nequam (bahasa Latin untuk si jahat!), ia adalah seorang filosof dan ahli ensiklopedi yang ibunya menyusui Richard Lionheart (raja Inggris mulai 6 Juli 1189 hingga kematiannya pada 1199) serta merupakan manusia pertama di dalam sejarah untuk menyebutkan cermin dan kompas magnetik. Menggunakan nama samaran Albricus, kemudian, dia mengatakan seperti apa rupa para dewa itu, hal penting dalam sebuah zaman ketika seluruh patung-patung telah lenyap, dan dia menceritakan apa arti dari kisah-kisah mereka. Ini pada akhirnya merupakan sumber penting bagi syair berima yang benar-benar masif, Ovide moralis dari sekitar tahun 1300, yang membawa bahan-bahan ini ke sebuah pasar yang lebih lebar daripada bahkan apa yang dapat dilakukan oleh sebuah karya Latin:7
Dari Yupiter dan bentuknya:

Yupiter, putera dari Saturnus, yang kepadanya langit dan kekuasaannya diperuntukkan dengan jumlah besar, selayaknya dilukiskan duduk dalam

kemuliaan agung pada sebuah singgasana gading, pada tangan kanannya memegang tongkat kerajaan dan di tangan kirinya guruh. Dia mengecilkan nyali

sebagian para raksasa yang telah dikalahkan dan menelungkup di bawah kakinya. Di sampingnya tegak bertumpu seekor rajawali, sayap-sayap dilebarkan,

yang di antara kakinya direbut seorang anak laki-laki muda yang bernama Ganymedes.

Ovide moralis: Texte du commentaire de Copenhague,

de Boer v.394, dari Albricus

Pada jantung proyek ini adalah gagasan bahwa kalau Juru Selamat dan Penebus kita yang diberkati Yesus Kristus menggunakan cerita perumpamaan serta perbandinganperbandingan, maka adalah sah pula untuk memanfaatkan Ovid. Betapapun, ia mengikuti, bahwa kita tidak mengekstraksi pemaknaan definitif tunggal dari Ovid, tetapi dalam sebuah cara menggunakannya sebagai sebuah teks yang dapat dialihkan pada dampak

baik dalam sejenis pengajaran moral dan berdasarkannya varian dari berbagai interpretasi dikemukakan untuk tiap legenda, misalnya yang dari Ganymede: Penjelasan 1: Yupiter adalah raja dari Kreta (10.3368) yang mengalahkan Phrygians dalam peperangan dan mengambil Troy. Ganymede adalah sangat elok dan Yupiter membawanya pergi untuk kesenangannya sendiri contre droit et contre nature (3385). Penjelasan 2: Jupiter est un element | sor touz est assis le plus hault (34012): Yupiter merupakan sebuah elemen, yang terpenting dia duduk di tempat tertinggi. Dia adalah yang paling panas dan paling kering serta dia disegarkan oleh pembawa air surgawi Aquarius, disosokkan dalam legenda ini sebagai Ganymede. Penjelasan 3: Yupiter, sekarang dewa pencipta, untuk cinta atas umat manusia pour amour dumaine nature (3411)dipersiapkan untuk turun dari kayangan dan menjadi apa yang dia tidak pernah melakukannya, yakni menjadi seorang pria (manusia). Seperti seekor rajawali yang melesat ke langit, membawa daging yang telah disambarnya. Untuk Yupiter, ini tampak seperti Kristus. Dalam legenda Danae (puteri dari raja Argos dan ibu, oleh Zeus disamarkan sebagai pancaran emas), Yupiter adalah Ilah penolong kita, bapa kita, penyelamat kita, raja kita, pencipta kita. Danae merupakan keperawanan cinta dari Dewa (4.5584), dan menara di mana dia dipagari adalah kandungan di mana Dewa memasukinya dengan hujan emas, tanpa melalui pintu, seiring dia menggabungkan dirinya kepada sifat alami kita. Keturunannya adalah Aurigena (dilahirkan dari emas, Ovid Metamorphoses 5.250), Perseus yang gagah berani, dan faktanya cest Jhesu, vrai dieu et vrai home (Adalah Yesus, Tuhan sejati, manusia sejati, 5610). Ia mengingatkan pada penampakan ilahi (56113), yakni adegan di mana malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Maria untuk

menyatakan bahwa dia akan mengandung Putera Tuhan. Ini merupakan favorit dari lukisan Eropa dan penonton Danae di antara hujan emasnya selayaknya selalu mengemban di dalam pikirannya bahwa apa yang dilukiskan oleh para seniman merupakan sebuah penampakan ilahi yang disekulerkan; ia lebih dari sebuah kesempatan untuk melukiskan ketelanjangan yang penuh emosi. Tidak semuanya berlangsung begitu mulus dalam pembacaan inventif atas legenda klasik ini. Io, kebijaksanaan panjang dan dicintai oleh Dewa, beralih kepada kesenangan jasmanianggur, makanan dan seks (1.3956) dan Argus adalah dunia ini (3938). Dia merupakan penggambaran paganisme dari apa dimaksudkan Maria dari Mesir terhadap umat Kristen (4013).8 Secara berkebalikan, Semele, merupakan pemabuk yang dibuat tersesat bahkan oleh seorang wanita tua peminum, Juno (3.872), kecuali jika dia adalah jiwa peminum dan penuh cinta ilahi (907), dengan stres berat pada keibuannya Bacchus (dalam mitologi klasik dewa anggur; ekivalen dari Dionysus). Bagi selera kita ini bisa jadi terobsesi dengan agama Kristen dan menenggelamkan perasaan paganisme dari teks yang tidak terpikirkan sama sekali. Tetapi terdapat kesenangan dari teka-teki silang mengenai memecahkan interpretasi-interpretasi yang banyak akal ini, sebuah musik dalam irama periang dan sebuah demonstrasi yang prima dari kekuatan mitologi klasik yang tidak pernah berakhir guna membuat Anda berpikir. Seperti yang mungkin diperkirakan, para pengarang Italia dengan intens familiar atas kesusasteraan Latin sekuler pada sekitar tahun 1300. Maundy Thursday (Kamis sebelum Paskah) 1300 adalah ketika Divine Comedy dari Dante ditempatkan (ia ditulis pada 130621). Ini merupakan puisi yang dibenamkan di dalam Ilmu Klasik Yunani dan Romawi kuno, terkenal mengutip dengan persetujuan (Inferno 4.8890) karya dari

Homer, Horace, Ovid dan Lucan dalam tatanan tersebutdan Vergil tentu saja merupakan panduan dari Dante terhadap Neraka. Jove eksis di latar belakang, kadang-kadang muncul mengguruh kepada Para Raksasa yang pernah dikalahkannya, atau sebagai planet Yupiter, di mana namanya telah diterapkan oleh para penyembah berhala yang salah arah. Tetapi bahkan Ovide moralis tidak cukup mempersiapkan kita untuk teologi ini:
o sommo Giove, O Jove tertinggi,

Che fosti in terra per noi crocifisso.

Yang telah disalibkan di bumi bagi kita.

Purgatorio 6.118f.

Tidak ada yang tanpa preseden: penyamaan Zeus ini dengan Yesus Kristus juga telah dilakukan sebelumnya oleh Yohanes Diaken, mengambil kesimpulan logika Cratylus dari Plato (lihat halaman 95f):
Dan Zeus putera Kronos, bapa dari para dewa dan para pria, juga dipahami sebagai satu-satunya putera yang diperanakkan Dewa: seiring dia

bertanggungjawab atas kehidupan [zoe] dia disebut Zeus. Tetapi seiring dia merupakan putera Dewa, dia disebut putera dari Kronos, karena kita

seharusnya berpikir tentang Kronos sebagai pikiran murni [koros nous] di mana kita tidak dapat melihat atau menggenggamnya, yang tidak memiliki 9 asal-mula. . . tetapi Kronides, putera dari satu ini, consubstantial (dipandang sama dalam substansi atau esensi seperti tiga pribadi dalam Trinitas) dan

membagikan singgasananya, dan duduk di atas para dewa tersebut yang sebagai sebuah kesombongan memanggil para puteranya, menghakimi seluruh

kemanusiaan dan untuk alasan ini disebut bapa dari para pria dan para dewa.

Penyair dan ahli matematika pitagoras Petrarch (130474) mempunyai buku-buku yang tepat di dalam koleksi pribadinya: Mythologiae dari Fulgentius dan karya Alexander Neckham, Albricus on the Images of the Gods. Di antara banyak lainnya dia menulis dalam bahasa Latin heksameter--puisi yang baris-barisnya memuat enam derap/daktilus berjudul Africa pada Perang Punic, yang begitu peduli dengan kisaran klasik para dewa di mana kita dapat kembali ke dalam dunia Vergil:

Yupiter di depan yang lainnya, bangga pada takhtanya yang penuh kebesaran

Memegang tongkat kerajaan dan halilintar pada tangan-tangannya; dan pembawa senjata Jove [rajawali] di depan

Cakar-cakarnya mengangkat pemuda Idaean [Ganymede] di atas bintang-bintang.

Petrarch, Africa 14042 (dalam Seznec 1953: 173)

Dan temannya Boccaccio (131375) menulis Fulgentius baru, sebuah Genealogie deorum gentilium (Genealogi dari Para Dewa Pagan, edisi pertama 1360, direvisi belakangan), yang secara meluas populer dalam abad-abad yang kemudian. Laporannya mempunyai keganjilannya sendiri, seperti makhluk dahulu kala Demogorgon, di mana dia telah menghasilkannya dari yang diduga satu pengarang yang tidak dikenal Theodontius yang darinya dia mengutip di mana-mana.10 Tetapi ia mengendapkan pada penghitungan elegan dari makhluk-makhluk ilahi sejak permulaan dan menunjukkan seluruh pengaruh yang telah kita bicarakan. Terdapat beberapa Yupiter, sebagaimana ia seharusnya ketika Anda memulainya dari sebuah dasar Euhemerist. Yupiter 1 (Geneal. 2.2) adalah putera dari Ether dan Hari, seperti Theodontius meyakinkan kita. Yupiter ini di bawah nama Lysanias memperkenalkan peradaban dan agama penyembahan berhala di Athena, menurut orang Yunani Leontius (siapa?). Dan karena dia adalah banyak akal, tipe pencetus dari orang yang dibentuknya dia adalah elemen api dan putera dari Ether. Boccaccio berpikir dia menjadi disebut Yupiter karena dia seperti planet Yupiter, dalam karakter astrologinya sebagaimana dilukiskan oleh Albumasar (astronom Arab dari abad ke-9), panas, lembab, berangin, beriklim sedang, sederhana dan pantas dan seterusnya. Yupiter 2 merupakan putera Caelum (Kayangan, Ouranos) dan Yupiter 3 seorang Kreta, putera dari Saturnus (Kronos). Sebagian orang yang serius berpikir dia disebut Yupiter karena dia merupakan bapa penolong [lihat Isidore di atas, halaman 122], tetapi itu hanya

cocok dengan diri Dewa sendiri. Dalam bahasa Yunani dia dilafalkan Zefs, Boccaccio menceritakan kepada kita, misalnya kehidupan (zen, untuk hidup, lihat Fulgentius atau Plato) tetapi tentu saja adalah Kristus yang merupakan jalan, kebenaran dan kehidupan dan itulah bagaimana ia sebenarnya. Rasionalisasi dan alegori muncul dari waktu ke waktu. Yupiter diduga merenggut Europa dalam bentuk seekor sapi jantan putih, karena itulah simbol yang tergambar pada kapalnya (lihat Isidore di atas). Jika Yupiter membunuh Semele dalam bentuk sebuah halilintar, ini berarti bahwa api misalnya Yupiter tidak bercampur dengan udara misalnya Juno kecuali ketika sebagai sebuah halilintar ia turun ke dunia di bawahnya (2.64). Pembelajaran Ilmu Klasik Yunani dan Romawi kuno mengenai Yupiter mencakup Inggris. Untuk mengutip satu contoh saja, Chaucer, pembaca lainnya dari Ovide moralis, mengkhayalkan dirinya sendiri dibawa oleh rajawali dari Yupiter ke Pondok Kemasyhuran dalam puisi dari nama itu (sekitar 1380).11 Motif penyair pemimpi disambar oleh rajawali dari Jove ini berasal dari Dante (Purgatorio 9.224) tetapi syair adalah dalam haknya sendiri pada sebuah bagian ekshibisi dari pembelajaran ilmu klasik, diperluas pada Somnium Scipionis (Mimpi dari Scipio, dalam bahasa Latin Somnium Scipionis, ditulis oleh Cicero, adalah buku keenam dari De re publica) dan sebuah ikhtisar dari Aeneid, termasuk adegan dari Aeneid 1 yang telah kita diskusikan sebelumnya (halaman 111):
Ther saugh I Joves Venus kysse,

And graunted of the tempest lysse [relief].

Chaucer, House of Fame 219f.

John Gower dalam Confessio Amantis-nya (c.1390) juga mengenal Ovid-nya. Misalnya Yupiter di 5.6249 merusakkan Callisto, dan lebih dulu Io:
Ovide telleth in his sawes,

How Jupiter be olde dawes

Lay be a Mayde, which Yo

Was cleped, wherof that Juno

His wif was wroth, and the goddesse

Of Yo torneth the liknesse

Into a cow, to gon theroute

The large fieldes al aboute.

John Gower, Confessio Amantis 4.331724

ZEUS DAN RENAISANS Dengan Renaisans, para pemikir humanis sekarang dengan konsisten mencari bagi filosofi dan nilai-nilai melampaui yang telah diberikan oleh Gereja.12 Ini adalah masa ketika filosofi Neo-Plato yang telah mendominasi akhir zaman klasik penyembahan berhala menempuh sebuah kontrak kehidupan baru, walaupun dalam cara sedemikian yang tidak dengan mempertunjukkan, dengan berbahaya, dan tidak konsisten dengan iman Kristen. Namun, ini tidak spesifik menguntungkan Yupiter, sebagaimana Plato telah selalu menjadi lebih abstrak dalam perlakuannya atas keilahian. Karena itu, penganut Neo-Plato seperti Marsilio Ficino (143399) atau seorang penganut paham humanisme seperti Pico della Mirandola (146394) akan membicarakan lebih banyak mengenai aspek-aspek legenda dari agama daripada mengenai Jove, bahkan jika Marsilio (Letter 8) merasa nyaman dengan Yupiter sebagai aether dan Juno sebagai udara. Yang terbaik ini

merupakan simbol-simbol dunia, di mana Federigo da Montefeltro (juga dikenal sebagai Federico III da Montefeltro [7 Juni 1422- 10 September 1482], satu dari prajurit profesional paling sukses pada masa Renaisans Italia), mendapatkan medali penghargaan dengan tanda planet Yupiter memerintah tanda Mars dan Venus yang penuh pertentangan, perang dan cinta, sementara rajawalinya membawa lencana mereka termasuk, untuk Jupiter Tonans (mengguruh), sebuah bola meriam (Wind 1967: 95f., fig. 71)! Dengan serupa seakan-akan pola pikir yang lebih harfiah, Conrad Celtes, seorang budayawan Jerman, pada suatu lukisan dari ukiran kayu tahun 1507 mengkonstruksi gambar dari potongan Kristen tetapi dengan isi penyembahan berhala (fig. 13; Wind 1967: 252f.): di sini Yupiter dan Phoebus Apollo tampak seperti Tuhan Bapa dan Tuhan Putera, dikelilingi oleh Minerva dan Mercury memerankan Maria dan Yohanes Pembaptis, dan dengan Burung Merpati (Roh Kudus) diwakili oleh Pegasus keduanya bahkan mengangkasa! Kembalinya sekarang dengan leluasa pada perbendaharaan peradaban Yunani dan Romawi di atas segalanya memberi kehidupan baru pada mitologi, yang pada satu sisi merupakan kumpulan motif-motif yang berkaitan, situasi-situasi dan nafsu, dan dengan misterius yang lainnya mengemukakan sebagian perasaan lebih dalam, mendasari kisahkisah yang jelas remeh-temeh ini. Ia secara menonjol dieksploitasi di dalam seni dan musik. Tema-tema mitologi klasik Yunani dan Romawi kuno, seperti yang lainnya, harus diciptakan berdasarkan pesanan, dan mereka tidak mulai muncul hingga pada sekitar tahun 1400-an. Ini misalnya dalam antechapel (istilah yang diberikan pada bagian kapel yang terletak pada sisi barat dari sekat paduan suara) dari Palazzo Publico (istana di Kota

Siena, terletak di kawasan Tuscany, Italia) di Siena suatu rangkaian lukisan dinding yang menggambarkan para dewa di zaman klasik (bersama dengan para pahlawan republikan Romawi) dilukis oleh Taddeo di Bartolo pada sekitar tahun 1414, termasuk sebuah Yupiter dengan halilintar. Karya anonim Adegan-adegan dari Legenda, yang diatributkan pada Master of Griggs Crucifixion, melukiskan, di antaranya, Callisto dan pastilah berasal dari sekitar tahun 1430. Sementara itu, dalam pengaturan yang tidak mungkin dari pintu-pintu perunggu dari Basilika Santo Petrus, di Vatikan, Antonio Averlino (atau Filarete, bahasa Yunani untuk pencinta keunggulan) memasukkan pada tahun 1445 sebuah penggambaran Pemerkosaan Ganymede, yang dengan jelas harus dimaknai secara kiasan, terdapat berlawanan dengan penyaliban Santo Petrus. Dia juga mengerjakan sebuah Amaltea di sini, kambing yang menyusui Zeus. Seni eksis dalam sebuah pemahaman yang siap digunakan dalam karya Ovid, Metamorphoses (halaman 48), kerapkali digambarkan sebagai injilnya pelukis. Ia tentu saja mendasari sejumlah besar penggambaran-penggambaran dalam seni, terutama percintaan para dewa dan meminjamkannya dengan sengaja pada banyak dari representasi tersebut. Pada edisi-edisi tahun 1470-an telah dilukiskan di Subiaco (di dekat Roma), Venice, Milan dan Leuven. Tetapi adalah sejak tahun 1500 bahwa pasar ini mulai beranjak maju. Guidoccio Cozzarelli mengambil jeda dari lukisan-lukisan keagamaan utama untuk mengerjakan sebuah Callisto diduga pada sekitar tahun 1500. Danae (puteri dari raja Argos, oleh Zeus disamarkan sebagai pancaran emas) pertama dalam pencaran emasnya tampaknya adalah dari Baldassare Peruzzi (Baldassare Tommaso Peruzzi, 7 Maret 1481-6 Januari 1537, arsitek dan pelukis Italia, lahir di kota kecil di dekat Siena dan meninggal di Roma) dalam sebuah lukisan dinding Villa Farnese di

Roma (tahun 1512), dilukis seyogyanya bagi bankir Chigi; juga terdapat sebuah Ganymede di sana. Giorgione (c. 14771510) mengerjakan sebuah Daphne, Europa dan Ganymede. Correggio (c. 14901534) mengerjakan Danae (kecuali kalau itu adalah karya Giorgione), Ganymede, Io dan bayi Zeus. Titian (c.14881576) mengerjakan Antiope, Callisto, Daphne, dan Ganymede. Giulio Romano (1499?1546) mengerjakan secara praktis tiap legendatermasuk Europa, Ganymede dan Semele. Dia menggambarkan masa kanak-kanak dari Yupiter, percintaan serta keturunannya dalam sebuah seri dari 12 lukisan pada sekitar tahun 1533, yang enam di antaranya berhasil bertahan, empat dari mereka berada di Hampton Court Palace dan satu di National Gallery (keduanya berada di Kota London). Dan juga terdapat sebuah trompe loeil Kejatuhan Para Raksasa yang melimpah (tahun 1534) sebagaimana mereka tuangkan dari Olympus, atau agaknya dari suatu kubah, di seluruh Ruang Para Raksasa dari Palazzo del T at Mantua. Di sini Kapel Sistine bertemu dengan legenda penyembahan berhala. Saya mereproduksi kembali, seperti pada gambar 14, adegan kegembiraan dan suka cita serta sekaligus pandangan tajam dari bayi dewa guruh itu sendiri dari National Gallery (London). Kunjungan Yupiter dan Mercury ke Baucis dan Philemon bisa jadi merupakan subjek yang lebih sensitif dan maju. Pada sembarang tingkatan, terpisah dari sebuah lukisan (dengan aneh) dari Bramantino pada 1500, ia pertama kali muncul dengan desain dari Primaticcio untuk Fontainebleau (lihat di bawah) pada sekitar tahun 1550, dan setelah itu disambut dengan senang hati ketika ia mencoba untuk sederhana, seringkali agak gelap, tetapi dengan lingkungan petani yang misterius di mana para dewa menemukan dirinya sendiri. Adalah karya yang bagus sekali dari Rembrandt, Philemon and Baucis visited by Mercury and Jupiter (tahun 1658) di National Gallery of Art, Washington, Amerika

Serikat, yang dapat Anda temukan di Web. Di sisi lain, saya tidak dapat cukup membayangkan akan bagaimana ia rupanya seperti marionette opera, yang merupakan apa yang diciptakan Franz Joseph Haydn, dan yang jelas untuk suatu kesenangan, dari kaisar wanita Maria Theresa di Esterhzy pada tahun 1773. Tetapi jika sebuah perusahaan New England dapat mengerjakan Tosca dengan cara itu,13 maka bisa jadi Baucis dan Philemon akan bekerja dengan baik. Kunjungan ke Lycaon dan transformasinya menjadi seekor serigala adalah dengan mengejutkan jarang terjadi. Inilah yang tampaknya pernah menjadi lukisan dari Raphael. Ada sketsa lukisan minyak Rubens (16368) untuk sebuah lukisan dinding yang ditujukan bagi sebuah istana dari Philip IV dari Spanyol dengan karakter Yupiter yang menyerupai Kristus. Selain itu terdapat beberapa ukiran, secara langsung

mengilustrasikan Ovid.14 Bisa jadi para raja dan pangeran secara keseluruhan tidak menyukai kisah tentang penghukuman para raja. Cita rasa percintaan Yupiter diikhtisarkan oleh kompilasi adegan-adegan dari Thomas Heywood pada tahun 1625 dari lakonnya sebagai The Escapes of Jupiter. Di pihak lain kata-kata nyanyian dari Congreve pada tahun 1707, yang pertunjukannya dengan musik oleh John Eccles ternyata gagal, diangkat dan dimodifikasi oleh Handel untuk Semele miliknya sendiri (tahun 1744), sebuah oratorio yang megah dengan altar dan naga yang bernyala-nyala, tetapi merupakan alur yang terlalu seksi bagi selera para pendukungnya. Secara kebetulan di Paris pada 1709 Semele lainnya dipertunjukkan, oleh Marin Marais, komposer terkemuka dari istana Versailles. Ia kemungkinan merepresentasikan langkah maju dari yang secara rutin menyimpangkan bahan-bahan dewa dan yang dicintai oleh pemain kecapi istana Louis de Mollier untuk pertunjukan oleh pemain komedi Marais

dalam Les amours de Jupiter et Sml (1666) pada kata-kata nyanyian dari Claude Boyer. Ini merupakan hiburan yang sesuai dengan mode terakhir bagi kelas-kelas terpelajar, lengkap mesin-mesin untuk berputar dalam dekor dan terbang dalam para dewa. Seseorang yang ingin menangkap suasana hati Paris dalam hari-hari tersebut, dengan pertunjukan perdana dari Molire dan Corneille, hanya perlu memeriksa daftar dari pertunjukan pada tahun-tahun tersebut yang sekarang tersedia di Web. 15 Mitologi Yunani-Romawi merupakan sejenis keseragaman budaya yang membuat para audiens merasa nyaman mengenai status elite mereka tanpa terlalu berlebihan memajaki mereka. Legenda-legenda ini biasanya diperlakukan dengan sangat ringan, menetapkan sebuah titik penghitung yang menggembirakan dari keremehan terhadap perburuhan yang telah memelajari bahasa Latin dan membaca Ovid melalui pendidikan. Terdapat Calisto, misalnya, dari 1651 oleh Cavalli di mana Yupiter, yang dalam pencariannya untuk Callisto, memulai dengan penyesalan telah memberi manusia kehendak bebas. Dia kemudian mengadopsi sebuah suara falsetto (suara nyanyian pria dengan nada tinggi buatan) dan berdandan seperti para dewi demi meyakinkan Callisto bahwa dia adalah Diana, yang, dengan mengagumkan, ternyata langsung berhasil. Ini merupakan sebuah opera tidak masuk akal yang hebat, di mana satu momen mistik adalah perubahan Callisto menjadi bintang-bintang sebagai Beruang Besar (konstelasi di luar zodiak yang berotasi di sekitar Bintang Utara). Dari seluruh material yang telah kita diskusikan pada bagian pertama, ia bisa jadi terlihat bahwa laporan dari Pausanias tentang Daedala di Plataia (p. 31f) adalah secara luar biasa tidak mungkin untuk menghasilkan sebuah opera. Namun ia justru menghasilkan sendratari Plate ou Junon jalouse (Plataea, atau Juno yang Cemburu) oleh Jacques

Autreau, yang telah dibuat menjadi sebuah opera komik oleh Rameau pada tahun 1745 bagi rasa senang berlebihan Louis XV dan puteranya bakal Louis XVI, lengkap dengan sebuah tenor (m.) menyanyikan bagian dari Plataea (f.). Opera ini dibangkitkan oleh New York City Opera pada tahun 2000 dan membentuk sebuah bar modern yang jorok dengan ditunjang oleh sebuah kelompok penuh warna dari karikatur-karikatur abad ke20, termasuk seorang pelaut kulit hitam, seorang lesbian yang maskulin, gadis pramu panggung yang terlalu menyolok, seorang isteri baron (gelar bangsawan rendah di Eropa) yang tersamar, dan seorang polisi penerima suap.16 Pengaturan (setting) apa yang dilakukan Pausanias disimpan abad ke-21 bagi kita? Adalah, betapapun, dimensi lain dari penggunaan legenda-legenda Yupiter ini. Sejak permulaan Zeus sudah memiliki hubungan khusus dengan para raja dan dengan berulang di masa-masa yang lebih modern kita menemukan para raja digambarkan sebagai Yupiter. Para penyair merujuk pada Henri II dari Prancis (berkuasa tahun 154759) dan istananya sebagai le nouvel Olympe dan gambaran ini dipelihara oleh istana sendiri yang melakoni peran-peran tersebut. Seseorang hanya perlu melihat pada lukisan dinding di istana di Fontainebleau untuk menyaksikan dunia para dewa, para pahlawan dan visi Neo-Plato yang berputar-putar, misalnya Rajawali menculik Ganymede dari tahun 15516, didesain oleh Primaticcio, yang telah bekerja di bawah Giulio Romano, dan dilaksanakan oleh Niccol dell Abate. Untuk mengambil contoh lain Rubens menjalin Henri IV dan Marie de Medici dengan Yupiter dan Juno, bahkan mengidentifikasi mereka, dalam sebuah siklus dari tahun 16225, yang sebagian besar sekarang berada di Louvre, Prancis. Kedua penggunaan ini menjelaskan popularitas dari legenda-legenda Yupiter di dalam produksi istana dan membuat sebagian legenda, seperti Semele (Semele

adalah sebuah opera oleh John Eccles. Kata-kata nyanyian oleh William Congreve, menggambarkan legenda Yunani dari Semele) itu, menjadi agak problematik. Apakah Handel dalam Semele-nya mengkritik pengaruh dari Madame de Walmoden, gundik dari George II? SENJAKALA DEWA DEWI Dalam sebagian besar sejarah dari peradaban Eropa, Revolusi Prancis dan periode romantisme menandai sebuah titik balik. Namun, dari sudut pandang kita, mereka hanya mempersiapkan landasan untuk periode modern yang secara bertahap membalikkan punggungnya pada nilai-nilai Renaisans dan ditegaskan dengan keyakinan baru sebuah kepercayaan dalam kemajuan, menetapkan nilai baru pada kontemporer dibandingkan dengan masa lalu. Pada abad ke-19, pendidikan klasik Yunani dan Romawi kuno terus menjadi sentral. Operet (opera singkat) pertama Gilbert dan Sullivan adalah Thespis, di mana Yupiter turun ke bumi untuk mencari tahu mengapa para dewa tidak lagi dihormati. Namun pertunjukan pertamanya pada tahun 1871 tidak benar-benar merupakan sebuah sukses: Ia mendapatkan booing (tindakan menyatakan ketidaksenangan atas seseorang atau sesuatu dengan meneriakkan yel keras boo) tidak hanya oleh para penonton tetapi juga oleh orkestra! Meskipun sudah menggelar 64 pertunjukan, ia tidak lagi eksis. Pada akhir lain dari sebuah karir, karya Richard Strauss, The Love of Danae dari 1940 adalah operanya yang kedua dari akhirnya. Kata-kata nyanyian dari Hofmannsthal membawa bersamasama begitu banyak dari mitologi percintaan Zeus. Danae, Semele, Leda, Europa, Alkmenemereka semuanya ada di sana, dalam sebuah karya di mana Strauss dipandang telah mengidentikkan dirinya sendiri dalam sebuah cara dengan dewa Yupiter, dengan

tidak konsisten membangkitkan nada-nadanya di suatu tempat di dekat Wotan dari siklus opera Richard Wagner dalam karya Ring-nya (Der Ring des Nibelungen). Zeus-Yupiter tidak disebutkan di dalam Ring of the Nibelungs (pertama kali dipertunjukkan dengan lengkap pada tahun 1876). Tetapi ia membayanginya. Siklus opera hebat dari Wagner secara eksepsional menghadapi pertanyaan besar mengenai tatanan dunia dan meletakkannya di hadapan kita problem-problem menjadi seorang dewa kepala yang tercela, daripada sekadar menemukan humor di dalam suatu perangkat keilahian. Wotan dari Wagner mengutarakan secara tidak langsung Zeus dari Homer dan Jupiter dari Vergil di latar belakang, dan konflik dengan Para Raksasa mengingatkan pembentukan kekuasaan Zeus. Tetapi, yang lebih benar mungkin pada mitologi Norse (penghuni Skandinavia kuno), Ragnarkpeperangan utama yang bersifat perubahan dasar antara para dewa dan kekuatan jahat, dan darinya akan muncul tatanan baru--(yang dia pahami sebagai Senjakala Para Dewa),17 atau pada bencana alam final dari para Stoik di mana alam semesta yang ada sekarang pada suatu hari akan lenyap, gambaran Zeus dibesarkan oleh pemahaman akan akhir dari dunia sekaligus akhir dari kekuasaan para dewa. Bagi rakyat Yunani Zeus akan berkuasa selamanya. Namun masa-masa modern adalah kurang memihak pada gambaran stabilitas. Sekarang, seiring kita menjelajahi Web, nama Zeus seringkali hanya sekadar sebuah kata bersuku satu yang kuat dan menunjukkan pengendalian total, populer di antara mereka yang bertugas memberikan nama kepada produk-produk. Zeus Technology adalah ahli dunia dalam infrastruktur server web. Zeus Informatics didirikan pada tahun 1998. Zeus adalah sebuah konsep baru secara total dalam menghasilkan trafik web. The Zeus untuk para programmer teks editor Windows telah dengan khusus didesain

bagi para pengembang perangkat lunak (software) yang bekerja di lingkungan Windows . Ia menawarkan sejumlah fitur yang membuat tugas penulisan kode pemrograman komputer menjadi lebih mudah dan lebih produktif. Dan Zeus Electronique Dveloppement mengurusi studi dan manufaktur dari produk-produk elektronik industri. Dengan lebih akademis:
Kita adalah sebuah kolaborasi dari sekitar 450 pakar fisika yang menjalankan sebuah detektor partikel besar pada collider (akselerator di mana dua berkas

partikel dipaksa untuk berbenturan) elektron-proton HERA di laboratorium DESY di Hamburg, Jerman. Detektor ZEUS merupakan perangkat canggih

untuk memelajari reaksi-reaksi partikel yang dimunculkan oleh berkas sinar berenergi tinggi dari akselerator HERA. 18

Dunia klasik budaya kuno Yunani dan Romawi juga menjadi bahan dari fantasi, dan setiap ahli klasik pertama kali menemukan dunia klasiknya melalui mitologi. Film Clash of the Titans (tahun 1981), dengan monster Kraken dari Norse, burung hantu dengan mekanisme jam, efek-efek khusus yang menakjubkan dari Ray Harryhausen (produser film Amerika) untuk mitologi Persesus yang merupakan gabungan aneka warna pada 1981, menggelinding di depan kita seorang Zeus yang masih mengendalikan dunia, yang pembawaan manusianya tidak terlalu jauh dari konsepsi asli Yunaninya. Ia menunjukkan bahwa kita masih merespons, sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Yunani, terhadap sebuah perasaan ironi dan kelemahan dalam mengelola alam semesta yang tidak benar-benar cocok dengan kepercayaan modern. Zeus juga merupakan sebuah masalah tes akting yang menarik. Laurence Olivier (seorang aktor, sutradara dan produser Inggris) merupakan sebuah pilihan kisah kepahlawanan untuk Clash of the Titans. Ini juga adalah dunia di mana aktor film Amerika, Kevin Sorbo, berperan sebagai Hercules (Hercules: the Legendary Journeys, televisi 19949) membawa pembunuh bayaran profesional dengan senapan yang sendirian ke dunia Yunani dan adakalanya hidup bersama-sama

dengan ayahnya yang mudah naik darah, Zeus, yang diperankan oleh figur substansial lainnya, Anthony Quinn. Tidak ada fantasi yang lengkap tanpa sebuah game komputer. Salah satunya adalah Zeus: Master of Olympus di mana Anda mungkin dengan wajib membangun sebuah kota, menantang para dewa, menelurkan sebuah legenda.19 Namun, saya tidak yakin, apakah Anda akan mampu untuk meletakkan apapun yang telah didapatkan dari buku ini pada sebagian besar efek. Pada akhirnya, garis langsung Anda adalah kepada Zeus. Siapa yang mengetahui yang mengelola lokasi orakel pada Amerika Serikat modern sekarang Tanya Zeus! Atau mengapa? Namun manfaatnya jelas:
Mempunyai pertanyaan? Jangan memercayai kebijaksanaan duniawi. Mereka yang tidak kekal dapat membuat kesalahan. Dapatkan jawabanmu dari Raja

Para Dewa sendiri. Kemahakuasaan adalah sejuk! 20

Diingatkan, ia menderita dari halusinasi modern di mana Anda seharusnya merisikokan jawaban yang tidak sekadar ya/tidak dan tidak merekomendasikan pengorbanan pada dewa ini atau dewa itu yang seringkali cukup separuh saja. Di sisi lain, dengan otentik seperti Delphi, ia menyokong sisi keliru dalam politik. Dan ia tampaknya telah meninggal, seperti dewa kuno sendiri, sebagaimana saya menambahkan tanda titik terakhir ini.

You might also like