You are on page 1of 9

Daftar Isi

Pengantar iii 1. Mengapa Buah Bisa Terasa Hambar, Asam, Kelat dan Manis ? .. 1 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemanisan Buah 3 A. Faktor Dalam atau Sifat Genetik Tanaman .. 3 B. Faktor Luar ..5 3. Agar Buah Lebih Manis .12 A. Penggunaan Kultivar Unggul 12 B. Penanaman di Tanah Subur . 12 C. Ekologi Tanaman Harus Diperhatikan ..13 D. Pemupukan Berimbang .. 15 E. Pemanenan pada Waktu yang Tepat .. 16 4. Bila Buah Terlanjur tidak Manis . 19

I. Mengapa Buah Bisa Terasa Hambar, Asam, Kelat dan Manis ?


Buah-buahan yang rasanya tidak manis hambar, asam, kelat disebabkan kadar gulanya relatif rendah atau kalah dominan dibandingkan kandungan zat lainnya. Buah yang kandungan gulanya cukup tinggi atau dominan akan terasa manis kalau dimakan. Setiap buah umumnya mengandung air, protein. Lemak, karbohidrat (termasuk gula), mineral dan vitamin. Zat-zat ini sering disebut sebagai zat nutrisi. Selain zat nutrisi, beberapa jenis buah ada yang memiliki zat lain berupa aneka golongan asam dan tanin. Asam yang sering ditemukan dalam buah ialah asam malat, asam oksalat, asam sitrat dan asam malonat. Gabungan zat nutrisi dengan asam atau tanin inilah yang mempengaruhi rasa dan kelezatan buah. Buah yang kandungan gulanya rendah dengan kadar air tinggi akan terasa hambar. Bila kandungan gula dan asamnya seimbang, rasanya menjadi manis-manis asam. Jika kandungan asamnya lebih tinggi, rasanyapun menjadi asam. Bila buah mengandung tanin cukup banyak, akan terasa kelat kalau dimakan. Buah yang masih muda umumnya mengandung asam atau tanin relatif tinggi. Seiring dengan bertambahnya umur buah, kandungan zat-zat ini semakin berkurang. Oleh karena itu, rasa manisnya pun semakin tua semakin bertambah. Contoh buah yang waktu masih muda banyak mengandung asam ialah jeruk. Apabila jeruk dipetik terlalu muda, kandungan asam oksalat yang masih tinggi menyebabkannya

terasa asam. Buah salak dan belimbing adalah contoh buah yang tinggi kadar taninnya sewaktu masih muda. Itulah sebabnya buah ini rasanya kelat kalau dipetik muda.

II. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemanisan Buah


Tanaman bisa berbuah manis atau tidak tergantung dari faktor-faktor dalam dan luar. Faktor dalam berupa sifat genetik tanaman, sedangkan faktor luar meliputi tanah dan iklim, pemeliharaan, serta umur petik buah. A.Faktor Dalam atau Sifat Genetik Tanaman Meskipun dipetik, pada umur cukup tua, ada buah yang rasanya tetap tidak manis. Jeruk nipis dan buah malaka merupakan contohnya. Meskipun dipetik tua, jeruk nipis tetap terasa asam dan buah malaka tetap terasa kelat. Mangga, jambu dersono, nanas, duku dan belimbing juga sering tetap terasa asam atau kelat meskipun umur buahnya sudah cukup tua. Ada juga buah yang rasanya tetap hambar meskipun dipanen cukup umur. Contoh buah yang setelah tua rasanya sering hambar ialah apel, jambu air, semangka dan belimbing. Buah yang rasanya tetap asam, kelat atau hambar seperti itu memang berkarakter asam, kelat dan hambar. Dengan kata lain, gen yang berperan terhadap rasa manis buah kalah menonjol dibandingkan gen yang menyebabkan buah asam atau kelat. Dengan sendirinya, apabila bibit semacam ini kita tanam, rasa buahnya akan asam, kelat atau hambar. Berbeda dengan bibit jeruk manis, mangga arumanis, belimbing madu atau salak pondoh. Bibit tanaman ini akan menghasilkan buah yang rasanya manis, perbedaan ini timbul karena varietas tanamannya memang berbeda. B. Faktor Luar Faktor luar yang berpengaruh terhadap tingkat kemanisan buah ialah sebagai berikut 1. Faktor tanah dan iklim Faktor tanah misalnya jenis tanah, kesuburan, kedalaman air dan ketinggian ikut mempengaruhi tingkat kemanisan buah. Faktor iklim yang mempengaruhi kemanisan buah antara lain suhu lingkungan, sinar matahari dan curah hujan.

a.

Jenis dan kesuburan tanah

Tanah yang subur biasanya kaya dengan bahan organik. Partikel penyusunnya pasir, liat, debu seimbang sehingga mudah membentuk struktur remah. Derajat keasamannya berada di sekitar netral, yaitu 6-8. Pada tanah yang ber-pH netral, unsur-unsur berbahaya yang sering meracuni tanaman tidak terakumulasi. Pertukaran ion dalam proses penyerapan unsur hara juga berlangsung tanpa kesulitan. Pada tanah semacam itu, kebutuhan tanaman akan unsur hara selalu terpenuhi sehingga proses fotosintesis berjalan tanpa kesulitan. Dengan demikian, jumlah

karbohidrat dalam buah yang kelak akan menjadi gula pun banyak sehingga buah terasa manis. Jenis tanah yang bergolong subur itu ialah tanah grumosol dan andosol. Ciri-ciri kedua tanah ini secara umum berwarna kelam sampai hitam karena banyak mengandung bahan organik, struktur lapisan atas berbutir dan di bagian bawah bergumpal, serta kemmpuannya mengikat air tinggi

b.

Kedalaman air tanah

Tanaman buah tahunan yang berperakaran dalam memerlukan tanah dengan kedelaman air cukup, sedangkan tanaman semusim yang perakarnnya dangkal menuntut tanah yang airnya dangkal. Jika syarat ini dipenuhi, kebutuhan tanaman terhadap air dan udara akan tercukupi sehingga pertumbuhan dan pembuahan berlangsung tanpa gangguan. Jika tidak, buah yang dihasilkan tidak manis atau tanaman malah gagal tumbuh karena selalu kekeringan atau akarnya busuk akibat selalu tergenang. Berdasarkan kedalamnnya, air tanah dibagi menjadi empat golongan: dangkal apabila batas permukaan kurang dari 50 cm, cukup dalam apabila letaknya antara 50150 cm, dalam bila terletak antara 150-200 cm, sangat dalam bila letaknya lebih dari 200 cm. Air tanah yang sangat dalam tidak dapat dicapai oleh akar tanaman.

c.

Ketinggian tanah

Ketinggian tanah sangat mempengaruhi tanaman karena erat hubungannya dengan suhu udara dan sinar matahari. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, suhu rata-rata harian akan turun. Umumnya suhu rata-rata di dataran rendah (sekitar pantai) selama setahun berkisar 32o C. Selanjutnya, setiap naik 100 m suhu akan turun 0,57o C. Berdasarkan zona suhu, daerah di Indonesia dibagi menjadi empat: dataran rendah tropis (0-200 m dari permukaan laut, suhu udara 27-25o C), dataran tinggi (200-1000 m dari permukaan laut, suhu udara 24-19o C), dataran pegunungan tropis (1000-1900 m dari permukaan laut, suhu udara 18-13o C), dan dataran tinggi tropis (lebih dari 1900 m dari permukaan laut, suhu udara 12-0o C).

d.

Sinar matahari

Sinar matahari sangat penting untuk tanaman. Energi dari sinar matahari diperlukan untuk setiap proses fisiologi tanaman. Intensitas sinar matahari di dataran rendah lebih rendah daripada dataran tinggi, tetapi waktu penyinaran di dataran rendah lebih lama. Semakin rendah intensitas sinar yang diterima, semakin lama waktu yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses fisiologi. Akibatnya, pengubahan karbohidrat dalam buah menjadi gula pun kian sulit dilakukan.

e.

Suhu lingkungan

Suhu lingkungan mempengaruhi proses respirasi atau pernapasan dan berbagai proses lainnya. Pada suhu tinggi kecepatan membuka dan menutupnya stomata atau

mulut daun dalam proses respirasi berlangsung lebih aktif. Dengan demikian, tanaman memerlukan tambahan air lebih banyak daripada yang ditanam di daerah yang bersuhu rendah. Suhu juga mempengaruhi aktivitas enzim. Zat yang berfungsi melancarkan proses fisiologi pada tanaman ini memerlukan suhu tertentu agar dapat bekerja secara efektif. Pada suhu yang terlalu rendah atau tinggi, kerja enzim dapat terhambat sehingga proses fisiologi tanaman pun terganggu. Contohnya dapat dilihat pada tanaman pisang dan mangga. Jika ditanam di dataran rendah, pisang dan mangga akan berbuah lebih manis dan cepat ranum daripada jika ditanam di dataran tinggi. Hal ini disebabkan enzim yang berperan dalam pengubahan karbohidrat menjadi gula bekerja lebih efektif di dataran rendah.

f.

Curah hujan

Faktor iklim yang juga penting adalah curah hujan. Perbandingan antara jumlah hari hujan dan hari kering serta intensitas curah hujan setiap tahun secara langsung akan menentukan suatu tanaman bisa berbuah atau tidak. Hal ini disebabkan proses pembungaan tanaman buah biasanya sangat tergantung pada kedua faktor ini. Apabila banyaknya hujan dan hari hujan tidak sesuai dengan yang diinginkan, pembungaan sebagai tahap awal pembuahan pun tidak akan terjadi. Dilihat dari banyaknya curah hujan dan pembagiannya setiap tahun, dikenal istilah bulan basah dan bulan kering. Disebut bulan basah apabila setiap bulan rata-rata jatuh hujan sebanyak lebih dari 100 mm. Disebut bulan kering apabila setiap bulan rata-rata jatuh hujan kurang dari 60 mm. Atas dasar ini, daerah di Indonesia secara umum dibagi menjadi enam daerah hujan:
1)

Daerah basah atau A-1 (jika sepanjang tahun selalu menerima hujan), Daerah cukup basah atau A-2 (jika memiliki kurang dari 12 bulan basah dan Daerah setengah basan atau B-1 (jika memiliki 9-10 bulan basah dan 1-2 Daerah setengah kering atau B-2 (jika memiliki 7-8 bulan basah dan 2-4 Daerah cukup kering atau C (jika memiliki 5-6 bulan basah dan 6 bulan Daerah kering atau D (jika memiliki 3-4 bulan basah dan 6-8 bulan kering),

2) 3) 4) 5) 6)

0 bulan kering), bulan kering), bulan kering), kering), dan Apabila proses pembuahan telah terjadi, peningkatan curah hujan umumnya berpengaruh negatif terhadap kemanisan buah. Artinya, curah hujan yang tinggi akan menurunkan rasa manis buah. Kita sering menemui hal seperti ini pada jambu air. Tanaman yang berbuah tanpa kenal musim ini seringkali menghasilkan jambu yang

terasa hambar pada musim hujan, kurang manis kalau dibandingkan dengan yang dihasilkan pada musim kemarau. 2. Faktor pemeliharaan Faktor pemeliharaan yang banyak pengaruhnya terhadap kemanisan buah ialah pemupukan. Pupuk jelas sangat dibutuhkan untuk menggantikan unsur hara dalam tanah yang telah diserap tanaman dan diubah menjadi buah. Apabila tidak pernah dipupuk,tanaman yang buahnya lebat dan rasanya manis lama-kelamaan jumlah buah dan rasa manisnya berkurang. Hal ini disebabkan kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara semakin berkurang. Tanpa dibantu dengan penambahan pupuk, kebutuhan unsur hara untuk tanaman tidak akan tercukupi lagi. Tanaman yang kekurangan unsur hara tidak mungkin menghasilkan buah berkualitas karena bahan yang diperlukan untuk membuat buah tidak tersedia. 3. Faktor umur petik buah Umur petik buah berpengaruh sangat besar terhadap derajat kemanisan buah, terutama untuk buah golongan nonklimakterik. Buah nonklimakterik adalah buah yang proses fisiologisnya langsung berhenti begitu dipetik. Sebaliknya, buah yang proses fisiologisnya terus berlangsung meskipun telah dipetik disebut buah klimakterik. Contoh buah nonklimakterik ialah apel, anggur, salak, belimbing dan jambu air, sedangkan contoh yang klimakterik ialah pisang, mangga, alpukat, durian dan sawo. Jika dipetik belum cukup umur, buah klimakterik masih bisa ditingkatkan kemanisannya sungguh. melalui pemeraman. Namun, tidak demikian dengan buah nonklimakterik. Oleh karena itu, umur petik harus diperhatikan dengan sungguh-

III. Agar Buah Lebih Manis


Setelah mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kemanisan buah, selanjutnya kita tinggal menyesuaikan dengan faktor tersebut untuk memperoleh buah yang lebih manis. Penyesuaian terhadap faktor tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut. A. Penggunaan Kultivar Unggul Untuk menghasilkan buah yang manis, penggunaan kultivar unggul merupakan tindakan pertama. Kultivar buah yang rasanya manis antara lain melon sky rocket, mangga arumanis, jambu lilin dan cincalo, anggur sweet caroline, rambutan rapiah, belimbing demak, durian sitokong dan petruk, jeruk pacitan, salak pondoh, dan pisang raja. Bibit dari kultivar ini sebaiknya berasal dari perbanyakan secara vegetatif, baik itu cangkok, okulasi, sambung atau kultur jaringan. Bibit asal biji mempunyai resiko tinggi terhadap perubahan sifat. Oleh karena itu, sedapat mungkin tidak digunakan. B. Penanaman di Tanah Subur

Tanah yang kurang subur sebaiknya diolah agar kesuburannya meningkat. Misalnya dengan mencampurkan pasir pada tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi, memberi kapur pertanian untuk tanah masam atau membuat salauran drainase apabila tanah selalu tergenang. Apabila tanaman yang diusahakan termasuk tanaman semusim, paling baik tanah diolah dan dibentuk menjadi bedengan atau guludan. Selain memudahkan perawatan rutin, pemberian pupuk bisa dilakukan lebih terarah dan efisien. Jika yang diusahakan tanaman tahunan, penanaman sebaiknya dilakukan dengan membuat lubang tanam terlebih dahulu. Idealnya lubang tanam digali sebulan sebelum bibit ditanam. Ukuran panjang, lebar dan dalamnya msing-masing 1 m, 1 m dan 0,5 m. tanah lapisan atas dan bawah sebaiknya dipisahkan. Setelah digali, lubang tanam dibiarkan terbuka 1-2 minggu. Setelah itu, tanah bekas galian dimasukkan kembali sesuai dengan urutan waktu menggali, yaitu lapisan bawah dimasukkan pertama kali. Untuk meningkatkan kesuburan, tanah yang hendak dimasukkan ke dalam lubang perlu dicampur dengan pupuk kandang atau kompos yang sudah matang, jumlahnya antara 2030 kg tiap lubang. Untuk tanah yang terlampau tidak subur, pupuk kandang diberikan lebih banyak daripada jumlah tersebut. Secara umum keperluan pupuk kandang ialah 2540 ton/ha. C. Ekologi Tanaman Harus Diperhatikan Karena tanaman menuntut lingkungan tertentu, sebaiknya pemilihan jenis yang akan ditanam tidak berdasarkan keinginan kita semata, tetapi juga melihat kesesuaian tanaman terhadap tanah dan iklim. Jenis tanaman yang cocok diusahakan sehubungan dengan kedalaman air tanah, tinggi tanah dari permukaan laut, dan perbandingan bulan basah dengan bulan kering. D. Pemupukan Berimbang Untuk menghasilkan buah yang lebat dan rasanya manis, tanah tempat tumbuh tanaman perlu dipupuk. Pemupukan dimulai sejak penanaman dan diulang pada masa pertumbuhan hingga produksi. Waktu yang paling tepat untuk pemupukan ialah pada permulaan dan akhir musim hujan. Pupuk yang diberikan berupa pupuk organik misalnya kompos atau pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pupuk organik diberikan untuk mempertahankan struktur tanah agar tetap remah, meningkatkan populasi jasad renik dalam tanah, menambah bahan organik pada tanah lapisan atas, dan meningkatkan daya ikat air. Pupuk anorganik atau pupuk buatan misalnya urea atau ZA, TSP dan KCI juga perlu diberikan karena dapat menyediakan unsur hara nitrogen, fosfor dan kalium yang banyak dibutuhkan oleh tanaman dalam proses pertumbuhan dan pembuahan. Pada masa pertumbuhan, tanaman lebih banyak membutuhkan pupuk yang mengandung unsur nitrogen tinggi. Menginjak masa pembungaan dan pembuahan, unsur fosfor dan kalium lebih banyak dibutuhkan dari pada nitrogen.

Cara pemupukan yang dianjurkan untuk tanaman buah ialah dengan menggali tanah melingkar sedalam kurang lebih 25 cm tepat dibawah batas tajuk. Setelah pupuk ditebar merata, lalu ditutup kembali dengan tanah bekas galian. Khusus untuk tanaman yang sudah besar, pemberian pupuk kandang dilakukan dengan membuat lubang berukuran 50 cm x 50 cm sedalam 30 cm di beberapa sisi tanaman. Lubang yang telah diisi pupuk kandang harus ditutup kembali dengan tanah dan dipadatkan. Pemupukan ulang berikutnya dilakukan pada sisi lain yang belum dipupuk pada pemupukan pertama. Demikian seterusnya sampai semua sisi tanaman pada akhirnya memperoleh pupuk. E. Pemanenan pada Waktu yang Tepat Agar rasa manis buah mencapai tingkat maksimum, pemetikan terbaik untuk konsumsi segar ialah pada saat buah dalam keadaan paling masak. Tanda-tanda buah masak berlainan untuk masing-masing jenis. Ada yang harus dirasakan, dicium baunya, dilihat warnanya atau didengar bunyinya saat diketuk perlahan. Untuk buah klimakterik, akan terasa lebih lezat apabila dipetik pada umur tua, lalu diperam beberapa hari, baru kemudian dimakan, sedangkan buah nonklimakterik justru paling enak dikonsumsi segar. Jika buah dipetik saat belum cukup umur, akan terasa asam atau sepet. Kasus semacam ini sering kita temukan pada anggur bali. Untuk menghindari kerusakan selama transportasi, petani atau pedagang yang membeli terpaksa memetik anggur meskipun belum mencapai umur 110 hari umur seharusnya dipetik agar anggur terasa manis. Begitu juga pada anggur probolinggo, salak banjarnegara, salak manonjaya, belimbing dan macam-macam jeruk manis.

IV. Bila Buah Terlanjur Tidak Manis


Apa yang harus kita lakukan jika terlanjur punya tanaman yang rasa buahnya tidak pernah manis karena varietas tanamannya memang berbuah asam atau kelat? Apakah harus ditebang dan diganti dengan varietas yang berbuah manis? Jika ini terjadi, bisa saja kita membongkar tanaman dan menggantinya dengan bibit tanaman yang rasa buahnya manis. Akan tetapi, berarti kita harus menunggu waktu yang relatif lama unuk dapat menikmati hasilnya. Alternatif yang lebih baik ialah menebang tanaman itu pada ketinggian sektar 0,5-1 m dari permukaan tanah. Setelah tumbuh tunas-tunas baru, selanjutnya tinggal disambung dengan tunas tanaman sejenis yang rasa buahnya manis. Bisa juga dengan okulasi atau penyusuan.

Teknik Membuat Intisari Buku Non-fiksi

1. Catatlah data buku yang dibutuhkan. 2. Baca sampul belakang buku Anda. 3. Bacalah daftar isi buku itu. 4. Bacalah pendahuluan. 5. Cari jawaban permasalahan tersebut dalam buku. 6. Bacalah kesimpulan. 7. Mulai menulis. 8. Revisi tulisan Anda sekali lagi. Jenis buku Judul buku Nama pengarang Nama penerbit Tahun terbit Tebal buku : Non-Fiksi : Menjadikan Buah Lebih Manis : Redaksi Trubus : PT. Penebar Swadaya : 1995 : 20 Halaman

Buah-buahan yang rasanya tidak manis disebabkan oleh kadar gula yang relatif rendah. Pada umumnya buah mengandung zat nutrisi berupa air, protein, lemak, karbohidrat (gula), mineral dan vitamin. Zat lainnya adalah asam dan tanin yang mempengaruhi rasa dan kelezatan buah. Buah yang masih muda, umumnya mengandung asam atau tanin yang tinggi. Dengan bertambahnya umur buah, kandungan zat ini semakin berkurang, sehingga rasa manisnya semakin bertambah. Tingkat kemanisan buah ditentukan oleh faktor genetik, tanah, iklim dan pemeliharaan serta umur petik. Untuk menyesuaikan faktor tersebut dapat dilakukan beberapa cara. Tindakan pertama yang dilakukan adalah penggunaan kultivar unggul. Bibit dari kultivar sebaiknya berasal dari perbanyakan secara vegetatif. Kedua penanaman di tanah subur dengan cara mencampurkan pasir pada tanah yang mengandung liat tinggi, memberi kapur pertanian untuk tanah masam atau membuat saluran drainase. Ketiga dengan cara memperhatikan ekologi tanaman dengan melihat kesesuaian tanaman terhadap tanah dan iklim. Keempat melakukan pemupukan berimbang saat permulaan dan akhir musim hujan.

Hal yang menarik atau mengagumkan


Dilihat dari banyaknya curah hujan dan pembagiannya setiap tahun, dikenal istilah bulan basah dan bulan kering
Jambu air adalah tanaman yang berbuah tanpa kenal musim, menghasilkan buah

yang terasa hambar pada musim hujan dan kurang manis kalau dibandingkan dengan yang dihasilkan pada musim kemarau.
Banyak cara untuk mengetahui tanda-tanda buah yang sudah masak, seperti

dirasakan, dicium baunya, dilihat warnanya atau didengar bunyinya saat diketuk perlahan. Gabungan zat nutrisi dengan asam atau tanin mempengaruhi rasa dan kelezatan buah.
Jeruk nipis dan buah malaka merupakan buah yang rasanya tetap asam dan kelap

meskipun dipetik tua.

You might also like