Professional Documents
Culture Documents
Oleh : Drs. Ruchjat Kosasih, MM., Ak 1. PENDAHULUAN 2. BENTUK DAN ISI PSAK TIDAK SERAGAM 3. ISTILAH YANG DIPAKAI TIDAK SAMA 4. ASUMSI KELANGSUNGAN HIDUP PERSAHAAN DAN MATERIALITAS 5. LAPORAN KEUANGAN DAN INFORMASI TAMBAHAN 6. PSAK 4 LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI 7. PSAK 7 PENGUNGKAPAN PIHAK YANG PUNYA HUBUNGAN ISTIMEWA 8. PSAK 10 9. PSAK 6 AKUNTANSI PELAPORAN BAGI 10. PSAK 16 AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN AKTIVA LAIN-LAIN 11.AKUNTANSI MINYAK DAN GAS BUMI 12. AUDIT KHUSUS PORTOFOLIO INVESTASI DANA PENSIUN
PENDAHULUAN
Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh IAI merupakan acuan sebagai kreteria yang dipakai oleh auditor independen dalam pemberian jasa audit dan jasa konsultasi akuntansi. IAI menerbitkan serangkaian PSAK dalam tahun 1994 sebagai penyempurnaan prinsip akuntansi Indonesia (PAI). PSAK ini sebagian terbesar menurut pengamatan kami diambil dari International Accounting Standards (IAS) dan ada pula yang bersumber dari Financial Accounting Standards Board (FASB) seperti kapitalisasi biaya bunga serta yang disusun sendiri oleh biro perumus yang ditelaah ulang oleh Komite Standar Akuntansi Keungan (Komite PAI), seperti akuntansi koperasi, dengan penyesuaian seperlunya. Kondifikasi PSAK tersebut merupakan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang menjadi pedoman penyaji laporan keuangan. Pada setiap pertanyaan pendapat auditor independen harus dinyatakan dengan tegas bahwa auditor telah melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI dan penyajian laporan keuangan yang wajar harus dinyatakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam penugasan audit, auditor masih mengalami ketidaklengkapan PSAK sebagai sumber referensi, karena dunia usaha bergerak lebih dinamis daripada pengaturan SAK, untuk kegiatan bisnis. Sebagai contoh IAI belum menerbitkan PSAK mengenai akuntansi perusahaan real estate (propeti) dan akuntansi transfer dan layanan aktiva keuangan, akuntansi jamsostek, pertanian, perkebunan, pertenakan, dan lain-lain. Sayangnya dalam PSAK, tidak seperti dalam PAI, tidak ditegaskan bila belum diatur dalam PSAK, manajemen bisnis
dan auditor bisa memakai sumber referensi lain dengan pertimbangan yang sehat. Selain itu, kita ditantang pula untuk terus menyempurnakan standar kerja yang telah ada, baik dalam PSAK maupun dalam pernyataan standar audit (PSA) pada standar profesional akuntansi publik (SPAP). Oleh karena itu, pekerjaan komite tidak pernah habis walau selalu ketinggalan. Kami menghargai kerja komite walau tidak bekerja penuh tetapi hasilnya banyak. Mudah-mudahan dengan adanya direktur eksekutif dan direktur standar dalam pengurus pusat IAI yang bekerja penuh, ketinggalannya nantinya tidak akan jauh. Direktur standar bertugas menyiapkan bahan untuk menambah, memperbaharui dan meninjau kembali PSAK dan PSA yang menjadi acuan kerja kita, sehingga sesuai dengan kebutuhan.
penomoran angka Arab 1, 2, 3 yang pemecahan selanjutnya memakai huruf alpabet kecil a, b, c.
usaha modal. Error dalam PSAK disebut kesalahan, sedangkan dalam PSA diterjemahkan kelalaian. Menurut hemat kami pemakaian istilah harus sama untuk pengertian yang sama dan bila perlu variasi sebaliknya dimuat dalam glossari kata padannya, supaya pembaca awam tidak bingung.
maupun dari total beban atau pendapatan. Dalam pedoman penyusunan laporan keuangan yang dikeluarkan oleh Bapepam ukuran kuantitatif materialitas bila pos aktiva / kewajiban ditetapkan 5 % sedangkan pos laporan laba rugi 10 %. Pertimbangan materialitas dipengaruhi oleh batasan kuantitatif relatif dan sifat serta daya tembus (pervasif) transaksi yang terkait.
bahwa arus kas anak perusahaan di luar negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi pada tanggal arus kas. Untuk praktisnya seharusnya diperkenankan pula dalam penjabaran tersebut kurs rata-rata, jangan hanya kurs transaksi pada tanggal arus kas terjadi atau kurs rata-rata bulanan seperti yang diatur dalam PSAK 31 untuk pos-pos labarugi.
c. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan dan anggota keluarga terdekat dari perorangan tersebut (yang dimaksud denngan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor). d. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelappor yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi, dan manajer perusahaan serta anggota keluarga dekat orangorang tersebut. e. Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam ( (c) dan (d) atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang saham utama perusahaan pelapor dan perusahaan perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci sama dengan perusahaan pelapor. Ketentuan ini lebih menekankan pada substansial hubungan daripada bentuk hukumnya. Oleh karena itu, hubungan istimewa di samping oleh orangorang yang punya kedudukan tersebut juga oleh keluarga dekatnya. Tetapi apa yang dimaksud dengan keluarga dekat tidak jelas sampai seberapa jauh. Menurut undang-undang pasar modal, keluarga dekat dijelaskan yaitu adanya hubungan darah dan hubungan pernikahan untuk garis keturunan vertikal keatas dan ke bawah serta garis keturunan horisontal ke samping kanan dan kiri sampai dua derajad. Selain itu, menurut hemat kami, hubungan istimewa bisa terjadi juga diluar kreteria yang tersebut di atas termasuk dengan dewan audit. Perusahaan pelapor menurut paragraf 17 18 dan 19 serta 23 wajib mengungkapkan transaksi antara pihak yang mempunnyai hubungan istimewa mengenai pembelian / penjualan barang / jasa, pengalihan riset dan pengembangan, pendanaan, garansi dan penjaminan, kontrak manajemen dan lain-lain. Hakekat transaksi, jenis, unsur dan volume transaksi (jumlah dan proposinya), kebijakan harga harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Pengungkapan tesebut tidak jelas harus ditempatkan dimana apakah cukup pada pos aktiva kewajiban yang bersangkutan ataukah jaga pos pendapatan dan beban serta dalam kebijakan akuntansinya.
perusahaan ekstraktif dan perusahaan real estate bisa mengkapitalisasi semua yang terjadi dalam tahap pengembangan. Menurut pernyataan FASB no 7 th. 1976 dalam paragraf 6 dinyatakan bahwa pernyataan akuntansi perusahaan dalam tahap pengembangan tidak mengubah prinsip akuntansi berlaku umum yang dapat diterapkan pada (a) perusahaan yang beroperasi yang sedang memperluas bisnisnya, (b) perusahaan yang beroperasi dalam industri ekstraktif dalam eksplorasi dan pengembangannya dan (c) perusahaan yang beroperasi dalam industri real estate dalam pengembangan propetinya. Kreteria perusahaan dalam tahap pengembangan adalah bahwa usahanya secara subtansial ditunjukkan untuk menyelenggarakan bisnis baru dengan adanya kondisi (a) operasi prinsipal yang direncanakan belum dimulai atau (b) operasi prinsipal yang direncanakan telah dimulai, tetapi belum menghasilkan pendapatan yang signifikan. Penjelasan latar belakang FASB tersebut menyatakan bahwa biaya yang terjadi pada industri ekstrakif sangat unik, sehingga memerlukan pertimbangan tersendiri. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa industri tersebut tidak diperlukan secara khusus. Perlakuan akuntansi ditentukan oleh sijfat transaksi apakah punya manfaat di kemudian hari, bukan oleh tingkat kematangan perusahaan (sudah beroperasi komersial, tidak dalam tahap pengembangan).
PSAK 16 AKUNTANSI AKTIVA TETAP DAN AKTIVA LAIN-LAIN DAN PSAK 22 AKUNTANSI PENGGABUNGAN USAHA
Paragraf 04 PSAK mengatur bahwa perusahaan diperkenankan untuk memperlakukan investasi propeti sebagai propeti dalam aktiva tetap atau sebagai investasi jangka panjang sesuai dengan PSAK 13 akuntansi untuk investasi. Ketentuan ini tidak jelas dan membingungkan ada aktiva yang bisa dimasukan ke dalam investasi atau aktiva tetap seakan-akan tergantung pada keinginan manajemen. Menurut hemat kami, aktiva propeti bisa dianggap in vestasi bila sebagian besar atau selurahnya tidak dipakai sendiri melainkan disewakan kepada pihak ketiga untuk menjadi sumber pendapatan sebagai investasi jangka panjang. Tetapi bila propeti tersebut sebagian terbesar atau seluruhnya dipakai sendiri, tidak ada pilihan lain aktiva tersebut harus masuk aktiva tetap. Menurut PSAK 13 akuntansi untuk investasi paragraf 20 investasi propeti tidak boleh disajikan sebagai bagian dari aktiva tetap dan tidak boleh disusutkan. Perusahaan yang memiliki propeti sebagai investasi jangka panjang bila menilai aktiva tersebut setiap tahun atas dasar hasil evaluasi untuk memcerminkan nilai
wajar dalam hal ini dicatat, maka depresiasi (penyusutan) tidak diperlukan. Tetapi bila jumlah nilai propeti tersebut dicatat dengan harga perolehannya apakah juga tidak boleh disusutkan. Dalam hal ini kami anggap penurunan nilaio propeti akibat kerusakan diperhitungkan dengan kenaikan nilai pada saat revaluasi menurut nilai wajar. Tetapi bila kita kaitkan dengan ketentuan dalam paragraf 39, investasi sebagai aktiva tidak lancar harus dicatat dalam neraca berdasarkan harga perolehan, kecuali bila harga pasar investasi jangka panjang menunjukkan penurunan di bawah harga perolehan secara signifikan dan permanen ; perlu dilakukan penyesuaian atas nilai investasi tersebut. Tampaknya kedua ketentuan dalam PSAK seperti kontradiksi, sehingga memerlukan penjelasan agar dalam prakteknya tidak membingungkan. PSAK 22 Akuntansi penggabungan usaha, paragraf 46 menyatakan bahwa bila biaya perolehan lebih rendah daripada partisipasi pengakusisi atas nilai wajar aktiva dan kewajiban yang dapat diidentifikasiyang diakusisi pada tanggal transaksi, maka wajar aktiva non moneter yang diakusisi harus diturunkan secara proposional sampai seluruh selisih tersebut dieliminasi. Apabila setelah nilai wajar aktiva non moneter sudah diturunkan seluruhnya, ternyata masih terdapat nilai sisa selisih yang belum dieliminasi, maka sisa selisih tersebut diakui sebagai goodwill negatif dan diperlakukan sebagai pendapatan yang ditangguhkan. Pendapatan yang ditangguhkan ini diakui sebagai pendapatan secara sistematis selama suatu periode tidak kurang dari 20 tahun. Ketentuan tersebut di atas sama dengan ketentuan dalam paragraf 82 yang menyatakan bahwa amortisasi goodwill negatif menjadi pendapatan selama periode yang tidak kurang dari 20 tahun. Menurut ketentuan dalam IAS no E 45 exposure draft paragraf 55, menyatakan bahwa goodwill negatif tersebut harus diakui sebagai pendapatan secara sistematis selama periode tidak lebih dari lima tahun, kecuali periode yang lebih panjang tidak lebih dari 20 tahun sejak tanggal akusisi, dapat dibenarkan. Dengan demikian pernyataan tersebut membingungkan dan harus dikoreksi.
Jika perusahaan menganut metode usaha berhasil (successful effort), semua biaya eksplorasi, di luar biaya yang dialokasi ke sumur eksplorasi yang mempunyai cadangan terbukti, diperlukan sebagai beban pada periode Akuntansi yanng bersangkutan. Ketentuan tesebut berarti jika berhasil menemukan cadangan terbukti, semua biaya dibebankan ke laba rugi setelah eksplorasi selesai. Metode biaya penuh tidak membedakan berhasil eksplorasi, semua biaya dikapitalisasi. Pernyataan tersebut tidak mengatur metode mana yang harus dipilih yang disertai dengan persyaratannya seakan akan terserah manajemen mau memakai metode manapun, padahal konsekuensi berbeda yang mungkin sekali material dampaknya tehadap laporan keuangan perusahaan. Biaya pengembanganpun dibedakan antara yang berwujud dan yang tidak berwujud seperti diuraikan dalam bab III paragraf 3 yaitu untuk pemboran seluruh biaya pengembangan dikapitalisasi sebagai aktiva sumur dan peralatan sumur. Semua biaya produksi diperlakukan sebagai beban pada saat terjadinya. Seharusnya menurut hemat kami jika dikapitalisasi sebagai aktiva hendaknya menunjuk ke Akuntansi aktiva tetap dan penyusutannya. Jika diatur secara khusus secara khusus untuk pertambangan, maka hal tersebut harus dimuat dalam pernyataan secara spesifik dan lengkap. Biaya produksi seluruhnya dianggap sebagai beban yang berarti tidak ada persediaan dan pekerjaan dalam proses. Menurut hemat kami tentunya sebagian ada yang masuk aktiva bila belum seluruhnya terjual dalam peride yang sama dengan periode produksi. Jika semua hasil produksi tersebut masuk lagi ke bagian pengolahan belum dapat dijual, maka biaya produksi tersebut masuk ke biaya pengolahan, bukan sebagai beban dalam laba rugi. Dalam bab V Akuntansi pengolahan paragraf 5 dinyatakan bahwa pengeluaran modal untuk aktiva tetap yang diperoleh dengan sewa guna usaha dicatat dengan nilsai tunai dari pembayaran sewa guna usaha. Demikian pula Akuntansi untuk kapal tanker yang diperoleh dengan sewa guna usaha modal seperti disebut dalam bab IV Akuntansi transportasi paragraf 4 dan 5. Menurut PSAK 30 Akuntansi sewa guna usaha bab II standar Akuntansi sewa guna usaha paragraf 5.1 menyatakan bahwa transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah dengan nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar pada akhir masa sewa guna usaha. Dengan demikian jelas kiranya bahwa pernyataan dalam PSAk 29 tersebut harus dikoreksi, supaya tidak menyesatkan. Selain itu kriteria transaksi sewa guna usaha modal / pendanaan seperti yang diatur dalam bab II paragraf 3 menurut hemat kami kurang
menggambarkan substansi makna ekonomis sewa guna usaha karena hanya atas dasar (1) adanya hak opsi, (2) seluruh pembayaran berkala ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan beserta bunganya, dan (3) masa sewa guna usaha minimum 2 tahun. Ketentuan dalam FASB 13 menurut pendapat kami lebih lengkap dan lebih menunjukkan makna ekonomisnya karena memuat 4 syarat yaitu (1) pemindahan hak kepemilikan aktiva akhir masa sewa guna usaha, (2) hak opsi beli akhir masa sewa guna usaha dengan harga yang disepakati, (3) masa sewa guna usaha sama atau lebih dari 75 % dari taksiran umur ekonomis dan (4) nilai tunai pada awal masa sewa guna usaha minimum tidak termasuk biaya pelaksanaan, sama atau lebih besar dari 90 % nilai wajaraktiva yang bersangkutan. Analog dengan PSAK 29, dalam PSAK 33 akuntansi pertambangan umum pada paragraf 16, menyatakan bahwa semua biaya eksplorasi dikapitalisasi dengan alasan (1) kegiatan eksplorasi belum selesai dan (2) izin pertambangan masih berlaku serta (3) biaya eksplorasi diharapkan dapat diperoleh kembali dari hasil produksi cadangan terbukti. Menurut hemat kami, biaya eksplorasi yang tidak cukup memperoleh cadangan terbukti, harus masuk sebagai beban laba rugi. Selanjutnya dalam akuntansi pengolahan minyak dan gas bumi dikemukakan pula bahwa biaya bunga selama masa konstruksi dikapitalisasi untuk pinjaman yang dipakai dalam pembayaran proyek. Ketentuan ini seharusnya menunjuk ke PSAK 26 akuntansi bunga untuk periode konsktrus. Sekarang terbukti kapitalisasi diperluas bukan sekedar biaya bunga pinjaman melainkan biaya pinjaman yang termasuk antara lain provisi dan biaya komitmen kredit, rugi selisih kurs bila ada, biaya konsultan, penasihat hukum dan lainlain.
menerapkan PSA 622 untuk membatasi tanggungjawabnya menyodorkan prosedur audit untuk disepakati pada awal penugasan.
dengan
Selain itu, ada pula akutan publik yang memakai PSA 623 sebagai audit tanpa penetapan prosedur yang disepakati. Bentuk opini menurut PSA 622 berbeda dengan bentuk opini menurut PSA 623. untuk ini, agar terdapat keseragaman dan kesamaan tindak sebaiknya komite menerbitkan interprestasinnya. Demikian komentar yang dapat kami sampaikan dan terima kasih atas perhatiannya.